USM. PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI LARUTAN GARAM terhadap KUALITAS INTERIOR dan TPC (Total Plate Count) pada TELUR AYAM ASIN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USM. PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI LARUTAN GARAM terhadap KUALITAS INTERIOR dan TPC (Total Plate Count) pada TELUR AYAM ASIN SKRIPSI"

Transkripsi

1 USM PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI LARUTAN GARAM terhadap KUALITAS INTERIOR dan TPC (Total Plate Count) pada TELUR AYAM ASIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi S-1 Teknologi Hasil Pertanian Disusun Oleh : ULFA FITRIA NINGRUM D JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS SEMARANG 2017

2 USM PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI LARUTAN GARAM terhadap KUALITAS INTERIOR dan TPC (Total Plate Count) pada TELUR AYAM ASIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi S-1 Teknologi Hasil Pertanian Disusun Oleh : ULFA FITRIA NINGRUM D JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS SEMARANG 2017 i

3 ii

4 iii

5 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ulfa Fitria Ningrum NIM : D Program Studi : S-1 Teknologi Hasil Pertanian Fakultas / Universitas : Teknologi Pertanian / Universitas Semarang Menyatakan bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI LARUTAN GARAM terhadap KUALITAS INTERIOR (Indeks Kuning Telur, Indeks Putih Telur, Indeks Haugh) dan TPC (Total Plate Count) pada TELUR AYAM ASIN adalah hasil penelitian saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi. Dalam skripsi ini juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah atau diterbitkan, kecuali yang secara tertuis diacu dalam naskah ini dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku. Semarang, 3 Februari 2017 Yang Menyatakan, Ulfa Fitria Ningrum iv

6 RINGKASAN Ulfa Fitria Ningrum. D : Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Larutan Garam terhadap Kualitas Interior (Indeks Kuning Telur, Indeks Putih Telur, dan Indeks Hough) dan TPC (Total Plate Count) pada Telur Ayam Asin. (Pembimbing Sudjatinah dan C. Hari Wibowo). Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Telur mengandung gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat yang sangat baik dan mudah dicerna. Telur asin merupakan telur utuh yang diperam dengan menggunakan garam dapur (NaCl). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai perbedaan konsentrasi larutan garam terhadap kualitas interior dan TPC penyimpanan chiller pada telur ayam asin. Penelitian dilaksanakan di Laboraturium Rekayasa Pangan Universitas Semarang dan Laboraturium Ilmu Gizi dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang, pada bulan November-Desember Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu konsentrasi larutan garam. Perlakuan yang diterapkan adalah P1 = air 5000 ml : 1250 g garam, P2 = air 5000 ml : 1400 g garam, P3 = 5000 ml : 1550 g garam, dan P4 = air 5000 ml : 1700 g garam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh (p<0,05) terhadap inde ks kuning telur dan TPC, tetapi tidak berpengaruh (p>0,05) terhadap indeks putih telur dan indeks hauhg. Dipilih P4 sebagai perlakuan terbaik dengan indeks kuning telur 0,41 ; indeks putih telur 0,066 ; indeks haugh 70,6 dan TPC 0,859. Kata kunci : Telur Asin, Larutan Garam, Kualitas Interior, TPC v

7 ABSTRACT Ulfa Fitria Ningrum D effect of salt solution concentration differences on the quality of interior (Index Egg Yolk, Egg White Index and Index Hough) and Content Storage Chiller TPC at Salty Chicken Eggs ". (Supervisor Sudjatinah and C. Hari Wibowo). Eggs are farm products that contributed most to the achievement of community nutritional adequacy. Eggs contain enough nutrition perfect because it contains substances that are very good and easy to digest. Salted eggs are whole eggs are brooded by using common salt (NaCl). This study aims to determine the effect of various concentrations of saline solution difference to the quality of the interior and storage TPC chiller on salted chicken eggs. Research conducted at the Laboratory of Food Engineering University of Semarang and the Laboratory of Nutrition and Food Technology, University of Muhammadiyah Semarang, in November-December The method used was completely randomized design with one factor soaking period. Treatment applied is P1 = Water 5000 ml 1250 g of salt, P2 = 5000 ml water: 1400 g of salt, P3 = 5000 ml: 1550 g of salt, and P4 = 5000 ml water: 1700 g of salt. The results showed that the treatment effect (p <0.05) on the index of yolk and TPC, but had no effect (p> 0.05) on egg white index and the index hauhg. P4 chosen as the best treatment with egg yolk index of 0.41; egg white index 0,066; Haugh index 70.6 and the TPC Keywords: Salted Egg, salt solution, Quality Interior, TPC vi

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan Rahmat dan HidayahNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya atas bantuan dan dukungan penuh dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar membimbing, membantu dan memberi semangat kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ir. Sudjatinah, M.Si selaku Dosen pembimbing utama dan C. Hari Wibowo, S.Pt, MP., selaku Dosen pembimbing anggota yang telah banyak memberi motivasi, saran, dan bimbingan sejak penyusunan dari awal hingga terselesainya proposal skripsi ini. 2. Ir. Adi Sampurno, M.Si selaku dosen Penguji I, terima kasih atas seluruh masukan dan kritikan yang membangun dalam perbaikan penulisan sekripsi ini. 3. Ir. Sri Budi Wahjuningsih, M.P selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas. 4. Ir. Bambang Kunarto, M.P selaku Ketua Jurusan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang. 5. Ir. Sri Untari, M.Si selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan motivasi, dan saran dalam proposal sekripsi ini. 6. Orang tua tercinta, yang selalu memberi semangat, mengiringi langkah saya dengan doa dan kasih sayang yang tulus. vii

9 7. Teman seperjuanganku anak-anak Fakultas Teknologi Pertanian lintas jalur angkatan Teman-teman di luar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang, yang senantiasa memberi semangat. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut memberikan dukungan dalam penelitian dan penyusunan Proposal Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun proposal sekripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, harapan penulis semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semarang, Januari 2017 Penulis viii

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN I... ii HALAMAN PENGESAHAN II... iii SURAT PERYATAAN SKRIPSI... iv RINGKASAN... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan masalah... 2 C. Tujuan... 2 D. Manfaat... 3 E. Hipotesis... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Definisi Telur Ayam... 4 B. Struktur dan Komposisi Telur Kerabang Telur Putih Telur (albumen) Kuning Telur (yolk)... 7 C. Telur Asin (Pengasinan)... 8 D. Jenis Media Pengasinan Air Garam E. Kualitas Interior ix

11 1. Indeks Putih Telur Indeks Kuning Telur Indeks Haugh F. TPC (Total Plate Count) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat C. Prosedur Penelitian D. Variabel Penelitian E. Rancangan Percobaan F. Analisis Data BAB IV PEMBAHASAN A. Indeks Kuning Telur B. Indeks Putih Telur C. Indeks Haugh D. TPC (Total Plate Count) BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.Perbedaan Kandungan Gizi Per 100 Gram Telur Ayam Ras dengan Telur Puyuh dan Telur Itik Rata - Rata Indeks Kuning Telur Rata - Rata Indeks Putih Telur Rata - Rata Indeks Haugh Rata - Rata TPC (Total Pltae Count) xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Struktur Telur Diagram Alir Proses Pembuatan Larutan Garam Sesuai Konsentrasi Diagram Alir Proses Pembuatan Telur Asin Grafik Indeks Kuning Telur Grafik Indeks Putih Telur Grafik Indeks Haugh Grafik TPC (Total Plate Count) xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Analsis Ragam Indeks Putih Telur Analsis Ragam Indeks Kuning Telur Analsis Ragam Indeks Haugh Telur Analsis Ragam TPC (Total Plate Count) Dokumentasi Penelitian xiii

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Sebutir telur mengandung gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang sangat baik dan mudah dicerna (Sudaryani 2003). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperpanjang daya simpan telur adalah dengan pengasinan atau pembuatan telur asin. Pengasinan dapat ditambah dengan konsentrasi larutan garam untuk meningkatkan umur simpan sekaligus memberikan cita rasa dari telur. Telur asin merupakan telur utuh yang diperam dengan mengggunakan garam dapur (Na Cl). Telur asin juga merupakan salah satu metode pengawetan telur sehingga dapat disimpan lebih lama. Telur asin umumnya dibuat dengan cara tradisional yaitu pemeraman telur dengan menggunakan larutan garam 10 hari. Setelah dilakukan pemeraman telur asin lalu dicuci dan direbus. Menurut Sarwono (1995) pengawetan telur dengan pengasinan akan menghasilkan telur asin bercita rasa. Penambahan garam pada telur dalam jumlah tertentu dapat menaikan tekanan osmotik yang menyebabkan plasmolisis pada sel mikroba, mengurangi daya kelarutan oksigen, menghambat kegiatan enzim proteolitik dan sifat garam yang higroskopik menyebabkan aw menurun. 1

16 Teknologi pengawetan telur asin yang berkembang saat ini yaitu dengan pemberian garam dapur. Jenis media pengasinan sangat berpengaruh terhadap kualitas telur asin, penggunaan media seperti larutan air garam diharapkan mempunyai pengaruh terhadap telur ayam asin. B. Perumusan Masalah Telur merupakan makanan yang banyak disukai masyarakat, karena kandungan gizi yang tinggi, murah, dan mudah cara mengolahnya tetapi telur ayam mempunyai kelemahan yaitu cepat mengalami kebusukan, berbagai cara bisa dilakukan untuk memperpanjang daya simpan telur, salah satunya dengan pengasinan. Ada berbagai media pengasinan telur asin salah satunya dengan menggunakan larutan garam. Apakah dengan Perbedaan Konsentrasi Larutan Garam akan Berpengaruh terhadap Kualitas Interior, dan TPC (Total Plate Count) penyimpanan chiller pada pembuatan telur ayam asin. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai Perbedaan Konsentrasi Larutan Garam Terhadap Kualitas Interior, dan TPC (Total Plate Count) penyimpanan chiller pada telur ayam asin yang dihasilkan. 2

17 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam pembuatan telur asin dengan menggunakan air garam sebagai media pengasinan telur, disisi lain diharapkan dengan mengetahui konsentrasi garam yang tepat akan diperoleh hasil telur asin yang sesuai dengan selera konsumen. E. Hipotesis Diduga dengan menggunakan konsentrasi larutan garam yang berbeda akan berpengaruh terhadap Kualitas Interior, dan TPC (Total Plate Count) penyimpanan chiller dalam pengasinan telur ayam yang di hasilkan. H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. 3

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Telur Ayam Telur ayam adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat mengonsumsi telur ayam untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini karena telur ayam relatif murah dan mudah diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2009). Telur tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur (kerabang) bagian cairan bening (albumen), dan bagian cairan yang berwarna kuning (Rasyaf, 1990). Telur ayam mempunyai kandungan protein yang tinggi dan susunan protein yang lengkap, akan tetapi lemak yang terkandung di dalamnya juga tinggi. Secara umum telur ayam dan telur itik merupakan telur yang paling sering di konsumsi oleh masyarakat (Sudaryani, 2003). Perbedaan zat gizi telur ayam dengan telur itik dan telur puyuh dapat dilihat pada Tabel 1. 4

19 Tabel 1. Perbedaan Kandungan Gizi Per 100 g Telur Ayam dengan Telur Puyuh dan Telur Itik. Zat Gizi Telur Ayam Telur Puyuh Telur Itik Energi (kkal) Protein (g) 12,58 13,05 12,81 Total lemak (g) 9,94 11,09 13,77 Karbohidrat (g) 0,77 0,41 1,45 Kalsium/Ca (mg) Besi/Fe (mg) 1,83 3,65 3,85 Magnesium/Mg (mg) Fosfor/P (mg) Kalium/K (mg) Natrium/Na (mg) Seng/Zn (mg) 1,11 1,47 1,41 Tembaga/Cu (mg) 0,102 0,062 0,062 Mangan/Mn (mg) 0,038 0,038 0,038 Selenium/Se (mkg) 31,7 32,0 36,4 Thiamin (mg) 0,069 0,069 0,156 Riboflavin (mg) 0,478 0,478 0,404 Niasin (mg) 0,070 0,070 0,200 Asam panthothenat 1,438 1,438 1,862 (mg) Vitamin B6 (mg) 0,143 0,143 0,250 Vitamin B12 (mg) 1,29 1,58 5,40 Vitamin A (IU) Vitamin E (mg) 0,97 1,08 1,34 Vitamin K (mkg) 0,3 0,3 0,4 Kolestrol (mg) Sumber: USDA (2007) B. Struktur dan Komposisi Telur Struktur dan komposisi telur ayam tidak berbeda dengan telur lainnya. Telur segar secara umum mengandung bahan utama yang terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Telur terdiri dari kerabang telur, putih telur, dan kuning telur. Berdasarkan bobot telur, perbandingan antara ketiga komposisi tersebut adalah 12,0 % kerabang telur ; 52,6 % putih telur ; dan 35,4 % kuning telur (Campbell dan Lasley, 1977). 5

20 Adapun struktur dari telur dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). 1. Kerabang Telur Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan pori-pori kerabang yang berguna untuk pertukaran gas dari dalam dan luar kerabang telur (Sumarni dan Djuarnani, 1995). Komposisi kerabang telur terdiri atas 98,2% kalsium, 0,9% magnesium dan 0,9% fosfor (Stadelman dan Cotteril, 1973). 6

21 Kerabang telur dilindungi oleh lapisan kutikula luar dan membran kerabang dalam. Pada bagian kerabang telur ditemukan dua selaput membran, yaitu membran kerabang telur (Outer Shell Membrane) dan membran putih telur (Inner Shell Membrane) yang berfungsi melindungi isi telur dari infiltrasi bakteri dari luar. Pada kerabang telur terdapat pori-pori. Banyaknya pori-pori per butir telur ayam berkisar antara yang digunakan untuk pertukaran gas. Pori-pori tersebut berukuran 0,01-0,07 µm dan tersebar di seluruh permukaan telur (Kurtini et al., 2011). 2. Putih Telur (Albumen) Putih telur merupakan bagian yang sangat diperhatikan karena sifat biokimianya sehubungan dengan kualitas telur. Putih telur atau disebut juga albumen merupakan sumber utama protein yang mengandung niasin dan riboflavin (USDA, 2007). Warna jernih atau kekuningan pada putih telur disebabkan oleh pigmen ovoflavin (Romanoff dan Romanoff, 1963). Bagian putih telur terdiri atas 4 lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu lapisan encer luar, lapisan encer dalam, lapisan kental luar, dan lapisan kental dalam (Sarwono, 1995). 3. Kuning Telur (Yolk) Kuning telur merupakan emulsi lemak dalam air dan merupakan bagian yang lebih kental dari pada putih telur. Kuning telur 7

22 terdiri atas 3 bagian, yaitu membran vitelin, germinaldisc, dan kuning telur (Kurtini et al., 2011). Membran vitelin memiliki ketebalan 6-11 mm dan terdiri dari 4 lapis, yaitu plasma membran, inner layer, continous membrane, dan outer layer. Membran vitelin sebagian terbentuk di ovarium, dan lainnya dibentuk di oviduct, beratnya sekitar 50 mg. Germinaldisc adalah bagian kecil dari ovum yang setelah terjadi ovulasi mengandung inti diploid zygote dan jika tidak dibuahi adalah sisa dari haploid pronucleus betina. Germinaldisc sering disebut blastoderm jika dibuahi dan blastodisc jika belum dibuahi oleh sperma. Germinaldisc ini terbentuk dari sitoplasma, oocyte, dan mengandung cytoplasmic inclusions yang penting untuk aktivitas metabolisme normal dari perkembangan embrio. Kuning telur memiliki diameter µm dan kuning telur mengandung pigmen karotenoid yang dihasilkan oleh oxycarotenoids (Kurtini et al., 2011). Pigmen tersebut secara linier dipengaruhi oleh tingkat pigmen di dalam makanan. Selama penyimpanan, air dapat berpindah dari putih telur ke kuning telur (Abbas, 1989). C. Telur Asin ( Pengasinan ) Telur asin adalah masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi 8

23 dalam waktu satu bulan. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat (Anonim, 2013 ). Pengasinan telur merupakan upaya untuk pengawetan telur yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan merendam telur didalam larutan garam akan mengalami osmosis karena telur tersebut ditempatkan pada lingkungan konsentrasinya lebih encer dari pada di dalam telur ( isi telur). Telur sebagai sel tunggal yang terbungkus cangkang yang memiliki pori-pori dan merupakan membran yang bersifat selektif permeabel, kuning telur sebagai inti. Hal itu menyebabkan air garam masuk ke dalam telur melewati membran/cangkang telur karena konsentrasi di dalam lebih tinggi dari pada di luar, sehingga telur menjadi asin. Hal ini juga sesuai dengan pengertian osmosis yaitu proses perpindahan molekul-molekul zat terlarut dari konsentrasi rendah (hipotonik) ke konsentrasi tinggi (hipertonik) (Diana Ayu syifa, 2013). Pengasinan dengan cara perendaman di dalam larutan garam jenuh dan selanjutnya telur yang sudah dicuci direndam dalam larutan garam tersebut selama kurang lebih hari (Sudaryani,1996). 9

24 D. Jenis Media Pengasinan 1. Air Menurut pernyataan Belitz dan Grosh (1999) air pada bahan pangan digunakan sebagai media yang mendukung reaksi kimia dan merupakan reaktan langsung pada proses hidroksi. Penambahan garam akan menyebabkan kandungan air berkurang dan mempengruhi pertumbuhan mikroorganisme dan dapat memperpanjang waktu simpan. Air juga bereaksi fisik dengan protein, polisakarida, lemak yang memberikan konstribusi secara signifikan pada tekstur makanan atau bahan pangan. 2. Garam Garam adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat beberapa contoh garam, antara lain: NaCl, CaCl 2, ZnSO 4, NaNO 2, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari hari tentu kamu tidak asing dengan garam. Contoh garam adalah garam dapur (NaCl) yang biasa digunakan untuk keperluan memasak (Anonim, 2011). Penggaraman merupakan salah satu cara pengawetan yang sudah lama dilakukan masyarakat. Garam dapat bertindak sebagai pengawet karena garam akan menarik air dari bahan pangan sehingga mikroorganisme pembusuk tidak dapat berkembang biak karena menurunnya aktivitas air. Garam digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme pencemar seperti mikroorganisme protiolitik dan spora. Sifat-sifat anti mikroorganisme dari garam. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme 10

25 pembusuk atau proteolitik dari bentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau dengan kadar garamnnya rendah yaitu 6%. Mikroorganisme patogen termasuk Clostiridium botulinum kecuali Streptococcus aureus dapat dihambat oleh konsentrasi garam sampai 10%-12%. Beberapa mikroorganisme terutama jenis Leuconostoc dan Lactobacillus dapat tumbuh dengan cepat dengan adanya garam. Garam juga mempengaruhi aw dari bahan sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme seperti bakteri halofilik (bakteri yang bertahan hidup pada konsentrasi garam tinggi) dapat tumbuh pada larutan garam hampir jenuh, tetapi membutukan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan (Estiasih, 2009). E. Kualitas Interior Telur Kualitas telur dapat diartikan sebagai sekumpulan sifat-sifat yang dimiliki oleh telur dan memiliki pengaruh terhadap penilaian konsumen. Menentukan kualitas telur terutama bagian isi dalam telur dapat diketahui dengan peneropongan dan melakukan penilaian kualitas internal telur dengan memecahkan telur kemudian menempatkannya pada meja kaca, selanjutnya penilaian utama dilakukan terhadap putih dan kuning telur kemudian penentuan kualitas internal telur yang paling baik adalah berdasarkan indeks haugh yang merupakan indeks dari tinggi putih telur kental terhadap berat telur. Semakin tinggi indeks haugh, semakin baik kualitas putih telur, ini menandakan telur masih segar (Kurtini et al., 2011). 11

26 Indeks telur merupakan perbandingan antara lebar dengan panjang telur. Menurut Piliaung (1992), bahwa bentuk telur dipengaruhi oleh lebar tidaknya diameter isthmus. Apabila diameter isthmus lebar, maka bentuk telur yang dihasilkan cenderung bulat dan apabila diameter isthmus sempit, maka bentuk telur yang dihasilkan cenderung lonjong. 1. Indeks Putih Telur (Albumen Indeks) Indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur dengan diameter rata-rata putih telur kental. Indeks putih telur segar berkisar antara 0,050-0,174, meskipun biasanya berkisar antara 0,090 0,120. Semakin tua umur telur maka diameter putih telur akan semakin lebar sehingga indeks putih telur akan semakin kecil (Winarno dan Koswana, 2002) Perubahan putih telur disebabkan oleh pertukaran gas antara udara luar dengan isi telur melalui pori-pori kerabang telur dan penguapan air akibat dari lama penyimpanan, suhu, kelembaban dan porositas kerabang telur (Yuwanta,2010). 2. Indeks Kuning Telur (Yolk Indeks) Indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi dengan garis tengah kuning telur. Indeks kuning telur segar berkisar antara 0,30-0,50. Yang mempengauhi indeks kuning telur adalah berat kuning telur dan umur simpannya. Semakin kecil beratnya, maka semakin besar indeksnya dan semakin lama disimpan maka semakin menurun indeks kuning telur tersebut (Buckle et al., 1985). 12

27 3. Indeks Haugh Hasil pengamatan menunjukkan bahwa telur segar memiliki nilai Haugh unit yang tinggi. Selama penyimpanan indeks haugh mengalami penurunan. Menurut pernyataan Silverside dan Budgell (2004) penurunan indeks haugh disebabkan oleh beberapa perubahan. Perubahan tersebut antara lain, penguraian senyawa NaHCO 3 menjadi NaOH dan CO 2. Menurut Dwidjoseputro (2005) bahwa tinggi rendahnya penyerapan suatu zat tergantung pada konsentrasi dan lamanya terkena zat tersebut. Komponen utama yang menentukan indeks haugh adalah berat telur dan tinggi putih telur tebal. Semakin besar nilai berat telur dan tinggi putih telur, maka nilai indeks haugh semakin tinggi (Kusumawati et al., 2012). Hal ini berarti kualitas telur juga akan semakin baik. Indeks haugh telur segar sebesar kisaran antara (Monthey, 1976). F. TPC (Total Plate Count) Telur yang disimpan akan mengalami beberapa perubahan fisik maupun kimiawi pada telur. Perubahan fisik umumnya disebabkan karena penguapan air dan gas-gas dari dalam telur, sedangkan perubahan kimiawi umumnya disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam telur. Semakin banyak pori-pori yang terbuka, penguapan dan penyusutan isi telur akan semakin besar, disamping itu bakteri dan jamur mudah masuk kedalam telur sehingga berpengaruh buruk terhadap isi telur, walaupun banyak bakteri dan jamur yang dapat ditahan oleh selaput telur dan putih telur, tetapi ada juga yang 13

28 sampai kekuning telur dan berkembang, sehingga mengakibatkan telur menjadi busuk dan rusak (Anonim, 2012). Terkontaminasinya telur oleh mikroba tergantung dari kelembaban dan suhu tempat penyimpanan serta hilangnya lapisan kutikula pada permukaan kulit dan dalam (putih dan kuning) telur, sehingga mikroba mudah masuk kedalam telur dan berkembang biak. Jumlah mikroba bagian dalam telur antara atau rata-rata 10 5 koloni/ml (Anonim, 2009). Kerusakan dan kebusukan telur akan dipercepat bila diletakkan pada tempat yang lembab dan kotor. Mikroba yang umum terdapat di dalam telur adalah jenis Pseudomonas, Cladosporium, Penicillium, dan Sporotrichum. Bakteri-bakteri yang ada pada permukaan kulit telur adalah: Steptococcus, Staphylococcus, Micrococcus, Sarcina, Athrobacter, Bacillus Pseudomonas, Alkaligenes, Flayobacterium, Cytopaga, Coli, aerogenes, Aeromona, Proteus, Serratia, sedangkan bakteri-bakteri yang pernah diisolasi dari telur yang busuk adalah Coli aerogenes, Proteus, Aeromonas, Pseudomonas, Alcaligenes serta Achromobacter. Bakteri yang selalu ditemui pada telur yang rusak biasanya Pseudomonas fluorescens, Pseudomons maltophilia, Aeromonas, Hafnia dan Citrobacter (Riley et.al., 2003.). Menurut Fardiaz (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme antara lain meliputi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi ph, aw, kemampuan mengoksidasi dan mereduksi, kandungan nutrien, bahan antimikroba, dan struktur bahan 14

29 makanan. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi adalah suhu penyimpanan, kelembaban, tekanan gas (O 2 ), cahaya dan pengaruh sinar ultraviolet. Menurut Yudhabuntara (2010) terdapat faktor proses dan faktor implisit. Faktor proses meliputi : proses teknologi pengolahan bahan makanan (pemanasan, pengeringan, modifikasi ph, penggaraman, curing, pengasapan, iradiasi, tekanan tinggi, dan pemberian bahan tambahan pangan) mengubah bahan makanan tersebut yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Faktor implisit adalah adanya sinergisme atau antagonisme di antara mikroorganisme di dalam bahan makanan. Ketika mikroorganisme tumbuh pada bahan makanan dia akan bersaing untuk memperoleh ruang dan nutrien. Dengan demikian akan terjadi interaksi di antara mikroorganisme yang berbeda yang dapat saling mendukung maupun saling menghambat. 15

30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Rekayasa Pangan Universitas Semarang Dan Laboraturium Ilmu Gizi dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan bulan November - Desember B. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam berumur 0-3 hari, yang diperoleh dari peternakan ayam di Desa Lemah Mendak Kecamatan Mijen Semarang, Jawa Tengah. Dengan berat telur ayam rata-rata sekitar g per butir, air galon, dan garam krosok. Bahan Untuk Analisa TPC : sampel telur ayam asin, aquades steril, media agar (PCA), alkohol 70%. 2. Alat Alat utama yang digunakan adalah stoples, timbangan analitik, amplas, pisau stainless steel, baskom, gelas ukur, egg tray. Alat uji : penggaris, meja kaca datar, jangka sorong, pisau, autoklaf, beaker glass, cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, inkubator, refrigerator, pipet makro, hand counter. 16

31 C. Prosedur Penelitian Langkah penelitian proses pembuatan telur ayam asin adalah sebagai berikut : 1. Preparasi Bahan Telur ayam yang digunakan mempunyai umur yang sama yaitu 0-3 hari, kemudian dilakukan sortasi atau pemilihan telur ayam yang baik untuk digunakan, lalu dilakukan pencucian agar kotoran yang menempel pada kulit telur hilang, lalu tiriskan. Selanjutnya telur ayam diamplas agar membantu mempermudah penetrasi garam ke dalam telur ayam. 2. Pembuatan Larutan Garam Dapur dalam Berbagai Konsentrasi, sebagai berikut: Garam 3. Air P1, P2, P3,P ml P1 = 1250 g, P2 = 1400 g P3 = 1550 g, P4 = 1700 g Perebusan (suhu 120 o C, 30 menit) Pendinginan (suhu 30 o C, 20 menit) Penyaringan Kotoran Larutan Garam Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Larutan Garam Sesuai Konsentrasi. Sumber : Anonim,

32 Keterangan : a) Garam g dalam air ml (Konsentrasi 25 %) b) Garam g dalam air ml (Konsentrasi 28%) c) Garam g dalam air ml (Konsentrasi 31%) d) Garam g dalam air ml (Konsentrasi 34%) Direbus sampai mendidih dengan suhu 120 C selama 30 menit, didinginkan dengan suhu 30 C selama 20 menit dan disaring. 3. Sebanyak 80 butir telur ayam yang telah dipilih lalu pengkodean untuk pembedaan ulangan, setelah itu diperam dengan 5000 ml larutan garam selama 10 hari dalam stoples yang tertutup. Setelah diperam kemudian dipanen lalu dicuci, 40 butir telur dipecah pada meja kaca datar untuk pengujian kualitas interior dan 40 butir telur untuk pengujian TPC disimpan pada suhu 5-8 C selama 3 hari. Formulasi pengasinan adalah sebagai berikut : a) Stoples 1 : diisi 20 butir telur ml larutan garam dengan konsentrasi 25%. b) Stoples 2 : diisi 20 butir telur ml larutan garam dengan konsentrasi 28%. c) Stoples 3 : diisi 20 butir telur ml larutan garam dengan konsentrasi 31%. d) Stoples 4 : diisi 20 butir telur ml larutan garam dengan konsentrasi 34%. 18

33 Telur Ayam Air Bersih Pencucian Air Kotor Larutan Garam dengan Konsentrasi: P1/Toples 1 = 25 % P2/Toples 2 = 28% P3/Tolpes 3 = 31% P4/Toples 4 = 34% Pengamplasan Perendaman Pengasinan 10 Hari Penirisan Kotoran Telur Asin Mentah (80 butir) Penyimpanan ( suhu chiller (5-8 C) 3 hari) (40 Butir Telur) Uji Kualitas Interior (40 butir Telur) Uji TPC (Total Plate Count) Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Telur Asin. Sumber : Dimodifikasi Kadar Muhammad, 2011 D. Variabel Penelitian 1. Kualitas Interior Telur Asin a) Indeks Putih Telur (Albumen Indeks) (Yuwanta, 2010) Indeks albumen adalah rasio tinggi putih telur (albumen) kental terhadap rata rata diameter terpanjang dan terpendek dari putih telur (albumen). Telur dipecahkan dan diletakkan di atas kaca, kemudian tinggi dan diameter putih telur diukur 19

34 menggunakan jangka sorong. Indeks putih telur dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Indeks Putih Telur = ( ) ( ) ( ) b) Indeks Kuning Telur ( Yolk Indeks) ( Badan Standar Nasional, 2008) Indeks kuning telur adalah perbandingan tinggi kuning telur dengan garis tengah kuning telur. Indeks kuning telur dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Indeks Kuning Telur = ( ) ( ) c) Indeks Haugh(Pamungkas, 2007) Indeks haugh merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui kesegaran isi telur, terutama bagian putih telur. Cara pengukurannya telur ditimbang beratnya lalu dipecahkan secara hati-hati dan diletakkan ditempat yang datar, selanjutnya putih telur diukur dengan jangka sorong, bagian panjang tebal putih telur. Haugh unit dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :, HU = ( +,, ) Keterangan : H = Ketinggian Albumen (mm) W = Berat Telur (gram) HU = Haugh Unit 20

35 2. TPC (Total Plate Count) Langkah pengujian total mikroba, Menurut Fardiaz, (1987) adalah sebagai berikut : a) Pembuatan Media Agar Dengan cara mencampurkan 23 g PCA ke dalam 1 liter aquadest dalam beker glass. Larutan yang terbentuk dipanaskan sambil diaduk sampai mendidih sehingga semua agar terlarut, media dimasukan pada wadah erlemenyer. Sterelisasi (121 o C, 1 atm) dilakukan terhadap larutan agar beserta peralatan lain yang akan digunakan seperti pipet dan blender dalam autoklaf selama 15 menit. Larutan agar disimpan dalam pemanas air bersuhu 45 o C. b) Pembuatan Media Pengenceran Dengan pencampuran 9 ml NaCl ke dalam 1000 ml aquades larutan pengencer kemudian didestilasi. c) Pembuatan Larutan Sempel Dengan mencampurkan 5 gram bahan dan dihancurkan bersama larutan pengencer sebanyak 45 ml sampai larutan menjadi homogen. d) Pengenceran Sempel Dilakukan dengan mengambil 1 ml larutan sampel yang sudah homogen tersebut dengan menggunakan pipet steril, lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi berisi 45 ml larutan pengencer sehingga terbentuk pengenceran 10-6 kemudian larutan tersebut dikocok sampai homogen. Pengenceran dilakukan dari masing masing tabung pengenceran sebanyak 1 ml larutan sampel dan 21

36 dipindahkan ke dalam cawan petri steril secara duplo dengan menggunakan pipet steril. e) Penambahan Media Media agar ditambahkan ke dalam cawan petri dengan metode tuang sebanyak 20 ml dan digoyang sampai merata. Cawan petri media agar yang sudah membeku diinkubasi dengan posisi terbalik dalam inkubator bersuhu 37 o C selama 48 jam. f) Perhitungan Koloni Mikroba Perhitungan koloni mikroba pada cawan yang telah diinkubasi dihitung berdasarkan jumlah yang layak dihitung ( koloni). Perhitungan jumlah mikroba total per gram dapat dihitung dengan menghitungkan jumlah pada tingkat pengenceran dan pada cawan petri dengan menggunakan colony counter atau hand counter. E. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu Konsentrasi Larutan Garam. Pada penelitian ini diterapkan 4 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Adapun perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut : Perlakuan 1 : Konsentrasi Larutan Garam 25 % Perlakuan 2 : Konsentrasi Larutan Garam 28 % Perlakuan 3 : Konsentrasi Larutan Garam 31 % Perlakuan 4 : Konsentrasi Larutan Garam 34 % 22

37 F. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji analisis ragam (Anova/Analisis Of Variance). Apabila ada pengaruh maka dilanjutkan dengan uji DMRT( Duncan Multiple Tange Test) pada taraf 5%. Penggunaan metode uji analisis ragam didasarkan pada alasan bahwa resiko kesalahan dalam uji analisis ragam adalah yang kecil dan dapat mengetahui signifikan perbedaan rata-rata antara sempel satu dengan yang lain. Sedangkan pengujian uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) adalah karena ketelitiannya, apabila jumlah perlakuannya P maka perbandingannya adalah P-1 (Steel dan Torrie, 1993). 23

38 24

39 BAB IV PEMBAHASAN A. Rata-Rata Indeks Kuning Telur (Yolk Indeks) Rata-rata indeks kuning telur pada masing-masing perlakuan P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 0,46 ; 0,45 ; 0,42 dan 0,41, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-Rata Indeks Kuning Telur Perlakuan P1 P2 P3 P4 Indeks Kuning Telur 0,46 a 0,45 a 0,42 b 0,41 c Sumber : Data Primer (2016). Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (p <0,05) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap rata -rata indeks kuning telur. Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa P1 tidak berbeda dengan P2, P2 berbeda dengan P3, dan P3 berbeda dengan P4. Lebih lanjut diketahui bahwa P1= 0,46 mempunyai indeks kuning telur paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain dan sebaliknya perlakuan P5 = 0,41 paling rendah dibandingkan perlakuan yang lain. Adapun tren penurunan indeks kuning telur tersaji pada Gambar 4. 24

40 INDEKS KUNING TELUR 0,47 0,46 0,45 0,44 0,43 0,42 0,41 0,4 0,39 0,38 P1 P2 P3 P4 Gambar 4. Grafik Indeks Kuning Telur Akibat Perlakuan Berdasarkan Gambar 4, indeks kuning telur ayam asin mengalami penurunan akibat perbedaan konsentrasi larutan garam yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi larutan garam yang digunakan maka semakin rendah indeks kuning telur ayam. Menurut pernyataan Buckle dkk, (1985) indeks kuning telur diperoleh dari tinggi kuning telur dibagi diameter kuning telur. Indeks kuning telur segar beragam antara 0,33-0,50. Menurut pernyataan Anonim (2014) p engertian osmosis yaitu proses perpindahan molekul air dari konsentrasi rendah (hipotonis) ke konsentrasi tinggi (hipertonis) sedangakan difusi merupakan perpindahan molekul larutan berkonsentrasi tinggi menuju larutan yang berkonsentrasi rendah. Hal ini didukung dengan pernyataan Tisassanana (2016) proses yang terjadi pada telur diasinkan saat perendaman media garam mengalami osmosis karena telur tersebut ditempatkan di tempat atau lingkungan yang konsentrasinya lebih encer dari pada di dalam telur. Telur sebagai sel tunggal yang terbungkus cangkang yang memiliki pori-pori 25

41 dan merupakan membran yang bersifat selektif permeable, kuning telur sebagai inti. Proses osmosis pada telur asin saat air dan garam masuk ke dalam telur melewati membran/cangkang telur karena konsentrasi di dalam lebih tinggi dari pada di luar, sehingga telur menjadi asin setelah perendaman 10 hari. Berat telur bertambah sedangkan volume air berkurang, hal ini dikarenakan molekul air dan garam bergerak masuk ke dalam telur karena larutan garam lebih hipotonik dibanding isi telur yang hipertonik sehingga menyebabkan hemolysis atau masuknya molekul air dan garam ke dalam telur, sehingga berat telur bertambah tetapi volume air berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan larutan garam 34% menunjukkan nilai yang rendah dibandingkan dengan yang lainnya Hal ini sesuai dengan pernyataan Romanoff dan Romanoff (1963) tekstur kuning telur pada telur asin akan berubah menjadi lebih keras karena ketika molekul air dan garam masuk ke dalam telur, maka air dan garam masuk ke putih telur karena konsentrasi putih telur lebih pekat daripada larutan garam, tetapi perlu kita ingat bahwa masih ada kuning telur yang konsentrasinya jauh lebih pekat dibanding dengan putih telur dan larutan garam. Sehingga molekul air dan garam masuk ke kuning telur, tetapi lebih banyak garam yang masuk dibanding dengan air. Semakin lama, garam yang terdapat di dalam kuning telur akan semakin menumpuk sehingga kuning telur akan mengeras membentuk gel karena kelebihan mineral garam. 26

42 B. Rata-Rata Indeks Putih Telur (Albumen Indeks) Rata-rata indeks putih telur pada masing-masing perlakuan P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut adalah 0,082 ; 0,080 ; 0,076 dan 0,066, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-Rata Indeks Putih Telur Perlakuan P1 P2 P3 P4 Indeks Putih Telur 0,082 a 0,080 a 0,076 a 0,066 a Sumber : Data Primer (2016). Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (p >0,05) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap rata -rata indeks putih telur. Indeks putih telur cenderung mengalami penurunan. Adapun tren penurunan indeks putih telur tersaji pada Gambar 5. 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 INDEKS PUTIH TELUR P1 P2 P3 P4 Gambar 5. Grafik Analisis Indeks Putih Telur Ayam Asin 27

43 Gambar 5 menunjukkan adanya kecenderungan indeks putih telur mengalami penurunan akibat perbedaan konsentrasi larutan garam yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi larutan garam yang digunakan maka semakin rendah indeks putih telur ayam asin. Indeks putih telur dengan perbedaan konsentrasi tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa kualitas putih telur masih dalam kualitas yang baik namun dalam penelitian ini rata-rata indeks putih telur rendah, sehingga hal ini di dukung oleh pernyataan Yuwanta (2010) bahwa indeks putih telur diperoleh dari rasio tinggi putih telur kental terhadap rata- rata diameter terpanjang dan terpendek dari putih telur. Hasil penilitian rata rata indeks putih telur berkisar antara 0,066 0,082. hal ini menunjukan bahwa indeks putih telur masih dalam batas ambang normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno dan Koswana (2002) indeks putih telur berkisar antara 0,050-0,174, meskipun biasanya berkisar antara 0,090 0,120. Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 5 diduga perendaman dengan tingkat konsentrasi larutan garam 25% sampai 34% dapat mengawetkan telur. Hal ini sesuai pernyataan Muchtadi dan Sugiyono (1992) yang menyatakan bahwa tekanan osmotik yang tinggi dan aktivitas air rendah dapat menutupi pori-pori kulit telur ayam. Demikian pula penguapan gasgas dari dalam telur terutama CO2 dapat dihambat. Kehilangan CO2 melalui pori-pori kulit dari putih telur menyebabkan perubahan fisik dan kimia telur. Selama beberapa jam pertama setelah telur kehilangan CO2 sangat banyak dan di dalam putih telur terkandung juga asam karbonat 28

44 dalam keseimbangan dengan jumlah CO2. Pembebasan CO2 pada telur menyebabkan pemecahan asam karbonat menjadi CO2 dan air (H2O). Menurut pernyataan Romanoff dan Romanoff (1963) bahwa perubahan nilai ph putih telur disebabkan oleh hilangnya CO2 dan aktifnya enzim proteolitik yang merusak membran vitellin menjadi lemah dan akhirnya pecah sehingga menyebabkan putih telur menjadi cair dan tipis. Persentase putih telur akan menurun dengan bertambahnya umur simpan dan pada akhir priode produksi relative konstan. Pemecahan asam karbonat menyebabkan putih telur menjadi basa dan diikuti perubahan kenaikan ph dari keadaan netral (sekitar 7,6) mencapai keadaan alkali (9,5). Keadaan tersebut mengakibatkan rusaknya serabut-serabut ovomucin yang memberikan tekstur kental dari putih telur sehingga kekentalan putih telur menurun encer. C. Rata-Rata Indeks Haugh Rata-rata indeks haugh telur pada masing-masing perlakuan P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut adalah 78,2 ; 75,4 ; 72,6 dan 70,6, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-Rata Indeks Haugh Perlakuan P1 P2 P3 P4 Indek Haugh Telur 78,2 a 75,4 a 72,6 a 70,6 a Sumber : Data Primer (2016). Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata (p >0,05) 29

45 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (p<0,05) terhada p rata-rata indeks haugh telur. Indeks haugh telur cenderung mengalami penurunan. Adapun tren penurunan indeks haugh telur tersaji pada Gambar INDEKS HAUGH P1 P2 P3 P4 Gambar 6. Grafik Indeks Haugh Telur Akibat Perlakuan Berdasarkan Gambar 6, indeks haugh telur ayam asin mengalami penurunan akibat perbedaan konsentrasi larutan garam yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi larutan garam yang digunakan maka semakin rendah indeks haugh telur. Indeks haugh dengan perbedaan konsentrasi tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa kualitas indeks haugh masih dalam kualitas yang baik. Hal ini sesuai pernyataan Kusumawati et al., (2012) bahwa komponen utama yang menentukan indeks haugh telur adalah berat telur dan tinggi putih telur tebal. Semaking besar nilai berat telur dan tinggi putih telur maka nilai indeks haugh semakin tinggi. 30

46 Hasil penilitian rata rata indeks haugh telur berkisar antara 70,6 78,2. Hal ini menunjukan bahwa indeks haugh telur masih dalam batas ambang normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Monthey (1976) indeks haugh telur berkisar antara Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 6 diduga perendaman dengan tingkat konsentrasi larutan garam 28% sampai 34% dapat mengawetkan telur. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas telur tersebut masih tinggi serta masih memiliki kandungan ovomucin yang tinggi. Hal ini sesuai pernyataan Stadelman dan Cotteril (1995) bahwa dipengaruhi oleh kandungan ovomucin yang terdapat pada putih telur. Putih telur yang semakin tinggi, maka indeks haugh yang diperoleh semakin tinggi. Indeks haugh telur dengan konsentrasi garam 34% terlihat lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi larutan garam yang digunakan maka senyawa kimia yang dapat terserap untuk melapisi permukaan kerabang telur akan semakin banyak. Hal ini sesuai pernyataan Dwidjoseputro (2005) bahwa tinggi rendahnya penyerapan suatu zat tergantung pada konsentrasi dan lamanya terkena zat tersebut. D. Rata-Rata TPC (Total Plate Count) Rata-rata TPC pada masing-masing perlakuan P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut adalah 4,0 x10 3 log CFU/ml ; 3,5 x 10 3 log CFU/ml ; 2,5 x 10 2 CFU/ml dan 2,2 x 10 2 CFU/ml, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5. 31

47 Tabel 5. Rata-Rata TPC (Total Plate Count) Perlakuan P1 P2 P3 P4 TPC (CFU/ml) 4,0 x10 3 a 3,5 x 10 3 b 2,5 x 10 2 b 2,2 x 10 2 c Sumber : Data Primer (2016). Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (p <0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhad ap rata-rata TPC telur asin. Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa P1 berbeda dengan P2, P2 tidak berbeda dengan P3, dan P3 berbeda dengan P4. Lebih lanjut diketahui bahwa P1= 4,0 x10 3 CFU/ml mempunyai kandungan mikroba paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain sebaliknya perlakuan P4 = 2,2 x 10 2 CFU/ml paling rendah dibandingkan perlakuan yang lain. Adapun tren penurunan total koloni bakteri TPC tersaji pada Gambar 7. 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 TPC (Total Plate Count) P1 P2 P3 P4 Gambar 7. Grafik TPC Telur Ayam Asin 32

48 Berdasarkan Gambar 7, total koloni mikroba TPC penyimpanan selama 3 hari suhu 5-8 C pada telur ayam asin mengalami penurunan dengan perbedaan konsentrasi larutan garam yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi larutan garam yang digunakan maka semakin rendah total koloni mikroba TPC telur ayam asin. Hal ini sesuai dengan penelitian Melia dan Juliyarsi (2010) perendaman telur dalam larutan garam akan menurunkan total koloni bakteri telur yang dihasilkan, karena fungsi garam yang menghambat pertumbuhan bakteri. Larutan garam memiliki tekanan osmotik yang menyebabkan sel mikroba lisis, sehingga pertumbuhan mikroba dapat dihambat. Penggunaan garam 1-2% dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri, sehingga terdapat bakteri tertentu yang dapat tumbuh baik selama penyimpanan. Menurut pernyataan Buckel dkk., (1987) bahwa garam merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai antibakteri karena memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Jumlah bakteri juga dipengaruhi oleh ph, dimana ph rendah akan menghambat pertumbuhan bakteri. Mikroorganisme umumnya tumbuh pada kisaran ph 5-8 (Supardi dan Sukamto, 1999). Menurut pernyataan Anonim (2006) f aktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme antara lain : suplai zat gizi, waktu inkubasi, suhu inkubasi, ph inkubasi, aktivitas air (aw), ketersediaan oksigen. Menurut pernyataan Schnurrenberger dan Hubbert (1991) menyatakan bahwa bakteri penyebab kebusukan pada telur asin adalah 33

49 bakteri Salmonella enterides. Salmonella mempunyai sifat dapat menembus kulit telur. Hal ini diketahui karena selain pada kulit telur, Salmonella juga dapat mengkontaminasi bagian dalam telur (putih telur dan kuning telur). Menurut pernyataan Humphrey (1994) menyatakan bahwa pada telur segar, hanya ada sedikit Salmonella. Perkembangan Salmonella hanya akan terjadi ketika terdapat perubahan permeabilitas membran vetilen dimana agen akan mengkontaminasi kuning telur, ketika hal ini terjadi maka dapat ditemukan banyak salmonella pada putih telur dan kuning telur. Menurut pernyatan Standar Nasional Indonesia (SNI) N omor , telur asin dapat dikategorikan mempunyai kualitas mikrobiologis yang masih bagus dan masih aman untuk dikonsumsi apabila kandungan bakteri patogen Salmonella adalah negatif dan kandungan bakteri S. aureus kurang dari 10 5 koloni/gram. 34

50 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN 1. Perlakuan perbedaan konsentrasi larutan garam berpengaruh terhadap indeks kuning telur dan TPC (p<0,05), tetapi tidak berpengaruh (p>0,05) terhadap indeks putih telur dan indeks hough. 2. Hasil penelitian yang paling baik adalah P4 dengan konsentrasi larutan garam 34% dari berbagai variabel yaitu kualitas interior dan TPC. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dengan memperhitung indek kuning telur, indeks putih telur, indeks haugh dan TPC maka perlakuan P4 (34%) dapat dipilih sebagai alternatif yang terbaik, namun juga perlu dipertimbangkan dari rasa asin. dengan uji organoleptik rasa dan aroma yang paling diminati oleh panelis adalah P3 (31%). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang telur ayam asin yang diberi perlakuan perbedaan penambahan konsentrasi garam sehingga diperoleh telur ayam asin yang awet dan lezat. 35

51 DAFTAR PUSTAKA Abbas, M. H Pengelolaan Produksi Unggas. Jilid Pertama. Universitas Andalas. Anonim a Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. rmasi%20stf/faktorfaktor%20yang%20mempengaruhi%20pertumbuhan% 20mikroorganisme.pdf. (Diakses 17 Januari 2017). Anonim b Kontaminasi Mikroba terhadap Telur Ayam Asin dengan Garam. (Diakses 17 Januari 2017). Anonim c Karakteristik dan Teknologi Pengolahan Telur ayam asin. =bab+vi+karakteristik+dan+teknologi+telur. (Diakses 3 Oktober 2016) Anonim d Larutan Garam dengan Konsentrasi Berbeda pada Telur Asin. skala-industri-pembuatan-telur-asin. (Diakses 17 januari 2017). Anonim e Perubahan Fisik pada Telur Asin Selama Penyimpanan. perubahan-kimia.html. (Diakses 17 Januari 2017). Anonim f Pengertian Telur Asin dan Pengasinan Telur Asin Skala Baik. (Diakses 17 Januari 2017). Anonim g Penggaraman pada Pengawetan Telur Asin. (Diakses 17 Januari 2017). Anonim h Osmosis dan Difusi. pengasinan-telur.html) Ayu, Shifa. Sifat Fisikokimia dan Total Mikroba Telur Itik Asin Hasil Teknik Penggaraman dan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Z. Wulandari Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Fakultas Peternakan, IPB Bogor (Diterima ; disetujui ). Vol. 27 N0. 2. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Konsumsi. BSN : Jakarta SNI 3926:2008 Telur Ayam 36

52 Belitz, H. D and W, Grosch Food chemistry. Second Edition. Springer. Berlin. file://e:/ pengembangan produk teh hijau menjadi bahan tambahan makanan food aditives.htm. Diakses pada 26/12/ pm. Buckle, K. A Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press : Jakarta. Campbell, J. R. And J.F. Lasley The Science of Animals that Served Mankid. 3th Ed. Tata Mc Graw. Hill Publishing Company Limited New Delhi. Pp Dwidjoseputro Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta Estiasih, T. Dan Ahmadi, K. (2009).Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal Education and Production The Relationships Among Measures Of Egg Albumen Height, Ph,And Whipping Volume 1. F. G. Silversides and K. Budgell. Crops and Livestock Research Centre, Charlottetown, Prince Edward Island, Canada C1A 7M8 and Nova Scotia Agricultural College, Truro, Nova Scotia, Canada B2N 5E3 Fardiaz, S Penuntun Mikrobiologi Pangan. Lembaga sumber Daya Informasi. Fardiaz, S Analisa Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Humphrey et al., Certiorari To The United States Court Of Appeals For The Seventh Circuit. Juliyarsi, I., Melia S., dan Sukma, A The Quality of Edible Film by Using Glicerol as Plasticizer. Pakistan Journal of Nutrition 10 (9): Supreme Court Of The United States Syllabus. Kadar, Muhammad Cara Pembuatan Telur Asin. Kumpulanmakalahilmiah. blogspot.com/2011/04/cara-pembuatan-telur-asin.html Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova Produksi Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Kusumawati E., M. D. Rudyanto, dan I. K. Suada Pengasinan mempengaruhi kualitas telur itik Mojosari. Indonesia Medicus Veterinus 1: Lestari, P, I Kajian Supply Chain Management: Analisis Relationship Marketing antara Peternakan Pamulihan Farm dengan Pemasok dan Pelanggannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37

53 Lu S, Killoran PB, Riley Lw Association Of Salmonella Entrica Serovar Entreritidis Yafd With Resisstance To Chicken Egg Albumen. J. American Society For Microbiology 71 (12) : Mountney, G. J and C. R. Parkhurst Poultry Products Technology. Third Edition. The Haworth Press, Inc. NewYork. Muchtadi, T.R. dan Sugiono Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Pamungkas, P. W Evaluasi Kualitas Telur Ayam Ras Hasil Perlakuan Effective Mikroorganisms Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana Denpasar. Piliang, W.G Manajemen Beternak Unggas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rasyaf, M., Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. Romanoff, A. I. dan A. J. Romanoff The Avian Egg. Jhon Willey and Sons. Inc. New York. Romans JR, Costello WJ, Carlson CW, Greaser ML, Jones KW The Meat We Eat.Interstate Publishers, Inc., Danville, Illinois. Sarwono Pengolahan Pengawetan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. Standar Nasional Indonesia Kualitas Mikrobiologis Telur Asin. (SNI ) : Jakarta. Stadelman. W.J. ando. J. Cotteril Egg Science and Technology. the AVI Publ. Co. Inc. West Port. Stadelman, W. J. and O. J. Cotteril Egg Science and Technology. 4th Edition. Food Products Press. An Imprint of the Haworth Press. Inc. New York. Steel, RGD dan J.H. Torrie Prinsip Dan Prosedur Statistika. Soemantri B, Penerjemah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sudaryani, T Telur dan Hasil Olahannya. Penerbit Swadaya. Jakarta. Sudaryani, T Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. Sumarni dan N. Djuarnani Diktat Penanganan Pascapanen Unggas. Departemen Pertanian. Balai Latihan Pertanian. Ciawi. Bogor. 38

54 Supardi, I dan Sukamto Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni. Bandung USDA The USDA Food Search for Windows. Human Nutritition ResearchCenter of Agricultural Research and Service. Winarno, F. G. dan S. Koswara, Telur Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press : Bogor. Yudhabuntara D Pengendalian Mikroorganisme Dalam Bahan Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Yuwanta, T Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 39

55 40

56 Lampiran 1. Analisis Ragam Indeks Putih Telur Asin ALBUMEN INDEKS PERLAKUAN U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 TOTAL RATA RATA P1 0,07 0,1 0,1 0,06 0,07 0,09 0,09 0,06 0,09 0,09 0,82 0,082 P2 0,07 0,08 0,09 0,05 0,08 0,11 0,07 0,11 0,05 0,09 0,8 0,08 P3 0,07 0,07 0,1 0,1 0,1 0,1 0,07 0,07 0,04 0,04 0,76 0,076 P4 0,06 0,09 0,08 0,06 0,04 0,06 0,09 0,08 0,06 0,04 0,66 0,066 JUMLAH 0,27 0,34 0,37 0,27 0,29 0,36 0,32 0,32 0,24 0,26 3,04 0,304 Db Total = r.t-1 = =39 Db Perlakuan = t-1 = 4-1 = 3 Db Galat = perlakuan x (ulangan-1) = 4 x (10-1) = 36 FK =. =,. =, = 0,23104 JK Total = x1 fk = (0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,11 2 ) (0,23104) = ,23104 = 0,01576 JK Perlakuan = ( ) Fk =,,,, 0,23104 =, - 0,

57 = 0, ,23104 = 0,00152 JK Galat = JK Total JK Perlakuan KT Perlakuan = = 0, ,00152 = 0,01424 KT Galat = =, = 0, =, = 0, F Hitung Perlakuan = =,. = 1, Sumber DB JK KT F Hitung F Table Variasi Perlakuan 5% 1% Perlakuan 3 0, , ,28 2,87 Galat 36 0, , Total 39 0,01576 F Hitung F Tabel 41

58 ANOVA INDEKS PUTIH TELUR Between-Subjects Factors N perlakuan Descriptive Statistics Dependent Variable:albuminindeks perlakuan Mean Std. Deviation N Total ANOVA Dependent Variable:albuminindeks Source Sum of Squares df Mean Square F Sig. perlakuan Error Total

59 Indeks putih telur Duncan perlaku an N Subset A Sig

60 Lampiran 2. Analisis Ragam Indeks Kuning Telur Asin YOLK INDEKS PERLAKUAN U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 TOTAL RATA RATA P1 0,49 0,45 0,41 0,47 0,5 0,45 0,49 0,41 0,5 0,47 4,64 0,464 P2 0,44 0,47 0,38 0,47 0,5 0,44 0,47 0,5 0,38 0,47 4,52 0,452 P3 0,41 0,38 0,39 0,44 0,48 0,38 0,41 0,44 0,48 0,39 4,2 0,42 P4 0,41 0,32 0,39 0,44 0,48 0,32 0,41 0,44 0,48 0,39 4,08 0,408 JUMLAH 175 1,62 1,57 1,82 1,96 1,59 1,78 1,79 1,84 1,72 17,44 1,744 Db Total = r.t-1 = =39 Db Perlakuan = t-1 = 4-1 = 3 Db Galat = perlakuan x (ulangan-1) = 4 x (10-1) = 36 FK =. =,. =, = 7,60384 JK Total = x1 fk = (0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,48 2 0, , , , , , , , , , , , , , ,39 2 ) (7,60384) = 7,6932 7,60384 = 0,08936 JK Perlakuan = ( ) Fk =,,,, 7,60384 =, 7,

61 = 30,4151 7,60384 = 0,021 JK Galat = JK Total JK Perlakuan KT Perlakuan = = 0,089 0,021 = 0,068 KT Galat = =, = 0,007 =, = 0,002 F Hitung Perlakuan = =,, = 3,6 Sumber DB JK KT F Hitung F Table Variasi Perlakuan 5% 1% Perlakuan 3 0,021 0,007 3,6 2,87 Galat 36 0,069 0,002 Total 39 0,089 Hitung F Table KV = x 100% =,, x 100% = 29,4 % 45

62 Uji Lanjut DMRT (Steel dan Torrie, 1993) SX = =, = 0,0002 = 0,01 DMRT 2 = R (ρ v α). =, = 0,0002 = 0,01 x 2,868 = 0,028 DMRT 3 = R (ρ v α). =, = 0,0002 = 0,01 x 3,015 = 0,030 DMRT 4 = R (ρ v α). =, = 0,0002 = 0,01 x 3,111 = 0,031 Tabel DMRT P R(ρ v α) (3;36;0,05) 2,868 3,015 3,111 Sx 0,01 0,01 0,01 Nilai dmrt 5% 0,028 0,030 0,031 46

63 Tabel Perbandingan Perlakuan/rerata P4 P3 P2 P1 0,296 0,326 0,362 0,384 P4 (0,296) 0 0,03 0,066 0,088 P3 (0,326) 0, ,036 0,058 P2 (0,362) 0,066 0, ,022 P1 (0,384) 0, P4-P3 => 0,030 < 0,028 P4-P2 => 0,066 > 0,030 P4-P1 => 0,088 > 0,031 P3-P2 => 0,036 > 0,028 P3-P1 => 0,058 > 0,030 P2-P1 => 0,022 < 0,028 Tabel Notasi Perlakuan P1 P2 P3 P4 Rerata 0,296 a 0,326 a 0,362 b 0,384 c 47

64 ANOVA INDEKS KUNING TELUR Between-Subjects Factors N perlakuan Descriptive Statistics Dependent Variable:yolkindeks perlakuan Mean Std. Deviation N Total ANOVA Dependent Variable:yolkindeks Source Sum of Squares Df Mean Square F Sig. perlakuan Error Total

65 Indeks kuning telur Duncan Subset perlakuan N a B C Sig

66 Lampiran 3. Analisis Ragam Indeks Hough Telur Asin INDEKS HOUGH PERLAKUAN U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 TOTAL RATA RATA P P P P JUMLAH Db Total = r.t-1 = =39 Db Perlakuan = t-1 = 4-1 = 3 Db Galat = perlakuan x (ulangan-1) = 4 x (10-1) = 36 FK =. =. = = ,6 JK Total = x1 fk = ( ) (220225,6 ) = ,6 = 5822,4 JK Perlakuan = ( ) Fk = ,6 = ,6 50

67 = , ,6 = 329,6 JK Galat = JK Total JK Perlakuan KT Perlakuan = = 5822,4 329,6 = 5492,8 =, KT Galat = = 109,867 =, = 152,578 F Hitung Perlakuan = =,, = 0,72 Sumber DB JK KT F Hitung F Table Variasi Perlakuan 5% 1% Perlakuan 3 329,6 109,867 0,72 2,87 Galat ,8 152,578 Total ,4 F Hitung F Table 51

68 ANOVA INDEKS HAUGH Between-Subjects Factors N perlakuan Descriptive Statistics Dependent Variable:haughindeks perlaku an Mean Std. Deviation N Total ANOVA Dependent Variable:haughindeks Source Sum of Squares df Mean Square F Sig. perlakuan Error Total

69 Indeks haugh Duncan perlaku an N Subset A Sig

70 Lampiran 4. Analisis Ragam TPC Telur Ayam Asin Data TPC Asli TPC PERLAKUAN U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 P1 1,8 x ,0 x ,1 x ,5 x ,4 x ,8 x ,3 x ,5 x ,8 x ,0 x 10 3 P2 5,2 x ,8 x ,1 x ,0 x ,2 x ,5 x ,0 x ,5 x ,2 x ,0 x 10 3 P3 2,8 x ,5 x ,0 x ,5 x ,0 x ,5 x ,0 x ,8 x ,2 x ,0 x 10 2 P4 6,3 x ,0 x ,5 x ,0 x ,2 x ,8 x ,0 x ,3 x ,5 x 102 4,0 x 10 2 TPC (log CFU/ml) PERLAKUAN U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 TOTAL Db Total = r.t-1 = =39 Db Perlakuan = t-1 = 4-1 = 3 RATA RATA P1 1,27 1,38 1,53 1,32 1,1 1,18 1,32 1,4 1,41 1,38 13,29 1,329 P2 1,31 1,15 1,26 1,17 1,22 1,14 0,95 1,14 0,81 1,07 11,22 1,122 P3 0,92 1,14 1,2 1,14 0,95 1 0,95 1,05 0,94 1,07 10,36 1,036 P4 0,85 0,77 0,79 1 0,74 0,85 0,59 0,65 1,15 1,2 8,59 0,859 JUMLAH 4,35 4,44 4,78 1,32 4,01 4,17 3,81 4,24 4,31 4,72 43,46 4,346 Db Galat = perlakuan x (ulangan-1) = 4 x (10-1) = 36 FK =. =,. =, = 47,21929 JK Total = x1 fk = (1, , , , , , , , , , ,2 2 +0, , , , , , , , , , , , ,

71 1, , , , , , , , , , , , , ,74 2 ) (47,21929) = 49, ,21929 = 1,92911 JK Perlakuan = ( ) Fk =,,,, 47,21929 =, 47,21929 = 48, ,21929 = 1,144 JK Galat = JK Total JK Perlakuan KT Perlakuan = = 1,929 1,144 = 0,785 KT Galat = =, = 0,381 =, = 0,022 F Hitung Perlakuan = =,, = 17,4 Sumber DB JK KT F Hitung F Table Variasi Perlakuan 5% 1% Perlakuan 3 1,144 0,381 17,4 2,87 Galat 36 0,785 0,022 Total 39 1,929 F Hitung F Table 55

72 KV = x 100% =,, x 100% = 13,94% Uji Lanjut DMRT (Steel dan Torrie, 1993) SX = =, = 0,0027 = 0,05 DMRT 2 = R (ρ v α). =, = 0,0022 = 0,05 x 2,868 = 0,14 DMRT 3 = R (ρ v α). =, = 0,0022 = 0,05 x 3,015 = 0,15 DMRT 4 = R (ρ v α). =, = 0,0022 = 0,05 x 3,111 = 0,15 56

73 Tabel DMRT P R(ρ v α) (3;36;0,05) 2,868 3,015 3,111 Sx 0,05 0,05 0,0 Nilai dmrt 5% 0,14 0,15 0,15 Tabel Perbandingan Perlakuan/rerata P4 P3 P2 P1 0,859 1,036 1,122 1,329 P4 (0,859) 0 0,177 0,263 0,47 P3 (1,036) 0, ,087 0,293 P2 (1,122) 0,263 0, ,207 P1 (1,329) 0,47 0,293 0,207 0 P4-P3 => 0,177 > 0,14 P4-P2 => 0,263 > 0,15 P4-P1 => 0,47 > 0,15 P3-P2 => 0,086 > 0,15 P3-P1 => 0,293 > 0,15 P2-P1 => 0,2027 > 0,15 Tabel Notasi Perlakuan P1 P2 P3 P4 Rerata 1,329 a 1,122 b 1,036 b c 57

74 ANOVA TPC Between-Subjects Factors N perlakuan Descriptive Statistics Dependent Variable:TPC perlaku an Mean Std. Deviation N Total Dependent Variable:TPC Source ANOVA Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. perlakuan Error Total a. R Squared =.593 (Adjusted R Squared =.559) 58

75 Duncan perlaku an N TPC Subset a B C Sig

76 LAMPIRAN 5. DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Penirisan Telur Gambar 2. Perendaman Telur Gambar 3. Pemecahan Telur Pada Meja Datar Gambar 4. Analisis Kualitas Interior Gambar 5. Analisis Kualitas Interior 60

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Itik Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran

Lebih terperinci

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and II. TINJAUAN PUSTAKA.1. Telur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and Tannenbaum

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KELOMPOK 7 Septika Irjawati Siti Zubaidah Antonius Marianus Weri Ernestus Dok Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Itik Tegal Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium 14 BAB III MATERI DAN METODE Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Ayam Ras Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kandungan gizi telur pada umumnya terdiri atas: air, protein, lemak, karbohidrat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kandungan gizi telur pada umumnya terdiri atas: air, protein, lemak, karbohidrat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Telur Itik Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan (Koswara, 2009). Menurut Komala (2008), kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Telur Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada bulan Mei 2016 hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Eksperimen murni dengan menggunakan rancangan One Group Pretest Posttest. Pada rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokkan

Lebih terperinci

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN Pertemuan Minggu ke 6 Kelas B Juni Sumarmono & Kusuma Widayaka ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN 2017 Kualitas Baik Edible (dapat dimakan)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur Kedalaman Kantung Udara HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Telur Pembesaran kantung udara telur ayam ras dengan pengolesan minyak kelapa dapat ditekan sampai umur simpan 35 hari (Tabel 6). Kedalaman kantung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA SIMPAN TELUR ITIK TERHADAP PENURUNAN BERAT, INDEKS KUNING TELUR (IKT), DAN HAUGH UNIT (HU).

PENGARUH LAMA SIMPAN TELUR ITIK TERHADAP PENURUNAN BERAT, INDEKS KUNING TELUR (IKT), DAN HAUGH UNIT (HU). 23 PENGARUH LAMA SIMPAN TELUR ITIK TERHADAP PENURUNAN BERAT, INDEKS KUNING TELUR (IKT), DAN HAUGH UNIT (HU). Joko Purdiyanto dan Slamet Riyadi Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura

Lebih terperinci

Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963)

Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963) TINJAUAN PUSTAKA Struktur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup baru. Protein yang terdapat pada telur

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur 14 BB III MTERI DN METODE Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur homogen dengan penambahan kunyit, gula aren, dan garam selama penyimpanan 6 hari dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat dan merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si Pendahuluan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya IPA yang makin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan peningkatan permintaan protein hewani seperti telur, susu, dan daging. Telur merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Struktur Telur Secara rinci struktur telur terbagi atas: kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), membran

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TELUR. Pada umumnya telur mempunyai 3 struktur bagian, yaitu :

TEKNOLOGI TELUR. Pada umumnya telur mempunyai 3 struktur bagian, yaitu : TEKNOLOGI TELUR STRUKTUR UMUM TELUR Pada umumnya telur mempunyai 3 struktur bagian, yaitu : Kulit Telur Mengandung Ca = 98.2 % Mg = 0.9 % ( menentukan kekerasan cangkang/kulit); P = 0.9%. Ketebalan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Mutu Telur Asin Desa Kelayu Selong Lombok Timur yang Dibungkus dalam Abu Gosok Dan Tanah Liat

Mutu Telur Asin Desa Kelayu Selong Lombok Timur yang Dibungkus dalam Abu Gosok Dan Tanah Liat Mutu Telur Asin Desa Kelayu Selong Lombok Timur yang Dibungkus dalam Abu Gosok Dan Tanah Liat SURAINIWATI 1, I KETUT SUADA 2, MAS DJOKO RUDYANTO 1 Lab Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah kadar kitosan yang terdiri dari : 2%, 2,5%, dan 3%.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN LELE TERHADAP KUALITAS FISIK ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN PADA SUHU CHILLER SKRIPSI

PENGARUH RASIO TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN LELE TERHADAP KUALITAS FISIK ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN PADA SUHU CHILLER SKRIPSI PENGARUH RASIO TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN LELE TERHADAP KUALITAS FISIK ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN PADA SUHU CHILLER SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur ayam ras merupakan bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan pangan

Lebih terperinci

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin PENGOLAHAN TELUR Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin Materi 8 TATAP MUKA KE-8 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan warna kerabang cokelat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan warna kerabang cokelat 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang khusus dibudidayakan untuk menghasilkan telur secara komersil. Saat ini terdapat dua kelompok ayam petelur yaitu tipe medium

Lebih terperinci

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter 1 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai Mei 2012. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Terpadu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 32 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015 di Laboratorium Teknologi Pakan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Telur ayam ras merupakan telur yang paling populer dan paling banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Telur ayam ras merupakan telur yang paling populer dan paling banyak 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Ayam Ras Telur ayam ras merupakan telur yang paling populer dan paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) 10 BAB III MATERI DAN METODE Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) dengan 3 jenis pemanis alami, dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 di Laboratorium Kimia dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR... i HALAMAN SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH... Error! Bookmark not

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017 untuk pengujian TPC di Laboratorium Mikrobiologi PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional), Badan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari ayam hutan yang telah didomestikasi

Lebih terperinci

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di hasilkan dari unggas.telur merupakan salah satu produk

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rempah basah (bawang putih, bawang merah, lengkuas, kunyit, dan jahe) serta rempah kering (kemiri, merica,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

KUALITAS INTERIOR TELUR AYAM RAS DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET

KUALITAS INTERIOR TELUR AYAM RAS DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KUALITAS INTERIOR TELUR AYAM RAS DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET (Interior Quality of Chicken Eggs by Soaking using Betel Leaf (Piper betle L.) as Preservative)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, bergizi tinggi, dan harganya relatif murah sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber protein dan mengandung asam amino esensial yang tidak disuplai dari bahan pangan lain, sehingga sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

PENGASINAN MEMPENGARUHI KUALITAS TELUR ITIK MOJOSARI ELIYA KUSUMAWATI, MAS DJOKO RUDYANTO, I KETUT SUADA

PENGASINAN MEMPENGARUHI KUALITAS TELUR ITIK MOJOSARI ELIYA KUSUMAWATI, MAS DJOKO RUDYANTO, I KETUT SUADA Indonesia Medicus Veterinus 2012 1(5) : 645 656 ISSN : 2301-784 PENGASINAN MEMPENGARUHI KUALITAS TELUR ITIK MOJOSARI ELIYA KUSUMAWATI, MAS DJOKO RUDYANTO, I KETUT SUADA Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008 Standar Nasional Indonesia Telur ayam konsumsi ICS 67.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam HUBUNGAN ANTARA KADAR GARAM DAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MAKANAN TRADISIONAL RONTO DARI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Meiliana Sho etanto Fakultas Farmasi Meilianachen110594@gmail.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam tipe petelur berperan penting sebagai sumber protein. Sasaran sub sektor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 01 Januari 2013, ISSN

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 01 Januari 2013, ISSN 43 PENGARUH LAMA PERENDAMAN EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP DAYA AWET TELUR AYAM RAS Oleh: Hajrawati 1 Johana C. Likadja 1 dan Hessy 2 ABSTRACT A research had been conducted to determine

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang sering dikonsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang sering dikonsumsi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asin merupakan salah satu sumber protein hewani yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir semua zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat ada didalam telur (Hidayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI Dewi Arianti (0806121082) Yusmarini and Usman Pato arianti07.dewi@gmail.com ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun 2017 diawali dengan persiapan ekstrak pegagan di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro. Formulasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang diambil termasuk jenis eksperimen dalam ruang lingkup teknologi pangan yang ditunjang dengan studi literatur. B. Tempat dan Waktu Tempat

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BUBUK BAWANG PUTIH DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU TAHU SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH KONSENTRASI BUBUK BAWANG PUTIH DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU TAHU SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR PENGARUH KONSENTRASI BUBUK BAWANG PUTIH DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU TAHU SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR SKRIPSI Oleh: PRITA LESTARI NINGRUM 080305021/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI TELUR

STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI TELUR STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI TELUR Kuliah Minggu ke 5 Kelas B Materi kuliah Ilmu Pascapanen Peternakan, Fakultas Peternakan UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Telur sebagai produk hasil ternak lebih

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi. 1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian 1. Karkas ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ayam broiler berumur 23-28 hari dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian perbedaan jenis kemasan terhadap total bakteri dan sifat organoleptik ikan Pari asap yang diproduksi di Bandarharjo Semarang adalah eksperimen

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN

PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN Azzahra Aulia Hanifah *, Hardiyanti Amalia, Mira Nurhayani, Indah Hartati, Bella Paramaeshela Jurusan Teknik Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni 2011. Di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Pengujian a W di lakukan di Laboratorium Teknologi Hasil

Lebih terperinci