BAB I PENDAHULUAN. (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988)"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang ekonomi internasional, diskusi mengenai daya saing (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988) menyatakan bahwa pengukuran daya saing internasional suatu negara dengan negara lain banyak dilakukan di media massa, laporan institusi pemerintah, dan diskusi kebijakan ekonomi. Krugman (1996), menyebut bahwa kesuksesan ekonomi suatu negara tergantung pada daya saing internasionalnya telah menjadi perhatian para pemimpin bisnis, politik, dan intelektual pada akhir tahun 1970-an. Faktanya, dalam perdagangan internasional, setiap negara selalu berusaha untuk memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan negara lain agar produk yang dihasilkannya dapat dengan mudah memasuki pasar internasional. The World Economic Forum yang mempublikasikan laporan World Competitiveness Report setiap tahun (sejak 1980) mendefinisikan daya saing sebagai sebuah perangkat institusi, kebijakan, dan faktor yang menentukan tingkat produktivitas sebuah negara. Fagerberg (1988) menyatakan bahwa daya saing internasional suatu negara merupakan kemampuan suatu negara untuk merealisasikan tujuan utama kebijakan ekonominya, terutama terkait pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja. Selanjutnya OECD (2011) dalam konteks perdagangan internasional mendefinisikan daya saing sebagai keunggulan atau kelemahan suatu negara dalam menjual produknya di pasar internasional. Thurow 1

2 (1992) dan European Commission (1993) seperti dikutip dalam Krugman (1996) menyatakan bahwa daya saing merupakan suatu pandangan bahwa negara berkompetisi dalam pasar dunia seperti yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, dimana negara yang gagal menyamai produktivitas atau teknologi negara lain akan menghadapi krisis yang sama ketika sebuah perusahaan tidak dapat menyamakan biaya atau produksi dari perusahaan lainnya. Konsep daya saing negara sendiri kemudian menjadi perdebatan, ada pihak yang setuju dan mendukung konsep daya saing negara, namun ada juga yang menentang keras mengenai konsep tersebut. Pihak yang mendukung konsep daya saing negara seperti dikutip dari Mulatu (2016) berpendapat bahwa konsep daya saing tidak hanya berguna, tetapi juga merupakan bagian dari strategi pembangunan suatu negara. Daya saing internasional merupakan sebuah pencipataan kesejahteraan dalam konteks interaksi ekonomi internasional. Daya saing internasional tidak hanya berkaitan dengan produktivitas atau efisiensi suatu perusahaan, tetapi tentang pertempuran dan efisiensi sektor bernilai tinggi yang akan meningkatkan kinerja keseluruhan ekonomi nasional atau pendapatan nasional. Reinert (1995) menyatakan bahwa menjadi yang paling efisien pada kegiatan yang salah dan menentang daya saing akan mendorong pembangunan yang ke arah negatif. Hickman (1992) menyebut daya saing internasional sebagai kemampuan untuk terus bertahan dalam ekonomi global, suatu pertumbuhan yang dapat diterima pada standar hidup populasi dengan distribusi adil yang dapat diterima, serta secara efisien menyediakan pekerjaan kepada semua orang tanpa mengurangi potensi 2

3 pertumbuhan pada standar hidup di generasi mendatang. Haque (1995) menyatakan bahwa daya saing negara merupakan kemampuan suatu negara untuk memproduksi barang dan jasa yang memenuhi uji pasar internasional, sekaligus untuk mempertahankan serta meningkatkan pendapatan riil dan tingkat kesejahteraan penduduknya. Kedua pendapat tersebut berimplikasi bahwa konsep daya saing nasional merupakan sebuah konsep yang penting bagi sebuah negara sehingga penentu kebijakan dapat mengambil manfaat melalui peningkatan daya saing untuk meningkatkan standar hidup masyarakatnya. Kesuksesan ekonomi sebuah negara sering diasosiasikan dengan tingkat daya saingnya atau kemampuan untuk bersaing sehingga dapat dikatakan bahwa kompetisi merupakan jantung dari pembangunan ekonomi sebuah negara. Tingkat kompetisi atau tiadanya kompetisi pada sektor strategis menjadi salah satu indikasi stagnasi perekonomian di berbagai negara. Maka, tidak mengherankan jika banyak rekomendasi kebijakan yang ditawarkan oleh banyak lembaga multinasional seperti Washington Consensus berorientasi pada kompetisi sebagai kunci dari pembangunan ekonomi (Yap, 2004). World Economic Forum (2015) juga menekankan bahwa daya saing ekonomi pada dunia yang terintegrasi menentukan bagaimana sebuah negara mengkonversi potensi yang diciptakan oleh akses pasar global menjadi peluang bagi perusahaan dan masyarakatnya. Menurut World Economic Forum (2015), kondisi makroekonomi yang stabil, kebijakan dan peraturan yang mendukung dunia usaha (kebijakan terkait modal, pertanahan, dan tenaga kerja) merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing. Institusi juga memegang peranan penting dalam 3

4 meningkatkan daya saing seperti administrasi publik yang efisien, kecepatan pengambilan kebijakan, aturan main, dan seluruh aspek tata kelola pemerintahan yang baik. Tidak kalah penting adalah ketersediaan infrastruktur seperti sarana transportasi, komunikasi, energi, logistik, dan pendidikan. Meningkatkan daya saing berarti menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan perekonomian untuk mengalokasikan sumber daya yang langka dimana peluang akan muncul sebagai perubahan kondisi eksternal dan internal. Konsep daya saing pada dasarnya merupakan konsep yang dapat memberikan manfaat bagi perekonomian suatu negara. Jika suatu negara memiliki daya saing yang rendah, maka negara tersebut dapat meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan produktivitas nasional dan perbaikan institusi pemerintahan dimana hal tersebut dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. Dengan banyaknya rekomendasi kebijakan yang mempromosikan daya saing sebagai strategi kunci untuk pembangunan perekonomian suatu negara, pemimpin politik di hampir setiap negara selalu berupaya untuk meningkatkan daya saing negaranya. Seperti dikutip dari Delgado dkk. (2012), di Amerika Serikat misalnya, Presiden membentuk sebuah komite tentang ketenagakerjaan dan daya saing yang bertujuan untuk menjamin daya saing Amerika Serikat dan memberi saran kepada Presiden dalam rangka menciptakan lapangan kerja, peluang, dan kemakmuran masyarakat. Banyak negara juga membentuk sebuah komite atau institusi daya saing untuk meningkatkan daya saing internasionalnya seperti di Uni Eropa, India, dan negara lainnya. Peningkatan daya saing nasional pada faktanya juga merupakan salah satu agenda suatu rezim pemerintahan untuk menunjukkan bahwa mereka 4

5 telah berhasil meningkatkan perekonomian nasional dimana hal tersebut tentunya bermanfaat bagi status dan kekuatan politik suatu rezim pemerintahan. Sebagai contoh dapat dilihat bahwa Indonesia semasa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo berusaha meningkatkan daya saing nasional melalui berbagai program dengan tujuan agar Indonesia menjadi magnet bagi investasi asing dan selanjutnya produk Indonesia bisa bersaing di pasar internasional. Konsep daya saing negara sendiri kemudian memunculkan tantangan keras salah satunya dari Paul Krugman yang menjadi kritikus utama mengenai konsep daya saing negara. Krugman (1994) dalam artikelnya di Foreign Affairs menyebut istilah daya saing negara sebagai metafora (the competitive metaphor), yaitu gambaran bahwa suatu negara berkompetisi dengan negara lain di dunia seperti yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Krugman (1994) kemudian menyatakan bahwa berbicara mengenai daya saing negara dapat menimbulkan tiga bahaya, pertama, hal tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran pemerintah yang sia-sia untuk meningkatkan daya saing, kedua, dapat mendorong proteksionisme dan perang dagang, dan terakhir dapat menghasilkan kebijakan buruk pada isu yang penting. Krugman (1994) kemudian menduga bahwa daya saing merupakan sebuah cara puitis untuk mengatakan produktivitas atau mengisyaratkan adanya potensi konflik antar negara dalam hubungan ekonomi internasional. Seperti dikutip dari Mulatu (2016), ekonomi neoklasik beranggapan bahwa daya saing merupakan konsep kontroversial dan dideskripsikan sebagai konsep yang chaotic dan ill-defined. Selain itu, daya saing juga merupakan konsep yang 5

6 terlihat seperti alien dalam ekonomi neoklasik dan tidak memiki arti ketika diaplikasikan dalam ekonomi nasional. Ekonom neoklasik berpendapat bahwa tidak seperti perusahaan, negara yang tidak mampu bersaing dengan pesaing mereka dari segi kualitas dan harga barang, tidak akan bangkrut, tetapi akan mengalami restrukturisasi. Terdapat kekuatan penyeimbang kuat yang biasanya memastikan bahwa setiap negara tetap dapat menjual berbagai barang di pasar dunia dan untuk menyeimbangkan perdagangan secara rata-rata dalam jangka panjang. Perlu dicatat juga tentang analogi sederhana antara perusahaan dan ekonomi nasional adalah bahwa sebagian output suatu negara adalah untuk konsumsi domestik dan bukan untuk ekspor, sementara sebagian besar output perusahaan dimaksudkan untuk konsumsi luar perusahaan. Terlepas dari perdebatan mengenai konsep daya saing negara seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat banyak penelitian yang membahas mengenai daya saing sebuah negara. Penelitian mengenai daya saing negara tersebut menggunakan berbagai pendekatan dan membahas berbagai daya saing produk suatu negara di pasar internasional seperti produk manufaktur, pertanian, dan jasa. Penelitian ini juga akan membahas mengenai daya saing produk Indonesia yaitu untuk komoditas udang Indonesia di pasar internasional. Kenapa kemudian komoditas udang menjadi fokus pada penelitian? Pertama, di pasar internasional, komoditas udang merupakan komoditas terbesar dari sisi nilai perdagangan produk perikanan dimana pada tahun 2012 nilai perdagangan komoditas udang mencapai 15 persen dari nilai perdagangan produk perikanan dunia. Kedua, pola yang sama juga ditemui di Indonesia dimana udang merupakan komoditas yang menjadi 6

7 penyumbang terbesar dengan nilai ekspor udang Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar US $ 1,68 miliar atau mencapai 40 persen dari nilai total ekspor produk perikanan. Ketiga, menurut Kementerian Perdagangan, udang merupakan satusatunya produk perikanan yang menjadi komoditas utama ekspor non-migas Indonesia. Keempat, Indonesia memiliki potensi produksi udang yang besar baik dari sektor perikanan tangkap maupun budidaya. Produk udang yang diperdagangkan di pasar internasional dibagi menjadi 3 kelompok menurut klasifikasi Harmonized System (HS). Pertama adalah komoditas HS untuk udang kecil dan udang biasa, termasuk yang berkulit, dimasak dengan dikukus atau direbus dalam air (frozen: shrimps and prawns), kedua, HS kode untuk udang kecil dan udang biasa, hidup, segar, dingin atau dalam air garam, atau dimasak dengan dikukus atau direbus dalam air, tidak beku (not frozen: shrimps and prawns), dan ketiga, HS kode untuk udang kecil dan udang biasa, diolah atau diawetkan (shrimps and prawns). Pada periode , nilai perdagangan produk udang mengalami peningkatan yang signifikan dari hanya sebesar US $ 10,25 miliar pada tahun 1996 menjadi sebesar US $ 23,10 miliar pada tahun Selama periode tersebut, pertumbuhan nilai perdagangan produk udang adalah sebesar 4,92 persen per tahun. Penurunan dramatis pada biaya produksi, transportasi, dan komunikasi merupakan faktor pendorong globalisasi perdagangan produk perikanan termasuk udang (FAO, 2014). Pola pertumbuhan perdagangan internasional produk udang mengikuti pola pertumbuhan perdagangan internasional secara umum. Hal tersebut mengacu pada Krugman (1995) yang menyatakan bahwa penjelasan yang paling populer 7

8 Nilai Perdagangan ( US $ miliar) Pertumbuhan (persen) mengenai pertumbuhan volume perdagangan internasional adalah dampak adanya teknologi dimana biaya transportasi yang rendah dan kecepatan perkembangan komunikasi telah membuat dunia menjadi tempat yang lebih kecil (5) - (10) Sumber: diolah dari UN Comtrade (beberapa tahun) Gambar 1.1 Nilai dan Pertumbuhan Perdagangan Udang Dunia, Lalu negara mana yang menjadi pemain utama dalam perdagangan internasional udang? Dari sisi ekspor, terdapat 6 negara yang menjadi eksportir utama udang dunia yaitu India, Vietnam, Ekuador, Indonesia, Thailand, dan Tiongkok. Kontribusi nilai ekspor udang keenam negara tersebut mengalami peningkatan dari hanya sebesar 51,57 persen nilai ekspor dunia (US $ 5,29 miliar) pada tahun 1996 menjadi sebesar 64,85 persen nilai ekspor dunia (US $ 14,98 miliar) pada tahun Posisi eksportir udang terbesar pada tahun 1996 ditempati oleh Thailand dengan nilai sebesar US $ 2,19 miliar, namun pada tahun 2014 posisi 8

9 Thailand digeser oleh India yang menjadi eksportir terbesar dengan nilai sebesar US $ 3,66 miliar. Pada tahun 2014, Thailand menempati urutan kelima eksportir terbesar udang di bawah India, Vietnam, Ekuador, dan Indonesia. Tabel 1.1 Negara Eksportir Terbesar Udang, No. Negara Nilai (US $) India Vietnam Ekuador Indonesia Thailand Tiongkok Total 6 Negara Total Dunia Sumber: UN Comtrade (beberapa tahun) Tabel 1.1 menunjukkan bahwa eksportir utama udang dunia berasal dari negara berkembang. Menurut FAO (2014), peningkatan ekspor negara berkembang tersebut disebabkan adanya tarif yang rendah, terutama untuk produksi yang tidak memiliki nilai tambah. Walaupun mengalami peningkatan kontribusi, beberapa faktor masih menghambat beberapa negara berkembang untuk mengakses pasar internasional dikarenakan masalah struktur internal negara tersebut. Selain permasalahan teknis dan inovasi teknologi, banyak negara terutama negara terbelakang (less developed economies) masih belum memiliki infrastruktur dan pelayanan yang memadai. Hal tersebut kemudian mempengaruhi kualitas dari produknya sehingga mengakibatkan kerugian karena kesulitan memasuki pasar. Beberapa negara berkembang juga belum memiliki kerangka peraturan dan 9

10 kapasitas institusi yang memadai untuk pengelolaan sektor perikanan yang berkelanjutan. Pasar utama udang dunia selama periode didominasi oleh Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa walaupun persentasenya mengalami penurunan dari 90,27 persen nilai perdagangan pada tahun 1996 menjadi sebesar 74,52 persen nilai perdagangan pada tahun Pada tahun 1996, Jepang merupakan importir terbesar udang dengan nilai sebesar US $ 3,44 miliar, diikuti Amerika Serikat sebesar US $ 2,53 miliar. Berbeda dengan impor Jepang yang mengalami penurunan, Amerika Serikat justru mengalami kenaikan impor udang sehingga pada tahun 2014, Amerika Serikat merupakan pasar tunggal terbesar untuk udang dengan nilai impor mencapai US $ 6,88 miliar (29,78 persen impor dunia). Uni Eropa merupakan pasar udang terbesar pada tahun 2014 dengan nilai impor mencapai US $ 7,56 miliar atau mewakili 32,74 persen impor dunia. Tabel 1.2 Negara Importir Terbesar Udang, No. Negara Nilai (US $) Amerika Serikat Jepang Spanyol Prancis Inggris Jerman Belgia Belanda Italia Denmark Total 10 Negara Total Dunia Sumber: UN Comtrade (beberapa tahun) 10

11 Seperti terlihat pada Tabel 1.1 bahwa nilai ekspor udang Indonesia mengalami peningkatan selama periode dari hanya sebesar US $ 1,03 miliar pada tahun 1996 menjadi sebesar US $ 2,13 miliar pada tahun Mengikuti pola impor udang dunia yang cenderung terpusat pada 3 wilayah yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, negara tujuan ekspor udang Indonesia juga sebagian besar menuju wilayah tersebut dengan persentase mencapai lebih dari 90 persen. Pada tahun 1996, Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor udang Indonesia dengan nilai mencapai US $ 834,38 juta, namun pada tahun 2014, ekspor udang ke Jepang jsutru mengalami penurunan hingga hanya menjadi sebesar US $ 422,17 juta. Berbeda dengan ekspor udang ke Jepang, ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat justru mengalami peningkatan yang signifikan dari hanya sebesar US $ 113,39 juta pada tahun 1996 menjadi US $ 1,35 miliar pada tahun Ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa cenderung fluktuatif, walaupun secara umum mengalami peningkatan dari hanya sebesar US $ 44,69 juta pada tahun 1996 menjadi US $ 193,39 juta pada tahun Profil perdagangan udang di atas menunjukkan terjadinya pergeseran besar perdagangan produk udang Indonesia, yaitu dari pasar tradisional di Jepang ke pasar Amerika Serikat maupun Uni Eropa. Perubahan ini perlu direspon dengan baik oleh industri budidaya dan pengolahan udang untuk mengembangkan produk yang sesuai kebutuhan dan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan pasar tujuan. 11

12 Tabel 1.3 Ekspor Udang Indonesia di Pasar Utama Dunia, No. Negara Nilai Ekspor Indonesia (US $) Amerika Serikat Jepang Uni Eropa Lainnya Jumlah Sumber: UN Comtrade (beberapa tahun) Tabel 1.3 menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya ekspor udang Indonesia mencapai lebih dari US $ 2 miliar dan Indonesia menempati urutan ke 4 eksportir udang terbesar di dunia. Posisi tersebut masih dapat ditingkatkan, yaitu dengan meningkatkan kinerja produksi udang melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hayati dan perairan Indonesia yang masih luas dan terbuka. Produksi udang yang berasal dari usaha perikanan budidaya Indonesia juga terus tumbuh, tetapi masih memanfaatkan sebagian kecil dari potensi lahan potensial budidaya yang ada, sehingga upaya peningkatkan produksi dari kegiatan budidaya masih terbuka. Dalam perikanan tangkap, Indonesia memiliki total luas wilayah teritorial sekitar 5,2 juta km 2 dan dua pertiga wilayahnya merupakan laut yang mencapai 3,3 juta km 2. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak buah dan menjadi negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia (setelah Kanada) dengan panjang mencapai km. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pengembangan udang baik yang berasal dari perikanan tangkap maupun budidaya di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan dan dapat menjadi penggerak roda perekonomian nasional. Beberapa kajian memberikan indikasi terus meningkatnya permintaan udang ke 12

13 depan dan fakta telah menunjukkan bahwa terjadi kenaikan nilai perdagangan udang yang signifikan selama periode Melihat perkembangan permintaan udang yang terus meningkat tersebut, jika kapasitas produksi tidak mampu digenjot secara cepat dan teknologi pengolahan pasca panen tidak berkembang, maka Indonesia akan tertinggal lebih jauh dari negara eksportir udang lainnya. Dengan tren pertumbuhan produksi udang yang cukup signifikan, maka industri budidaya diharapkan mampu menjadi penyedia utama kebutuhan udang ke depan ketika produksi udang yang berasal dari perikanan tangkap cenderung stagnan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis daya saing ekspor udang Indonesia di pasar utama udang dunia yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa. Penelitian sejenis mengenai daya saing udang Indonesia di pasar internasional telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Rakhmawan (2009) menganalisis daya saing udang Indonesia di pasar internasional menemukan fakta bahwa komoditas udang Indonesia memiliki daya saing yang kuat atau Indonesia memiliki keunggulan komparatif dilihat dari nilai RCA yang lebih dari 1. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi keunggulan terkait sumberdaya alam yang melimpah, sumberdaya manusia, dan modal. Namun di satu sisi, pengetahuan mengenai teknologi budidaya udang yang modern (intensif) masih kurang memadai. Maharani dan Setiawina (2014) dalam penelitiannya terkait dengan kinerja ekspor udang segar ke Jepang, Singapura, dan Malaysia menyatakan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan indeks RCA berpengaruh positif terhadap volume ekspor udang segar ke Jepang dan Singapura, sedangkan untuk 13

14 ekspor ke Malaysia secara dominan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Beberapa penelitian daya saing komoditas udang Indonesia seperti Rakhmawan (2009) dan Maharani dan Setiawina (2014) menggunakan pendekatan RCA untuk mengetahui daya saing udang Indonesia, namun dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk mengukur daya saing adalah pendekatan constant market share (CMS). Menurut Leamer dan Stern (1970), analisis kinerja ekspor suatu negara dapat dilakukan dengan menggunakan metode CMS dimana kinerja ekspor suatu negara selama periode tertentu dapat disebabkan oleh adanya peningkatan perdagangan dunia, komposisi komoditas, distribusi pasar, dan peningkatan daya saing. Adanya kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh peningkatan daya saing menjadi dasar yang digunakan untuk perhitungan daya saing dalam penelitian. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor udang Indonesia dengan negara mitra dagang utama dan negara potensial yang menjadi mitra dagang udang Indonesia. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor udang Indonesia menggunakan model gravitasi. Model gravitasi merupakan model yang paling sering digunakan dalam menganalisis pola perdagangan bilateral antar dua negara. Model gravitasi berhubungan dengan perdagangan antar dua negara yang secara positif dipengaruhi oleh pendapatan keduanya dan jarak memiliki dampak negatif terhadap perdagangan keduanya. Dengan adanya liberalisasi perdagangan dunia melalui Free Trade Agreement di berbagai regional yang hampir diikuti oleh seluruh negara (termasuk Indonesia yang bergabung di ACFTA dan AJCEP) dan peninjauan bergabungnya Indonesia ke blok perdagangan yang 14

15 dicetuskan Amerika Serikat dan Uni Eropa, maka analisis kinerja ekspor udang ke negara mitra dagang utama udang tersebut perlu dilakukan. Analisis tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bergabungnya Indonesia ke blok perdagangan dimana nantinya Indonesia diharapkan memperoleh manfaat salah satunya yaitu meningkatnya pangsa ekspor udang ke negara mitra utama setelah Indonesia bergabung ke blok perdagangan tersebut. Penelitian mengenai daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sangat relevan dan menarik untuk dilakukan mengingat dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo selalu menekankan kata daya saing Indonesia dan peningkatan ekspor merupakan sebuah hal yang penting untuk ditingkatkan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam rezim pemerintahan Joko Widodo, sektor kemaritiman kemudian juga mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan rezim sebelumnya dengan dibentuknya Kementerian Koordinator Kemaritiman. Sektor perikanan khususnya udang sebagai sumberdaya di bidang maritim merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan mengingat Indonesia memiliki potensi sumberdaya laut yang tinggi baik untuk kegiatan perikanan tangkap, budidaya, maupun pengolahan (pasca panen). Peningkatan perdagangan internasional udang Indonesia merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya maritim Indonesia. Dengan adanya perdagangan internasional, diharapkan industri udang Indonesia dapat berkembang secara optimal melalui peningkatan inovasi dan teknologi, peningkatan produktivitas, perbaikan regulasi, dan perbaikan kelembagaan baik pada level pemerintah maupun di kalangan pelaku industri 15

16 udang. Sebagai salah satu industri yang padat tenaga kerja, peningkatan kapasitas industri udang diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Penelitian ini mencoba untuk memberikan gambaran utuh mengenai komoditas udang yang menjadi komoditas utama ekspor non-migas Indonesia dilihat dari konteks daya saing dan faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor udang ke pasar utama udang dunia Perumusan Masalah Seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan khususnya udang yang tinggi baik untuk produksi yang berasal perikanan tangkap laut maupun perikanan budidaya. Hal tersebut dibuktikan dengan posisi Indonesia yang menjadi pemain utama dalam perdagangan udang dunia selama periode Akan tetapi dari sisi pasar ekspor, Indonesia masih tertinggal dari negara pesaing utama di kawasan ASEAN seperti Thailand dan Vietnam, serta beberapa negara diantaranya India dan Ekuador yang telah menjadi pemain utama ekspor produk udang dunia. Selain itu, pangsa ekspor udang Indonesia juga mengalami penurunan di pasar utama dunia yaitu seperti Jepang dan Uni Eropa karena permasalahan penurunan kualitas produk udang Indonesia. Peningkatan standar mutu yang dipersyaratkan negara tujuan ekspor (hambatan non tarif) merupakan salah satu pemicu menurunnya ekspor udang Indonesia sehingga Indonesia semakin kehilangan daya saingnya dengan negara lain di pasar utama dunia. Selain itu, teknologi, cara pengolahan, kualitas, dan strategi pemasaran juga menjadi permasalahan bagi Indonesia. Oleh 16

17 karena itu, penelitian ini akan mengkaji bagaimana daya saing ekspor produk udang Indonesia dengan negara pesaing utama seperti India, Ekuador, Thailand, Vietnam, dan Tiongkok serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kinerja ekspor udang Indonesia di pasar utama udang dunia yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang Pertanyaan Penelitian Penelitian ini akan menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor udang Indonesia di pasar utama udang dunia yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Oleh karena itu, pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana daya saing ekspor produk udang Indonesia dan negara pesaing utama seperti India, Vietnam, Ekuador, Thailand, dan Tiongkok di pasar utama udang dunia yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang selama periode ? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja ekspor udang Indonesia di pasar utama udang dunia selama periode ? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan kedua pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis daya saing ekspor produk udang Indonesia dan negara pesaing seperti India, Vietnam, Ekuador, Thailand, dan Tiongkok di pasar utama 17

18 udang dunia yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang selama periode Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor udang Indonesia ke pasar utama udang dunia yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang selama periode Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait yaitu pemerintah dan akademisi lain yang akan melakukan penelitian mengenai daya saing dan kinerja ekspor baik untuk komoditas udang maupun komoditas lainnya. Bagi otoritas pemangku kebijakan perdagangan maupun pemangku kebijakan sektor perikanan di Indonesia, dengan adanya informasi yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan otoritas terkait dapat lebih menaruh perhatian mengenai kualitas produk ekspor udang Indonesia mengingat banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa mengakses pasar utama udang dunia sehingga akhirnya Indonesia dapat menjadi eksportir terbesar udang dunia melalui peningkatan produksi dan kualitas. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan dalam strategi perdagangan menghadapi negara lain yang telah menjadi pesaing utama ekspor udang Indonesia sehingga industri perikanan Indonesia khususnya udang dapat berkembang optimal karena besarnya potensi sumberdaya yang dimiliki dan akhirnya dapat memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia. Bagi peneliti, manfaat yang diperoleh adalah sebagai referensi dalam penulisan karya ilmiah mengenai topik 18

19 daya saing udang dan menjadi sarana peneliti untuk mencoba memahami lebih mendalam mengenai topik yang diteliti yaitu perdagangan udang dunia. Selain itu, peneliti yang akan melakukan penelitian di masa mendatang dapat memperbaiki apabila terdapat kekurangan dalam penelitian ini sehingga literatur mengenai topik daya saing secara umum dan khususnya daya saing udang Indonesia dapat berkembang Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab satu yaitu pendahuluan menguraikan mengenai definisi konsep daya saing menurut beberapa pihak beserta perdebatan antara pihak yang mendukung dan menolak konsep daya saing negara. Kemudian bab ini juga menguraikan mengenai profil perdagangan udang dunia, negara utama eksportir dan importir produk udang, potensi sektor perikanan Indonesia, kinerja ekspor udang Indonesia, mengapa peneliti memilih udang sebagai komoditas yang diteliti, alasan pemilihan metode penelitian, dan motivasi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai daya saing dan kinerja ekspor udang Indonesia. Bab satu juga mengemukakan mengenai pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitiaan bagi pihak-pihak terkait, dan sistematika penulisan. Bab dua yaitu tinjauan pustaka memaparkan tentang teori perdagangan internasional dari teori keunggulan komparatif David Ricardo, teori Hekscher- Ohlin, dan increasing return to scale. Bab dua juga membahas mengenai definisi konsep daya saing dari berbagai pihak disertai dengan sedikit penjelasan mengenai perdebatan konsep tersebut, dan pengukuran daya saing menurut WEF, OECD, 19

20 pangsa pasar seperti analisis CMS dan RCA, pendekatan nilai tukar, dan unit labor cost. Bab ini juga membahas mengenai perkembangan dan fondasi teori model gravitasi, studi empirik daya saing dari berbagai negara untuk beberapa komoditas baik manufaktur maupun perdagangan, dan tentunya mengenai daya saing produk udang. Di bagian keaslian penelitian, diuraikan mengenai perbedaan analisis yang digunakan oleh peneliti dengan penelitian daya saing sebelumnya untuk produk perikanan khususnya udang. Selain itu, studi empirik mengenai model gravitasi di berbagai negara juga diuraikan beserta perbedaan terkait dengan variabel model gravitasi yang digunakan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Bab tiga yaitu metode penelitian, pada bagian pertama membahas mengenai jenis data yang digunakan untuk analisis dan sumber data tersebut. Selain itu, dibahas juga mengenai variabel yang digunakan dalam model gravitasi dan perhitungan daya saing udang menggunakan metode constant market share. Bagian selanjutnya pada bab tiga menjelaskan mengenai spesifikasi model gravitasi yang digunakan, hipotesis model gravitasi, dan teknik estimasi dari model gravitasi tersebut, dan bagian terakhir pada bab tiga menjelaskan mengenai alat analisis yang digunakan untuk metode constant market share dan model gravitasi. Bab empat yaitu hasil dan pembahasan, pada bagian pertama menjelaskan hasil analisis constant market share untuk Indonesia dan negara pesaing yang dibagi ke dalam 5 periode waktu yaitu , , , , dan Bagian selanjutnya menganalisis model gravitasi meliputi statistik deskriptif data, hasil analisis regresi model gravitasi standar dan 20

21 augmented gravity model, dan pengaruh variabel bebas terhadap ekspor udang Indonesia. Bab lima merupakan bagian penutup yang memuat kesimpulan dari analisis data dan pembahasan, serta implikasi kebijakan yang dapat diambil dari hasil penelitian. Selain itu, bab lima juga memberikan saran bagi pihak terkait yang akan melakukan penelitian tentang topik perdagangan udang di masa mendatang. 21

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan

Lebih terperinci

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia

Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Robby Alexander Sirait 1 ) Per September 2016, ekspor hasil Dibandingkan tahun 2012, porsi nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai krustasea terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari adanya dukungan kebijakan fiskal maupun non-fiskal.

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar daripada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian lndonesia memegang peran yang cukup penting, mengingat potensi sumberdaya ikan tuna di perairan lndonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

Oleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf

Oleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf LAPORAN AKHIR TA. 2013 PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA- NEGARAA MITRA TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA Oleh: Budiman Hutabarat Saktyanu K. Dermoredjo Frans Betsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL

PEMASARAN INTERNASIONAL PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg Market Brief Peluang Produk Sepeda di Jerman ITPC Hamburg 2015 I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... II I. PENDAHULUAN... 1 A. Pemilihan Produk... 1 B. Profil Geografi Jerman... 1 II. POTENSI PASAR NEGARA JERMAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Latar belakang kenaikan harga minyak dunia yang terjadi akhir-akhir ini berbeda dengan fenomena kenaikan harga minyak dunia sebelumnya. Saat ini, kenaikan harga minyak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan internasional, kebutuhan suatu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dan luas perairan lautnya mencapai 5.8 juta km 2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia sehingga industri kelapa sawit diusahakan secara besar-besaran. Pesatnya perkembangan industri kelapa

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pesat merupakan tujuan utama dari kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan suatu indikator penentu kemajuan suatu Negara. Peningkatan pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2015, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci