BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi, dan seseorang yang
|
|
- Leony Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Seseorang yang menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan berarti orang tersebut memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi, dan seseorang yang menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya mempunyai arti bahwa orang tersebut tidak puas dengan pekerjaannya (Robbins, 2003b). Kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap yang dimiliki oleh seorang pekerja yaitu seperti kondisi kerja, upah, kestabilan pekerjaan, supervisi, hubungan sosial, kesempatan karier, penilaian kerja yang adil, dan perlakuan pimpinan (Blum dalam As ad, 2002) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Wang (2006a) dalam penelitiannya mengungkapkan karakteristik pekerjaan intrinsik (prestasi, umpan balik, pengembangan diri, tanggungjawab dan keadilan) dan kondisi kerja ekstrinsik (gaji, pengawasan, beban kerja, kondisi kerja dan hubungan interpersonal) berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat di Cina dan Swedia. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tirtayana (2005c) bahwa terdapat lima faktor yang teridentifikasi berkontribusi secara signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem yaitu faktor 10
2 11 kompensasi, hubungan kerja, kondisi/lingkungan kerja, tanggungjawab dan kesempatan berprestasi. Kelima faktor tersebut secara signifikan berkontribusi terhadap kepuasan kerja pegawai sebesar 64,80%. Murti (2013) dalam penelitiannya mengemukakan kepuasan kerja merupakan variabel pemediasi antara motivasi dengan kinerja pegawai yang ditunjukkan hasil pada uji statistik yaitu pengaruh total motivasi pada kinerja pegawai (0,41409) lebih besar daripada pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja pegawai (0,052) Alat Ukur Kepuasan Kerja Kompetensi Kompetensi diartikan sebagai karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkannya memberikan kinerja unggul dalam pekerjaan, peran dan situasi tertentu. Kompetensi merupakan sesuatu yang digunakan untuk memprediksi tingkat kinerja dan memiliki enam karakteristik dasar yaitu keterampilan, pengetahuan, peran sosial, citra diri, watak dan motif (Boulter at all, 2003). Mengukur subvariabel kompetensi dalam penelitian ini dengan menggunakan indikator pengetahuan, motif dan kesesuaian pendidikan dengan bidang kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012a) menyatakan peningkatan kompetensi setelah penerapan Manajemen Kinerja Klinik Berbasis Tri Hita Karana (MKK-THK) yang berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan kerja pegawai di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bangli dengan terjadi hasil uji t sebesar 2,113 (β=0,175) p<0,05.
3 Kompensasi Kompensasi adalah semua imbalan ekstrinsik yang diterima karyawan dalam pertukaran pekerjaannya yang terdiri dari gaji pokok, insentif atau bonus, dan keuntungan (Byars & Rue, 2008). Insentif adalah penghargaan dari energi karyawan yang dimanifestasikan sebagai hasil produksi, atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, yang berwujud uang, tanpa jaminan pasti dalam tiaptiap minggu atau bulan. Insentif merupakan penghasilan tambahan diberikan dalam tanggungjawab yang lebih besar dan berhasil (Ass.ad, 2002b). Ada 2 jenis insentif yang umum diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya seperti yang diuraikan oleh Sarwoto (2000a) yaitu 1. Insentif Finansial Insentif finansial merupakan insentif yang diberikan atas hasil kerja dan biasanya diberikan dalam bentuk uang berupa bonus, komisi serta dalam bentuk jaminan sosial seperti pemberian rumah dinas, tunjangan kesehatan dan tunjangan lainnya. 2. Insentif Non Finansial Insentif non finansial dapat diberikan dalam berbagai bentuk diantaranya pemberian piagam penghargaan/tanda jasa/medali, pujian, promosi jabatan dan lain-lain. Semua imbalan yang diperoleh pegawai puskesmas dalam bentuk finansial dan jasa pelayanan sebagai penghargaan kepada pegawai yang telah memberikan kontribusi untuk mewujudkan tujuan puskesmas adalah merupakan kompensasi. Kompensasi yang tidak dikelola dengan baik, akan menyebabkan ketidakpuasan
4 13 pegawai yang berdampak pada menurunnya semangat dan produktifitas kerja. Mengukur subvariabel kompensasi dalam penelitian ini menggunakan indikator jasa pelayanan yang dibagikan tepat waktu, jasa pelayanan yang dibagikan dengan adil dan transfaran. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012b) bahwa menurunnya aspek kompensasi berpengaruh terhadap menurunnya kepuasan kerja pegawai sebesar 0,75 (21%) di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bangli. Akan tetapi apabila konsep kompensasi diterapkan oleh manajemen RSU Bangli secara adil dan dibagikan tepat waktu maka hal tersebut akan meningkatkan kepuasan kerja pegawai Lingkungan Kerja Lingkungan kerja mencakup segala sesuatu yang ada disekitar tempat kerja yang berpengaruh pada pelaksanaan tugas yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Tohardi, 2002a). Sejalan dengan penelitian Tiwari (2011a) bahwa lingkungan kerja organisasi merupakan faktor yang berkontribusi terhadap motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Tirtayana (2005d) bahwa faktor hubungan kerja (hubungan kerja dengan teman sekerja, hubungan pekerjaan dengan atasan langsung dan hubungan pekerjaan dengan kesempatan bermasyarakat), 15,06 % kontribusinya terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem. Lingkungan kerja meningkat sebesar 0,03 (1%) setelah penerapan MKK-
5 14 THK yang berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan kerja pegawai di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bangli (Wijaya, 2012c). Mengukur subvariabel lingkungan kerja dalam penelitian ini dengan melihat hubungan kerja antar kepala puskemas dengan pegawai puskesmas dan hubungan kerja dengan pegawai lain. 1.2 Sistem Pembagian Jasa Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Sistem Pembagian Jasa Pelayanan JKN berdasarkan Permenkes No 28 Tahun 2014 Sistem pembagian jasa pelayanan (jaspel) JKN diatur dalam Permenkes Nomor 19 tahun 2014 yang disempurnakan pada Permenkes Nomor 28 tahun Jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan Permenkes Nomor 28 tahun 2014 adalah jasa pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan perorangan oleh tenaga kesehatan dan non kesehatan yang melakukan pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), yang diperoleh dari dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan diterima oleh FKTP dari BPJS Kesehatan. Dana Kapitasi yang diterima FKTP dapat digunakan sekurang-kurangnya 60% untuk jasa pelayanan, dan sisanya digunakan untuk biaya operasional pelayanan kesehatan. Sesuai dengan Keputusan Bupati Karangasem Nomor 331/HK/2014 tentang Alokasi Dana Kapitasi JKN pada Puskesmas di Kabupaten Karangasem bahwa dari alokasi dana kapitasi JKN di Kabupaten Karangasem ditetapkan sebesar 65% dipergunakan untuk jaspel dan 35% untuk biaya operasional pelayanan kesehatan.
6 15 Pembagian jasa pelayanan pada Permenkes Nomor 28 tahun 2014, ditetapkan dengan mempertimbangkan variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan dan variabel kehadiran sedangkan pemerintah daerah dalam hal ini dinas kesehatan dapat menambah variabel antara lain kinerja, status kepegawaian dan masa kerja sesuai dengan kondisi daerah. Sistem yang diatur pada Permenkes Nomor 28 tahun 2014 adalah dengan memberikan poin-poin pada setiap variabel. Variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan diberikan poin yaitu, tenaga medis dengan poin 150, tenaga apoteker atau tenaga profesi keperawatan (Ners) dengan poin 100, tenaga kesehatan setara S1/D4 dengan poin 60, tenaga non kesehatan minimal setara D3, tenaga kesehatan setara D3, atau tenaga kesehatan dibawah D3 dengan masa kerja lebih dari 10 tahun dengan poin 40, tenaga kesehatan dibawah D3 dengan poin 25 dan tenaga non kesehatan dibawah D3 dengan poin 15. Tenaga yang merangkap tugas administratif sebagai kepala puskesmas, kepala tata usaha atau bendahara dana kapitasi JKN diberi tambahan nilai 30. Variabel kehadiran dinilai dengan hadir setiap hari kerja, diberi nilai 1 poin per hari dan terlambat hadir atau pulang sebelum waktunya yang diakumulasi sampai dengan tujuh jam, dikurangi 1 poin. Ketidakhadiran akibat sakit dan/atau penugasan keluar oleh kepala puskesmas dikecualikan dalam penilaian kehadiran tersebut. Variabel daerah yang menjadi kewenangan dinas kesehatan ditetaplan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem Nomor 24.a tahun 2014 tentang Alokasi Jasa Pelayanan Kesehatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Pada Puskesmas Di Kabupaten Karangasem
7 16 maka diputuskan untuk menambahkan variabel daerah yang terdiri dari status kepegawaian dan masa kerja pegawai. Variabel kinerja tidak dimasukkan dalam perhitungan dengan pertimbangan sulit bagi puskesmas untuk mengukur kinerja pegawai. Padahal menurut Sarwoto (2000b), bahwa insentif adalah jenis penghargaan yang diberikan berdasarkan penilaian kinerja pegawai. Semakin tinggi tingkat kinerja pegawai, maka semakin besar pula insentif yang diberikan oleh perusahaan. Pembagian jasa pelayanan yang ditetapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem berdasarkan status kepegawaian yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Capeg PNS diberi poin 15, Non Pegawai Negeri Sipil (Non PNS) diberi poin 5. Pembagian jasa pelayanan dilihat dari masa kerja pegawai yaitu pegawai yang melaksanakan tugas kurang dari atau sama dengan 2 tahun diberi poin 2, lebih dari 2 tahun sampai dengan 10 tahun diberi poin 5, lebih dari 10 tahun sampai dengan 20 tahun diberi poin 10 dan lebih dari 20 tahun diberi poin 15 (Dinkes Karangasem, 2014) Kata kunci dalam pemberian kompensasi adalah equity yang berarti keadilan dan worth yang artinya kepantasan dan kelayakan. Besaran kompensasi yang diberikan organisasi kepada karyawan tergantung kepada besaran sumbangan tenaga dan pikiran yang diberikan kepada organisasi. Untuk mencapai tingkat keadilan dan kelayakan yang lebih baik, maka perbedaan kompensasi hanya berdasarkan kepada perbedaan-perbedaan kegiatan manajerial, tanggungjawab, kemampuan, pengetahuan dan produktifitas (Tohardi, 2002b) Pembagian jasa pelayanan JKN sesuai Permenkes Nomor 19 dan Permenkes
8 17 Nomor 28 tahun 2014 disusun dengan harapan dapat memberikan tingkat keadilan dan kelayakan pagi pegawai puskesmas. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Mandani, Sulawesi Tengah, ditemukan bahwa terjadi penurunan persepsi sebesar 2,6% terhadap sistem pembagian jasa pelayanan akibat dari revisi sistem pembagian jasa pelayanan. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang signifikan antara persepsi (transparansi, keadilan dan waktu) terhadap sistem jasa pelayanan. Pihak manajemen rumah sakit disarankan dalam revisi sistem pembagian jasa pelayanan haruslah melibatkan perwakilan setiap kelompok karyawan sehingga memenuhi aspek keadilan dan transparansi, serta harus disosialisasikan sehingga terbentuknya satu persepsi yang sama terhadap sistem pembagian jasa pelayanan pada seluruh karyawan (Nofrinaldi, 2006) Sistem Pembagian Jasa Pelayanan JKN berdasarkan Sistem Sistem pembagian jasa pelayanan JKN berdasarkan sistem adalah sistem pembagian jaspel yang digunakan oleh puskesmas di Kabupaten Karangasem yang berpedoman pada SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem No 1061 Tahun 2005 tentang Pengalokasian Jasa Pelayanan Pada UPT Dinas Kesehatan Puskesmas di Kabupaten Karangasem. Sistem pembagian jaspel dibuat untuk dapat merangsang peningkatan mutu pelayanan dan kelancaran tugas-tugas pelayanan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif serta tugas-tugas pembinaan kepada masyarakat. Sistem pembagian jaspel adalah sistem pembagian jaspel dengan
9 18 pemberian poin pada katagori ketenagaan sesuai dengan tingkatan beban kerja pada setiap tenaga yang bertugas di puskesmas. Poin-poin yang diberikan yaitu kepala puskesmas diberi poin 5, dokter umum PNS dan tata usaha PNS diberi poin 4, dokter gigi PNS diberi poin 3,9, PNS yang pelayanan UGD, poli dan pustu dengan pasien terbanyak diberi poin 3,7, PNS yang pelayanan diberi poin 3,5, PNS yang memegang jabatan bendahara diberi poin 3,3, PNS yang diloket diberi poin 3, PNS pemegang program non pelayanan diberi poin 2,7, dokter kontrak diberi poin 2,6, kontrak yang pelayanan dan bidan desa kontrak dengan pasien terbanyak diberi poin 2,5, kontrak yang memegang program dan bidan PTT diberi poin 2 dan sopir, cleaning service, satpam diberi poin 1, Hubungan Sistem Pembagian Jasa Pelayanan dengan Kepuasan Kerja Jasa pelayanan adalah salah satu bentuk dari kompensasi. Menurut Handoko (2001), kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai tanda balas jasa, untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat memotivasi mereka untuk mencapai tingkat prestasi kerja yang diinginkan. Terminologi-terminologi dalam kompensasi adalah upah (wages) dan gaji (salary), insentif (incentive), tunjangan (benefit), dan fasilitas (perquisites). Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan dan merupakan umpan balik yang memungkinkan pegawai menyesuaikan diri terhadap perilakunya (Simamora, 2001). Insentif adalah salah satu bentuk atau komponen dari kompensasi yang diberikan oleh organisasi, seperti definisi yang dikemukakan oleh Moorehead & Griffin (2000) bahwa insentif merupakan sesuatu pemberian atau penghargaan
10 19 dari organisasi pada seseorang /kelompok kerja yang menunjukkan prestasi/kinerja yang baik diluar ketentuan pengupahan yang umum/gaji. Pemberian insentif atau jasa pelayanan adalah untuk dapat meningkatkan motivasi, kepuasan kerja dan kinerja pegawai. Seperti yang dikemukakan oleh Sarwoto (2000c) bahwa insentif sebagai sarana motivasi berupa perangsang atau pendorong yang dengan sengaja diberikan kepada para karyawan sehingga timbul semangat yang lebih besar dalam diri mereka untuk berprestasi bagi organisasi. Terry (1964) menyatakan bahwa insentif sebagai alat penggerak yang penting. Manusia akan cenderung lebih giat untuk berusaha jika balas jasa yang diterima dapat memberikan kepuasan terhadap apa yang diharapkan. Tiwari (2011b) dalam penelitiannya menemukan bahwa kompensasi berupa insentif merupakan faktor yang paling penting pengaruhnya terhadap kepuasan karyawan. Pemberian insentif yang sesuai kebutuhan dan layak, akan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan motivasi kerja yang diikuti dengan meningkatnya produktifitas kerja (Tella, 2007a). Penelitian yang dilakukan di RSUD Karangasem menunjukkan bahwa pemberian finansial insentif/jasa pelayanan kepada karyawan akan berpengaruh positip dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada RSUD Karangasem, serta semakin tinggi finansial insentif/jasa pelayanan yang diberikan maka tingkat kepuasan kerja karyawan semakin meningkat. Dari hasil analisis regresi linier sederhana diperoleh persamaan regresi Y=0, ,779 X, berarti setiap kenaikan 1 satuan finansial insentif akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan sebesar 0,779 (Hindani, 2012a).
11 20 Penelitian yang dilakukan oleh Tirtayana (2005e) tentang analisis faktorfaktor yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem, menunjukkan bahwa faktor kompensasi (insentif) menempati urutan pertama yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai puskesmas di Kabupaten Karangasem. Faktor kompensasi dengan poin eigenvalue 3,2162 dan menjelaskan sebesar 15.32% kontribusinya terhadap kepuasan kerja pegawai.
BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah bentuk investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Oleh karenanya Indonesia selalu berupaya meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh negara, dimana tujuan dari diselenggarakannya pembangunan kesehatan tersebut adalah untuk mewujudkan
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFATAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae
No.589, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Dana Kapitasi. Jaminan Kesehatan Nasional. FKTP. Pemerintah Daerah. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
-1- Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 37 TAHUN 2014 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA
PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN BIAYA OPERASIONAL DAN JASA PELAYANAN RETRIBUSI PELAYANAN
Lebih terperinciBUPATI PESISIR SELATAN PROPINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PESISIR SELATAN PROPINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN
Lebih terperinci: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2015.
BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/183/KEP/429.011/2015 TENTANG FORMULASI PERHITUNGAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN
WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN JASA PELAYANAN BAGI PEJABAT PENGELOLA, DEWAN PENGAWAS DAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL UNTUK JASA PELAYANAN KESEHATAN DAN DUKUNGAN BIAYA OPERASIONAL PADA FASILITAS
Lebih terperinciBUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DI KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 19 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 19 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN REMUNERASI BAGI PEJABAT PENGELOLA DAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMANFAATAN DANA PENDAPATAN BERSUMBER DARI JASA LAYANAN PADA PUSKESMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA DANA KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA
Lebih terperinci: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Juni Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/239/KEP/429.011/2016 TENTANG FORMULASI PERHITUNGAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA
Lebih terperinciWALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI TENTANG PEDOMAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN DANA KAPITASI JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2006). Sumber daya manusia merupakan partner strategis untuk mencapai tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Walaupun tidak tercantum dalam neraca, sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan/organisasi (Noe, 2006 dalam Purwanto, 2006). Sumber
Lebih terperinciBUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH
1 BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI GAYO LUES NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN
Lebih terperinciPEMANFAATAN DANA KAPITASI UNTUK PENINGKATAN KINERJA PUSKESMAS
KEMENTERIAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI UNTUK PENINGKATAN KINERJA PUSKESMAS PUSAT PEMBIAYAAN DAN (P2JK) Disampaikan pada Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) Provinsi Riau Tahun 2015 Pekanbaru, 24-26
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi merupakan kemampuan seseorang untuk membedakan, mengelompokan, dan memfokuskan suatu pengamatan. Oleh karena itu, seseorang bisa saja memiliki persepsi yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN 20164.005 TENTANG PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 94
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 94 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 94 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN REMUNERASI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS DI KABUPATEN PATI
Lebih terperinciKONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN
KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN UUS SUKMARA, SKM, M.Epid. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Bandung, 24 Agustus 2015 DASAR HUKUM UU 40/ 2004 UU 24 Tahun 2011 tentang
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI FASILITAS
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DAN JARINGANNYA
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
SALINAN NOMOR 4/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang
Lebih terperinciMEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA Sumber: http://bpjs-kesehatan.go.id/ A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN DANA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN DANA NON KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN NASIONAL DI FASILITAS TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciSistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem remunerasi adalah suatu sistem pengupahan yang mengatur gaji, insentif, merit dan bonus pegawai pada suatu perusahaan. Sistem ini berbeda antara satu
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS
Lebih terperinciSeksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum
PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL UNTUK JASA PELAYANAN KESEHATAN DAN DUKUNGAN BIAYA OPERASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH http://www.prodia.co.id
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 :
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian rumah sakit Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 : 1. Tempat merawat orang sakit 2. Tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK
SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory Menurut Frederick Herzberg (dalam Ardana, dkk., 2009: 34) mengembangkan suatu teori yang disebut Teori Dua Faktor
Lebih terperinciPeta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN
Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN Pengantar Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan dilakukan sejak tahun 2014. Pada tahun 2016 diperkirakan terdapat 9.767 puskesmas dan
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 28 TAHUN 2016
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN CIAMIS
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinci2016, No perkembangan kebutuhan implementasi penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbang
No.761, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Dana. Jaminan Kesehatan Nasional. Penggunaan.Fasilitasi Kesehatan Tingkat Pertama. Milik Pemda. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan tingkat primer. Puskesmas mempunyai peran yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat, yang disingkat PUSKESMAS merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka
Lebih terperinciB U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014
B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014 T E N T A N G PEMANFAATAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PADA FASILITAS KESEHATAN
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, pelayanan keperawatan mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan memiliki peran strategis dalam penyediaan dan pengembangan sumber daya kesehatan yang diharapakan dapat
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL YANG DITERIMA PADA BULAN JANUARI SAMPAI DENGAN APRIL 2014 PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN
Lebih terperinci2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Lebih terperinciBOTATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR ^TTAHUN 2016 TENTANG
BOTATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR ^TTAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI FASILITAS KESEHATAN
Lebih terperinciVI. PENUTUP A. Kesimpulan
VI. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Secara umum peran Dokter Puskesmas sebagai gatekeeper belum berjalan optimal karena berbagai kendala, yaitu : a. Aspek Input :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Retensi Perawat 1. Pengertian Retensi adalah tindakan penahan dimana ini merupakan kemampuan untuk melanjutkan kerja individu yang berkualitas, yaitu perawat dan/penyedia layanan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REMUNERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO
1 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REMUNERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAAATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2014 dengan harapan agar masyarakat dapat mengakses pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan (Robbins, 2002 : 163). Dalam suatu organisasi peranan pemimpin dalam mencapai tujuan
Lebih terperinciTENTANG PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN CIREBON
d BUPATI CIREBON PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN BUPATI CIREBON NOMOR i 410/ Kep 537-Dinkes/2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN CIREBON BUPATI CIREBON,
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menukarkan jasa tenaga dan pikirannya dengan uang (imbalan moneter) yang. makanan, pakaian, perumahan, dan keperluan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya seorang bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Secara fisik, seseorang menukarkan jasa
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt
1- jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabat sehingga pemerintah mengembangkan Sistem Jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan, rumah sakit merupakan tempat untuk memberikan pelayanan medik jangka pendek dan jangka
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Karateristik Responden a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin Gambaran karateristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
Lebih terperinciMENETAPKAN UPAH STRATEGIS I K A R U H A N A
MENETAPKAN UPAH STRATEGIS I K A R U H A N A KOMPENSASI PENGERTIAN Kompensasi adalah segala sesuatu yg diterima para karyawan sebagai balas jasa /imbalan atas tenaga dan pikiran yg telah mereka sumbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata merupakan rumah sakit milik Pemerintah propinsi sulawesi tengah sekaligus sebagai rumah sakit rujukan dari rumah sakit kabupaten/kota,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuransi Kesehatan Sosial 2.1.1 Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial (Jaminan Kesehatan Nasional-JKN) Sebelum membahas pengertian asuransi kesehatan sosial, beberapa pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis Kesehatan Masyarakat Tegallalang I merupakan salah satu instansi pemerintah yang menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Sumber : www.okezone.com I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara. UUD 1945 telah menjamin hak tersebut
Lebih terperinciTeknik Yogyakarta menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan. signifikan antara faktor kompensasi material, kompensasi sosial, kompensasi
BAB II KAJIAN PISSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adi (2001:60) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karvawan (Studi pada Mitra Kerja AJB Bumiputra 1912 Kantor Cabang Malang) diperoieh
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG REMUNERASI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat penyelenggaraan upaya kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredensialing dan Rekredensialing Ada beberapa definisi mengenai kredensialing dan rekredensialing yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Payne (1999) mendefinisikan kredensialing
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan,yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
Lebih terperinciWALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fungsi perawat adalah fungsi independen yang merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada petugas medis lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
Lebih terperinci1 BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi pegawainya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Robbins, 2006).
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kepemimpinan 1.1.1 Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi pegawainya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Robbins,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau sikap umum terhadap perbedaan penghargaan yang diterima dan yang seharusnya diterima. Kepuasan kerja dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan kerja perawat sangat di butuhkan bagi perawat agar meningkat kan pelayanan kesehatan. kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau positif,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh: HESTIYANA
Lebih terperinciBUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII
PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII PENGERTIAN Fraud adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan dalam Sistem Jaminan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan kepuasan yang dirasakan seorang pekerja secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan kerja merupakan kepuasan yang dirasakan seorang pekerja secara individual melalui perbandingan antara masukan yang digunakan dan hasil yang diperoleh apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan insitusi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan terapeutik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang atau lebih yang didasarkan atas tujuan yang ingin dicapai bersama. Suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi sekarang ini dipahami sebagai suatu wadah atau tempat berkumpulnya manusia dalam melaksanakan suatu aktivitas kerjasama antara dua orang atau lebih
Lebih terperinci