BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baterai Baterai didefinisikan sebagai perangkat penyimpanan elektrokimia yang menyimpan listrik dalam ikatan kimia. Alat ini mengubah energi kimia yang terkandung dalam bahan aktif langsung menjadi energi listrik dengan cara reaksi elektrokimia. Reaksi ini melibatkan transfer elektron dari satu materi ke materi yang lain melalui sebuah sirkuit listrik. Secara ilmiah, baterai disebut sebagai sel elektrokimia atau sel galvanik yang menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia dan reaksi elektrokimia yang terjadi disebut galvanis. Proses elektrokimia ini kemudian mengalami reaksi redoks. Konversi energi kimia menjadi energi listrik dilakukan melalui transfer elektron pada sirkuit eksternal (Ho Kar Yee et al., 2014). Baterai terdiri dari dua jenis yaitu primer dan sekunder. Dalam baterai primer, Reaksi elektroda tidak reversibel oleh karena itu sel tidak dapat diisi ulang, yaitu setelah satu charge, akan dibuang. Pada baterai sekunder, reaksi elektroda bersifat reversibel dan sel-sel dapat diisi ulang. Sebuah baterai terdiri dari tiga komponen utama: katoda, elektrolit dan anoda. Katoda merupakan elektroda tempat reaksi reduksi terjadi (yaitu elektron yang diterima dari rangkaian luar), sedangkan reaksi oksidasi terjadi pada anoda (yaitu elektron yang dilepaskan ke sirkuit luar). Elektrolit adalah isolator elektronik, namun konduktor ionik yang baik fungsi utamanya adalah untuk memberikan transportasi menengah untuk ion melakukan perjalanan dari satu elektroda ke elektroda lainnya. (Eriksson, 2001) Baterai Lithium Ion Sebuah baterai Li-ion biasanya mengacu pada baterai sekunder di mana energi kimia disimpan melalui reaksi redoks yang mempekerjakan interkalasi lithium antara elektroda positif (katoda) dan elektroda negatif (anoda). Ketika charging dan discharging ion lithium bergerak bolak-balik antara katoda dan anoda. (Paravasthu, R, 2012). Pada dasarnya ada empat komponen utama dari baterai lithium ion: anoda, katoda, separator dan elektrolit. Katoda bertindak sebagai elektroda positif yang menerima elektron sekaligus mereduksi dan anoda bertindak sebagai elektroda negatif yang menyumbangkan elektron dan mengoksidasi selama siklus discharging.

2 elektroda tidak menyentuh satu sama lain tetapi dihubungkan secara elektrik dengan elektrolit sementara separator mencegah pencampuran antara elektroda tetapi memungkinkan ion Li untuk mengalir. Berbagai baterai telah dikembangkan, seperti lead-acid, Ni-Cd, Ni-metal hidrida dan baterai Lithium ion. Di antara semua sistem baterai, baterai Li-Ion dapat memberikan kepadatan (densitas) energi yang lebih tinggi karena Lithium merupakan baterai yang paling elektropositif (-3,04V v.s. standar hidrogen elektroda) dan logam ringan (M = 6,94 g / mol). Selama proses pengisian dan pengosongan Li ion mentransfer seluruh elektrolit antara anoda dan katoda dengan oksidasi dan reduksi yang terjadi pada dua elektroda seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Proses Charging dan Discharging pada Baterai Lithium Ion (Sumber: Paravasthu R, 2012) 1) Selama pengisian baterai (charging), lithium ion mengalir dari elektroda positif ke elektroda negatif melalui elektrolit. Elektron cenderung mengalir pada arah di sekitar sirkuit luar 2) Ketika semua ion berhenti mengalir, baterai akan terisi penuh dan siap untuk digunakan. 3) Selama pemakaian baterai (discharging), ion mengalir kembali dari elektroda negatif ke elektroda positif. (Oswal M et al., 2010). 2.3 Bagian-Bagian Baterai Lithium Ion Baterai Li-Ion terdiri dari empat komponen utama yaitu elektroda negatif (anoda), elektroda positif (katoda), elektrolit, dan separator.

3 2.3.1 Elektroda Negatif (Anoda) Anoda, atau elektroda negatif, umumnya terbuat dari grafit (karbon) dan dilapiskan pada tembaga foil. Anoda menerima Li-ion saat siklus pengisian dan memancarkan ke katoda selama siklus pemakaian. Bahan aktif di anoda terdiri dari grafit, perekat, pelarut, dan karbon konduktif. Ada dua jenis struktur karbon elektroda yaitu: "Kristal grafit alam dan kristal karbon buatan". Anoda terbuat dari grafit yang memungkinkan ion lithium tunggal untuk diinsersi dalam struktur segi enam pada pengisian penuh komposisi LiC 6. (Arora Y et al., 2015). Bahan potensial untuk elektroda negatif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Dapat bereaksi reversibel dengan lithium. 2. Dapat Mengakomodasi beberapa Li-ion per atom logam untuk memberikan kapasitas tinggi. 3. Penyisipan / ekstraksi harus dioperasikan pada tegangan rendah dengan Li+/ Li (-3,04V) untuk mendapatkan tegangan yang besar. 4. Konduktivitas elektronik dan ionik yang baik. 5. Harga Murah dan ramah lingkungan (Philippe B, 2013) Elektroda Positif (Katoda) Elektroda positif dalam baterai lithium-ion didasarkan pada tiga jenis kimia dasar: oksida berlapis (seperti lithium cobalt oksida), spinel (seperti lithium mangan oksida), atau polyanion (seperti lithium iron phosphate). Bahan katoda yang paling umum digunakan dalam sel lithium-ion adalah lithium cobalt oksida. Namun, berbagai bahan lain yang digunakan seperti lithium feroposfat (LiFePO 4 ), spinel seperti lithium mangan oksida (LiMn 2 O 4 ), atau oksida logam campuran yang mencakup cobalt (Co), nikel (Ni), aluminium (Al), dan oksida mangan seperti kobalt nikel aluminat (NCA) (Mikolajczak C et al., 2011). Bahan yang umum digunakan sebagai katoda pada baterai lithium adalah LiCoO 2. LiCoO 2 merupakan bahan katoda yang memilki kapasitas spesifik yang paling tinggi. Namun material katoda ini berbahaya untuk digunakan karena mengandung logam berat. LiMn 2 O 4 merupakan material katoda yang mudah disintesis jika dibandingkan dengan jenis material katoda lainnya karena memiliki stabilitas struktural yang baik. (Julien, 2014).

4 Tabel 1. Sifat Bahan Katoda dalam Baterai Li-ion Material Elektroda Nominal Voltage (V) Kapasitas Spesifik Teori Kapasitas discharge Praktek (mah/g) Energi Spesifik Praktek (Wh/kg) (mah/g) LiCoO LiMn 2 O LiFePO LiNiO Sumber: Kasvayee, 2011 Gambar 2. Fenomena Konduktifitas Ionik dan Elektronik pada Material Katoda (Sumber: Park, 2010). Gambar diatas menggambarkan fenomena konduksi dalam partikel komposit katoda tunggal. Ketika Li-ion berdifusi keluar dari katoda (konduksi ionik) selama siklus charge keadaan valensi ion logam transisi berubah (konduksi elektronik) jadi penting bahwa konduktivitas listrik dan ionik dioptimalkan dalam bahan katoda (Park, 2010). Untuk dapat digunakan sebagai elektroda positif dalam baterai Li-ion, bahan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: 1. Bahan harus mudah direduksi / ion teroksidasi, misalnya logam transisi. 2. Bahan harus bereaksi reversibel dengan lithium yaitu tidak ada perubahan struktur pada saat insersi/ ekstraksi lithium.

5 3. Bahan harus harus mampu beroperasi pada tegangan tinggi (sekitar 4 V) untuk memberikan kapasitas penyimpanan energi yang tinggi. 4. Proses insersi / ekstraksi harus cepat untuk mencapai densitas daya (power density) yang tinggi. 5. Bahan harus memiliki konduktivitas elektronik dan konduktivitas Li-ion yang baik. 6. Bahan harus stabil secara termal dan kimia, murah dan ramah lingkungan. (Philippe B, 2013) Elektrolit Elektrolit adalah bagian penting ketiga dari baterai Li-ion. Ini memastikan konduksi dari lithium-ion antara elektroda negatif dan elektroda positif dan bertindak sebagai penghalang fisik antara dua elektroda (ketika digabungkan dengan separator untuk elektrolit cair). Sifat kimia dari elektrolit memiliki dampak yang kuat pada kinerja baterai dan terutama pada antarmuka elektroda / elektrolit (Philippe B, 2015). Fungsi utama dari elektrolit adalah untuk mencegah pertukaran elektron langsung antara elektroda dan memfasilitasi aliran elektron agar teratur dan stabil melalui sirkuit eksternal. Secara bersamaan, elektrolit harus menjadi konduktor ionik (konduktif yang sangat ideal) untuk menjaga transfer internal. Selain itu, elektrolit juga harus memenuhi beberapa syarat lagi untuk memastikan bahwa fungsi baterai yang dihasilkan seperti yang diinginkan. Mungkin yang paling penting, elektrolit harus menunjukkan stabilitas elektrokimia yang tinggi, di seluruh rentang tegangan baterai. Ini berarti bahwa elektrolit harus tetap lembam selama operasi. (Øystein G, 2012). Elektrolit dalam sel lithium-ion biasanya terdiri dari garam lithium yang dilarutkan dalam campuran pelarut yang juga mengandung sejumlah aditif kecil. Garam lithium umumnya LiPF 6 yang memiliki kualitas yang memadai misalnya stabilitas elektrokimia dan kisaran suhu yang dapat digunakan untuk baterai lithiumion komersial. (Svens P, 2016). Elektrolit yang ideal memiliki beberapa persyaratan umum untuk memenuhi : 1. Konduktivitas ionik tinggi (σ Li > 10-4 S/cm) dan konduktivitas elektronik rendah (σe < S/cm) dengan jarak berbagai suhu (-40 C sampai +60 C).

6 2. Stabil secara kimiawi terhadap semua komponen sel (separator, kolektor, bahan kemasan sel). 3. Harus membentuk lapisan pasif yang stabil pada permukaan Elektroda. 4. Dapat mentolerir kondisi ekstrim (listrik, mekanik dan penyalahgunaan termal). 5. Toksisitas rendah dan harga murah (Phlippe B, 2013). 6. Elektrokimia stabil di kisaran tegangan operasi baterai. 7. Viskositas rendah (terkait dengan konduktivitas ionik tinggi). 8. Kemampuan untuk melarutkan garam bahkan pada konsentrasi tinggi (konstanta dielektrik tinggi). 9. Stabil pada rentang temperatur yang tinggi (Gulbrekken,2012) Separator Separator adalah membran berpori yang ditempatkan di antara katoda dan anoda. Membran ini memiliki fungsi mencegah kontak fisik antara elektroda dan memungkinkan pergerakan ion lithium lancar dengan hosting sejumlah besar ionkonduktif cairan elektrolit. Kontak antara elektroda, seperti korsleting, dapat menyebabkan perpindahan panas dan dalam kasus terburuk, kebakaran dan ledakan mungkin terjadi sebagai akibat dari meningkatnya suhu di dalam sel lithium-ion. Oleh karena itu, separator diperlukan untuk mempertahankan sifat fisik dan elektrokimia, bahkan pada suhu yang relatif tinggi (Carvalho et al., 2015). Pori-pori di separator memungkinkan transfer ion lithium dengan berdifusi selama pengisian dan pengosongan. Lapisan-lapisan ini melembutkan dan menutup pori-pori pada suhu yang tinggi (biasanya dalam kisaran 130 sampai 150 C/ F), dan menghentikan proses pengisian atau pengosongan dengan menghambat transportasi ion antara anoda dan katoda. (Mikolajczak C et al., 2011). Berdasarkan morfologi separator, umumnya ada dua jenis separator yaitu membran berpori dan lapisan nonwoven. Meskipun separator efektif dalam mencegah hubungan arus listrik pendek antara anoda dan katoda, keberadaan separator di antara dua elektroda dapat menurunkan konduktivitas efektif elektrolit dan meningkatkan impedansi sel. Hal Ini akan mengurangi luas penampang total ion lithium sedangkan pori-pori terbuka di separator memperpanjang transportasi jalur ionik (Min yang et al., 2012).

7 Bahan seperti serat nonwoven (misalnya nylon, katun, poliester, kaca), film polimer (misalnya polietilena (PE), polypropylene (PP), poly (tetrafluoroethylene) (PTFE), polivinil klorida (PVC), dan zat alami (misalnya karet, asbes, kayu) telah digunakan untuk separator mikro dalam baterai yang beroperasi pada suhu kamar dan rendah (<100 C) (Arora P et al., 2004). Beberapa pertimbangan penting dan mempengaruhi dalam pemilihan separator adalah sebagai berikut : 1. Daya tahan elektrolit (ionik) minimal. 2. Stabilitas mekanis dan dimensi. 3. Kekuatan fisik yang cukup untuk memudahkan perlakuan. 4. Resistansi kimia terhadap degradasi oleh elektrolit, pengotor, elektroda reaktan dan produk. 5. Efektif dalam mencegah migrasi partikel atau koloid atau larut antara dua elektroda (Arora P, 2004). 2.4 Material Katoda untuk Baterai Lithium Ion Material katoda yang sering digunakan pada baterai ion lithium yaitu LiCoO 2, LiMn 2 O 4, LiFePO 4, LiNiO 2. Ketiga material tersebut memiliki bentuk struktur host yang berbeda yang dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 3. Ilustrasi Skematis pada Struktur Host dari (a) LiCoO 2 (Struktur Layered), (b) LiMn 2 O 4 (Struktur Spinel), dan (c) LiFePO 4 (Struktur Olivine) (Sumber: Julien, 2014). Pada struktur host layered, ion lithium berinterkalasi dalam dua arah, pada struktur host spinel interkalasi ion lithium dalam tiga arah, sedangkan pada struktur host olivine interkalasi dalam satu arah (Triwibowo, 2011).

8 2.4.1 LiCoO 2 LiCoO 2 adalah elektroda positif yang paling umum digunakan dalam baterai Li ion komersial karena memiliki potensial yang tinggi 3,9 V dan waktu hidup yang baik. LiCoO 2 memiliki kapasitas teoritis 274 mah/g tetapi hanya setengah dari kapasitas ini (~140 mah/g) yang dapat digunakan dalam sel praktis karena hanya 0,5 Li yang dapat reversibel tanpa kehilangan kapasitas (Philippe B, 2013). LiCoO 2 memiliki struktur kristal layered, selama discharge penyisipan ion Li akan menurunkan tolakan antara lembar CoO 2 dan mengarah ke kontraksi volume ~ 2% (Kejie Z, 2012). Katoda LiCoO 2 bersifat reversibel. Lebih dari 1000 siklus charge-discharge diperoleh tanpa kehilangan kapasitas spesifik yang cukup besar (Wang G, 2000) LiFePO 4 Senyawa ini memiliki jenis struktur olivine. LiFePO 4 memiliki kapasitas reversibel ~160 mah.g -1 dan tegangan operasi. LiFePO 4 mengandung unsur berlimpah, murah dan ramah lingkungan. FePO 4 sangat stabil (terhadap ketidakstabilan elektrolit, termal dan struktural) dan dengan demikian lebih aman daripada oksida TMO (Transition Metal Oxides) yang disajikan sejauh ini. Kapasitas utama tidak berkurang dan kinerja elektrokimia dapat ditingkatkan pada suhu tinggi (sampai 85 C) selama siklus hidup panjang. Kelemahan utama dari LiFePO 4 adalah konduktivitas listrik rendah yang membatasi kapasitas reversibel. Secara paralel, pembentukan senyawa kompleks dengan substitusi parsial Fe oleh logam transisi lainnya (Ni, Co, Mn) digunakan untuk meningkatkan tegangan operasi. LiMnPO 4, LiCoPO 4 dan LiNiPO 4 juga membentuk struktur olivin memiliki masing-masing tegangan operasi dari 4,1V, 4,8V dan 5,1V (Philippe B, 2013) LiMn 2 O 4 (LMO) LiMn 2 O 4 memilki jenis struktur spinel yang memiliki stabilitas struktural yang baik selama proses charge-discharge. Lithium mangan oksida mempunyai struktur spinel dengan kemampuan interkalasi tiga dimensi. Hal ini menyebabkan bahan katoda ini mampu disisipi ion lithium dalam tiga arah. Baterai lithium

9 merupakan baterai yang berbasis ion dengan ion lithium sebagai motor penggerak Spinel LiMn 2 O 4 menunjukkan kurangnya ketahanan dalam siklus hidup dan hilangnya ireversibel dari kapasitas yang cepat pada temperatur tinggi. (Julien, 2014). Insersi dan ekstraksi pada spinel LiMn 2 O 4 menghasilkan tegangan rata-rata 4 V. Spinel LiMn 2 O 4 memiliki keunggulan dibandingkan Co dan Ni yaitu murah, ramah lingkungan dan memiliki stabilitas termal yang lebih besar terutama ketika overcharged, namun kapasitas teoritis LiMn 2 O 4 hanya 148 mah/g (Wang G, 2000). Gambar 4. Struktur Spinel Lithium Mangan Oksida (LiMn 2 O 4 ) (Sumber: Wang G, 2000) Valensi dari Mn dalam stoikiometri LiMn 2 O 4, reaksi spinel elektroda LiMn 2 O 4 pada proses sel lithium : LiMn 2 O 4 Li + + Mn 2 O 4 + e - (1) Reaksi stoikiometri merupakan penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Reaksi kimia merupakan suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi, terbentuk dari beberapa zat aslinya, yang disebut pereaksi. Biasanya, suatu reaksi kimia disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna, pembentukan endapan, atau timbulnya gas. n = m (2) Mr Keterangan : n = mol m = massa (gram) Mr = Massa molekul relative (Wibowo, 2005).

10 2.4.4 LiNiO 2 LiNiO 2 merupakan material katoda yang memiliki struktur layered. LiNiO 2 ini memiliki tingkat toksisitas yang rendah dan lebih murah. Namun, karena ketidakstabilan struktural dari senyawa tersebut sehingga belum dapat dikomersialisasikan sebagai bahan elektroda Li-ion. senyawa stoikiometri sulit didapat karena ion Ni 3+ yang tidak stabil. Stabilitas struktural yang buruk saat cycling dengan kandungan litium rendah membuat sistem ini tidak aman. LiNiO 2 tidak dapat digunakan semestinya, namun sebagian substitusi Ni oleh logam transisi lainnya atau logam redoks yang tidak aktif dapat menstabilkan sistem ini (Philippe B, 2013). Gambar 5. Struktur Oksida Layered LiMO 2 (M=Ni, Co) 2.5 KARAKTERISASI DAN PENGUJIAN Pengkarakterisasian dilakukan pada serbuk material aktif dan baterai. Pada serbuk material aktif dilakukan pengujian X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Sedangkan pada baterai diuji kemampuan baterai dan reaksi reduksi-oksidasi yang terjadi dengan pengujian Cyclic Voltammetry (CV) dan Charge Discharge (CD) untuk melihat kapasitas dari baterai tersebut X-Ray Difraction (XRD) Difraksi sinar-x berfokus pada interaksi radiasi sinar-x dengan sampel kristal padat. Bahan kristal terbuat dari sel unit dasar yang berulang teratur dalam ruang yang mengatur struktur pada jarak jauh. XRD memungkinkan untuk memperoleh Difraktogram atau pola difraksi yang mencerminkan fenomena hamburan elastis terkait dengan interaksi radiasi sinar-x dengan dengan sampel kristal padat. Ketika radiasi sinar-x berinteraksi dengan sampel kristal padat, ia akan menemui atom dalam posisi tetap. Elektron milik atom-atom ini bertindak sebagai

11 pusat hamburan menimbulkan serangkaian gelombang bulat yang merambat di dalam materi. Gambar 6. (a) Representasi Geometri Menurut Hukum Bragg (b) Instrumentasi Susunan Difraktometer Geometri Bragg-Brentano (Sumber: Maroni F et al., 2014) Posisi masing-masing puncak dalam pola difraksi adalah karakteristik dari spesies kimia yang diberikan dan bergantung pada panjang gelombang dari sumber. Instrumental yang beroperasi di θ geometri/2θ ditunjukkan pada Gambar 6. Pola yang dihasilkan analisis difraksi sinar-x (XRD) adalah metode yang efisien untuk menentukan fase yang berbeda dalam sampel. Karena panjang gelombang sinar-x yang digunakan adalah dari urutan yang sama besarnya sebagai jarak antar dan panjang ikatan dalam padatan kristal (~ 1 Å), metode XRD berfungsi dengan baik untuk menentukan struktur bahan kristal. Keuntungan terletak pada kemampuannya untuk memantau perubahan struktural dalam bahan elektroda pada hasil insersi atau deinsersi ion. Landasan teori difraksi terletak pada Hukum Bragg yang menentukan sudut yang benar diperlukan untuk memiliki difraksi dari serangkaian bidang kristal seperti yang ditunjukkan di bawah ini: n λ = 2d sinθ (3) Keterangan : n = urutan sinar (dalam bilangan bulat) λ = Panjang gelombang radiasi, θ = Sudut radiasi d = Ukuran jarak jarak antara dua bidang kristal. (Maroni F, 2011).

12 Struktur kubik material LiMn 2 O 4 parameter kisi (a) dari satu puncak difraksi dapat ditentukan menurut: 1 = 2 +k 2 +l 2 d a 2 (4) d adalah jarak dari bidang kristal dan h, k, l adalah indeks Miller dari refleksi diukur (Eriksson, 2001) Fourier Transform Infra Red (FTIR) FTIR Spektroskopi adalah teknik berdasarkan penentuan interaksi antara radiasi IR dan sampel yang dapat berupa padat, cair atau gas. FTIR mengukur frekuensi di mana sampel menyerap dan juga intensitas serapan ini. Frekuensi yang membantu untuk menyusun identifikasi sampel kimia karena fakta bahwa gugus fungsional kimia yang bertanggung jawab untuk penyerapan radiasi pada frekuensi yang berbeda. Konsentrasi komponen dapat ditentukan berdasarkan intensitas penyerapan. Spektrum adalah plot dua dimensi dimana sumbu diwakili oleh intensitas dan frekuensi penyerapan sampel. Radiasi infra merah dibagi menjadi: 1. Dekat (NIR, ν = cm -1 ); 2. Tengah (MIR, ν = cm -1 ) 3. Jauh (FIR, ν = cm -1 ). Karena semua senyawa menunjukkan karakteristik absorpsi/emisi di wilayah spektral IR dan berdasarkan ini mereka dapat dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan spektroskopi FT-IR. Spektrum NIR pada sampel cair rentan terhadap lingkungan (seperti suhu, kelembaban). Spektrometer FT-IR dapat mendeteksi lebih dari seratus senyawa organik volatil (VOC) yang dipancarkan dari sumber-sumber industri dan biogenik. Selain metode FTIR transmisi tradisional (T- FTIR) (misalnya KBr-pelet). Teknik-teknik modern seperti Attenuated Total Reflection FTIR (ATR-FTIR), dan difusi reflektansi spektroskopi inframerah transformasi Fourier. Pilihan metode yang akan digunakan tergantung pada banyak faktor seperti: informasi yang dibutuhkan (bulk vs analisis permukaan), bentuk fisik sampel, waktu yang dibutuhkan untuk persiapan sampel (Simonescu, 2012).

13 2.5.3 Cyclic voltammetry (CV) Siklik voltametri merupakan teknik yang paling banyak digunakan untuk memperoleh informasi kualitatif tentang reaksi elektrokimia. Identifikasi cepat potensi redoks khas untuk jenis elektroaktif, memberikan informasi yang cukup tentang termodinamika proses redoks, kinetika reaksi transfer elektron heterogen, dan analisis penambahan reaksi elektrokimia atau proses adsorpsi (Brownson, 2013). Gambar 7. (a) Siklik Potensial Sweep (b) Hasil Siklik Voltamogram (Sumber: Brownson, 2013) Siklik voltametri dapat digunakan untuk mempelajari kinetika transfer elektron dan sifat transportasi reaksi elektrolisis. Pada jenis reaksi pada potensi yang berbeda dan dengan intensitas yang berbeda, CV memungkinkan beberapa deteksi dalam satu pengukuran (kualitatif) dan perkiraan konsentrasi (kuantitatif) (Alice D, 2011). Hasil siklik voltammetri adalah plot E vs I dimana puncak yang muncul pada potensial tertentu, menunjukkan adanya proses reaksi redoks aktif. Pada Gambar 7. Menujukkan Potensial memanjang dari E1 ke E2 dan ini tingkat yang dicapai adalah voltammetri scan rate (atau gradien garis) biasanya diukur dalam V/s (Brownson, 2013). Saat tegangan mencapai E 2 scan dibalik dan memanjang kembali ke E 1. Waktu yang dibutuhkan untuk potensial sweep rentang tegangan scan rate (ν), dihitung dari kemiringan V = f (t) (Lancon, 2011). Plot arus terhadap potensial (tegangan) disebut sebagai 'Siklik Voltamogram' (CV). Siklik Voltamogram digunakan untuk reaksi elektrokimia reversibel menggunakan makroelektoda. Pada gambar diatas Epc dan Epa adalah potensi puncak di katoda dan pada anoda. Sedangkan Ipc dan Ipa adalah puncak arus di katoda dan puncaka arus pada anoda (Brownson, 2013).

14 2.5.4 Charge-Discharge (CD) Pengujian sel baterai dilakukan dengan proses charging dan discharging. Untuk mendapatkan performa sebuah baterai maka diperlukan pengujian charge/discharge sehingga didapatkan kapasitas pada sel baterai. Hal yang diutamakan dalam menentukan performa sel baterai terletak pada aspek kimia permukaan yang menghasilkan kontak permukaan yang bagus sehingga menjamin proses interkalasi dan deinterkalasi berjalan dengan baik. Kapasitas baterai dimaksudkan sebagai besarnya energi listrik yang dapat dikeluarkan baterai pada waktu tertentu. Kapasitas baterai tergantung pada jenis material aktif yang digunakan dan kecepatan reaksi elektrokimia pada saat baterai di charge atau discharge. Luasnya kontak permukaan antar material aktif juga akan memperbesar kapasitas baterai. (Triwibowo, 2011). Gambar 8. Kurva Charge-Discharge Baterai Lithium Ion (Sumber: Simpson C, 2011) Tegangan terminal yang diukur dari setiap baterai akan bervariasi seperti yang diisi dan dikosongkan (lihat Gambar 8). MPV (tegangan mid point) merupakan tegangan nominal sel selama charge atau discharge. MPV (tegangan mid point) adalah tegangan nominal sel, dan tegangan yang diukur ketika baterai telah habis 50% dari energi total. tegangan sel diukur pada akhir masa operasi yang disebut EODV, yang merupakan singkatan dari End of Discharge Voltage. Ketika puncak dikenakan, tegangan sel yang sebenarnya akan lebih tinggi dari MPV. Ketika mendekati titik EODV (tegangan discharge akhir), tegangan sel akan kurang dari MPV. EODV kadang-kadang disebut juga sebagai tegangan EOL (end of life) (Simpson C, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi fosil seperti batu bara, bensin dan gas secara terusmenerus menyebabkan persediaan bahan bakar fosil menjadi menipis. Kecenderungan ini telah mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat telah memaksa riset dalam segala bidang ilmu dan teknologi untuk terus berinovasi. Tak terkecuali teknologi dalam bidang penyimpanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi tidak akan lepas dari kehidupan manusia. Penyimpanan energi telah dan akan terus menjadi salah satu yang paling penting dalam teknologi karena konsumsi energi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baterai Ion Lithium Baterai didefenisikan sebagai suatu alat yang dapat mengubah langsung energi kimia menjadi energi listrik melalui proses elektrokimia. Sel baterai adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baterai Baterai adalah sel elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik dengan suatu reaksi elektrokimia. Komponen utama baterai, yaitu: 1. Elektroda negatif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Baterai Baterai adalah alat yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui proses elektrokimia yaitu proses terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baterai Lithium Baterai lithium merupakan salah satu jenis baterai sekunder (rechargeable battery) yang dapat diisi ulang dan merupakan baterai yang ramah lingkungan karena

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE 1 PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE Arum Puspita Sari 111010034 Dosen Pembimbing: Dr. Mochamad Zainuri, M. Si Kamis, 03 Juli 2014 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah sumber kehidupan masyarakat modern. Pemanasan global, persediaan bahan bakar fosil dan polusi kota mendorong untuk menggunakan energi terbarukan (Tarascon,2010).

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dielektrik.gambar 2.1 merupakan gambar sederhana struktur kapasitor. Bahan-bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dielektrik.gambar 2.1 merupakan gambar sederhana struktur kapasitor. Bahan-bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baterai Baterai merupakan unit mandiri yang menyimpan energi kimia, dan mengubah langsung ke dalam energi listrik untuk daya berbagai aplikasi. Baterai diklasifikasikan ke dalam

Lebih terperinci

PENGARUH LUAS ELEKTRODA TERHADAP KARAKTERISTIK

PENGARUH LUAS ELEKTRODA TERHADAP KARAKTERISTIK Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 06, No. 02 (2016) 43 48 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran PENGARUH LUAS ELEKTRODA TERHADAP KARAKTERISTIK BATERAI LiFePO 4 ADITYA SATRIADY, WAHYU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Konsumsi energi yang sedemikian tinggi menyebabkan sumber energi minyak bumi semakin menipis (Minami, 2005).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Baterai Baterai adalah komponen dari perangkat elektronik yang berperan sebagai perangkat penyimpanan energi yang dapat mengkonversikan energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan

Lebih terperinci

SKRIPSI NURCITRA REHULINA BR GINTING

SKRIPSI NURCITRA REHULINA BR GINTING SINTESIS LITHIUM MANGAN OKSIDA (LiMn 2 O 4 ) UNTUK KATODA BATERAI LITHIUM ION SKRIPSI NURCITRA REHULINA BR GINTING 130801059 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI 2.1 Baterai 2.1.1 Pengertian Baterai Baterai merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui proses elektrokimia. Ada dua macam sel elektrokimia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Baterai Lithium Baterai Lithium telah dipertimbangkan sebagai sebuah sumber tenaga listrik yang digunakan untuk berbagai aplikasi seperti telepon seluler, laptop, kamera,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baterai 2.1.1. Pengertian Baterai Baterai adalah unit mandiri yang menyimpan energi kimia dan pada proses charging, mengubahnya langsung menjadi energi listrik untuk daya berbagai

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkuit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BATERAI Baterai adalah unit mandiri yang menyimpan energi kimia dan pada proses charging, mengubahnya langsung menjadi energi listrik untuk daya berbagai aplikasi. Ada dua

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Membran Polimer Elektrolit Nanokomposit untuk Aplikasi Baterai Ion- Litium BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Membran Polimer Elektrolit Nanokomposit untuk Aplikasi Baterai Ion- Litium BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Alat yang digunakan: a. Pembuatan Larutan Membran Elektrolit 1. Gelas Beaker 2. Pengaduk merkuri 3. Sendok 4. Gelas arlogi 5. Kaca lembaran ukuran 15

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Voltametri adalah salah satu metode elektroanalitik dimana informasi mengenai analit diperoleh dari pengukuran arus sebagai fungsi dari potensial yang diterapkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

10/22/2015 BATERAI BATERAI BATERAI

10/22/2015 BATERAI BATERAI BATERAI Baterai didefinisikan sebagai peralatan (device) yang mengubah energi kimia yang terkandung di dalamnya menjadi energi listrik secara langsung dan spontan. Prinsip kerja yang digunakan dalam reaksi baterai

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. PEMANFAATAN PASIR BESI UNTUK BAHAN PEMBUATAN LITHIUM FERRO PHOSPHATE (LiFePO4) SEBAGAI MATERIAL KATODA.

LAPORAN TUGAS AKHIR. PEMANFAATAN PASIR BESI UNTUK BAHAN PEMBUATAN LITHIUM FERRO PHOSPHATE (LiFePO4) SEBAGAI MATERIAL KATODA. LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN PASIR BESI UNTUK BAHAN PEMBUATAN LITHIUM FERRO PHOSPHATE (LiFePO4) SEBAGAI MATERIAL KATODA Disusun Oleh: BAGAS SURYA UTAMA I 8313009 POERWOKO DARMAWAN I 8313043 PROGRAM

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 lapisan (N) dengan melihat spektrum difraksinya. Persamaan yang digunakan dalam penentuan ciri fisika-kimia diatas adalah: 2d sin L L c 002 a 100 N L K / cos K / cos Ket : d = Jarak antar lapisan (nm)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

UJI PENGARUH LUAS ELEKTRODA TERHADAP KARAKTERISTIK BATERAI LiFePO 4

UJI PENGARUH LUAS ELEKTRODA TERHADAP KARAKTERISTIK BATERAI LiFePO 4 Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor UJI PENGARUH LUAS ELEKTRODA TERHADAP KARAKTERISTIK BATERAI LiFePO 4 SAHRUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon. 3 Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga penuh dan padat. Permukaan elektrode dihaluskan menggunakan ampelas halus dan kertas minyak hingga licin dan berkilau (Gambar 2). Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuel cell merupakan sistem elektrokimia yang mengkonversi energi dari pengubahan energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Fuel cell mengembangkan mekanisme

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Dr. Ivandini Tribidasari A.

ELEKTROKIMIA Dr. Ivandini Tribidasari A. kimiapararel2009@gmail.com ELEKTROKIMIA Dr. Ivandini Tribidasari A. Bab Minggu ke- Judul 1 1 Pendahuluan dan Overview of Electrode Process 2 2 Potential dan Termodinamika Sel 3 3 Kinetika Reaksi Elektroda

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 205/206 MATA PELAJARAN KELAS : KIMIA : XII IPA No Stansar Materi Jumlah Bentuk No Kompetensi Dasar Inikator Silabus Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permintaan kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan secara pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem tegangan tinggi

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Kebutuhan energi dalam kehidupan makin meningkat, sementara sumber energi yang tak dapat terbarukan menjadi makin berkurang. Oleh karena itu perlu

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran

BAB III DASAR TEORI. mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran 9 BAB III DASAR TEORI 3.1 Asam Urat Asam urat (uric acid) adalah senyawa turunan purina dengan rumus kimia C5H4N4O3 dan rasio plasma antara 3,6 mg/dl (~214 µmol/l) dan 8,3 mg/dl (~494 µmol/l) (1 mg/dl

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap manusia di dunia terutama energi listrik. Dewasa ini kebutuhan energi yang semakin meningkat tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU MILLING LiFePO 4 TERHADAP PERFORMA BATERAI LITHIUM

PENGARUH WAKTU MILLING LiFePO 4 TERHADAP PERFORMA BATERAI LITHIUM PENGARUH WAKTU MILLING LiFePO 4 TERHADAP PERFORMA BATERAI LITHIUM MUHAMMAD NUR SABIQ MAULANA NIM: 41313310002 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS

Lebih terperinci

EFEK DUAL DOPING Mg + DAN Al - TERHADAP ANODA Li4Ti5O12 MENGGUNAKAN REAKSI SOLID STATE DAN HIDROTERMAL

EFEK DUAL DOPING Mg + DAN Al - TERHADAP ANODA Li4Ti5O12 MENGGUNAKAN REAKSI SOLID STATE DAN HIDROTERMAL EFEK DUAL DOPING Mg + DAN Al - TERHADAP ANODA Li4Ti5O12 MENGGUNAKAN REAKSI SOLID STATE DAN HIDROTERMAL Achmad Subhan, Miftahuddin, Paulus Lobo G. Laboratorium Baterai Litium, LIPI Fisika Serpong Tangerang

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

D3 Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta II.1 Baterai BAB II LANDASAN TEORI Baterai didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat mengubah langsung energi kimia menjadi energi listrik melalui proses elektrokimia. Sel baterai adalah unit terkecil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab IV ini akan menjelaskan kajian dari efek fotoinisiator yang akan mempengaruhi beberapa parameter seperti waktu pemolimeran, kelarutan poly tetrahydrofurfuryl

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri adalah salah satu teknik analisis yang sering digunakan di bidang kimia analitik. Pada teknik ini, arus dari elektroda kerja diukur sebagai fungsi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BATERAI SENG UDARA MENGGUNAKAN FOTO POLYMER TETRAHYDROFURFURYL ACRYLATE (THFA)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BATERAI SENG UDARA MENGGUNAKAN FOTO POLYMER TETRAHYDROFURFURYL ACRYLATE (THFA) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BATERAI SENG UDARA MENGGUNAKAN FOTO POLYMER TETRAHYDROFURFURYL ACRYLATE (THFA) Disusun Oleh: Nama : Robi Suherman NIM : 41313010039 Program Studi : Teknik Mesin DIAJUKAN UNTUK

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri digunakan untuk menganalisis analit berdasarkan pengukuran arus sebagai fungsi potensial. Hubungan antara arus terhadap potensial divisualisasikan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia. Sehingga para peneliti terus berupaya untuk mengembangkan sumber-sumber energi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto. Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto III Non Reguler JURUSAN ANALISA FARMASI DAN MAKANAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci