BAB 1 PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki luas km2 dan berpenduduk sebanyak jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah yang beribukota di Palangka Raya terbagi dalam 13 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Gunungmas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Murungraya, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, dan Kota Palangka Raya. Sebagai salah satu kabupaten yang ada di provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kapuas adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang memiliki 17 kecamatan dengan luas km2 atau ha dengan jumlah penduduk jiwa. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah peningkatan penduduk yang terjadi di Kabupaten Kapuas cukup tinggi yaitu sebesar 0,74%. Dengan adanya luas wilayah yang dimiliki, Kabupaten Kapuas memiliki sektor pertanian andalan dan lumbung pangan Kalimantan Tengah yang berupa padi. Tak kurang dari 65 persen produksi beras Kalimantan Tengah dipasok oleh Kabupaten Kapuas. Secara umum, Kabupaten Kapuas sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura khususnya padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran dan beberapa jenis buah-buahan seperti nanas, 1

2 pisang, rambutan, cempedak, durian dan manggis. Luas potensi lahan pertanian secara umum (dalam arti luas) di Kabupaten Kapuas mencapai ha. Sementara yang tersedia untuk tanaman pangan saat ini seluas ha yang terdiri atas lahan sawah ha dan lahan kering (ladang) ha (Tarukalteng, 2010). Prospek perluasan areal persawahan di daerah ini masih terbuka lebar. Misalnya di Kecamatan Selat, Kapuas Hilir, Kapuas Murung, Pulau Petak, Basarang, Kapuas Barat dam Kecamatan Mantangai. Secara Keseluruhan, struktur ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah dari kabupaten yang ada didalam nya menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia pada tahun 2012 didominasi oleh sektor Pertanian (29,15%), Pengolahan (7,17%) dan Perdagangan (18,93%). Pada sektor pertanian kontribusi sub sektor pertanian ubi kayu menjadi yang terbesar, diikuti oleh kedelai dan jagung. Sektor perdagangan kontribusi sub sektor perdagangan besar dan eceran mempunyai andil terbesar, diikuti oleh restoran dan hotel. Komoditi unggulan Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sektor pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah jagung, kedelai, ubi jalar, ubi kayu, sub sektor perkebunan dengan komoditi kelapa sawit, kakao, karet, kopi, kelapa, aren, cengkeh, jambu mete, kapuk, kemiri, pinang dan lada. Sub sektor perikanan komoditi yang diunggulkan berupa perikanan tangkap, budidaya jaring apung, budidaya keramba, budidaya kolam, budidaya laut, budidaya sawah dan budidaya tambak, sub sektor peternakan komoditinya adalah sapi, babi, domba, kambing, kerbau, dan kuda. Sedangkan untuk sektor jasa yaitu wisata alam dan wisata budaya. 2

3 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2014 terhadap triwulan IV secara siklikal mengalami pertumbuhan sebesar 1,59 persen. Sektor paling tinggi pertumbuhannya adalah Sektor Pertanian (13,03%) (Badan Pusat Statistik, 2014) Sedangkan menurut Bank Indonesia, Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014 tumbuh 5,55%. Sumbangan pertumbuhan terbesar masih berasal dari konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut yang berupa makanan, pakaian ataupun barang-barang yang dibutuhkan (Dumairy, 2004). Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu daerah dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat daerah yang bersangkutan. Faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga seseorang adalah jumlah pendapatan yang diperoleh. Tetapi selain itu ada beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi perubahan konsumsi rumah tangga adalah tingkat bunga, perkiraan di masa depan, jumlah penduduk, kebiasaan adat sosial budaya seseorang, dan juga gaya hidup (Godam, 2007). Dapat dilihat pada Tabel 1.1 dijelaskan bahwa tingkat konsumsi rumah tangga secara keseluruhan yang terjadi di Kalimantan Tengah mengalami peningkatan setiap triwulannya karena adanya peningkatan penduduk di Kalimantan Tengah setiap tahunnya. 3

4 Tabel 1.1 Indikator Perekonomian Regional Kalimantan Tengah Indikator TW III TW IV TW I TW II TW III Indeks harga konsumen 141,95 144,93 147,8 148,67 151,85 Laju inflasi 4,95 6,73 6,45 6,34 6,97 Konsumsi rumah tangga 5,59 6,75 5,97 6,08 7,4 Konsumsi pemerintah 7,64 10,69 10,34 9,92 8,69 Sumber: Bank Indonesia Dari data yang ditunjukkan oleh Bank Indonesia, dapat dilihat bahwa peningkatan konsumsi rumah tangga didukung dengan adanya peningkatan tingkat pendapatan, sehingga kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar dan pola hidup juga menjadi berubah. Setiap orang atau keluarga mempunyai tingkat kebutuhan konsumsi yang dipengaruhi oleh pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya. Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Untuk menduga pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat menggunakan data pendukung yaitu rata-rata pengeluaran perkapita kelompok makanan dan bukan makanan, Indeks Harga Konsumen dan juga jumlah penduduk dari hasil sensus penduduk. Menurut Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah, selama periode 2008 hingga 2012 tingkat kesejahteraan penduduk Kalimantan Tengah mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan oleh semakin meningkatnya tingkat pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan (nominal/riil). Pengeluaran per kapita penduduk tahun 2007 dari Rp meningkat menjadi 4

5 Rp (nominal) dan Rp (riil dengan IHK 2007=100) pada tahun 2012 (BPS, 2012). Pengeluaran per kapita penduduk ini sangat berpengaruh terhadap tingkat pengeluaran yang dilakukan oleh penduduk baik untuk pengeluaran bukan makanan dan juga pengeluaran untuk makanan. Semakin tinggi persentase pengeluaran bukan makanan dan juga pengeluaran makanan dari total pengeluaran yang dilakukan oleh penduduk mengindikasikan adanya perbaikan tingkat kesejahteraan dari daerah tersebut. Berdasarkan Tabel 1.2, terlihat bahwa persentase pengeluaran untuk makanan selalu lebih besar daripada pengeluaran bukan makanan yang merupakan ciri dari daerah berkembang. Namun demikian persentasenya mengalami trend meningkat. Pada tahun 2010 alokasi pengeluaran bukan makanan mencapai 39,08 persen, menjadi 42,96 persen pada tahun 2011 dan terakhir pada tahun 2012 meningkat menjadi 43,93 persen. Tabel 1.2 Persentase Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan Untuk Makanan dan Bukan Makanan Tahun Konsumsi Makanan Konsumsi Bukan Makanan ,98 41, ,25 36, ,92 39, ,04 42, ,07 43,93 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah Walaupun demikian, pada kenyataannya Kalimantan Tengah masih belum bisa mencukupi pasokan bahan pangannya sendiri dan menjadi daerah yang bergantung dengan hasil pangan yang dimiliki oleh daerah lain. Mayoritas 5

6 kebutuhan bahan pokok di Kalimantan Tengah disuplai dari luar pulau seperti Jawa dan Sumatra. Menurut Ir. Dardi sebagai Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kalimantan Tengah, Pasokan pangan dari luar daerah tidak bisa kita tahan dalam pendistribusiannya, sebab kita masih tergantung dengan daerah lain. Kebutuhan pasokan pangan yang ada saat ini belum bisa mencukupi kebutuhan pangan yang diperlukan oleh masyarakat, sehingga distribusi dari daerah bahkan negara lain saat ini tidak bisa dihindari. Bahan pangan yang ada saat ini juga tidak seimbang dengan pasokan kebutuhan para pedagang setempat. Dan ini salah satu alasan jarangnya industri yang bergerak di bahan pangan Gambaran Umum Industri Gambaran umum yang digambarkan dari industri pengadaan bahan pangan dapat dilihat dari perkembangan penyedia bahan pangan yang bermula hanya dari pasar tradisional dan kini berkembang menjadi penjual sayur keliling hingga supermarket yang menjual bahan pangan dengan menawarkan kemudahan, kenyamanan pelanggan dan juga kesegaran bahan pangan yang terjamin. Tetapi menurut Ibu Sise perwakilan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalimantan Tengah menyatakan bahwa pada tahun 2012 industri pangan di Kapuas hanya tumbuh 0,25% saja. Ini menjadi angka yang kecil bagi peningkatan industri pangan di Kapuas karena tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk Kapuas yang meningkat 0,74% (Sise, 2014) Pemain Utama Industri Beberapa pihak yang saat ini yang sudah bergerak di bidang penyedia bahan pangan adalah penjual sayur keliling, toko/warung kecil, dan juga supermarket/minimarket yang memiliki tekhnologi modern agar bahan pangan 6

7 yang ditawarkan dapat bertahan lama. Pasar tradisional masih banyak dijumpai ditengah kota yang menawarkan bahan pangan segar. Kendala beberapa masyarakat jarang untuk berbelanja bahan pangan di pasar tradisional adalah tempat yang kotor, jarak yang jauh, dan kurang praktis. Sehingga beberapa orang lebih memilih untuk mencari tempat penjualan bahan pangan yang mudah dijangkau, bersih dan juga praktis seperti supermarket/minimarket. Dan munculnya para pedagang keliling juga membantu masyarakat untuk mendapatkan bahan pangan yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari. Penjual bahan pangan keliling ini menawarkan kemudahan pelanggan untuk mendapatkan bahan pangan yang diperlukan tanpa pelanggan harus pergi ke pasar tradisional. Tetapi terkadang penjualan dengan menggunakan kendaraan bermotor memiliki resiko yang merugikan bagi penjualnya yaitu dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan pangan yang disediakan karena untuk sampai ke tangan konsumen memerlukan waktu yang lama, sehingga terkadang harga yang ditawarkan tidak mampu untuk jauh lebih tinggi daripada pasar tradisional. Sedangkan perkembangannya penjualan bahan pangan saat ini cukup meningkat karena dilakukan juga di sebuah bangunan yang memberikan fasilitas baik dan produk terbaik dan lengkap, sehingga pelanggan merasakan kenyamanan pada saat berbelanja sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan barang-barang yang ditawarkan terjamin kualitasnya karena bisnis bahan pangan yang berada di sebuah bangunan terjamin kelayakannya karena bisnis bahan pangan tersebut terdaftar secara hukum dan produk yang dijual pun terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sehingga pelanggan mendapatkan 7

8 kepastian dari bahan pangan yang dibeli. Walaupun harga yang ditawarkan lebih mahal, bisnis bahan pangan ini dapat menarik perhatian para pelanggan nya karena menawarkan kenyamanan dan kelengkapan dalam berbelanja. Selain pasar tradisional, penjual keliling dan juga supermarket besar, Kalimantan Tengah dikenal dengan budidaya ikan sungai, sehingga beberapa pihak terkadang menjual hasil budidaya yang dimiliki langsung di pinggir sungai agar kesegaran dari ikan tetap terjaga. Penjualan ini memiliki kelebihan tersendiri, selain dapat memilih secara langsung dan kesegaran ikan terjamin, harga yang ditawarkan lebih murah daripada ikan yang ada di pasar tradisional. Karena jumlah tertentu dari ikan yang dijual, maka masalah yang dihadapi pelanggan adalah kehabisan ikan yang diinginkan dan juga saling berebut ikan yang ada. Pada Tabel 1.3 dijelaskan tentang pesaing yang saat ini bergerak di bidang penyedia bahan pangan dan jumlah penyedia bahan pangan yang ada di Kabupaten Kapuas (Sise, 2014). Tabel 1.3 Penyedia bahan pangan di Kabupaten Kapuas Jenis usaha Jumlah Penjelasan (Kelebihan dan kekurangan) Pasar tradisional 8 Barang yang ada diperoleh dari para petani atau hasil panen sendiri Harga yang ditawarkan murah Lokasi dekat dengan konsumen Tempat tidak terjaga sehingga terlihat lebih kotor Jam buka terlalu pagi Penjual Keliling 38 Barang yang diperoleh langsung dari petani atau pasar tradisional Harga yang ditawarkan relatif lebih mahal daripada pasar tradisional Lokasi menyesuaikan masyarakat yang membutuhkan Bisa delivery order Menawarkan barang sesuai dengan pesanan Barang yang dibawa terkadang tidak terjamin kualitasnya karena memerlukan waktu untuk sampai ketangan konsumen 8

9 Tabel Lanjutan 1.3 Penyedia bahan pangan di Kabupaten Kapuas Toko/warung 24 Barang yang diperoleh berasal dari pasar tradisional atau Minimarket/ supermarket/o utlet besar hasil panen sendiri Harga yang ditawarkan lebih mahal daripada pasar tradisional Lokasi mendekati rumah masyarakat 2 Barang yang diperoleh berasal dari pasar tradisional atau dari petani/peternak secara langsung Harga lebih mahal (karena pajak) Lokasi ditengah kota Biaya pembangunan tinggi sehingga jarang masih dijumpai Barang yang ditawarkan lengkap dan terjamin Kualitas terjamin dan produk terdaftar di BPOM Fasilitas yang ditawarkan memberikan kenyamanan berbelanja 1.2 Lingkungan Internal Perusahaan Lingkungan internal perusahaan menitikberatkan kepada faktor-faktor dari internal perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap bisnis yang dijalankan. Lingkungan internal fokus kepada kekuatan yang dimiliki perusahaan secara internal, serta kelemahannya. Berbicara mengenai bisnis supplier bahan pangan, di Indonesia dapat diketahui bahwa perkembangannya cukup meningkat. Penjualan bahan pangan yang dimulai dari hanya bisnis kecil menggunakan kendaraan seadanya seperti tukang sayur keliling yang menggunakan gerobak dan hanya menggunaan kendaraan roda dua kini muncul outlet-outlet kecil seperti toko yang menjual sayur hingga outlet-outlet besar besar seperti Lotte Mart, Indomart, Alfamart, Hypermart, Carrefour, dan supermarket besar yang menyediakan bahan pangan bagi masyarakat. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang tinggi, Indonesia diyakini memiliki pasar yang potensial bagi supplier bahan pangan. Dengan kondisi seperti yang dijelaskan, muncullah sebuah ide bisnis pengadaan bahan pangan. 9

10 1.2.1 Status Kepemilikan Bisnis pengadaan bahan pangan ini diberi nama EG Food Supplier. EG Food Supplier ini merupakan rencana usaha dalam pengadaan bahan pangan bagi masyarakat perkebunan kelapa sawit khususnya bagi pegawai yang memerlukan jasa untuk pengadaaan bahan pangan yang diperlukan. EG Food Supplier didirikan dengan badan hukum yang berbentuk CV yang didirikan oleh satu orang dan langsung berperan sebagai pemilik dengan modal yang langsung diperoleh dari pemilik tersebut. Tetapi dalam kegiatan operasionalnya, EG Food Supplier dibantu oleh enam orang yang mana setiap orang nya memiliki peran yang berbeda-beda dan setiap orang nya saling membantu demi terciptanya tujuan yang diinginkan perusahaan. Perusahaan EG Food Supplier akan berlokasi di jalan Hiu Putih 7 no 2, Palangkaraya Kalimantan Tengah Lokasi Usaha Dalam melakukan aktivitas penjualan bahan pangan, EG Food Supplier berfokus di wilayah perusahaan Dwie Warna Karya yang berada di Kebupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. PT. Dwie Warna Karya memiliki kurang lebih 760 orang yang berprofesi sebagai karyawan PT. Dwie Warna Karya dan juga keluarga dari karyawan yang menetap didaerah tersebut Jenis Usaha Bisnis bahan pangan EG Food Supplier ini beroperasi dengan menggunakan kendaraan roda enam yang dilengkapi dengan box pendinginan 10

11 yang mana suhunya mampu diatur sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Adanya mesin pendingin ini bertujuan untuk menjaga bahan pangan yang dibawa agar mampu bertahan lebih lama dan agar kualitas bahan pangan dapat terjaga sebaik mungkin. EG Food Supplier juga menjual bahan pangan dengan sistem by order sehingga akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak terutama bagi penjual, karena mengurangi kemungkinan tidak terjualnya bahan pangan yang dibawa. EG Food Supplier akan membawa bahan pangan yang diperlukan setiap 3 kali seminggu atau sesuai dengan keinginan konsumen sehingga mampu memberikan kepuasan terhadap konsumen Keunggulan Usaha Bahan pangan yang disediakan oleh EG Food Supplier adalah bahan pangan Hewani dan juga bahan pangan Nabati. Adapun bahan pangan hewani yang dijual adalah Ikan, Daging Sapi, Daging ayam, dan Telur. Bahan pangan Hewani ini ditawarkan oleh EG Food Supplier berupa produk yang masih segar yang diambil langsung dari supplier berupa pemasok ikan, pemasok ayam, dan pemasok daging sapi. Hal ini dilakukan agar EG Food Supplier dapat memperoleh harga yang rendah dan dapat dijual kepada konsumen juga dibawah harga pesaing. Bukan hanya bahan pangan hewani, tetapi bahan pangan nabati berupa kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang panjang, kacang polong, kacang tanah), sayur-sayuran (sayur toge, sayur bayam, sayur kangkung, sayur singkong, brokoli, kubis, labu, buncis, selada, wortel, tomat), Bumbu-bumbu (cabe, asam, jeruk nipis, daun serai, daun seledri, daun salam, bawang merah, bawang putih, bawang 11

12 bombay), dan juga Umbi-umbian (kentang, ubi kayu) disediakan oleh EG Food Supplier untuk para konsumen. Seluruh bahan pangan yang disediakan adalah bahan pangan yang dipesan langsung oleh konsumen sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. Inti dari kekuatan usaha pengadaan bahan pangan yang diberi nama EG Food supplier ini adalah kemudahan dalam pemesanan bahan pangan yang diinginkan oleh konsumen melalui telefon atau pesan singkat, bahan pangan yang disediakan oleh CV. EG food supplier memiliki kualitas baik karena suhu untuk bahan pangan tetap terjaga sampai ditangan konsumen, bahan pangan yang disediakan sesuai dengan keinginan dan pesanan konsumen dan juga harga yang diberikan pun murah. Perjalananan yang cukup jauh yang kurang lebih harus menempuh perjalanan kurang lebih selama empat jam dari kota ke perusahaan Dwie Warna Karya terkadang menjadi kendala bagi para pesaing yang sudah berjalaan saat ini karena selain menggunakan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat dengan bak terbuka, kendala yang paling besar yaitu kualitas bahan pangan yang dibawa menjadi kurang baik karena terkena debu dan tidak segar karena tidak adanya mesin pendingin yang mampu mengawetkan bahan pangan yang dibawa. CV. EG Food Supplier memiliki inovasi dari masalah yang terjadi yaitu dengan menggunakan kendaraan roda enam yang tertutup dan juga menggunakan mesin pendingin agar bahan pangan yang dibawa memiliki kualitas yang terbaik sampai ditangan konsumen. 12

13 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan dari analisis lingkungan ekstenal, dapat diidentifikasi adanya peluang dan ancaman untuk menjalankan bisnis yang menyediakan bahan pangan bagi penduduk. Peluang yang dapat diindentifikasi adalah penduduk di Kapuas yang meningkat sebesar 0,74% yang menggambarkan bahwa ketersediaan pasar dapat meningkat setiap tahunnya. Peluang lain adalah adanya peningkatan pengeluaran konsumsi makanan yang dilakukan oleh penduduk. Tetapi bukan hanya peluang yang terjadi apabila melakukan bisnis, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah munculnya ancaman yang dapat merugikan perusahaan. Ancaman yang dapat terjadi ketika mengadakan bisnis pengadaan bahan pangan ini adalah mudahnya bisnis ini ditiru oleh pihak lain sehingga mengakibatkan muncul nya persaingan pada bisnis bahan pangan yang menawarkan keunggulan yang lebih baik. Sedangkan dari analisis lingkungan internal dapat diidentifikasi adanya kekuatan dan kelemahan yang terjadi di perusahaan. Kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah dengan adanya kemudahan yang ditawarkan perusahaan dalam pemesanan bahan pangan yang diperlukan dengan menggunakan telepon ataupun pesan singkat. Selain itu, kekuatan yang diberikan perusahaan adalah harga yang lebih murah daripada pesaing dan juga bahan pangan yang dijual terjamin kualitasnya karena menggunakan pendingin yang dapat menjaga ketahanan bahan pangan yang dijual. Adapun hal lain yang harus diperhatikan perusahaan yaitu adanya kelemahan perusahaan yang dapat merusak bisnis yang dilakukan adalah kendala dalam mencari supplier bahan pangan yang dapat memberikan harga 13

14 rendah. Biaya operasional yang cukup tinggi juga menjadi kendala perusahaan untuk dapat memperhitungkan antara biaya dan pendapatan yang didapatkan perusahaan. Selain itu juga karena bisnis masih tergolong dalam bisnis baru yang membutuhkan pemasaran yang dapat menarik dan membuat konsumen loyal. Dari hasil analisis lingkungan eksternal dan juga lingkungan internal yang dihadapi perusahaan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ketika muncul sebuah kebutuhan bahan pangan yang diinginkan oleh konsumen apakah EG Food Supplier mampu mengambil peluang untuk dapat mendistribusikan bahan pangan yang diharapkan oleh konsumen. Serta apakah EG Food Supplier mampu memberikan kontribusi bagi penduduk dan juga petani setempat dengan inovasi penjualan bahan pangan yang menggunakan pendingin yang mampu menjaga kualitas bahan pangan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari rencana bisnis ini yaitu membuat rencana bisnis dari CV. EG Food Supplier agar dapat memberikan proposisi nilai yang dibutuhkan konsumen guna mempermudah dalam pengadaan bahan pangan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penyusunan rencana bisnis pendirian CV. EG Food Supplier, yaitu : a) Bagi akademisi adalah memberikan gambaran rencana bisnis pengadaan bahan pangan. 14

15 b) Bagi pelaku bisnis adalah memberikan referensi dalam mengimplementasikan konsep bisnis untuk perencanaan bisnis di masa datang terutama bisnis penyedia bahan pangan. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang dengan memperhatikan faktorfakor yang dapat mempengaruhi baik eksternal maupun internal, rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat yang dapat dihasilkan dari penulisan laporan ini. BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini menjelaskan mengenai kajian literatur yang terdiri dari teori tentang bahan pangan, gizi seimbang, kanvas model bisnis dan juga teori rencana bisnis fungsional. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan level analisis, sumber data yang digunakan untuk membantu merancang rencana bisnis, metode yang digunakan, dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data. BAB IV RENCANA DAN STRATEGI Bagian ini menjelaskan mengenai berbagai macam strategi yang diterapkan perusahaan untuk melakukan bisnis dan rencana bisnis pengadaan bahan pangan. 15

16 BAB V RENCANA AKSI Bagian ini membahas tentang cara mengelola pelaksanaan strategi secara rinci, siapa penanggung jawab, mengukur kinerja yang dan juga mengatur waktu yang digunakan perusahaan sehingga kegiatan dapat dijalani sesuai dengan rencana yang telah disepakati. 16

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Bidang Tanaman Pangan

Bidang Tanaman Pangan Bidang Tanaman Pangan SASARAN Dinas Tan. Pangan, Horti. & Peternakan Kalimantan Tengah 1 Meningkatkan Jumlah Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; 2 Meningkatkan Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 12/07/62/Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014, PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 944 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 4.116 TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 No. 13/07/62Th.VIII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan dan industri. Apabila pertanian dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN No. 34/08/14/Th.XIV, 01 Agustus 2013 NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN Pada bulan Juli 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 100,43 atau turun 1,84

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) No. 13/12/Th. VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 29.083 RUMAH TANGGA, TURUN 36,17 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah rumah tangga usaha

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

https://ambonkota.bps.go.id

https://ambonkota.bps.go.id No. 02/09/81/Th.IX, 4 September 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU AGUSTUS 2017 SEBESAR 101,16, NAIK 0,31 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Agustus 2017 adalah sebesar 101,16, atau

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 No. 23/04/35/Th.X, 2 April 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2012 Turun 0,79 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 Kementerian PPN/ Bappenas ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

No. 02/10/81/Th.IX, 2 Oktober NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER SEBESAR 101,33, NAIK 0,17 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada September adalah sebesar 101,33, atau naik sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 97,22 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Februari 2013 sebesar 97,22

Lebih terperinci

S. Andy Cahyono dan Purwanto

S. Andy Cahyono dan Purwanto S. Andy Cahyono dan Purwanto Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend A. Yani-Pabelan, Kartasura. PO BOX 295 Surakarta 57102 Telp/Fax: (0271) 716709; 716959 Email:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Jenis-jenis produk pangan IPB 2 Jenis produk. Bio yoghurt. Chicken nugget stick & wings Jambu Taiwan IPB 02

PENDAHULUAN. Tabel 1 Jenis-jenis produk pangan IPB 2 Jenis produk. Bio yoghurt. Chicken nugget stick & wings Jambu Taiwan IPB 02 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Petani yang sejahtera, kondisi ketahanan pangan yang baik, dan kemandirian teknologi tentu dapat menjadi pilar yang kokoh dalam memajukan perekonomian nasional (Hatta, 29 November

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2015 SEBESAR 96,93 ATAU NAIK SEBESAR 0,52 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2015 SEBESAR 96,93 ATAU NAIK SEBESAR 0,52 PERSEN No./12/71/Th.IX, 01 Desember 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2015 SEBESAR 96,93 ATAU NAIK SEBESAR 0,52 PERSEN Pada bulan November 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi

Lebih terperinci

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak Hasil-hasil penelitian/pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya BPTP Sulawesi Tengah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang selanjutnya perlu disebarkan kepada pada ekosistem

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK Jurnal S. Pertanian 1 (3) : 213 222 (2017) PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 1 Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013 No. 12/08/62/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 1.013 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 3.884 TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 56 TON

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 MARET 2015 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 SEPTEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 MARET 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 AGUSTSU 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, baik dari segi pakan unggas, komoditi unggas, dan pengolahan produk unggas dalam skala besar

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN No. 02/07/81/Th.IX, 3 Juli 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Juni 2017 adalah sebesar 101,07, atau naik sebesar

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 JUNI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian Perekonomian Daerah Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan pertanian masih didominasi

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 APRIL 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 No. 68/11/35/Th.X, 1 November 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Oktober 2012 Naik 0,33 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 MEI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN ST01-L BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 01 PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN RAHASIA I. KETERANGAN UMUM RUMAH TANGGA 101. Provinsi Kab/Kota Kecamatan Desa/Kel. No.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017 No. 33/06/36/ Th.XI, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2017 SEBESAR 98,86 ATAU NAIK 0,17

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 OKTOBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan :

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan : PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan : Nama Kecamatan : Karera Jumlah Desa / Kelurahan : 70 Desa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN No.02/09/72/Th. XII, 1 September 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR 98.92 PERSEN A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada Bulan Juli 2009, NTP Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JULI 2017 SEBESAR 100,85, NAIK 0,22 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JULI 2017 SEBESAR 100,85, NAIK 0,22 PERSEN No. 02/08/81/Th.IX, 1 Agustus 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JULI 2017 SEBESAR 100,85, NAIK 0,22 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Juli 2017 adalah sebesar 100,85, atau turun

Lebih terperinci

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Bab 5 Jual Beli Peta Konsep Jual Beli Membahas tentang Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Sekolah Meliputi Meliputi Toko Pasar Warung Supermarket

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang dalam penerapannya mengandalkan sektor pertanian dalam menopang serta sumber mata pencaharian bagi masyarakat. Sektor pertanian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 2 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 09/02/51/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2014, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,23 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci