BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang pengukuran produktivitas khususnya dengan metode OPI (Overall Performance Indicator) telah banyak dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakannya sebagai referensi untuk membantu penelitian. Nakajima (1988) telah melakukan analisa produktivitas dengan metode OPI pada salah satu industri manufaktur. Hasil identifikasi produktivitas diketahui bahwa availability merupakan rasio dari operation time, dengan mengeliminasi downtime peralatan terhadap loading time. Fauzia Daniana Wati (2009) melakukan analisa dengan metode OPI pada proses manufaktur pipa baja. Hasil analisa menunjukan adanya losses yang menurunkan tingkat produktivitas pada proses pembuatan pipa baja disebabkan oleh tingginya idle time. Jonsson dan Lesshammar (1999) melakukan analisa dengan menggunakan metode OPI pada sebuah perusahaan otomotif di indonesia. Hasil analisa menunjukkan bahwa perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan selama ini tidak 8

2 mendapatkan dengan jelas permasalahan yang terjadi dan faktor-faktor yang menyebabkannya, sehingga perbaikan yang dilakukan hanya menjadi suatu pemborosan. Hartmann (1992) menggunakan metode OPI untuk mengukur tingkat produktivitas dan melakukan analisa terhadap faktor-faktor penyebnya guna melakukan perbaikan pada produksi meja operasi. Hasil analisa diketahui bahwa kinerja dari peralatan menyebabkan turunnya produktivitas pembuatan meja operasi. Rudianto Muis (2004) meneliti produktivitas suatu perusahaan BUMN dengan metode OPI. Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja dari karyawan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan. Betrianis (2005) melakukan analisa pada Stamping Production Division Sebuah Industri Otomotif dengan menggunakan metode OPI. Hasil analisa menunjukan bahwa, saat ini proses manufaktur di Stamping Production Division sebuah industri otomotif memiliki permasalahan yang belum terungkap jelas. Hal tersebut mengakibatkan penggunaan peralatan yang ada belum optimal. Pengungkapan akar masalah dan faktor penyebabnya diperlukan sebelum perusahaan melakukan usaha perbaikan. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi kerugian peralatan (Equipment Losses) yang terjadi. Kemudian mengukur pencapaian nilai OPI satu lini produksi dalam satu periode dan melalui analisis pareto terhadap hasil pengukuran tersebut diperoleh akar permasalahan dan faktor penyebabnya. Pada tugas akhir ini akan menggunakan metode OPI (Overall Performance Indicator) untuk megukur dan menganalisa tingkat produktivitas serta faktor-faktor terkait yang mempengaruhi tingkat produktivitas. 9

3 2.2 Pengertian Produktivitas Produktivitas kerja pada proses produksi sangatlah menentukan keberhasilan seluruh proses produksi dalam kaitannya dengan pencapaian target yang telah ditentukan. Pengukuran produktivitas suatu perusahaan didasarkam pada keunikan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, Produktivitas adalah ukuran output dari proses produksi, per unit input. Berikut ini beberapa macam pengertian produktivitas, antara lain: a. Produktivitas merupakan hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dlakukan. b. Produktivitas merupakan rasio antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan. c. Produktivitas merupakan hubungan antara rasio ketersediaan alat, rasio kinerja yang dilakukan, dan persentase kualitas produk yang dihasilkan. d. Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama didalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasilhasil.(paul Mali) e. Perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Elemen - elemen produksi tersebut berupa: tanah, kapital, buruh, & organisasi.(ilo) f. Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandanganbahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin & hari esok lebih baik dari hari ini.(dewan Produktivitas Nasional) Produktivitas dipahami sebagai metrik dari efisiensi teknis atau teknik produksi. Untuk merancang suatu perbaikan, pertama kali harus menentukan ukuran dari kriteria kunci suatu mutu yang merupakan suatu syarat untuk menilai suatu perbaikan. 10

4 Produktivitas bukan hanya sekedar kerja keras, produktivitas selalu berisi elemenelemen dari gain sharing, team work, humanity, kepuasan dan teknologi. Banyak faktor yang menentukan produktivitas dan mutu suatu produk Faktorfaktor tersebut antara lain sebagai berikut: a. Peralatan Kondisi peralatan kerja merupakan faktor penunjang dalam pencapaian produktivitas yang tinggi. Ketersediaan peralatan dan mesin akan berpengaruh pada output produk yang dihasilkan dari proses produksi yang menggunakan mesin. Peralatan yang yang selalu dalam keadaan siap pakai akan menunjang tercapainya tingkat produktivitas yang di targetkan. b. Beban Kerja Beban kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas suatu proses produksi. Beban kerja yang tidak dapat diprediksi akan menyebabkan fluktuasi pada produktivitas. Jumlah pekerjaan menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas dan berkaitan langsung dengan kinerja serta loading mesin. c. Faktor Manusia Karyawan sebagai operator lapangan sangat berperan dalam menentukan produktivitas kerja. Faktor-faktor instrinsik karyawan meliputi tingkat pengetahuan, motifasi, sikap, dan keterampilan. Faktor manusia dipengaruhi oleh kebijakan manajemen seperti rancangan produksi serta kebijakan yang ditetapkan manajemen guna mencapai tingkat produktivitas yang diharapkan. 11

5 2.2.1 Unsur-unsur Produktivitas Untuk mengukur produktivitas harus memperhatikan unsur-unsur yang membentuk produktivitas suatu pekerjaan. Berikut ini merupakan unsur-unsur dalam produktivitas, antara lain: a Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan suatu masukan(input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya dilaksanakan. b Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberi gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas ataupun waktu. c Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi sebaai persyaratan, spesifikasi, atau harapan konsumen Model pengukuran produktivitas Untuk mendapatkan tingkat produktivitas suatu proses produksi perlu dilakukan pengukuran yang tepat sesuai hasil yang diharapkan. Ada 2 model pengukuran produktivitas yang banyak dilakukan, yaitu: a. Pendekatan rosio output dan input. Model pengukuran produktivitas model ini menghasilkan 3 jenis ukuran produktivitas, yaitu: a) Produktivitas parsial/faktor tunggal adalah rasio dari output terhadap salah satu jenis input(produktivitas material diukur berdasarkan rasio output terhadap input material). b) Produktivitas faktor total adalah output bersih terhadap banyaknya input tenaga kerja dan modal yang digunakan. Output bersih adalah output total dikurangi barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi. Pada pengukuran produktivitas dengan menggunakan 12

6 model produktivitas faktor total mempunyai input berupa modal dan tenaga kerja. c) Produktivitas total adalah rasio dari output total terhadap input total(semua input yang digunakan dalam proses produksi ). Pengukuran produktifitas parsial, prodiktivitas faktor total dapat menggunakan satuan fisik dari output dan input (ukuran berat, panjang, isi dll) atau satuan moneter dari output dan input(dolar, rupiah, dll) b. Pendekatan angka indeks. Angka indeks adalah suatu besaran yang menunjukkan variasi perubahan dalam waktu atau ruang mengenai suatu hal tertentu Manfaat Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas yang dilakukan mengunakan berbagai metode disesuaikan tujuan dari pengukuran yang dilakukan. Manfaat yang dapat diambil dari pengkuran produktivitas antara lain : a. Perusahaan dapat menilai efisiensi sumber dayanya, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya melalui efisiensi penggunaan smber daya tersebut. b. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif melalui pengukuran produktivitas, baik perencanaan jangka panjang/pendek. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu dipandang dari sudut produktivitas. 13

7 c. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengkuran tingkat produktivitas sekarang. d. Strategi peningkatan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat perbedaan (gap) antara tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat produktivitas yang diukur/aktual. e. Memberikan informasi berupa tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan/industri sejenis. f. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna dalam merencanakan tingkat keuntungan perusahaan. g. Akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas secara terus menerus. 1. Aktivitas perundingan bisnis (tawar-menawar) secara kolektif dapat diselesaikan secara rasional, apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas. 2.3 OPI (Overall Performance Indicator) Overall Performance Indicator (OPI) adalah metode pengukuran efektivitas dan produktivitas penggunaan suatu peralatan. OPI dikenal sebagai salah satu aplikasi progam Total Productive Maintenance (TPM). Kemampuan mengidentifikasikan secara jelas akar permasalahan dan faktor penyebabnya sehingga membuat usaha perbaikan menjadi terfokus merupakan faktor utama metode ini diaplikasikan secara menyeluruh oleh banyak perusahaan didunia. OPI merupakan alat yang menggabungkan beberapa isu manufaktur dan titik data untuk memberikan informasi 14

8 tentang proses. Ini adalah pembandingan semua termasuk alat yang berfungsi untuk mengukur berbagai sub-komponen dari proses manufaktur (yaitu, ketersediaan, kinerja, dan kualitas) dan digunakan untuk mengukur perbaikan aktual 5S, WCM, Lean Manufacturing, TPM, Kaizen, dan Six sigma.. Bila menggunakan OPI dengan sistem manajemen ini manfaatnya menjadi nyata dan patut diperhatikan. TPM merupakan suatu proses pemeliharaan dikembangkan untuk produktivitas. TPM adalah gagasan Jepang yang dapat ditelusuri kembali sampai 1951 ketika perawatan pencegahan diperkenalkan ke Jepang dari Amerika Serikat. Nippondenso, bagian dari Toyota, adalah perusahaan pertama di Jepang untuk memperkenalkan pemeliharaan preventif luas pada tahun Dalam pemeliharaan preventif operator barang diproduksi dengan menggunakan mesin-mesin dan kelompok pemeliharaan didedikasikan untuk pekerjaan pemeliharaan mesin-mesin. Namun dengan otomatisasi tingkat tinggi dari Nippondenso pemeliharaan menjadi masalah karena begitu banyak lagi personel perawatan kini diperlukan. Jadi manajemen memutuskan bahwa pemeliharaan rutin peralatan kini akan dilakukan oleh para operator sendiri (otonom pemeliharaan ini, salah satu fitur dari TPM). Kelompok pemeliharaan kemudian difokuskan hanya pada 'pemeliharaan' bekerja untuk upgrade. Kelompok pemeliharaan peralatan dilakukan modifikasi yang akan meningkatkan kehandalan. Modifikasi ini kemudian dibuat atau dimasukkan ke dalam peralatan baru. Pekerjaan kelompok pemeliharaan kemudian untuk membuat perubahan yang mengarah pada pemeliharaan pencegahan. Dengan demikian pemeliharaan preventif pencegahan bersama-sama dengan pemeliharaan dan perbaikan. Kemampu-rawatan dikelompokkan sebagai pemeliharaan produktif. Tujuan pemeliharaan produktif adalah untuk memaksimalkan efektivitas pabrik dan peralatan untuk mencapai 15

9 optimal siklus hidup biaya peralatan produksi. Lingkaran mutu melibatkan para karyawan dalam perubahan. Oleh karena itu, sekarang, semua karyawan mengambil bagian dalam pelaksanaan pemeliharaan Produktif. Total produktif pemeliharaan (TPM) adalah cara baru dalam memandang pemeliharaan, atau sebaliknya, sebuah pembalikan untuk cara-cara lama, tetapi pada skala massal. Dalam TPM operator mesin melakukan banyak, dan kadang-kadang semua, tugas perawatan rutin sendiri. Ini menjamin pemeliharaan otomatis sesuai dan upaya efektif dikeluarkan karena mesin seluruhnya domain dari satu orang atau tim. Jika uptime mesin tidak dapat diprediksi dan jika kemampuan proses yang tidak dapat dipertahankan, proses harus tetap ekstra saham untuk penyangga terhadap ketidakpastian ini dan mengalir melalui proses akan terganggu. Salah satu cara untuk memikirkan TPM adalah "pencegahan kemerosotan" dan "pengurangan pemeliharaan", bukan memperbaiki mesin. Untuk alasan ini banyak orang menyebut TPM sebagai "produktif total manufaktur" atau "manajemen proses total". TPM adalah proaktif pendekatan yang pada dasarnya bertujuan untuk mencegah segala jenis kerusakan sebelum terjadi dengan target nol kesalahan, nol kecelakaan terkait dengan pekerjaan, dan tanpa kehilangan Definisi OPI (Overall Performance Indicator) OPI merupakan suatu indicator performa operasional suatu proses produksi. Berbagai macam pengertian OPI, antara lain: a. OPI merupakan metode yang digunakan sebagai alat ukur dalam penerapan program TPM guna menjaga peralatan pada kondisi ideal dengan menghilangkan six big losses peralatan. 16

10 b. OPI menunjukkan efektivitas mesin dibandingkan dengan mesin yang ideal dalam persentase meliputi ketersediaan, kinerja, dan kualitas. (Ertas et.al.,1993) c. OPI adalah sebuah hirarki metrik yang berfokus pada seberapa efektif suatu operasi manufaktur digunakan. Pada level mesin, OPI merupakan sebuah indikator bagi operator untuk lebih berfokus pada pencegahan losses ( kerugian). Pada level unit operasi OPI merupakan sebuah indikator bagi manajemen perusahaan dan PP&C untuk menunjukkan kinerja/performa lini produsi yang erat kaitannya dengan laporan, penentuan target dan sebagai pembanding antar perusahaan(benchmarking) Tujuan Pengukuran Produktivitas dengan Metode OPI Tujuan utama dari pengukuran produktivitas dengan metode OPI adalah untuk menghilangkan kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas. Kerugian-kerugian itu meliputi: 1. Kerugian waktu yang disebabkan oleh: set up dan adjustment serta breakdown pada mesin. 2. Kerugian kuantitas (jumlah) karena penurunan kecepatan produksi dan Minor stoppages. 3. Kerugian Kualitas meliputi reject dan rework product. Dalam usaha untuk mengukur produktivitas kerja pada suatu unit kerja, maka perusahaan serta peneliti harus tetap berfokus pada tujuan pengukuran serta menggunakan metode yang tepat dan tesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 17

11 Pengukuran produktivitas yang dilakukan sangat berpengaruh pada lini produksi yang berhubungan langsung dengan produk yang di hasilkan perusahaan. Bagi unit produksi, pengukurang produktivitas mempunyai beberapa tujuan antara lain: 1. Lini produksi dapat beroperasi secara berkesinambungan dan kontinyu. Dengan demikian perencanaan untuk penentuan target produksi dapat tercapai. 2. Lini produksi dapat beroperasi pada kecepatan yang didisain sehingga keterlambatan proses dapat diminimalkan. 3. Produk yang dihasilkan lini produksi dapat memenuhi standard kualitas yang ditetapkan. Dengan demikian tidak terjadi pemborosan proses produksi akibat defect product. Dengan menggunakan metode OPI, dapat menjawab beberapa pertanyaan tentang proses produksi seperti: 1. Apakah line available untuk dioperasikan? 2. Bagaimana performa line saat beroperasi? 3. Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan lini operasi? Faktor-faktor Produktivitas dengan Metode OPI Ada beberapa unsur yang mempengaruhi tingkat produktivitas dengan menggunakan metode Overall Performance Indicator. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Ketersediaan Equipment atau mesin dalam industri manufaktur berbasis padat modal ataupun semi padat modal merupakan salah satu jenis investasi ataupun 18

12 asset yang paling utama dari suatu perusahaan yang harus selalu dipelihara dan ditingkatkan efektivitasnya maupun efisiensinya. Ketersediaan dinyatakan sebagai persentase uptime pada waktu tertentu tertentu. Ketersediaan adalah kriteria kinerja untuk sistem yang diperbaiki baik untuk keandalan dan kemampu-rawatan properti dari komponen atau sistem meliputi mesin dan peralatan. Hal ini didefinisikan sebagai probabilitas bahwa sistem berfungsi baik ketika diminta untuk digunakan. Yaitu, ketersediaan adalah probabilitas bahwa sistem ini tidak gagal atau mengalami tindakan perbaikan bila perlu digunakan. ketersediaan selalu dikaitkan dengan waktu, sama seperti keandalan dan kemampu-rawatan. Metrik ketersediaan adalah metrik tambahan yang diperlukan untuk probabilitas bahwa komponen atau sistem operasional pada waktu tertentu, t (yaitu tidak gagal atau telah dikembalikan setelah kegagalan). Ketersediaan merupakan bagian Metrik OPI mencerminkan persentase waktu yang dijadwalkan operasi tersedia untuk beroperasi. Ketersediaan Metrik adalah pengukuran murni uptime yang dirancang untuk mengecualikan efek Kualitas, Kinerja, dan Scheduled Downtime Events. Untuk sistem diperbaiki, waktu operasi tidak kontinyu. Dengan kata lain, siklus hidupnya dapat dijelaskan oleh urutan atas dan ke bawah. Sistem beroperasi sampai gagal, maka itu diperbaiki dan dikembalikan ke keadaan operasi yang asli. Akan gagal lagi setelah beberapa waktu acak operasi, bisa diperbaiki lagi, dan proses ini kegagalan dan perbaikan akan mengulangi. Hal ini disebut proses pembaruan dan didefinisikan sebagai urutan independen dan non-negatif variabel acak. Dalam kasus ini, variabel acak 19

13 waktu-ke-kegagalan dan times-to-repair. Setiap kali unit gagal dan dikembalikan ke urutan kerja, pembaruan dikatakan telah terjadi. Jenis proses pembaharuan ini dikenal sebagai proses pembaruan bolak-balik karena keadaan komponen yang berfungsi berubah antara normal dan perbaikan, seperti digambarkan dalam grafik berikut. Gambar 2.1: Rasio Ketersediaan Salah satu asumsi utama dalam teori pembaruan adalah bahwa komponen gagal diganti dengan yang baru atau yang diperbaiki sehingga mereka "seperti baru," maka diberi nama pembaruan. Orang dapat membuat argumen bahwa ini adalah kasus untuk setiap perbaikan, jika anda menentukan sistem dalam detail yang cukup tinggiketersediaan (Availability) mesin merupakan bagian dari metrik OPI yang mencerminkan persentase waktu yang dijadwalkan operasi tersedia untuk beroperasi disebut sebagai Uptime. Availability ratio merupakan suatu rasio yang menggambarkan pemanfaatan waktu yang tersedia pada bagian mesin atau peralatan. Dengan mengeliminasi downtime mesin atau peralatan diperleh rasio dari operation time peralatan terhadap loading time. Dengan demikian formula yang digunakan untuk mengukur availability ratio adalah: Total. time Down. time Availability = x100% Total. time.....(1) Semakin tinggi rasio ketersediaan menunjukkan tingkat ketersediaan peralatan atau mesin tersebut semakin baik. 20

14 Ketersediaan didefinisikan agak fleksibel dan sebagian besar didasarkan pada apa jenis downtime untuk dipertimbangkan dalam analisis. Akibatnya, ada beberapa klasifikasi yang berbeda ketersediaan, seperti berikut ini: 2. Instantaneous (or Point) Availability. 3. Average Up-Time Availability (or Mean Availability). 4. Steady State Availability. 5. Inherent Availability. 6. Achieved Availability. 7. Operational Availability. b. Kinerja Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar kerja yang diterjemahkan dari bahasa asing. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Berikut ini adalah beberapa definisi kinerja menurut para ahli: Hawkins (The Oxford Paperback Dictionary, 1979) mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut: Performance is: (1) the process or manner of performing, (2) a notable action or achievement, (3) the performing of a play or other entertainment. 21

15 John Witmore dalam Coaching for Performance (1997: 104) menyatakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau pembuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Veisal Rivai (2004:309) mengemukakan kinerja merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan peranya dalam perusahaan. Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja(Performa) merupakan bagian dari Metrik OPI yang mewakili kecepatan Pusat Kerja berjalan sebagai persentase dari kecepatan dirancang (Estimasi). Dengan demikian formula yang digunakan untuk mengukur performa ratio adalah: Kecepa tan Aktual.. saat. beroperasi Kinerja = x100% Kecepa tan normal./ estimasi...(2) Metrik Kinerja adalah murni kecepatan pengukuran yang dirancang untuk mengecualikan efek Kualitas dan Ketersediaan. c. Kualitas Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai macam. Berikut ini adalah definisi kualitas yang dikemukakan oleh para ahli (Suardi, pp.2-3): Phillip B. Crosby berpendapat bahwa mutu/kualitas berarti kesesuaian terhadap persyaratan, seperti jam tahan air, sepatu tahan lama, atau dokter yang ahli. Crosby juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang 22

16 pada proses dalam organisasi. Pendekatan Crosby merupakan proses top down. W. Edwards Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus seperti penerapan kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom. Pendekatan Deming merupakan proses bottom down. Josheph M. Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan, seperti sepatu yang dirancang untuk olahraa atau sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor atau ke pesta. Pendekatan Juran merupakan orientasi pada upaya pemenuhan kepuasan pelanggan. K. Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan. Dengan demikian, setiap bagian proses dalam organisasi memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan kepuaasan pelanggan organisasi. Kualitas menurut ISO didefinisikan sebagai derajat atau tingkat karakteristik yang mencangkupi persyaratan atau keinginan. Arti derajat/tingkat menandakan bahwa selalu terdapat peningkatan setiap saat. Kualitas dalam metrik OPI merupakan persentase produk yang baik dibandingkan dengan total produk yang dihasilkan untuk menganalisa defect dan rework pada produk. Dengan demikian formula yang digunakan untuk mengukur rasio kualitas adalah: Total produk - Reject - Rework Kualitas = 100% Total produk x...(3) 23

17 Pengukuran OPI ini didasarkan pada pengukuran tiga rasio utama, yaitu (1) Availability ratio, (2) Performance ratio, dan (3) Quality ratio. Untuk mendapatkan nilai OPI, maka ketiga nilai dari ketiga rasio utama tersebut harus diketahui terlebih dahulu. Dengan menghitung ketiga komponen diatas maka tingkat produktivitas suatu lini produksi dapat diperoleh. 2.4 Cara Analisa dan perhitungan dengan metode OPI Setelah semua faktor diperhitungkan, maka hasilnya adalah OPI dikonversi (ditransmutasikan) dalam persentase. Hasil dalam persen(%), karena itu dapat dianggap sebagai preview efisiensi produksi yang ada dari garis tertentu, sel atau mesin. Seperti yang diketahui bahwa barang-barang manufaktur adalah hasil dari proses produksi yang komplek dan tanpa alat-alat ukur yang tepat dan formula, mengharapkan untuk menjalankan bisnis. Memiliki metrik yang tepat, OPI memberikan sebuah jendela untuk menganalisis out-of-the-isu biasa dan memberikan kerangka yang mapan untuk memperbaiki seluruh proses manufaktur. Rasio ketersediaan merupakan aktual waktu produksi dan waktu produksi yang direncanakan. Semua yang direncanakan seperti berhenti dan gangguan akan mengurangi rasio ketersediaan, termasuk set-up, preventif perawatan, kerusakan dan kurangnya operator. Kehilangan produksi akibat pemanfaatan mesin yang rendah akan berpengaruh pada rasio kinerja. Dengan kata lain, kerugian yang terjadi saat peralatan tidak berjalan dengan kecepatan penuh, terlambat, dan berhenti dapat mempengaruhi kinerja rasio juga. 24

18 Nilai OPI diperoleh dengan mengalikan ketiga rasio utama tersebut yakni ketersediaan, kinerja, dan kualitas. Secara matematis formula pengukuran nilai OPI adalah sebagai berikut: OPI (%) = Availability (%) x Performance Rate (%) x Quality Rate (%) (4) Perhitungan OPI adalah pengukuran yang menghasilkan informasi harian mengenai tingkat efektivitas mesin Selain itu, memberitahu kita yang mana dari Enam Kerugian Besar yang perlu ditangani. OPI bukan satu-satunya indikator yang kinerja sistem produksi dapat diukur. Namun demikian, ini adalah instrumen penting untuk membuat perbaikan spesifik sementara menetapkan prioritas yang tepat. Keterlibatan Tim produksi dalam menentukan OPI dan dalam perencanaan serta pelaksanaan perbaikan untuk mesin dalam rangka untuk terus mengurangi kehilangan efektivitas penting untuk dilakukan, Pada lini produksi perlu dikakukan pengukuran harian operator guna meningkatkan OPI dan perbaikan. Dengan melakukan pengukuran harian operator akan: menjadi lebih akrab dengan aspek teknis mesin dan cara bahan proses; memusatkan perhatian pada kerugian; mulai mempunyai rasa kepemilikan yang lebih kuat dari mesin. Data OPI memberi efek bagi pengawas(sepervisi). Bekerja dengan data OPI, pengawas akan: mempelajari dasar-dasar tentang cara proses mesin bahan; 25

19 dapat melakukan penelitian spesifik ke mana kerugian yang terjadi dan apa konsekuensinya adalah; dapat memberikan umpan balik yang benar untuk operator dan karyawan lain yang terlibat dalam perbaikan mesin; mampu mempertahankan manajer informasi tentang keadaan mesin dan hasil dari perbaikan. 2.5 Kerugian utama pada proses produksi Efisiensi dan produktivitas adalah dua hal yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan. Efisiensi dan produktivitas dapat dicapai dengan menekan kerugian yang muncul pada proses produksi. Pada proses produksi terdapat 4 faktor utama yang dapat menimbulkan kerugian, yaitu: 1. Manpower Manusia sebagai pelaku pada proses produksi dan harurs mendapatkan perhatian yang besar guna mencapai output produksi yang direncanakan. Ganisasi. Ketersediaan operator akan menunjang pencapaian produktivitas suatu proses produksi yang menggunakan mesin-mesin produksi. Operator lapangan mempunyai potensi yang cukup besar untuk menyebabkan kerugian organisasi. Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh manpower antara lain: Kegiatan yang tidak memberi nilai tambah pada produk akhir seperti inspeksi. Gerakan opertor yang dapat dihilangkan pada saat proses produksi. Ketersediaan bahan baku. Tata letak dan alur produksi. Penjadwalan yang dilakukan oleh supervisi. 26

20 2. Peralatan Peralatan dan mesin merupakan komponen utama pada proses produksi yang memegang peranan penting pada hasil. Mesin dan peralatan produksi dapat menimbulkan kerugian ang besar jika tidak dikelola dengan baik. Kerugian yang dapat muncul akibat mesin dan peralatan adalah ketersediaan waktu operasi yang dipengaruhi olehsetup dan penyesuaian, kerusakan, dan pemanasan serta pengrangan kecepatan. 3. Material Bahan baku yang tidak dikelola dan direncanakan dengan baik pada proses akan menimbulkan kerugian. Kerugian material dikarenakan oleh penggunaan material untuk alat bantu proses seperti jig da fixture. Selain itu, kerugian yang diakibatkan oleh material adalah kerusakan material pada saat proses produksi seperti defect. 4. Energi Pada proses produksi membutuhkan iinput energi yang cukup besar karena menggunakan mesin-mesin untuk melakukan proses proses produksi suatu produk. Dengan demikian pemborosan energi dapat terjadi karena penggunaan yang tidak tepat saat proses produksi. Penggunaan input energi secara efektif akan menghilangkan kerugian energi saat proses produksi sehingga tercapai penurunan biaya pada proses produksi untuk menghasilkan suatu produk Six Big Losses Kerugian waktu pada manufaktur didefinisikan sebagai waktu di mana mesin harus memproduksi, tetapi tidak ada produk yang keluar dari mesin. 27

21 a Kegagalan Sebuah mesin tiba-tiba dan tak terduga mengalami kerusakan atau kegagalan yang mengakibatkan hilangnya waktu produksi. Penyebab kerusakan mungkin teknis serta organisasi (misalnya kesalahan operasional, kurangnya pemeliharaan). Menghapuskan Down Time tidak direncanakan adalah penting untuk meningkatkan OPI. Faktor-faktor OPI lain tidak dapat ditangani ialah jika proses sedang berhanti. Hal ini tidak hanya penting untuk mengetahui berapa banyak Down Time dialami, tetapi juga untuk dapat menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab kerugian. b Setup dan Penyesuaian Waktu setup dan penyesuaian umumnya diukur sebagai waktu untukmencapai keadaan produk yang baik setelah proses produksi dimulai. Waktu setup dan penyesuaian buasanya diperlukan untuk proses produksi secara missal. Ini sering mencakup penyesuaian substansial dan atau waktu pemanasan untuk secara konsisten memproduksi yang memenuhi standar kualitas. Pelacakan waktu setup ini penting untuk mengurangi kerugian.banyak perusahaan menggunakan metode kreatif menguranginya. c Perhentian Kecil dan Pengurangan Kecepatan Perhentian Kecil dan Mengurangi Kecepatan adalah yang paling sulit untuk memantau dan dicatat. Cycle Time Analisis harus digunakan untuk menentukan jenis kerugian ini. Dalam kebanyakan data untuk proses rekaman Cycle Time Analisis perlu otomatis karena siklus cepat dan berulang-ulang peristiwa yang tidak meninggalkan waktu yang cukup untuk memasukkan data secara manual. Dengan membandingkan semua dari siklus ke Ideal Cycle 28

22 Time dan menyaring data melalui Ambang Batas Kecepatan siklus yang bandel dapat otomatis dikategorikan untuk analisis. Alasan untuk menganalisis Perhentian Kecil secara terpisah karena penurunan kecepatan mempunyai penyebab yang berbeda Mengurangi kecepatan adalah perbedaan antara kecepatan yang sebenarnya dan menetapkan teoretis atau desain kecepatan (juga dikenal sebagai Lempeng Nama Kapasitas. Sering kali ada perbedaan besar antara apa yang dipikirkan orang kecepatan maksimum dan kecepatan maksimum teoritis. Dalam banyak kasus, kecepatan produksi telah dioptimalkan untuk mencegah kerugian lain seperti kualitas menolak dan gangguan. Kerugian akibat penurunan kecepatan seringkali diabaikan atau diremehkan. Ketika sebuah mesin menunjukkan interupsi pendek dan tidak memiliki kecepatan konstan, aliran halus produksi tidak akan terjadi. Penghentian kecil ini dan kemudian kehilangan kecepatan umumnya disebabkan oleh masalahmasalah kecil, seperti produk menghalangi sensor atau terjebak dalam ban berjalan. Hitches sering ini dapat secara drastis mengurangi efektivitas mesin. Catatan: Dalam teori penghentian kecil adalah jenis waktu kehilangan. Namun, menjadi sangat pendek (biasanya lebih pendek dari 5 menit) mereka tidak terdaftar sebagai kerugian waktu. Kecepatan kehilangan menyiratkan bahwa mesin beroperasi namun tidak pada kecepatan maksimum d Menunggu Waktu produksi juga hilang ketika mesin sedang menunggu. Mesin dapat menunggu karena berbagai alasan, misalnya karena peralihan, pemeliharaan atau istirahat makan siang. Dalam kasus changeover, mesin biasanya harus 29

23 ditutup selama beberapa waktu dalam rangka untuk mengubah alat, meninggal, atau bagian lain. SMED (Single Minute Exchange of Die) mendefinisikan pergantian waktu sebagai waktu antara produk yang bagus terakhir dari seri sebelumnya dan yang pertama produk yang bagus seri baru. Untuk OPI, pergantian waktu adalah waktu ketika mesin tidak menghasilkan produk apapun. Menunggu karena pasokan dan transportasi (konveyor) masalah di jalur produksi atau serangkaian proses manufaktur terkait diklasifikasikan sebagai jenis tertentu menunggu: garis menahan diri. Karena penghentian dalam kategori ini berasal dari suatu tempat di lini produksi dan bukan dalam mesin itu sendiri, kategori ini kehilangan efektivitas dapat dibiarkan keluar dari pengukuran OPI mesin. e Scrap Scrap adalah produk-produk yang tidak memenuhi spesifikasi kualitas bahkan jika mereka dapat dijual sebagai 'sub-spec'. Tujuannya adalah 'nol cacat': selalu memproduksi produk yang baik pertama kali. Jenis spesifik penurunan kualitas adalah kerugian start-up. Kerugian ini terjadi ketika: pada awal-up mesin, produksi tidak stabil langsung dan produk pertama tidak memenuhi spesifikasi; produksi pada akhir menjalankan produksi tidak lagi stabil dan produk tidak lagi memenuhi spesifikasi; sejumlah produk tidak lagi dihitung sebagai bagian dari tatanan produksi dan, karenanya, dianggap sebagai kerugian. 30

24 Ini biasanya tersembunyi kerugian, yang sering dianggap tidak dapat dihindari. Skala kerugian tersebut dapat sangat besar f Rework dan Produksi Reject Rework dan Produksi Rejects dibedakan, karena sering kali akar penyebab yang berbeda antara startup dan kondisi mapan produksi. Pengerjaan ulang bagian-bagian yang diperlukan harus dipertimbangkan reject yang dapat terjadi. Pelacakan ketika Rejects terjadi selama pergerjaan dan menjalankan pekerjaan dapat membantu menentukan penyebab potensial, dan dalam banyak kasus akan ditemukan pola. Menggolongkan data untuk menangani Enam Besar Kerugian lebih mudah, dan tujuan utama yang harus dilakukan ialah pengumpulan data. Dengan data yang dimasukkan untuk menggunakan sepanjang hari secara real-time Menentukan Six Big Losses Salah satu tujuan utama dari program TPM dan OPI adalah untuk mengurangi dan atau menghilangkan apa yang disebut Enam Kerugian yang sering mnyenyebabkan hilangnya efisiensi dalam manufakturing. Tabel berikut berisi daftar Enam Kerugian Besar, dan menunjukkan bagaimana mereka berhubungan dengan kategori Rugi OPI. 31

25 Tabel 2.1: Kerugian OPI Kategori Kerugian Contoh Keterangn kerugian OPI Kegagalan Down Kegagalan Tooling Ada fleksibilitas di mana Time Pemeliharaan tak terencana untuk mengatur batas antara Breakdown (Down Time) Kegagalan Umum dan berhenti Kecil (Speed Kegagalan peralatan Rugi). Setup dan Down Kekurangan Material Kerugian ini sering ditujukan Penyesuaian Time Kekurangan Operator Penyesuaian melalui program-program pengurangan waktu setup. Pelumasan Mesin Perhentian Speed Aliran Produk. Biasanya hanya mencakup Kecil terhambat Kerusakan Bagian berhenti yang berada di bawah lima menit dan yang Gangguan Pengiriman tidak memerlukan Cleaning/Checking pemeliharaan personil. Penurunan Speed Menjalankan kasar Apa pun yang membuat kecepatan Di bawah Kapasitas yang tertera pada mesin proses berjalan pada kecepatan maksimum (Sesuai Bawah Desain Kapasitas). Kapasitas Operator tidak efisien Scrap Kualitas Scrap dan Rework Rejects selama pemanasan, 32

26 startup atau produksi awal. Mungkin disebabkan oleh konfigurasi yang tidak benar, masa pemanasan, dll Rejects Kualitas KerusakanDalam Rejects selama produksi Produksi Proses stabil Perakitan yang salah Mudah untuk memahami karena OPI adalah refleksi yang sempurna dari apa yang sebenarnya terjadi di lini produksi Jika ada banyak gangguan, maka nilai OPI akan rendah. Nilai OPI akan tinggi ketika dalam kondisi hampir tidak ada gangguan. Informasi yang jelas tentang kerugian memungkinkan tim untuk melakukan perbaikan spesifik Pengkuran OPI dilakukan guna mengetahui proses produksi seharihari yang tidak sesuai dengan situasi yang ideal perlu dilakukan untuk menunjukkan penyimpangan dan untuk mencari cara untuk menghilangkannya. Mendapatkan gambaran yang jelas tentang six big losses, perbedaan antara yang ideal dan aktual merupakan langkah pertama menuju perbaikan. Dengan menggunakan metodologi standar untuk mengukur six big losses, langsung dan perhatian khusus dapat dibayarkan untuk menghilangkan kerugian yang tidak lagi dapat diterima 33

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori Teori yang di gunakan adalah : Line Performance (Operational Excellence) dan Losses 3.1.1 OPERATIONAL EXCELLENCE Operational excellence (OE)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Mesin atau peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian pengeringan di PT. XYZ yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Kakao Mas Gemilang dan pengambilan data dilakukan pada department teknik dan produksi. 3.2. Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan macam-macam langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan penyusunan landasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan) Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan) Melani Anggraini *1), Rawan Utara *2), dan Heri Wibowo

Lebih terperinci

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG LOSSES PADA MESIN CAVITEC DI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Tahap identifikasi masalah adalah tahap dimana peneliti ingin menemukan masalah yang akan menjadi fokus penelitian. Tahap ini merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Mutu ( Quality ) Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pelanggan. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk Disusun Oleh : Nama : Gabriella Aningtyas Varianggi NPM : 33412072 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskritif yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Usaha Kecil Dan Menengah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UKM adalah sebuah perusahaan yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif

Lebih terperinci

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Achmad Nur Fauzi Program

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al.

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al. PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al.) PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodelogi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapatahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Performansi Pengukuran performansi sering disalah artikan oleh kebanyakan perusahaan saat ini. Indikator performansi hanya dianggap sebagai indikator yang menunjukkan

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu paradigma untuk memecahkan masalah yang terjadi agar penelitian ini lebih sistematis dan terarah. Bab ini berisi langkahlangkah pembahasan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan efektivitas mesin/peralatan yang ada seoptimal mungkin. Pada

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 1 ANALISIS KINERJA DAN KAPABILITAS MESIN DENGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. X Disusun oleh Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Industri dalam bidang kesehatan mengalami perkembangan yang sangat baik, pasar farmasi pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 12% serta perkiraan perkembangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 48 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisis perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Inkoasku dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper Melani Anggraini* 1), Marcelly Widya W 2), Kujol Edy F.B. 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) Aldila Samudro Mukti 1, Hudaya

Lebih terperinci

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Friendy Negarawan 1, Ja far Salim 2, Wahyu Susihono 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1.Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan OEE di PT. XYZ dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan mesin di mesi reaktor R-102

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses operasional kapal laut yang berlangsung dalam suatu industri pelayaran semuanya menggunakan mesin dan peralatan. Menurut Siringoringo dan Sudiyantoro (2004)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PROSES PERAWATAN MESIN POTONG VELEG RODA DUA DENGAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. ENKEI INDONESIA Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri manufaktur berusaha untuk efektif, dan dapat berproduksi dengan biaya produksi yang rendah untuk meningkatkan produktivitas. Usaha ini diperlukan untuk

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang Yustine Intan Dwi Wijaya1), Ilham Priadythama2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). Analisis perhitungan overall equipment effectiveness pada PT. Selamat Sempurna Tbk. dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II KAJIAN LITERATUR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERNYATAAN KEASLIAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN....iii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) Fitri Agustina Jurusan Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Box 2 Kamal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya perusahaan. Semakin berkembangnya industri semakin banyak pula teknologi yang dikembangkan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terhentinya suatu proses pada lantai produksi sering kali di sebabkan adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN Achmad Said, Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Tofiq Dwiki Darmawan *1) dan Bambang Suhardi 2) 1,2) Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang dibentuk dengan tujuan ekonomi dalam melakukan kegiatan usahanya. Untuk mencapai tujuan ekonomi tersebut maka perusahaan

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan 2.1.1 Definisi Pemeliharaan Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance adalah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peragian yang ada di Brew house depart hingga proses packaging PT. MBI. produktivitas yang diinginkan perusahaan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. peragian yang ada di Brew house depart hingga proses packaging PT. MBI. produktivitas yang diinginkan perusahaan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Multi Bintang Indonesia Tbk bergerak dalam bidang industri pembuatan minuman, dimana perusahaan tersebut berproduksi berdasarkan besarnya permintaan dari costumer

Lebih terperinci

KEPEKAAN TERHADAP ADANYA LOSSES

KEPEKAAN TERHADAP ADANYA LOSSES FOCUSED IMPROVEMENT Definisi Semua kegiatan yang diarahkan untuk melakukan improvement pada kinerja dan kapabilitas mesin dan tidak terbatas pada merawat kondisi dasar mesin saja Pada umumnya diarahkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Effektivitas dari pada mesin mesin m/c.cr.shaft yaitu mesin : Grinding,Fine Boring,dan Gun drilling. Sebagai langkah di dalam

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Seminar Nasional Teknik IV STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS () MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Didik Wahjudi, Soejono Tjitro, Rhismawati Soeyono Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA Meisarah Sabrina Arifianty (1) Rani Rumita (2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah singkat perusahaan Didirikan pada tahun 1951 yang terletak di Tanggerang, Banten. PT Gajah Tunggal Tbk. memulai usaha produksinya dengan ban sepeda. Sejak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Just In Time Pada tahun 1970 konsep Just In Time mulai dipopulerkan oleh Mr. Taiichi Ohno dan rekannya di Toyota Motor Company, Jepang. Akar dari konsep Just In Time dapat ditelusuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi 3.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Untuk tetap bertahan di persaingan usaha, sebuah industri harus selalu melakukan perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... DAFTAR ISI Judul... i Pengajuan... ii Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xii Abstrak... xiii Abstract... xiv Bab I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Pengertian Proses Dalam Operations Management for Competitive Advantage, Tenth Edition, Chase, Jacobs, Aquilano (2004, pp 102) memberikan pengertian bahwa proses adalah bagian

Lebih terperinci

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall 1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Six Big Losses sesuai dengan prinsip TPM (Total Produktive Maintenance) untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Hasil yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Kerusakan Mesin dan Keputusan Pelaksanaan Retrofit Jika merujuk pada tabel 5.4 data pencapaian target tahun 2010 tertulis bahwa target kerusakan mesin yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu Pesawaran jenis Karet Remah (Crumb Rubber) dari bulan Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap pakai dibutuhkan pada setiap saat ketika proses produksi akan dimulai. Fungsi mesin/peralatan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho KALKULASI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS MESIN KOMATZU 80T (Studi Kasus pada PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri) Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sinurat dkk (2015) melakukan penelitian di suatu perusahaan manufaktur yang dalam proses produksinya menggunakan mesin bubut. Permasalahan

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Sulfindo Adi Usaha dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia industri semakin meningkat, efisiensi produksi semakin menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindarkan. Jika hal ini tidak diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Universitas Widyatama

Universitas Widyatama BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Tujuan Maintenance 2.1.1 Definisi Maintenance Perawatan atau yang lebih dikenal dengan kata Maintenance dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor. Hal ini bisa dibuktikan dengan angka jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. investor. Hal ini bisa dibuktikan dengan angka jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang berkembang dengan pesat saat ini maka bangsa Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi yang menarik bagi para investor. Hal

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: Seminar Nasional IENACO - 2017 ISSN: 2337-4349 ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI SOLUSI SIX BIG LOSSES DAN CACAT PRODUK Imam Sodikin *, Cyrilla

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara. Hal ini karena pemerintah melihat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan atau perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS) TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE (OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS) DENGAN MULTIPLE REGRESI SEBAGAI METODE UNTUK MENGETAHUI LOSSES YANG PALING BERPENGARUH (Studi kasus: CV. Mediatama) Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanaman ubikayu tumbuh tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, namun penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan 32% dari total luas

Lebih terperinci

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang PERHITUNGAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS MESIN MIXER BANBURY 270 L DAN MESIN BIAS CUTTING LINE 2 (STUDI KASUS PT. SURYARAYA RUBBERINDO INDUSTRIES) Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga persaingan antar perusahaan pun semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Total Porductive Maintenance 3.1.1 Pengertian Total Productive Maintenance Salah satu cara yang sangat efektif dan efesien untuk meningkatkan pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap industri manufaktur hampir semua proses produksinya menggunakan mesin atau peralatan sebagai fasilitas produksi yang utama. persaingan dalam penjualan produk

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA MESIN PRODUKSI DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS PADA PT. CAHAYA BIRU SAKTI ABADI

PENGUKURAN KINERJA MESIN PRODUKSI DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS PADA PT. CAHAYA BIRU SAKTI ABADI PENGUKURAN KINERJA MESIN PRODUKSI DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS PADA PT CAHAYA BIRU SAKTI ABADI Nofi Erni, Andri Fajar Maulana Jurusan Teknik Industri, Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln

Lebih terperinci