BAB 111. TINJAUAN PUSTAKA. Permintaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 111. TINJAUAN PUSTAKA. Permintaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli"

Transkripsi

1 BAB 111. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Perrnintaan Permintaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi itu,pendapatan nominal, harga komoditi lain dan citra rasa individu. Apabila pendapatan nomina1,citra rasa dan harga komoditi lain dianggap tetap ( asumsi ceritas paribus ) maka diperoleh kurva permintaan individu. Permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor yang menentukan permintaan individu dan jumlah pembeli komoditi tersebut dipasar. Hubungan terbalik antara harga dan jumlah permintaan yang tercermin pada kurva permintaan yang mempunyai kemiringan negatif. Dengan pengecualian kasus yang sangat jarang, kurva permintaan selalu mempunyai kemiringan yang menurun. Hal ini dianggap sebagai hukum permintaan. Harga P 1 <milv ' Kuantum Q Gambar3. Fungsi Permintaan dan Penawaran

2 Didalam teori permintaan dikenal beberapa istilah seperti berikut: - Utilitas ; Individu meminta sesuatu komoditi tertentu untuk memperoleh tingkat kepuasan atau utilitas yang didapatkan dari mengkosumsi komoditi tersebut. Meskipun utilitas total meningkat dengan mengkonsumsi lebih banyak, namun utilitas marjinal yang diterima dari mengkonsumsi tiap unit tambahan komoditi biasanya menurun. Pada tingkat konsumsi tertentu, utilitas akan mencapai maksimum dan utilitas marjinal memjadi nol. Inilah yang dinamakan titik jenuh. Tambahan unit-unit komoditi tersebut akan menyebabkan utilitas total menurun dan utilitas marjinal menjadi negatif. - Kurva indiferen: Kurva indiferen menunjukkan berbagai kombinasi dari komoditi X dan Y yang dikonsumsi dan menghasilkan utilitas atau tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen. Kurva indiferen yang tinggi menunjukkan jumlah kepuasan yang makin besar dan sebaliknya kurva yang lebih rendah menunjukkan jumlah kepuasan yang lebih kecil. Kurva indiferen mempunyai tiga sifat dasar, pertama mempunyai kemiringan negatif, kedua cembung terhadap titik no1 dan yang terakhir kurva indiferen tidak saling berpotongan.kurva konsumsi- pendapatan dan kurva Engel: Dengan mengubah pendapatan konsumen yang berbentuk uang dan citra rasa serta

3 harga barang X dan Y dipertahankan tetap, maka diperoleh kurva konsumsi-pendapatan dan kurva Engel. Kurva konsumsi-pendapatan adalah tempat titik-titik ekuilibrium konsumen dengan berubahnya pendapatan. Kurva Engel memperlihatkan jumlah komoditi yang ingin dibeli konsumen pada periode tertentu dengan adanya perubahan pendapatan. Makanan - Kurva konsumsi pendapatan I \, \ \ ---- Non makanan... Gambar 4. Kurva Konsumsi - Pendapatan 3.2 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga merupakan salah satu unsur permintaan akhir dari produk domestik yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi dan ditambah dengan produk-produk impor. Data PDB Indonesia menunjakkan bahwa nilai tambah bruto yang terserap untuk konsumsi rumah tangga cukup besar yakni 57.8 O/O di tahun 1994 dan terus meningkat mencapai 73.9 O/O ditahun 1999.

4 Besaran ini menunjukkan tingginya pangsa pasar yang diakibatkan oleh besarnya jurnlah penduduk Indonesia. Jumlah konsurnsi rumah tangga di DKI Jakarta tercatat sebesar 45.0 O/O di tahun 1996 dan rneningkat menjadi 50.8 O/O di tahun Pola konsumsi rumah tangga banyak sekali ditentukan oleh besarnya pendapatan dan menurut Engel (hukum), makin rniskin satu keluarga akan rnenyebabkan makin besar bagian pengeluaran untuk keperluan rnakanan. Hal tersebut terlihat dari pola konsurnsi antara rnasyarakat desa dan kota dimana pengeluaran untuk rnakanan rnasyarakat desa sebesar 63.6 O/O dan rnasyarakat kota sebesar 49.8 O/O ditahun Pada saat masyarakat mengalarni rnasa-rnasa krisis pola tersebut bergerak naik rnenjadi 70.2 O/O untuk masyarakat desa dan 56.2 O/O untuk masyarakat kota. Konsurnsi adalah tindakan rnanusia yang akhirnya rnenyebabkan turunnya atau hilangnya ' nilai yang berfaedah " dari barang tersebut. Lawan dari konsurnsi, produksi adalah usaha rnanusia untuk rnenambah " nilai yang berfaedah " dari barang. Dalam ilrnu ekonomi arti konsumsi ada sedikit berbeda dengan arti pemakaian. Bahan- bahan makanan,minuman kayu bakar dan sejenisnya yang habis terpakai dan tidak dapat dipergunakan lagi sesudah digunakan, barang-barang tersebut dinarnakan barang-barang pernakaian atau barang-barang terpakai sekali. Sedangkan barang-barang

5 seperti pakaian, rumah, meja kursi dan sejenisnya merupakan barang-barang guna keperluan konsumsi. Barang-barang tersebut lazim didalam ilmu ekonomi dinamakan " barang-barang penggunaan" atau barang-barang terpakai lama. Dalam melaksanakan SBH, konsumsi rumah tangga diartikan sebagai tindakan rumah tangga dalam menggunakan pendapatannya untuk mendapatkan barang atau jasa yang langsung dikonsumsi. Bukan jumlah pembeliannya yang diukur tetapi jumlah barang atau jasa yang dibeli dan benar-benar dikonsumsi. Untuk memperoleh data tersebut maka dalam pelaksanaan SBH dipakai dua pendekatan, pertama pendekatan konsumsi ( consumtion appoach ) dan kedua pendekatan penyerahan ( delivery appoach ). Menurut teori perilaku konsumen ( Theory of consumer behavior ) konvensional mengansumsikan bahwa seseorang individu yang berdasarkan selera atau preperensi-preperensi tertentu atas serangkaian barang ( fungsi utilitas ) akan selalu memaksimumkan kepuasannya dari mengkonsumsi barang atau jasa yang ditawarkan, sesuai dengan keterbatasan pendapatan dan harga relatif dari masing-masing barang dan jasa tersebut. Pandangan Keynes tentang corak masyarakat yang berhubungan dengan konsumsi, menyebutkan ada 3 dasar yang selalu dilakukan :

6 - Jika pendapatan rnasyarakat naik, rnaka konsumsi pun akan naik, akan tetapi kenaikannya tidak sebanyak kenaikan pendapatan. - Setiap kenaikan pendapatan akan tersalur untuk penambahan konsumsi dan investasi atau tabungan. - Kenaikan pendapatan jarang rnenyebabkan rnenurunnya konsumsi dan investasi. Y = C + I(atauS) LIY = AC +A1 Dirnana : Y = pendapatan C = konsumsi A Y = penambahan pendapatan A C = penambahan konsumsi I = S = investasi atau tabungan A S = penambahan tabungan Jadi ada bagian penarnbahan pendapatan yang digunakan untuk rnenambah konsurnsi atau terjadi perimbangan penambahan konsumsi dari bertambahnya pendapatan ( marginal propensity to consume, MPC = A C / A Y ) dan bagian lain digunakan untuk investasi ( marginal propensity to save,mps = A S / A Y ). Besarnya multiplier kegiatan ekonomi yang diakibatkan tindakan berkonsumsi rnasyarakat akan sebesar k = 11 MPS atau k = 1 / ( 1 - MPC ) Uraian lebih lanjut rnenerangkan bahwa ada beberapa faktor yang mernpengaruhi besar kecilnya MPC yang terbentuk, diantaranya:

7 - Sifat hemat dari masyarakat ; semakin hernat masyarakat maka MPCnya semakin kecil. - Pembagian pendapatan nasional; Jika tambahan pendapatan jatuh ketangangolongan masyarakat yang sudah berpenghasilan tinggi (high income bracket), maka tambahan pendapatan tidak banyak mempengaruhi MPC. Sebaliknya kalau penambahan pendapatan jatuh ke tangan kolompok berpenghasilan rendah ( low income bracket), maka MPC nya menjadi besar. - Harapan mengenai perobahan harga ( price expectation ).Jika seseorang mengharapkan adanya penurunan harga barang-barang konsumsi dimasa mendatang, maka pengeluaran konsumsi akan ditangguhkan sehingga MPC nya mengecil. Sebaliknya, kalau seseorang memperkirakan harga barang konsumsi akan terus meningkat, maka segera pendapatannya akan dibelanjakan untuk konsumsi sehingga MPCnya akan naik. - Keawetan barang-barang konsumsi. Barang-barang konsumsi yang dapat disimpan lama akan mempengaruhi kecepatan untuk rnengeluarkan pendapatannya terhadap barang tersebut, sehingga MPC nya menjadi kecil. - Struktur pajak. Kalau pajak menekan kelompok masyarakat, maka

8 dengan sendirinya MPC akan menjadi kecil Makanan Jadi Makanan jadi adalah produk olahan yang merupakan bagian dari produk makanan yang siap dikonsumsi masyarakat tanpa harus melalui pengolahan lagi. Produk tersebut bukan merupakan kebutuhan utama masyarakat, tetapi kehadirannya diperlukan mengingat sebagian anggota rumah tangga melakukan kegiatan sehari hari diluar rumah dengan waktu kegiatan yang cukup panjang. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan akan makanan jadi menjadi besar. Makanan jadi dihasilkan oleh sektor industri, seperti rokok, minuman ringan, permen, biskuit dan lainnya. Jenis makanan ini memerlukan jasa angkutan dan jasa perdagangan untuk sampai ke konsumen. Kaitan tersebut menggambarkan rentetan perjalanan panjang dari produk tersebut dihasilkan sampai dapat dinikmati oleh masyarakat. Dengan bertambahnya konsumsi pada jenis makanan tersebut tentunya akan mendorong serangkaian kegiatan ekonomi sektor lainnya dan tentunya menambah kesempatan kerja bagi penduduk. Wilayah pemasaran produk tersebut tidak terbatas pada tempat berdirinya usaha, tetapi melebar bahkan sampai keluar negeri. Disamping itu, produk makanan jadi dihasilkan oleh sektor perdagangan seperti produk-

9 produk dari rumah makan, restoran, makanan jajanan dan sejenisnya yang langsung bisa melayani kebutuhan rumah tangga di tempat usahanya. Dilihat dari pengelolaan usaha makanan jadi, kegiatan tersebut memerlukan modal usaha yang besar serta menggunakan teknologi yang tinggi, tetapi usaha ini juga bisa dijalankan dengan modal usaha yang kecil dan tingkat ketrampilan yang sederhana, sehingga semua kalangan masyarakat dapat masuk kedalam usaha tersebut. Disamping itu usaha makanan jadi mempunyai perputaran modal yang cepat terutama pada makanan jadi yang dihasilkan oleh sektor perdagangan. Lokasi usaha bisa tetap, tetapi banyak produk dari usaha makanan jadi dijajakan dari rumah kerumah atau dari satu tempat ke tempat lain. 3.3 Harga Barang dan Jasa Harga dari barang dan jasa merupakan pembatas lain dari pilihan seseorang untuk mengkonsumsi barang atau jasa. Harga itu sendiri merupakan titik temu antara kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar. Dengan menggunakan kondisi ini, maka akan didapat besaran untuk Q ( kuantum barang yang diminta) serta P harga kesepakatan yang terjadi di pasar dari barang yang diminta. Secara matematis gambaran tersebut dapat diperoleh sebagai berikut:

10 Supply : dt = a1 pt + et Demand: qdr = b2pt + b3yt + ut Bentuk model sederhana : st = alb3/(al-b2) ~t +(a~ut -b2 et)/(al - b2 )=n12 yt+vlt pt=b3/(a1 -b~)~t+(ut -et)/(al - 2 ) = n12yt +v~t dan a1 = Zytqt/Zpt yt dimana : q = jumlah kuantum barang yang diminta pt = harga barang y = pendapatan al. b2, b3 et, ut = parameter = galat Harga akan bergerak naik atau turun karena beberapa sebab diantaranya: - perubahan harga yang hanya berlangsung pada musim-musim tertentu ( seasonal) - perubahan harga yang disebabkan oleh depresiasi nilai tukar uang - perubahan rate pajak tak langsung ( inderect tax rate ) - penyesuain harga yang besar dan tak berkala yang dilakukan baik oleh sektor swasta maupun pernerintah

11 Disamping itu ada unsur-unsur diluar dari harga barang atau jasa itu sendiri yang menyebabkan berubahnya harga barang atau jasa tersebut diantaranya : - perubahan rate pajak terhadap barang atau jasa - harga bahan baku produksi ( priceshocks) - harga energi dan biaya tranportasi - kenaikan harga karena kelangkaan pasokan ( supplyshortage) Ada beberapa penurunan fungsi permintaan yang dikaitkan dengan harga diantaranya, penurunan fungsi perrnintaan Marshall. Untuk menurunkan fungsi permintaan biasa (q ) menurut Marshall, dipertahankan anggaran pendapatan Mo menjadi tetap dan harga-harga dari q dapat ber-ubah-ubah. Pada tingkat harga yang lebih tinggi PI (PI > Po ), garis anggaran berlereng lebih curam dan konsumen menyesuaikan pernbelian G dan q untuk mencapai tingkat keseimbangan baru pada tingkat kepuasan yang lebih rendah U1, dimana konsumen akan mengkonsurnsi q sebanyak q unit. Kombinasi (q, dan PI ) merupakan titik kedua dari fungsi permintaan biasa Marshall. Titik ketiga pada fungsi permintaan diperoleh dengan harga q yaitu P2 yang lebih rendah dari Po (P2 < Po ). Kemudian kendala anggaran menyinggung garis tingkat kepuasan yang lebih tinggi U2. sehingga

12 terbentuklah keseimbangan pada titik y. Dengan menghubungkan titik-titik x,o dan y akan diperoleh kurva permintaan Marshall. Penurunan fungsi permintaan lainnya yang dikembangkan oleh Hicks yang dikenal dengan istilah penurunan Compensated atau Hicksian Demand. Untuk mendapatkan fungsi tersebut, maka perlu dipertahankan tingkat kepuasan yang tetap (UO konstan ), tetapi harga q berubah-ubah. Agar individu bisa mempertahankan tingkat kepuasannya pada tingkat semula UO, maka individu tersebut harus menambah pendapatannya. Dalam kasus ini dibiarkan terjadinya perubahan pendapatan sesuai dengan keinginan agar kepuasan semula dapat dipertahankan. Itulah sebabnya dipakai istilah compensated yang berarti pergantian kehilangan pendapatan. Kurva permintaan \. Marshall u1-0 b Y Gambar5. Kurva Permintaan Marshall dan Hich

13 3.3.1 Elastisitas Harga dan Pendapatan lumlah kornoditi yang dirninta akan bergeser naik atau turun tergantung dari bergeraknya harga barang itu dan pendapatan konsurnen. Sifat pergerakan perrnintaan tersebut dapat diamati dengan rnenghitung koefisien elastisitas. Koefisien elastisitas harga permintaan (e) diperoleh dengan mengukur persentase perubahan jumlah komoditi yang diminta perunit waktu karena adanya pergeseran persentase perubahan harga tertentudari komoditi tersebut. e =(AQ/Q)/(AP/P) =(AQ/AP)(P/Q) dimana : e Q = koefisien elastisitas harga permintaan = Jumlah barang yang diminta AQ = perubahan jumlah barang yang diminta P = harga dari barang AP = perubahan harga barang Perrnintaan disebut : elastis jika e > 1 inelastis jika e < 1 elastis uniter e = 1 Pergeseran jurnlah permintana atas kornoditi tertentu (X) juga bisa diakibatkan oleh adanya perubahan harga dari barang yang lain (Y). Pengukuran pergeseran tersebut dapat dilihat dengan rnenggunakan koefisien elastisitas silang. Koefisien elastisitas silang dari permintaan

14 kornoditi X terhadap kornoditi Y ( e, ) diperoleh dengan rnengukur persentase perubahan jurnlah X yang dibeli per unit waktu akibat adanya perubahan pada harga komoditi Y dan dapat diformulakan sebagai berikut : ew = (A Qx /A Py)(py /Qx) dirnana: e, = elastisitas silang dari perrnintaan kornoditi X terhadap perubahan harga komoditi Y AQ, = perubahan permintaan kornoditi X A P, = Perubahan harga kornoditi Y P, = Harga kornoditi Y Q = Jurnlah permintaan komoditi X Pergeseran jumlah perrnintaanatas kornoditas tertentu (X) tidak hanya diakibatkan oleh bergesernya harga, baik harga dari barang tersebut rnaupun harga barang lainnya, tetapi perrnintaan juga bisa berubah akibat adanya perubahan pendapatan. Koefisien elastisitas dari perrnintaan kornoditas X dengan adanya perubahan pendapatan dapat ditulis sebagai berikut : exm = (AQx/Qx)/ (A M/M) = (A Qx/A M)/ (M/Qx) Dirnana : ex, = elastisitas dari perrnintaan kornoditi X terhadap perubahan pendapatan A Q, = perubahan perrnintaan kornoditi X

15 A M = perubahan pendapatan Q = jumlah permintaan komoditi X M = pendapatan Ada beberapa jenis formula AIDS untuk demand elastisitas yaitu : 71 =+[P,I +2pi2/09(; )+I ( income elasticities ) EY =(xy/wi)-1 ( uncompensated own price elasticities ) EY =(ry/w1)-1 ( uncompensated cross price elasticities ) Ey = ry{$[pl~ +2Pulog(; ))+w, -1 ( Compensated own price elasticities) EY = ry{$[pil +2P12log($ ))+w ( compensated cross price elasticities) 3.4 Ciri dari Rumah Tangga Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga rnerupakan salah satu ciri yang dirniliki rurnah tangga yang berpengaruh besar terhadap pola konsumsi rumah tangga tersebut. Pada hasil survey rumah tangga biasanya pendapatan rumah tangga didekati dengan total pengeluaran rurnah tangga. Hal tersebut dilakukan karena catatan pendapatan rurnah tangga yang dikumpulkan

16 secara langsung banyak menemui hambatan. Dengan menggunakan ciri ini maka akan didapat fungsi permintaan terhadap pendapatan dari barang dan jasa, khususnya untuk makanan jadi. Nilai pendapatan juga dapat ditemui pada salah satu hasil penghitungan PDB dengan istilah pendapatan per kapita, tetapi hitungan tersebut bukan mencerminkan pendapatan murni dari rumah tangga. Angka tersebut merupakan gabungan pendapatan nasional atau regional yang diperoleh dari penghitungan seluruh nilai tambah nasional atau regional yang dibagi oleh banyaknya penduduk Ciri Lain dari Rumah Tangga Ciri-ciri lain yang dimiliki rumah tangga seperti jumlah anggota rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja dan usia kepala rumah tangga dan lokasi tempat tinggal rumah tangga merupakan preperensi- preperensi rumah tangga yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran rumah tangga dalam berkonsumsi, khususnya untuk makanan jadi. Data tersebut diperoleh dari hasil SBH 1996 dimana setiap rumah tangga yang terpilih dalam survey memiliki ciri tertentu.

17 3.4.3 Wilayah Tempat Tinggal dari Rumah Tangga Pola konsumsi masyarakat akan terbentuk akibat besarnya pengaruh pendapatan dan harga dari barang atau jasa yang dikonsumsi. Tetapi besarnya pengaruh lingkungan perlu dilihat, mengingat DKI Jakarta yang dibagi kedalam 5 wilayah tingkat 11, tentunya ada kebiasaan- kebiasaan masyarakat atau kondisi tertentu yang akan mempengaruhi keinginan untuk mengkonsumsi makanan jadi. Dalam bahasan nanti akan dilihat pola konsumsi makanan jadi masyarakat per wilayah yang akan dikaitkan dengan jumlah pendapatan dan ciri lain dari rumah tangga. 3.5 Dampak Multiplier dari Usaha Makanan Jadi Makanan jadi merupakan bentuk panganan olahan yang siap untuk dikonsumsi tanpa melalui proses pengolahan lagi. Jenis makanan ini sangat banyak dan beragam bentuk dan rasanya. Dengan banyaknya keragaman jenis dari panganan ini mengakibatkan satu usaha sulit untuk menguasai pasar secara luasdan tingkat persaingan usaha sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan para pengusaha makanan jadi umumnya sukar untuk menaikkan harga jual produknya mana kala terjadi kenaikan biaya produksi. Kondisi ini dapat ditunjukkan dengan besarnya tingkat inflasi selama tahun 1996 dan 1997 sebesar nol.

18 Ada beberapa produk dari makanan jadi dikuasai oleh beberapa usaha dengan wilayah pemasaran sangat luas. Produk tersebut seperti rokok, minuman ringan yang sering mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi. Hal tersebut bisa dilakukan pengusaha karena pasar yang dimiliki sangat luas dan hanya beberapa usaha saja yang menghasilkan jenis produk yang sama sehingga perusahaan tersebut dapat menyesuaikan harga jualnya tanpa atau tidak banyak mempertimbangkan perusahaan sejenis lainnya.tetapi, baik produk makanan jadi yang mempunyai jaringan luas atau jaringan pemasarannya hanya terbatas pada wilayah tertentu. Masing-masing kegiatan tersebut tentunya akan memiliki rentetan dampak terhadap jenis usaha lain yang mempunyai kaitan dengan usaha makanan jadi. Makanan jadi yang dihasilkan oleh usaha industri tentunya memerlukan jasa distribusi untuk memasarkan produknya sehingga sampai ketangan rumah tangga. Jadi dengan bertambah besar porsi konsumsi rumah tangga akan produk tersebut, maka diperlukan tambahan jasa distribusi berupa usaha angkutan, perdagangan dan jasa lainnya. Dengan gambaran tersebut tentunya penambahan permintaan akan barang tersebut merupakan peluang bertambah dalam penyerapan tenaga kerja baru.

19 3.6 Tenaga Ke ja Dalarn ilrnu ekonorni istilah "tenaga kerja" rnernpunyai arti yang berlainan dengan arti yang lazirn digunakan orang dalarn percakapan sehari-hari. Tenaga kerja adalah suatu alat kekuasaan manusia baik yang berupa tenaga jasrnani ( tenaga fisik ) rnaupun yang berupa tenaga rohani ( buah pikiran ) yang ditujukan kepada usaha produksi. Jadi pengerahan tenaga kerja yang tidak ditujukan kepada usaha produksi, tidak dapat dianggap sebagai tenaga kerja. Keperluan hidup seseorang akan barang dan jasa sebagian besar tidak akan diperoleh sebagai anugerah alam. Kebutuhan manusia akan diperoleh dengan jalan bekerja baik secara langsung rnaupun tidak langsung. Dalam sejarah, penghargaan masyarakat atas bekerja selalu berubah-ubah. Pendirian rnasyarakat terhadap masalah ini tergantung dari tingkat peradaban, sifat dari rnasyarakat, agarna dan lainnya. Sifat tenaga kerja berlainan dengan sifat barang karena tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dari manusia. Kedua, tenaga kerja tidak seperti barang yang dapat disimpan untuk menunggu keadaan pasar. Tenaga kerja yang tidak dapat dijual hari ini, tidak a kan berharga ( labour will not keep ).

20 Ketiga, tenaga kerja sifatnya kurang dapat bergerak dari satu tempat keternpat lain. Keernpat, kernampuan atau kekuatan bekerja dari seseorang tergantung dari kesehatan badan sehingga kemampuan seseorang kurang tepat untuk dibandingkan dengan mesin atau alat produksi lainnya. Kelima, kernampuan bekerja seseorang bisa dipertinggi dengan diberikan pelatihan. Keenam, kernarnpuan bekerja seseorang dipengaruhi oleh suasana lingkungan seperti hubungan antara atasan dan bawahan, organisasi perusahaan dan lainnya. Terakhir kemampuan bekerja seseorang tergantung dari keinginan orang tersebut. Disarnping itu ada beberapa pandangan tentang nilai dari suatu pekerjaan. Menurut aliran mercantilisme yang berpendirian bahwa suatu pekerjaan itu baru dapat dinamakan produktif, apabila pekerjaan itu dapat rnenarnbah kekayaan didalam usaha perdagangan, industri atau memasukkan logarn mulia kedalarn negeri. Paharn physiokratisrne berpendirian bahwa pekerja petanilah yang produktif, karena hanya petanilah yang dapat mendatangkan hasil lebih dari usaha pertaniannya. Adam Smith berpendirian lain, ia menyatakan bahwa pekerjaan yang mendatangkan barang-barang

21 yang nyata saja yang dapat dianggap produktif. Sebaliknya J.B Say dan F. List berpendirian bahwa jasa dari seseorangpun dapat dikatakan pekerjaan produktif. Pandangan tersebut merupakan pandangan lama tentang nilai dari suatu pekerjaan dan menurut pandangan sekarang, suatu pekerjaan dapat dikatakan produktif apabila pekerjaan itu dapat menambah kekayaan nasional. Cara pandang itupun bisa berbeda antara buruh dan rnajikan. Buruh menganggap pekerjaan itu baru bisa dianggap produktif apabila penghargaan atas pekerjaan tersebut lebih tinggi dari tenaga yang dicurahkan. Sedangkan dari sudut pandang majikan, pekerjaan itu baru dipandang produktif kalau pekerjaan itu dapat mendatangkan keuntungan. rnenyangkut tentang pepandangan Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang balas jasa terhadapnya rnerupakan salah satu kornponen input primer. Sesuai dengan asumsi dasar model 1-0, rnaka tenaga kerja memiliki hubungan linear dengan output. Hal ini berarti bahwa naik turunnya turunnya output disuatu sektor akan berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja sehingga jumlah tenaga kerja yang bisa terserap menjadi:

22 dimana : L* = Kebutuhan tenaga kerja yang dipengaruhi permintaan akhir [: 1 ( Vector) L = 0 Li 0 = matriks diagonal koefisien tenaga kerja ( I - A )-' F = output yang dipengaruhi permintaan akhir

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN 1. PENDEKATAN KARDINAL Pengertian dan Asumsi Umum Penilaian seseorang terhadap suatu barang akan mempengaruhi pola perilakunya dalam berkonsumsi. Tujuan utama dari konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 06Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Teori Tingkah Laku Konsumen, Konsep Cardinal Utility Approach, Kurva Indeference Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen TEORI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan

Lebih terperinci

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve) Teori Ekonomi Mikro Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama (Indifference Curve) Arti Kurva Kepuasan Sama Kurva yang menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dari komoditi x dan y yang menghasilkan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Review Bab 1-6 Fakultas 7FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Masalah Ekonomi dan Kebutuhan Membuat Pilihan Kelangkaan (scarcity)

Lebih terperinci

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi KTSP & K-13 Kelas X ekonomi TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Komsumen a. Pendekatan Kardinal Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilian. Jadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen Pertemuan Ke 4 Teori Tingkah Laku Konsumen Ada dua pendekatan 1. Pendekatan nilai guna (Utiliti) kardinal Yaitu kenikmatan konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif 2. Pendekatan nilai guna (Utiliti)

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang rnenarik untuk diamati rneskipun dalam kondisi krisis beberapa tanun terakhir ini. Tingginya populasi masyarakat

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Penggunaan Fungsi dalam Ekonomi Matematika adalah suatu alat untuk menyederhanakan penyajian dan pemahaman suatu masalah. Dengan menggunakan bahasa matematika, penyajian suatu

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU KONSUMEN (Pendekatan Kardinal) 2 Pengertian dasar Perilaku konsumen dianalisa untuk mengetahui

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM), 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian daerah untuk menambah penghasilan daerah.

Lebih terperinci

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN 1. Permintaan dan penawaran 2. biaya, produksi, dan keuntungan TIK : Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang diterapkan dalam kegiatan pertanian PERMINTAAN

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi.

PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi. PERMINTAAN DAN PENAWARAN Tri Wahyu Nugroho, SP. MSi. Materi Kurva Permintaan Faktor faktor yang mempengaruhi permintaan Elastisitas permintaan Kurva Penawaran Faktor faktor yang mempengaruhi penawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan nominal per kapita masyarakat Indonesia meningkat cukup besar hingga 11.6% per tahun sejak 2001. Namun kenaikan pertumbuhan secara nominal ini tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan rnerupakan kebutuhan dasar rnanusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Kondisi terpenuhinya kebutuhan ini dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Undang-undang No. 7

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

KURVA PERMINTAAN AGREGAT (AGGREGATE DEMAND AD) PADA DIAGRAM AD AS (AGGREGATE SUPPLY - PENAWARAN AGREGAT) BERDASARKAN FUNGSI DARI SETIAP KOMPONEN AD

KURVA PERMINTAAN AGREGAT (AGGREGATE DEMAND AD) PADA DIAGRAM AD AS (AGGREGATE SUPPLY - PENAWARAN AGREGAT) BERDASARKAN FUNGSI DARI SETIAP KOMPONEN AD Bahan 4a - Kurva Permintaan Agregat Pada Diagram AD-A KURVA PERMINTAAN AGREGAT (AGGREGATE DEMAND AD) PADA DIAGRAM AD A (AGGREGATE UPPLY - PENAWARAN AGREGAT) BERDAARKAN FUNGI DARI ETIAP KOMPONEN AD I. BERDAARKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen terhadap produk olahan perikanan yang berrnutu, dewasa ini rnuncul industri pengolahan perikanan yang rnengalarni

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran konsumsi rumah tangga

Lebih terperinci

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah. permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah. permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga A. TEORI PERMINTAAN (DEMAND) Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9 ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9 Elastisitas... adalah ukuran seberapa besar para pembeli dan penjual memberikan reaksi terhadap perubahanperubahan kondisi yang terjadi di pasar. 2 Elastisitas

Lebih terperinci

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan RINGKASAN ANNA SITI NURDJANAH DASRIL. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia 1971-1990. (Di bawah bimbingan BUNGARAN SARAGIH sebagai ketua, MANGARA

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi TEORI KONSUMSI: Pendekatan Kardinal: UTILITY Definisi Utility (Total

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah 5. Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah Mengapa Anda Perlu Tahu Kita tulis kembali krisis yang melanda Indonesia tahun 1997 sebagai momentum memasukkan peran pemerintah dalam

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1 Tinjuan Pustaka Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jumlah penduduk lndonesia yang besar dengan laju tingkat

PENDAHULUAN. Jumlah penduduk lndonesia yang besar dengan laju tingkat L PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lndonesia yang besar dengan laju tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran berbagai jenis produk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tidak ada gading yang tak retak, kepada para pembaca kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku ini kedepan.

KATA PENGANTAR. Tidak ada gading yang tak retak, kepada para pembaca kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku ini kedepan. i KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penulisan buku Pengantar Teori Ekonomi. Buku ini bukanlah karya tulis asli dari penulis tetapi kumpulan materi kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.

Lebih terperinci

Konsep Elastisitas. Pertemuan 3. Nina Nurhasanah, SE, MM. Nina Nurhasanah, SE, MM - Univesitas Esa Unggul

Konsep Elastisitas. Pertemuan 3. Nina Nurhasanah, SE, MM. Nina Nurhasanah, SE, MM - Univesitas Esa Unggul Konsep Elastisitas Pertemuan 3 Nina Nurhasanah, SE, MM Pengertian Elastisitas Secara sederhana Elastisitas mengukur presentase perubahan suatu variabel sebagai akibat adanya perubahan variabel lain Elastisitas

Lebih terperinci

Bab. I. PENDAHULUAN 1.1. Konsep dasar ekonomi:

Bab. I. PENDAHULUAN 1.1. Konsep dasar ekonomi: Bab. I. PENDAHULUAN Dalam kegiatan rekayasa pembangunan secara keseluruhan yaitu mulai dari terbentuknya ide (sasaran) yang akan dicapai sampai tahapan operasional dan pemeliharaannya diperlukan biaya.

Lebih terperinci

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1 Harga Harga Keseimbangan dibentuk oleh Harga Pendapatan Selera Konsumen Harga Barang Lain Perkiraan dipengaruhi oleh Permintaan dijelaskan oleh Hukum Permintaan berbeda-beda dalam hal Penawaran dijelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PASAR Permintaan yang secara relatif stabil memungkinkan operasi produksi yang

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala

Lebih terperinci

HOUSEHOLD EQUILIBRIUM

HOUSEHOLD EQUILIBRIUM Minggu ke 2 HUSEHLD EQUILIBRIUM leh Dr.Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. 22 Februari 2013 1 Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu: Menjelaskan dan menggambarkan

Lebih terperinci

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN Dibuat oleh: Wahyuli Ambarwati Wulandari 7211410094 Akuntansi S1, 2010 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG 2012 A. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN Pendekatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PERMINTAAN DAN PENAWARAN

BAB I PERMINTAAN DAN PENAWARAN Ekonomi Manajerial ermintaan dan enawaran utu Semaradana, S.d BAB I ERMINTAAN AN ENAWARAN A. engertian, Hukum, Kurva dan Teori ermintaan a. ermintaan (emand) ermintan adalah banyaknya jumlah barang yang

Lebih terperinci

PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR. Bubba s Ice Cream

PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR. Bubba s Ice Cream PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR Bubba s Ice Cream Permintaan dan Jumlah barang yang diminta. Permintaan didefinisikan sebagai berbagai kombinasi harga dan Jumlah barang yang ingin dan dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

Elastisitas. SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP

Elastisitas. SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP Elastisitas SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP www.sulasmiyati.lecture.ub.ac.id Pendahuluan Elastisitas merupakan persentase perubahan pada variabel dependen/tak bebas/ terikat dikarenakan adanya perubahan variabel

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

Materi 4. Sistem Pasar. Price Rationing (Penjatahan Berdasarkan Harga) Sistem Pasar disebut juga Sistem Harga Menjalankan dua fungsi penting

Materi 4. Sistem Pasar. Price Rationing (Penjatahan Berdasarkan Harga) Sistem Pasar disebut juga Sistem Harga Menjalankan dua fungsi penting istem asar Materi 4 Aplikasi & Elastisitas enawaran & ermintaan istem asar disebut juga istem Harga Menjalankan dua fungsi penting rice reasoning untuk mengalokasikan barang & jasa pada konsumen Menentukan

Lebih terperinci

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog: Pokok Bahasan 3 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id; syahza.almasdi@gmail.com Guru Besar Universitas Riau Pandangan Klasik, Keynes

Lebih terperinci

01 ELASTISITAS PERMINTAAN (Dua Variabel Bebas) Elastisitas

01 ELASTISITAS PERMINTAAN (Dua Variabel Bebas) Elastisitas 01 ELASTISITAS PERMINTAAN (Dua Variabel Bebas) Elastisitas Elastisitas (pemuluran) adalah pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta atau yang ditawarkan. atau Elastisitas adalah tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI

PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI Agar fungsi permintaan dan fungsi penawaran dapat digambarkan grafiknya, maka faktor-faktor selain jumlah yang diminta dan harga barang dianggap tidak berubah selama

Lebih terperinci

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi Yang dimaksud dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan Hubungan antara konsumsi dan pendapatan Pada saat pendapatan rendah, rumah tangga mengorek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori Teori Permintaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori Teori Permintaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori 2.1.1 Teori Permintaan Permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Hubungan antara jumlah

Lebih terperinci

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi Xpedia Ekonomi Makroekonomi Doc. Name: XPEKO0399 Doc. Version : 2012-08 halaman 1 01. Pengangguran friksional / frictional unemployment ialah... (A) diasosiasikan dengan penurunan umum di dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

Lebih terperinci

BAB I PERMINTAAN DAN PENAWARAN

BAB I PERMINTAAN DAN PENAWARAN BAB I ERMINTAAN AN ENAWARAN A. engertian, Hukum, Kurva dan Teori ermintaan a. ermintaan (emand) ermintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu

Lebih terperinci

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD)

Kerangka IS-LM. Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) 7. Kerangka IS-LM Sebuah Pengantar untuk Keseimbangan Permintaan Agregat (AD) Mengapa Anda Perlu Tahu Pembahasan model keseimbangan silang Keyness mengasumsikan bahwa tingkat suku bersifat eksogen dalam

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan bagi masyarakatnya dari sektor pertanian. Hasil olahan dari sektor

I. PENDAHULUAN. pangan bagi masyarakatnya dari sektor pertanian. Hasil olahan dari sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara agraris yang dapat mencukupi kebutuhan pangan bagi masyarakatnya dari sektor pertanian. Hasil olahan dari sektor pertanian dapat berupa

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci