SINTESA PARTIKEL NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI SOL-GEL DAN FLAME SPRAY PYROLYSIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESA PARTIKEL NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI SOL-GEL DAN FLAME SPRAY PYROLYSIS"

Transkripsi

1 SINTESA PARTIKEL NANOKOMPOSIT -SILIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI SOL-GEL DAN FLAME SPRAY PYROLYSIS Nama : Iva Maula ( ) Paulina Ruliawati ( ) Pembimbing : Prof. Dr. Ir Sugeng Winardi, M.Eng. Dr. Widiyastuti, ST.MT. 1. PENDAHULUAN Saat ini dunia telah mengalami krisis sumber energi. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi yang menciptakan sumber energi baru. Salah satunya adalah dengan cara pembuatan lampu hemat energi seperti LEDs (Light Emitting Diodes). LEDs banyak diaplikasikan untuk sumber pencahayaan karena konsumsi energinya kecil. Zink Oxide () setara dengan Galium Nitrite (GaN) untuk pengaplikasian LEDs (Hagura et al., 2011). Sphanel dan Anderson (1991) telah berhasil menghasilkan partikel dengan diameter dibawah 10 nm dengan menghidrolisis zinc acetat. Namun ukuran partikel ini kemudian mengalami pembesaran karena terjadinya reaksi kimia lebih lanjut maupun koagulasi. Untuk menghentikan pertumbuhan ukuran partikel ini salah satu caranya adalah dengan memperangkap partikel tersebut dalam matriks padatan. Matriks padatan yang digunakan harus transparan, terutama dalam daerah spectrum luminisens dan sebagai matriks padat dipilih silika karena material ini transparan pada daerah cahaya tampak sehingga tidak mengganggu luminisens. Silika merupakan bahan baku utama yang dapat diperoleh dari bahan sintesis seperti silika fumed, TEOS (Tetroethylorthosilicate) dan TMOS (Tetramethylorosilicate) (Deng et al., 2005). Bahan silika diatas sangat terbatas dan mahal sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan alternatif lain untuk mencari sumber silika dari bahan yang murah dan ramah lingkungan seperti waterglass (Balkis & Setyawan, 2010). Pembuatan koloid nanopartikel silika dari waterglass baik pada kondisi asam maupun basa telah dilakukan oleh Liu et al. (1993) dengan cara melewatkan melalui resin penukar kation dan anion dengan tujuan untuk menghilangkan impuritis dalam bentuk baik anion maupun kation. Pada penelitian sebelumnya (Lusi & Farida, 2010) telah mencoba membuat silika dari waterglass namun silika yang dihasilkan berbentuk gel ketika konsentrasi silika > 50% mol campuran. Bila yang diinginkan material dalam bentuk partikel maka terbentuknya gel harus dihindari karena dalam aplikasinya yang digunakan sebagai bahan lampu hemat energi adalah dalam bentuk partikel dengan ukuran dibawah 1 µm. Flame Spray Pyrolysis (FSP) mampu menghasilkan campuran partikel metal oxide berukuran nm dengan biaya rendah (Narayanan & Laine, 1997; Laine et al., 1999). Selain itu juga, FSP merupakan proses yang dapat menghasilkan partikel dalam jumlah banyak dan dapat dioperasikan secara continue 2. METODOLOGI Percobaan ini terbagi menjadi 4 tahap, yaitu pembuatan larutan ethanolic dengan metode sol-gel, pembuatan sol silika, pembuatan larutan precursor dan pembentukan partikel dengan menggunakan peralatan Flame Spray Pyrolysis.

2 2.1 Alat yang digunakan Gambar 3.1 Peralatan untuk proses pembuatan precursor Gambar 3.2 Peralatan Flame Spray Pyrolysis 2.2 Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan ini antara lain: Kristal Zn(CH3COO)2.2H2O p.a E.merck, D-6100 Darmstadt, F.R.Germany 99,5 % Larutan ethanol absolut Merck KGaA Darmstadt, Germany Kristal LiOH Merck KGaA Darmstadt, Germany 98% Waterglass Merck KGaA Darmstadt, Germany NaO 8 %, SiO2 27% Kristal KOH Merck KGBA Darmstadt, Germany 2.3. Kondisi Batas Kondisi operasi yang digunakan sebagai berikut:

3 1. Pelarutan Zn(CH3COO)2.2H2O dengan larutan ethanol yang disertai dengan pengadukan dan pemanasan 2. Destilasi larutan etanolik zinc acetate pada rentang suhu C 3. Larutan yang telah didistilasi kemudian ditambahkan LiOH.H2O pada suhu sekitar 0 C dan diikuti dengan pengadukan 4. Pelarutan waterglass dalam aquadest 60 oc 5. Temperatur pembakaran dengan mengatur laju alir oksigen 2,5 liter/menit, LPG 0,5 liter/menit, carrier gas dengan laju 2 liter/menit 6. Tekanan operasi 1 atm 2.4. Prosedur Penelitian untuk Pemodelan Persiapan Larutan ethanolic Persiapan larutan ethanolic dilakukan dengan cara melarutkan M Zn(CH3COO)2 2H2O ke dalam ethanol 200 ml. Zinc Acetate Dihydrate yang berbentuk kristal sulit melarut dalam ethanol sehingga proses pelarutan harus disertai dengan pemanasan. Pelarutan dilakukan langsung di dalam peralatan distilasi pada suhu + 57 oc. Setelah Zinc Acetate Dihydrate larut sempurna dalam ethanol, larutan tersebut kemudian didistilasi pada + 78 o C disertai pengadukan dengan magnetic stirring bar sampai didapatkan larutan yang tersisa dalam flask sekitar 80 ml. Selanjutnya melarutkan Lithium hidroxide, 4 M LiOH dimasukkan ke dalam ethanol 120 ml. Setelah kristal LiOH larut sempurna dalam ethanol kemudian kedua larutan dicampur. Pencampuran dilakukan menggunakan ultrasonic bath pada suhu + 0 oc selama 10 menit, dimaksudkan mempercepat pelepasan ion OH, sehingga reaksi langsung untuk membentuk yang stabil Pembuatan sol silika dari waterglass Pembuatan sol silika dilakukan dengan cara melarutkan waterglass dalam aquadest yang mempunyai suhu + 60 oc dan selanjutnya setelah temperatur turun menjadi + 30 oc larutan waterglass dilewatkan ke resin kation Pembuatan larutan precursor Larutan precursor yang dimaksud adalah campuran antara sol dan sol silika. Berikut ini adalah precursor dengan berbagai variasi mol dan SiO2 yang digunakan: tidak ada M sol SiO2 16,7 ml M sol SiO2 M sol SiO2 1 sol SiO2 yang M sol SiO2= 0% 100% M sol SiO2 25% M sol SiO2=50% 50% M sol SiO2 75% Gambar 3.3 Variasi %mol SiO2 dengan volume konstan M sol SiO2

4 M sol SiO2 M sol SiO2 M sol 16,7 ml M sol 25% 50% = M sol SiO2 M sol 1 75% 0% = SiO2 50% SiO2 100% Gambar 3.4 Variasi %mol dengan volume SiO2 konstan Pembentukan Partikel Untuk menghasilkan partikel komposit silika digunakan peralatan Flame Spray Pyrolysis. Berikut ini komponen peralatan Flame Spray Pyrolysis : 1. Flowmeter (KUFLOC RK 1200, Jepang) berfungsi sebagai pengukur laju aliran gas oksigen, gas pembawa serta fuel gas. 2. Ultrasonic nebulizer (OMRON NE-U17, Jepang) berfungsi sebagai penghasil droplet larutan yang akan di-spray menuju zona pembakaran. 3. Cyclone (homemade) berfungsi untuk memisahkan droplet yang berukuran relatif besar dari larutan precursor. 4. Burner (homemade) berfungsi sebagai sumber panas. Burner ini tersusun dari tiga tube konsentris dengan center tube sebagai tempat masuknya precursor sedangkan dua tube pada bagian tepi sebagai tempat masuknya fuel gas (LPG) dan udara bebas. 5. Electrostatic precipitator (homemade) berfungsi menangkap partikel yang dihasilkan pada proses flame. 6. Water Trap (homemade) berfungsi untuk menampung kondensat dan menangkap partikel yang masih lolos dari ESP. 7. Vacuum pump (Vacuum pump, TW-1,5D, 0,25 HP) berfungsi untuk menarik gas hasil proses flame 8. Air compressor (Hitachi, 0,75OU-8,5S, USA) untuk menghasilkan udara dengan tekanan yang lebih tinggi 2.5 Variabel Penelitian Variabel penelitian : 1. Konsentrasi silika dalam campuran sol

5 2. Konsentrasi dalam campuran sol 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembuatan sol silika yang perlu diperhatikan adalah ph sol yang terbentuk. Sol silika dikatakan stabil saat ph 1-3 dan ph 7. Selanjutnya dalam penelitian ini untuk membuat sol silika yang stabil, sol silika yang terbentuk (ph 4) kemudian ditambahkan KOH M hingga sol silika (ph 7). Berikut ini adalah beberapa hasil analisa partikel silika: Hasil morfologi yang dihasilkan dari uji analisa Scanning Elektron Microscope (SEM) Gambar 4.1 SEM partikel silika (a) Flame spray pyrolysis (b) Spray pyrolysis Secara umum hasil SEM partikel silika yang dihasilkan dari kedua metode menunjukkan partikel berbentuk bulat (sphere). Dari gambar 4.2 terlihat terdapat partikel yang pecah. Hal ini karena pada temperatur tinggi dapat menyebabkan pecahnya partikel yang telah terbentuk. Selanjutnya untuk membandingkan kedua metode tersebut dari hasil yang didapat ini kemudian dihitung diameter rata-rata partikel (Dp) dengan cara sampling secara random sekitar 200 partikel dari foto SEM.

6 = 350 davd=av 370 nmnm Frekuensi [-] = 1,33 σ σ= 1, Diameter partikel [nm] Gambar 4.2 Distribusi ukuran partikel silika dengan metode spray pyrolysis Frekuensi [-] Hasil gambar 4.3 dan gambar 4.4 menunjukan perbedaan diameter partikel rata-rata silika yang dihasilkan dari metode spray pyrolysis dan metode flame spray pyrolysis. partikel dari metode spray pyrolysis berukuran 3,7 nm sedangkan diameter partikel rata-rata silika yang dihasilkan dari metode flame spray pyrolysis berukuran 3,5 nm Dp [nm] Gambar 4.3 Distribusi ukuran partikel silika dengan metode flame spray pyrolysis

7 Distribusi ukuran partikel dalam sol tidak bisa dihindari. Semakin kecil ukuran partikel menunjukkan kelarutannya lebih besar, dengan korelasi SD=SI.101/D dimana SD sebagai kelarutan partikel dengan diameter D dan SI kelarutan sebagian besar SiO2 (Liu et.al, 1993). Hasil uji kristalinitas dengan X-Ray Diffraction (XRD) : Intensity [a.u] Flame Spray Pyrolysis Spray Drying θ Gambar 4.4 XRD partikel Silika Gambar 4.4 menampilkan hasil analisa XRD untuk partikel silika yang dihasilkan dengan menggunakan flame spray pyrolysis dan spray drying. Hasil analisa menunjukkan morfologi dari silika murni adalah amorf. Karena tidak ada perbedaan antara kedua metode maka kami memilih menggunakan metode flame spray pyrolysis. Transmitance [a.u] Hasil uji spektra Fourier-transform IR (FTIR) : Wavenumber [1/cm]

8 Gambar 4.5 FTIR partikel Silika Berdasarkan gambar 4.5 penyerapan pada cm 1 untuk tekuk Si-O-Si, 964,34 cm-1 menunjukkan bahwa gugus silanol yang terkondensasi lebih lanjut ke Si-O-Si dan serapan kuat pada bilangan gelombang cm-1 untuk vibrasi asimetris Si-O-Si. 4.2 Pengaruh Konsentrasi Silika Terhadap Partikel -Silika Untuk mengoptimalkan jumlah silika dalam partikel nanokomposit -Silika maka fraksi mol silika dan mol dalam campuran sol dibuat bervariasi dari (a) 0% (b) 25% (c) 50% (d) 75%. Berikut ini merupakan komposisi campuran sol : Tabel 4.1 Fraksi mol /Silika dalam campuran sol Variabel mol Molar Volum mol (L) SiO2 Molar Volum SiO2 SiO2(L) SiO2 25% 0,005 0,05 0,0016 0,016 /SiO2 0,005 0,05 0,005 0,05 SiO2 75% 0,005 0,05 0, % 0,0016 0,016 0,005 0,05 75% 0, ,005 0,05 100% 0,005 0, SiO2100% ,005 0,05 50% Dari hasil campuran sol ini dibuat partikel nanokomposit -Silika dengan menggunakan metode Flame Spray Pyrolisis untuk mendapatkan tingkat kristalinitas yang baik. Dari hasil partikel yang didapat dilakukan analisa Scanning Elektron Microscope (SEM), X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier-transform IR (FTIR) Analisa Kristalinitas Partikel Nanokomposit -Silika dengan X-Ray Diffraction Hasil analisa XRD dapat dilihat dari gambar 4.7 dan 4.8 hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Joint Committee on Powder Diffraction Standards (JCPDS). Gambar 4.7 dan 4.8 memperlihatkan profil XRD untuk partikel nanokomposit -Silika. Untuk membandingkan hasil analisa dalam penelitian ini digunakan JCPDS Dari hasil membandingkan antara JCPDS dengan data hasil XRD ditunjukkan bahwa partikel hasil

9 sintesis dalam penelitian ini adalah dengan struktur hexagonal dan adanya silika tidak mempengaruhi struktur kristal. Dari hasil analisa XRD dengan sudut pendek (10o-60o) dapat dilihat perbedaan ketajaman peak antara tanpa silika (SiO2 0%) dengan komposit Silika. Intensitas peak tertinggi (2 untuk variasi fraksi mol SiO2 ditemukan pada konsentrasi silika 0% didalam campuran. Sedangkan untuk variasi fraksi mol intensitas peak tertinggi ( 2 ditemukan pada konsentrasi 75% didalam campuran. Rendahnya konsentrasi silika dalam campuran sol menghasilkan peak difraksi dari silika amorf tidak terlihat jelas. Semakin rendahnya konsentrasi dalam campuran sol menyebabkan berkurangnya tinggi peak. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ukuran partikel berhenti setelah diperangkap dengan silika. Distribusi ukuran partikel menyempit setelah sol diperangkap ke matrik silika (Dong et al., 2005). Selain mengetahui derajat kristal juga dapat diketahui ukuran kristal dari partikel yang dihasilkan. Dapat diamati bahwa ukuran kristal dari partikel tanpa silika lebih besar daripada ukuran partikel nanokomposit -Silika. Selain itu untuk partikel nanokomposit Silika juga diketahui jika semakin tinggi konsentrasi didalam campuran sol maka ukuran kristal yang dihasilkan semakin besar. Ini karena masih ada partikel yang teraglomerasi.

10 jcpds dc= 16,79 nm SiO2 75 % dc =18,19 nm SiO2 25 % Intensity [a.u] SiO2 50 % dc = 19,85 nm SiO2 0 % dc = 24,2 nm θ Gambar 4.6 Hasil analisa XRD partikel nanokomposit -Silika untuk variasi fraksi mol SiO2

11 jcpds dc = 21,82 nm 75 % dc = 18,19 nm Intensity [a.u] 50 % 25 % dc = 16, 79 nm 0 % θ Gambar 4.7 XRD partikel nanokomposit -Silika untuk variasi fraksi mol Analisa Sifat Spektofotometer Optikal Partikel Nanokomposit -Silika dengan UV-vis Analisa UV-vis Spektrofotometer menggunakan panjang gelombang nm untuk %transmitan dan absorbansi. Hasil dari analisa spektrofotometer UV-vis dapat dilihat dari gambar 4.8 untuk absorbansi dan gambar 4.9 untuk transmitansi.

12 3.0 25% SiO2 25% Absorbance [a.u] 2.5 /SiO2 50% 75% SiO2 75% λ [nm] Gambar 4.8 Absorbansi partikel nanokomposit -SiO % SiO2 25% Transmitance [%] 15 /SiO250% 75% SiO2 75% λ [nm] Gambar 4.9 Transmitansi partikel nanokomposit -Silika Gambar 4.8 memperlihatkan pengaruh penambahan konsentrasi silika dalam campuran sol terhadap nilai absorbansi. Dari gambar tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan dari masingmasing penambahan konsentrasi silika. Ini membuktikan bahwa dengan penambahan silika pada

13 sol membuat partikel tidak bisa teraglomerasi lebih lanjut sehingga dihasilkan ukuran partikel yang lebih kecil. Pengukuran absorbansi memberikan informasi kualitatif tentang ukuran partikel rata-rata dan juga memberikan estimasi kualitatif lebar dari distribusi ukuran partikel (Marczak et al., 2010). Gambar 4.9 menunjukkan nilai %transmitan partikel nanokomposit -Silika untuk masing-masing campuran sol. Rendahnya nilai transmitan untuk 75% dalam campuran sol disebabkan oleh koagulasi nanopartikel dalam matrik silika Analisa dengan Spektra Fourier-transform IR Gambar 4.11 menunjukkan hasil FTIR partikel nanokomposit -Silika dengan variabel mol fraksi silika dalam campuran sol dan gambar 4.12 menunjukkan hasil FTIR partikel nanokomposit -Silika dengan variabel mol fraksi dalam campuran sol. Luas peak O H semakin menyempit dengan adanya penambahan jumlah silika dalam campuran karena adanya gugus silanol dalam partikel. Peak menunjukkan bahwa proses pembentukan reaksi dari Zn(OH)2 sudah selesai. Dapat diamati ada muncul peak baru setelah ditambah silika. Peak yang menunjukkan adanya penambahan silika untuk variabel fraksi mol silika dalam campuran ditunjukkan pada bilangan gelombang 1209,36 cm-1 (SiO2 25%) dan 1269,16 cm-1 (SiO2 75%) sedangkan dari gambar 4.12 untuk variabel fraksi mol adanya penambahan silika dalam campuran ditunjukkan pada bilangan gelombang 1269,16 cm-1. Berikut ini FTIR untuk nanokomposit -Silika :

14 SiO2 100% Si O-Zn 3000 C O -C C O -C O-H C-O C=O SiO2 0% Si O-Zn C O -C C-O C=O C-O C=O Transmittance [%] SiO2 25 % Si O-Zn C=O C-O O-H SiO2 50% O-H Transmittance [a.u] Si O-Zn C O -C SiO2 75% λ [cm ] Gambar 4.10 FTIR partikel nanokomposit -Silika untuk variabel fraksi mol SiO2

15 C O -C C=O C-O Si O-Zn C O -C C=O C-O Si O-Zn C O -C C O -C Si O-Zn C=O C-O Si O-Zn Transmittance [%] 25% C=O C-O O-H O-H 50% O-H Transmittance [a.u] O-H 75% 100% 0% λ [cm ] Gambar 4.11 FTIR partikel nanokomposit -Silika untuk variabel fraksi mol Tabel 4.2 FT-IR partikel nanokomposit -Silika Variabel Wavenumber(cm-1) Gugus fungsi SiO2 25% 553, , 36 Si O Zn 804,31 C O C 1583,55 ; 1400,32 C O; C O 3406,28 O H 553,57 -Si 50%

16 SiO2 75% 25% 75% 100% 1226,72 Si O Zn 800,45 C O C 1583,55 ; 1400,32 C O, C O 3402,43 O H 553, ,16 Si O Zn 761,88 C O C 1583,55 ; 1400,32 C O, C O 3400,5 O H 553, ,16 Si O Zn 796,60 C O C 1583,55 ; 1400,32 C O, C O 3400,5 O H 553, ,16 Si O Zn 806,24 C O C 1583,55 ; 1400,32 C O, C O 3400,5 O H 553,57 - Si O Zn 819,74 C O C 1583,55 ;1400,32 C O, C O 3400,5 O H

17 4.2.4 Analisa dengan Scanning Elektron Microscope Untuk semua variabel mol fraksi silika dan mol fraksi yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan partikel nanokomposit berbentuk bulat (sphere). Gambar 4.12 SEM partikel nanokomposit -Silika untuk variasi fraksi mol SiO2 Gambar 4.12 menununjukkan perbedaan morfologi nanopartikel sebelum dan sesudah penambahan silika dengan variasi fraksi mol SiO2 dan gambar 4.13 menununjukkan perbedaan morfologi nanokomposit -silika untuk variasi fraksi mol. Dapat diamati morfologi tanpa silika pada gambar 4.13 tidak berbentuk. Tingginya temperatur penguapan menyebabkan pecahnya partikel. Ada perbedaan waktu penguapan antara partikel tanpa silika dengan partikel yang sudah ditambah silika. Partikel tanpa silika waktu penguapannya lebih cepat dibandingkan dengan partikel yang sudah ditambah silika.

18 Gambar 4.13 SEM partikel nanokomposit -Silika untuk variasi fraksi mol SiO2 Kecepatan proses penguapan ini karena perbedaan solvent yang digunakan untuk pembuatan sol. Seperti yang sudah diketahui solvent yang digunakan untuk proses pembuatan sol adalah ethanol sedangkan solvent yang digunakan untuk pembuatan sol silika adalah aquadest. Adanya penambahan silika membuat konsentrasi didalam campuran berubah. Perubahan konsentrasi ini yang menyebabkan waktu penguapan partikel nanokomposit silika lebih lama daripada partikel tanpa silika. Korelasi waktu penguapan yang dipengaruhi dengan adanya penambahan silika ini juga dapat dijelaskan dengan kecepatan nebulizer ultrasonic untuk membentuk droplet. Semakin rendah konsentrasi silika yang ditambahkan kedalam sol maka waktu penguapan akan lebih cepat karena pada konsentrasi silika yang rendah nebulizer ultrasonic akan lebih cepat menghasilkan droplet. Adanya silika dapat mengurangi terjadinya agglomerasi antar partikel. Sebaliknya dengan adanya penambahan silika dalam campuran, menjadikan nanopartikel teraglomerasi dengan nanopartikel silika dan nanopartikel terdispersi dengan baik di antara nanopartikel silika Analisa dengan Spektrofluorometer PL pada gambar 4.15 dianalisa empat minggu setelah pembuatan sol dan dieksitasi pada panjang gelombang 500 nm. Analisa PL menunjukkan intensitas peak tertinggi untuk partikel adalah pada panjang gelombang 250 nm. Pada panjang gelombang ini partikel menghasilkan PL didaerah blue emmision.

19 PL intensity [a.u] λ [ nm] Gambar 4.14 PL partikel nanokomposit -Silika Dapat diamati intensitas peak partikel tanpa silika lebih rendah daripada intensitas peak partikel nanokomposit -silika. Ini membuktikan bila dengan tanpa adanya penambahan silika partikel tidak bisa stabil dan dikarenakan partikel tanpa silika sudah terdegradasi sehingga menyebabkan peak PLnya menurun. Dari beberapa campuran sol yang sudah dianalisa, intensitas peak tertinggi didapatkan untuk hasil campuran dengan konsentrasi silika 75% dalam campuran sol. Hal ini dapat dijelaskan dengan semakin tingginya konsentrasi silika didalam campuran sol maka akan semakin banyak yang teraglomerasi dengan silika sehingga tidak terjadi pergeseran warna PL.

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA Pembimbing:» Prof. Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng» Dr. Widiyastuti, ST. MT Penyusun:» Wahyu Puspitaningtyas

Lebih terperinci

Sintesa dan Karakterisasi Nanokomposit ZnO-Silika sebagai Fotokatalis dengan Metode Sonikasi

Sintesa dan Karakterisasi Nanokomposit ZnO-Silika sebagai Fotokatalis dengan Metode Sonikasi Sintesa dan Karakterisasi Nanokomposit ZnO-Silika sebagai Fotokatalis dengan Metode Sonikasi Penyusun: Mohammad Rahmatullah (2309 100 097) Septono Sanny Putro (2310 106 012) Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Sugeng

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL TERHADAP MORFOLOGI HYDROXYAPATITE DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL TERHADAP MORFOLOGI HYDROXYAPATITE DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL TERHADAP MORFOLOGI HYDROXYAPATITE DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS Oleh: Banar Sutrisno (237 1 25) Trisulo Bagus Saputro (237 1 27) Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Teknik Kimia FTI-ITS 2011 Mahardika Fahrudin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya baru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

Preparasi Film ZnO-Silika Nanokomposit Dengan Metode Sol-Gel

Preparasi Film ZnO-Silika Nanokomposit Dengan Metode Sol-Gel Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 22 Februari 2011 Preparasi Film ZnO-Silika Nanokomposit

Lebih terperinci

The Effect of ph to Drying Process of Colloidal Silica Using Flame Spray Combustor

The Effect of ph to Drying Process of Colloidal Silica Using Flame Spray Combustor The Effect of ph to Drying Process of Colloidal Silica Using Flame Spray Combustor A. Y. Retnaningtyas 1, R. R. Hidayat 1, Lailatul Qomariyah 1, Widiyastuti 1, Kusdianto 1 and S. Winardi 1* 1* Program

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember SIDANG TUGAS AKHIR Arisela Distyawan NRP 2709100084 Dosen Pembimbing Diah Susanti, S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sintesa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama : BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama : a. Uji kerja pemanas, pada penelitiaan ini akan dilihat kemampuan pemanas dan konsistensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE

PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Kimia Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS ABU BAGASSE DENGAN METODE PENGERINGAN PADA TEKANAN AMBIENT MENGGUNAKAN TEKNIK CO-PRECURSOR

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS ABU BAGASSE DENGAN METODE PENGERINGAN PADA TEKANAN AMBIENT MENGGUNAKAN TEKNIK CO-PRECURSOR SKRIPSI - TK091384 SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS ABU BAGASSE DENGAN METODE PENGERINGAN PADA TEKANAN AMBIENT MENGGUNAKAN TEKNIK CO-PRECURSOR Disusun Oleh: Ernita Basaria Hutabarat 2307 100 084 Arini

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

Efek Doping Senyawa Alkali Terhadap Celah Pita Energi Nanopartikel ZnO

Efek Doping Senyawa Alkali Terhadap Celah Pita Energi Nanopartikel ZnO Efek Doping Senyawa Alkali Terhadap Celah Pita Energi Nanopartikel ZnO Ira Olimpiani,*, Astuti Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 Oleh: Dyah Fitasari 1409201719 Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, S.Si, M.Sc Suprapto, M.Si, Ph.D LATAR BELAKANG Sikloheksanon Sikloheksanon Oksim

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel MnO 2 dengan Metode Elektrolisa Larutan KMnO 4

Sintesis Nanopartikel MnO 2 dengan Metode Elektrolisa Larutan KMnO 4 Sintesis Nanopartikel MnO 2 dengan Metode Elektrolisa Larutan KMnO 4 Disusun oleh : Ni mah Sakiynah 2309100025 Achmad Ralibi Tigor 2309100055 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Dr. Ir

Lebih terperinci

SINTESIS ZSM-5 SECARA LANGSUNG DARI KAOLIN TANPA TEMPLAT ORGANIK: PENGARUH WAKTU KRISTALISASI

SINTESIS ZSM-5 SECARA LANGSUNG DARI KAOLIN TANPA TEMPLAT ORGANIK: PENGARUH WAKTU KRISTALISASI SINTESIS ZSM-5 SECARA LANGSUNG DARI KAOLIN TANPA TEMPLAT ORGANIK: PENGARUH WAKTU KRISTALISASI Oleh: Oni Saputro / 1409 100 077 Pembimbing: Drs. Djoko Hartanto, M.Si. Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. MFI (IZA)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis BCP dan ACP Sintesis BCP dan ACP dilakukan dengan metode yang berbeda, dengan bahan dasar yang sama yaitu CaO dan (NH 4 ) 2 HPO 4. CaO bersumber dari cangkang telur

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 Disusun oleh : Meidiana Kusumawardani S. 2306 100 047 Belin Hardimas 2306 100 066 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E Oleh: SUS INDRAYANAH 1409 2017 06 LATAR BELAKANG Vitamin E Antioksidan Alami Sintetis Friedel-Craft Belum

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

KONDISI OPTIMUM FLAME ASSISTED SPRAY PYROLISIS PADA PEMBUATAN LITHIUM IRON PHOSPATE (LIFEPO 4 ) SEBAGAI MATERIAL KATODA BATERAI LITIUM ION

KONDISI OPTIMUM FLAME ASSISTED SPRAY PYROLISIS PADA PEMBUATAN LITHIUM IRON PHOSPATE (LIFEPO 4 ) SEBAGAI MATERIAL KATODA BATERAI LITIUM ION KONDISI OPTIMUM FLAME ASSISTED SPRAY PYROLISIS PADA PEMBUATAN LITHIUM IRON PHOSPATE (LIFEPO 4 ) SEBAGAI MATERIAL KATODA BATERAI LITIUM ION Edy Suryono 1*, Bambang Margono 1, Y. Yulianto Kristiawan 1 1

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL 3 2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL Pendahuluan Bahan semikonduktor titanium oxide (TiO 2 ) merupakan material yang banyak digunakan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopatikel merupakan partikel mikroskopis yang memiliki ukuran dalam skala nanometer yaitu < 100 nm. Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena ketika

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi saat ini, kebutuhan material dengan kombinasi sifat-sifat mekanis yang tidak ditemukan pada material konvensional seperti metal, keramik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Rizki Pratama (2308 100 142) Zarra Miantina Putrie (2308 100 143) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Membran Nafion Relatif mahal ELECTROLYZED OXIDIZED

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE TERHADAP KEMURNIAN DAN UKURAN HYDROXYAPATITE POWDER DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE TERHADAP KEMURNIAN DAN UKURAN HYDROXYAPATITE POWDER DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE TERHADAP KEMURNIAN DAN UKURAN HYDROXYAPATITE POWDER DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS Skripsi- TK91383 Oleh: Taufan Sumantri (236 25) Abdul Halim (236 14) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR 1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI Oleh M. HILMY ALFARUQI 04 04 04 04 7X DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 33 Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa yang disintesis. Senyawa disintesis menggunakan metoda deposisi dalam larutan pada temperatur rendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilakukan di laboratorium. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis poli(propilen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara penghasil tebu yang cukup besar di dunia. Menurut data FAO tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-9 dengan produksi tebu per

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Reaksi kimia yang terjadi selama perubahan dari larutan prekursor menjadi gel memiliki pengaruh yang berarti terhadap struktur dan homogenitas kimia dari gel. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci