BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini Indonesia masih mengalami kelangkaan jumlah tenaga dokter spesialis. Hal ini terlihat dari hasil registrasi nasional yang dilakukan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2012 terdaftar orang dokter spesialis di seluruh Indonesia (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012). Rasio jumlah tenaga dokter spesialis terhadap jumlah penduduk di Indonesia jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan rasio di negara negara maju maupun negara negara ASEAN lainnya. Rendahnya rasio tersebut disebabkan oleh rendahnya jumlah lulusan dokter spesialis (DSp) setiap tahunnya. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kelangkaan DSp di Indonesia, antara lain: a) terbatasnya lembaga pendidikan yang mampu menyelenggarakan pendidikan DSp; b) terbatasnya jumlah mahasiswa yang dapat diterima oleh lembaga pendidikan yang ada; c) mahal dan lamanya waktu pendidikan DSp. Hal ini berakibat laju pertambahan lulusan DSp yang tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga DSp di masyarakat (Ilyas, 2006). Oleh karena itu banyak rumah sakit, terutama rumah sakit pemerintah di tingkat kabupaten/kotamadya mengalami kekurangan tenaga dokter spesialis. Keterbatasan jumlah DSp ini diperberat dengan distribusinya yang tidak merata. Berdasarkan hasil penelitian Mustikowati (2005) diketahui bahwa 65% DSp bekerja di Jawa dan Bali sedangkan sisanya tersebar di luar Jawa dan Bali. Permasalahan distribusi DSp juga terlihat dari data bahwa 29% rumah sakit (RS) kelas C atau 66 RS dari 229 RS kelas C tidak mempunyai DSp empat dasar. Hasil penelitian yang dilakukan Ilyas (2006) juga menyatakan rerata DSp per penduduk pada daerah kota 8,4 sedangkan pada daerah kabupaten sebesar 0,8. Ini berarti rerata DSp daerah kota lebih besar 10 kali lipat dari daerah kabupaten. Hanya beberapa kota yang mempunyai rasio DSp yang cukup (6 DSp/ penduduk), sedangkan sisanya masih banyak kabupaten yang kekurangan DSp bahkan tidak mempunyai DSp. Selain itu masih rendahnya tingkat retensi DSp di

2 2 rumah sakit rumah sakit daerah merupakan masalah penting yang terutama dialami oleh sebagian besar rumah sakit daerah (RSD) di Indonesia. Napitupulu (2005) menyatakan bahwa kurangnya minat dokter spesialis bertahan lebih lama bekerja di RSUD Abepura Papua karena pendapatan yang diterima mereka masih kurang termasuk insentif daerah yang kecil. Pendapatan total yang diterima tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi biaya hidup di Abepura tinggi. Penyebab lainnya karena seluruh dokter spesialis yang bertugas di Abepura berasal dari luar daerah, sehingga mempunyai potensi untuk tidak bertahan lama. Mamnu ah (2008) menyatakan untuk menarik minat dokter spesialis agar bertahan lebih lama di RSUD Pandeglang dan untuk meningkatkan motivasi kerja mereka maka harus diperhatikan pemberian kompensasi dan fasilitas fasilitas yang layak diterima dokter spesialis seperti jasa medik, jasa konsultasi, dan sistim pembagiannya. Penelitian Bukit (2003), Musbar (2006) dan Effendi (2008) juga mengatakan bahwa adanya ketidakpuasan kerja DSp selama bekerja di Rumah Sakit Daerah menyebabkan DSp tidak betah bertahan lama di Rumah Sakit Daerah. Masalah kelangkaan DSp dan rendahnya tingkat retensi DSp ini juga dialami oleh Kabupaten Kapuas Hulu, yang letaknya terpencil di pedalaman Propinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Kapuas Hulu dengan Ibukotanya Putussibau, merupakan kabupaten yang berada di puncak aliran Sungai Kapuas sehingga mendapat julukan sebagai Bumi Uncak Kapuas. Menurut Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal, Kabupaten Kapuas Hulu dikategorikan sebagai daerah terpencil perbatasan dan daerah tertinggal (KPDT, 2012). Ditinjau dari segi geografis Kabupaten Kapuas Hulu (Kab. KH) merupakan kabupaten yang letaknya terpencil di pedalaman Propinsi Kalimantan Barat, dengan jarak tempuh dari ibukota propinsi ± 657 km melalui jalan darat (lamanya perjalanan ± 18 jam), dan melalui jalur aliran Sungai Kapuas jarak tempuh ± 842 km (lamanya perjalanan ± 6-7 hari), sedangkan jika melalui udara bisa ditempuh dalam waktu ± 1,5 jam penerbangan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten KH adalah sebagai berikut : Sebelah Utara: berbatasan dengan Serawak (Malaysia Timur)

3 3 Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Sintang Sebelah Timur: berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur dan Propinsi Kalimantan Tengah Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Sintang dan Propinsi Kalimantan Tengah Gambar 1. Peta Letak Kabupaten Kapuas Hulu di Propinsi Kalimantan Barat Pada peta Propinsi Kalimantan Barat (gambar 1), terlihat letak Kabupaten Kapuas Hulu yang terpencil jauh di pedalaman Kalimantan Barat, dengan akses keluar masuk daerah yang cukup sulit dan memakan waktu yang lama. Kabupaten Kapuas Hulu memiliki luas wilayah km2, yang didiami oleh jiwa penduduk, dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 7 orang/km2. Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kab. Kapuas Hulu adalah petani, dan laju pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2012 sebesar 5,61%, dengan prosentase penduduk miskin sebesar 9,95% (BPS Kabupaten Kapuas Hulu, 2012). Secara umum Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kapuas Hulu masih relatif rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten lainnya yang ada di Kalimantan Barat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kapuas Hulu

4 4 yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, laba dari BUMD, pendapatan dari dinas-dinas serta pendapatan lainnya masih sangat rendah. Pajak dan retribusi daerah yang merupakan unsur utama Pendapatan Asli Daerah belum dapat memberikan kontribusi secara optimal. Di Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu hanya terdapat sebuah rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Diponegoro Putussibau (RSUD AD), yang didirikan pada tahun 1970 dan merupakan rumah sakit kelas C milik Pemda Kabupaten Kapuas Hulu. Selain itu di Daerah Kab. Kapuas Hulu terdapat 23 puskesmas yang tersebar di 23 kecamatan yang ada di wilayah Kab. Kapuas Hulu. Sebagai satu-satunya rumah sakit yang ada di wilayah Kapuas Hulu, maka peran RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau menjadi sangat penting sebagai pusat pelayanan kesehatan dan rujukan bagi masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu. Hal ini menjadi salah satu dasar pertimbangan bagi pihak manajemen rumah sakit dan Pemda Kab. Kapuas Hulu untuk terus berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang memadai dan bermutu, dengan fasilitas dan sarana yang memadai, serta didukung oleh keberadaan tenaga medis profesional yang kompeten seperti dokter spesialis, sehingga memudahkan masyarakat terutama masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan medis spesialistik, tanpa harus pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan di kota lain yang jaraknya jauh dengan risiko selama perjalanan serta biaya yang relatif mahal. Wahid (2003) mengatakan bahwa Rumah Sakit Daerah sebagai Lembaga Teknis Daerah sangat membutuhkan sumber daya manusia yang profesional terutama tenaga fungsional seperti dokter spesialis 4 dasar. Pada era otonomi daerah, rumah sakit daerah tetap menjadi salah satu andalan utama dalam pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat Indonesia. Ditinjau dari keberadaan RSUD AD sebagai satu satunya rumah sakit yang ada di Daerah Kabupaten Kapuas Hulu, seharusnya angka kunjungan di rumah sakit cukup tinggi, namun tidak demikian pada kenyataannya. pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di RSUD AD relatif masih rendah. Masih rendahnya pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau ini, salah satunya dikarenakan pelayanan

5 5 yang diberikan oleh rumah sakit belum memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat. Mengingat Kab. Kapuas Hulu berbatasan dengan Wilayah Malaysia Timur, maka untuk sebagian masyarakat yang tergolong mampu lebih memilih untuk berobat ke rumah sakit-rumah sakit yang ada di wilayah negara tetangga tersebut misalnya ke RS di Kuching, yang dianggap dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dengan fasilitas dan peralatan serba lengkap dan canggih serta tersedianya dokter ahli yang lengkap. Kinerja pelayanan yang dicapai oleh RSUD AD dalam kurun waktu tahun , terlihat dari hasil pengukuran indikator indikator berikut ini: Tabel 1. Kinerja Pelayanan RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau Tahun Uraian Rawat jalan Rawat inap BOR 26,65 55,74 56, LOS 3,6 Hr 3,9 Hr 4,5 Hr 5.3 Hr 5.3 Hr BTO 24,33 Kali 51,96 Kali 66,79 Kali 69.87Kali 69.87Kali TOI 14,72 Hr 5,06 Hr 3,66 Hr 2.89 Hr 2.89 Hr GDR 53,95 57,15 59,95 53,23 53,23 NDR 25,07 26,59 24,32 22,38 22,38 Sumber data: Laporan Tahunan RSUD Dr. Achmad Diponegoro (2011) Dari tabel 1. terlihat sejak tahun 2008 ada kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dari jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit, baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Hal ini sejalan dengan keberadaan 3 dokter spesialis di RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau sejak tahun Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kunjungan pasien tetap mengalami kenaikan, namun tidak terlalu signifikan seperti pada tahun Keadaan ini kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya faktorfaktor internal rumah sakit seperti: kelengkapan dan keberadaan tenaga dokter

6 6 spesialis, turnover dokter spesialis yang tinggi, masih rendahnya mutu pelayanan, masih rendahnya mutu SDM, kurangnya fasilitas dan alat, performance fisik rumah sakit, dll. Sedangkan faktor-faktor eksternal rumah sakit yang mungkin berpengaruh antara lain: kondisi geografis dan demografis, tingkat perekonomian masyarakat, keberadaan dokter praktek swasta, dll. Keberadaan dokter praktek swasta di kota putussibau terutama berpengaruh pada rendahnya kunjungan pasien rawat jalan di RSUD AD. Adanya dokter praktek swasta ternama yang sudah lama dan dikenal baik oleh masyarakat serta mempunyai sarana pemeriksaan penunjang laboratoium pribadi menjadi pilihan sebagian masyarakat untuk berobat jalan karena dianggap mampu memberikan pelayanan dengan outcome klinis yang yang baik. Muninjaya (2004) berpendapat bahwa belum tercapainya nilai standar nasional ini dipengaruhi oleh mutu pelayanan medis dan kesehatan di rumah sakit yang sangat erat kaitannya dengan manajemen rumah sakit (quality of service) dan keprofesionalan kinerja staf medik fungsional (SMF) dan staf lainnya di rumah sakit (quality of care). Untuk meningkatkan kinerja staf medik fungsional ini dibutuhkan peran serta dokter spesialis dalam meningkatkan jumlah kunjungan pasien. Menurut Trisnantoro (2005) dokter spesialis adalah profesi yang sangat penting di rumah sakit, karena keberadaan dokter spesialis itu dapat menentukan maju mundurnya sebuah rumah sakit karena dapat meningkatkan harga jual rumah sakit dalam menarik konsumen, oleh karena itu dokter spesialis sering disebut sebagai salah satu tiang penyangga rumah sakit. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Effendi (2008) yang mengatakan bahwa dokter spesialis adalah sumber daya dan modal dasar yang dapat memberikan daya saing dan keunggulan kompetitif bagi rumah sakit dalam menghadapi tuntutan dan persaingan dalam dunia kesehatan. RSUD AD baru mempunyai 3 orang dokter spesialis pada tahun 2008 yaitu Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah Umum dan Spesialis Penyakit Kandungan dan Kebidanan. Sedangkan Dokter Spesialis Anak mengalami kekosongan sejak tahun Adanya dokter spesialis 3 dasar ini memberi

7 7 pengaruh pada peningkatan jumlah pasien yang cukup tinggi, baik rawat jalan maupun rawat inap pada tahun 2008 (tabel 1). Pada tahun tahun berikutnya kenaikan jumlah kunjungan pasien tidak terlalu tinggi, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh dinamika jumlah dan keberadaan para dokter spesialis tersebut, yang mana adakalanya RSUD AD mengalami kekosongan DSp dalam waktu yang cukup lama, sehingga berdampak pula pada jumlah kunjungan pasien yang menurun. Masalah keterbatasan jumlah dokter spesialis di RSUD AD ini, diperberat lagi oleh tingkat turnover dokter spesialis yang tinggi. Pada umumnya dokter spesialis yang bekerja di RSUD AD jarang bisa bertahan lama, rata rata hanya bertahan 1 2 tahun saja. Penelitian yang dilakukan oleh Napitupulu (2005) juga menggambarkan keadaan yang serupa yang dialami oleh RSUD Abepura. Tabel 2. Jumlah Dokter Spesialis di RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau Tahun JENIS TAHUN SPESIALISASI Bedah Umum P. Dalam Obsgyn P. Anak Sumber data: Bagian kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Kapuas Hulu (2011) Dampak nyata yang terlihat dari tidak adanya dokter spesialis atau berkurangnya jenis pelayanan spesialistik karena dokter spesialisnya tidak ada adalah jumlah kunjungan pasien, baik rawat jalan maupun rawat inap hanya mengalami sedikit kenaikan dibandingkan pada waktu jumlah dokter spesialisnya 3 orang (tabel 1). Apabila dikaitkan dengan kondisi geogarafis daerah Kapuas hulu dengan letaknya yang jauh terpencil di pedalaman Propinsi Kalimantan Barat dengan akses keluar masuk daerah yang cukup sulit dan memakan waktu lama, maka tuntutan akan keberadaan dokter spesialis ini menjadi sangat penting. Selama ini jika ada pasien pasien yang memerlukan penanganan spesialistik

8 8 tertentu tetapi dokter spesialisnya tidak ada, maka pasien dirujuk ke Kota Pontianak yang jaraknya ± 657 Km dari kota Putussibau dengan kondisi jalan yang kurang bagus, sarana transportasi yang kurang memadai, serta waktu tempuh yang sangat lama sekitar jam perjalanan lewat darat. Hal ini tentunya akan sangat membahayakan keselamatan dan memperburuk keadaan pasien. Sedangkan bagi pasien yang tidak mampu atau pasien yang tidak mau dirujuk, terpaksa tetap dirawat di RSUD AD dan ditangani oleh dokter umum saja. Dengan demikian jelas sekali keberadaan DSp di RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kab. Kapuas Hulu. Tabel 3. Data Turnover Dokter Spesialis di RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau Tahun No Subyek Spesialisasi Status TMT Tugas TMT Berakhir Keterangan 1 A Bedah Umum PNS B Penyakit Dalam PNS C Kebidanan dan PNS Kandungan D Kebidanan dan Kontrak Kandungan E Bedah Umum PNS F Kebidanan dan PNS Kandungan Pindah - Aktif Pindah Pindah Sumber data: Bagian Kepegawaian Dinas Kesehatan Kab. Kapuas Hulu (2011) - Aktif - Aktif Kondisi geografis serta tingkat kebutuhan masyarakat yang tinggi akan dokter spesialis, menjadi dasar pertimbangan bagi pihak pemerintah daerah untuk berupaya menarik minat dokter spesialis untuk bertugas di RSUD AD dan mempertahankan keberadaan dokter spesialis tersebut. Sejak tahun 2001 Pemda Kabupaten KH telah memberikan insentif finansial daerah sebesar Rp /bulan kepada para dokter spesialis yang bersedia bekerja di Kabupaten KH. Pada tahun 2006, Pemda menaikkan insentif finansial dokter spesialis tersebut menjadi Rp /bulan. Selain itu pemerintah daerah juga memberikan insentif non-finansial seperti; rumah dinas beserta perlengkapannya,

9 9 dan sebuah mobil dinas kepada masing-masing spesialis yang bekerja di RSUD AD. Kenaikan insentif finansial daerah dokter spesialis menjadi Rp /bulan ini ternyata belum memberi pengaruh yang signifikan, kenaikan insentif finansial ini ternyata belum mampu untuk menarik minat dokter spesialis untuk bekerja dan bertahan lama di RSUD AD. Kebutuhan akan Dokter Spesialis Anak dan jenis spesialisasi lainnya belum juga terpenuhi, di samping itu tingkat turnover dokter spesialis juga masih tinggi, karena rata rata dokter spesialis hanya bertahan 1 2 tahun saja kemudian pindah ke daerah lain. Hasil penelitian Bukit (2003) di RSUD Manna menyimpulkan bahwa terdapat hal-hal lain di luar faktor ekonomi yang mempengaruhi turnover DSp di RSUD Manna Bengkulu Selatan, dan hal-hal ini terutama bersumber pada faktor-faktor internal RSUD Manna. Selama ini upaya untuk mempertahankan DSp di RSUD AD lebih difokuskan pada intervensi yang dilakukan oleh pihak Pemda KH dengan pemberian insentif finansial berupa uang dan insentif non finansial berupa rumah dinas dan kendaraan dinas. Sedangkan permasalahan-permasalahan internal RSUD AD sendiri maupun faktor-faktor lainnya, yang kemungkinan turut berperan pada retensi DSp kurang mendapat perhatian. Trisnantoro (2005) mengatakan bahwa rumah sakit sebagai salah satu tempat bekerja dokter spesialis harus memperhatikan kepuasan kerja dokter spesialis tersebut supaya mereka tidak berpikir untuk pindah mencari rumah sakit lain. Kepuasan kerja di sini tidak hanya menyangkut masalah pendapatan atau insentif finansial saja, akan tetapi juga faktor-faktor lainnya. Hal ini didukung oleh pendapat Sempowski (2004) yang mengatakan bahwa program insentif finansial saja kurang efektif untuk meningkatkan retensi dokter spesialis di daerah pedesaan. Tampaknya diperlukan adanya program multidimensi lainnya agar program insentif finansial ini lebih berhasil, daripada hanya mengandalkan program insentif finansial saja. Keberadaan dokter spesialis sebagai tenaga ahli yang profesional di rumah sakit tidak bisa dipungkiri mempunyai pengaruh besar bagi kemajuan rumah sakit. Adanya dokter spesialis menjadi daya tarik tinggi bagi masyarakat yang

10 10 membutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga akan meningkatkan jumlah kunjungan rumah sakit, dengan demikian dapat meningkatkan penghasilan rumah sakit. Oleh karena itu pihak rumah sakit sebagai tempat dimana dokter spesialis bekerja, dituntut melakukan upaya-upaya nyata dalam mempertahankan keberadaan para dokter spesialis ini. B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, bisa dilihat bahwa masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu pada umumnya, dan RSUD AD khususnya sebagai insitusi dimana DSp tersebut bekerja sangat membutuhkan keberadaan DSp, terutama DSp yang bersedia bekerja dalam jangka waktu lama atau bahkan menetap di Kabupaten Kapuas Hulu. Oleh karena itu perlu dicari permasalahan yang ada, yaitu : Mengapa dokter spesialis tidak bersedia untuk bekerja dalam jangka waktu lama atau menetap di RSUD AD? C. Tujuan Penelitian 1. Mengeksplorasi faktor-faktor yang berperan terhadap retensi DSp di RSUD AD Putussibau. 2. Mengidentifikasi faktor yang paling berperan pada retensi DSp di RSUD AD Putussibau. 3. Mengidentifikasi peranan Pihak Manajemen RSUD AD dalam meningkatkan retensi DSp di RSUD AD Putussibau. 4. Mengidentifikasi peranan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas Hulu dalam meningkatkan retensi DSp di RSUD AD Putussibau. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Manajemen RSUD AD : Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen rumah sakit dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pemberdayaan DSp. 2. Bagi Pihak Pemda Kabupaten Kapuas Hulu :

11 11 a. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemda Kab. Kapuas Hulu dalam mengatasi masalah kelangkaan DSp dan rendahnya tingkat retensi DSp di Kab.Kapuas Hulu. b. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemda Kab. Kapuas Hulu dalam menetapkan kebijkan-kebijakan yang berhubungan dengan keberadaan DSp. E. E. Keaslian Penelitiann Penelitian tentang dokter spesialis sudah banyak dilakukan dengan fokus masalah, tujuan, metode, jenis ataupun lokasi penelitian yang berbeda-beda, antara lain:aaaaaaaa amfvjkfgkjgvjmfgjrgkndvfnn evisia)!!! 1. Bukit (2003), melakukan penelitian tentang kepuasan kerja dokter spesialis di RSUD Manna dengan pendekatan EMIC. Hasil penelitian di RSUD Manna menyimpulkan ada 10 masalah yang mempengaruhi kepuasan kerja DSp yaitu; 1) hubungan pasien-dokter, 2) fasilitas yang tersedia di RS, 3) hubungan dengan rekan kerja, 4) rasa aman dalam melakukan pekerjaan, 5) pendapatan yang diperoleh, 6) fasilitas yang diperoleh dari RS, 7) karakteristik pekerjaan, 8) keberadaan di RS, 9) masalah keluarga dan masalah karier. 2. Napitupulu (2005), melakukan penelitian tentang jenis kompensasi yang paling mempengaruhi kepuasan dokter spesialis di RSUD Abepura Propinsi Papua, yang mana jenis kompensasi yang paling mempengaruhi ketidakpuasan kerja DSp di RSUD Abepura adalah insentif daerah. 3. Mustikowati (2005, meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan dokter spesialis ikatan dinas dengan menggunakan jenis penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan DSp ikatan dinas anatara lain : faktor predisposing, faktor enabling dan faktor reinforcing. Penolakan penempatan DSp ikatan dinas paling tinggi karena DSp mempunyai motivasi dan komitmen yang rendah.

12 12 4. Musbar (2006) melakukan penelitian dengan tujuan melukiskan bagaimana kepuasan kerja dokter spesialis di RSUD Sawah Lunto serta faktor faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dokter spesialis. Data dan informasi dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif dan kuantitatif. 5. Mamnu ah (2008) bertujuan untuk mengidentifikasi kebijakan pemda mengenai tarif dokter dan DSp di RSUD Pandeglang, mengidentifikasi kebijakan pemda mengenai kompensasi DSp di RSUD Pandeglang dengan menggunakan jenis rancangan deskripsi cross sectional. Subyek penelitian tersebut adalah Direktur RSUD Pandeglang dan stakeholder di Kabupaten Pandeglang. 6. Nukarca (2008), meneliti tentang komitmen dokter spesialis yang bekerja di RSUD Sambas, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus deskriptif dengan rancangan kasus tunggal holistik. Hasil penelitian ini menyimpulkan komitmen dokter spasialis rendah terhadap RSUD Sambas, yang menyebabkan dokter spesialis tidak bertahan di RSUD Sambas. Pada penelitian ini mungkin saja terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan di atas. Adapun perbedaan penelitian kali ini adalah bertujuaan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang berperan terhadap retensi dokter spesialis di RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif eksploratif. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berperan pada retensi dokter spesialis di RSUD AD, dengan demikian pihak manajemen RSUD AD maupun Pemda Kab. Kapuas Hulu bisa mengupayakan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Alasan peneliti memilih topik penelitian ini karena RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau selalu mengalami kelangkaan dokter spesialis dan masalah rendahnya tingkat retensi dokter spesialis di RSUD Dr. Achmad Diponegoro Putussibau. Keberadaan dokter Spesialis di RSUD AD sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kab. Kapuas Hulu, mengingat RSUD AD merupakan satu-satunya RS yang ada di Kab. Kapuas Hulu dan menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis spesialistik. Letak

13 13 geografis Kapuas Hulu yang terpencil jauh di pedalaman Kalimantan Barat menyebabkan masyarakat Kapuas Hulu mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelayanan medis spesialistik di daerah/kota lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Fenomena ini menuntut pihak rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi dan modernisasi dunia saat ini, kemajuan di segala bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan yang berkualitas di rumah sakit sangat erat kaitannya dengan performa sumber daya manusia (SDM). Pada organisasi penyedia jasa seperti rumah sakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan distribusi dokter spesialis masih merupakan isu yang sampai saat ini masih ada dalam sistem kesehatan di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia

Lebih terperinci

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator : Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sewa. Bus antarkota dalam provinsi (AKDP) adalah klasifikasi perjalanan bus

BAB I PENDAHULUAN. sewa. Bus antarkota dalam provinsi (AKDP) adalah klasifikasi perjalanan bus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan Umum adalah kendaraan umum untuk mengangkut barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain, yang disediakan oleh pribadi, swasta, atau pemerintah, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring diberlakukannya Undang-Undang No.22 dan No. 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah membuat wacana baru tentang otonomi daerah menjadi kenyataan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini terdapat perubahan dalam paradigma pelayanan jasa yang diberikan oleh suatu rumah sakit dari pandangan masyarakat dan pengelola rumah sakit. Perubahan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi permasalahan yang utama. Kekurangan tenaga kesehatan/dokter di daerah yang sulit merupakan hal

Lebih terperinci

Mencari RS Rujukan Nasional dalam era JKN. Pemetaan Motivasi Direksi dan Spesialis 6 Juni 2014

Mencari RS Rujukan Nasional dalam era JKN. Pemetaan Motivasi Direksi dan Spesialis 6 Juni 2014 Mencari RS Rujukan Nasional dalam era JKN Pemetaan Motivasi Direksi dan Spesialis 6 Juni 2014 Pengantar Jaminan Kesehatan Nasional sudah dimulai pada tahun 2014. Sistem rujukan semakin penting. Apa akibatnya?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah sakit merupakan salah satu unit usaha yang memberikan pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu pelayanan kesehatan yang diberikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat telah melakukan upaya pembangunan dalam rangkaian program-program yang berkesinambungan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H, ayat (1), setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa

Lebih terperinci

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan terhadap layanan kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan ini masyarakat akan berupaya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan semakin hari semakin meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rekam Medis mempunyai peranan penting dalam proses pelayanan di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rekam Medis mempunyai peranan penting dalam proses pelayanan di rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sangat erat berhubungan dengan bagian rekam medis. Rekam Medis mempunyai peranan penting dalam proses pelayanan di rumah sakit. Rekam medis merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan wilayah merupakan sebuah langkah untuk mengembangkan suatu kawasan secara holistik. Tak hanya dengan memacu pertumbuhan sosial ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk pada bisnis rumah sakit berupa pelayanan kesehatan, terdiri dari pelayanan medis, non medis dan administrative. Sebagai pelanggan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu perusahaan tentunya tidak terlepas dari aset yang dimiliki. Salah satu aset penting perusahaan adalah sumber daya manusia atau karyawan. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan. Kondisi masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015 RSUD Lawang mempunyai 2 sasaran srategis, yaitu : 1. Meningkatnya sumber daya manusia, sarana, prasarana, peralatan, dan kebijakan untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU No. 44 Tahun 2009 dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kepentingan pemberi pelayanan kesehatan. Semakin tingginya tingkat

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 33 TAHUN 2011

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 33 TAHUN 2011 GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERSYARAT BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA KHUSUSNYA TENAGA MEDIS, PARAMEDIS,

Lebih terperinci

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, maka syarat mutu makin bertambah penting. Hal tersebut mudah saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, maka syarat mutu makin bertambah penting. Hal tersebut mudah saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan, serta makin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka syarat mutu

Lebih terperinci

BUPATI BENGKULU SELATAN

BUPATI BENGKULU SELATAN BUPATI BENGKULU SELATAN PERATURAN BUPATI BENGKULU SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG JASA PELAYANAN KESEHATAN DASAR UNTUK PELAYANAN KESEHATAN UMUM, JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS), JAMINAN PERSALINAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilaksan akan secara bertahap sejak 01 Januari 2014 yang membawa kesatuan reformasi dari segi pembiayaan kesehatan (health-care

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di BAB 1 PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di Provinsi Aceh

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) Dl PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik bersenjata yang melanda Aceh hampir tiga dekade telah menghancurkan kondisi perekonomian masyarakat. Diperkirakan ada 1,2 juta (28,5%) penduduk Aceh hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses manajemen, perencanaan sangat dibutuhkan oleh setiap organisasi dalam menjalankan kegiatannya. Perencanaan tersebut sebagai acuan organisasi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketersediaan tenaga kesehatan yang bermutu dalam jumlah yang memadai sangat penting bagi pembangunan kesehatan di daerah untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyusunan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka merupakan bagian pertanggung jawaban Rumah Sakit sebagai SKPD dalam menyampaikan laporan hasil program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai tenaga medik, keperawatan, penunjang medik dan rujukan, pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1988 dengan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Ambulan

panduan praktis Pelayanan Ambulan panduan praktis Pelayanan 11 02 panduan praktis Pelayanan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT 1. Mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan mengutamakan keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan. 2.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status. baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.

I. PENDAHULUAN. rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status. baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi setiap penduduk yang hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi setiap penduduk yang hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun mental.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan masyarakat menjadi tugas utama dari pemerintah. Perihal ini tercantum jelas dalam pasal 34 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberi pelayanan kesehatan harus meningkatkan pelayanannya dari berbagai. mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pemberi pelayanan kesehatan harus meningkatkan pelayanannya dari berbagai. mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan akan pelayanan rumah sakit yang bermutu seiring dengan semakin baiknya kesadaran masyarakat tentang mutu, membuat rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang semakin modern dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek kesehatan lambat laun seiring dengan perkembangan zaman menuntut masyarakat juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada persaingan nasional yang terjadi saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pada persaingan nasional yang terjadi saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada persaingan nasional yang terjadi saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jumlah rumah sakit yang tersebar semakin banyak. Baik itu rumah sakit pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undangundang Nomor 25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumbawa adalah rumah sakit umum milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumbawa Besar yang mulai melakukan pelayanannya sejak tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Strategis Suatu filosofi, cara berpikir dan cara mengelola organisasi merupakan pengetian dari manajemen strategis. Kata strategy berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA Jl. Sultan Agung No.8A Purwokerto Tahun 2016 BAB I DEFINISI Sampai saat ini, Rumah Sakit di luar negeri termasuk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal ini didorong karena semakin besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah dimulai sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Menurut Wolfer dan Pena, rumah sakit merupakan tempat orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan masyarakat melalui pelayanan yang efektif oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan medis semakin meningkat, sehingga masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah sakit. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perum dan terakhir ini telah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perum dan terakhir ini telah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit pemerintah dalam satu dasawarsa ini telah mengalami berbagai perubahan status mulai dari menjadi unit swadana, kemudian menjadi Perum dan terakhir

Lebih terperinci

Pelayanan Antidiskriminasi

Pelayanan Antidiskriminasi Pelayanan Antidiskriminasi 07 Jan 2015 Perbaikan Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Memperkenalkan Pendekatan Baru Meningkatkan Efisiensi Keadilan dan Kemudahan akses pelayanan bagi kelompok rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini didorong karena semakin besarnya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bedah caesar merupakan metode yang semakin sering digunakan dalam proses melahirkan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya angka kejadian bedah caesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan yang tujuan utamanya adalah preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) dengan sasaran masyarakat (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Tata Kelola RS Daerah Terhadap Efisiensi, Kinerja dan Mutu Layanan

Dampak Perubahan Tata Kelola RS Daerah Terhadap Efisiensi, Kinerja dan Mutu Layanan Dampak Perubahan Tata Kelola RS Daerah Terhadap Efisiensi, Kinerja dan Mutu Layanan Andayani, Marthias, Putri, Armia1n Center For Health Policy and Management Medical Faculty of Gadjah Mada University,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan lingkungan yang cepat dan berkembang baik di tingkat lokal maupun global, mendorong rumah sakit untuk melaksanakan berbagai perubahan. Mengingat perubahan

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI MEMPAWAH NOMOR 47 TAHUN 2014

PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI MEMPAWAH NOMOR 47 TAHUN 2014 BUPATI MEMPAWAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI MEMPAWAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KEBUTUHAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) LAYANAN MOBIL AMBULAN DAN MOBIL JENAZAH RSUD dr. RUBINI MEMPAWAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi yang padat dengan informasi, teknologi dan pengetahuan, segala sesuatu akan bergerak dan berubah dengan cepat. Perubahan ini akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN NAMA RS JENIS KELAS ALAMAT JUMLAH TEMPAT TIDUR. Belum ditetapkan TOTAL 596. Sumber:

BAB I PENDAHULUAN NAMA RS JENIS KELAS ALAMAT JUMLAH TEMPAT TIDUR. Belum ditetapkan TOTAL 596. Sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Semarang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang. Ibukotanya adalah Kota Ungaran. Luas keseluruhan

Lebih terperinci

Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono

Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono Pengantar Mengapa melakukan Monitoring Kebijakan Proses Kebijakan Penetapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERSYARAT BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA KHUSUSNYA TENAGA MEDIS, PARAMEDIS,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan juga bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan juga bagian dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan juga bagian dari hak asasi manusia. Menurut H.L. Blum, ada empat faktor yang dapat memengaruhi kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kunci sukses agar dapat bersaing di era globalisasi adalah kemampuan untuk memenuhi atau melampaui standar-standar yang berlaku. Dalam pandangan tradisional,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat. Namun saat ini rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun biaya kesehatan semakin tinggi, tidak terkecuali di Indonesia. Dengan semakin tinginya biaya kesehatan mengakibatkan kemampuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Namun seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan kerja perawat sangat di butuhkan bagi perawat agar meningkat kan pelayanan kesehatan. kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau positif,

Lebih terperinci