BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Transkripsi

1 BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, saran bagi perusahaan, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya. 5.1 Kesimpulan Pada penelitian ini, merupakan pengujian kembali hipotesis yang telah dikemukakan Roberson dan Williamson (2012) sebelumnya dengan beberapa penyesuaian oleh peneliti. Dalam penelitian ini, digambarkan hubungan antara peran jejaring sosial terhadap persepsi keadilan prosedural level tim. Peran jejaring sosial sendiri terdiri dari kerapatan jaringan secara instrumental dan kerapatan jaringan secara ekspresif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hipotesis 1 didukung oleh hasil penelitian, yaitu kerapatan jaringan secara instrumental berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi keadilan prosedural level tim. 2. Hipotesis 2 didukung oleh hasil penelitian, yaitu kerapatan jaringan secara ekspresif berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi keadilan prosedural level tim. 3. Kerapatan jaringan secara instrumental dan ekspresif berpengaruh signifikan terhadap persepsi keadilan prosedural level tim pada tim swakelola di PT 64

2 Pertamina. 4. Kerapatan jaringan secara instrumental mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar daripada kerapatan jaringan secara ekspresif terhadap persepsi keadilan prosedural level tim. Maka hasilnya kerapatan jaringan secara instrumental lebih berpengaruh daripada kerapatan jaringan ekspresif terhadap persepsi keadilan prosedural level tim pada tim swakelola di PT Pertamina. 5.2 Implikasi Manajerial Hasil pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan bagi pemimpin organisasi atau perusahaan dalam mengelola tim swakelola di organisasi atau perusahaan tersebut. Bekerja sebagai tim tentu dapat membantu perusahaan dalam proses penyelesaian kerja atau problem yang lebih efektif. Namun diperlukan cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang bisa timbul dalam struktur kerja sebagai tim. Dalam cara kerja tim swakelola yang mempunyai wewenang terhadap suatu keputusan, maka bagi pemimpin perusahaan penempatan pekerja sebagai anggota tim menjadi sangat krusial. Pada penelitian ini, terdapat dua faktor yang bisa menjadi landasan penempatan anggota tim, yaitu hubungan instrumental atau pekerjaan dan hubungan ekspresif atau pertemanan. Terkait hubungan instrumental atau hubungan pekerjaan, maka kondisi pada tim tersebut haruslah diisi anggota tim yang bisa menghidupkan diskusi tim, memberikan saran atau masukan terkait pekerjaan. Faktor ini krusial karena dalam tim swakelola yang mempunyai wewenang dalam mengambil keputusan, maka proses diskusi tim akan berperan besar untuk menentukan kebijakan atau keputusan yang akan diambil oleh tim. 65

3 Pemimpin perusahaan harus memastikan bahwa tim diisi oleh pekerja yang mempunyai fungsi masing-masing atau peran terkait keahliannya, sehingga proses keputusan yang diambil tim telah melalui tahap diskusi yang matang dan akan memberikan hasil baik pula bagi perusahaan. Proses evaluasi juga diperlukan pemimpin perusahaan untuk menilai peran masing-masing anggota tim terkait diskusi pekerjaan dan tugas mereka. Terkait hubungan ekspresif atau hubungan pertemanan, hasil pada penelitian ini menunjukkan hal ini juga berpengaruh terhadap kondisi tim swakelola. Pemimpin perusahaan harus sadar bahwa dalam pembentukan tim swakelola, maka tim tersebut juga sebaiknya diisi oleh pekerja yang telah saling mengenal baik sebelumnya. Dengan saling mengenal dan mengetahui karakter anggota tim lainnya, maka anggota tim dapat beradaptasi dengan baik di tim tersebut. Fondasi hubungan pertemanan yang solid juga dapat meningkatkan rasa saling percaya antar anggota tim, komunikasi yang terbuka dan tumbuhnya sense of belonging di tim tersebut. Pemimpin perusahaan juga harus melakukan evaluasi dan memperhatikan bagaimana interaksi antar anggota tim tersebut, apakah hubungan antar anggotanya baik atau buruk. Jika hubungan antar anggotanya buruk, maka dapat memicu konflik yang dapat menghambat proses penyelesaian tugas secara tim. Maka jika pemimpin perusahaan memperhatikan faktor jaringan instrumental dan ekspresif, itu dapat membantu terciptanya iklim keadilan yang baik di tim swakelola. Karena dengan kerapatan jaringan instrumental dan ekspresif yang tinggi akan meningkatkan persepsi keadilan prosedural pada tim 66

4 tersebut. Akan terbentuk pula kesekapatan atau persepsi keadilan prosedural yang baik dari masing-masing anggota tim terhadap kondisi tim tempat mereka bekerja. Kondisi tim yang baik maka dapat meningkatkan outcomes dari tim tersebut dan berdampak signifikan juga bagi perusahaan. 5.3 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai keterbatasan antara lain: 1. Jumlah sampel yang diteliti adalah 40 tim. Semakin besar jumlah sampel yang diteliti, maka hasil penelitiannya akan lebih representatif. Perizinan pencarian data kuesioner bagi anggota tim menjadi keterbatasan utama, ditambah kesediaan waktu anggota tim terkait. 2. Pada penelitian ini, sebagaimana mengikuti penelitian yang telah dilakukan oleh Roberson dan Williamson (2012), peneliti tidak menggunakan variabel moderasi yaitu functional background dan selfmonitoring. 5.4 Saran Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai saran untuk penelitian selanjutnya. Antara lain : 1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan sampel tim yang lebih banyak lagi supaya makin baik dan lebih representatif. Sampel tim yang lebih banyak maka diperlukan perizinan dari jauh-jauh hari untuk mempersiapkan kesediaan tim tersebut. 2. Dalam proses pengambilan data, disarankan tidak memakai metode online atau pengiriman kuesioner saja. Melainkan pengambilan data kuesioner hendaknya disampaikan langsung kepada anggota tim terkait untuk diisi. 67

5 Dengan pertimbangan keterbatasan waktu yang mereka punya dan juga keengganan untuk membaca prosedur pengisian. Disampaikannya kuesioner secara langsung, maka dapat membantu proses pengisian yang lebih baik dan benar karena dipandu langsung oleh calon peneliti. 3. Dengan objek penelitian berupa tim, maka pada tim tersebut mempunyai keragaman atau background yang berbeda-beda tiap anggota tim. Mengacu pada literatur Roberson dan Williamson (2012), maka disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk menggunakan variabel moderasi functional background dan self-monitoring untuk pemahaman peran jejaring sosial terhadap persepsi keadilan prosedural yang lebih spesifik. Adapun alasan peneliti tidak memakai variabel moderasi karena keterbatasan literatur pada variabel tersebut. 68