Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Volume 11 Nomor 1 Maret 2014"

Transkripsi

1 Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 ISSN Hal Tabanan Maret 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali Telp./Fax. : (0361)

2 REFLEKSI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT JEPANG DALAM ANIME TOKYO GODFATHERS KARYA SATOSHI KON IDA AYU LAKSMITA SARI I GEDE OEINADA Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana ABSTRACT The Tokyo Godfathers anime by Satoshi Kon is a story about the Japanese homeless. By theory of structuralism, literary sociology, and semiotic, we comprehend how Japanese people in Tokyo Godfathers anime facing the social and cultural reality. From this research founds that a wide range of society problems, among others are homeless, yakuza, suicide, domestic violence, and lottery. The most apparent is the life of homeless which encounter many problems, i.e. place to live, insurance health, to socialize trouble with the society. This anime also talk about good religious tolerance of the Japanese people where from 25 December to 1 January there is mix culture between Christian, Buddhist and Shinto. Hana, Gin, and Miyuki are the figures which reflect that basically the Japanese is more concern on religious festive and their New Year resolution rather than prioritizing the religion itself. Key word: anime, Tokyo Godfathers, homeless, Christmas, New Year PENDAHULUAN Anime Tokyo Godfathers karya Satoshi Kon adalah anime yang membahas kehidupan para tuna wisma. Satoshi Kon ingin mengangkat tema yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang, namun sedikit terlupakan. Pada tahun 2003, terdapat hampir enam ribu tunawisma di Tokyo dan ini hanya berdasarkan statistik pemerintah saja. Jumlahnya meningkat sejak kemerosotan ekonomi Jepang pada tahun 1990-an. Melalui ketiga tokoh utama yang seorang tuna wisma, yaitu Hana, Gin, Miyuki dalam anime Tokyo Godfathers diketahui apa saja permasalahan sosial tuna wisma di Tokyo dan bagaimana asimilasi kebudayaan masyarakat Jepang dalam anime Tokyo Godfathers karya Satoshi Kon. Tujuan umum dari penelitian ini adalah memperkaya khasanah penelitian sastra, khususnya penelitian kesusastraan Jepang mengenai anime. Disamping itu, penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman mengenai masyarakat dan kebudayaan Jepang yang tercermin melalui karya sastra Jepang. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan sekaligus menambah penelitian khazanah kesusastraan Jepang. Teori sosiologi sastra yang digunakan untuk menganalisis anime diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan di dalam penggunaan pendekatan multidisiplin. Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat untuk menambah wawasan mengenai kesusastraan Jepang dan masyarakat Indonesia nantinya diharapkan dapat memahami kebudayaan dan watak dasar masyarakat Jepang melalui karya sastra Jepang. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah metode kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data dengan mempergunakan buku atau referensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat, yaitu mencatat halhal yang diperlukan dalam analisis data. Metode yang digunakan pada tahap analisis data adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta, setelah itu disusul dengan melakukan analisis. Data diterjemahkan (trasliterasi) dari bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia, selanjutnya dilakukan analisis dengan mempergunakan teori instrinsik, sosiologi sastra, dan semiotika. Hasil analisis Majalah Ilmiah Untab, Vol. 11 No. 1 Maret

3 ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) JUMLAH SIMPANAN MASYARAKAT DAN TINGKAT SUKU BUNGA SIMPANAN TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI KABUPATEN TABANAN I DEWA GEDE RASTANA Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan, masih didominasi oleh sektor tersier. Sektor tersier memberikan sumbangan terhadap pendapatan regional Tabanan sebesar 56,91 % kemudian disusul oleh sektor sekunder 12,46 % dan sektor primer 30,63 %. Jika dilihat dari nilai absolutnya, baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku, pertumbuhan ekonomi sektor primer masih berada dibawah pertumbuhan sektor sekunder dan tersier. Hal ini mengakibatkan peran sektor primer dalam pembentukan PDRB mulai mengalami pergeseran ke sektor sekunder maupun ke sektor tersier. Desa Adat mempunyai lembaga perekonomian adat, seperti pasar desa, lumbung desa dan sebagainya, yang digunakan oleh masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dewasa ini pada setiap desa adat dibentuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang berfungsi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat desa. Pendapatan operasional dipengaruhi oleh besarnya kredit yang disalurkan ke masyarakat, serta pendapatan operasional lainnya, dan kredit yang disalurkan bersumber dari simpanan masyarakat baik dalam bentuk tabungan maupun deposito serta modal yang dimiliki LPD. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan bahwa, PDRB berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penerimaan pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) karena t hitung lebih besar dari t tabel atau 2,750 2,365 dan signifikansinya lebih kecil dari 5 % atau 0,033 < 0,05. Demikian juga jumlah simpanan masyarakat, secara parsial berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penerimaan pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), karena t hitung lebih besar dari t tabel atau 3,182 2,365 dan signifikansinya lebih kecil dari 5 % atau 0,019 < 0,05. Tingkat suku bunga simpanan secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap penerimaan pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) karena -t hitung lebih besar dari -t tabel atau -0,478 > -2,365 dan signifikansinya lebih besar dari 5 % atau 0,650 0,05. PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan berpengaruh nyata secara serempak/ bersama sama terhadap penerimaan pendapatan operasional LPD Kabupaten Tabanan, karena F hitung > F tabel atau 337,355 > 19,4. Besarnya kontribusi ketiga variabel tersebut secara bersama-sama dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi yang sebesar 0,994. Ini berarti ketiga variabel tersebut secara bersama sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 99,40 % terhadap jumlah penerimaan pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD), sedangkan sisanya sebesar 0,60 % di pengaruhi oleh variabel lain. Kata kunci : PDRB, Simpanan Masyarakat, Tingkat suku bunga simpanan dan Pendapatan operasional LPD. PENDAHULUAN Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dinyatakan bahwa pada hahekatnya telah ditetapkan kebijaksanaan pembangunan yang merupakan satu-satunya alat yang dapat memberikan arah dan strategi dalam pembangunan dan perjuangan negara dan bangsa. Pembangunan adalah suatu proses atau kegiatan yang berjalan secara terus menerus 50 dari waktu ke waktu untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang pada dasarnya tujuan tersebut adalah untuk tercapainya suatu kemakmuran dan keadilan. Sebagaimana dimaksud dalam ketetapan GBHN adalah untuk memberikan arah penyelenggaraan negara, dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan negara yang beradab, berahlak, mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera dalam kurun waktu jangka Majalah Ilmiah Untab, Vol. 11 No. 1 Maret 2014

4 panjang. Untuk mewujudkan maksud dan tujuan pembangunan tersebut, usaha-usaha seperti perbaikan kehidupan dan kemajuan seluruh bangsa di segala bidang selalu dihadapkan pada permasalahan yaitu mengumpulkan dana atau menggali sumbersumber pendapatan negara guna menunjang kelangsungan roda pemerintahan dan pembangunan. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Tentu saja makna pembangunan daerah amat tergantung dari masalah fundamental yang dihadapi oleh daerah itu. Bagaimana daerah mengatasi masalah fundamental yang dihadapi ditentukan oleh strategi pembangunan yang dipilih. Dalam konteks inilah pentingnya merumuskan visi dan misi, kemudian memilih strategi yang tepat. Dalam pembangunan ekonomi daerah, peran pemerintah dapat mencakup peran-peran seperti wirausaha, koordinator, fasilitator, dan stimulator. Sebagai wirausaha pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis, memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis. Dengan peran sebagai wirausaha, pemerintah daerah dituntut untuk jeli dan pro-aktif dalam mengembangkan bisnis daerah, termasuk dalam hal ini adalah bagaimana memanfaatkan aset daerah untuk mendorong pertumbuhan bisnis daerah. Dalam hal sebagai koordinator pemerintah daerah, menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan daerahnya dalam pembangunan ekonomi yang dapat melibatkan kelompokkelompok masyarakat dalam mengumpulkan dan mengevaluasi informasi-informasi ekonomi seperti tingkat ketersediaan pekerjaan, angkatan kerja, pengangguran, dan jumlah perusahaan dalam menyusun tujuan, perencanaan, dan strategi ekonomi. Sebagai fasilitator, pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan linngkungan perilaku di daerahnya. Peran ini dapat meliputi pengefisienan proses pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan, dan penetapan peraturan. Oleh karena itu yang diperlukan adalah tersedianya suatu tujuan yang jelas agar pemerintah daerah I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Produk Domestik... dapat terfokus dalam memanfaatkan sumber daya dan tenaga yang dimilikinya. Sebagai stimulator pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan mempertahankan perusahaan-perusahaan yang sudah ada. Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik pengusaha, misalnya dengan menyediakan bangunan-bangunan yang dapat disewakan untuk menjalankan usaha dengan potongan biaya sewa untuk beberapa tahun pertama. Pembangunan yang tidak merata menimbulkan kesenjangan perekonomian antar masyarakat Indonesia. Kesenjangan perekonomian yang cukup jelas terlihat adanya kesenjangan perekonomian antara masyarakat Kota dengan Pedesaan. Semangat yang terkandung dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa menurut Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan jiwa dan semangat itu, maka pengaturan-pengaturan tentang pemerintahan Desa dalam Undang-Undang ini tampak sangat fleksibel. Pengaturanpengaturan lebih lanjut tentang penyelenggaraan pemerintahan desa diserahkan kepada daerah kabupaten untuk diatur dengan Peraturan Daerah. Dalam pembangunan ekonomi Bali, telah terjadi perubahan struktur ekonomi yang sangat mengesankan, yakni dari masyarakat yang kegiatan utamanya berfokus pada kegiatan pertanian (primer) ke sektor pariwisata dan jasa lainnya (tersier). Transformasi ekonomi semacam ini, sebagai loncatan dari masyarakat primer ke masyarakat tersier tidaklah umum terjadi. Kenyataan ini memerlukan penyesuaian menta, fisik, dan perilaku SDM serta strategi efektif untuk menghadapinya guna mencegah berbagai dampak negatif yang mungkin terjadi. Peningkatan serapan tenaga kerja oleh sektor tersier tampaknya lebih lamban dibandingkan dengan menurunnya peranan sektor primer terhadap PDRB. Ketidakseimbangan antara peningkatan sektor industri dan jasa dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja, akan berdampak kepada jumlah pengangguran, pemerataan pendapatan, dan perilaku SDM. Untuk mengatasinya diperlukan kreativitas dan inovasi teknologi dibidang pertanian dengan 51

5 menerapkan sistem dan perusahaan daerah maupun perusahaan yang lainnya secara baik. Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan, masih didominasi oleh sektor tersier. Sektor tersier memberikan sumbangan terhadap pendapatan regional Tabanan sebesar 56,91 % kemudian disusul oleh sektor sekunder 12,46 % dan sektor primer 30,63 %. Jika dilihat dari nilai absolutnya, baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku, pertumbuhan ekonomi sektor primer masih berada dibawah pertumbuhan sektor sekunder dan tersier. Hal ini mengakibatkan peran sektor primer dalam pembentukan PDRB mulai mengalami pergeseran ke sektor sekunder maupun ke sektor tersier. Dibawah ini disajikan data perkembangan PDRB selama sepuluh tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 1 Data Perkembangan PDRB, Periode Tahun Berdasarkan Harga Yang Berlaku Di Kabupaten Tabanan TAHUN PDRB ( Rp.) Sumber : 1.) Badan Statistik Kabupaten Tabanan, Tahun 2013 Dari data diatas terlihat bahwa setiap tahunnya PDRB Kabupaten Tabanan selama sepuluh tahun terakhir terus mengalami peningkatan, yang berarti kegiatan ekonomi juga terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di sektor sekunder dan sektor tersier. Rata-rata peningkatan PDRB per tahunnya adalah sebesar Rp atau rata-rata peningkatan selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 12,61 %. Disisi lain masyarakat desa masih tergantung dengan pertanian subsistem atau sebagai buruh tani, sehingga pendapatan 52 mereka relatif rendah. Disamping itu kehidupan sosial ekonomi masyarakat relatif tertinggal karena kurangnya lapangan pekerjaan dan kegiatan usaha yang kurang mampu bersaing. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu kebijakan yang mendorong adanya permodalan yang langsung menyentuh masyarakat perdesaan. Sehingga masyarakat desa mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang kompetitif. Diperlukanlah lembagalembaga keuangan tingkat desa, yang nantinya mampu berkembang dan mampu memberikan dan menghimpun permodalan masyarakat desa. Desa Adat mempunyai lembaga perekonomian adat, seperti pasar desa, lumbung desa dan sebagainya, yang digunakan oleh masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dewasa ini pada setiap desa adat dibentuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang berfungsi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat desa. Melalui kegiatan lembaga adat itu, beberapa desa adat telah berhasil menghimpun dana yang cukup banyak, sehingga membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan desa adat. Dengan memanfaatkan Desa adat sebagai wilayah kerja dari LPD tersebut, maka Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang merupakan suatu Badan Usaha Simpam Pinjam yang milik Desa Adat, dalam rangka peningkatan taraf hidup Krama Desa untuk menunjang Pembangunan Desa khususnya dan Pembangunan Nasional pada umumnya. Orientasi LPD justru pada Desa Adat dengan pertimbangan Desa Adat di Bali telah menunjukkan partisipasinya di dalam pembangunan bangsa lebih-lebih pada bidang mental spiritual. Kehadiran Lembaga Perkreditan Desa (LPD) ini dirasakan cukup memberikan dampak yang positif dan merupakan sarana yang efektif yang menjangkau golongan masyarakat yang paling lemah dalam usaha mereka mempercepat peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan. LPD merupakan inti dari sistem keuangan setiap Desa Adat. LPD merupakan lembaga keuangan desa yang menjadi tempat bagi masyarakat pedesaan, baik kelompok atau perorangan menyimpan dana. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, LPD melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian desa. Dengan memberi kredit kepada masyarakat yang Majalah Ilmiah Untab, Vol. 11 No. 1 Maret 2014

6 bergerak di sektor perekonomian, LPD melancarkan arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Di Kabupaten Tabanan LPD berkembang cukup Baik. Dalam perkembangannya LPD tentunya tidak bisa lepas dengan pihak-pihak terkait, baik itu pemerintah Kabupaten Tabanan, BPD, dan Pembina Lembaga Perkreditan Desa Kecamatan (PLPDK), Kabupaten Tabanan. PLPDK pertama kali dibentuk pada tahun 1989 berdasarkan Keputusan Gubernur Tingkat I Bali No. 180 yang tugas dan fungsinya membina dan mengawasi kegiatan operasional LPD-LPD yang ada di wilayah kerjanya. Di Kabupaten Tabanan LPD binaan PLPDK, dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah PLPDK Timur dan PLPDK Barat. PLPDK Tabanan wilayah timur membina empat Kecamatan yaitu : Kecamatan Kediri, Marga, Baturiti, dan Penebel, dan berkantor pusat di Kecamatan Marga, sedangkan PLPDK Tabanan wilayah barat membina enam Kecamatan yaitu : Kecamatan Pupuan, Selemadeg Barat, Selemadeg, Selemadeg Timur, Kerambitan, dan Tabanan, dan berkantor pusat di Kecamatan Kerambitan. Perkembangan dan pertumbuhan LPD sangat dipengaruhi oleh keuntungan yang diperoleh. Keuntungan pada LPD sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan operasional LPD dan biaya operasional yang dikeluarkan oleh LPD. Pendapatan operasional dipengaruhi oleh besarnya kredit yang disalurkan ke masyarakat, serta pendapatan operasional lainnya, dan kredit yang disalurkan bersumber dari simpanan masyarakat baik dalam bentuk tabungan maupun deposito serta modal yang dimiliki LPD. Dalam tabel berikut dapat dilihat perkembangan jumlah simpanan masyarakat, pada LPD Kabupaten Tabanan dari tahun Tabel 2 Perkembangan Jumlah Simpanan, Tingkat Suku Bunga Simpanan Dan Pendapatan Operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kabupaten Tabanan Tahun Tahun Simpanan (Rp.) Jumlah Suku Bunga Tabungan (Rp.)/(000) Deposito (Rp.)/(000) (Rp.)/(000) Simpanan (%) Pendapatan Operasional (Rp.)/(000) , , , , , , , , , , Sumber : PLPDK Barat dan Timur Kabupaten Tabanan, Tahun 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah Tabungan dan Deposito yang berhasil dihimpun dari masyarakat oleh LPD setiap tahunnya cendrung mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomina di pedesaan, rata-rata Tabungan yang berhasil dihimpun dari masyarakat selama sepuluh tahun adalah sebesar Rp dan Deposito yang berhasil dihimpun dari masyarakat setiap tahunnya juga terus mengalami peningkatan, ini berarti bahwa masyarakat semakin besar kepercayaannya untuk mempercayakan LPD dalam menerima simpanan baik berupa Tabungan maupun Deposito, karena LPD merupakan satu-satunya lembaga keuangan yang ada dipedesaan, dimana penyimpanan atau penarikan dana maupun krama adat yang mau meminjam adalah cukup mudah, yang penting persyaratan minimal sesuai pirarem terpenuhi akan dilayani dengan baik. Rata-rata jumlah deposito per tahunnya selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar Rp Ini menunjukkan jumlah simpanan, baik yang berupa tabungan maupun deposito, dari tahun ke tahun cendrung mengalami peningkatan. Dilihat dari tingkat suku bunga simpanan baik untuk tabungan maupun deposito selama sepuluh tahun terakhir cendrung mengalami I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Produk Domestik... 53

7 penurunan, dimana seperti yang ditunjukkan dalam tabel diatas tahun 2003 sampai dengan 2005 tingkat suku bunga simpanan mengalami kenaikan dan tahun 2006 kembali mengalami penurunan. Penurunan tingkat suku bunga simpanan ini terus terjadi sampai tahun Tingkat suku bunga yang berlaku, rata-rata per tahunnya adalah sebesar 7,95 %. Tingkat suku bunga yang berlaku di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) secara umum rata-rata untuk tabungan 0,65 % per bulan atau 7,8 % per tahun, sedangkan untuk suku bunga deposito rata-rata 0,8 % per bulan atau rata-rata 9,6 % per tahunnya. Dilihat dari perolehan pendapatan operasional setiap tahunnya cendrung mengalami peningkatan, dimana tiap tahunnya besarnya pendapatan operasional rata-rata sebesar Rp dan peningkatan tiap tahunnya rata-rata sebesar Rp atau prosentase rata-rata peningkatan pendapatan operasional LPD setiap tahunnya adalah sebesar 11,11 %. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah produk domestik regional bruto (PDRB), jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan operasional LPD di Kabupaten Tabanan periode tahun ? 2. Apakah produk domestik regional bruto (PDRB), jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan berpengaruh secara bersama-sama terhadap pendapatan operasional LPD di Kabupaten Tabanan periode tahun ? 54 METODELOGI PENELITIAN a. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, tempat penelitian adalah Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, dan di Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Tabanan, yang berada pada wilayah binaan Pembina Lembaga Perkreditan Desa Kecamatan (PLPDK) Marga maupun wilayah binaan bagian barat, Kabupaten Tabanan. Dalam penelitian ini, objek penelitian yang dijadikan fokus adalah pengaruh dan hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan, tingkat suku bunga simpanan dan jumlah simpanan masyarakat di Kabupaten Tabanan terhadap pendapatan operasional LPD. b. Metode Pengambilan Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data skunder, yaitu berupa data time series, yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tabanan dan PLPDK Marga, maupun PLPDK Kerambitan, Kabupaten Tabanan periode tahun Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data runtun waktu (time series ) dalam kurun waktu ( 10 Tahun) yang terdiri dari PDRB, Tingkat suku bunga simpanan, dan jumlah simpanan masyarakat yang berupa tabungan dan deposito serta jumlah pendapatan operasional pada LPD di Kabupaten Tabanan. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari BPS Kabupaten Tabanan, Pembina Lembaga Perkreditan Desa Kecamatan (PLPDK), wilayah bagian timur dan wilayah bagian barat, Kabupaten Tabanan. Selain data tersebut juga diperoleh dari Penelitian Kepustakaan (Library Research), studi literature, yang berhubungan dengan PDRB, tingkat suku bunga, tabungan, dan deposito. c. Identifikasi Variabel 1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang tidak tergantung dengan variabel lain atau variable yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam variabel bebas adalah produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan, tingkat suku bunga simpanan dan jumlah simpanan masyarakat pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan. 2. Variabel terikat (dependet) adalah variabel yang tergantung pada variabel lain atau variable yang dipengaruhi oleh variable bebas. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel terikat adalah jumlah pendapatan operasional pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kabupaten Tabanan periode tahun Majalah Ilmiah Untab, Vol. 11 No. 1 Maret 2014

8 d. Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis yang ajukan di atas, akan digunakan alat analisa statistik dan perhitungan yang didasarkan pada analisa Regresi Linier Berganda. Analisa regresi digunakan untuk mengukur bentuk hubungan antara dua variable atau lebih. Variable tersebut merupakan variable yang mempengaruhi dan variable yang dipengaruhi. Variable yang mempengaruhi disebut sebagai variable bebas (Indefendent Variable) dan variable yang dipengaruhi disebut sebagai variable terikat (Defendent Variable). Dalam penelitian ini penulis juga akan menggunakan program SPSS 1.5 sebagai alat untuk mengolah data sehingga mampu menjelaskan permasalahan yang diteliti. 1. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB, tingkat suku bunga simpanan dan jumlah simpanan berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan operasional pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan. Perhitungan dapat dicari dengan rumus (Gujarati : 1999) YY = aa + bb 11. XX 11 + bb 22. XX 22 + bb₃. XX₃ + eeee Keterangan : YY = Jumlah Pendapatan Operasional (Rp) aa = Konstanta bb 1 = Menunjukkan pengaruh PDRB (X 1) terhadap jumlah pendapatan operasional (Y) pada LPD di Kabupaten Tabanan. XX 1 = PDRB (Rp) = bb 2 X 2 b₃ X₃ = Menunjukkan pengaruh jumlah simpanan (X 2) terhadap jumlah pendapatan operasional (Y) pada LPD di Kabupaten Tabanan. Jumlah simpanan = Menunjukkan pengaruh tingkat suku bunga simpanan (X 3) terhadap jumlah pendapatan operasional (Y) pada LPD di Kabupaten Tabanan. = Suku bunga simpanan (%) pada LPD di Kabupaten Tabanan 2. Uji Statistik a. Uji T (T-test ) Uji T (T-test ) merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah masing masing variabel PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan berpengaruh terhadap variabel pendapatan operasional LPD. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari variabel PDRB (X 1), jumlah simpanan (X 2) maupun tingkat suku bunga simpanan (X 3) mampu menjelaskan variabel pendapatan operasional (Y) pada LPD di Kabupaten Tabanan digunakan uji t. 1) Hipotesa : H o => b 1,dan b 2 =0 : berarti secara parsial berpengaruh tidak nyata H a => b 1,dan b 2 0 : berarti secara parsial berpengaruh nyata dan signifikan. 2) t -hitung dapat dihitung dengan rumus: tt hiiiiiiiiii = bb ii SSSS ii dimana : bb ii = koefisien regresi ke-i SSSS ii = standar deviasi koefisien regresi ke i 3) Taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 %, dengan derajat kebebasan df = (n-k), dimana : df = devendent faktor (derajat kebebasan) n = jumlah sampel k = jumlah variabel 4) Kriteria pengujian Ho diterima jika t hitung < t table atau t hitung > -t tabel Artinya bahwa variable PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan operasional LPD Kabupaten Tabanan. Ha diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel Artinya ada pengaruh nyata antara variabel PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan terhadap variabel pendapatan operasional LPD Kabupaten Tabanan. I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Produk Domestik... 55

9 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten / Kota yang ada di Propinsi Bali. terletak dibagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan memiliki luas wilayah 839,33 Km² atau 14,90 % dari luas Provinsi Bali (5.632,86 Km 2 ) dan berdasarkan besarnya wilayah Kabupaten Tabanan termasuk Kabupaten terbesar kedua di Provinsi Bali setelah Kabupaten Singaraja. Kabupaten Tabanan bagian utara merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian tertinggi berada pada puncak Gunung Batukaru, yaitu setinggi meter dari permukaan laut dan dibagian selatan Kabupaten Tabanan merupakan daerah pantai yang berupa dataran rendah. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara ʾ57 bujur timur dan lintang selatan. Wilayah ini cukup strategis karena berdekatan dengan Ibu kota Provinsi Bali yang hanya berjarak sekitar 25 km dengan waktu tempuh ± 45 menit dan dilalui oleh jalur arteri yaitu jalur antar provinsi. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah meliputi : di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan pegunungan seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m), Gunung Pohen (2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan (2.020 m) ; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi oleh Tukad Yeh Sungi, Tukad Yeh Ukun dan tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km ; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let. Wilayah Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari 9 Kabupaten/ Kota dari luas wilayah sebesar 839,33 km 2 atau 14,90% dari luas propinsi Bali, dan terletak pada ketinggian wilayah m di atas permukaan air laut. Sebanyak Ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan merupakan lahan persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris. Sebagaimana telah dimaklumi bersama, bahwa potensi unggulan Kabupaten 56 Tabanan adalah bidang pertanian kerena sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti), secara administrasi Kabupaten Tabanan Tahun 2006 memiliki 123 desa dinas, 345 desa pekraman, 784 banjar dinas dan 365 subak, dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Terdapat 25 obyek dan daya tarik wisata yang terdiri atas obyek wisata alam sebanyak 17 obyek, obyek wisata sejarah sebanyak 1 obyek dan obyek wisata budaya sebanyak 7 obyek, dan memiliki akomodasi pariwisata hotel berbintang sebanyak 2 buah dengan kapasitas 225 kamar, hotel melati sebanyak 28 buah dengan kapasitas 381 kamar dan pondok wisata sebanyak 40 buah dengan kapasitas 244 kamar. Jumlah rumah makan dan restoran sebanyak 45 buah dan bar sebanyak 2 buah. Berdasarkan potensi dan kondisi masyarakat Kabupaten Tabanan, asumsi Makro Ekonomi sebagai landasan kebijakan dalam penyusunan Anggaran adalah tingkat pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tabanan. Tujuan yang ingin diwujudkan adalah semakin tumbuh kembangnya industri pedesaan yang berbasis pertanian sebagai media strategi untuk memacu perekonomian masyarakat desa (petani) dengan meningkatkan nilai tambah petani melalui industri penanganan dan pengolahan pasca panen diaharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dilihat dari komposisi penduduk Kabupaten Tabanan, hasil registrasi penduduk tahun 2011 tercatat berjumlah jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 0,2 %. Dari jumlah tersebut diatas, jiwa (49,76 %) merupakan penduduk laki-laki dan jiwa (50,24 %) merupakan penduduk perempuan. Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah 839 km 2 dan jumlah penduduk jiwa, kepadatan penduduknya mencapai 521 jiwa per km 2. Kepadatan Majalah Ilmiah Untab, Vol. 11 No. 1 Maret 2014

10 penduduk per kecamatan yang kepadatan penduduknya diatas rata-rata diantaranya kecamatan Kediri jiwa per km 2, kecamatan Tabanan jiwa per km 2, kecamatan Maarga 979 jiwa per km 2, dan kecamatan Kerambitan 942 jiwa per km 2, sedangkan Kecamatan Baturiti 520 jiwa per km 2, sedangkan kecamatan yang lainnya ratarata kepadatan penduduknya dibawah 500 jiwa per km 2. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Pengaruh variable PDRB, tingkat suku bunga simpanan, dan jumlah simpanan masyarakat terhadap pendapatan operasional LPD di Kabupaten Tabanan. Setelah dilakukan analisis data dengan program SPSS 1.5, maka dipeoleh hasil seperti yang terangkum pada tabel-tabel berikut: Tabel 3 Hasil Olah Data Dengan Program SPSS 1.5 Variabel Bebas Konstanta PDRB (X 1) Jumlah Simpanan (X 2) Suku Bunga Simpanan (X3) Koefisien determinasi (R 2 ) F ratio Signifikansi Koefisien Regresi ,89 0,079 0, ,54 = 0,994 = 337,355 = 0,000 t 0,469 2,750 3,182-0,478 Sig 0,655 0,033 0,019 0,650 Sumber : Analisa Data Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dibuat satu persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut : YY = , , 7777XX , 8888XX , 5555 XX₃ + eeee Hasil dari persamaan regresi linier berganda di atas menunjukan arah pengaruh masing masing variabel bebasnya. Koefisien regresi b 1, dan b 2 bertanda positif berarti variabel PDRB dan jumlah simpanan mempunyai pengaruh yang searah terhadap pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kabupaten Tabanan periode Sedangkan koefisien b 3, bertanda negatif berarti variabel tingkat suku bunga simpanan mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kabupaten Tabanan periode Untuk melihat bermakna tidaknya pengaruh masing masing varibel bebas tersebut, maka I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Produk Domestik... perlu dilakukan pengujian baik secara parsial maupun simultan/bersama-sama terhadap pengaruh variable tersebut pada pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode , dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengaruh PDRB terhadap pendapatan operasional di LPD Koefisien regresi X 1 sebesar 0,079 berarti bahwa peningkatan atas PDRB sebesar satu rupiah akan meningkatkan pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sebesar 0,079 rupiah, dalam arti peningkatan jumlah PDRB akan meningkatkan pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode sebesar 0,079 rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi peningkatan atau penurunan jumlah PDRB setiap satu rupiah terhadap pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode akan mempengaruhi perubahan pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Tabanan periode sebesar 0,079 rupiah. 2. Pengaruh jumlah simpanan terhadap pendapatan operasional Koefisien regresi X 2 sebesar 0,089 berarti bahwa peningkatan atas jumlah simpanan sebesar satu rupiah akan meningkatkan pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode sebesar 0,089 rupiah, dalam arti peningkatan pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa periode sebesar 0,089 rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi peningkatan atau penurunan jumlah simpanan masyarakat terhadap pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode akan mempengaruhi perubahan pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Tabanan periode sebesar 0,089 rupiah. 3. Pengaruh tingkat suku bunga simpanan terhadap pendapatan operasional Koefisien regresi X 3 sebesar ,54 berarti bahwa peningkatan atas tingkat suku bunga simpanan sebesar satu persen (1%) akan menurunkan 57

11 pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode sebesar ,54 rupiah, dalam arti penururunan pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa periode sebesar ,54 rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi peningkatan atau penurunan tingkat suku bunga simpanan terhadap pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode akan mempengaruhi perubahan pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Tabanan periode sebesar ,54 rupiah. Pengujian Koefisien Secara Parsial Dengan Uji t Uji parsial (uji t) digunakan untuk menguji pengaruh masing masing variabel bebas (X) terhadap variabel tergantung (Y). Dengan melakukan pengujian secara parsial maka dapat diketahui signifikan tidaknya pengaruh masing masing variabel bebas terhadap pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode Dari pengujian ini sekaligus dapat dibuktikan apakah hipotesis pertama yang menyatakan bahwa variabel PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode Pengujian dengan menggunakan uji t dilakukan dengan cara membandingkan nilai t tabel dengan t hitung atau membandingkan signifikansinya pada tahap nyata 5 %. Nilai t tabel pada taraf nyata 5 % didapatkan sebesar 2,365. Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui besarnya nilai t hitung dan tingkat signifikansinya Pengaruh PDRB (X 1) terhadap pendapatan operasional (Y) di Lembaga Perkreditan Desa periode Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel X 1 sebesar 2,750 dan signifikansinya adalah sebesar 0,033. Angka angka ini memberikan arti bahwa PDRB (X 1) mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan operasional (Y) di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode karena t hitung lebih besar dari t tabel atau 2,750 2,365 atau signifikansinya 0,033 < 0,05 ini berarti variasi naik turunnya PDRB mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode tahun Pengaruh jumlah simpanan (X 2) terhadap pendapatan operasional (Y) di Lembaga Perkreditan Desa periode Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui nilai t hitung sebesar 3,182 dan signifikansinya adalah sebesar 0,019. Angka angka ini memberikan arti bahwa jumlah simpanan (X 2) mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode karena t hitung lebih besar dari t tabel atau 3,182 > 2,365 atau signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,019 < 0,05 ini berarti jumlah simpanan mempunyai pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode tahun Pengaruh suku bunga simpanan (X 3) terhadap pendapatan operasional (Y) di Lembaga Perkreditan Desa periode Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui nilai t hitung sebesar -0,478 dan signifikansinya adalah sebesar 0,650. Angka angka ini memberikan arti bahwa suku bunga simpanan (X 3) mempunyai pengaruh tidak nyata dan tidak signifikan terhadap pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode karena -t hitung lebih besar dari - t tabel atau -0,182 > -2,365 atau signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,650 > 0,05 ini berarti bahwa tingkat suku bunga simpanan mempunyai pengaruh yang tidak nyata dan tidak signifikan terhadap pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode tahun Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dengan menyatakan bahwa variabel PDRB dan jumlah simpanan Majalah Ilmiah Untab, Vol. 11 No. 1 Maret 2014

12 masyarakat serta tingkat suku bunga simpanan berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan operasional LPD adalah tidak dapat dibuktikan, karena secara parsial variabel PDRB dan jumlah simpanan masyarakat yang berpengaruh nyata terhadap penerimaan pendapatan operasional LPD. Sedangkan tingkat suku bunga simpanan secara parsial berpengaruh tidak nyata dan tidak signifikan terhadap penerimaan pendapatan operasional pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode Pengujian Koefisien Secara Serempak Dengan Uji F Merupakan uji statistik untuk mengetahui kebenaran pengaruh nyata secara statistik diantara PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan secara bersama sama terhadap variable pendapatan operasional pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode Pengujian dengan menggunakan uji F dilakukan dengan cara membandingkan nilai F tabel dengan F hitung atau membandingkan signifikansinya pada tahap nyata 5 %. Nilai F tabel pada taraf nyata 5 % didapatkan sebesar 19,40. Berdasarkan tabel 3 diatas, maka diketahui bahwa nilai F tabel dengan taraf nyata 5% adalah sebesar 19,40 dan ternyata F ratio lebih besar dari F tabel, atau 337,355 > 19,40 dan signifikansinya lebih kecil dari 5% atau 0,000 < 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel variabel PDRB, jumlah simpanan masyarakat dan tingkat suku bunga simpanan secara serempak atau bersama sama mempunyai pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode Besarnya pengaruh ketiga variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat (pendapatan operasional) secara serempak dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasinya (R 2 ). Pada tabel 3 diketahui nilai R adalah sebesar 0,994 ini berarti ada hubungan yang sangat kuat antara variable PDRB (X 1), jumlah simpanan (X 2) dan tingkat suku bunga simpanan (X 3), yang secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan operasional (Y) pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Produk Domestik... Dan nilai R 2 adalah sebesar 0,994, ini berarti bahwa ketiga variabel tersebut secara bersama sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 99,40 % terhadap pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode , sedangkan sisanya sebesar 0,60 % di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini dengan menyatakan bahwa variabel PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan, berpengaruh signifikan secara serempak / bersama sama terhadap pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode , adalah terbukti atau dapat diterima. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. PDRB secara parsial berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penerimaan pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode , karena t hitung lebih besar dari t tabel atau 2,750 2,365 dan signifikansinya lebih kecil dari 5 % atau 0,033 < 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa PDRB berpengaruh nyata secara parsial terhadap penerimaan pendapatan operasional di LPD di Kabupaten Tabanan periode adalah terbukti. 2. Jumlah simpanan masyarakat yang berupa tabungan maupun deposito, secara parsial berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penerimaan pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode , karena t hitung lebih besar dari t tabel atau 3,182 2,365 dan signifikansinya lebih kecil dari 5 % atau 0,019 < 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa simpanan masyarakat berpengaruh nyata secara parsial terhadap penerimaan pendapatan operasional di LPD di Kabupaten 59

13 Tabanan periode adalah juga terbukti. 3. Tingkat suku bunga simpanan secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap penerimaan pendapatan operasional di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan periode , karena -t hitung lebih besar dari - t tabel atau -0,478 > -2,365 dan signifikansinya lebih besar dari 5 % atau 0,650 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga simpanan secara parsial berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penerimaan pendapatan operasional LPD di Kabupaten Tabanan periode adalah tidak terbukti. 4. PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan berpengaruh nyata dan signifikan secara serempak/bersama sama terhadap penerimaan pendapatan operasional LPD Kabupaten Tabanan periode , karena F hitung > F tabel atau 337,355 > 19,4. Jadi hipotesis yang menyatakan PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan berpengaruh nyata dan signifikan secara serempak/ bersama sama terhadap penerimaan pendapatan operasional LPD di Kabupaten Tabanan periode adalah terbukti. Besarnya kontribusi ketiga variabel tersebut secara bersama-sama dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi yang sebesar 0,994. Ini berarti ketiga variabel tersebut secara bersama sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 99,40 % terhadap jumlah penerimaan pendapatan operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) periode , sedangkan sisanya sebesar 0,60 % di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model ini. Saran saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. PDRB dan simpanan masyarakat, secara parsial berpengaruh nyata terhadap penerimaan pendapatan operasional LPD di Kabupaten Tabanan periode , oleh karena demikian, dalam penelitian ini 60 dapat diberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDRB) yang merupakan sumber perputaran kegiatan ekonomi, sehingga bagi warga masyarakat ada peluang untuk meningkatkan pendapatan, sehingga memungkinkan warga masyarakat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya disimpan di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan. Demikian juga bagi pengelola Lembaga Perkreditan Desa (LPD) untuk berupaya semaksimal mungkin meningkatkan jumlah tabungan, yang merupakan sumber dana untuk dipinjamkan kembali ke masyarakat berupa kredit. 2. Tingkat suku bunga simpanan, secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap penerimaan pendapatan operasional LPD di Kabupaten Tabanan periode , karena itu dalam penelitian ini dapat diberikan masukan kepada otoritas pengelola lembaga keuangan khususnya LPD untuk menentukan tingkat suku bunga simpanan yang sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan rangsangan bagi masyarakat untuk menyimpan dananya di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dengan tetap adanya jaminan keamanan dana yang disimpannya yang pada akhirnya samasama mendapat keuntungan baik bagi warga masyarakat (nasabah) maupun Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan. 3. PDRB, jumlah simpanan dan tingkat suku bunga simpanan berpengaruh nyata dan signifikan secara serempak terhadap penerimaan pendapatan operasional di LPD Kabupaten Tabanan periode , karena itu penelitian ini dapat diberikan masukan, kepada pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan maupun kepada pengelola LPD agar berupaya meningkatkan PDRB khususnya dari Majalah Ilmiah Untab, Vol. 11 No. 1 Maret 2014

14 Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan, dan jumlah simpanan masyarakat serta penentuan tingkat suku bunga simpanan di LPD yang dapat memberikan rangsangan bagi warga masyarakat untuk menyimpan dananya di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) serta mengupayakan tetap terjaminnya keamanan dana yang disimpan di LPD. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, Tabanan Dalam Angka BPD Daerah Bali, Prinsip Kehati-Hatian Dalam Mengelola LPD, BKS-LPD, Tabanan. Catur Sugiyanto, Ekonometrika Terapan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Gujarati, Damodar (Surname Zain. Penerjemah), Ekonometrika Dasar, Jakarta : Brian Airlangga. Harahap, Sofyan Safri, Sistem Pengawasan Manajemen, (Management Control System), Jakarta : Quantum. H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit Andi : Yogyakarta. Kasmir, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mudrajad Kuncoro, Otonomi & Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang, Penerbit Erlangga, Jakarta. Nata Wirawan, Statistik 2 (Statistik Infrensia) Edisi Kedua, Keraras Emas, Denpasar. PLPDK Kabupaten Tabanan, Buku Pedoman Pembina Lembaga Perkreditan Desa (LPD). I Wayan Sudirman, Manajemen Perbankan, Suatu Aplikasi Dasar, Penerbit Bali Post, Denpasar. I Nyoman Erawan, Strategi Pemberdayaan Desa Adat Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Rakyat, Eksistensi Desa Pakraman di Bali, Team Editor, I Wayan Gede Suacana dkk, Yayasan Tri Hita Karana Bali...., Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Provinsi Bali, Volume 13 No.3 Maret 2013, Bank Indonesia...., Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengawas Internal LPD, Biro Perekonomian dan Pembangunan, Sekretariat Daerah Provinsi Bali, , Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 3 Tahun 2007, tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 8 Tahun 2002, tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dan Peraturan Gubernur Bali, Biro Perekonomian dan Pembangunan, Sekretariat Daerah Provinsi Bali, , Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 4 Tahun 2012, tentang : Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa. Pemerintah Provinsi Bali I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Produk Domestik... 61

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014 Volume 11 Nomor September 014 ISSN 0168537 9 77 0 1 6 8 5 3 7 1 11 Hal. 103 00 Tabanan September 014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri Tabanan Bali 8171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 ISSN 0216-8537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 11 1 Hal. 1-102 Tabanan Maret 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

Lebih terperinci

Volume 10 Nomor 2 September 2013

Volume 10 Nomor 2 September 2013 Volume 0 Nomor September 03 ISSN 06-8537 9 7 7 0 6 8 5 3 7 0 Hal. 79-54 Tabanan September 03 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 87 Telp./Fax. : (036) 93605 ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 ISSN 02168537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 11 1 Hal. 1 102 Tabanan Maret 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri Tabanan Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 PENGARUH PDRB DAN

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 NI RAI ARTINI Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Pembangunan nasional merupakan rangkaian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN ASING DAN KURS DOLLAR AMERIKA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DI PROVINSI BALI

PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN ASING DAN KURS DOLLAR AMERIKA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DI PROVINSI BALI PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN ASING DAN KURS DOLLAR AMERIKA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DI PROVINSI BALI I NYOMAN WIDHYA ASTAWA dan NI LUH PUTU BUDIARI Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIRO PERJALANAN WISATA DAN KURS DOLLAR AMERIKA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI PROVINSI BALI

PENGARUH JUMLAH BIRO PERJALANAN WISATA DAN KURS DOLLAR AMERIKA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI PROVINSI BALI PENGARUH JUMLAH BIRO PERJALANAN WISATA DAN KURS DOLLAR AMERIKA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI PROVINSI BALI I MADE HARY KUSMAWAN SAGUNG RAT SRI MAHYUNI Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan

Lebih terperinci

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 12 1 Hal. 1-86 Tabanan Maret 2015 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 ANALISIS PENGARUH

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TABANAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TABANAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TABANAN IDA BAGUS GDE WIRAKUSUMA I DEWA GEDE RASTANA, I NYOMAN ARIANA GUNA Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR, JUMLAH TANGGUNGAN DAN JAM KERJA TERHADAP PENDAPATAN TENAGA KERJA PENGRAJIN DI KECAMATAN KEDIRI

PENGARUH UMUR, JUMLAH TANGGUNGAN DAN JAM KERJA TERHADAP PENDAPATAN TENAGA KERJA PENGRAJIN DI KECAMATAN KEDIRI PENGARUH UMUR, JUMLAH TANGGUNGAN DAN JAM KERJA TERHADAP PENDAPATAN TENAGA KERJA PENGRAJIN DI KECAMATAN KEDIRI I WAYAN SUARBAWA I WAYAN TERIMAJAYA I PUTU FERRY ANDIKA Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG NI PUTU SUDARSANI Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Setiap badan usaha termasuk juga koperasi, dalam

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI EKSPOR DAN GROSS DOMESTIK PRODUK (GDP) TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA

PENGARUH NILAI EKSPOR DAN GROSS DOMESTIK PRODUK (GDP) TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA PENGARUH NILAI EKSPOR DAN GROSS DOMESTIK PRODUK (GDP) TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA I NYOMAN ARIANA GUNA I DEWA GEDE RASTANA Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Lama Usaha, dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar Nama : I Gede Ariyuda Pratama NIM : 1306105026 Abstrak Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama periode tertentu (Munawir, 2002:33). Rentabilitas suatu perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. selama periode tertentu (Munawir, 2002:33). Rentabilitas suatu perusahaan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2002:33). Rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator untuk menentukan atau menilai apakah suatu negara pembangunannya berhasil atau tidak. Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL, AKTIVA LANCAR, TERHADAP KEUNTUNGAN LPD DESA PAKRAMAN TIMPAG KECAMATAN KERAMBITAN KABUPATEN TABANAN

PENGARUH MODAL, AKTIVA LANCAR, TERHADAP KEUNTUNGAN LPD DESA PAKRAMAN TIMPAG KECAMATAN KERAMBITAN KABUPATEN TABANAN PENGARUH MODAL, AKTIVA LANCAR, TERHADAP KEUNTUNGAN LPD DESA PAKRAMAN TIMPAG KECAMATAN KERAMBITAN KABUPATEN TABANAN I MADE GITRA ARYAWAN IDA BAGUS GDE WIRAKUSUMA Fakultas Ekonomi Universtas Tabanan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional, karena sebagian besar penduduk Indonesia berada di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkeadilan dan mempercepat pembangunan daerah yang efektif dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkeadilan dan mempercepat pembangunan daerah yang efektif dan kuat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia mengarahkan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI I Gede Dwi Purnama Putra I Made Adigorim Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian masyarakat pedesaan sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional, karena sebagian besar penduduk Indonesia berada di daerah

Lebih terperinci

3. Bahwa Jumlah anggota berpengaruh

3. Bahwa Jumlah anggota berpengaruh PENGARUH MODAL, JUMLAH TENAGA KERJA DAN JUMLAH ANGGOTA TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN TABANAN NI MADE TAMAN AYUK Fakultas Ekonomi Universitas ABSTRAK Pengembangan diarahkan agar

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI DAMPAK PENDAPATAN DAN SUKU BUNGA TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT DI SUMATERA BARAT SELAMA PERIODE 1993-2008 Oleh : GLIANTIKA 07 951 022 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1 ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA Evi Hartati 1 evi.hartati94@yahoo.com Ida Ayu Purba Riani 2 purbariani@yahoo.com Charley M. Bisai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).

I. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Bali merupakan sektor penyumbang pendapatan daerah terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran). Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia kini sudah semakin berkembang sangat pesat, terutama pertumbuhan di sektor industri.sektor industri diyakini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KREDIT KONSUMTIF PADA BANK UMUM DI BALI TAHUN

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KREDIT KONSUMTIF PADA BANK UMUM DI BALI TAHUN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KREDIT KONSUMTIF PADA BANK UMUM DI BALI TAHUN 2004-2012. I G A Utami Dewi Jelantik 1 Nyoman Djinar Setiawina 2 1, 2 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud),Bali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi nasional pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan pembangunan ekonomi ragional. Pembangunan ekonomi nasional yaitu untuk menciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam analisis mikro ekonomi perkataan pertumbuhan ekonomi mempunyai dua segi pengertian berbeda. Di satu pihak istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN AKTIVA PRODUKTIF, DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT KREDIT BERMASALAH DAN UKURAN LPD PADA KINERJA OPERASIONAL

PENGARUH PERTUMBUHAN AKTIVA PRODUKTIF, DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT KREDIT BERMASALAH DAN UKURAN LPD PADA KINERJA OPERASIONAL PENGARUH PERTUMBUHAN AKTIVA PRODUKTIF, DANA PIHAK KETIGA, TINGKAT KREDIT BERMASALAH DAN UKURAN LPD PADA KINERJA OPERASIONAL A.A. Putu Setyawati 1 I Wayan Suartana 2 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI Syaifuddin, Adi Bhakti, Rahma Nurjanah Dosen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia dilandaskan pada Trilogi pembangunan, yaitu stabilitas nasional yang mantap, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xiii ABSTRAKSI...xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Perumusan Masalah...4 1.3.

Lebih terperinci

PENGARUH PDRB, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI BALI. Ni Made Myanti Astrini A Ida Bagus Putu Purbadharmaja

PENGARUH PDRB, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI BALI. Ni Made Myanti Astrini A Ida Bagus Putu Purbadharmaja E-Jurnal EP Unud, 2 [8] :384-392 ISSN: 2303-0178 PENGARUH PDRB, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI BALI Ni Made Myanti Astrini A Ida Bagus Putu Purbadharmaja Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai kerangka awal untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul ini, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Judul : Pengaruh Pengendalian Intern Kredit, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan pada Kemampulabaan Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar Nama : Ni Wayan Jessy Janawati NIM : 1306305045 Abstrak Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 1999-2013 NASKAH PUBLIKASI DiajukanuntukMemenuhiTugasdanSyarat- SyaratGunaMemperolehGelarSarjanaEkonomiJurusanIlmuEkonomiStudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan terutama industri perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

TINGKAT PERPUTARAN KAS, PERTUMBUHAN KREDIT, RASIO BOPO DAN PERTUMBUHAN JUMLAH NASABAH KREDIT PADA PROFITABILITAS PT. BPR PEDUNGAN DENPASAR

TINGKAT PERPUTARAN KAS, PERTUMBUHAN KREDIT, RASIO BOPO DAN PERTUMBUHAN JUMLAH NASABAH KREDIT PADA PROFITABILITAS PT. BPR PEDUNGAN DENPASAR TINGKAT PERPUTARAN KAS, PERTUMBUHAN KREDIT, RASIO BOPO DAN PERTUMBUHAN JUMLAH NASABAH KREDIT PADA PROFITABILITAS PT. BPR PEDUNGAN DENPASAR Putu Yunita Febri Astuti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah ini terkandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN

PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN 1994 2013 Mualif Ainur Rohman, Mamak Moh. Balafif, Susi Tri Wahyuni Prodi Ekonomi Pembangunan Ekonomi Universitas Bhayangkara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Disain Penelitian Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas merupakan prinsip sebab akibat. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat menunjang kegiatan pembangunan. Laju pertumbuhan ekonomi menggambarkan adanya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang mempunyai wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan yang sangat cepat menuntut kita untuk selalu siap dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat. Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil analisis

Lebih terperinci

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG Anang Rahmat Jatmiko Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Jl. Gus Dur 29 A Jombang Email : anang_jatmiko@undar.ac.id

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan pemerintah,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR JIMBARAN, KELURAHAN JIMBARAN

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR JIMBARAN, KELURAHAN JIMBARAN E-Jurnal EP Unud, 2 [6] : 277-283 ISSN: 2303-0178 ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR JIMBARAN, KELURAHAN JIMBARAN Wuri Ajeng Chintya Ida Bagus Darsana Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA KECIL MIKRO DITINJAU DARI PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN KARANGANYAR PADA TAHUN 2014

PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA KECIL MIKRO DITINJAU DARI PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN KARANGANYAR PADA TAHUN 2014 PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA KECIL MIKRO DITINJAU DARI PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN KARANGANYAR PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru yang mana pembangunan dilaksanakan secara sentralistik yang berarti pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi Abstrak Salah satu indikator yang umum digunakan untuk mengukur Pembangunan

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN DI PROVINSI ACEH

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN DI PROVINSI ACEH PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN DI PROVINSI ACEH HOVONLY APRISTA SIMBOLON Email: ivosimbolon@gmail.com Mahasiswa Program Pascasajana, Universitas Negeri Medan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak saat ini terus dilakukan. Berbagai upaya ke arah itu khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan proses desentralisasi terhadap daerah-daerah otonom memiliki potensi yang sangat

Lebih terperinci