BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Ida Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Word Health Organization (WHO) telah mengeluarkan Global Policy Recommendation-increasing Acces to Health workers in Remote and Rural Areas Through Improves Retention dalam rangka pencapaian Milenium Development Goals (MDGs) yang berisi rekomendasi untuk pemerintah di seluruh dunia dalam pembuatan kebijakan yang bertujuan untuk menarik tenaga kesehatan ke daerah terpencil dan sangat terpencil, serta mempertahankan mereka agar tetap bekerja dan tinggal di sana. Ada aspek yang harus diintervensi untuk meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan di daerah terpencil dan sangat terpencil yaitu pendidikan, kebijakan, insentif dan dukungan terhadap personal dan profesional. Pemerintah dan pembuat kebijakan di berbagai negara manapun berjuang untuk mencapai kesetaraan kesehatan, khususnya bagi komunitas yang rentan dan kurang beruntung. Tantangan terbesarnya adalah memastikan masyarakat yang hidup di daerah tertinggal dan terpencil memiliki akses terhadap tenaga kesehatan yang kompeten (WHO, 00). Kekurangan tenaga kesehatan di negara-negara Asia dan Pasifik merupakan isu penting yang harus segera diatasi sebagai bagian yang tidak dipisahkan dari penguatan sistem kesehatan. Petugas kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam sistem kesehatan, namun sangat sering diabaikan. Petugas kesehatan enggan bekerja di daerah pedesaan atau terpencil karena sedikitnya dukungan atau pengawasan, kurangnya sumber daya kesehatan, kondisi kerja dan kehidupan yang buruk dan isolasi dari rekan-rekan profesional (Henderson & Tulloch, 008). Indonesia berada di antara 57 negara yang mengalami kekurangan tenaga kesehatan, dengan rasio tenaga kesehatan per.000 populasi di bawah,5 (WHO, 006). Penelitian Bappenas (005) di kabupaten/kota di 7 provinsi tahun 005 menunjukkan bahwa kekurangan tenaga kesehatan dirasakan oleh dinas kesehatan dan petugas di puskesmas. Dari.79 tenaga kesehatan (7 jenis tenaga) yang dibutuhkan pada tingkat kabupaten/kota di lokasi penelitian, hanya 9.6 tenaga
2 atau 66, yang tersedia. Tenaga kesehatan tersebut yang paling banyak dibutuhkan adalah bidan (.565), perawat (.9) dan yang mengalami persentase kekurangan paling besar di antaranya adalah SKM, perawat, sanitarian dan analis kesehatan (Bappenas, 00). Distribusi SDM kesehatan telah menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJMK) II tahun 00-0 dan RPJMK III tahun Kebijakan distribusi SDM Kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan retensi tenaga kesehatan di daerah terpencil perbatasan dan kepulauan (Kurniati & Efendi, 0). Retensi tenaga kesehatan didefinisikan sebagai mempekerjakan tenaga kesehatan yang terampil dan produktif secara terus menerus (WHO, 006). Ketika tenaga kesehatan meninggalkan suatu organisasi atau daerah, kemungkinan di daerah tersebut terjadi kekurangan, sehingga jelas akan mempengaruhi layanan kesehatan yang diberikan. Meskipun ada kandidat lain yang sesuai untuk bekerja di daerah tersebut, seleksi dan rekrutmen staf baru seringkali mahal dan memerlukan waktu yang tidak singkat (Humphreys et al., 009). Tingginya turnover SDM menyebabkan beberapa kerugian, di antaranya besarnya pengadaan SDM, hilangnya data dan pengetahuan organisasi, terputusnya hubungan dengan customer, turnover yang berkelanjutan, hilangnya moral organisasi dan tidak tercapainya efisiensi (Nair, 009). Retensi merupakan salah satu output pemeliharan SDM, artinya cara mempertahankan SDM yang kompeten untuk tetap bekerja dalam periode waktu yang maksimum. Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan retensi SDM adalah dengan pemberian insentif, baik berupa material maupun non material (Hasibuan, 000). Retensi bisa berakar dari faktor personal ataupun lingkungan kerja itu sendiri. Intervensi dapat dimulai dari tingkat makro atau sistem kesehatan, seperti misalnya perencanaan dan kebijakan SDM kesehatan, wajib kerja, pendidikan dan latihan serta kesepakatan yang mengikat. Intervensi juga bisa dimulai pada tingkat mikro, misalnya peningkatan kepuasan kerja dengan memperbaiki kondisi kerja, memberikan insentif dan pengembangan karir (Dieleman and Harnmeijer, 006).
3 Insentif merupakan pengungkit utama, sehingga organisasi dapat menggunakannya untuk menarik, mempertahankan, memotivasi, memuaskan dan meningkatkan kinerja staf (ICN, 008). Insentif dalam strategi retensi tenaga kerja yang strategis adalah yang paling efektif (Humphreys et al., 009). Penelitian insentif finansial sebagian besar dilakukan di negara-negara Afrika dengan menyertakan intervensi kombinasi lainnya. Insentif finansial yang diberikan dalam bentuk beragam, baik berupa gaji, tunjangan maupun manfaat lain yang diasosiasikan dengan sejumlah uang. Intervensi ini sangat efektif jika dilakukan untuk program retensi jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang tingkat keberhasilannya rendah jika tanpa disertai intervensi non finansial lainnya (Sempowski, 00). Untuk meningkatkan distribusi, khususnya di daerah terpencil, pemerintah pusat telah mendorong pemerintah daerah untuk memberikan prioritas pada kebijakan penempatan untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, serta untuk memberikan insentif finansial dan non finansial untuk tenaga kesehatan. Variasi dalam pemberian insentif di antara daerah tergantung pada beberapa faktor di antaranya kapasitas fiskal (Kurniati & Effendi, 0). Menurut Trisnantoro (005), desentralisasi kesehatan secara prinsip menyerahkan urusan kesehatan ke pemerintah daerah. Dalam hal ini dinas di pemerintah daerah menjadi lembaga tertinggi yang mengurusi suatu sektor yang diserahkan ke daerah. Selain itu, desentralisasi kesehatan bertujuan agar pemerintah kabupaten/kota dapat mengelola sumber daya manusia dengan baik, sehingga permasalahanpermasalahan di bidang SDM seperti penempatan tenaga yang tidak merata, ketidaksesuaian jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan serta tidak retensinya tenaga kesehatan yang ditempatkan dapat teratasi. Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau sebagai provinsi ke- di Republik Indonesia diresmikan pada tanggal Juli 00 dengan Tanjungpinang sebagai ibukota provinsi dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah kepulauan, terdiri atas pulau besar dan kecil berjumlah kurang lebih.08 pulau (Profil Kesehatan Provinsi Kepri, 0).
4 Tabel. Jumlah tenaga kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tahun 0 No Jenis tenaga kesehatan Jumlah Rasio berdasarkan per pddk Dokter spesiais 6,9 Dokter umum 95 7,9 Dokter gigi 5,6 Perawat ,6 5 Bidan. 7,56 6 Tenaga kefarmasian 6 5,89 7 Tenaga ahli gizi 6,08 8 Kesehatan masyarakat 8 9,5 9 Ahli sanitasi 7,7 0 Fisioterapis,56 Tenaga teknis medis 0,07 Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 0 Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa rasio tenaga kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau secara umum belum mencukupi. Distribusi penduduk dan perbedaan tingkat pembangunan wilayah Kepulauan Riau yang tidak merata mengakibatkan distribusi tenaga kesehatan tidak merata. Selain itu, kondisi geografis wilayah kepulauan tidak memungkinkan untuk menggunakan indikator rasio untuk menentukan ketersediaan tenaga kesehatan, karena jumlah penduduk paling banyak berada di Kota Batam begitu pula dengan tenaga kesehatannya. Supari (006) menyatakan bahwa distribusi tenaga yang tidak merata terjadi pada daerah tertinggal/terpencil, rawan kerusuhan dan bencana alam serta daerah pemekaran. Secara bertahap, pemenuhan tenaga kesehatan baik medis maupun paramedis di Provinsi Kepulauan Riau telah dilakukan guna pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan di daerah, terutama di daerah terpencil, sangat terpencil serta daerah perbatasan dan kepulauan, dan telah dilakukan penempatan tenaga kesehatan. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan di DTPK telah dilakukan pengangkatan dokter/dokter gigi PTT, bidan PTT, dokter keluarga, bidan keluarga serta penugasan khusus tenaga kesehatan di DTPK Provinsi Kepulauan Riau (Profil Kesehatan Kepulauan Riau, 0). Penempatan tenaga kesehatan penugasan khusus di puskesmas DTPK Provinsi Kepulauan Riau sudah dimulai sejak tahun 009, berdasarkan Permenkes
5 5 No./MENKES/PER/XI/007 tentang Penugasan Khusus Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Kepmenkes No.5/MENKES/SK/XII/007 tentang Pemberian Insentif bagi Sumber Daya Manusia Kesehatan yang Melaksanakan Penugasan Khusus. berjumlah 5 orang dengan jenjang pendidikan minimal Diploma III Kesehatan yaitu: kesehatan lingkungan, perawat, analis kesehatan dan gizi bertugas di puskesmas DTPK yang berada di Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun dan Kota Batam. Sejak tahun 05, tenaga kesehatan penugasan khusus DIII Kesehatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sehubungan dengan Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. KP/Menkes/7/XII/0 Tanggal Desember 0 menyatakan bahwa sejak tahun 05 Pemerintah Daerah wajib membiayai sendiri proses pengangkatan dan pembayaran insentif penugasan khusus apabila masih dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Dengan adanya tenaga kesehatan penugasan khusus di Provinsi Kepulauan Riau sangat membantu pelayan kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan dapat mengisi kekosongan tenaga kesehatan di puskesmas-puskesmas DTPK Provinsi Kepulauan Riau (Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 0). Hasil penelitian Ayuningtyas (006) menemukan kekosongan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan, terutama di daerah terpencil dan semi terpencil karena tidak ada kebijakan pemberian insentif bagi tenaga kesehatan (bidan, perawat, dokter dan lain-lain). Untuk menarik minat dan mempertahankan tenaga kesehatan penugasan khusus di puskesmas-puskesmas DTPK Kepulauan Riau, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui bagian kepegawaian Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau telah memberikan insentif sejak tahun 009 sebesar Rp ,- per bulan. Pemerintah Kabupaten/Kota tempat penugasan juga memberikan gaji/insentif sesuai dengan kemampuan keuangan masingmasing daerah, kebijakan ini diberikan agar dapat menarik minat dan mempertahankan tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas daerah terpencil, terluar dan perbatasan di Provinsi Kepulauan Riau (Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 0).
6 6 Namun, terjadi permasalahan retensi tenaga kesehatan penugasan khusus, yaitu pada tahun 0 tenaga kesehatan berjumlah orang menjadi orang di tahun 0 dikarenakan mengundurkan diri dan tidak memperpanjang masa penugasan di puskesmas DTPK Provinsi Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada Tabel. Tabel. Data jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas DTPK Kab/Kota Puskesmas Jumlah tenaga kesehatan Keterangan Batam Belakang Padang Galang Jumlah Karimun Moro Tebing Tanjung Batu Durai 6 5 Mengundurkan diri orang Jumlah 9 Natuna Serasan Pulau Laut Midai Subi - Jumlah 8 8 Bintan Berakit Kelong Tambelan Mantang Jumlah Jumlah Keseluruhan Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 0 Tidak perpanjang orang dan mengundurkan diri orang Mengundurkan diri orang Berdasarkan Tabel, dapat dilihat bahwa retensi tenaga kesehatan yang tinggi berada di Puskesmas Belakang Padang Kota Batam dan retensi yang terendah berada di Puskesmas Moro Kabupaten Karimun. Padahal, kedua puskesmas memiliki kriteria yang sama, yaitu merupakan puskesmas dengan status rawat inap dan dapat ditempuh melalui transportasi laut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Herman (008) bahwa beberapa penyebab tenaga kesehatan strategis seperti dokter, bidan dan perawat tidak retensi tinggal dan bekerja di puskesmas sangat terpencil karena di puskesmas tempat mereka bertugas tidak tersedia insentif dan jarak puskesmas sangat jauh dan sebagian besar ditempuh melalui laut. Di samping itu, faktor individu yang berlatar belakang pribadi yang dapat mempengaruhi retensi adalah alasan keluarga, anak-anak dan pasangan terutama
7 7 bagi perempuan (Lehmann et al., 008). Pemberian insentif serta fasilitas yang lain seharusnya menjadi salah satu daya tarik minat para tenaga kesehatan untuk bekerja di puskesmas DTPK, karena sesuai dengan tujuan pemberian insentif salah satunya adalah untuk mempertahankan karyawan/pegawai, sehingga tidak terjadi perputaran pegawai yang terlalu sering agar tidak terjadi kekosongan tenaga kesehatan yang akan berakibat terganggunya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui penyebab retensi tenaga kesehatan penugasan khusus di puskesmas daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) Provinsi Kepulauan Riau. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah: Mengapa tenaga kesehatan penugasan khusus tidak retensi pada puskesmas di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) Provinsi Kepulauan Riau? C. Tujuan Penelitian. Tujuan umum Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi retensi tenaga kesehatan penugasan khusus di Puskesmas DTPK Provinsi Kepulauan Riau.. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pengaruh insentif terhadap retensi tenaga kesehatan penugasan khusus di puskesmas DTPK Provinsi Kepulauan Riau. b. Mendeskripsikan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap retensi tenaga kesehatan penugasan khusus di puskesmas DTPK Provinsi Kepulauan Riau. c. Mendeskripsikan pengaruh karakteristik individu terhadap retensi tenaga kesehatan penugasan khusus di puskesmas DTPK Provinsi Kepulauan Riau d. Mendeskripsikan pengaruh letak geografis terhadap retensi tenaga kesehatan penugasan khusus di puskesmas DTPK Provinsi Kepulauan Riau
8 8 D. Manfaat Penelitian. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk menyusun strategi retensi tenaga kesehatan khususnya di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan, dan memperbaiki sistem penggajian dan insentif untuk tenaga kesehatan di puskesmas.. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan masukan untuk menentukan kebijakan lokal tentang insentif dalam menunjang retensi bagi para tenaga kesehatan yang bertugas, baik bagi tenaga kesehatan pada penugasan khusus di DTPK maupun bagi tenaga kesehatan permanen di Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. Bagi penulis Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmuilmu yang sudah diperoleh, khususnya manajemen sumber daya manusia kesehatan. Selain itu, penelitian ini menambah wawasan peneliti mengenai retensi serta kondisi daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan pulau-pulau terluar dengan berbagai masalah kesehatannya. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang retensi tenaga kesehatan penugasan khusus di puskesmas daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) Provinsi Kepulauan Riau belum pernah dilakukan, tetapi ada beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan yang serupa dengan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :. Humphreys et al. (009) dengan judul Retention Strategies & Incentives for Health Workers in Rural & Remote Areas: What Works?. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui kebijakan dalam pemberian insentif untuk retensi, dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa insentif dalam strategi retensi tenaga kerja adalah yang paling efektif dan insentif non keuangan seperti perumahan dan peningkatan kondisi kerja memiliki potensi untuk
9 9 meningkatkan retensi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada metode penelitian. Lehmann et al. (008) dengan judul Staffing Remote Rural Areas in Middle and Low Income Countries: A Literature Review of Attraction and Retention Tujuan dari artikel review tersebut adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara daya tarik dan retensi faktor dan strategi, dengan fokus khusus pada keragaman organisasi dan lokasi pengambilan keputusan. Hasil penelitiannya adalah strategi yang menjanjikan sering berada di luar lingkup direktorat sumber daya manusia atau departemen kesehatan, perencanaan dan pengambilan keputusan untuk meningkatkan retensi membutuhkan kerja sama multi-sektoral dalam dan di luar pemerintah. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat strategi retensi dan perbedaannya pada metode penelitian yang digunakan adalah metode review sistematis, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan disain studi kasus.. Herman (008) dengan judul Evaluasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sangat Terpencil di Kabupaten Buton.Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui kebijakan penempatan tenaga kesehatan di puskesmas sangat terpencil Kabupaten Buton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan penempatan tenaga dokter, bidan dan perawat di puskesmas sangat terpencil didukung oleh sarana penunjang yakni rumah dinas dan kendaraan dinas. Kebijakan penempatan terkendala faktor geografis dan intervensi stakeholders di daerah. Kecilnya penghasilan karena tidak tersedia insentif, pola pengembangan karir yang tidak jelas dan tidak adanya penghargaan bagi mereka yang bekerja di puskesmas sangat terpencil merupakan alasan penting untuk pindah. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat kebijakan penempatan dan kebijakan pemberian insentif dan perbedaannya terletak pada metode penelitian dan lokasi penelitian.. Ayuningtyas (006) dengan judul Sistem pemberian insentif yang berpihak pada sumber daya manusia kesehatan di daerah terpencil di Provinsi Lampung. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui kebijakan dalam pemberian
10 0 insentif, dan hasil penelitiannya adalah studi memperlihatkan hampir di semua unit kerja dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung kekurangan jumlah SDM kesehatan. Tidak ada kebijakan dalam pemberian insentif bagi berbagai jenis tenaga kesehatan (bidan, perawat, dokter umum). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan pada metode kasus yang bersifat deskriptif. Perbedaannya pada tujuan penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut di atas, oleh karena penelitian ini mendeskripsikan faktor yang paling mempengaruhi retensi tenaga kesehatan di puskesmas daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan Provinsi Kepulauan Riau.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan tenaga kesehatan di daerah terpencil dan pedesaan telah menjadi perhatian dunia. Banyak negara telah melaksanakan intervensi untuk mengatasi masalah ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 dalam Kemenkes (2015) adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
Lebih terperinciIntervensi Kebijakan Yang Memiliki Dampak Jangka Panjang Terhadap Retensi Tenaga Kesehatan Di Daerah Terpencil: Sebuah Tinjauan Sistematis
Intervensi Kebijakan Yang Memiliki Dampak Jangka Panjang Terhadap Retensi Tenaga Kesehatan Di Daerah Terpencil: Sebuah Tinjauan Sistematis Ferry Efendi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga fefendi@indonesiannursing.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Seiring dengan upaya pemerintah untuk memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia, pada tahun 2004, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciHASIL KAJIAN INSENTIF TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN SELF ASSESSMENT TIM NUSANTARA SEHAT BATCH 1 DAN 2
HASIL KAJIAN INSENTIF TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN SELF ASSESSMENT TIM NUSANTARA SEHAT BATCH 1 DAN 2 Oleh: Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK LATAR BELAKANG Kekurangan Tenaga Kesehatan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu Kota Amurang. Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai topografi wilayah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Distribusi tenaga kesehatan menjadi isu sistem kesehatan di berbagai negara di dunia. Maldistribusi tidak hanya terjadi di negara miskin dan berkembang, tetapi
Lebih terperinciLATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN
LATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN SALAH SATU STRATEGI PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN PENUGASAN KHUSUS DAN TENAGA PTT DI DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK) TAHUN 2010
PEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN PENUGASAN KHUSUS DAN TENAGA PTT DI DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK) TAHUN 2010 Oktarina 1. Mugeni Sugiharto 1 ABSTRACT Background:In order to support
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Akan diresmikan Program Program Nusantara Sehat. Program ini bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan secara bersama dan berjenjang antara pemerintah pusat,
Lebih terperinciPENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013
PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013 1. LANDASAN HUKUM LANDASAN HUKUM Undang-undang No. 17 Tahun 2007
Lebih terperinciPerencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) yang melaksanakan sebagian tugas dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
Lebih terperinciLampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 5. KOTA TANJUNG
Lebih terperinciLampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 5. KOTA TANJUNG
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciKAJIAN STANDAR KEBUTUHAN SDM KESEHATAN DI FASYANKES
KAJIAN STANDAR KEBUTUHAN SDM KESEHATAN DI FASYANKES Disajikan Pada : Lokakarya Nasional Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK Tahun 2014 KA. PUSRENGUN SDM KESEHATAN PENDAHULUAN ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1862, 2015 KEMENKES. Tenaga Kesehatan. Penugasana Khusus. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting. Sumber daya manusia merupakan pilar utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki tantangan peningkatan jumlah tenaga kesehatan yang terlatih untuk memenuhi tuntutan yang berkembang. Indonesia telah mampu secara teratur dan andal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring diberlakukannya Undang-Undang No.22 dan No. 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah membuat wacana baru tentang otonomi daerah menjadi kenyataan.
Lebih terperinciPusat Perencanaan & Pendayagunaan SDM Kes. Surabaya, 25 Oktober 2011
Pusat Perencanaan & Pendayagunaan SDM Kes Surabaya, 25 Oktober 2011 1 Kewajiban Pemerintah dalam Bidang Kesehatan Menyediakan Pelayanan Kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia dan Penduduk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu. pembangunan kesehatan menjadi salah satu bagian penting dalam pembangunan negara. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1277/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG TENAGA AKUPUNKTUR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1277/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG TENAGA AKUPUNKTUR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan yang optimal baik dari segi badan, jiwa maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi permasalahan yang utama. Kekurangan tenaga kesehatan/dokter di daerah yang sulit merupakan hal
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 1 st INDONESIAN PUBLIC HEALTH STUDENT SUMMIT (IPHSS) FKM UI DEPOK 15 JULI 2011 1 UUD 1945 SETIAP ORANG BERHAK MEMPERTAHANKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi
KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 1 LANDASAN HUKUM PPSDM-K UUD 1945 UU 29/2004 PRAK.DOK UU 322004 PEM.DA. UU 17/2007 RPJP-N UU 36/2009
Lebih terperinciPerencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
Lebih terperinciDEFISI DAERAH TERPENCIL
DEFISI DAERAH TERPENCIL Daerah Terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi, sosial dan ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan (WHO, 2000). Komponen pengelolaan kesehatan
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target program kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciUsman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan
PRA RAKERKESNAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PALANGKARAYA, 17 FEBRUARI 2016 Pemenuhan, Pemerataan, Retensi dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Untuk Mendukug Primary Health Care dan Pelayanan Kesehatan Rumah
Lebih terperinciUPAYA PEMENUHAN JUMLAH, JENIS DAN KUALIFIKASI TENAGA KESEHATANDI FASYANKES MELALUI PERENCANAAN
UPAYA PEMENUHAN JUMLAH, JENIS DAN KUALIFIKASI TENAGA KESEHATANDI FASYANKES MELALUI PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDMK Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Batam, 16 Oktober 2012 SUPPLY SIDE
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN
15 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN PENYELENGGARAAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kepmenkes RI Nomor 128 Tahun 2004 dijelaskan bahwa fungsi puskesmas terbagi menjadi tiga yaitu pertama sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer
Lebih terperinciDr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK 1
Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK 1 STRATEGI RENSTRA KEMKES 2010-2014 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketersediaan tenaga kesehatan yang bermutu dalam jumlah yang memadai sangat penting bagi pembangunan kesehatan di daerah untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Lebih terperinciPENGARUH INSENTIF TERHADAP RETENSI TENAGA KESEHATAN DI DAERAH TERTINGGAL, PERBATASAN, DAN KEPULAUAN (DTPK) PROVINSI PAPUA TAHUN 2011 TESIS
UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH INSENTIF TERHADAP RETENSI TENAGA KESEHATAN DI DAERAH TERTINGGAL, PERBATASAN, DAN KEPULAUAN (DTPK) PROVINSI PAPUA TAHUN 2011 TESIS IRMA FITRIYANA HERMAN NPM : 0906592312 FAKULTAS
Lebih terperinciUntuk menunjang proses pembangunan kesehatan, pemerintah & pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, baik dalam Jumlah, Jenis dan
Materi ini disampaikan pada : Pertemuan Pengelola Program Sumber Daya Manusia Kesehatan Oleh : Dr.dr.H. Rachmat Latief, Sp.PD.,., KPTI., M. Kes,, FINASIM Hotel Aryaduta Makassar, 14 sd 15 Juni 2017 Untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai
Lebih terperinci2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah: lingkungan (fisik, biologis dan sosial), perilaku serta gaya hidup, faktor genetika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan yang baik menjadi isu yang mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik. Hal ini terjadi karena polapola lama penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merumuskan delapan tujuan pembangunan, dua diantaranya adalah komitmen dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Lebih terperinciMONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN
MONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN Dominirsep O. Dodo, S.KM., M.PH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang (dominirsepdodo@gmail.com/081339216559)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tahun 2003 di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen kesehatan pada periode 2005-2009.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kecamatan yang baru dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Pulau Pisang terdiri atas 6 pekon yakni Pekon Pasar, Labuhan, Sukadana, Pekon Lok,Bandar Dalam dan Sukamarga. Pulau Pisang merupakan kecamatan yang
Lebih terperinci7. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Perbantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 77,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/PER/VIII/2007 TENTANG KRITERIA SARANA PELAYANAN KESEHATAN TERPENCIL DAN SANGAT TERPENCIL MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRancangan 5 September 2011 RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011 2025
Rancangan 5 September 2011 RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011 2025 JAKARTA, 2011 DAFTAR ISI Sambutan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat...... Sambutan Menteri Dalam Negeri...
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR: 9 TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR: 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER/DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP DAERAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini Indonesia masih mengalami kelangkaan jumlah tenaga dokter spesialis. Hal ini terlihat dari hasil registrasi nasional yang dilakukan oleh Konsil
Lebih terperinciSITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Profil Kesehatan Kota Prabumulih Tahun A. TENAGA KESEHATAN. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Berikut ini adalah gambaran jumlah tenaga kesehatan di Kota Prabumulih Tahun.
Lebih terperinciWORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN
WORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN
Lebih terperinci1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Konsep pengembangan wilayah mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG
STATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BULANG 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.21 Katalog BPS : 1102001.2171.020 Ukuran Buku: 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 20 hal. Naskah
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas
Lebih terperinciJUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)
JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI KEPULAUAN RIAU KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 2101 KARIMUN 3 6 9 2102 BINTAN 5 7 12 2103 NATUNA 8 5 13 2104 LINGGA 2 5 7 2105
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat telah melakukan upaya pembangunan dalam rangkaian program-program yang berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan kesehatan untuk menunjang Indonesia Sehat 2010 diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, serta mampu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan
Lebih terperinciPENDATAAN PUSKESMAS TAHUN 2006
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN PUSKESMAS TAHUN 2006 I. IDENTITAS WILAYAH NO. RINCIAN KODE PEDOMAN PENGISIAN 101 Provinsi Diisi dengan Nama Propinsi 102 Kabupaten/Kota Diisi dengan Nama
Lebih terperinciRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585); MEMUTUSKAN: MENETAPKAN : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER DAN
2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Lebih terperinciDATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU KONDISI DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2016 JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA KEADAAN 31 DESEMBER 2015 PROVINSI KEPULAUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan pelayanan kesehatan diharapkan juga tinggi. Wujud pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan manusia yang sangat tinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan diharapkan juga tinggi. Wujud pemerintah dalam mendukung peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan sumberdaya organisasi yang sangat penting untuk dikelola, meliputi data dan informasi, perangkat keras, perangkat lunak, dan tenaga. Operasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya pelayanan kesehatan menyeluruh. Pembangunan kesehatan
Lebih terperinci1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu masih merupakan tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal) atau SDGs, yang merupakan lanjutan dan penyempurnaan
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BERBASIS TIM (TEAM BASED) DALAM MENDUKUNG PROGRAM NUSANTARA SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciIndonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?
Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan tubuh yang sehat atau fungsi tubuh manusia berjalan
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 156/Menkes/SK/I/2010
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156/Menkes/SK/I/2010 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF BAGI TENAGA KESEHATAN DALAM RANGKA PENUGASAN KHUSUS DI PUSKESMAS DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1231/MENKES/PER/XI/2007 TENTANG PENUGASAN KHUSUS SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1231/MENKES/PER/XI/2007 TENTANG PENUGASAN KHUSUS SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan adalah hak masyarakat dan penyelenggaraannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibeberapa negara di dunia mencerminkan ketidakadilan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (2012), setiap hari sekitar 800 perempuan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) dari seluruh kematian ibu terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma pembangunan global, dideklarasikan di Konferensi Tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan salah satu komponen penting dari sistem kesehatan, guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Namun demikian, berbagai permasalahan masih
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN STANDAR TENAGA KESEHATAN BERBASIS KOMPETENSI DI PUSKESMAS DAERAH TERTINGGAL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN STANDAR TENAGA KESEHATAN BERBASIS KOMPETENSI DI PUSKESMAS DAERAH TERTINGGAL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK) Gurendro Putro, Didik Budijanto, Mugeni Sugiharto, Kartini Rustandi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan kebijakan otonomi daerah, desentralisasi merupakan salah satu strategi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan kebijakan otonomi daerah, desentralisasi merupakan salah satu strategi yang ditetapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjawab
Lebih terperinciINTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016
INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting
RINGKASAN EKSEKUTIF Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah Pada saat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1968, puskesmas berfungsi sebagai
Lebih terperinciMATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011
MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak
Lebih terperinci