ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H"

Transkripsi

1 ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 RINGKASAN MARIA ULFAH. Analisis Potensi Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia (dibimbing oleh SRI MULATSIH). Pasar non-tradisional Asia merupakan pasar potensial yang bisa dijadikan tujuan ekspor untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Produk makanan dan minuman olahan merupakan salah satu produk dari industri makanan dan minuman yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap ekspor non migas Indonesia. Agar produk makanan dan minuman olahan Indonesia tetap berkontribusi terhadap ekspor non migas maka industri makanan dan minuman perlu melakukan pengembangan ekspor ke pasar non-tradisional Asia. Untuk melakukan pengembangan ekspor produk makanan dan minuman olahan dibutuhkan suatu analisis agar dapat diketahui potensi ekspor produk tersebut di pasar non-tradisional Asia sehingga dapat diperoleh suatu kebijakan untuk meningkatkan ekspor ke pasar non-tradisional Asia tersebut. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Export Product Dynamic (EPD), Revealed Comparative Advantage (RCA), dan gravity model dengan pendekatan data panel. Jenis data yang digunakan terdiri dari data time series selama periode dan cross section sepuluh negara non-tradisional Asia, yaitu Bahrain, India, Kamboja, Lebanon, Sri Lanka, Macao, Malaysia, Pakistan, Thailand, dan Turki. Adapun produk makanan dan minuman olahan yang diteliti sebanyak empat produk yang diperoleh dari kode HS2002, yaitu produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis; produk kembang gula; produk jus buah dan jus sayuran; serta produk teh. Hasil analisis EPD dan RCA menunjukkan bahwa produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis berpotensi ekspor ke Bahrain, India, Camboja, Macao, dan Thailand. Namun, produk ini memiliki daya saing yang lemah di Camboja. Selain itu, Malaysia juga berpotensi ekspor karena berdaya saing kuat dan terjadi peningkatan permintaan ekspor terhadap produk tersebut di Malaysia. Produk kembang gula berpotensi ekspor ke Bahrain, India, dan Camboja. Namun, produk ini juga memiliki daya saing yang lemah di Camboja. Sementara itu, Macao, Malaysia, Thailand, dan Turki juga berpotensi ekspor produk tersebut karena berdaya saing kuat dan terjadi peningkatan permintaan ekspor di keempat negara tersebut. Produk jus buah dan jus sayuran berpotensi ekspor ke Bahrain, India, Malaysia, Thailand, dan Turki. Namun, produk ini berdaya saing kuat hanya di Turki. Camboja dan Macao juga berpotensi ekspor walaupun daya saing produk di kedua negara tersebut lemah, tetapi terjadi peningkatan permintaan ekspor atas produk tersebut di Camboja dan Macao. Sementara itu, produk teh berpotensi ekspor ke Camboja dan Thailand. Pada kedua negara potensial tersebut produk ini memiliki daya saing yang kuat. India, Malaysia, dan Turki juga berpotensi ekspor produk teh karena berdaya saing kuat dan terjadi peningkatan permintaan ekspor di negara-negara tersebut. Selain itu, Bahrain dan Macao juga masih dapat dijadikan tujuan ekspor produk teh walaupun daya saing di kedua negara tersebut lemah tetapi terjadi peningkatan permintaan ekspor produk teh.

3 Hasil analisis dengan gravity model diperoleh bahwa GDP per kapita riil negara non-tradisional Asia, populasi negara non-tradisional Asia, nilai tukar riil, harga ekspor relatif, dan nilai ekspor tahun sebelumnya mempengaruhi permintaan ekspor produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis. GDP per kapita riil negara non-tradisional Asia, populasi negara non-tradisional Asia, harga ekspor relatif, dan nilai ekspor tahun sebelumnya mempengaruhi permintaan ekspor produk kembang gula. GDP per kapita riil negara nontradisional Asia, populasi negara non-tradisional Asia, jarak ekonomi, harga ekspor relatif, dan nilai ekspor tahun sebelumnya mempengaruhi permintaan ekspor produk jus buah dan jus sayuran. Sedangkan, GDP per kapita riil negara non-tradisional Asia, jarak ekonomi, nilai tukar riil, harga ekspor relatif, dan nilai ekspor tahun sebelumnya mempengaruhi permintaan ekspor produk teh. Posisi pasar Rising Star dengan daya saing produk yang kuat pada produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis di Bahrain, India, Macao, dan Thailand, pada produk kembang gula di Bahrain dan India, pada produk jus buah dan jus sayuran di Bahrain, India, Malaysia, dan Thailand, serta pada produk teh di Camboja dan Thailand, sebaiknya pemerintah mendorong industri makanan dan minuman dalam negeri untuk maintained pada posisi pasar yang sudah ideal dengan daya saing yang kuat tersebut. Posisi pasar Lost Opportunity pada produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis di Malaysia, pada produk kembang gula di Macao, Malaysia, Thailand, dan Turki, pada produk jus buah dan jus sayuran di Camboja dan Macao, serta produk teh di Bahrain, India, Macao, Malaysia, dan Turki, sebaiknya pemerintah mendorong industri makanan dan minuman untuk lebih produktif dalam memproduksi makanan dan minuman olahan dengan cara meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan keterampilan, kecekatan bekerja dan memberikan insentif bagi karyawan yang berproduktivitas tinggi, melakukan inovasi teknologi yang mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak dengan tidak mengurangi mutu kualitas produk dan menjalin hubungan bilateral yang lebih kuat agar Indonesia memperoleh informasi yang baik mengenai kebutuhan impor negara tersebut dan mengenai strategi kebijakan ekonomi yang dilakukan negara importir lainnya sebagai bahan pembanding dan pembelajaran untuk dapat menerapkan strategi kebijakan yang lebih baik. Produk yang memiliki daya saing yang lemah, seperti produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis serta produk kembang gula di Camboja, produk jus buah dan jus sayuran di Bahrain, India, Camboja, Macao, Malaysia, dan Thailand, serta produk teh di Bahrain dan Macao, sebaiknya dilakukan perbaikan iklim usaha dengan melakukan inovasi produk serta menambah daya tarik produk seperti memberikan identitas fisik pada produk yang dipasarkan agar produk memiliki ciri khas tersendiri sehingga mampu menarik perhatian pasar, melakukan efisiensi produk dan biaya produksi dengan tidak mengurangi kualitas produk yang baik dan bagus. Selanjutnya, melakukan kebijakan promosi ekspor dengan mensosialisasikan produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar non-tradisional Asia. Sementara itu, untuk meningkatkan ekspor produk teh sebaiknya pemerintah melakukan kebijakan terhadap tarif ekspor yang menimbulkan biaya ekonomi tinggi, seperti tarif pungutan dan tarif pelabuhan yang harus dipangkas agar harga perdagangan pada produk teh yang mahal seperti teh hijau dan teh hitam menjadi tidak sangat mahal.

4 ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA Oleh MARIA ULFAH H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Maria Ulfah Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Potensi Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non- Tradisional Asia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP Tanggal Kelulusan:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juni 2012 Maria Ulfah H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Maria Ulfah, lahir pada tanggal 8 Juli 1990 di Bogor. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Endang Supriyatna dan Nurlianah. Pada tahun 1994 penulis memulai jenjang pendidikan formalnya di TK. R.A. Anurriyah, Bogor dan lulus pada tahun Lalu penulis melanjutkan sekolah dasar di SDN Cihideung Ilir 03, Bogor selama tahun 1996 hingga tahun Kemudian melanjutkan pendidikan formalnya di SMPN 1 Ciampea, Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Kornita, Bogor dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi pada tahun 2008 di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor.

8 i KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, dengan judul Analisis Potensi Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini membutuhkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Mama Nurlianah, Bapak Endang Supriyatna, Nenek Aang, Kakek Adung, dan kakak Fakhrullah Amin atas segala doa, semangat, motivasi serta dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis. 2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingannya baik secara teoritis maupun teknis serta kebaikan atas bantuannya dan kesediaan meluangkan waktu selama proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku dosen penguji utama dan Fifi Diana Thamrin, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas segala masukan, kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi penulis. 4. Staff Depatemen Ilmu Ekonomi serta para dosen atas bantuannya dalam memperlancar proses kelulusan penulis. 5. Teman-teman satu bimbingan (Eristya Puspitadewi, Ivan Tanujaya, Mega Natasha Indah dan Wulan Pebdianti) atas semangat, kerjasama, dan bantuannya. 6. Sahabat-sahabat (Niken Larasati Abimayu, Adnan, dan Theresia Shintauli) atas bantuan dalam proses pembuatan skripsi hingga selesai. 7. Serta teman-teman IE 45 lainnya atas kebersamaan dan dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi hingga selesai.

9 ii Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ada sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama bagi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai ekspor produk makanan dan minuman olahan. Bogor, Juni 2012 Maria Ulfah H

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Ekspor Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan Definisi Pasar Non-Tradisional Konsep Daya Saing Teori Perdagangan Internasional Teori Keunggulan Komparatif Teori Revealed Comparative Advantage (RCA) Konsep Gravity Model Teori Model Data Panel Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian 24 III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Export Product Dynamic (EPD) 25

11 iv Revealed Comparative Advantage (RCA) Estimasi Gravity Model Perumusan Model Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel Pengujian Asumsi Model dan Pengujian Hipotesis 31 A. Pengujian Asumsi Model.. 32 B. Pengujian Hipotesis IV. GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia Periode Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Bahrain Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di India Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Camboja Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Lebanon Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Sri Lanka Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Macao Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Malaysia Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pakistan Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Thailand Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Turki. 43 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Potensi Pasar Non-Tradisional Asia Sebagai Tujuan Ekspor serta Analisis Daya Saing Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia Periode Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

12 v Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia Periode Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia, Interpretasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia Periode Produk Roti, Kue, Biskuit, dan Produk Lainnya yang Sejenis Produk Kembang Gula Produk Jus Buah dan Jus Sayuran Produk Teh 59 VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA. 64 LAMPIRAN. 67

13 vi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kode Produk Makanan dan Minuman Olahan dalam Harmonized System (HS) Matriks Posisi Daya Saing Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya Hasil Estimasi EPD dan RCA Produk Roti, Kue, Biskuit, dan Produk Lainnya yang Sejenis Hasil Estimasi EPD dan RCA Produk Kembang Gula Hasil Estimasi EPD dan RCA Produk Jus Buah dan Jus Sayuran Hasil Estimasi EPD dan RCA Produk Teh Hasil Estimasi Gravity Model Produk Roti, Kue, Biskuit, dan Produk Lainnya yang Sejenis Hasil Estimasi Gravity Model Produk Kembang Gula Hasil Estimasi Gravity Model Produk Jus Buah dan Jus Sayuran Hasil Estimasi Gravity Model Produk Teh. 55

14 vii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Perdagangan Internasional Kerangka Pemikiran Kekuatan Bisnis dan Daya Tarik Pasar dalam Metode EPD Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Bahrain, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di India, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Camboja, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Lebanon, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Sri Lanka, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Macao, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Malaysia, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pakistan, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Thailand, Perkembangan Nilai Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Turki,

15 viii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Olahan Metode EPD Produk Roti, Kue, Biskuit, dan Produk Lainnya yang Sejenis Hasil Olahan Metode EPD Produk Kembang Gula Hasil Olahan Metode EPD Produk Jus Buah dan Jus Sayuran Hasil Olahan Metode EPD Produk Teh Hasil Olahan Metode RCA Produk Roti, Kue, Biskuit, dan Produk Lainnya yang Sejenis Hasil Olahan Metode RCA Produk Kembang Gula Hasil Olahan Metode RCA Produk Jus Buah dan Jus Sayuran Hasil Olahan Metode RCA Produk Teh Variabel yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Produk Roti, Kue, Biskuit, dan Produk Lainnya yang Sejenis Variabel yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Produk Kembang Gula Variabel yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Produk Jus Buah dan Jus Sayuran Variabel yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Produk Teh Hasil Output Model Permintaan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia,

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi permintaan produk-produk yang diekspor ke negaranya. Beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa terkena dampak yang paling besar dari krisis ekonomi global. Dalam hubungan perdagangan internasional, negara-negara maju tersebut merupakan tujuan utama ekspor Indonesia (sebagai pasar tradisional) sehingga melemahnya kondisi perekonomian di negara-negara tersebut berdampak pada penurunan ekspor nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sejumlah ekspor non migas selama pasca krisis, yakni tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 9,66 persen atau mencapai nilai sebesar US$ 97,47 miliar dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai nilai US$ 107,80 miliar. Namun, pada tahun 2010 ekspor non migas Indonesia mengalami peningkatan sebesar 33,02 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 129,68 miliar. Peningkatan ekspor non migas salah satunya disebabkan oleh meningkatnya ekspor sektor industri dimana sektor industri merupakan sektor yang berkontribusi paling besar bagi peningkatan ekspor non migas. Kontribusinya terhadap ekspor non migas pada tahun 2010 mencapai 62,14 persen. Angka tersebut merupakan angka kontribusi yang rendah jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang memiliki kontribusi sebesar 63,03 persen. Hal tersebut dikarenakan sektor lain seperti sektor pertambangan dan lainnya mengalami peningkatan ekspor di tahun 2010 sebesar 35,34 persen yang menyumbang kontribusi terhadap ekspor non migas sebesar 16,91 persen dan sektor pertanian yang meningkat sebesar 14,90 persen dengan menyumbang kontribusi terhadap ekspor non migas sebesar 3,17 persen. Walaupun sektor industri menyumbang dengan angka kontribusi yang lebih rendah dibandingkan tahun 2009, tetapi pada tahun 2010 tersebut ekspor sektor industri tumbuh sebesar 33,47 persen dibandingkan tahun 2009 yang turun sebesar 16,93 persen.

17 2 Salah satu industri yang mengalami penurunan ekspor pasca krisis global tahun 2008 adalah industri makanan dan minuman. Penurunan ekspor ini terutama terjadi pada ekspor ke negara-negara tujuan utama, seperti Amerika Serikat, Singapura, Jepang dan Eropa. Terjadinya penurunan ekspor di negara tujuan utama tersebut disebabkan oleh imbas krisis ekonomi global yang belum secara keseluruhan pulih dari keempat negara tersebut. Selain itu, penurunan ekspor makanan dan minuman olahan Indonesia juga terjadi hampir di semua negara tujuan ekspor hingga akhir tahun Berdasarkan perolehan data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), ekspor makanan dan minuman olahan Indonesia menurun di tahun 2009 yang mencapai nilai US$ 2,5 miliar dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai nilai US$ 2,99 miliar. Namun, pada tahun 2010 ekspor makanan dan minuman olahan Indonesia mengalami peningkatan dengan nilai sebesar US$ 3,5 miliar. Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa nilai ekspor makanan olahan yang meningkat di tahun 2010 sudah terlihat dari periode Januari hingga April yang mencapai US$ 111,15 juta dibandingkan periode yang sama pada tahun 2009 yang mencapai US$ 70,31 juta. Sedangkan ekspor minuman olahan selama Januari hingga April 2010 mencapai US$ 18,55 juta dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2009 yang mencapai US$ 17,85 juta. Peningkatan ekspor minuman olahan tidak sebesar peningkatan ekspor pada makanan olahan, dikarenakan produk minuman memiliki daya tahan yang lebih rendah dan kemasan minuman Indonesia yang terbuat dari botol dan cup plastik sangat rentan mengalami kerusakan saat pendistribusian. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2010, yakni selama pasca krisis ekonomi global terhadap industri makanan dan minuman dari sektor industri yang berkontribusi besar terhadap ekspor non migas disebabkan oleh kondisi perekonomian yang baik dari negara-negara yang sedang tumbuh dan berkembang (pasar non-tradisional). Selama pasca krisis ekonomi global, perekonomian dunia secara bertahap kembali pulih dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda diantara negara maju dan negara berkembang dimana kinerja ekonomi dari negara-negara

18 3 yang sedang tumbuh dan berkembang (emerging market economies) mengalami pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan negara-negara maju yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan perolehan data dari penyelenggaraan Trade Expo Indonesia pada tahun 2011, terdapat pembeli dari 92 negara mitra dagang dimana jumlah pembeli (buyers) terbanyak berasal dari negara-negara non-tradisional, yakni sebesar 86,55 persen dan negara-negara tradisional sebesar 13,45 persen. Pendapatan yang diperoleh dari penyelenggaraan Trade Expo Indonesia tersebut sebesar US$ 464,5 juta yang diperoleh dari transaksi hasil penjualan produk ekspor sebesar US$ 226 juta dan sektor jasa sebesar US$ 238,5 juta. Dalam komposisi hasil transaksi produk ekspor, produk makanan dan minuman memperoleh pangsa sebesar 2,52 persen dibandingkan sektor furnitur yang memperoleh pangsa sebesar 40,8 persen. Walaupun produk makanan dan minuman olahan Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2010, akan tetapi berdasarkan hasil penjualan dari Trade Expo Indonesia tahun 2011 diperoleh pangsa ekspor produk makanan dan minuman masih belum mendominasi hanya mencapai 2,52 persen. Negara-negara non-tradisional merupakan negara pembeli yang memiliki apresiasi cukup besar terhadap produk-produk yang dihasilkan Indonesia. Oleh karena itu, industri makanan dan minuman memiliki peluang untuk meningkatkan ekspornya ke pasar non-tradisional sehingga pasar tersebut dapat dijadikan tujuan ekspor alternatif bagi produk makanan dan minuman olahan dalam negeri agar dapat terus meningkat dan berkontribusi terhadap ekspor non migas. Namun, pasar non-tradisional merupakan negara-negara yang sedang tumbuh dan berkembang yang mencakup kawasan Afrika, Asia, Amerika Latin, dan lain sebagainya sehingga untuk mengetahui negara-negara non-tradisional yang potensial untuk dapat dijadikan tujuan ekspor alternatif bagi produk makanan dan minuman olahan Indonesia, maka kawasan Asia dapat dijadikan salah satu pasar potensial bagi pengembangan produk makanan dan minuman olahan Indonesia. Asia merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia

19 4 sehingga hal tersebut dapat mempermudah pengusaha makanan dan minuman dalam negeri memproduksi makanan dan minuman yang sesuai dengan permintaan pasar non-tradisional Asia serta jarak antar Indonesia dengan negaranegara non-tradisional Asia tergolong jarak yang dekat, hal ini dapat mempermudah dan mempermurah biaya transportasi. Selain itu, dengan jarak yang dekat dapat mengatasi masalah pendistribusian produk minuman olahan Indonesia yang terkait dengan kemasan yang mudah mengalami kerusakan dan memiliki daya tahan yang lebih rendah dibandingkan makanan olahan. Produk makanan olahan yang dapat dilakukan pengembangan ekspor ke pasar non-tradisional Asia diantaranya adalah produk yang berbahan baku tepung terigu seperti roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis. Produk-produk tersebut merupakan produk turunan dari tepung terigu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari-Oktober 2010, total ekspor produk turunan tepung terigu mencapai nilai US$ 269,6 juta atau naik sekitar 41,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang mencapai nilai US$ 191,1 juta. Selama tahun 2010, ekspor produk turunan tepung terigu mencapai US$ 400 juta dibandingkan tahun 2009 yang mencapai US$ 236,3 juta. Selain itu, produk makanan olahan lainnya yang dapat dilakukan pengembangan ekspor ke pasar non-tradisional Asia adalah kembang gula dimana nilai ekspor yang dicapai pada tahun 2010 sebesar US$ 92,91 juta atau meningkat sebesar 17,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 79,33 juta. Sementara itu, jenis produk minuman olahan Indonesia yang banyak diekspor adalah produk minuman jus dan teh sehingga keduanya pun dapat dilakukan pengembangan ekspor ke pasar non-tradisional Asia. Nilai ekspor produk jus di tahun 2010 mencapai US$ 33,40 juta atau meningkat sebesar 58,9 persen dibandingkan tahun 2009 yang mencapai nilai US$ 21,03 juta. Ekspor teh pada tahun 2009 mencapai 120 ribu ton atau memenuhi sekitar 5,8 persen kebutuhan dunia. Pada tahun 2010 nilai ekspornya mencapai US$ 110 juta. Dengan demikian, keempat produk tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan ke pasar non-tradisional Asia sebagai tujuan ekspor alternatif untuk menjaga agar produk-produk tersebut tetap meningkat dan berkontribusi terhadap ekspor non migas Indonesia.

20 Perumusan Masalah Untuk mengetahui potensi produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar non-tradisional Asia, maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap potensi pasar non-tradisional Asia serta daya saing produk makanan dan minuman olahan di pasar tersebut. Dengan demikian, perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Negara-negara non-tradisional Asia mana sajakah yang berpotensi sebagai negara tujuan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia? 2. Bagaimana daya saing yang dihadapi dalam mengembangkan pasar ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di negara-negara tersebut? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar non-tradisional Asia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka tujuan penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis negara-negara non-tradisional Asia yang berpotensi sebagai negara tujuan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia. 2. Menganalisis daya saing yang dihadapi dalam mengembangkan pasar ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di negara-negara tersebut. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar non-tradisional Asia Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait, diantaranya: 1. Bagi penulis mampu menerapkan ilmu dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di Perguruan Tinggi.

21 6 2. Sebagai bahan acuan kepustakaan bagi mahasiswa untuk memperkaya wawasan maupun sebagai referensi untuk membuat karya ilmiah di masa yang akan datang. 3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi industri makanan dan minuman olahan Ruang Lingkup Untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup yang dikaji meliputi: 1. Penelitian terbatas pada empat produk makanan dan minuman olahan, yaitu produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis; kembang gula; jus buah dan jus sayuran; serta teh. 2. Penelitian terbatas pada sepuluh negara non-tradisional Asia yang menjadi tujuan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia, yaitu Bahrain, India, Camboja, Lebanon, Sri Lanka, Macao, Malaysia, Pakistan, Thailand, dan Turki.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor memiliki banyak manfaat, diantaranya: dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa, meningkatkan perekonomian rakyat, dan mendorong berkembangnya kegiatan industri. Khusus kegiatan ekspor, memiliki peranan yang penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Adanya aliran perdagangan berupa ekspor ke negara-negara tujuan ekspor dapat dikarenakan penawaran ekspor dari negara eksportir maupun permintaan ekspor dari negara importir. Penawaran ekspor adalah jumlah komoditas yang dapat dijual oleh suatu negara. Semakin banyak jumlah yang diproduksi, maka penawaran ekspor suatu negara akan meningkat. Permintaan ekspor adalah jumlah suatu komoditas ekspor yang diminta oleh suatu negara tertentu. Dalam permintaan ekspor terdapat beberapa faktor yang menentukan, seperti rata-rata pendapatan rumah tangga dan jumlah penduduk. Jika ada kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan menyebabkan jumlah komoditas yang diminta lebih banyak pada setiap harga tertentu dan jika ada kenaikan jumlah penduduk, maka permintaan akan suatu komoditas meningkat pada tingkat harga tertentu (Andelisa, 2011) Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan Menurut Saparinto dan Hidayati (2006), makanan olahan adalah makanan hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Makanan olahan bisa dibedakan menjadi makanan olahan siap saji dan tidak siap saji. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan, contoh: pisang goreng. Sedangkan makanan olahan tidak siap saji adalah makanan yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih

23 8 memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum, contoh: makanan kaleng. Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi (Cahyadi, 2005). Sedangkan minuman olahan yang mengandung alkohol merupakan minuman yang jika dikonsumsi dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Dengan demikian, dalam penelitian ini produk makanan dan minuman olahan yang dimaksud merupakan makanan siap saji dan tidak siap saji serta minuman yang tidak mengandung alkohol dalam bentuk bubuk maupun cair Definisi Pasar Non-Tradisional Pasar non-tradisional adalah pasar yang menjadi tujuan ekspor yang belum tergolong besar tetapi potensial untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Pasar ekspor yang dikategorikan dalam pengertian non-tradisional ini adalah di luar tujuan utama ekspor Jepang, Amerika Serikat, Eropa Barat, Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan. Pasar non-tradisional terdiri dari banyak negara yang tumbuh (emerging market) maupun yang sedang berkembang yang terdiri dari kawasan Afrika, Asia, Amerika Latin, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini pasar non-tradisonal yang dianalisis hanya pada sepuluh negara yang berada pada kawasan Asia, seperti Bahrain, Camboja, India, Lebanon, Macao, Malaysia, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, dan Turki Konsep Daya Saing Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen (Tambunan, 2001). Pendekatan yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif merupakan suatu keunggulan yang dapat dikembangkan

24 9 sehingga untuk dapat memperolehnya maka keunggulan ini harus dapat diciptakan. Sementrara itu menurut Simatupang (1991) dalam Oktaviani dan Novianti (2009), konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan), potensial. Artinya, daya saing akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi. Terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi, dan terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu aktivitas. Kelayakan finansial melihat manfaat proyek atau aktivitas ekonomi dari sudut lembaga atau individu yang terlibat dalam aktivitas tersebut, sedangkan analisa ekonomi menilai suatu aktivitas atas manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyumbangkan dan siapa yang menerima manfaat Revealed Competitive Advantage yang merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual Teori Perdagangan Internasional Perdagangan merupakan suatu proses pertukaran barang dan jasa yang dilakukan atas dasar suka sama suka, untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Dalam masa globalisasi, perdagangan tidak hanya dilakukan dalam satu negara saja. Bahkan dunia sudah memasuki perdagangan bebas. Hampir tidak ada satu negarapun yang tidak melakukan hubungan dengan negara lain (Dumairy,1997). Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) dari sisi pengeluaran suatu negara. Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani dan Novianti, 2009). Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan. Demikian halnya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang melakukan perdagangan

25 10 bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Selain motif mencari keuntungan, Krugman (2003) dalam Oktaviani dan Novianti (2009) mengungkapkan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional: 1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. 2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economic of scale). Dalam teori perdagangan internasional, suatu negara (misal negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian jadi) ke negara lain (misal negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadinya perdagangan internasional) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik negara B (Gambar 2.1). Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A telah terjadi excess supply (memiliki kelebihan produksi). Dengan demikian, negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, di negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang terjadi di negara B lebih tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli pakaian jadi dari negara lain yang relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dengan negara B, maka akan terjadi perdagangan antar keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama. Kurva pada Gambar 2.1 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional harga di negara A sebesar P A, sedangkan di negara B sebesar P B. Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari P A sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P B. Pada saat harga internasional (P * ) sama dengan P A maka negara B akan terjadi excess demand (ED) sebesar B. Jika harga internasional sama dengan P B maka di negara A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A. Dari A dan B akan terbentuk kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara A akan mengekspor komoditi (pakaian jadi) sebesar X

26 11 sedangkan negara B akan mengimpor komoditi (pakaian jadi) sebesar M, dimana di pasar internasional sebesar X sama dengan M, yaitu Q *. Ilustrasi terjadinya perdagangan internasional dapat dilihat dari Gambar 2.1 berikut ini: D A A S A ES DB S B X P B P A P* M ED B O Q A O Q* O Q B Negara A Perdagangan Negara B Sumber: Salvatore, 1997 Gambar 2.1. Kurva Perdagangan Internasional Keterangan: P A : Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional OQ A : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional A : Kelebihan penawaran (excess supply) di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional X : Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A P B : Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdangangan internasional OQ B : Jumlah produk domestrik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional B : Kelebihan permintaan (excess demand) di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional M : Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B P* : Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdangangan internasional OQ* : Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M)

27 12 Terbentuknya perdagangan internasional memberikan beberapa manfaat, diantaranya: 1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri. 2. Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara, seperti: kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan IPTEK dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri. 3. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri. 4. Memperluas pasar dan menambah keuntungan. 5. Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih modern Teori Keunggulan Komparatif Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage) merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, Ricardo menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Sebagai contoh, Indonesia dan Malaysia sama-sama memproduksi kopi dan timah. Indonesia mampu memproduksi kopi secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi tidak mampu memproduksi timah secara efisien dan murah. Sebaliknya, Malaysia mampu dalam memproduksi timah secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi tidak mampu memproduksi kopi secara efisien dan murah. Dengan demikian, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi kopi dan Malaysia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi timah. Untuk dapat saling menguntungkan dalam melakukan perdagangan, maka kedua negara tersebut harus bersedia bertukar kopi dan timah.

28 13 Hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage) menyatakan bahwa perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki keunggulan absolut pada kedua komoditi yang diperdagangkan dengan melakukan spesialisasi produk yang kerugian absolutnya lebih kecil atau memiliki keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif tersebut dibedakan atas cost comparative advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage (labor productivity). Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Sementara itu, pada production comparative advantage (labor productivity) dapat dikatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut berproduksi lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak produktif. Dengan kata lain, cost comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara memproduksi suatu barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam tenaga kerja dibandingkan negara lain sehingga terjadi efisiensi produksi. Sedangkan production comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika seorang tenaga kerja di suatu negara dapat memproduksi lebih banyak suatu barang/jasa dibandingkan negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Dengan demikian keuntungan perdagangan diperoleh jika negara melakukan spesialisasi pada barang yang memiliki cost comparative advantage dan production advantage atau dengan mengekspor barang yang keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang keunggulan komparatifnya rendah (Firdaus, 2011). Dengan kata lain, dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang dan jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi.

29 Teori Revealed Comparative Advantage (RCA) Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara pangsa ekspor komoditas suatu negara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut di dunia. Menurut Tambunan (2001), RCA merupakan indikator yang dapat menunjukkan nilai keunggulan komparatif berdasarkan rasio antar perbandingan ekspor suatu industri (atau komoditas) di suatu negara terhadap total ekspor negara tersebut dengan perbandingan nilai ekspor dunia industri tersebut terhadap total ekspor dunia. Konsep RCA ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya. Pada saat itu, konsep RCA banyak digunakan dalam laporan penelitian dan studi empiris yang dijadikan sebagai indikator keunggulan komparatif suatu produk dan dipergunakan sebagai acuan spesialisasi perdagangan internasional Konsep Gravity Model Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktorfaktor ekonomi yang mempengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk menganalisis terjadinya aliran perdagangan antar negara. Selain aplikasi dalam aliran perdagangan, model ini juga diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti transportasi dan perpindahan penduduk antar kota bahkan benua. Model ini telah sukses secara empiris dalam menjelaskan terjadinya arus perdagangan antar negara, tetapi alasan yang diterima secara teoritis masih diperdebatkan. Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, dan jarak antar negara (Bergstrand, 1985 dalam Setyo, 2009). Gravity Model pertama kali digunakan oleh Tinberger pada tahun 1962 dan Ponyohen pada tahun 1963 untuk menganalisis aliran perdagangan antara negara-negara Eropa. Kemudian model ini dikembangkan oleh Bergstrand pada tahun 1985 yang menerapkan bahwa model gravitasi ini tidak hanya digunakan

30 15 untuk menganalisis perdagangan secara agregat, tetapi dapat diterapkan terhadap aliran perdagangan suatu komoditas. Perumusan gravity model ini diadopsi dari persamaan umum Gravitasi Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa Interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing. Pernyataan tersebut teraplikasi dalam rumus sebagai berikut: F ij = G x M i x M j D ij Dimana: F = volume interaksi antardua negara (aliran perdagangan bilateral) M = Ukuran ekonomi untuk kedua negara D = Jarak ekonomi kedua negara G = Konstanta Kemudian dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan tersebut diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik yang selanjutnya menjadi bentuk umum dari gravity model. Dalam hal ini, konstanta G diubah menjadi bagian dari β 0 dan digunakan GDP sebagai ukuran ekonomi untuk kedua negara. Log (Aliran perdagangan bilateral) = β 0 + β 1 log (GDP negara 1) + β 2 log (GDP negara 2) + β 3 log (Jarak) + ε Dengan demikian, rumus umum dari gravity model menurut Bergstrand (1985), Koo, et al (1994) dalam Oktaviani (2000) sebagai berikut: T ij = f (Y i, Y j, F ij ) Keterangan: T ij Y i Y j F ij = Nilai aliran perdagangan dari negara i ke negara j = Gross Domestic Product negara i = Gross Domestic Product negara j = Faktor-faktor lain yang mempengarhi perdagangan antara negara i dengan negara j

31 16 Pada dasarnya, model gravitasi ini menjelaskan perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antara besarnya ukuran perekonomian (GDP dan populasi) antar negara. Aliran perdagangan antar negara ditentukan oleh: 1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensi negara pengimpor. 2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengimpor dan negara pengekspor. Pada penerapan konsep gravity model ini, variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor dapat digambarkan dengan GDP negara importir sedangkan variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor dapat digambarkan dengan GDP negara pengekspor. Akan tetapi, dapat pula digunakan GDP per kapita sebagai pengganti variabel GDP. Sementara itu, variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengimpor dan negara pengekspor adalah adanya variabel jarak, harga ekspor komoditi dan nilai tukar (exchange rate) antar dua negara. 1. GDP Per Kapita GDP per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan pendapatan setiap individu dalam perekonomian. Untuk mengetahui kemampuan daya beli negara tujuan ekspor terhadap produk yang diekspor digunakan variabel GDP per kapita riil sebab pada GDP per kapita riil memperhatikan adanya pengaruh dari harga, sedangkan GDP per kapita nominal merupakan nilai GDP yang tidak memperhatikan adanya pengaruh dari harga. Dengan demikian, tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari pendapatan per kapita riil suatu negara. Jika pendapatan per kapita suatu negara dinilai cukup tinggi, maka dapat dikatakan suatu negara tersebut merupakan pasar potensial bagi pemasaran suatu komoditi ataupun produk tertentu. 2. Populasi Pertambahan populasi atau penduduk dapat mempengaruhi ekspor melalui dua sisi, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan penduduk dapat menyebabkan terjadinya penambahan tenaga kerja

32 17 untuk melakukan proses produksi suatu komoditi/produk yang akan diekspor. Sedangkan pada sisi permintaan, pertambahan penduduk akan menyebabkan bertambah besarnya permintaan akan komoditi/produk yang diekspor. 3. Jarak Ekonomi Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam gravity model untuk analisis aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah nilai ekspornya. Jika biaya transportasi terlalu mahal maka nilai perdagangan akan menurun bersamaan dengan penurunan keuntungan. Adapun jarak yang digunakan adalah jarak ekonomi dengan perhitungan sebagai berikut: Jarak Ekonomi = Jarak geografis antar negara X n 1 GDP negara j GDP negara j 4. Nilai Tukar Nilai tukar (exchange rate) atau kurs diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Nilai tukar yang digunakan pada pemodelan gravity model ini adalah nilai tukar riil yang merupakan nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif, yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. IHK AS Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x IHK negara tujuan ekspor Kondisi nilai tukar seperti terapresiasinya mata uang domestik negara tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika membuat harga suatu produk relatif lebih murah. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan nilai impor dari negara tujuan karena negara tujuan membutuhkan sedikit uang untuk membeli barang impor. 5. Harga Ekspor Relatif Komoditi Harga ekspor relatif komoditi yang rendah atau lebih murah merupakan harga yang diinginkan oleh setiap negara. Dengan harga yang murah, mampu meningkatkan permintaan komoditi/produk yang diekspor ke negara tujuan.

33 Teori Model Data Panel Metode data panel merupakan model ekonometrika yang menggabungkan informasi yang diperoleh dari data time series dan data cross section. Penggunaan data panel ini memiliki dua keuntungan (Firdaus, 2011), diantaranya: 1. Jumlah observasi menjadi lebih besar. Marginal effect dari peubah penjelas dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga parameter yang diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan model lain. Secara teknis menurut Hsiao (2004), data panel dapat memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antarpeubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang artinya meningkatkan efisiensi. 2. Keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau time series saja. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu. Dengan metode ini estimasi yang dilakukan dapat secara eksplisit memasukkan unsur heterogenitas individu. Data panel juga lebih baik untuk studi dynamics of adjustment. Hal ini berkaitan dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang, sehingga data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis. Dalam analisis data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least squre), model efek tetap (fixed effects model), dan model efek acak (random effects model). Pada pendekatan Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM) dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas (regresor). Misalkan: y it = α i + X it β + ε it Pada one way error components model, komponen error dispesifikasikan dalam bentuk: ε it = λ i + u it Untuk two way error components model, komponen error dispesifikasikan dalam bentuk: ε it = λ i +µ t + u it

34 19 Pada pendekatan one way, error term hanya memasukkan komponen error yang merupakan efek dari individu (λ i ). Pada two way, dimasukkan efek dari waktu (µ t ) ke dalam komponen error. Jadi perbedaan antara FEM dan REM terletak pada ada atau tidaknya korelasi antara λ i dan µ t dengan X it. 1. Pooled Least Square (PLS) Pada prinsipnya, pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga terdapat N x T observasi, dimana N menunjukkan jumlah unit cross section dan T menunjukkan jumlah time series yang digunakan. Model yang digunakan yaitu : y it = α i + X it β + u it Dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series, dapat meningkatkan derajat kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang lebih efisien. Akan tetapi, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias. Hal ini ditunjukkan dari arah kemiringan PLS yang tidak sejajar dengan garis regresi dari masing-masing individu. Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda. 2. Fixed Effects Model (FEM) FEM muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki korelasi dengan X it atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari intersep, yaitu: Untuk one way komponen error : Untuk two way komponen error : y it = α i + λ i + X it β + u it y it = α i + λ i + µ t + X it β + u it Penduga pada FEM dapat dihitung dengan teknik : Pooled Least Square (PLS), Within Group (WG), Least Square Dummy Variable (LSDV), Two Way Error Components Fixed Effect Model.

35 20 3. Random Effects Model (REM) REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam error. Untuk one way error component : Untuk two way error component : y it = α i + X it β + u it + λ i y it = α i + X it β + u it + λ i + μ t Terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu between estimator dan Generalized Least Square (GLS) Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Analisis Daya Saing dan Aliran Ekspor Produk Crude Coconut Oil (CCO) Indonesia oleh Andelisa (2011) menggunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk meneliti daya saing selama periode Selain itu, metode data panel dengan gravity model digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor produk tersebut di negara-negara tujuan ekspor selama periode Penelitian yang dilakukan oleh Hafni (2011) mengenai Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Pisang Indonesia menggunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk menganalisis daya saing komoditi selama periode dan pendekatan gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia ke negara tujuan dengan data panel berupa time series tahun dan cross section enam negara tujuan ekspor: Jepang, Hongkong, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Amerika Serikat serta menggunakan analisis fixed effect. Penelitian yang dilakukan oleh Saptanto dan Soetjitpto (2009) mengenai Analisis Model Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia dengan Pendekatan Gravity Model menggunakan data panel dengan analisis fixed effect dengan data

36 21 cross section 28 negara mitra dagang dan data time series selama 12 tahun yaitu ( ). Variabel-variabel yang digunakan adalah nilai ekspor riil, GDP nominal, jumlah penduduk, jarak relatif, nilai tukar riil efektif dan interaksi antara tarif dengan dummy integrasi ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Saptanto (2011) mengenai Daya Saing Ekspor Produk Perikanan Indonesia di Lingkup ASEAN dan ASEAN-China menggunakan metode analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA). Data yang digunakan adalaha data dari tahun 2000 hingga Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ASEAN maupun ASEAN-China, produk Indonesia yang memiliki daya saing adalah produk dengan kode HS 03 (ikan, udangudangan, hewan lunak, invertebrata perairan), HS (mutiara dari alam yang belum diolah), HS (mutiara budidaya yang belum diolah), dan HS (rumput laut dan alga lainnya). Dari hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia masih lemah dalam hal ekspor produk yang memiliki nilai tambah. Penelitian mengenai Daya Saing Produk Perikanan Indonesia di Beberapa Negara Importir Utama dan Dunia oleh Ramadhan (2011) menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisis keunggulan komparatif dan metode Export Product Dynamic (EPD) untuk menganalisis posisi daya saing pada setiap produk perikanan Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Gumilar (2010) mengenai Daya Saing Komoditi Sayuran Utama Indonesia di Pasar Internasional menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Constant Market Share Analysis (CMSA) Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Potensi Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia Di Pasar Non-Tradisional Asia ini mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Pertama, produk yang dianalisis adalah produk makanan dan minuman olahan yang mencakup lima produk, yaitu produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis; kembang gula; saus, bumbu campuran, dan penyedap campuran; jus buah

37 22 dan jus sayuran; dan teh. Kedua, negara yang diteliti adalah negara-negara nontradisional Asia yang mencakup sepuluh negara Asia, yaitu Bahrain, India, Kamboja, Lebanon, Sri Lanka, Macao, Malaysia, Pakistan, Thailand, dan Turki. Ketiga, periode waktu analisis adalah tahun Kerangka Pemikiran Kondisi ekspor produk makanan dan minuman olahan yang mengalami penurunan di sejumlah negara tradisional (sebagai tujuan utama ekspor) menyebabkan industri makanan dan minuman dalam negeri perlu melakukan pengembangan di sejumlah negara non-tradisional (sebagai negara tujuan ekspor alternatif) untuk dapat terus meningkatkan ekspornya dan tetap memberikan kontribusi terhadap ekspor non migas. Pasar non-tradisional Asia merupakan salah satu pasar potensial dimana jarak yang dekat dan kebutuhan masyarakat non-tradisional Asia yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia dapat mempermudah para pengusaha makanan dan minuman olahan Indonesia dalam memproduksi dan mengekspor produk makanan dan minuman olahan ke pasar non-tradisional Asia tersebut. Namun, untuk melakukan pengembangan ekspor ke pasar non-tradisional Asia perlu dilakukan suatu analisis terhadap potensi pasar non-tradisional Asia dan terhadap produk makanan dan minuman olahan yang diekspor. Untuk mengetahui potensi ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar non-tradisional Asia digunakan tiga metode analisis, yaitu: metode Export Product Dynamic (EPD) untuk menganalisis negara-negara nontradisional Asia yang berpotensi sebagai tujuan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia, metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur daya saing yang dihadapi dalam mengembangkan produk makanan dan minuman olahan di negara-negara tersebut, dan Gravity Model untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan di pasar non-tradisional Asia. Dari hasil analisis ini diharapkan diperoleh implikasi kebijakan yang cocok dan bermanfaat bagi pengembangan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar non-tradisional Asia. Untuk memperjelas rangkaian

38 23 analisis yang dilakukan, maka disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran penelitian seperti pada Gambar 2.2. Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Pasar Tradisional Pasar Non- Tradisional Asia Potensi negaranegara nontradisional Asia Daya saing produk makanan dan minuman olahan Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor produk mamin olahan Metode EPD Metode RCA Gravity model: - GDP per kapita riil negara tujuan ekspor - Populasi negara tujuan ekspor - Jarak ekonomi - Nilai tukar riil - Harga ekspor relatif produk i - Nilai ekspor tahun ke-(t-1) Implikasi Kebijakan Keterangan: mamin = makanan dan minuman Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian

39 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada teori-teori yang ada dan beberapa penelitian terdahulu. Hipotesis tersebut diantaranya: 1. GDP per kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia. 2. Populasi penduduk negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia. 3. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia. 4. Nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap dolar Amerika Serikat berpengaruh positif. 5. Harga ekspor relatif produk makanan dan minuman olahan berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia. 6. Nilai ekspor tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia.

40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan selama periode tahun dan data cross section sepuluh negara non-tradisional Asia. Sumber data yang diperoleh berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), UN Commodity and Trade Database, WDI (World Development Indicator) dari World Bank, Kementerian Perdagangan, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan CEPII database. Selain itu, data pendukung lainnya diperoleh melalui berbagai literatur serta sumber-sumber lain yang relevan. Data mengenai ekspor produk makanan dan minuman olahan yang diteliti dalam penelitian ini diperoleh dari UN Comtrade dengan kode Harmonized System (HS 2002) seperti pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kode Produk Makanan dan Minuman Olahan dalam Harmonized System (HS) No Komoditi Kode HS 1 Roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis Kembang gula Jus buah dan jus sayuran Teh 0902 Sumber : UN Comtrade, Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif. Metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah metode Export Product Dynamic (EPD), Revealed Comparative Advantage (RCA), dan gravity model. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan Eviews Export Product Dynamics (EPD) Salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran yang baik tentang tingkat daya saing adalah Export Product Dynamics (EPD). Indikator ini

41 26 mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia. Sebuah matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu adalah Rising Star, Falling Star, Lost Opportunity, dan Retreat (Bappenas, 2009). Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi pada ekspornya sebagai Rising Star atau bintang terang, yang menunjukkan bahwa negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat (fast-growing products). Lost Opportunity atau kesempatan yang hilang, terkait dengan penurunan pangsa pasar pada produkproduk yang dinamis, adalah posisi yang paling tidak diinginkan. Falling Star atau bintang jatuh juga tidak disukai, meskipun masih lebih baik jika dibandingkan dengan Lost Opportunity atau kesempatan yang hilang, karena pangsa pasarnya tetap meningkat. Sementara itu, Retreat atau kemunduran biasanya tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu 'mungkin' diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang stagnan dan menuju produk-produk yang dinamik (Bappenas, 2009). Share of Country s Export in World Trade (x) Tabel 3.2. Matriks Posisi Daya Saing Share of Product in World Trade (y) Falling Rising (Dynamic) (Stagnant) Rising (Competitive) Rising Star Falling Star Falling (Non-Competitive) Lost Opportunity Retreat Sumber : Esterhuizen, 2006 dalam Bappenas, 2009 Untuk lebih memahami matriks posisi daya saing dapat dilihat melalui tampilan Gambar 3.1 yang menggambarkan posisi pasar pada masing-masing

42 27 kuadran dengan sumbu x sebagai pangsaa pasar ekspor dan sumbu y sebagai pangsa pasar produk. y Lost Opportunity Rising Star Retreat Falling Star x Gambar 3.1. Kekuatan Bisnis dan Daya Tarik Pasar dalam Metode EPD Catatan: Sumbu x menggambarkan peningkatan pangsa pasar ekspor negara tertentu di perdagangann dunia. Sumbu y menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk tertentu di perdagangann dunia. Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan EPD ini, diantaranya: Sumbu x: Pertumbuhan kekuatan bisnis atau disebut pangsa pasar ekspor i: Sumbu y: Pertumbuhan daya tarik pasar atau disebut pangsa pasar produk: t t X t X t 100 % t = 1 Wt t t = 1 Wt T Keterangan : X ij W ij X t W t t t= 1 X W ij ij t X ij 100% t t= 1 Wij T : Nilai ekspor produk i Indonesia ke pasar non-tradisional Asia : Nilai ekspor produk i Dunia ke pasar non-tradisional Asia : Nilai total ekspor Indonesia ke pasar non-tradisional Asia : Nilai total ekspor Dunia ke pasar non-tradision nal Asia T : Jumlah tahun analisis Metode EPD ini digunakan untuk menganalisis sepuluh negara nontradisional Asia yang terdiri dari Bahrain, India, Camboja, Lebanon, Macao, t 1 t 1 100% 100 %

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode 2002-2010 Ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar nontradisional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan selama periode tahun 2003-2010 dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH FITRI KARLINDA H

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH FITRI KARLINDA H ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH FITRI KARLINDA H14080064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH ASTI BAROROTUN MINAL KAROMAH H14070116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide, bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah melewati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Arti Perdagangan Internasinal Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bawang Merah Bawang merah dikenal dengan nama ilmiah Allium ascalonicum L. Bawang Merah berasal dari wilayah yang sama dengan bawang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT OLEH: SEPTI KHAIRUNNISA H14052988 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT OLEH : AHMAD HERI FIRDAUS H14103079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI EKSPOR KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH DWITA MEGA SARI H14104083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan). 91 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Analisis 4.1.1. Pilihan Alat Analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fenomena ekonomi makro seperti liberalisasi keuangan dan kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H14080110 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA. Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H

ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA. Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H14102097 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN WINA YUDPI MUDJAYANI.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BAN INDONESIA KE KAWASAN AMERIKA LATIN MIA AYU WARDANI

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BAN INDONESIA KE KAWASAN AMERIKA LATIN MIA AYU WARDANI ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BAN INDONESIA KE KAWASAN AMERIKA LATIN MIA AYU WARDANI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci