BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.
|
|
- Susanti Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring diberlakukannya Undang-Undang No.22 dan No. 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah membuat wacana baru tentang otonomi daerah menjadi kenyataan. Kebijakan yang kemudian disempurnakan dengan UU No. 32 tahun 2004 tersebut pada akhirnya membawa perubahan kepada semua bidang pembangunan tidak terkecuali bidang kesehatan. Perubahan dalam sistem dan proses organisasional tersebut terdiri dari pembangunan kebijakan kesehatan, kebutuhan penghitungan dan informasi, perencanaan dan alokasi sumber daya, pembiayaan dan manajemen keuangan, perencanaan dan manajemen sumber daya manusia, koordinasi antarsektoral dan partisipasi masyarakat. Realitas tersebut menunjukkan besarnya perubahan mendasar dibidang kesehatan yang terjadi dalam era desentralisasi, hampir semua bidang tergantung pada daerah. Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Pontianak sejak ditetapkan Undang-undang No. 35 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya (Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, 2011). Secara geografis, Kabupaten Kubu Raya terletak pada koordinat 0 14,30 Lintang Utara sampai dengan 01 00,15 Lintang Selatan dan ,55 Bujur Timur dengan 109º,58,45 Bujur Timur. Secara administratif, batas Kabupaten Kubu Raya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak, Kota Pontianak, Kecamatan Sebangki dan Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Sebelah Timur : Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau dan Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang. Sebelah Selatan : Kecamatan Sebonti, Kecamatan Teluk Batang dan Kecamatan Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara. Sebelah Barat : Laut Natuna. 1
2 2 Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Kubu Raya Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya adalah 6.985,20 km 2 yang terdiri dari 9 kecamatan, 106 desa dan 401 dusun. Jumlah penduduk Kabupaten Kubu Raya pada Tahun 2010 sebesar jiwa dan Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 9 (Sembilan) kecamatan dengan sebaran jumlah penduduk yang tidak merata. Tabel 1. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Kubu Raya tahun 2011 Jumlah Penduduk Nama Desa Laki-laki Perempuan Total Sex Ratio Batu Ampar 17,287 16,504 33, Terentang 5,447 4,939 10, Kubu 18,845 18,370 37, Telok Pakedai 9,787 9,365 19, Kakap 52,073 51, , Rasau Jaya 12,124 11,856 23, Sungai Raya 97,639 94, , Sungai Ambawang 34,614 32,615 67, Kuala Mandor B 12,366 11,975 24, Jumlah 260, , , Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, 2011
3 3 Adapun Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya memiliki tugas pokok menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah dalam urusan bidang kesehatan yang menjadi tanggung jawab dan tugas perbantuan yang diberikan oleh pemerintahan daerah Kalimantan Barat. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Daerah Kubu Raya No. 14 Tahun 2009 tentang SOPD Kabupaten Kubu Raya. Menurut Trisnantoro (2005), desentralisasi kesehatan secara prinsip menyerahkan urusan kesehatan ke pemerintah daerah. Dalam hal ini dinas di pemerintah daerah menjadi lembaga tertinggi yang mengurusi suatu sektor yang diserahkan ke daerah. Selain itu desentralisasi kesehatan bertujuan agar pemerintah kabupaten/kota dapat mengelola sumber daya manusia dengan baik, sehingga permasalahan - permasalahan dibidang SDM seperti penempatan tenaga yang tidak merata, ketidaksesuaian jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan serta tidak retensinya tenaga kesehatan yang ditempatkan dapat teratasi. Tabel 2. Data Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kubu Raya tahun 2010 No. Tenaga Jumlah 1. Medis Perawat dan Bidan Farmasi Gizi Teknisi Medis Sanitasi Kesehatan masyarakat 7 Jumlah 499 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, 2011 Berdasarkan data di atas terlihat bahwa yang terbanyak adalah jumlah perawat dan bidan. Saat ini penempatan perawat honorer masih dirasakan kurang merata. Hal ini dapat dilihat adanya penumpukan jumlah perawat pada puskesmas tertentu. Dalam skala Kabupaten jumlah tenaga kesehatan khususnya perawat masih kurang, rasio tenaga perawat terhadap penduduk yang dilayani masih kurang. Namun distribusi jumlah perawat honorer di Kabupaten Kubu Raya memiliki jumlah yang lebih besar bila dibandingkan dengan Kabupaten / Kota yang lain. Demikian pula minat dan motivasi tenaga perawat yang ingin bekerja di daerah terpencil dan sangat terpencil sangat kurang diminati.
4 4 Kekurangan tenaga perawat merupakan masalah yang serius dibeberapa negara. Di negara Amerika masalah kekurangan tenaga perawat diakui telah terjadi sejak tahun 1990, dengan jumlah perawat pada saat itu di proyeksikan menjadi pada tahun Selain itu diprediksikan pada abad ke-21 mungkin lebih buruk dari krisis tahun Berdasarkan hasil studi tentang tingkat turnover dan kekurangan jumlah perawat, penyebab terbesar meninggalkan profesinya sebagai perawat adalah ketidakpuasan kerja. Seperti di Thailand, Charoenyuth C (1990) cit. Sermsri et al., (2008), menemukan bahwa sejak tahun 1986 sampai 1990 jumlah perawat yang turnover hanya 4.69% dibandingkan dengan negara lain yang jumlahnya lebih tinggi. Pada salah satu rumah sakit terbesar di Thailand, jumlah turnover meningkat dari 6.3% di tahun 1986 menjadi 9.2% pada tahun 1989, dan diproyeksikan akan semakin meningkat. Menurut Sermsri et al., (2008), kepuasan kerja merupakan fenomena yang kompleks. Di negara China, kepuasan kerja memiliki hubungan negatif terhadap niat untuk meninggalkan rumah sakit, dalam suatu studi ditemukan stress kerja dan peran konfik mempunyai dampak terhadap kepuasan kerja. Sedangkan di Australia kepuasan kerja berkaitan dengan gaji dan kebutuhan pekerjaan. Hal yang sama juga terjadi di Jordania studi mengatakan bahwa gaji yang cukup berhubungan dengan kepuasan kerja. Di Italia, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat berhubungan dengan peran manajemen, koordinasi, hubungan dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, pasien dan keluarga pasien. Di beberapa tempat keperawatan kesehatan masyarakat di Canada menyebutkan bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan kebijakan organisasi. Namun di Hongkong faktor demografi dan iklim organisasi berperan penting dalam kepuasan kerja para perawat. Kepuasan kerja para perawat di Indonesia telah dilakukan studi sebelumnya. Pada tahun 2001, kepuasan kerja perawat di Indonesia berhubungan dengan gaji, kebijakan organisasi, hubungan dengan profesi kesehatan lain, dan lingkungan kerja. Sedangkan di Vietnam, menurut Dieleman et al., (2003) bahwa sebagian besar petugas kesehatan masyarakat (84%) pada saat ini bekerja di daerah pedesaan, 80% dari jumlah penduduknya, untuk memberikan pelayanan
5 5 kesehatan yang berkualitas, sangat dibutuhkan untuk mengembangkan strategi yang dapat memberikan motivasi kepada para pekerja agar kinerjanya semakin baik. Berdasarkan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu finansial dan non-finansial insentif. Motivasi utama bagi para pekerja adalah adanya dukungan / appresiasi dari manajer, rekan sejawat dan oleh masyarakat, beban kerja yang seimbang, pendapatan dan adanya pelatihan. Sedangkan faktor utama ketidakpuasan berhubungan dengan gaji yang rendah, situasi kerja yang tidak nyaman. Jayasuriya et al., (2012) mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah berfokus pada sikap dalam bekerja. Pemahaman tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja dapat dikembangkan untuk meningkatkan kinerja. Penelitian tentang kepuasan kerja para perawat telah benyak dilakukan di negara industri. Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat di daerah pedesaan juga berbeda. Penelitian ini dilakukan di Papua New Guinea yang hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kepuasan kerja berdasarkan usia dan tahun dalam profesi. Tingginya tingkat kepuasan kerja secara keseluruhan terlihat pada perawat yang bekerja difasilitas gereja dibandingkan dengan fasilitas pemerintah. Kepemilikan fasilitas, iklim kerja, serta dukungan pengawasan dan dukungan masyarakat diperkirakan 35% dari variasi dalam kepuasan kerja. Faktor lain yang berkontribusi besar adalah iklim kerja (17%) dan dukungan pengawasan (10%). Tidak satupun dari faktor ini yang diprediksi menyebabkan para perawat meninggalkan tempat kerja. Jumlah perawat yang ada di Puskesmas Kabupaten Kubu Raya dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
6 6 Tabel 3. Perawat yang ditempatkan di Puskesmas Kabupaten Kubu Raya No. Puskesmas Kriteria Puskesmas Jumlah 1. Sui Durian Biasa Sui Raya Dalam Biasa 1 3. KORPRI Biasa 6 4. Sui Asam Terpencil 3 5. Sui. Ambawang Biasa 7 6. Lingga Terpencil 5 7. Parit Timur Sangat Terpencil 4 8. Kuala Mandor B Terpencil 4 9. Sui Rengas Terpencil Punggur Terpencil S. Kakap Biasa Telk. Pakedai Sangat Terpencil Terentang Sangat Terpencil Rasau jaya Biasa Sui radak Sangat Terpencil Kubu Sangat Terpencil Batu Ampar Sangat Terpencil Pd. Tikar Sangat Terpencil Sui Kerawang Sangat Terpencil 4 Jumlah 107 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya,2011 Berdasarkan hasil penelitian Ayuningtyas (2006) tentang sistem pemberian insentif yang berpihak pada sumber daya manusia kesehatan di daerah terpencil Provinsi Lampung didapatkan hasil hampir semua unit kerja dan dinas kesehatan Kabupaten / Kota di Provinsi Lampung kekurangan jumlah SDM kesehatan. Serta belum adanya kebijakan tentang pemberian insentif bagi tenaga kesehetan. Demikian pula halnya dengan Kabupaten Kubu Raya kebijakan dalam pemberian reward berupa insentif baik finansial maupun non-finansial di Puskesmas Kabupaten Kubu Raya belum ada ketentuan atau acuan yang baku. Menurut Sermsri et al., (2008), mengatakan bahwa perubahan teknologi dan krisis ekonomi mempunyai dampak pada profesi perawat. Peran perawat semakin kompleks, beban kerja semakin berat, kurangnya tenaga administratif, kurangnya pelatihan, serta gaji yang tidak mencukupi. Permasalahan sumber daya manusia (SDM) kesehatan menjadi masalah yang serius di era desentralisasi. Rendahnya mutu tenaga kesehatan dan kesesuaian antara kompetensi dengan tuntutan pekerjaaan yang tinggi, serta pengembangan karir yang tidak jelas. Gambaran ini dapat dijumpai di Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan hasil penilaian kinerja Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012, para perawat honorer banyak dibebani tugas lain
7 7 diluar tugas pokoknya, jarang sekali mereka mengikuti pelatihan teknis keperawatan disisi lain tuntutan akan pekerjaaan semakin tinggi, serta untuk pengembangan karir bagi para perawat honor yang bertugas di puskesmas mereka tidak dijanjikan untuk bisa menjadi PNS. Hal ini tentunya akan berdampak pada tingkat kepuasan kerja bagi para perawat. Imhoff & Mathauer (2006), mengatakan bahwa peran non-finansial insentif dan instrument manajemen sumber daya manusia terhadap motivasi tenaga kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam memotivasi profesionalisme dan etos kerja bagi para dokter dan perawat. Dibutuhkan profesionalisme dalam mencapai tujuan, mengembangkan karir, dan kualifikasi lanjutan. Manajemen sumber daya manusia adalah manajemen orang-orang dalam suatu organisasi. Adapun instrumen manajemen sumber daya manusia terdiri dari kebijakan, praktek dan aktivitas manajerial dalam memperoleh, mengembangkan, menggunakan, evaluasi, memelihara dan mempertahankan jumlah yang tepat, memadukan antara keterampilan dan motivasi pada karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Di negara Australia perawat yang bekerja di daerah sangat terpencil dan terpencil sangat signifikan. Pada tahun 1996, 27% dari total orang perawat yang terdaftar dan 30% dari total perawat yang terdaftar bekerja di daerah pedalaman dan terpencil didominasi oleh wanita (AIHW (1999) cit. Hegney et. al 2001). Berdasarkan hasil penelitian Hegney (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan para perawat meninggalkan daerah pedalaman dan terpencil. Dari 19 faktor yang diidentifikasi dari responden, hanya 5 (lima) faktor yang paling berpengaruh terhadap pilihan mereka meninggalkan dari memilih untuk tetap tinggal, yaitu : manajemen praktis dalam pelayanan kesehatan, tuntutan pekerjaan, tanggung jawab terhadap keluarga, komunikasi ditempat kerja, dan adanya pengakuan dari pihak manajemen terhadap pekerjaan. Dari hasil penelitian ini sangat berkontribusi dalam menyusun perencanaan bagi para perawat yang akan ditempatkan pada daerah pedalaman dan terpencil serta meningkatkan karir mereka.
8 8 Insentif adalah kompensasi yang mengaitkan gaji dengan produktivitas. Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan (Panggabean 2004). Tujuan diberikannya insentif adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja individu maupun kelompok. Sementara itu kepuasan kerja menurut Griffiths et al., (2008), merupakan komponen penting bagi para perawat yang berdampak langsung bagi keselamatan pasien, semangat kerja, produktifitas dan performance, kualitas perawatan, retensi maupun mutasi, bertanggung jawab pada organisasi dan profesi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja perawat honorer di Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil Kabupaten Kubu Raya? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kepuasan dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan perawat honorer di Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil Kabupaten Kubu Raya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan tingkat kepuasan kerja perawat honorer di Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil Kabupaten Kubu Raya. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat honorer di Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil Kabupaten Kubu Raya.
9 9 D. Manfaat Penelitian 1. Pemerintah daerah dan stakeholders, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam meretensi perawat honorer di Kabupaten Kubu Raya. 2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, sebagai masukan dalam perencanaan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan. 3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan sebagai bahan kajian untuk penelitian dimasa yang akan datang. E. Keaslian Penelitian Dalam penelusuran artikel dan kepustakaan, penulis mendapatkan beberapa penelitian yang berhubungan dan serupa dengan penelitian ini : 1. Setiawan (2009), meneliti tentang Analisis Kepuasan Pelanggan Internal dan Eksternal Dalam Upaya Pengembangan Mutu Pelayanan di Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Kota Paya Kumbuh, Metode penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Didapatkan hasil bahwa pelanggan eksternal dan internal belum puas terhadap pelayanan kesehatan, upaya yang dilakukan adalah mengembangkan strategi mutu pelayanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah subyek penelitian dan lokasi penelitian. 2. Kurniawati (2003), meneliti tentang Analisis Lama Waktu Pelayanan Keperawatan dan Tingkat Kepuasan Kerja Perawat di RS Ghrasia Propinsi DIY. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional study, subyek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan. Diperoleh hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara lama waktu pelayanan pada klien dengan kepuasan kerja perawat. Begitu pula dengan lama waktu pelayanan keperawatan pada klien dengan katagori I, II, III, dan IV dengan kepuasan kerja perawat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian, subyek dan lokasi penelitian.
10 10 3. Ayuningtyas (2006), meneliti tentang Sistem Pemberian Insentif yang Berpihak pada Sumber Daya Manusia Kesehatan di Daerah Terpencil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan studi kualitatif di Provinsi Lampung, dengan menganalisa dokumen terkait, wawancara mendalam, dan FGD diantara para pengambil keputusan, tokoh kunci dalam melahirkan konsensus bersama. Subyek dalam penelitian ini adalah semua SDM kesehatan. Adapun hasilnya adalah studi memperlihatkan hampir disemua unit kerja dan dinkes Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung kekurangan jumlah SDM Kesehatan. Tidak ada kebijakan dalam pemberian insentif bagi berbagai jenis tenaga kesehatan (bidan, perawat, dokter umum). Perbedaan dengan peneliti adalah metode penelitian, lokasi, dan subyek penelitian. 4. Suheriyono (2007), dalam penelitiannya tentang Hubungan Antara Persepsi Tentang Insentif dan Kepuasan Kerja Petugas Puskesmas di Kota Balikpapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rancangan cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subyek dalam penelitiannya adalah petugas puskesmas (dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat) serta kepala dinas dan kepala puskesmas terpilih. Alat ukur berupa kuesioner dan pedoman wawancara, data dianalisis dengan uji korelasi Product Moment dan Anova serta regresi linear berganda. Diperoleh hasil bahwa persepsi tentang keadilan dan konsistensi tentang insentif berhubungan dengan kepuasan kerja petugas puskesmas di Kota Balikpapan. Persamaan dengan peneliti pada rancangan yang digunakan, yaitu cross sectional namun hanya dengan pendekatan kuantitatif. Perbedaannya terletak pada subyek dan lokasi penelitian.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.
Lebih terperinciDRAF PENYUSUNAN DAERAH PEMILIHAN SETIAP DAERAH PEMILIHAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2019
9 Provinsi : Kalimantan barat Kabupaten : Kubu Raya A. Penduduk : 601.356 B. Kursi : 45 C. BPPD : 13.363 D. NO KECAMATAN ALOKASI KETERANGAN 1 2 3 4 5 1 SUNGAI RAYA 217.734 16 Lebih dari 12 harus dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu, keselamatan serta
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KEPULAUAN KARIMATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi permasalahan yang utama. Kekurangan tenaga kesehatan/dokter di daerah yang sulit merupakan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini Indonesia masih mengalami kelangkaan jumlah tenaga dokter spesialis. Hal ini terlihat dari hasil registrasi nasional yang dilakukan oleh Konsil
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI II DPR RI KE CALON DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI DPR RI KE CALON DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT -----------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 atau 639.570 Ha (4,36% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Word Health Organization (WHO) telah mengeluarkan Global Policy Recommendation-increasing Acces to Health workers in Remote and Rural Areas Through Improves Retention
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Distribusi tenaga kesehatan menjadi isu sistem kesehatan di berbagai negara di dunia. Maldistribusi tidak hanya terjadi di negara miskin dan berkembang, tetapi
Lebih terperinciLampiran I.61 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I.6 /Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 PROVINSI No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 8.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan tenaga kesehatan di daerah terpencil dan pedesaan telah menjadi perhatian dunia. Banyak negara telah melaksanakan intervensi untuk mengatasi masalah ini,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kubu Raya 4.1.1 Geografi Kabupaten Kubu Raya yang terletak di Propinsi Kalimantan Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Pontianak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 dalam Kemenkes (2015) adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata merupakan rumah sakit milik Pemerintah propinsi sulawesi tengah sekaligus sebagai rumah sakit rujukan dari rumah sakit kabupaten/kota,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidik merupakan salah satu komponen yang menentukan berhasil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidik merupakan salah satu komponen yang menentukan berhasil tidaknya program pendidikan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu pendidik
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN NAMA KECAMATAN PULAU MAYA KARIMATA MENJADI KECAMATAN PULAU MAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMBEKALAN DOKTER/DOKTER GIGI PTT PERIODE SEPTEMBER 2013 PROVINSI LULUSAN DKI JAKARTA
PEMBEKALAN DOKTER/DOKTER GIGI PTT PERIODE SEPTEMBER 2013 PROVINSI LULUSAN DKI JAKARTA Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan 28 Agustus 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PENDAHULUAN.. 1 A Latar belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Retensi adalah tindakan penahan dimana ini merupakan kemampuan untuk menlanjutkan kerja individu yang berkualitas, yaitu perawat dan/penyedia layanan kesehatan lainnya/perusahaan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Undang-undang RI No. 53 tahun 1999.Kabupaten Rokan Hilir terletak di pesisir timur Pulau
34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan sebuah Kabupaten baru yang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Dibentuk pada tanggal 4 Oktober
Lebih terperinciDATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)
KABUPATEN / KOTA : SAMBAS 61.01 SAMBAS 319.392 303.365 622.5 1 61.01.01 SAMBAS 26.562 26.202 52.64 2 61.01.02 TELUK KERAMAT 3.394 35.351 2.45 3 61.01.03 JAWAI 25.392 23.61 49.009 4 61.01.04 TEBAS 43.242
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PRODUKTIFITAS PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT Maria Lily Hozana*, Gustop Amatiria** *Perawat RS Panti Secanti Gisting **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan lingkungan yang cepat dan berkembang baik di tingkat lokal maupun global, mendorong rumah sakit untuk melaksanakan berbagai perubahan. Mengingat perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya penyakit di masyarakat, maka pelayanan kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciSITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Profil Kesehatan Kota Prabumulih Tahun A. TENAGA KESEHATAN. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Berikut ini adalah gambaran jumlah tenaga kesehatan di Kota Prabumulih Tahun.
Lebih terperinciANALISIS KEJADIAN HUJAN SEDANG - SANGAT LEBAT YANG MENGAKIBATKAN BANJIR DI KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT TANGGAL MEI 2018
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK Jl. Adi Sucipto KM. 17 Bandara Supadio Pontianak Telp. 0561 721142 Fax. 0561 6727520 Kode Pos 78391 Email : stamet.supadio@bmkg.go.id
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Desa Sui Itik dan Desa Pal IX
69 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Geografis Desa Sui Itik dan Desa Pal IX Kabupaten Kubu Raya merupakan pemekaran dari kabupaten Pontianak pada tahun 2009. Kabupaten Kubu Raya terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan yang berkualitas di rumah sakit sangat erat kaitannya dengan performa sumber daya manusia (SDM). Pada organisasi penyedia jasa seperti rumah sakit,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) yang melaksanakan sebagian tugas dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit Umum Daerah Malinau (RSUD Malinau) yang berada di Kabupaten Malinau diresmikan pada tanggal 19 Januari 2005 oleh Gubernur Kalimantan Timur dengan kapasitas
Lebih terperinciStatistik Daerah Kabupaten Bintan
Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG
STATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.21 Katalog BPS : 1102001.2171.020 Ukuran Buku: 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 20 hal. Naskah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi, dan seseorang yang
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Seseorang yang menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan berarti orang tersebut
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG BATAS DAERAH KOTA PONTIANAK DENGAN KABUPATEN MEMPAWAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan salah satu komponen penting dari sistem kesehatan, guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Namun demikian, berbagai permasalahan masih
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber
Lebih terperinciSanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab menyediakan data statistik dasar dengan menyelenggarakan kegiatan Sensus Penduduk. Sensus Penduduk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
III. METODE PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi dan pihak-pihak terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Dinas
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 183, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3904)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 183, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3904) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN
Lebih terperinciRENCANA UMUM PENGADAAN DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN ANGGARAN 2011
RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN ANGGARAN 2011 NO. NAMA KEGIATAN NILAI PAGU (Rp) LOKASI NO. DPA. SKPD KETERANGAN A. JENIS PENGADAAN : PEKERJAAN KONSTRUKSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tajam dari waktu ke waktu. Berdasarkan Indonesian Policy Health yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Pemerintah Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang cukup serius dalam menghadapai pelayanan kesehatan yang meningkat tajam dari waktu ke waktu. Berdasarkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI
0 HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh: NAMA : JAZA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan membuat kesadaran masyarakat terhadap mutu pelayanan keperawatan semakin meningkat (Manatap, 2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H, ayat (1), setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daer
No. 1283, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Kota Pontianak dengan Kabupaten Mempawah. Provinsi Kalbar. Batas Daerah. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG
STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya
20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Terwujudnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan insitusi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan terapeutik
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan
Lebih terperinciHASIL KAJIAN INSENTIF TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN SELF ASSESSMENT TIM NUSANTARA SEHAT BATCH 1 DAN 2
HASIL KAJIAN INSENTIF TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN SELF ASSESSMENT TIM NUSANTARA SEHAT BATCH 1 DAN 2 Oleh: Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK LATAR BELAKANG Kekurangan Tenaga Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem kesehatan di seluruh dunia saat ini sedang mengalami kondisi krisis, yaitu kekurangan tenaga kesehatan, distribusi serta perpaduan tenaga kesehatan yang belum
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan kebijakan otonomi daerah, desentralisasi merupakan salah satu strategi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan kebijakan otonomi daerah, desentralisasi merupakan salah satu strategi yang ditetapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2 0 08 LU serta 3 0 02 LS serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kunci sukses agar dapat bersaing di era globalisasi adalah kemampuan untuk memenuhi atau melampaui standar-standar yang berlaku. Dalam pandangan tradisional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan swasta. Pelayanan kesehatan di rumah sakit ataupun di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan termasuk tempat fisioterapi merupakan salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta. Pelayanan
Lebih terperinciStatistik Daerah Kabupaten Bintan
Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang serta bersaing bebas dengan unsur lain dalam dan luar lingkungan
Lebih terperinciBAB 4 POLA PEMANFAATAN RUANG
BAB 4 POLA PEMANFAATAN RUANG Pola pemanfaatan ruang berisikan materi rencana mengenai: a. Arahan pengelolaan kawasan lindung b. Arahan pengelolaan kawasan budidaya kehutanan c. Arahan pengelolaan kawasan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan
39 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan sekunder. 1.1.Data primer pengumpulan data dilakukan dengan cara
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemenkes RI menyatakan mutu pelayanan kesehatan merupakan segala hal yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan dari seseorang yang menunjukkan keadaan sehat dari fisik, mental, spiritual maupun sehat secara sosial yang membuat setiap orang atau
Lebih terperinciDAFTAR ISI. iv v viii xiii xv xvi
ABSTRAK Dalam melakukan upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan, RS Hermina Pasteur sangat perlu memperhatikan kualitas jasa pelayanannya. Untuk mencapai hal tersebut, RS Hermina perlu
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMEKARAN KELURAHAN DI KECAMATAN PONTIANAK UTARA
PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMEKARAN KELURAHAN DI KECAMATAN PONTIANAK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
Lebih terperinciPendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada
LAPORAN KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG KERINCI DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEI 2006 1 I. Pendahuluan Kabupaten Kerinci merupakan
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daer
No.1282, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Kabupaten Kayong Utara dengan Kabupaten Kubu Raya. Provinsi Kalimantan Barat. Batas Daerah. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 0 12 34 sampai 110 0 31 08 Bujur Timur dan antara 7 0 44 04 sampai 8 0 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem penggajian di Indonesiadimana pertimbangan untuk mengaitkan insentif atau berbagai bentuk tunjangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan kinerja masih merupakan
Lebih terperinciMonitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono
Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono Pengantar Mengapa melakukan Monitoring Kebijakan Proses Kebijakan Penetapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah profesi, pekerjaan menjadi perawat mempunyai resiko yang cukup tinggi untuk mengalami stres di rumah sakit. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang sangat penting di Indonesia. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan masyarakat, organisasi formal maupun non formal selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya tekanan terhadap organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat dan daerah serta perusahaan milik pemerintah, dan organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat dalam bidang pelayanan terhadap pelanggan. Kondisi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perusahaan jasa yang semakin pesat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang semakin ketat dalam bidang pelayanan terhadap pelanggan.
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan analisa kuantitatif. Adapun penelitian asosiatif bertujuan untuk meneliti
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
30 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
Lebih terperinci