BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kandungan gizi telur pada umumnya terdiri atas: air, protein, lemak, karbohidrat,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kandungan gizi telur pada umumnya terdiri atas: air, protein, lemak, karbohidrat,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Telur Itik Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan (Koswara, 2009). Menurut Komala (2008), kandungan gizi telur pada umumnya terdiri atas: air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral namun kadar lemak pada putih telur hampir tidak ada. Ditambahkan Sudaryani (2003) bahwa hampir semua lemak di dalam telur terdapat pada kuning telur, yaitu mencapai 32%, sedangkan pada putih telur kandungan lemaknya sangat sedikit. Zat-zat gizi yang ada pada telur sangat mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh. Itu sebabnya, telur sangat cocok apabila dikonsumsi berbagai kalangan dari anak-anak sampai orang yang sudah lanjut usia dengan berbagai macam kebutuhan. Telur yang paling banyak dikonsumsi salah satunya merupakan telur itik. Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran besar dan memiliki warna kerabang putih sampai hijau kebiruan. Rata-rata bobot telur itik adalah gram (Resi, 2009). Kulit telur itik lebih tebal bila dibandingkan dengan telur ayam, membran dalam yang lebih tebal, dan pori-pori pada kulit telur juga lebih banyak pula. Romanoff dan Romanoff (1963), menyatakan bahwa karakteristik dari kulit telur adalah adanya pori-pori pada permukaan kulit. Pori-pori telur itik berbeda dengan telur ayam, pada telur itik tiap cm 2 memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan telur ayam. Perbedaan ukuran pori-pori pada telur itik dan telur ayam dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2 Tabel 2.1 Perbandingan ukuran pori-pori pada telur itik dan ayam Jenis Telur Pori-pori besar (mm) Pori-pori kecil (mm) Itik 0,036 x 0,031 0,014 x 0,012 Ayam 0,029 x 0,020 0,011 x 0,009 Sumber: Romanoff dan Romanoff (1963) Keunggulan telur itik dibandingkan dengan telur unggas lainnya, antara lain: kaya akan mineral, vitamin B6, Asam pantotenat, tiamin, vitamin A, vitamin E, niasin, dan vitamin B12. Adapun perbandingan zat gizi pada telur itik disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Kandungan gizi per 100 gram telur puyuh, telur ayam, dan telur itik Zat Gizi Telur Puyuh Telur Ayam Ras Telur Itik Energi (kkal) 158,00 143,00 185,00 Protein (g) 13,05 12,58 12,81 Total Lemak (g) 11,09 9,94 13,77 Karbohidrat (g) 0,41 0,77 1,45 Kalsium/Ca (mg) 64,00 53,00 64,00 Besi/Fe (mg) 3,65 1,83 3,85 Magnesium/Mg (mg) 13,00 12,00 17,00 Fosfor/P (mg) 226,00 191,00 220,00 Kalium/K (mg) 132,00 134,00 222,00 Natrium/Na (mg) 141,00 140,00 146,00 Seng/Zn (mg) 1,47 1,11 1,41 Tembaga/Cu (mg) 0,06 0,10 0,06 Mangan/Mn (mg) 0,04 0,04 0,04 Tiamin (mg) 0,07 0,07 0,16 Riboflavin (mg) 0,48 0,48 0,40 Niasin (mg) 0,07 0,07 0,20 Asam Panthothenat (mg) 1,44 1,44 1,86 Vitamin B6 (mg) 0,14 0,14 0,25 Vitamin E (mg) Kolesterol (mg) 1,08 844,00 0,97 423,00 1,34 884,00 Vitamin B12 (mkg) 1,58 1,29 5,40 Selenium/Se (mkg) 32,00 31,70 36,40 Vitamin K (mkg) 0,30 0,30 0,40 Vitamin A (IU) 543,00 487,00 674,00 Sumber: USDA (2007) 7

3 Telur itik memiliki kualitas yang baik apabila kulit dan isi telur dalam keadaan baik. Menurut Sudaryani (2003), kualitas telur secara keseluruhan ditentukan oleh kualitas isi telur dan kualitas kulit telur. Kualitas isi telur dikategorikan dalam keadaan baik apabila tidak terdapat bercak atau noda pada putih dan kuning telur, kondisi putih telurnya kental dan tebal, warna kuning telur tidak pucat serta posisi kuning telur di tengah. Kualitas isi telur dapat dilihat melalui peneropongan cahaya (Candling) atau alat teropong khusus. Sedangkan kualitas kulit cangkangnya meliputi bentuk telur oval, warna kulit telur yang hijau, keutuhan, memiliki kulit cangkang tebal, tekstur kulit, dan kebersihan kulit. 2.2 Pengasinan Telur Telur merupakan salah satu produk hasil ternak yang memiliki andil besar dalam memenuhi gizi masyarakat karena telur mengandung zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan, telur juga memiliki rasa yang enak dan harga relatif murah. Namun demikian, telur memiliki kelemahan, yaitu bersifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi, maupun kerusakan akibat kontaminasi mikroba melalui pori-pori kulit telur. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawetan untuk mempertahankan mutu pada telur (Margono, 2000). Salah satu usaha pengawetan telur adalah dengan melakukan pengasinan. Pengasinan telur merupakan salah satu usaha untuk mengawetkan telur mentah sehingga dapat memperpanjang daya simpan telur, mengurangi bau amis yang terdapat pada telur, dan dapat menciptakan rasa yang baru. Menurut Winarno dan Koswara (2002), pengasinan merupakan proses penetrasi garam ke dalam bahan yang diasinkan dengan cara difusi setelah garam mengion menjadi Na + dan Cl -. Penambahan garam pada proses pembuatan telur asin akan 8

4 meningkatkan tekanan osmotik pada sel, mengurangi oksigen terlarut, menghambat kerja enzim, dan menurunkan aktivitas air. Laju difusi tergantung pada perbedaan tekanan osmotik antara isi telur dan kandungan garam pada adonan. terjadi. Semakin besar perbedaannya, maka semakin cepat laju difusi yang Pada telur asin, garam berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk patogen karena mempunyai sifat antimikroba, jika semakin lama disimpan maka kadar garam dalam telur akan semakin tinggi sehingga telur akan semakin awet (Suprapti, 2002). Menurut (Koswara, 2009), ukuran kristal garam yang digunakan berpengaruh terhadap proses pengasinan telur. Kristal garam yang besar (lebih dari 6 mm 3 ) menghasilkan laju difusi yang lambat, sedangkan kristal yang kecil (kurang dari 1 mm 3 ) laju difusi akan lebih cepat sehingga dapat menyebabkan pengerasan lapisan protein terluar dari telur sehingga menghambat difusi garam kebagian telur yang lebih dalam. Zat-zat yang masuk ke dalam telur akan mempengaruhi komposisi gizi telur tersebut, sehingga komposisi gizi pada telur itik segar akan berbeda dengan telur asin (Winarno dan Koswara, 2002). Adapun perbadingan komposisi gizi telur itik segar dan telur itik asin seperti pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Komposisi gizi telur itik dan telur asin Zat Gizi Telur Itik Telur Asin Kalori (kal) Protein (g) 12,81 13,6 Lemak (g) 13,77 13,6 Kalsium (mg) Fosfor (mg) Vitamin A (IU) Vitamin B1/Tiamin (mg) 0,16 0,28 Air (g) 70,8 66,5 Sumber: USDA (2007) 9

5 Berbagai macam proses pengasinan telur dapat dilakukan, antara lain: dengan melakukan perendaman dalam larutan garam dan pemeraman dengan adonan campuran garam dan tanah liat, garam dengan abu gosok atau garam dengan bubuk bata merah (Sahroni, 2003). Menurut Astawan (2005), pembuatan telur asin dengan cara perendaman memiliki keunggulan dan kelemahan antara lain: prosesnya lebih praktis dan sangat mudah, namun kualitas telur asin yang dihasilkan kurang baik. Pernyataan ini didukung Suprapti (2002), yang menyatakan bahwa telur asin yang dibuat dengan metode perendaman dalam larutan garam jenuh akan memiliki putih telur yang berlubang-lubang (keropos). Kesulitan teknis juga dapat terjadi dalam pembuatan telur asin dengan metode perendaman karena telur akan terapung dalam larutan garam (Margono dan Muljadi, 2000). Sedangkan telur asin yang dihasilkan dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur asin yang lebih baik mutunya, warna lebih menarik serta memiliki cita rasa yag lebih enak, tetapi proses pembuatan lebih rumit dan waktu yang diperlukan lebih lama. Pada umumnya lama proses pengasinan yang dilakukan dalam pembuatan telur asin adalah 14 hari. Cara ini didapatkan dari pengalaman pendahulu yang turun-temurun membuat telur asin dengan lama pemeraman 14 hari (Lesmayati dan Rohaeni, 2014). Sama halnya dengan Idris (1984) menyatakan bahwa lama pemeraman dalam pembuatan telur asin adalah hari. Menurut Kautsar (2005), proses pengasinan telur dengan pemeraman memerlukan waktu selama hari, sedangkan proses pengasinan dengan larutan jenuh garam memerlukan waktu sekitar 7-10 hari. Semakin lama telur dibungkus dengan adonan pasta pengasin, maka semakin banyak garam yang masuk kedalam telur, sehingga telur 10

6 menjadi awet dan asin (Harry, 2004 dalam Putri, 2011). Meskipun demikian, rasa telur yang terlalu asin tidak terlalu disukai oleh konsumen. Menurut (Koswara, 2009), proses pengasinan telur dikatakan berhasil dengan baik, jika telur asin yang dhasilkan bersifat: 1. Stabil, dapat disimpan lama tanpa banyak mengalami perubahan. Keawetan telur asin tergantung pada konsentrasi garam yang digunakan dalam adonan. Semakin tinggi konsentrasinya, semakin awet telur asin yang dihasilkan. Selain itu, waktu telur dibungkus dengan adonan juga berpengaruh terhadap keawetan. Semakin lama dibungkus adonan semakin baik keawetannya. Dalam hal ini harus dipertimbangkan intensitas rasa asin yang dihasilkan. Dengan kata lain rasa asin yang diperoleh juga harus diatur. 2. Aroma dan rasa telur asin terasa nyata (tidak tercium bau amonia atau bau yang kurang sedap). Telur itik sangat cocok untuk diasin, karena rasa amis dari telur akan berkurang dengan pengasinan. Selain itu, pori-pori kulit telur itik lebih banyak sehingga garam mudah berpenetrasi. 3. Penampakan putih dan kuning telur yang baik. Jika adonan pembungkus telur kurang baik, kuning telur akan berwarna kebiruan. Kuning telur pada telur asin yang memiliki mutu baik terletak di tengah dengan ukuran kantong udara yang kecil. Jika letak kuning telur tidak ditengah dan ukuran kantong udara tidak kecil menandakan telur yang digunakan memiliki mutu yang kurang baik. Telur yang akan diawetkan harus mempunyai mutu awal yang baik. Adapun ciri-cirinya adalah kulit telur bersih, tidak retak, bentuk normal, kedalaman kantong udara kurang dari 0,3 cm, putih telur pekat, kuning telur terletak di pusat dengan baik, kuning telur jernih dan bebas dari noda (Romanoff 11

7 dan Romanoff, 1963). Sebelum melakukan pengasinan pada telur, maka perlu diperhatikan kebersihan kulit telur karena meskipun mutu telur sangat baik, tetapi jika kulitnya kotor, maka telur dianggap bermutu rendah atau tidak dipilih pembeli. Menurut Koswara (2009), pembersihan kulit telur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Merendam telur dalam air bersih, dapat diberi sedikit detergen atau Natrium hidroksida (soda api). Kemudian dicuci bersih sehingga kotoran yang menempel hilang. b. Mencuci telur dengan air hangat suam-suam kuku (sekitar 60 o C) yang mengalir dan untuk mempercepat hilangnya kotoran dapat digunakan kain. Proses pemasakan pada telur asin merupakan salah satu cara untuk mengawetkan telur asin dalam jangka waktu yang lebih lama dan berpengaruh terhadap karakteristik telur asin yang dihasilkan. Telur asin umumnya dimasak dengan cara perebusan. Suatu inovasi dalam memasak telur asin salah satunya dengan cara dioven. Pemasakan dengan dioven merupakan proses memasak menggunakan udara panas dari media pemanas. Pada proses pengovenan akan terjadi pengeluaran air karena adanya perbedaan osmotik. Bersamaan dengan keluarnya air dari telur juga akan terjadi pengeluaran NaCl sehingga akan berpengaruh terhadap rasa asin yang dihasilkan dari telur asin (Hidayat, 2007). 2.3 Usaha Telur Asin Usaha telur asin merupakan salah satu jenis industri makanan yang umumnya memiliki skala usaha menengah dan kecil. Umumnya, telur asin dibuat dari telur itik, karena beberapa alasan yang mendukung, antara lain; memiliki kulit atau kerabang yang lebih tebal sehingga telur tidak mudah retak atau pecah; pori- 12

8 pori kulit telur pada telur itik lebih besar sehingga memudahkan penetrasi garam; memiliki nilai gizi yang tinggi; dan memiliki masa simpan yang lebih lama (Primera, 2011). Jenis telur lain yang dijadikan telur asin sangat jarang karena masyarakat sudah menganggap bahwa kebanyakan telur asin berasal dari telur itik. Pusat-pusat produksi telur asin umumnya cukup dekat bahkan berlokasi sama dengan sentra-sentra penghasil telur itik. Pernyataan tersebut didukung Bank Indonesia (2004) yang menyatakan bahwa lokasi usaha industri telur asin harus berorientasi pada daerah produksi telur itik sebagai sumber bahan baku utama. 2.4 Analisis Pendapatan Analisis pendapatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pendapatan yang sesungguhnya diperoleh oleh pemilik usaha dan untuk membantu perbaikan manajemen usaha tersebut. Analisis pendapatan memiliki kegunaan diantaranya sebagai pedoman investasi dan pengambilan keputusan, sebagai alat produksi, dan sebagai suatu ukuran efisiensi manajemen usaha serta dapat dijadikan tolak ukur manajemen pemimpin usaha (Bilondatu, 2013). Dalam proses analisis pendapatan adapun langkah-langkah yang diperlukan antara lain mengidentifikasi biaya dan manfaat usaha, menentukan rencana terhadap komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak, menyusun arus biaya produksi dan penerimaan, mengidentifikasi sumber-sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai keuntungan. Menurut Soekartawi (1995), dalam menganalisis pendapatan perlu diperhatikan biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih. 13

9 2.4.1 Biaya Biaya merupakan seluruh pengeluaran dana yang diperhitungkan untuk keperluan usaha. Menurut Soekartawi (1995), biaya usaha merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh produsen untuk pembelian barang dan jasa untuk menjalankan usaha agar mendapatkan hasil yang maksimal. Mulyadi (2005) menyatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Dalam suatu analisis finansial, biaya yang pada umumnya digunakan adalah biaya langsung meliputi: a. Biaya Investasi Menurut Ibrahim (2003), biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan dalam pembangunan usaha, terdiri dari: pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, dan biaya lainnya yang mempunyai jangka umur ekonomis atau umur pemakaian yang panjang. Dalam analisis biaya, biaya investasi dihitung nilai atau biaya penyusutan. Biaya investasi biasanya dikeluarkan pada awal kegiatan usaha dalam jumlah relatif besar dan berdampak jangka panjang untuk kesinambungan usaha tersebut (Arianti dan Suryani, 2013). b. Biaya Operasional Menurut Ibrahim (2003), biaya operasional yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk pelaksanaan proses produksi suatu usaha. Biaya operasional usaha dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Menurut Ibrahim (2003), biaya tetap merupakan biaya yang tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak 14

10 atau sedikit, jadi besar biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Ciri-ciri dari biaya tetap dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Jumlahnya yang tetap dan sebanding dengan hasil produksi; 2) Menurunnya biaya tetap per unit dengan adanya kenaikan produksi; 3) Pembebanannya kepada suatu bagian seringkali bergantung pada pilihan dari manajemen atau cara penjatahan biaya (Kartasapoetra dan Bambang, 1992). Contoh biaya tetap adalah biaya sewa tanah, tenaga kerja tetap, biaya penyusutan investasi, dan lain-lain. 2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Menurut Ibrahim (2003), biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Ciri-ciri biaya variabel adalah: 1) Biaya per unit yang konstan walaupun terjadi perubahan volume dalam batas bidang yang relevan; 2) Mudah dan dapat dibagikan pada bagian usaha; 3) Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, listrik, air, pengangkutan, tenaga kerja tidak tetap (harian), bahan bakar, dan lain-lain (Kartasapoetra dan Bambang, 1992) Penerimaan Penerimaan adalah seluruh hasil penjualan produk pada suatu usaha dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk rupiah. Menurut Zulfahmi (2011), penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga satuan suatu produk. Pernyataan tersebut didukung Soekartawi (1995), bahwa penerimaan merupakan total nilai produk yang dijalankan yang merupakan hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan harga atau nilai uang yang diterima dari penjualan produk usaha Sedangkan pendapatan bersih merupakan 15

11 selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya produksi per jangka waktu tertentu Pendapatan Pendapatan atau keuntungan merupakan tujuan utama dalam menjalankan usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Semakin tinggi selisih tersebut maka semakin meningkat keuntungan yang diperoleh (Nizam, 2013). Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2002), yang menyatakan bahwa pendapatan atau keuntungan adalah selisih antara penerimaan total perusahaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Pendapatan pada dasarnya mempunyai sifat yang menambah kekayaan pemilik usaha karena seluruh aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin. 2.5 Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) R/C ratio adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara penerimaan usaha (Revenue) dengan total biaya (Total Cost). Menurut Soeharjo dan Patong (1991), R/C Ratio menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi. Dalam batasan besaran nilai R/C Ratio dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Secara garis besar dapat dimengerti bahwa suatu usaha akan mendapatkan keuntungan apabila penerimaan (Total Revenue) lebih besar dibandingkan dengan biaya usaha (Total Cost). Ada 3 (tiga) kemungkinan yang diperoleh dari perbandingan antara Penerimaan (R) dengan Biaya (C), yaitu: 16

12 a. R/C > 1 = Layak/untung b. R/C = 1 = BEP c. R/C < 1 = Tidak Layak/rugi 2.6 Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Menurut Harmaizar dan Rosidayati (2004), analisis break even point (BEP) adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume produksi untuk mengetahui tingkat kegiatan minimal yang harus dicapai, dimana pada tingkat tersebut usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Kegunaan dari analisis break even point (BEP) antara lain: untuk mengetahui volume penjualan minimum agar usaha tidak mengalami kerugian tetapi belum memperoleh laba, menentukan volume penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasional usaha, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual (Zulfahmi, 2011). Menurut Ibrahim (2003), dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usaha, terjadinya titik pulang pokok atau total revenue sama dengan total cost tergantung pada lama arus penerimaan sebuah usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Pada suatu usaha, apabila waktu pencapaian BEP atau total revenue sama dengan total cost semakin lama, maka semakin lama pula usaha yang dijalankan untuk mencapai keuntungan dan semakin besar pula saldo kerugian yang merupakan beban terhadap biaya-biaya 17

13 operasi dan pemeliharaan yang dikeluarkan. Menurut Alwi (1995) dan Abdullah (2004) ada 3 (tiga) pendekatan penetapan BEP, yaitu: a. BEP Produksi Yaitu jumlah produksi (unit) yang dihasilkan dimana produsen pada posisi tidak rugi dan tidak untung. Dengan kata lain BEP produksi menjelaskan jumlah produksi minimal yang harus dihasilkan oleh produsen. b. BEP Harga Yaitu tingkat atau besarnya harga per unit suatu produk yang dihasilkan produsen pada posisi tidak untung dan tidak rugi. Dengan kata lain BEP harga menjelaskan besarnya harga minimal per unit barang yang ditetapkan produsen. c. BEP Penerimaan Yaitu besarnya penerimaan yang dihasilkan dari penjualan suatu produk dalam keadaan impas yaitu kondisi perusahaan tidak untung tetapi juga tidak menderita kerugian. 2.7 Penelitian Terdahulu Firdaus (2006) melakukan penelitian mengenai Analisis Usaha Pembuatan Telur Asin di Kota Madya Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang diterima dan biaya-biaya yang dibutuhkan oleh pengusaha telur asin, seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh para pengusaha telur asin pada setiap satu kali proses produksi. Penelitian ini menggunakan metode survey. Responden yang digunakan sebanyak 16 orang. Penentuan sampel responden dilakukan secara stratified random sampling yang terbagi atas dua kelompok atau strata, atas dasar jumlah telur asin yang dibuat dengan rincian sebagai berikut: Strata I: Pengusaha yang memproduksi telur asin 18

14 <1.500 butir; Strata II: Pengusaha yang memproduksi telur asin >1.500 butir. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi, pendapatan kotor, dan keuntungan pada strata I berturut-turut dengan jumlah produksi telur asin rata-rata 912 butir per satu kali produksi yaitu sebesar Rp ,44; Rp ; dan Rp ,55; sedangkan rata-rata biaya produksi, pendapatan kotor, dan keuntungan pada strata II dengan jumlah produksi telur asin rata-rata butir per satu kali produksi yaitu sebesar Rp ,15; Rp ; dan Rp ,84. Rata-rata titik impas tingkat penjualan dan tingkat produksi sebesar Rp 785,53 per butir dan 815,59 butir. Sedangkan pada strata II sebesar Rp 741,02 per butir dan 1.961,55 butir. Rata-rata B/C ratio pada strata I dan Strata II sebesar 1,23 dan 1,31. Dari hasil perhitungan tersebut bahwa pengusaha telur asin pada strata I dan strata II mendapatkan keuntungan. Ardiani (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Pendapatan Agribisnis Telur Asin di Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: biaya operasional, harga jual produk, lamanya usaha, dan permintaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agribisnis telur asin di Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes memiliki volume rata-rata pada Strata I yaitu butir per bulan; strata II yaitu butir per bulan; dan strata III yaitu butir per bulan. Biaya produksi rata-rata pada strata I, II, dan III secara berturut-turut yaitu Rp ,5; Rp ,5; dan Rp Rata-rata penerimaan pada strata I, II, dan III sebesar Rp ; Rp ; Rp Sehingga pendapatan rata-rata pada strata I, II, dan III sebesar Rp ; Rp ; dan Rp Dari hasil tersebut maka agribisnis telur asin pada strata I, II, dan III 19

15 di Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hermawan (2014) melakukan penelitian mengenai pendapatan usaha pembuatan telur asin di Kota Mataram. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus-rumus pendapatan, Break Even Point, dan efisiensi usaha. Hasil penelitian menujukkan bahwa rata-rata pendapatan usaha pembuatan telur asin di Kota Mataram sebesar Rp per tahun. Sementara, BEP untuk harga sebesar Rp dan BEP untuk produksi rata-rata sebanyak butir per tahun. Selain itu, analisis efisiensi usaha menunjukkan bahwa usaha telur asin yang dijalankan tergolong menguntungkan. Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata efisiensi dari usaha pembuatan telur asin di Kota Mataram menunjukkan angka lebih dari satu. 20

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Struktur Telur Secara rinci struktur telur terbagi atas: kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen), membran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat dan merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Itik Telur itik merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN Susi Lesmayati dan Eni Siti Rohaeni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No 4 Banjarbaru,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Telur Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana produk hasil pertanian dan peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan bahan pokok serta peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, asam lemak, mineral dan vitamin. Telur juga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, asam lemak, mineral dan vitamin. Telur juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu produk peternakan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang bergizi tinggi dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena merupakan sumber

Lebih terperinci

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur, Komposisi, dan Kualitas Telur Telur adalah salah satu bahan makanan hasil ternak unggas yang bergizi tinggi dan bermanfaat untuk pemenuhan gizi masyarakat. Telur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

Lebih terperinci

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si Pendahuluan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya IPA yang makin

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES TUGAS LINGKUNGAN BISNIS NAMA : SAEPULOH KELAS : S1 TI 2D N.I.M : 10.11.3793 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara Condong

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan salah satu produk unggas yang memiliki kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Telur yang banyak dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan kuantitas serta kualitasnya untuk memenuhi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS TELOR ASIN ASLI BREBES

PELUANG BISNIS TELOR ASIN ASLI BREBES PELUANG BISNIS TELOR ASIN ASLI BREBES Disusun Oleh : Nama : Siska Febi Novitasari NIM : 11.11.5262 Kelompok : E Kelas : 11-S1TI-09 JURUSAN TENIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Sri Melia dan Indri Juliyarsi Fak. Peternakan Universitas Andalas

Lebih terperinci

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya Catur Budi handayani, Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya Catur Budi Handayani Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. kemampuannya dalam menyerap air sangat mudah karena mempunyai pori-pori kulit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. kemampuannya dalam menyerap air sangat mudah karena mempunyai pori-pori kulit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Prospek Telur Asin Brebes Menurut Novitasari (2012), salah satu telur yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah telur itik (telur bebek). Namun,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PEMBUATAN TELUR ASIN MENGGUNAKAN ABU GOSOK/BATU BATA SEBAGAI SAINS ASLI MASYARAKAT BREBES DENGAN UJI PENGARUH JENIS SERTA KONSENTRASI GARAM TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK TELUR BEBEK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and II. TINJAUAN PUSTAKA.1. Telur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and Tannenbaum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan jenis penelitian eksperimen faktorial (factorial design). Eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan jenis penelitian eksperimen faktorial (factorial design). Eksperimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian 3.3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu pada tahap I merupakan merupakan jenis penelitian eksperimen faktorial

Lebih terperinci

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TELUR ASIN HASIL PERENDAMAN SERBUK BATU BATA MERAH DENGAN TELUR BEBEK TANPA PENGASINAN Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Menempuh Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Astawan, 1989). Telur itik yang diolah menjadi telur asin, dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Astawan, 1989). Telur itik yang diolah menjadi telur asin, dapat meningkatkan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telur asin Telur asin adalah hasil olahan dari telur itik yang mentah dengan menggunakan campuran adonan batu bata merah, garam dan abu gosok yang diperam selama beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber protein

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

Modul. Modul 32 BAB I PENDAHULUAN

Modul. Modul 32 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Telur asin adalah istilah untuk makanan yang berbahan telur yang diawetkan dengan cara diasinkan. Telur yang biasanya di buat telur asin adalah telur itik. Telur asin ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Kandungan gizi yang ada pada ikan sangatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di hasilkan dari unggas.telur merupakan salah satu produk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. konsumen akan barang tersebut turun, apabila semua faktor-faktor lain yang

TINJAUAN PUSTAKA. konsumen akan barang tersebut turun, apabila semua faktor-faktor lain yang TINJAUAN PUSTAKA Hukum Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta serta perubahan permintaan akan suatu barang atau

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI 0 EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Telur Asin Ayam Ras dan Telur Asin Itik Di Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan

Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Telur Asin Ayam Ras dan Telur Asin Itik Di Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Telur Asin Ayam Ras dan Telur Asin Itik Di Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan Muridi Qomaruddin* dan Hilal Afandi* * Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu sumber protein pangan hewani yang memiliki kandungan gizi yang lengkap dan baik bagi pertumbuhan. Produk pangan hasil peternakan unggas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan ataupun penggantian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur ayam ras merupakan bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan pangan

Lebih terperinci

UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA

UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh: SUPRAPTI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan jenis ayam yang paling efisien untuk diternakkan sebagai penghasil telur. Ayam petelur dikenal mempunyai ukuran badan yang kecil dan sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telur Telur merupakan bahan pangan sumber hewani yang bergizi tinggi serta lezat untuk dikonsumsi. Harga telur juga relatif murah dan mudah dijangkau, sehingga dapat dijadikan

Lebih terperinci

PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TELUR BEBEK DENGAN PERENDAMAN BEKATUL PADI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TELUR BEBEK DENGAN PERENDAMAN BEKATUL PADI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI UJI KADAR PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TELUR BEBEK DENGAN PERENDAMAN BEKATUL PADI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya mengandung mineral, vitamin dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KELOMPOK 7 Septika Irjawati Siti Zubaidah Antonius Marianus Weri Ernestus Dok Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN

PENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN PENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN (THE EFFECT OF DIFFERENT WAYS OF COOKING SALTED CHICKEN EGG ON SALINITY AND PREFERENCE) Sylvia Indriani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, karena pangan merupakan salah satu faktor utama yang dibutuhkan mahluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan peningkatan permintaan protein hewani seperti telur, susu, dan daging. Telur merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak. Dilihat dari segi ekonomi individual tentu saja masalah. kerja, kita harus mampu berpikir kreatif dan inovatif yang mampu

PENDAHULUAN. banyak. Dilihat dari segi ekonomi individual tentu saja masalah. kerja, kita harus mampu berpikir kreatif dan inovatif yang mampu PROPOSAL USAHA PEMBUATAN TELUR ASIN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencari pekerjaan dimasa sekarang ini merupakan hal yang cukup sulit. Banyak sekali calon pekerja yang berkeinginan untuk bekerja di instansi

Lebih terperinci

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin PENGOLAHAN TELUR Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin Materi 8 TATAP MUKA KE-8 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,(3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Berpikir, (6) Hipotesa penelitian dan (7)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur Kedalaman Kantung Udara HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Telur Pembesaran kantung udara telur ayam ras dengan pengolesan minyak kelapa dapat ditekan sampai umur simpan 35 hari (Tabel 6). Kedalaman kantung

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, bergizi tinggi, dan harganya relatif murah sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Afrianto (2002), banyak bahan makanan yang mudah busuk atau tidak tahan lama sehingga terbatasnya lama penyimpanan dan daerah pemasarannya tidak begitu luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bakteri asam laktat di dunia pangan dan kesehatan sudah banyak diaplikasikan. Dalam pengolahan pangan, bakteri ini telah lama dikenal dan digunakan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN

PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN Azzahra Aulia Hanifah *, Hardiyanti Amalia, Mira Nurhayani, Indah Hartati, Bella Paramaeshela Jurusan Teknik Kimia

Lebih terperinci

Penggunaan Ekstrak Kulit Manggis Hasil Ekstraksi Alkohol Untuk Pengawetan Telur

Penggunaan Ekstrak Kulit Manggis Hasil Ekstraksi Alkohol Untuk Pengawetan Telur Jurnal Gradien Vol. 12 No. 2 Juli 2016: 1209-1215 Penggunaan Ekstrak Kulit Manggis Hasil Ekstraksi Alkohol Untuk Pengawetan Telur Bambang Trihadi *, Deni Agus Triawan *corresponding author. Email: bb3hadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam tipe petelur berperan penting sebagai sumber protein. Sasaran sub sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang sering dikonsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang sering dikonsumsi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asin merupakan salah satu sumber protein hewani yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir semua zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat ada didalam telur (Hidayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senyawa xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, dan antimikrobial yang

BAB I PENDAHULUAN. senyawa xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, dan antimikrobial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manggis merupakan buah yang bernama latin Garcinia mangostana L. termasuk dalam family Guttiferae dan merupakan species terbaik dari genus Garcia. Manggis termasuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur adalah bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Telur yang dikonsumsi dapat berasal dari berbagai unggas, umumnya yaitu ayam, itik dan puyuh. Telur

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu produk hasil peternakan yang paling disukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber protein dan mengandung asam amino esensial yang tidak disuplai dari bahan pangan lain, sehingga sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telur Ayam Ras Telur ayam adalah bahan makanan yang dikonsumsi berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Konsumsi telur sebenarnya merupakan salah satu alternatif pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Purata kadar air (% ± SE) tempe dengan penambahan tepung belut dan variasi usar tempe berkisar antara 60,37 ±

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran daging giling yang diberi bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakso Ayam Bakso merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari daging. Dihasilkan dengan mencampur daging, garam, bawang, dan tepung tapioka menjadi adonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI TELUR

STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI TELUR STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI TELUR Kuliah Minggu ke 5 Kelas B Materi kuliah Ilmu Pascapanen Peternakan, Fakultas Peternakan UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Telur sebagai produk hasil ternak lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci