BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Aktivitas Supply Chain di PT XYZ Secara garis besar, aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam kegiatan supply chain PT XYZ digambarkan dalam diagram berikut ini : Supplier Bahan Baku A Gudang Bahan Baku B Lantai Produksi C Gudang Barang Jadi D Customer Aliran Informasi Gambar 4.1 : Flowchart Aktivitas Supply Chain PT XYZ Elemen yang terlibat dalam supply chain PT XYZ tidak sebatas hubungan internal PT XYZ, tetapi mencangkup hubungan yang sangat luas dan beragam. Elemen supply chain PT XYZ terdiri dari empat hubungan utama, yaitu hubungan antara supplier bahan baku dengan gudang bahan baku, hubungan antara gudang bahan baku dengan lantai produksi, hubungan antara lantai produksi dengan gudang barang jadi, dan hubungan antara 49

2 gudang barang jadi dengan customer. Penjelasan menyeluruh mengenai keempat hubungan elemen supply chain PT XYZ dapat dilihat pada lampiran Hubungan Supplier Bahan Baku dengan Gudang Bahan Baku Di dalam kerangka supply chain PT XYZ juga terjadi alur bisnis dengan pihak eksternal perusahaan. Dalam hal ini keterkaitan hubungan antara supplier bahan baku (eksternal perusahaan) dengan gudang bahan baku atau bagian purchasing perusahaan adalah hubungan permintaan bahan baku dari PT XYZ kepada supplier bahan baku yang menjalin kerja sama dengan PT XYZ. Dalam hal ini, departemen warehousing akan melakukan pengecekan kuantitas bahan baku yang tersisa di gudang bahan baku. Departemen warehousing akan menginformasikan kuantitas bahan baku yang tersedia kepada departemen logistik. Pemesanan dilakukan apabila bahan baku yang tersedia tidak dapat mencukupi kebutuhan bahan baku untuk proses produksi. Apabila diperlukan pembelian bahan baku, departemen logistik akan melakukan permohonan pembelian bahan baku kepada departemen purchasing. Selanjutnya departemen purchasing akan melakukan pembelian bahan baku ke supplier sesuai dengan harga dan lead time yang telah 50

3 disepakati sesuai perjanjian kerja sama atau MoU (Memorandum of Understanding). Penerimaan bahan baku dari supplier dilakukan dengan melalui beberapa proses, yaitu : 1. Pengecekan surat jalan. 2. Departemen warehousing akan mengisi formulir permohonan uji barang ke departemen quality assurance. 3. Dilakukan pengecekan baik kuantitas (disesuaikan dengan pembelian barang yang dibuat) maupun kualitas (disesuaikan dengan spesifikasi dan standart yang ada). Selanjutnya, bahan baku yang telah diterima disimpan pada gudang bahan baku dan atau gudang sterilisasi sebelum diproduksi. Dan setiap jenis bahan baku memiliki gudang bahan baku yang berbeda-beda. Evaluasi aktivitas supply chain yang dilakukan dalam hubungan antara supplier dengan gudang bahan baku PT XYZ meliputi beberapa hal, yaitu : 1. Defect rate : berkaitan dengan jumlah bahan baku yang diterima PT XYZ dari supplier, dan kualitas yang sesuai standart / spesifikasi. 2. Delivery performance : berkaitan dengan waktu penerimaan bahan baku disesuaikan dengan lead time yang telah disepakati dalam MoU. 3. Inventory inaccuracy : berkaitan dengan kuantitas fisik bahan baku yang dibandingkan dengan pencatatan atau dokumentasi perusahaan. Selama ini PT XYZ belum memiliki target menyangkut hasil evaluasi aktivitas supply chain yang dilakukan, seperti : tingkat defect rate yang masih 51

4 dapat diterima atau maximum defect rate, untuk memastikan PT XYZ mempunyai bahan baku yang cukup. Sehingga dalam penelitian ini, dilakukan evaluasi dan pemberian rekomendasi untuk perbaikan aktivitas supply chain yang berlangsung di PT XYZ Hubungan Gudang Bahan Baku dengan Lantai Produksi Hubungan gudang bahan baku dengan lantai produksi diawali dengan permohonan pengeluaran bahan baku untuk digunakan dalam proses produksi. Metode pengeluaran yang digunakan adalah First In First Out (FIFO), setiap hari dilakukan pencatatan jumlah bahan baku (daily report) yang dikeluarkan untuk diproduksi, yang memuat jumlah dan jenis bahan baku. Proses produksi dilakukan sesuai dengan Purchase Order (PO) yang diterima PT XYZ dari distributor. Rangkuman aktivitas supply chain PT XYZ secara menyeluruh dapat dilihat pada lampiran Data Umum Supply Chain Proses Interfacing antara Perusahaan dengan Supplier PT XYZ PT XYZ yang merupakan salah satu industi dengan skala menengah, mempunyai rantai yang cukup kompleks di dalam supply chain-nya. Dalam usaha produksi PT XYZ untuk menghasilkan sambal berbasis make to stock, PT XYZ membeli bahan baku utama, berupa cabai, dari dua supplier utama, 52

5 yaitu CV Putera Mandiri dan PT Inpacosakti Saratama. Selain itu supplier bahan baku utama lain, yaitu gula, adalah PT Surya Guna Bina Mandiri dan PT Nusa Indah. Sistem produksi di PT XYZ adalah sistem kontinyu, dimana pihak Production Planning and Inventory Control (PPIC) bertugas mengatur persediaan bahan baku. Adapun kerangka (mapping) supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ adalah sebagai berikut : Plan Sourcing Cabai Plan Sourcing Gula Plan Make Make Deliver Source Cabai Make Make Deliver Source Gula SUPPLIER PT XYZ Gambar 4.2 : Kerangka Supply Chain Proses Interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ 53

6 Di dalam kerangka supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ terjadi sebuah alur bisnis di dalam internal dan eksternal perusahaan tersebut. Setelah bagian marketing menerima Purchase Order (PO) dari distibutor, marketing akan selalu menginformasikan kepada pihak PPIC. Hal ini bertujuan agar pihak PPIC dapat mengontrol jadwal produksi. PPIC kemudian akan mengontrol persediaan bahan baku yang ada di warehousing. PPIC akan memperhitungkan kebutuhan bahan baku dan menginformasikan kepada pihak purchasing. Alur interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ digambarkan dengan peta operasi pada gambar Business Process Aktivitas Supply Chain Proses Interfacing antara perusahaan dengan supplier di PT XYZ Secara garis besar business process aktivitas supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ dapat dijelaskan sebagai berikut : Proses dimulai dari penerimaan PO / proyeksi permintaan distributor, jika PO / proyeksi tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) PT XYZ, maka PO / proyeksi tersebut dikembalikan ke pembuatnya untuk dilakukan revisi. 54

7 Setelah PO / proyeksi dapat diterima, dilakukan penyusunan jadwal produksi. Penyusunan jadwal produksi dilakukan berdasarkan PO / proyeksi yang telah disetujui, dan berdasarkan inventory report, data-data penjualan terakhir, dan informasi dari bagian lain, misalnya dari bagian produksi yang menginformasikan mengenai kondisi lantai produksi. Jadwal produksi didistribusikan untuk mendapatkan umpan balik dan persetujuan dari operation manager, production manager, purchasing manager, QA manager, engineering manager, personnel manager, warehousing supervisor, dan material control supervisor. Setelah mendapat umpan balik dari bagian lain, PPIC Department mengontrol dan mengevaluasi jadwal produksi. Input dari PPIC Departement (yang berupa jadwal produksi) diterima oleh bagian Material Control Department dan digunakan sebagai dasar pembuatan Material Requirement Planning (MRP), termasuk buffer stock dan sales trend. Dalam pembuatan MRP ini, Material Control Department menggunakan beberapa informasi seperti jadwal produksi, inventory report, PO bahan baku dan kemasan, data rata-rata pemakaian bahan baku dan kemasan, dan informasi lead time. Penyusunan MRP dilakukan semenjak Material Control Department mendapat input jadwal produksi sampai pada akhirnya menjadi permintaan bahan baku dan kemasan. MRP disusun dengan tujuan untuk mendapatkan suatu rencana pembelian bahan baku dan kemasan yang sesuai dengan jadwal produksi. Pemeriksaan MRP dilakukan oleh 55

8 Purchasing Department untuk memeriksa nama bahan baku dan kemasan beserta jumlah dan jadwal pengiriman yang tercatat dalam MRP. MRP kemudian akan diajukan untuk mendapat persetujuan dari para controller, antara lain : operation manager, accounting manager, production manager, PDQA manager, purchasing manager, personnel officer, warehousing supervisor, dan PPIC manager. MRP kemudian menjadi input bagi Purchasing Department yang berisi jumlah bahan baku dan kemasan yang diperlukan dan jadwal pengiriman yang telah ditentukan. Setelah MRP mendapat persetujuan, Purchasing Department membuat Purchase Order (PO) untuk diteruskan ke supplier yang telah ditunjuk. PO yang dibuat akan disahkan oleh Purchasing Manager, Operations Manager, dan Direksi. Umpan balik dari PO adalah permintaan dapat dipenuhi untuk harga, kualitas, kuantitas, dan jadwal pengiriman yang diminta. Berikut adalah activity diagram supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ : 56

9 Time PPIC Departemen Material Control Departemen Purchasing Departemen MULAI Menerima PO / Proyeksi Memeriksa PO / Proyeksi TIDAK OK? YA Menyusun Jadwal Produksi Mendistribusikan Jadwal Produksi Mengontrol / Mengevaluasi Jadwal Produksi Ya Revisi? TIDAK Menerima Jadwal Produksi A Memeriksa / Menyetujui MRP Membuat MRP TIDAK YA OK? Mendistribusikan MRP Menerima dan Memeriksa MRP Memperbaharui Jadwal Produksi Memberitahukan PPIC Manager TIDAK OK? YA A Staff Purchasing Membuat PO B Manager Purchasing Menyetujui PO Staff Purchasing Menyampaikan PO ke Supplier 1 57

10 Manager/Staff Purchasing Menerima Umpan Balik PO dari Supplier Staff Purchasing Membuat Jadwal Datang Barang C Supplier Mengirim Barang Terima? Ya SELESAI TIDAK Staff Purchasing Menerima Umpan Balik dari WH Spv & QC Spv Staff Purchasing Mengajukan Penolakan kepada Supplier Staff Purchasing Mengajukan Penolakan kepada Supplier BISA? Tidak B Ya C Gambar 4.3 : Business Process Aktivitas Supply Chain Proses Interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ 58

11 4.3 Produk yang Dihasilkan Produk saos sambal asli produksi PT XYZ terdiri dari lima jenis ukuran yang dibedakan berdasarkan kemasannya, yaitu : 1. Sambal Asli 340 ml 2. Sambal Asli 140 ml 3. Sambal Asli Pouch Design 1 kg 4. Sasa Asli Sachet 10 g 5. Sasa Asli Jerrycan 5.7 kg Data Umum Produksi Sambal Asli Data umum produksi sambal asli meliputi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi : Data Bahan Baku yang Digunakan CABAI Bahan Kimia Pasta Air GULA SAMBAL Gambar 4.4 : Bahan Baku Produksi Sambal 59

12 Dalam produksi sambal asli, digunakan lima bahan baku utama, yaitu bahan kimia, pasta, air, cabai, dan gula. Bahan kimia yang digunakan bermacam-macam, terdiri dari AA, SB, SM, Monosodium Glutamat, C Tex, X Gum, FC Garlic, dan oleocapsium, dengan prosentase yang berbeda-beda. Bahan baku produksi sambal asli utama dengan prosentase terbesar adalah cabai segar (fresh chilli), yang terdiri dari dua jenis, yaitu cabai merah dan cabai beauty, dan gula. Sedangkan bahan baku pendukung lainnya adalah pasta yang terdiri dari dua macam, yaitu pasta cabai dan pasta bawang putih. 4.4 Perhitungan Nilai Absolut Dalam hierarki evaluasi aktivitas supply chain, terdapat indikatorindikator yang perlu dilakukan pengukuran nilai aktualnya. Nilai absolut atau nilai aktual didapatkan dari hasil pengolahan data mentah yang didapatkan dari berbagai sumber di PT XYZ. Perhitungan yang dilakukan di dalam pengukuran performansi supply chain PT XYZ adalah sebagai berikut: Supplier-Facing Supplier-Facing merupakan bagian dari atribut performansi SCOR Model. Supplier-Facing menjelaskan keandalan dalam hal pengiriman bahan baku kepada PT XYZ dengan kuantitas dan kualitas yang baik dan tepat waktu sehingga memberikan PT XYZ kepuasan yang optimal. Dalam hal ini, Supplier-Facing terdiri dari beberapa atribut, yaitu : 60

13 Reliability Dalam pengukuran atribut reliability, diperhatikan hal-hal berkaitan dengan kinerja supply chain dalam memperoleh / mendapat produk yang tepat, pada lokasi yang tepat, dalam waktu yang tepat, dan dengan kualitas serta kuantitas yang tepat. Berdasarkan data mentah yang diperoleh dari PT XYZ, dilakukan pengukuran atribut reliability supply chain PT XYZ sebagai berikut : 1. Delivery performance Delivery performance merupakan jumlah produk yang diterima tepat pada waktunya. Data yang diperlukan untuk mengukur dan menganalisa delivery performance, adalah : jumlah permintaan bahan baku dari PT XYZ kepada supplier. lead time yang ditentukan PT XYZ untuk setiap supplier. waktu diterimanya pesanan bahan baku dari supplier di PT XYZ. Lead time dari tanggal pemesanan hingga tanggal penerimaan bahan baku cabai dan gula telah diatur dalam perjanjian kerjasama (MoU) antara PT XYZ dengan suppliernya. Seperti yang telah disepakati dalam MoU, lead time penerimaan bahan baku cabai adalah 2 hari sedangkan untuk gula adalah 21 hari. 61

14 a. Bahan Baku Cabai Bulan Rata-Rata Lead time Jumlah Pemesanan (hari) (kg) Maret ,827 April ,687 May ,973 June August ,724 September ,932 Tabel 4.2 : Data Pemesanan Bahan Baku Cabai Merah ke CV Putra Mandiri Selama tahun 2008, pemesanan bahan baku cabai dari PT XYZ ke CV Putra Mandiri mempunyai rata-rata lead time sebesar hari per bulan pemesanan dan dengan rata-rata pemesanan 76,676 kg per bulan pemesanan (Tabel 4.2). Secara rata-rata, CV Putra Mandiri ini tidak memenuhi lead time yang telah disepakati (2 hari) dan rata-rata lead time per bulan selalu melebihi 2 hari. Dari 39 order yang dilakukan PT XYZ kepada CV Putra Mandiri, 12 order mempunyai lead time lebih besar dari dua hari. Tingkat keterlambatan CV Putra Mandiri adalah 30.77%. Lead time waktu terlama adalah lima hari, yaitu terjadi pada order bulan Maret

15 Bulan Rata-Rata Lead time Jumlah Pemesanan (hari) (kg) Maret ,578 April ,365 May ,387 June ,095 August ,704 September ,168 Tabel 4.3 : Data Pemesanan Bahan Baku Cabai Merah ke PT Inpacosakti Saratama Sedangkan untuk pemesanan ke PT Inpacosakti Saratama, rata-rata lead time hari per bulan pemesanan dengan rata-rata pemesanan 76,050 kg per bulan pemesanan. Sama seperti CV Putra Mandiri, PT Inpacosakti Saratama juga secara rata-rata tidak memenuhi lead time yang telah disepakati (Tabel 4.3). Dari 40 order yang dilakukan PT XYZ kepada PT Inpacosakti Saratama, 13 order mempunyai lead time yang lebih besar dari dua hari. Tingkat keterlambatan PT Inpacosakti Saratama adalah 32.50%. Lead time waktu terlama adalah enam hari, yaitu order yang dilakukan pada bulan Maret Selama 2008, PT XYZ melakukan pemesanan ke dua supplier cabai secara merata, yaitu pemesanan sebanyak 460,057 kg ke CV Putra Mandiri dan 456,297 kg ke Inpacosakti Saratama. 63

16 Untuk menguji secara statistik apakah lead time pengiriman bahan baku oleh pihak supplier melebihi batas waktu yang telah disepakati, maka dilakukan pengujian statistik one sample-t test. Uji statistik t-test dipilih mengingat standart deviasi dari populasi tidak diketahui. Dan diasumsikan bahwa data sampel yang tersedia berdistribusi normal (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa lead time pengiriman order oleh dua supplier cabai, yaitu CV Putera Mandiri dan PT Inpacosakti Saratama, melebihi lead time yang telah disepakati antara PT XYZ dengan kedua supplier tersebut, yaitu dua hari. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa rata-rata lead time CV Putera Mandiri selama satu tahun pengiriman adalah hari, dan rata-rata lead time PT Inpacosakti Saratama selama satu tahun pengiriman adalah hari. 64

17 b. Bahan Baku Gula Bulan Rata-Rata Lead time Jumlah Pemesanan January ,000 February ,000 Maret ,000 April ,000 May June ,000 July ,000 Agustus ,000 September ,000 October ,000 November ,000 December ,000 Tabel 4.4 : Data Pemesanan Bahan Baku Gula ke PT Surya Guna Bina Mandiri Selama tahun 2008, pemesanan bahan baku gula dari PT XYZ ke PT Surya Guna Bina Mandiri, mempunyai rata-rata lead time hari per bulan dengan rata-rata pemesanan 25,000 kg per pemesanan dan rata-rata pemesanan 41,667 kg per bulan. PT Surya Guna Bina Mandiri selalu berhasil memenuhi lead time pengiriman bahan baku gula di bawah 21 hari. Waktu pengiriman terlama adalah 21 hari pada bulan Desember Selama 20 kali pemesanan order dari PT XYZ kepada PT Surya Guna Bina Mandiri, tidak ada satu order pun yang diantar melebihi waktu 21 65

18 hari. Tingkat keterlambatan PT Surya Guna Bina Mandiri selama tahun 2008 adalah 0%. Bulan Rata-Rata Lead time Jumlah Pemesanan January February ,000 Maret ,000 April ,000 May ,000 June ,000 July ,000 Agustus ,000 September ,000 October ,000 November ,000 December ,000 Tabel 4.5 : Data Pemesanan Bahan Baku Gula ke PT Nusa Indah Sedangkan PT Nusa Indah mempunyai lead time pengiriman hari per bulan dengan rata-rata pengiriman 25,000 kg per pemesanan dan rata-rata pemesanan 43,750 kg per bulan. PT Nusa Indah hanya dua kali mempunyai lead time pengiriman bahan baku di atas 21 hari, yaitu pada bulan Agustus dan Desember 2008 (22 hari). Selama 21 kali pemesanan order dari PT XYZ kepada PT Nusa Indah, terjadi keterlambatan pemenuhan order sebanyak dua kali yang diantar 66

19 dengan waktu 22 hari untuk masing-masing order. Tingkat keterlambatan PT Nusa Indah selama tahun 2008 adalah 9.52%. Selama 2008, PT XYZ melakukan pemesanan ke dua supplier secara merata, yaitu 500,000 kg memesan ke PT Surya Guna Bina Mandiri dan 525,000 kg ke PT Nusa Indah. Untuk melihat apakah lead time pengiriman bahan baku oleh pihak supplier melebihi batas waktu yang telah disepakati, maka dilakukan pengujian statistik one sample-t test. Uji statistik t-test dipilih mengingat standart deviasi dari populasi tidak diketahui. Dan diasumsikan bahwa data sampel yang tersedia berdistribusi normal. (Lampiran 4 dan Lampiran 5) Sedangkan lead time pengiriman order oleh dua supplier gula, yaitu PT Surya Guna Bina Mandiri dan PT Nusa Indah, tidak melebihi lead time yang telah disepakati antara PT XYZ dengan kedua supplier tersebut, yaitu 21 hari. Berdasarkan pengalaman yang terjadi, keterlambatan pengiriman bahan baku cabai, yang melebihi lead time yang telah disepakati, disebabkan karena beberapa hal, sebagai berikut : 67

20 1. Persediaan cabai dari kedua supplier yang tidak dapat mencukupi permintaan PT XYZ. 2. Cabai merupakan komoditas musiman, hal ini menyebabkan cabai membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mencapai musim panen. Umur panen cabai biasanya hari tergantung varietasnya, yang ditandai dengan 60% cabai sudah berwarna merah. ( Selain itu, proses pemetikan cabai juga harus menjadi perhatian khusus sehingga diperoleh cabai dengan kualitas optimal. Pemanenan cabai dengan cara memetik buah beserta tangkai buahnya dan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah. Pemanenan pada saat hujan akan menyebabkan kadar air dalam cabai menjadi lebih tinggi sehingga cabai akan lebih cepat busuk. ( Hal ini kembali berkaitan dengan musim di Indonesia, dimana pada saat musim penghujan (bulan November Mei) produk cabai yang dihasilkan kurang optimal, sehingga cabai mudah busuk akibat kadar air yang cukup tinggi akibat hujan. Hal ini didukung dengan data-data yang diperoleh sebagai pendukung penelitian ini, yaitu : 68

21 Selama bulan Januari 2008 sampai Mei 2008, terdapat delapan order dari 12 order (67%) CV Putera Mandiri dengan lead time lebih besar dari dua hari. Selama bulan Juni 2008 sampai Desember 2008, hanya empat order dari 15 order (27%) CV Putera Mandiri yang melebihi kesepakatan lead time yaitu dua hari. Selama bulan Januari 2008 sampai Mei 2008, terdapat sembilan dari 13 order (69%) PT Inpacosakti Saratama dengan lead time lebih besar dari dua hari. Selama bulan Juni 2008 sampai Desember 2008, hanya empat order dari 15 order (27%) PT Inpacosakti Saratama dengan lead time lebih besar dua hari. 3. Pengalaman masa lalu menunjukkan kondisi dimana kedua supplier mempunyai persediaan cabai yang cukup, namun mengingat kurang baiknya administrasi pengiriman dan proses pengiriman yang lama menyebabkan terjadinya lead time yang melebihi kesepakatan. 2. Inventory inaccuracy Inventory inaccuracy merupakan besarnya penyimpangan antara jumlah fisik persediaan yang terdapat di gudang dengan catatan / dokumentasi yang ada. 69

22 Pada tahun 2007 dan 2008, terdapat perbedaan antara jumlah data bahan baku cabai secara fisik dengan data di pencatatan persediaan. No Monthly Unit Balance Stock Cabai Physical Stock Variance Balance Stock Gula Physical Stock Variance Desember 2008 Kg (0.81) November 2008 Kg Oktober 2008 Kg September 2008 Kg Agustus 2008 Kg July 2008 Kg Juni 2008 Kg Mei 2008 Kg April 2008 Kg Maret 2008 Kg Februari 2008 Kg Januari 2008 Kg (5.51) Desember 2007 Kg November 2007 Kg (2.37) Oktober 2007 Kg (6.71) September 2007 Kg Agustus 2007 Kg (2.13) July 2007 Kg (17.72) Juni 2007 Kg Mei 2007 Kg (15.01) April 2007 Kg (14.86) Maret 2007 Kg (1.01) Februari 2007 Kg (9.53) Januari 2007 Kg (56.63) Tabel 4.6 : Data Warehousing PT XYZ 70

23 Sepanjang tahun 2007, terdapat perbedaan antara data fisik cabai dengan data pencatatan kumulatif sebesar kg (-0.15%), dimana secara kumulatif, data pencatatan lebih besar daripada data fisik cabai. Perbedaan terbesar terjadi di bulan Juli 2007, dimana data pencatatan lebih banyak kg (13.46%) dibanding data fisik cabai. Perbedaan terbesar ini terjadi di saat kondisi persediaan yang terendah sepanjang Pada tahun 2008 jumlah persediaan cabai lebih besar dibandingkan jumlah persediaan pada tahun Sepanjang tahun 2008, terdapat perbedaan antara data fisik dengan data pencatatan kumulatif sebesar kg (0.24%), dimana secara kumulatif, data pencatatan lebih kecil daripada data fisik cabai. Pada tahun 2008, perbedaan data yang terjadi tidak terlalu berfluktuatif. Perbedaan terbesar terjadi di bulan Februari 2008, yaitu data fisik cabai lebih banyak dibandingkan data pencatatan sebesar kg (1.83%) di saat kondisi persediaan terendah sepanjang Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara data fisik dan data pencatatan inventory cabai, maka dilakukan pengujian 71

24 statistika, yaitu pooled-variance t test. Dalam hal ini diasumsikan data sampel yang diperoleh diambil secara random dan independent dari populasi data sampel mempunyai distribusi normal, dan variance dari kedua populasi adalah sama. (Lampiran 6) Pada persediaan gula, jumlah perbedaan data antara jumlah fisik dengan data pencatatan lebih besar dibandingkan persediaan cabai. Sepanjang tahun 2007, terdapat perbedaan antara data fisik dengan data pencatatan kumulatif sebesar 2, kg (0.85%), dimana secara kumulatif, data pencatatan lebih kecil daripada data fisik gula. Berbeda dengan data persediaan cabai, data persediaan gula menunjukkan bahwa setiap bulannya, data fisik gula selalu lebih besar dibandingkan data pencatatan. Sepanjang tahun 2008, terdapat perbedaan antara data fisik dengan data pencatatan kumulatif sebesar 3, kg (0.79%), dimana secara kumulatif, data pencatatan lebih kecil daripada data fisik. Sama seperti tahun 2007, setiap bulan dari tahun 2008 menunjukkan bahwa data fisik gula selalu lebih besar dibandingkan data pencatatan. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara data fisik dan data pencatatan persediaan gula, maka dilakukan pengujian 72

25 statistika, yaitu pooled-variance t test. Dalam hal ini diasumsikan data sampel yang diperoleh diambil secara random dan independent dari populasi data sampel mempunyai distribusi normal, dan variance dari kedua populasi adalah sama. (Lampiran 7) Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara data fisik dengan data pencatatan persediaan bahan baku, baik cabai maupun gula. (Lampiran 6 dan Lampiran 7) 3. Defect rate Untuk bahan baku gula, tidak pernah terjadi penolakan barang karena produk cacat yang diterima PT XYZ (defect rate = 0%), sedangkan untuk bahan baku cabai, dilakukan penolakan barang kerena kualitas produk yang diterima PT XYZ tidak sesuai dengan standart kualitas yang ditentukan PT XYZ kepada setiap supplier cabai. Bulan CV Putra Mandiri Produk Cacat Jumlah Pemesanan % Produk Cacat Maret , , April , , May , , June Agustus , , September , , Tabel 4.7 : Data Produk Cacat Bahan Baku Cabai dari CV Putra Mandiri 73

26 Selama tahun 2008, secara rata-rata, CV Putra Mandiri mengirimkan bahan baku cabai yang dipesan oleh PT XYZ sebanyak 11,796 kg per pemesanan atau 76,676 kg per bulan pemesanan dan rata-rata jumlah produk yang dikembalikan kepada supplier karena kualitas yang tidak sesuai dengan standart kualitas PT XYZ adalah 2, kg per pemesanan atau 7,009 kg per bulan pemesanan. Dengan demikian dari setiap bahan baku cabai yang dikirimkan CV Putra Mandiri, terdapat tingkat cacat produk sebesar 9% per bulan pemesanan. Bulan PT Inpacosakti Saratama Produk Cacat Jumlah Pemesanan % Produk Cacat Maret , , April , , May , , June , Agustus , , September , , Tabel 4.8 : Data Produk Cacat Bahan Baku Cabai dari PT Inpacosakti Saratama Sedangkan untuk PT Inpacosakti Saratama, selama tahun 2008, rata-rata pengiriman bahan baku cabai adalah 11,407 kg per pemesanan atau 76,050 kg per bulan pemesanan, sedangkan rata-rata produk yang tidak sesuai standart kualitas (defect product) adalah sebesar 2, kg per pemesanan atau 7,101 kg per bulan pemesanan. Dengan demikian dari 74

27 setiap bahan baku cabai yang dikirimkan PT Inpacosakti Saratama, terjadi tingkat cacat produk sebesar 9.67%. Cacat produk ini dapat disebabkan karena cabai merupakan produk organik dan dapat menjadi busuk / rusak secara fisik. Sedangkan gula, tingkat cacatnya 0%, hal ini dapat dimengerti karena gula sudah diolah dan hasil pengolahan tersebut dikemas dengan baik. Defect rate produk cabai, yang melebihi standart yang telah ditentukan PT XYZ disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi di masa lalu, yaitu : 1. Produk cabai yang dikirimkan supplier tidak memiliki kualitas yang optimal dikarenakan hal-hal yang telah dijelaskan sebagai penyebab terjadinya juga keterlambatan dalam pengiriman (delivery performance). 2. PT XYZ memiliki standart kualitas cabai yang dapat diterima dan digunakan untuk produksi. Tingginya tingkat defect rate terjadi karena standart yang tinggi akan kualitas cabai yang ditetapkan PT XYZ. 3. Kualitas cabai yang tidak baik pada saat penerimaan terjadi karena packaging / pengepakan yang dilakukan kedua supplier kurang baik. 75

28 Responsiveness Atribut responsiveness menjelaskan siklus atau waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh bahan baku yang dibutuhkan PT XYZ dari supplier yang telah ditentukan. Dalam hal ini, pengukuran atribut responsiveness yang perlu dilakukan adalah : 1. Planning Cycle Time Planning Cycle Time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk penyusunan jadwal interfacing antara perusahaan dengan supplier. Dalam hal ini, waktu yang dibutuhkan PT XYZ mulai dari PT XYZ menerima purchase order dari distributor sampai dengan PT XYZ melakukan pemesanan bahan baku kepada supplier adalah satu hari. 2. Source Item Responsiveness Source item responsiveness merupakan waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order. Analisis terhadap responsiveness attribut yaitu source item responsiveness pada produksi sambal PT XYZ tidak dilakukan karena tidak terdapat data-data yang mendukung perhitungan atribut ini Flexibility Atribut flexibility merupakan kemampuan supply chain PT XYZ untuk mampu menanggapi perubahan pasar sehingga PT XYZ mampu 76

29 mempertahankan keunggulan kompetitifnya. Perhitungan atribut flexibility yang perlu dilakukan mencangkup : 1. Minimum Order Quantity Minimum order quantity berkaitan dengan jumlah minimum pemesanan yang dapat dipenuhi supplier dalam setiap kali order. Dalam hal ini, supplier tidak menentukan jumlah minimum pemesanan kepada PT XYZ dan atau PT XYZ belum pernah mengalami penolakan pada saat melakukan pemesanan kepada para suppliernya. 2. Make Volume Flexibility Make volume flexibility berkaitan dengan prosentase peningkatan yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu. Analisis terhadap flexibility attribut yaitu make volume flexibility pada produksi sambal PT XYZ tidak dapat dilakukan karena data-data yang berkaitan dengan atribut ini tidak didokumentasikan Internal-Facing Internal-Facing berkaitan dengan biaya keseluruhan operasional supply chain. Dalam hal ini, dilakukan analisa beberapa atribut yang berkaitan dengan estimesi biaya supply chain secara keseluruhan. Berikut dilakukan pembahasan beberapa atribut yang berkaitan dengan internal-facing sebagai atribut performansi SCOR Model : 77

30 Cost Atribut cost merupakan biaya perusahaan berkaitan dengan operasional supply chain yang dilakukan PT XYZ. Dalam hal ini, pembahasan atribut cost sangat terbatas karena, peneliti hanya membatasi bidang penelitian yang berkaitan dengan interfacing antara perusahaan dengan supplier dan keterbatasan data yang diperoleh hanya berkaitan dengan interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ. Oleh karena itu, atribut cost tidak dapat dilakukan pengukurannya Assets Atribut assets berkaitan dengan efektivitas PT XYZ dalam mengelola asset perusahaan sehingga mendukung tercapainya optimalisasi supply chain. Dalam hal ini, dilakukan perhitungan yang berkaitan dengan atribut assets sebagai berikut : 1. Payment Term Payment term merupakan selisih waktu antara penerimaan material bahan baku di PT XYZ sampai dengan waktu pembayaran ke supplier. Dalam ha ini payment term yang berlaku dalam interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ kepada supplier adalah 30 hari kerja. 2. Cash-to-Cash Cycle Supply Chain Management berpotensi untuk memperbaiki tiga komponen penggerak dari performansi finansial, yaitu pertumbuhan, keuntungan dan 78

31 utilisasi kapital. Performansi Supply Chain Management sangat tergantung dari kebijakan dan prosedur pengukuran cash-to-cash cycle yang berfungsi untuk menunjukkan tingkat efisiensi dari extended value stream dalam beroperasi. Dengan demikian, dapat dilakukan evaluasi untuk memperbaiki kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pergerakan piutang, persediaan dan hutang perusahan. Untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan perlu dilihat dari masingmasing komponen dengan memperhitungkan jumlah hari dimana kas diinvestasikan dalam persediaan, ditambah hari pendapatan / piutang yang belum terbayar, dikurangi dengan hari dimana kas yang tersisa masih dapat digunakan (avaiable) di bisnis perusahaan (karena perusahaan belum membayar hutang / tagihan ke supplier). Informasi yang diperoleh dari financial statement PT XYZ pada tahun 2007 dan 2008 adalah sebagai berikut : Information 31-Dec Dec-08 Balance Sheet Accounts Receivables 748,018, ,700, Raw and Finished Goods Inventory 5,333,637, ,178,991, Accounts Payable -2,041,319, ,277,150, P/L Statement Sales 33,808,936, ,570,713, COGS 27,572,125, ,432,501, Gross Margin 6,236,810, ,138,211, Tabel 4.9 : Excerpts from PT XYZ Financial Statement 79

32 Perhitungan cash-to-cash cycle PT XYZ dapat dijelaskan sebagai berikut: Component Computation Result Inventory - Avg. Number of Days = {(5,333,637,487+9,178,991,241)/2} : {42,432,501,944/365} = Receivables - Avg. Number of Days Uncollected = {(748,018, ,700,975)/2} : {43,570,713,064/365} = 6.65 Days Cash Is Free Because the Business Has Not Paid Its Bills = {(-2,041,319,754+-4,277,150,291)/2}:{42,432,501,944/365} = Cash-to-cash cycle (in days) = Tabel 4.10 : XYZ's Cash-to-Cash Cycle fortthe Period 2007 through 2008 Dari hasil perhitungan cash-to-cash cycle PT XYZ dalam tabel di atas, dapat diketahui bahwa cash-to-cash cycle PT XYZ adalah hari (42 hari) yang berarti operating capital / uang kas PT XYZ tertahan selama 42 hari sebelum dapat digunakan kembali untuk meningkatkan value / mengembangkan bisnis PT XYZ / memulai siklus produksi yang baru. Cash-to-cash cycle PT XYZ ini terdiri dari : 1. Jumlah hari uang kas tertahan dalam bentuk persediaan (days cash is locked up as inventory) = hari ( 63 hari). Artinya : uang kas PT XYZ tertahan 63 hari sejak membelanjakan uangnya untuk membeli bahan baku hingga bahan baku tersebut menjadi barang jadi, disimpan sebagai persediaan dan terjual kepada customer. 80

33 2. Jumlah hari uang kas tertahan dalam bentuk piutang yang belum dibayar (days cash is locked up in receivables) = 6.65 hari ( 7 hari) Artinya : uang kas PT XYZ tertahan 7 hari sejak menjual produknya hingga distributornya membayar kepada PT XYZ. 3. Jumlah hari kas tersedia karena belum membayar tagihan / hutang = hari (28 hari). Artinya : uang kas PT XYZ yang tersedia untuk pengembangan bisnis / siklus produksi selama 28 hari, karena belum membayar tagihan/hutang. Jika diperhatikan dari ketiga komponen di atas, maka penyebab terbesar cash-to-cash cycle PT XYZ menjadi lama adalah lamanya jumlah hari uang kas tertahan dalam bentuk persediaan (63 hari), yang berarti uang kas PT XYZ tertahan 63 hari sejak membelanjakan uangnya untuk membeli bahan baku hingga bahan baku tersebut menjadi barang jadi, disimpan sebagai persediaan dan terjual kepada customer. Jika dilihat dari nilai persediaan, laporan keuangan PT XYZ, maka komponen terbesar dari persediaan adalah packaging material dan work in process. Packaging material ini terdiri dari plastik sachet sambal, kardus, dan botol. Sedangkan work in process adalah pasta cabe hasil olahan cabai mentah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab lamanya jumlah hari uang kas tertahan dalam bentuk 81

34 persediaan karena terlalu banyak membeli packaging material dan overstock pasta cabe. Secara ringkas, hasil pembahasan dari evaluasi aktivitas supply chain interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ dengan menggunakan SCOR Model, dapat dillihat dari tabel berikut ini : Metrics Performance Attributes Supplier-Facing Reliability Responsiveness Flexibility Cabai Gula Cabai Gula Cabai Gula Delivery performance Poor Good Inventory inaccuracy Good Good Defect rate Poor Good Planning Cycle Time 1 day 1 day Cash to Cash Cyle Payment Term Internal-Facing Assets Cost days 30 days Tabel 4.11 : Rangkuman Evaluasi Supply Chain Interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ dengan metode SCOR Model 4.5 Evaluasi Aktivitas Supply Chain Proses Interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ dengan Pendekaan Operasional Delivery performance Untuk atribut performansi ini, digunakan nilai keterlambatan minimum, yaitu 0%, dengan toleransi keterlambatan 5% selama satu tahun. 82

35 Penentuan keterlambatan minimum 0% dilakukan karena mengingat cabai merupakan bahan baku yang fresh / segar, sehingga sangat diharapkan pencapaian tingkat ketepatan waktu pengiriman barang 100%, yaitu tidak melewati lead time yang telah disepakati yaitu dua hari. Delivery performance ini harus diperbaiki mengingat hal ini juga akan berkaitan dengan atribut performansi yang lain nya yaitu defect rate. Untuk dapat mencapai target tingkat keterlambatan minimum, yaitu 0%, atau pencapaian target lead time yang telah disepakati, yaitu 100%, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut berkaitan dengan kondisi yang telah dijelaskan di atas, yaitu : a. Pihak Supplier : 1. Memastikan persediaan / kondisi hasil panen yang dapat mencukupi untuk memenuhi permintaan PT XYZ, sehingga lead time dapat dilakukan dibawah dua hari. 2. Pada saat musim penghujan, kedua supplier dapat melakukan outsourcing cabai dari luar pulau / pihak lain, sehingga tetap dapat memenuhi permintaan PT XYZ tepat pada waktunya. 3. Perbaikan proses administrasi dan proses pengiriman cabai. b. Pihak PT XYZ : Berkaitan dengan kesepakatan yang telah dilakukan dengan kedua supplier, yang tertulis, dalam MoU perusahaan, maka dapat dicantumkan persyaratan, seperti pengenaan sanksi administratif apabila terjadi 83

36 keterlambatan pengiriman, sebagai contoh : penalty cost / denda keterlambatan Defect rate Berkaitan dengan atribut performansi defect rate, PT XYZ mengharapkan defect rate dengan nilai minimal 0%, namun dengan berbagai pertimbangan, dimana dalam pembahasan ini difokuskan pada salah satu bahan baku utama PT XYZ yaitu cabai segar (fresh cabai), maka PT XYZ memberikan kelonggaran defect rate dengan nilai maksimal 5%. Dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas, untuk mencapai tingkat defect rate sesuai dengan standart yang ditentukan perusahaan, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Pihak Supplier : 1. Meningkatkan kualitas komoditas cabai yang dipanen, hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan proses quality control pada hasil panen, memperhatikan proses penanaman dan proses panen dengan bibit unggul, sehingga dihasilkan kualitas komoditas cabai yang optimal. 2. Memperbaiki proses packaging / pengepakan, sehingga tidak merusak kualitas cabai sampai diterima di PT XYZ. 84

37 4.5.3 Inventory inaccuracy Meskipun dari hasil statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara data fisik persediaan dengan data pencatatan, (untuk gula maupun cabai), namun perbedaan data pencatatan dengan data fisik ini harus diperbaiki. Perbaikan ini dilakukan untuk mengurangi perbedaan data pencatatan dengan data fisik, sebelum perbedaan data ini menjadi signifikan. Perbaikan dapat dilakukan melalui : Aktivitas Pengecekan Bahan Baku : 1. Menghitung jumlah persediaan bahan baku pada saat diterima dari supplier. 2. Mencocokan jumlah bahan baku yang diterima dengan data serah terima / kwitansi dari supplier. 3. Jika tidak ada perbedaan, melakukan input data ke sistem pencatatan persediaan. 4. Jika terdapat perbedaan, dapat melakukan langkah-langkah berikut : a. mempertanyakan ke pihak supplier. b. melakukan verifikasi atas alat ukur / timbangan yang digunakan. 5. Memastikan data yang sudah diinput tidak dapat diganti oleh bagian penerima bahan bahan baku. Data yang diinput hanya dapat diganti dengan prosedur tertentu, yaitu pengajuan memo yang disetujui kepala gudang dan dilakukan oleh bagian IT. 85

38 Aktivitas Penyimpanan Bahan Baku : 1. Menyimpan persediaan dalam kemasan yang standar, misalnya dalam beberapa kardus / kantong plastik yang beratnya masing-masing sama, misalnya 10 kg. 2. Secara periodik, bagian gudang dan pihak terkait wajib melakukan stock opname, yaitu mencocokan kondisi fisik persediaan per akhir bulan dengan data pencatatan persediaan. Hasil stock opname wajib diketahui dan ditanda tangani oleh kepala gudang / warehousing supervisor. Jika terjadi perbedaan, wajib dicantumkan di berita acara stock opname. 3. Memastikan hasil stock opname menjadi Key Performance Indicator (KPI) karyawan gudang dan menentukan tingkat toleransi perbedaan yang sedikit (misal perbedaan maksimum hanya 1%) dan secara periodic, angka toleransi tersebut diturunkan (misal setelah 6 bulan, tingkat toleransi diturunkan dari 1% menjadi 0.75% dan seterusnya hingga tingkat terendah yang dapat dicapai). 4. Memastikan kemasan bahan mentah terbuat dari kualitas yang baik, misal tahan air sehingga persediaan yang tersimpan di dalamnya tidak mudah rusak /busuk. 5. Membatasi yang dapat mengakses gudang hanya karyawan bagian gudang. 6. Memastikan gudang persediaan dalam kondisi baik dan aman, 86

39 misalnya : atapnya tidak bocor, tidak terdapat tikus, tidak mudah kecurian. Aktivitas Pengeluaran Bahan Baku : 1. Pengeluaran persediaan dari gudang untuk kebutuhan produksi harus didahului dengan MRP (Material Requiremen Planning) dari bagian produksi. 2. Melakukan pencatatan / pengurangan data persediaan di sistem setiap terjadi pengeluaran persediaan dari gudang untuk kebutuhan produksi dan mencatat nomor dan tanggal MRP. 3. Setiap terjadi bahan mentah yang rusak / membusuk di gudang, maka melakukan pencatatan / pengurangan data persediaan di system, dengan disertai pengeluaran fisik bahan mentah yang rusak dari gudang Cash-to-Cash Cycle Untuk jumlah hari uang tertahan dalam bentuk piutang belum terbayar hanya 7 hari (tidak lama) dan jumlah hari kas tersedia karena belum membayar hutang / tagihan juga cukup bagus, karena semakin lama berarti perusahaan semakin mempunyai banyak uang untuk diputar kembali (digunakan untuk produksi / investasi) 87

40 Analisa lamanya jumlah hari uang kas tertahan dalam bentuk inventory (63 hari) : A. Berdasarkan data inventory Jika dilihat dari nilai persediaan pada laporan keuangan PT XYZ, maka terjadi kenaikan jumlah inventory yang besar dari tahun 2007 ke tahun 2008, dimana pada tahun 2007 terjadi penuruan inventory sebesar 3,388,420 dan pada tahun 2008 terjadi kenaikan inventory sebesar Rp. 3,845,353,754. Sehingga terjadi kenaikan jumlah inventory akhir sebanyak 72.10%, dari Rp. 5,333,637,487 (tahun 2007) menjadi Rp, 9,178,991,241 (tahun 2008). Komponen Inventory Year Increase (%) Raw Materials 1,432,362,844 1,031,153, % Work in Process 2,220,698,657 1,358,573, % Finished Goods 1,785,923,070 1,002,578, % Packaging Material 3,654,922,715 1,832,281, % Others 85,083, ,050, % Total 9,178,991,241 5,333,637, % Tabel 4.12 : Data Inventory PT XYZ 88

41 Secara total inventory, terjadi kenaikan 72.10% dari 2007 ke Jika dilihat per komponen inventory, terjadi kenaikan besar di packaging material (99.47%), finished goods (78.13%) dan work in process. (63.46%). Untuk raw material terjadi kenaikan yang tidak terlalu besar (38.91%), masih dibawah kenaikan total inventory (72.10%) dan inventory lain-lain yang jumlahnya turun 21.98%. Packaging material ini terdiri dari plastik sachet sambal, kardus, dan botol. Sedangkan work in process adalah pasta cabe hasil olahan cabai mentah. Finished goods adalah produk sambal olahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab lamanya jumlah hari uang kas tertahan dalam bentuk inventory karena terlalu banyak membeli / overstock packaging material, overstock pasta cabe dan produk sambal olahan yang telah jadi lama keluar dari inventory. Jika melihat produk sambal olahan yang lama keluar dari invetory, maka dengan melihat nilai sales dari tahun 2007 ke tahun 2008, terjadi kenaikan nilai sales dari Rp. 33,808,936,436 (2007) menjadi Rp. 43,570,713,064 (2008) yang menunjukkan PT XYZ dapat melakukan penjualan produk jadinya. Namun dengan nilai inventory produk jadi / finished good yang bertambah, hal ini bukan berarti PT XYZ tidak dapat melakukan 89

42 penjualan dengan baik, namun menunjukkan PT XYZ harus melakukan perbaikan peramalan permintaan sehingga jumlah inventory produk jadi tidak membengkak. Permalan permintaan / demand forecasting harus diperbaik, mengingat tahun pada akhir kuartal ketiga tahun 2008 ( Oktober 2008) terjadi krisis finansial global, yang menyebabkan beberapa industri (komoditi, tekstil) menurun, yang juga berpengaruh kepada daya beli masyarakat. Karena akibat dari kenaikan jumlah inventory, selain uang kas tertahan, maka biaya inventory juga meningkat, baik secara nominal rupiah maupun secara tempat untuk menyimpan inventory, ditambah dengan risiko inventory menjadi rusak karena tersimpan lama. Selain itu, untuk dapat membuat perencanaan material secara mendetail, PT XYZ juga dapat menerapkan konsep Bill of Material (BOM), yang merupakan informasi dari semua bahan, komponen, atau sub komponen yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk akhir termasuk bahan baku. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi jumlah inventory semua komponen dan termasuk bahan baku PT XYZ. B. Berdasarkan COGS. COGS juga menentukan jumlah hari uang tertahan dalam inventory, sebagai penyebut dalam perhitungan rumus. Jika 90

43 dilihat dari perbandingan COGS tahun 2007 dan tahun 2008, maka terjadi kenaikan COGS dari Rp. 27,572,125,453 (2007) menjadi Rp. 42,432,501,944, seiiring dengan kenaikan tingkat penjualan / sales. Dan dengan COGS yang bertambah besar ini, secara rumus perhitungan membuat jumlah hari uang tertahan dalam inventory semakin kecil. 4.6 Evaluasi Aktivitas Supply Chain Proses Interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ dengan Pendekaan Strategic Berdasarkan Teori Hau Lee tentang strategi supply chain management, maka tingkat permintaan di PT XYZ dapat dikategorikan sebagai permintaan dengan tingkat ketidakpastian yang rendah (low demand uncertainty) sedangkan untuk tingkat penawaran dapat dikategorikan sebagai penawaran dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi (high supply uncertainty). Permintaan dari PT XYZ dalam kasus ini adalah permintaan akan cabai dan gula dari suppliernya. Cabai dan gula termasuk low uncertainty demand / functional product. Sesuai dengan ciri-cirinya, baik cabai maupun gula mempunyai : 1. Product life cycle yang lebih dari dua tahun dan low obsolescence (tingkat ke-kuno-an yang rendah ) 91

44 Dari dulu hingga saat ini, cabai dan gula masih dipakai oleh masyarakat sebagai bahan pelengkap masakan dan minuman. Hanya cabai yang dapat menimbulkan rasa pedas di masakan dan gula yang dapat menimbulkan rasa manis di masakan atau minuman. 2. Variasi produk yang rendah. Cabai dan gula merupakan produk hasil tanaman (tanaman cabai atau tebu) dan variasi produk yang tidak banyak. Kalaupun ada variasi, variasi yang terjadi hanya di bentuk / warna namun rasa dari berbagai produknya masih sama. Contonya : ada berbagai macam jenis cabai, seperti cabai merah, cabai keriting, cabai hijau, cabai rawit, namun rasanya sama (pedas). Begitu pula dengan gula, ada berbagai macam jenis gula, seperti gula pasir, gula merah, gula aren yang berbeda dari proses pengolahannya, namun rasanya sama, yaitu manis. 3. Kebutuhan akan permintaan lebih mudah diprediksi dan permintaan yang stabil. Sesuai dengan jumlah produksi sambal botol, PT XYZ sudah mempunyai standar untuk membuat satu liter sambal dibutuhkan takaran cabai dan gula tertentu. 4. Profit Margin yang rendah dan volume yang besar. 5. Biaya persediaan yang rendah Biaya persediaan yang rendah, dalam arti jika biaya persediaan dibagi dengan seluruh jumlah cabai dan gula yang disimpan, maka biaya persediaan per butir cabai atau per gram gula sangat rendah. 92

45 Sedangkan tingkat penawaran dapat dikategorikan sebagai penawaran dengan tingkat uncertainty yang tinggi / evolving process. Penawaran (supply) dari PT XYZ adalah produk sambal olahan. Sesuai dengan ciri-cirinya : 1. Mudah diserang kompetitor (vulnerable to breakdowns). Produk sambal mudah diserang kompetitor dalam arti banyak pemain / produsen yang juga memproduksi sambal olahan selain PT XYZ, baik dari dalam negri, maupun dari luar negri. Produk sambal olahan juga diserang dengan produk sambal olahan dengan kualitas yang lebih rendah dan harga lebih murah ( yang sering disebut saos ) 2. Permasalahan kualitas. Produk sambal olahan sangat tergantung dari kualitas bahan-bahan baku yang digunakan. Dengan demikian kualitas cabai, gula dan bahan-bahan pelengkap harus memenuhi standar untuk menghasilkan sambal yang berkualitas. 3. Jumlah supplier yang terbatas dan supplier yang kurang dapat diandalkan. Sesuai dengan kasus yang dibahas, supplier PT XYZ untuk cabai dan gula ada dua supplier masing-masing, dan untuk supplier cabai, dapat dikatakan kurang diandalkan mengingat tingkat delivery cabai yang melebihi waktu yang telah disepakati dan tingginya tingkat defect yang terjadi. 4. Produk yang sulit untuk berubah dan tingkat fleksibilitas yang 93

46 rendah. Produk sambal olahan yang sedikit variasinya. Berdasarkan jenis permintaan dan penawaran di atas, PT XYZ menggunakan strategi Risk Hedging Supply Chain (strategi supply chain yang membatasi risiko), yaitu strategi manajemen logistik yang bertujuan mengumpulkan dan menyebarkan sumber daya di dalam aliran barang sehingga resiko terjadinya gangguan dapat diperkecil. Dalam hal ini, risiko yang terjadi adalah lead time delivery bahan baku cabai yang melebihi standar waktu dan defect rate yang tinggi. Dalam hal ini, untuk mencapai kondisi ideal, PT XYZ disarankan untuk melakukan langkah-langkah berikut sehingga dapat mengarah pada tercapainya strategi supply chain yang optimal, yaitu Efficient Supply Chain (Supply Chain Management yang Efisien) : 1. Memperbanyak jumlah supplier cabai. 2. Mengikat supplier dengan pemberian denda jika terjadi keterlambatan lead time delivery, untuk mentoleransi proses produksi yang terlambat. 3. Menambahkan point dalam perjanjian kerja sama dengan supplier (MoU dengan supplier) bahwa untuk produk cacat yang lebih dari toleransi maksimum, 5%, PT XYZ dapat menukarkan produk cacat dengan produk yang mempunyai kualitas memenuhi standar tanpa mengeluarkan biaya tambahan. 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PENGADAAN BAHAN BAKU PRODUK SAMBAL PT XYZ UNTUK OPTIMALISASI PROFIT

EVALUASI AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PENGADAAN BAHAN BAKU PRODUK SAMBAL PT XYZ UNTUK OPTIMALISASI PROFIT EVALUASI AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PENGADAAN BAHAN BAKU PRODUK SAMBAL PT XYZ UNTUK OPTIMALISASI PROFIT RESEARCH AUDREY MARGARETA WIDJAJA (0840000464) BINUS BUSINESS SCHOOL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah pendekatan umum untuk

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD.

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD. ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD. RIKI FAMILY I.Made Aryantha Anthara Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN Dira Ernawati Teknik Industri, FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dari managemen Supply Chain adalah untuk meminimalkan biaya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka penulis menggunakan metode penyelesaian masalah yang dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Pendahuluan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX Meliantika 1), Widya Nurcahaya Tanjung 2), Nunung Nurhasanah 3) 1)2)3) Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Prosedur Pemesanan dan Pembelian Persediaan Barang PT. Bondor Indonesia (bagian 1) Diagram Alir Aktivitas

Prosedur Pemesanan dan Pembelian Persediaan Barang PT. Bondor Indonesia (bagian 1) Diagram Alir Aktivitas Prosedur Pemesanan dan Pembelian Persediaan Barang PT. Bondor Indonesia (bagian 1) Diagram Alir Aktivitas Penanggung Requestor membuat purchase request untuk material yang diperlukan, kemudian diserahkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan 56 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengadaan Bahan Baku PT Inalum 4.1.1. Perencanaan Produksi PT Inalum Produksi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA Nama : Hidayatunnisa NPM : 40209855 Jurusan : Akuntansi Komputer Pembimbing: Toto Sugiharto, MSC., PhD. Latar Belakang Masalah Delivery order

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Maulida Nurfajrianti 1, Yusuf Widharto 2 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 1 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 2 yudidito@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR Mariyatul Qibtiyah 1), Nunung Nurhasanah 2), Widya Nurcahayanty Tanjung 3) 1),2),3 ) Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I LOGISTICS PART I Logistics Logistik adalah seluruh proses yang melibatkan barang / jasa yang diproduksi kemudian dijual oleh perusahaan tersebut Mulai dari persiapan sebelum produksi, proses produksi itu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Pada PT Arwana Citramulia, Tbk Untuk mengetahui tentang prosedur pembelian pada PT Arwana Citramulia, Tbk, maka penerapan prosedur

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen BAB IV Hasil Praktek Kerja dan Analisis 4.1 Sistem Komputerisasi yang digunakan Perusahaan ini telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi sebagai kegiatan operasional kerja. Database yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai evaluasi kinerja supplier pada perusahaan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya yaitu: 1. Terdapat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR Dimas Satria Rinaldy, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufacture, sebuah proses yang berjalan dari penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufacture, sebuah proses yang berjalan dari penyediaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pada industri manufacture, sebuah proses yang berjalan dari penyediaan material, proses produksi, penyimpanan sampai dengan delivery atau distribusi kepada

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB 2 PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB 2 PROSES BISNIS PERUSAHAAN 2.1 Proses Bisnis Utama Rata - rata produksi semester pertama tahun 2006 antara 3-4 juta unit (4,5 juta di bulan Juli 2006) dan proses bisnisnya adalah sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Kadujaya Perkasa didirikan pada tahun 1982 dan berlokasi di Tangerang. PT. Kadujaya Perkasa merupakan perusahaan yang memproduksi barang barang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Model Proses Pengadaan Bahan Baku Pada gambar 4.1 diperlihatkan alur Proses Pengadaan Bahan Baku yang sedang berlangsung. Pada gambar diperlihatkan proses yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Gambaran Rantai Pasok di PT. Indoturbine PT. Indoturbine yang bergerak dibidang distributor solar turbine parts seperti yang dijelaskan pada bab II, sebagai gambaran rantai

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelengkap ERP (add-on system) dengan membuat dan menerapkan tiga modul

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelengkap ERP (add-on system) dengan membuat dan menerapkan tiga modul 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pada penelitian ini telah dilakukan rancangan dan implementasi sistem pelengkap ERP (add-on system) dengan membuat dan menerapkan tiga modul

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di PT.PACIFIC yang terletak di Kota Tasikmalaya, produk yang diproduksi perusahaan adalah saus sambal, kecap dan cabai giling. Masalah yang dihadapi adalah sistem informasi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN BERDASARKAN PROSES INTI PADA SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) (Studi Kasus Pada PT Arthawenasakti Gemilang Malang) PERFORMANCE MEASUREMENT SUPPLY CHAIN BASED ON CORE

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Gambaran sistem informasi akuntansi pada siklus produksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii PERUNTUKAN... iii AYAT AL-QURAN... iv PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI

PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI OLEH : BAGUS NAVY PUTRA NPM : 0632010180 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) BAB V ANALISIS Bab ini berisi tentang analisis yang dilakukan pada pengolahan data yang telah diolah. Pada bab ini berisi mengenai analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) dan analisis desain traceability.

Lebih terperinci

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR)

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) Petunjuk Sitasi: Henny, & Kharisma, A. L. (2017). Analisis Performansi Management Menggunakan Model Operation Reference (SCOR). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H131-136). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Keadaan Saat ini 6.1.1.1 Struktur Organisasi dan Job Description Saat Ini Struktur organisasi dan job description saat ini tergambar dalam bab 4 pengumpulan

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 Materi #6 Perencanaan Produksi 2 Perencana produksi adalah karyawan yang berinteraksi dengan sistem persediaan dan sales forecast untuk menentukan berapa banyak yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang berorentasi pada laba (profit oriented) umumnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang berorentasi pada laba (profit oriented) umumnya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang berorentasi pada laba (profit oriented) umumnya memiliki tiga tujuan dasar yaitu untuk memperoleh laba, mencapai pertumbuhan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Peneliti melakukan pemeriksaan operasional pada CV. PSA selama dua bulan yaitu periode 1 September 2016 hingga 31 Oktober 2016. Pemeriksaan operasional dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing Sebagai yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsentrasi perhatian konsep JIT adalah pada aspek manusia, kualitas,

Lebih terperinci

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi Lampiran Dokumen Permintaan Barang Urgent 1 transaksi Lampiran Dokumen Delivery Order Resmi 1 transaksi Lampiran

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ORGANISASI PERUSAHAAN Uraian Tugas dan Tanggungjawab PT XYZ Medan memiliki beberapa departemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, setiap pelaku bisnis pasti membutuhkan sebuah alat yang dapat mendukung kegiatan operasional bisnisnya dalam menjalankan usaha.

Lebih terperinci

B A B IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

B A B IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 59 B A B IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Organisasi Perusahaan Dalam menjalankan aktivitasnya perusahaan menentukan kebijakan yang telah dibuat dan disepakati oleh para pimpinan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sangat cepat di segala bidang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sangat cepat di segala bidang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan lingkungan dunia usaha industri di Indonesia saat ini berlangsung dengan sangat cepat di segala bidang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Logistik Perusahaan Garment Pada umumnya proses bisnis manufakturing garment dikelola sendiri oleh perusahaan, dari proses perencanaan produksi, operasi di pabrik,

Lebih terperinci

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI 4.1 Definisi Logistic Logistik berasal dari bahasa Yunani Logos yang berarti rangsum, kata, kalkulasi, alasan, cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

INVENTORY CONTROL SYSTEM

INVENTORY CONTROL SYSTEM ENGINERING Staff Enginering 1 Item Form Input Material Form Input Good List Material List Good 1. Enginering -> Item - Pada Modul ini terdapat 2 kategori item yaitu material dan finish good. - Menu program

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi dan perdagangan bebas membuat persaingan bisnis semakin ketat. Ketatnya persaingan bisnis membuat perusahaan perusahaan di seluruh Indonesia harus berfikir

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Standard Operating Procedure (SOP) 2.1.1 Pengertian SOP Setiap organisasi perusahaan memiliki pola dan mekanisme tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, pola dan mekanisme itu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi. Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi. Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera Pada bab III dijelaskan tentang praktek sistem informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk 41 BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk PT. Indorama Synthetics Tbk merupakan perusahaan manufaktur sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, dimana ruang

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci