BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan"

Transkripsi

1 56 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengadaan Bahan Baku PT Inalum Perencanaan Produksi PT Inalum Produksi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk yang akan diproduksi serta jumlah yang akan diproduksi pada periode yang akan datang. Produk yang akan segera diproduksikan ini belum tentu merupakan jumlah total dari semua spesifikasi produk yang dapat diproduksikan. Tabel 3. Tingkat Produksi Aluminium Ingot Tahunan (MT) PT Inalum Tahun Fiskal 2007 ~ 2012 Tahun Kapasitas Penggunanan Bahan Baku Produksi Pot Produksi Utama & Pendukung Aluminium Operasi /tahun Alumina CPC CTP Alf , ,363 94,152 23,303 3, , , , ,364 24,350 4, , , , ,102 24,616 4, , , ,876 96,048 23,874 3, , , , ,923 25,934 4, , , , ,699 25,546 4, , Pada tabel diatas tampak jumlah bahan baku utama yang digunakan untuk menghasilkan Aluminium Batangan (Ingot) oleh PT Inalum. Dari perencanaan kapasitas produksi yang ditetapkan setiap tahunnya oleh perusahaan sebesar 250,000 MT dan dengan penggunaan bahan baku utama seperti dalam tabel terlihat jumlah produksi yang dihasilkan selama 6 tahun terakhir. Dari tabel tersebut juga diperlihatkan bahwa perusahaan sebenarnya dapat melebihi dari kapasitas

2 57 perencanaan produksi yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang cenderung makin lama setiap tahunnya semakin meningkat. Dengan melihat besarnya rencana produksi yang dibuat perusahaan dibandingkan dengan semakin meningkatnya permintaan pasar, maka dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan besarnya jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan tidak menggunakan suatu alat analisa. Akibatnya jumlah produksi yang akan dihasilkan perusahaan tidak dapat diramalkan dengan tepat. Oleh karena jumlah produksi yang akan dihasilkan tidak dapat diramalkan dengan tepat, akibatnya kebutuhan akan persediaan bahan baku utama juga tidak dapat diramalkan dengan tepat. Tetapi dengan diketahuinya jumlah produksi yang akan dihasilkan, maka sekaligus juga jumlah persediaan bahan baku utama yang akan menunjang produksi akan dapat diramalkan sesuai dengan rencana perusahaan sebelumnya Pengadaan Bahan Baku Utama Alumina PT Inalum Permintaan barang jadi yang digambarkan melalui peramalan penjualan sangat berpengaruh terhadap permintaan bahan baku utama yang digambarkan melalui rencana produksi. Rencana produksi yang telah dibuat akan dijabarkan menjadi komponen bahan baku utama yang dibutuhkan menurut formula yang ada. Penjabaran tersebut menghasilkan rencana kebutuhan bahan baku utama dengan lebih terperinci. Rencana order dibuat dari rencana kebutuhan bahan baku utama setelah mempertimbangkan minimum order dan leadtime dari pemasok. Minimum order adalah jumlah minimal untuk memesan bahan baku utama tertentu. Leadtime

3 58 adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan barang sejak purchase order diterima oleh pemasok sampai barang itu datang ke gudang pemesan. Setiap awal tahun SMB Section dalam hal ini inventory controller membuat perhitungan kebutuhan bahan baku utama untuk periode satu tahun. Perhitungan kebutuhan bahan baku utama dibuat berdasarkan rencana produksi tahunan yang telah dibuat oleh production planner berdasarkan kapasitas produksi, formula terbaru dan kondisi stok awal tahun. Selain itu Perhitungan kebutuhan bahan baku utama juga mempertimbangkan informasi mengenai parameter order tiap-tiap bahan baku utama seperti minimum order, safety time, leadtime dan safety stock. Perhitungan kebutuhan bahan baku utama ini kemudian dikirim ke departemen purchasing dilengkapi dengan jadwal estimasi kedatangan yang diharapkan. Dengan demikian didapatkan rencana pembelian bahan baku utama yang seterusnya dikirim ke departemen finance untuk perencanaan keuangan perusahaan. Pada proses ini kebutuhan aktual akan bahan baku utama di update setiap bulan bersamaan dengan perencanaan produksi bulanan. Bahan baku utama yang sudah dipesan kemudian disimpan dalam gudang bahan baku utama dengan kondisi yang disesuaikan dengan karakteristik bahan baku utama, sebelum akhirnya dapat digunakan untuk produksi. Sistem pembelian bahan baku dilakukan perusahaan berdasarkan jumlah kebutuhan bahan baku utama dan leadtime pemasok. Perubahan yang cepat dalam perencanaan produksi mengakibatkan perusahaan harus memperbaharui peramalan yang telah dilakukan. Perubahan ini otomatis akan mengubah jumlah penggunaan bahan baku utama dalam setiap periode peramalan. Permasalahan yang timbul kemudian adalah lamanya leadtime kedatangan bahan baku utama yang berbeda-

4 59 beda. Jumlah bahan baku yang dipesan disesuaikan dengan jumlah pemesanan ekonomis yang telah diperhitungkan sebelumnya. Frekuensi pemesanan didasarkan pada tingkat kebutuhan yang akan digunakan. Jika kemudian kebutuhan perusahaan yang telah diperhitungkan sebelumnya tidak mencukupi maka perusahaan akan kembali melakukan pemesanan kembali sebanyak tingkat pemesanan ekonomis yang telah diperbaharui. Hal ini menyebabkan jumlah pemesanan perusahaan menjadi sangat banyak karena dalam 1(satu) periode perusahaan dapat memesan lebih dari yang diperhitungkan sebelumnya Decoupling Point Keputusan sampai dimana suatu aktivitas produksi bisa dilakukan tanpa menunggu permintaan definitif dari pelanggan merupakan keputusan yang sangat penting bagi suatu sistem rantai supplai. Hal ini akan secara langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menciptakan efisiensi fisik maupun kecepatannya dalam merespon pasar. Produk-produk yang dijadikan bahan baku pembuat produk lainnya bisa dibuat oleh pabrik hanya dengan dasar peramalan permintaan tanpa menunggu permintaan definitif dari pelanggan. Hal ini berbeda dengan perusahaan manufaktur, produksi biasanya dilakukan ketika datang pesanan dari konsumen. Namun tidak berarti bahan baku yang dibutuhkan harus didatangkan hanya ketika ada pesanan. Bahan baku tersebut dapat dibeli terlebih dahulu oleh perusahaan tanpa menunggu pesanan dari konsumen. Titik temu dimana aktivitas produksi dapat dilakukan tanpa menunggu permintaan definitif dari pelanggan dinamakan decoupling point. Proses produksi yang dilakukan oleh PT Inalum merupakan suatu proses pemberian nilai tambah dari bahan baku menjadi suatu produk dengan karakteristik

5 60 fungsional tertentu. Secara garis besar proses pemberian nilai tambah ini terdiri atas 2 proses utama yaitu pengadaan input dan produksi. Proses pengadaan input dilakukan perusahaan tanpa harus menunggu permintaan spesifik dari konsumen. Hal ini dilakukan perusahann untuk mendukung kelancaran proses produksi karena produksi tidak mungkin berjalan tanpa ada salah satu input produksi. Pada aktivitas ini, pengadaan input bisa dilakukan dengan menggunakan strategi make to stock yang didasarkan pada kebutuhan bahan baku yang diturunkan melalui forecast penjualan tahunan yang telah dilakukan oleh seksi penjualan. Sementara untuk waktu pemesanannya dapat disesuaikan dengan tingkat pemesanan paling ekonomis yang dapat dilakukan perusahaan dan dengan memperhatikan kondisi perusahaan pada tahun berjalan. Aktivitas produksi dilakukan ketika perusahaan memperoleh pesanan dari konsumen melalui seksi penjualan. Hal ini dilakukan karena variasi dari produk yang dihasilkan perusahaan sangat tinggi dan masing- masing variasi memiliki tingkat permintaan yang berbeda. Jika perusahaan melakukan produksi tanpa melihat permintaan aktual konsumen maka perusahaan akan menyimpan persediaan dalam bentuk produk jadi dalam jumlah dan jenis yang banyak. Gambaran ini memperlihatkan bahwa decoupling point atau titik temu dimana suatu aktivitas dapat dijalankan tanpa harus menunggu proses berikutnya terletak pada proses pengadaan input. Untuk itu sebaiknya persediaan disimpan dalam bentuk input dibandingkan dalam bentuk produk jadi karena perusahaan memiliki produk dengan spesifikasi yang berbeda. Jika persediaan dalam bentuk produk jadi, maka keuntungan yang hilang akibat barang tidak terjual menjadi lebih besar dibanding kehilangan input yang tidak terpakai, karena dalam produk

6 61 jadi sudah mencakup biaya produksi didalamnya. Selain itu persediaan dalam bentuk input memiliki tingkat ketidakpastian yang relatif rendah karena input bahan baku dapat digunakan tidak hanya untuk satu macam spesifikasi dari produk tetapi juga dapat digunakan untuk membuat spesifikasi produk lain. Input yang digunakan perusahaan terdiri atas input bahan baku dan tenaga kerja. Untuk tenaga kerja, perusahaan menggunakan sistem lembur dan memperkerjakan karyawan kontrak untuk mengatasi permintaan yang fluktuatif. Hingga saat ini sistem ini masih berjalan dengan baik dan tidak ada masalah yang berarti. Untuk bahan baku utama terutama alumina, perusahaan perlu untuk menyiapkan persediaan karena saat ini perusahaan masih mengalami kesulitan karena bahan baku bisa mengalami stock out karena kedatangannya terlambat. Hal ini tentu saja dapat menghambat produksi yang sudah direncanakan dan pada akhirnya perusahaan akan mengalami kerugian. Untuk itu keberadaan persediaan pengaman sangat diperlukan. Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku (out of stock) di saat perusahaan mengalami lonjakan permintaan yang tinggi dan leadtime yang tidak pasti. Secara teoritis, jumlah barang yang disediakan untuk keperluan persediaan pengaman ini haruslah ditentukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menahan sejumlah barang tertentu akan sesuai dengan kerugian yang ditimbulkan akibat stock out ini.

7 Management Pergudangan Untuk mengatur arus bahan secara sistematis sehingga tidak ada keterlambatan dibutuhkan suatu sistem penggudangan yang baik. Penggudangan di PT Inalum bertanggung jawab dalam menjamin kualitas dan kuantitas dari bahan baku dan produk jadi. Penggudangan di PT Inalum terbagi atas tiga bagian yang mempunyai fungsi masing-masing yang khas, yaitu gudang bahan baku, gudang barang jadi dan gudang suku cadang pabrik. Dalam hal ini yang akan dijabarkan lebih lanjut adalah gudang bahan baku. Gudang bahan baku mempunyai tiga fungsi utama yaitu penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku dan persiapan produksi. Masing-masing fungsi tersebut dilaksanakan pada kawasan atau area tertentu. Area di gudang bahan baku ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu area umum dan area persiapan. Area umum adalah daerah tempat menyimpan barang-barang secara umum sudah diperiksa oleh seksi Quality Control (QC). Area persiapan adalah daerah khusus untuk menyimpan barang yang akan dipakai untuk suatu order tertentu. Pada saat bahan baku datang, pengendali persediaan menerima surat jalan dari pemasok untuk kemudian diperiksa kesesuaian jenis dan jumlah barang yang dikirim dengan yang dipesan. Jika barang ditolak karena tidak sesuai dengan spesifikasi atau jumlahnya, pengendali persediaan memberikan informasi pada penyelia logistik untuk segera dikembalikan ke pemasok. Jika barang diterima, pengendali persediaan akan menandatangani surat jalan sebagai tanda barang diterima. Bahan baku yang telah diterima dari pemasok disimpan di dalam area umum sesuai dengan karakteristik bahan baku tersebut.

8 63 PT Inalum memerlukan beberapa jenis bahan baku utama dalam jumlah kuantitas yang sangat banyak untuk menghasilkan produknya. Untuk itu perlu kapasitas gudang yang besar sehingga dapat menampung dalam jumlah besar bahan baku yang tiba dari pemasok. Gudang untuk setiap bahan baku dipisahkan satu sama lainnya untuk menghindari kontaminasi antar bahan baku. Bahan baku ini diperiksa secara berkala untuk menjamin kondisi barang dan umur penyimpanan tetap dalam keadaan yang diinginkan. Dalam inventory flow proses, sistem yang digunakan adalah first in first out (FIFO). Bahan yang masuk terlebih dahulu akan digunakan untuk kebutuhan produksi. Dengan menggunakan sistem ini proses kerusakan bahan dapat diminimalisasi karena bahan baku tidak sempat tersimpan lama dalam gudang ditambah dengan asumsi barang yang terakhir datang merupakan produksi terbaru dari pemasok. Namun penggunaan sistem ini membutuhkan layout gudang yang baik yang dapat memudahkan bahan baku keluar masuk Distribusi Produk Jumlah Permintaan dan Penawaran aluminium hampir sama. Itu artinya pemakaian aluminium di dunia sangatlah banyak, sedangkan produsen aluminium sedikit. PT Inalum hanya memproduksi aluminium batangan (ingot). PT Inalum memiliki lebih dari 50 perusahaan pelanggan di seluruh Indonesia dan beberapa negara. Kualitas aluminium yang dihasilkan PT Inalum adalah 99.90%, dan 99.70%. 60% produk tersebut di ekspor sedangkan sisanya, 40% di pasarkan di dalam negeri.

9 64 PT Inalum sebagai penyedia produk secara langsung menjual produknya ke konsumen melalui seksi penjualan produk (Sales Section). Perusahaan tidak memakai distributor untuk mendistribusikan produk jadi yang diproduksi ke konsumen Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Alumina Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Utama Alumina FY 2013 Peramalan kebutuhan bahan baku ini diturunkan dari peramalan produk jadi yang dilihat melalui data penjualan dan penggunaan bahan baku utama selama periode 6 (enam) tahun sebelumnya. Setiap spesifikasi produk yang dihasilkan mengakibatkan perusahaan harus melakukan peramalan untuk masingmasing item bahan baku alumina dan produk jadi. Hal ini disebabkan karena permintaan antara satu produk dengan produk yang lain tidak sama. Mengapa data yang digunakan untuk peramalan hanyalah data 6 (enam) tahun sebelumnya? Hal ini disebabkan karena sifat permintaan produk yang tidak tetap dan cenderung berfluktuatif. Spesifikasi produk dapat dijadikan salah satu penyebab berfluktuatif tingkat permintaan konsumen. Pengambilan data satu tahun diharapkan tidak mengakibatkan tingkat kesalahan peramalan yang besar dalam merencanakan kebutuhan bahan baku utama. Untuk melakukan proyeksi ke depan digunakan beberapa metode untuk meramalkan permintaan dari produk PT Inalum. Pemilihan teknik peramalan ini didasarkan pada pemilihan teknik yang lebih sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu. Peramalan yang dilakukan oleh perusahaan adalah metode moving average. Selain praktis, penggunaan model ini juga hanya didasarkan pada nilai permintaan 6 tahun terakhir sehingga dianggap

10 65 datanya lebih terbaru dan akan lebih mendekati kenyataan. Peramalan ini mampu mengatasi perubahan informasi yang cepat karena setiap ada informasi terbaru, nilai ramalan terbaru akan diperoleh dengan menghilangkan informasi terlama dan memasukkan informasi terbaru. Tabel 4. Proyeksi Produksi dan Penjualan Aluminium Ingot PT Inalum FY 2013 Kapasitas Penggunanan Bahan Baku Produksi Produksi Utama & Pendukung No Tahun Aluminium /tahun Alumina CPC CTP Alf3 Sales MT MT MT MT MT MT MT , ,363 94,152 23,303 3, , , , , ,364 24,350 4, , , , , ,102 24,616 4, , , , ,876 96,048 23,874 3, , , , , ,923 25,934 4, , , , , ,699 25,546 4, , , , , ,215 24,604 4, , ,741 Jika perusahaan melakukan peramalan dengan menggunakan Moving Average 6 (enam) tahun terakhir untuk memprediksi penggunaan bahan baku Utama tahun 2013 adalah : n yt yt+1 = y = t=1 n y 6+1 = 6 1 yt 6 t=1 y 7 (2013) = y 7 (2013) = 2,882,526 = 480,421 Alumina 6 1,497,011 = 249,502 Produksi 6

11 66 y 7 (2013) = 1,504,448 = 250,741 Penjualan 6 Dari Tabel diatas diketahui bahwa proyeksi penjualan tahun 2013 untuk produk Aluminium Ingot PT Inalum adalah sebanyak 249,502 MT dengan tingkat penggunaan bahan baku utama seperti Alumina sebesar 480,421 MT, CPC sebesar 101,2175 MT, CTP sebesar 24,604 dan ALF3 sebesar 4,270 MT. Dengan demikian maka untuk periode Fisikal Year 2013 perusahaan menghasilkan produk Aluminium ingot minimal sebanyak 249,502 MT untuk memenuhi penjualan yang ditargetkan Biaya Persediaan Bahan Baku Alumina FY 2013 Total Biaya pembelian bahan baku utama yang diperhitungkan dalam biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dari mulai perusahaan memesan barang hingga barang sampai di gudang perusahaan. Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menyimpan bahan baku dari mulai datang hingga bahan baku digunakan untuk produksi Biaya Pemesanan Bahan Baku Alumina Bahan baku utama merupakan bahan baku yang didatangkan langsung dari luar negeri dan ada yang berasal dari lokal. Pemilihan bahan baku ini didasarkan pada kualitas bahan baku yang jauh lebih baik dari pemasok-pemasok yang ada. Penggunaan bahan baku impor tentu saja akan meningkatkan harga bahan baku yang dipesan. Hal ini terjadi karena tingginya biaya transportasi yang dibutuhkan untuk mengantar bahan baku sampai ke gudang manufaktur terutama jika jarak antar negara berbeda jauh.

12 67 Namun perusahaan tetap mempertahankan pemasok yang ada mengingat sumber daya yang terbatas dan menjaga konsistensi dari kualitas produk ini tetap terjaga. Biaya pemesanan untuk bahan baku utama ini terdiri dari biaya administrasi dan biaya clearence. Biaya administrasi pesan timbul karena perusahaan mengeluarkan dana untuk pembuatan dokumen-dokumen pesanan termasuk didalamnya biaya telpon dan biaya upah. Biaya clearence adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menyelesaikan semua permasalahan administrasi di pelabuhan Indonesia tanpa melibatkan perusahaan. Hal ini dilakukan dengan asumsi jika perusahaan mengurus sendiri administrasi di pelabuhan, perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk merekrut sumber daya manusia di bidang itu. Biaya clearence dikeluarkan setiap kali perusahaan melakukan pemesanan. Biaya administrasi dan clearence merupakan biaya tetap yang nilainya tidak bergantung pada jumlah bahan baku yang dipesan. Semakin banyak jumlah yang dipesan maka biaya yang dikeluarkan akan semakin ekonomis. Namun nilai dari biaya ini akan sejalan dengan jumlah kali pemesanan yang dilakukan. Semakin sering memesan maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Disini, PT Inalum tidak dikenakan biaya clearence dalam menyelesaikan permasalahan administrasi di pelabuhan untuk pemesanan bahan baku utama alumina. Data-data untuk biaya pemesanan dapat dilihat pada tabel 5.

13 68 Tabel 5. Komponen Biaya Pemesanan Bahan Baku Alumina PT Inalum Tahun Fiskal 2013 Komponen Biaya Pemesanan Nilai per 1 x pesan (US$) 1. Biaya Administrasi Biaya Clearence Total Biaya Pemesanan Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil biaya administrasi yang harus dikeluarkan oleh PT Inalum setiap kali melakukan pemesanan adalah sebesar US$ Biaya Clearence yang dikenakan perusahaan setiap kali memesan bahan baku adalah US$ Biaya total yang dikeluarkan perusahaan setiap kali memesan bahan baku adalah sebesar US$ Biaya Penyimpanan Bahan Baku Alumina Perusahaan juga mengeluarkan biaya untuk menyimpan bahan baku selain biaya pemesanan. Biaya penyimpanan ini terdiri dari biaya utilitas, biaya modal, dan biaya upah. Biaya utilitas terdiri atas biaya penyusutan gedung, biaya listrik untuk pencahayaan maupun pendingin dan biaya maintenance gudang. Biaya upah merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mempekerjakan karyawan dalam mengelola bahan baku di gudang. Sedangkan biaya modal adalah biaya opportunity cost yang dikeluarkan perusahaan yang dihitung sebagai alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan. Data-data untuk biaya penyimpanan dapat dilihat pada tabel 6.

14 69 Tabel 6. Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku Alumina PT Inalum Tahun Fiskal 2013 Komponen Biaya Penyimpanan Nilai per 1 x pesan (US$MT) A. Biaya Utilitas 1. Biaya Gudang : Biaya Listrik : Biaya Maintenance : 0.85 Total Biaya Utilitas 1.35 B. Biaya Upah 1.55 C. Biaya Modal 1. Harga Alumina Suku Bunga Bank 0.12 Total Biaya Modal Total Biaya Penyimpanan Berdasarkan perhitungan diperoleh total biaya penyimpanan yang dibebankan pada bahan baku setiap MT-nya adalah sebesar US$ Nilai ini akan meningkat linier sesuai dengan banyaknya bahan baku yang disimpan. Semakin banyak bahan baku yang dipesan maka tingkat biaya yang dikeluarkan pun akan semakin besar Sistem Pembelian Bahan Baku Alumina yang dilakukan Perusahaan Dalam sistem yang dilakukan pada tahun 2012, perusahaan telah menghitung jumlah pesanan ekonomis dengan menggunakan EOQ. Hal ini bertujuan untuk meminimumkan biaya persediaan. Asumsi perusahaan saat itu adalah pemasok masih mampu memberikan performance terbaiknya dengan

15 70 mengirimkan bahan baku utama tepat waktu dan tepat jumlah. Namun sepanjang tahun 2012, perusahaan mengalami sedikit peningkatan penjualan dan tentu saja membutuhkan bahan baku yang lebih untuk menghindari bahan baku utama dalam kondisi shortage. Hal ini terutama dikarenakan pemasok tidak mampu untuk menjamin memberikan bahan baku sesuai dengan leadtime yang ditetapkan sebelumnya selama yaitu 9 hari. Penggunaan EOQ dalam perhitungan ini dengan asumsi bahwa permintaan terhadap bahan baku bersifat kontinyu dengan tingkat yang seragam. Dengan kata lain item tersebut dibutuhkan dengan jumlah yang relatif sama dari tahun ke tahun. Dalam hal ini perusahaan beranggapan bahwa kebutuhan bahan baku utama selama ini di perusahaan relatif stabil dan berkelanjutan. Tabel 7. Jumlah Pemesanan Ekonomis Bahan Baku Alumina Tahun Fiskal 2013 Data Satuan Nilai Biaya Penyimpanan US$/MT Biaya Pemesanan US$/MT EOQ MT 3, Jumlah Pesanan MT 480,421 Frekuensi Pesan Kali 139 Waktu Hari 264 Selang Waktu Pemesanan Hari 2 Perhitungan EOQ dengan Rumus : EOQ = 2. S. D H EOQ Alumina : (2 x x 480,421) = 3, MT 46.12

16 71 Berdasarkan pada perhitungan biaya penyimpanan dan biaya pesan diperoleh hasil nilai EOQ untuk Alumina yaitu sebesar 3, MT seperti terlihat pada tabel diatas dalam setahun (Tabel 7). Namun, karena pembelian bahan baku alumina berasal dari luar negeri maka pengiriman harus dilakukan dengan menggunakan kapal laut. Sedangkan pengiriman dengan menggunakan kapal, kuantitas pengiriman menjadi lebih banyak yaitu minimal sebanyak 22,000 MT. Asumsi yang digunakan untuk jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 22 hari. Tetapi untuk pengiriman tetap dilakukan sebanyak 9 hari kalender dengan asumsi bahwa pada hari sabtu dan minggu distribusi bahan baku dari pemasok ke gudang manufaktur tidak berhenti (Tabel 8). Tabel 8. Jumlah Pemesanan Yang Dilakukan Perusahaan berdasarkan Minimal Pengiriman Bahan Baku Alumina Tahun Fiskal 2013 Data Satuan Nilai Biaya Penyimpanan US$/MT Biaya Pemesanan US$/MT EOQ Modifikasi MT 22,000 Jumlah Pesanan MT 480,421 Frekuensi Pesan Kali 22 Waktu Hari kerja 264 Selang Waktu Pemesanan Hari kerja 12 Pada perencanaan ini perusahaan berasumsi bahwa leadtime pemasok dan permintaan konsumen akan produk jadi adalah stabil sehingga perusahaan tidak membutuhkan adanya pemesanan bahan baku secara tiba-tiba karena adanya keterlambatan pengiriman. Namun perkembangan perusahaan yang meningkat pesat mau tidak mau harus didukung oleh sistem yang juga berkembang.

17 72 Penggunaan sistem ini menjadi tidak sesuai dengan kondisi di lapangan yang mengakibatkan perusahaan sering mengalami stock out bahan baku utama. Untuk itu perusahaan saat ini perlu memiliki sejumlah bahan baku utama untuk ditempatkan sebagai safety stock Simulasi 1: Penggunaan Sistem Safety Stock dalam Pengendalian Persediaan Penggunaan sistem safety stock dalam perusahaan akan berimplikasi besar terhadap komponen biaya terutama biaya yang terkait dengan persediaan. Untuk itu diperlukan perhitungan yang cermat tentang jumlah safety stock yang optimal dan waktu pemesanan serta jumlah bahan baku yang dipesan sehingga biaya dapat dikeluarkan seefisien mungkin. Pada simulasi ini langkah yang dilakukan adalah penentuan safety stock, penentuan reorder point, dan jumlah yang dipesan Penentuan Safety Stock Leadtime merupakan salah satu penghambat arus produk sehingga menghambat produktivitas. Fokus terpenting manajemen adalah menjaga tingkat pelayanan terhadap konsumen sekalipun terkendala oleh datangnya bahan baku yang tidak pasti. Waktu tunggu datangnya pesanan bahan baku akan meningkatkan kemungkinan kosongnya persediaan. Hal ini yang kemudian akan menurunkan tingkat pelayanan terhadap konsumen karena ada permintaan konsumen yang tidak terpenuhi. Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan menyediakan safety stock. Safety stock adalah sejumlah barang yang disimpan perusahaan untuk dikeluarkan sewaktuwaktu dalam mengatasi permasalahan kekurangan pasokan barang.

18 73 Safety stock ini dapat dihitung berdasarkan pada data peramalan perusahaan tahun 2013, yaitu dari data bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi produksi tahun Besarnya safety stock ini tergantung pada ketidakpastian pasokan (leadtime) maupun permintaan yang selama ini dialami perusahaan. Pada situasi normal, ketidakpastian pasokan bisa diwakili dengan standar deviasi leadtime dari pemasok yaitu waktu antara perusahaan memesan sampai material atau barang diterima. Sedangkan ketidakpastian permintaan diwakili dengan standar deviasi besarnya permintaan per periode. Untuk itu pada perhitungan ini perusahaan juga membutuhkan data-data pemakaian bahan baku tahun sebelumnya untuk menentukan standar deviasi leadtime dan standar deviasi pemakaian bahan baku. Besarnya safety stock dihitung dengan mengalikan standar deviasi permintaan selama leadtime dengan nilai korelasi dari probabilitas tertentu. Probabilitas yang diambil adalah 95 persen yang berarti hanya 5 persen dari 100 persen kemungkinan perusahaan mengalami stock out yang dapat ditoleransi oleh perusahaan. Standar deviasi permintaan diturunkan berdasarkan pada data kebutuhan bahan baku alumina tahun 2012 (lihat tabel 9). Dengan menggunakan Microsoft Excel, diperoleh hasil standar deviasi kebutuhan bahan baku aktual per hari adalah sebesar MT dengan rata-rata permintaan hasil forecast tahun 2012 sebesar 1, MT per hari (lihat lampiran 2).

19 74 Tabel 9. Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Alumina Tahun Fiskal 2012 No Bulan Penerimaan Pemakaian Pemakaian / (MT) (MT) hari (MT) 1 April ,880 38,875 1, May ,880 40,551 1, June ,440 41,787 1, July ,880 39,085 1, Agustus ,440 42,615 1, September ,880 39,236 1, Oktober ,880 41,181 1, Nopember ,880 40,105 1, Desember ,880 41,453 1, Januari ,880 40,023 1, Februari ,440 38,713 1, Maret ,880 41,416 1, Dari hasil perhitungan diperoleh standar deviasi leadtime sebesar 3 dengan rata-rata leadtime sebesar 10 hari (lihat lampiran 3). Namun leadtime yang digunakan dalam perhitungan safety stock adalah 11 hari (batas atas leadtime) dengan pertimbangan bahwa angka ini cukup aman dalam menanggulangi tingkat ketidakpastian leadtime suplier yang tinggi. Berdasarkan data diatas diperoleh safety stock Alumina sebesar 6, MT. Dapat dilihat pada tabel 10. SS = Z L (σd)² + d² (σl)² = (42.74) 2 + (1,347.33) 2 (3) 2 = , ,337, = ,357, = 6, MT

20 75 Tabel 10. Tingkat Safety Stock Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Alumina PT Inalum Periode Tahun Fiskal 2013 Data Satuan Nilai Demand per hari MT 1, Std Deviasi Leadtime Hari 3 Std Deviasi Demand MT Leadtime Hari 11 Z-Score 95% Safety Stock MT 6, Penentuan Kebutuhan selama Leadtime Penentuan kebutuhan selama leadtime dilakukan dengan mengalikan kebutuhan perbulan dengan leadtime yang telah ditetapkan. Leadtime yang digunakan dalam perhitungan ini adalah batas atas dari perhitungan standar deviasi variasi leadtime aktual kedatangan bahan baku selama tahun 2012 untuk Alumina sebanyak 11 hari. Hal ini dikarenakan rentang leadtime pemasok adalah 11 hari untuk bahan baku alumina sedangkan kesepakatan yang dibuat oleh perusahaan dengan pemasok rata-rata adalah 9.6 hari. Jika waktu kedatangan bahan baku mundur dari jadwal yang sudah ditetapkan, jumlah yang dipesan dapat sedikit menutupi kebutuhan selama kemunduran leadtime. Sedangkan jika kedatangan bahan baku lebih cepat dari yang sudah dijadwalkan maka jumlah yang dipesan masih mampu ditampung oleh kapasitas gudang.

21 76 Tabel 11. Kebutuhan Selama Leadtime Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Utama Alumina Tahun Fiskal 2013 No Data Satuan Alumina 1 Pemakaian per hari MT 1, Leadtime hari 11 3 Kebutuhan Selama Leadtime MT 14, Berdasarkan perhitungan, kebutuhan perusahaan selama leadtime akan bahan baku utama (Tabel 11). Dengan jumlah ini perusahaan masih mampu mengatasi kemunduran leadtime antara 2 hari dari leadtime yang disepakati yaitu 9 hari. Jika bahan baku datang lebih cepat dari yang direncanakan maka perusahaan akan memiliki stok bahan baku lebih banyak sehingga waktu pemesanan kembali yang dihitung kemudian bisa lebih lama dibandingkan perencanaan sebelumnya Penentuan Reorder Point Reorder point merupakan titik dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku lagi sehingga bahan baku yang dipesan tersebut datang tepat pada saat safety stock sama dengan nol. Penentuan reorder point ini diperoleh dengan menjumlahkan kebutuhan selama leadtime dengan safety stock perusahaan. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil reorder point berada pada saat stok di gudang sejumlah stok pada saat Alumina sebanyak pada saat Reorder Point yang berarti pemesanan dilakukan setiap kali stok bahan baku berada pada titik Reorder Point (Tabel 12).

22 77 Tabel 12. Reorder Point Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Alumina Periode Tahun Fiskal 2013 No Data Satuan Nilai 1 Leadtime Hari 11 2 Kebutuhan selama Leadtime MT 14, Safety Stock MT 6, Reorder Point MT 21, Simulasi 2 : Pemesanan dengan Meningkatkan Jumlah Pengiriman Penentuan jumlah pemesanan pada simulasi kedua dilakukan dengan meningkatkan jumlah pembelian atau pengiriman menjadi 25,000 MT karena adanya batas pembelian menggunakan kapal dan lebih memudahkan dalam proses pembelian. Hasil perhitungan simulasi dengan menggunakan cara kedua dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sistem Pengadaan Bahan Baku dengan Efisiensi Pengiriman Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Alumina Tahun Fiskal 2013 No Data Satuan Nilai 1 Biaya Penyimpanan US$/MT Biaya Pemesanan US$/MT Jumlah Sekali Pesan MT 25,000 4 Jumlah Pesanan MT 480,421 5 Frekuensi Pesan Kali 19 6 Waktu Hari Selang Waktu Pemesanan Hari 14 Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan jumlah pemesanan sebesar 25,000 MT diperoleh frekuensi pemesanan dalam 264 hari adalah sebanyak 19 kali. Selang waktu pemesanan berdasarkan perhitungan ini adalah setiap 14 hari

23 78 sekali. Penggunaan sistem ini mampu menekan jumlah frekuensi pesan sebanyak persen dari pemesanan dengan sistem EOQ Analisa Biaya Persediaan Berdasarkan hasil perhitungan pada simulasi 1 dan 2, maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dapat dianalisis dengan menjumlahkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dari tiap simulasi. Hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan tanpa menggunakan safety stock. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada tabel 14 dan lampiran 4. Q Max (MT) Tabel 14. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Alumina Antara Sistem Perusahaan dengan Simulasi Penelitian di PT Inalum Tahun Demand Rata-Rata (MT) Safety Stock (MT) Biaya Penyimpanan (US$/MT) Biaya Pesan (US$/MT) Jml Pemesanan (MT) Biaya Persediaan Total (US$) Perusahaan (EOQ) 480,421 1, , , Perusahaan (Modifikasi EOQ) 480,421 1, , , Simulasi 1 480,421 1, , , , Simulasi 2 480,421 1, , , , Jumlah pemesanan yang dilakukan merupakan hasil pembulatan karena pembelian dilakukan dalam satuan MT. Berdasarkan perhitungan diatas terlihat jika pemesanan dilakukan dengan menggunakan EOQ (tidak sekaligus), hasilnya diperoleh biaya jauh lebih kecil dari simulasi pertama yaitu sebesar US$ 159, Namun disini menyebabkan makin membesarnya frekuensi pemesanan dan biaya modal yang akan dikeluarkan untuk bahan baku tersebut.

24 79 Jika pemesanan dilakukan tanpa menggunakan safety stock, namun dengan EOQ yang dimodifikasi, perusahaan mengeluarkan biaya sejumlah US$ 519, Biaya ini jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan ketika perusahaan menggunakan sistem safety stock yang dipesan sekaligus yaitu sebesar US$ 670,362,98. Besarnya biaya ini disebabkan dengan meningkatnya biaya modal yang dikeluarkan seiring bertambahnya jumlah bahan baku yang dibeli perusahaan. Selanjutnya simulasi berdasarkan pemesanan ekonomis, namun kali ini mempertimbangkan dengan menggunakan kapal yang dapat memuat bahan baku lebih besar lagi untuk menggurangi frekuensi pengiriman yaitu sebesar 25,000 MT. Penggunaan simulasi ini adanya peningkatan biaya persediaan menjadi sebesar US$ 738, Namun, mampu menurunkan frekuensi pengiriman sebesar 13.6 persen Perbandingan Biaya Persediaan dengan Tingkat Penjualan yang Hilang. Variabel yang digunakan dalam analisis biaya persediaan mencakup biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Namun selain itu analisis mengenai keuntungan yang hilang akibat kurangnya persediaan juga perlu untuk diperhitungkan. Hal ini dilakukan untuk menilai tingkat imbangan antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan keuntungan yang mungkin diperoleh. Metode perusahaan yang dilakukan selama ini tidak mampu mengatasi adanya variasi leadtime yang diberikan oleh pemasok karena perusahaan tidak menghitung kemungkinan habisnya persediaan bahan baku karena mundurnya leadtime pemasok. Kurangnya pasokan bahan baku mengakibatkan perusahaan

25 80 tidak bisa berproduksi sehingga perusahaan mengalami kerugian. Kerugian ini disebabkan karena perusahaan kehilangan penjualan dan kemungkinan beralihnya konsumen ke produk kompetitor. Pada akhirnya konsep persediaan dengan menggunakan sistem safety stock akan mampu mengurangi kerugian perusahaan sekalipun biaya yang dikeluarkan lebih besar. Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya terlihat bahwa sistem pembelian yang dilakukan oleh perusahaan jauh lebih efisien dibandingkan dengan sistem pembelian yang dilakukan oleh peneliti. Namun biaya tersebut belum termasuk dengan tingkat kerugian perusahaan jika perusahaan mengalami kehilangan penjualan karena stock out bahan baku. Untuk itu perlu dihitung kembali mengenai kemungkinan keuntungan yang hilang karena perusahaan tidak mampu berproduksi akibat kurangnya pasokan bahan baku. Perhitungan dari kemungkinan kehilangan keuntungan karena kurangnya pasokan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Tingkat Kehilangan Penjualan Tidak Menggunakan Safety Stock Safety Stock (MT) Jumlah Pemesanan (MT) Biaya Persediaan (US$) Produksi Aluminium Ingot (MT) Sales (US$ 2,027.56/MT) 0 22, , ,000 20,275, , , , ,827 32,090, Selisih 218, ,827 11,814, Hasil perhitungan di atas memperkuat hipotesis peneliti yang pertama yang mengatakan bahwa sistem safety stock mampu mengatasi permasalahan ketidakpastian permintaan akan produk jadi dan leadtime perusahaan yang bervariasi. Adanya persediaan ini tentu saja akan meningkatkan biaya terutama

26 81 biaya persediaan karena adanya persediaan mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan biaya penyimpanan. Namun setelah diperhitungkan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan ini lebih kecil dibandingkan dengan kemungkinan adanya keuntungan yang hilang karena perusahaan kekurangan pasokan. Penggunaan safety stock meningkatkan biaya persediaan menjadi dua kali lebih besar dibandingkan dengan sistem yang dilakukan perusahaan yaitu sebesar US$ 738, Tetapi sistem safety stock dapat menekan kemungkinan perusahaan kehilangan keuntungan penjualan sebesar US$ 11,814, jika supplier terlambat mengirimkan bahan baku. Jika keuntungan yang hilang kemudian ditambahkan dengan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan maka nilainya akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan jika perusahaan melakukan safety stock. Hal ini menjawab hipotesis peneliti kedua yang mengatakan bahwa persediaan akan meningkatkan biaya terutama biaya persediaan tetapi nilainya lebih kecil dibandingkan dengan total biaya yang dihasilkan perusahaan jika perusahaan mengalami kerugian akibat adanya penjualan yang hilang karena kurangnya pasokan Analisis Kebijakan Sistem Persediaan Bahan Baku Alumina Sistem persediaan yang digunakan perusahaan saat ini dengan tidak menggunakan safety stock bahan baku menyebabkan pasokan bahan baku menjadi rentan untuk stok out. Hal ini karena leadtime dari pemasok yang digunakan sering tidak sesuai dengan kesepakatan. Kondisi ini menjadi lebih kritis mengingat permintaan konsumen akan produk akhir juga fluktuatif dan cenderung meningkat.

27 82 PT Inalum bukan merupakan konsumen utama dari pemasok sehingga PT Inalum tidak memiliki bargaining power yang cukup kuat dalam pengadaan bahan baku ini. Pada awal perjanjian perusahaan dan pemasok telah sepakat untuk melakukan hubungan kerja sama dalam pengadaan bahan baku alumina. Dalam perjanjian ini, pemasok telah menyepakati leadtime kedatangan bahan baku yang dijanjikan yaitu selama 9 hari. Jika dalam jangka waktu 9 hari pemasok tidak mampu memenuhi pesanan dari PT Inalum maka pemasok harus bersedia untuk membayar biaya pinalti sebesar 20 persen dari tingkat kerugian yang dialami perusahaan. Biaya pinalti yaitu biaya penggantian kerugian dari kemungkinan penjualan yang bisa diperoleh. Namun karena PT Inalum bukan merupakan konsumen utama dari pemasok ini, biaya pinalti yang diberikan perusahaan dianggap tidak sebanding dengan kerugian jika pemasok tidak memasok ke pihak lain. Dalam kondisi ini perusahaan bisa saja mencari pemasok lain untuk mensupplai bahan baku alumina yang dibutuhkan perusahaan. Namun bahan baku alumina yang dijual oleh pemasok ini memiliki kualitas yang baik dan tingkat harga yang relatif stabil dan kompetitif. Untuk itu salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mengatasi permasalahan ini adalah menyediakan safety stock dalam bentuk persediaan bahan baku alumina. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, simulasi 1 yaitu memesan barang dan menyediakan safety stock sekaligus menghasilkan biaya total persediaan sebesar US$ 670, Sedangkan Simulasi 2 dengan menggunakan EOQ modifikasi untuk menghitung jumlah pesanan paling ekonomis menghasilkan biaya persediaan sebanyak US$ 738, Perbedaan

28 83 tingkat biaya ini disebabkan karena besarnya biaya simpan yang dikeluarkan bergantung pada jumlah bahan baku yang akan disimpan. Tingkat biaya yang dihasilkan dari ketiga simulasi ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan metode yang digunakan saat ini. Namun jika dibandingkan dengan kemungkinan kehilangan penjualan akibat kurangnya pasokan bahan baku, biaya simulasi ini jauh lebih kecil. Penggunaan simulasi ini mampu menjawab permasalahan yang saat ini dihadapi oleh perusahaan mengenai turunnya service level perusahaan akibat kurangnya pasokan bahan baku. Penggunaan sistem ini akan berimplikasi pada jumlah penyimpanan barang sebagai harta perusahaan yang perlu dijaga. Namun dari historis perusahaan, faktor eksternal yang dapat membahayakan bahan seperti kebakaran, bencana alam, pencurian dan huru-hara tidak pernah terjadi sampai saat ini. Perusahaan berada di daerah pemukiman yang tidak cukup padat dengan layout gedung yang tidak saling berdekatan satu sama lain. Selain itu dalam sistem penggudangan, perusahaan tidak menggunakan bahan-bahan yang mudah terbakar. Hal ini memperkecil kemungkinan terjadinya kebakaran, baik yang terjadi di lingkungan perusahaan maupun yang terjadi di luar lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan yang bukan merupakan pusat pemerintahan juga memperkecil adanya kemungkinan terjadinya kerusuhan. Perusahaan saat ini tidak melakukan asuransi pada bahan baku karena tingkat turn over bahan baku yang sangat cepat dan kemungkinan kerusakan bahan akibat faktor eksternal kecil. Namun perusahaan tetap mengasuransikan bangunan gudang baku untuk resiko tersebut. Perhitungan biaya asuransi tersebut

29 84 sudah masuk ke dalam perhitungan biaya maintenance. Konsekuensi lain dari penerapan kebijakan ini adalah perusahaan perlu membuat kebijakan manajerial baru yaitu membuat sistem pengadaan bahan baku yang baru, tata cara pembelian bahan baku serta pembuatan perjanjian pembelian yang baru dengan supplier baik prosedur maupun intruksi kerja termasuk form-form yang dibutuhkan dalam sistem tersebut. Penggunaan simulasi ini dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian karena kekurangan bahan baku alumina yang akan diproduksi. Produk yang dihasilkan PT Inalum merupakan produk yang dapat disubstitusi oleh produk kompetitor yang memiliki fungsi yang sama. Keunggulan yang ditonjolkan tidak dapat membuat konsumen tetap loyal jika produk tidak tersedia karena fungsi tetap menjadi faktor utama terjadinya keputusan pembelian oleh konsumen..

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini masih timpang karena produksi tak mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi yang terus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Indri Hapsari, Stefanus Soegiharto, Theodore S.K. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global sehingga setiap perusahaan berlomba untuk terus mencari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persediaan Ristono (28) menyatakan bahwa persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.

Lebih terperinci

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena kekurangan/kelebihan persediaan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning)

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning) Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management MANAJEMEN OPERASI 1 POKOK BAHASAN Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Inventori Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 BAB III MANAJEMEN

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan

Manajemen Persediaan Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Persediaan Pengertian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu menganalisa, mengendalikan dan mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T MANAJEMEN PERSEDIAAN Asti Widayanti S.Si M.T Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Distorsi informasi pada supply chain merupakan satu sumber kendala menciptakan supply chain yang efisien. Seringkali permintaan dari custromer relatif stabil dari waktu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam BAB I PEMBAHASAN I.1 Survey Pendahuluan PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTE PERSEDIAAN GUDANG ENGGUNAKAN ECONOIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC ODEL Indri Hapsari, Yenny Sari, Lianny P. Rajimin Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Manajemen Investasi dan Pasokan Julius Nursyamsi MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan membentuk hubungan antara produksi dan penjualan produk Persediaan dikelompokan : 1. Bahan baku 2.

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi Modul ke: 12 MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Manajemen persediaan Kriteria persediaan o Persediaan pada perusahaan dagang Persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian ini adalah CV. Tani Jaya Perkasa yang beralamat di Dusun Gebangan RT 02 RW 02 Kelurahan Putat, Kecamatan Purwodadi, Kaubapten

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, dunia usaha tumbuh dengan semakin pesat. Sehingga menuntut perusahaan untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Ikan Higienis Pejompongan Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 hingga Mei 2013. 3.2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis dalam penyelesaian penelitian.

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian pada dasarnya untuk menunjukkan kebenaran dan memecahkan masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah BAB I PENAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah berkembang dengan pesat, seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering mengalami kemacetan. Awal mula masuknya sepeda ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sering mengalami kemacetan. Awal mula masuknya sepeda ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan olahraga sepeda belakangan ini mulai berkembang kembali dikarenakan sepeda menjadi alat transportasi alternatif selain mobil dan motor yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. pengkapalan propylene termasuk dalam kategori sebagai berikut:

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. pengkapalan propylene termasuk dalam kategori sebagai berikut: BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Jenis Simulasi Metode simulasi sederhana yang akan kami pergunakan dalam penjadwalan propylene unit ROPP, berdasarkan teori simulasi yang telah dibahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Persediaan Persediaan adalah stok atau simpanan barang-barang. Biasanya, banyak dari barang-barang yang disimpan perusahaan dalam persediaan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sektor yang memegang peranan penting setelah sektor pertanian adalah sektor manufaktur.

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi, Analisis, dan Evaluasi Sistem Pengendalian Bahan Baku Tahun 2011 Bahan baku merupakan suatu material yang memiliki peranan penting dalam proses produksi. Ketersediaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia PENGENDALIAN PENGOLAHAN BIJI KOPI MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDERQUANTITY(EOQ) PADA PABRIK KOPERASI BAITUL QIRADH (KBQ) BABURRAYYAN TAKENGON ACEH TENGAH Syukriah, Putri Narisa Lia Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL Oleh: Ir. R. Budi Setiawan, M.M., CISCP Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Persediaan secara umum dapat didefinisikan sebagai barang yang disimpan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

INVENTORY. (Manajemen Persediaan) INVENTORY (Manajemen Persediaan) Pendahuluan Yaitu: Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan Sekumpulan produk phisikal pada berbagai

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci