Volume 10 Nomor 2 September 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Volume 10 Nomor 2 September 2013"

Transkripsi

1 Volume 0 Nomor September 03 ISSN Hal Tabanan September 03 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 87 Telp./Fax. : (036) 93605

2 ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TABANAN PERIODE TAHUN I DEWA GEDE RASTANA Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Pendapatan suatu negara merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran yang dicapai oleh suatu negara, dan didalam meningkatkan pendapatan suatu Negara diperlukan laju pertumbuhan ekonomi yang mantap dan dinamis. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Indonesia pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang merupakan indikator kerja terhadap pembangunan nasional dan ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan yang terus menerus dan berkesinambungan sudah tentu diperlukan dana yang jumlahnya sangat besar. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber keuangan daerah yang harus digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kabupaten Tabanan didalam era otonomi daerah ini mulai memacu diri untuk menggali potensi-potensi dalam bidang ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, maka atas upaya tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan untuk digunakan dalam pembiayaan pembangunan yang sedang dan yang akan dilaksanakan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, sudah tentu harus didukung oleh dana yang memadai dan berdasarkan kenyataan yang ada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tabanan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan dana untuk membiayai pembangunan sangat besar. Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yaitu pembangunan yang lebih menyentuh kepentingan masyarakat baik pembangunan fisik maupun non fisik, yang pada nantinya dapat memberikan arah dan landasan yang kuat untuk tahapan-tahapan pembangunan dimasa-masa yang akan datang. Berdasarkan dari hasil pembahasan, maka dapat diketahui bahwa Pajak Daerah mempunyai pengaruh nyata (signifikan) secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan periode 005-0, karena t hitung (9,499) lebih besar dari t tabel (,3) atau signifikansinya lebih kecil dari pada 5 %. Penerimaan Retribusi Daerah juga mempunyai pengaruh nyata yang signifikan secara parsial terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan periode 005-0, karena -t hitung (-3,056) lebih kecil dari -t tabel (-,3) atau signifikansinya lebih kecil dari 5 %. Pajak Daerah dan Penerimaan Retribusi Daerah secara serempak atau bersama-sama mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan periode 005-0, karena F hitung (97,595) lebih besar dari F tabel (9,) atau signifikansinya lebih kecil dari 5 %. Sedangkan besarnya pengaruh kedua variabel bebas yaitu pajak daerah dan penerimaan retribusi daerah tersebut dapat dilihat dengan nilai sebesar koefisien determinasinya (R ) = 0,980. Kata Kunci: Pajak, Retribusi daerah, PAD PENDAHULUAN Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/999, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dinyatakan bahwa pada hahekatnya telah ditetapkan kebijaksanaan pembangunan yang merupakan satusatunya alat yang dapat memberikan arah dan strategi dalam pembangunan dan perjuangan negara dan bangsa. Sebagaimana dimaksud dalam ketetapan GBHN adalah untuk memberikan arah penyelnggaraan negara, dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan social, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hokum dalam tatanan masyarakat dan negara yang beradab, berahlak, mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera dalam kurun waktu jangka panjang. Untuk mewujudkan maksud dan tujuan pembangunan tersebut, usaha-usaha seperti perbaikan kehidupan dan kemajuan seluruh bangsa di segala bidang selalu dihadapkan pada permasalahan yaitu mengumpulkan dana atau menggali sumber-sumber pendapatan negara guna menunjang kelangsungan roda pemerintahan dan pembangunan. Pendapatan suatu negara merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran yang dicapai oleh suatu negara, dan didalam Majalah Ilmiah Untab, Vol. 0 No. September 03

3 meningkatkan pendapatan suatu Negara diperlukan laju pertumbuhan ekonomi yang mantap dan dinamis. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Indonesia pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang merupakan indikator kerja terhadap pembangunan nasional dan ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan p e m b a n g u n a n y a n g t e r u s m e n e r u s d a n berkesinambungan sudah tentu diperlukan dana yang jumlahnya sangat besar. Dan untuk memperoleh dana pembangunan yang sangat besar tersebut penerimaan negara/pemerintah masih didominasi dari penerimaan sektor migas (minyak dan gas bumi) yang walaupun pada tahun belakangan ini, cendrung mulai menurun dan sudah tentu pula pemerintah berupaya mencari alternatif lain, yaitu penerimaan atau pendapatan negara yang bersumber dari sektor non migas seperti penerimaan sektor pajak dan non pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor : Tahun 999, tentang Pemerintahan Daerah serta dalam rangka memberikan pelayanan dan mewujudkan pelaksanaan pembangunan daerah, maka dibentuk suatu daerah otonom. Daerah otonom selanjutnya merupakan kesatuan masyarakat hukum dengan batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Seperti halnya pembangunan nasional, dalam melaksanakan pembangunan di daerah, masalah dana/pembiayaan pembangunan memegang peranan yang sangat penting, dengan demikian penerimaan/pendapatan asli daerah merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sesuai arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan, maka tidak terlepas kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan daerah, dimana pembangunan daerah yang dilaksanakan hendaknya dapat berjalan bersama-sama dalam ruang lingkup pembangunan nasional, dan sesuai dengan asas negara kesatuan dimana daerah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembiayaan pembangunan daerah, khususnya pembangunan untuk daerah Kabupaten Tabanan sebagian besar masih didominasi adanya dana bantuan dari pemerintah yang lebih tinggi, baik bantuan dari pemerintah pusat, maupun dari pemerintah provinsi yang berupa dana alokasi umum, dana alokasi khusus ataupun dana-dana untuk kegiatan proyek-proyek pembangunan dan lain-lain. Mengingat kemampuan negara/pemerintah pusat adalah sangat terbatas untuk membiayai pembangunan di seluruh tanah air, dimana tidak sebanding antara dana yang tersedia dengan kebutuhan akan besarnya dana untuk pembiayaan pembangunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, maka setiap daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerah sendiri dengan mengoptimalkan semua sumber dan potensi yang ada. Kabupaten Tabanan didalam era otonomi daerah ini mulai memacu diri untuk menggali potensipotensi dalam bidang ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, maka atas upaya tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan untuk digunakan dalam pembiayaan pembangunan yang sedang dan yang akan dilaksanakan. Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yaitu pembangunan yang lebih menyentuh kepentingan masyarakat baik pembangunan fisik maupun non fisik, yang pada nantinya dapat memberikan arah dan landasan yang kuat untuk tahapan-tahapan pembangunan dimasamasa yang akan datang. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, sudah tentu harus didukung oleh dana yang memadai dan berdasarkan kenyataan yang ada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tabanan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan dana untuk membiayai pembangunan sangat besar. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber keuangan daerah yang harus digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk menganalisis dan menyikapi perencanaan pembangunan ekonomi yang bersumber dari berbagai subyek-subyek sumber pendapatan yaitu yang berupa penerimaan pajak daerah, penerimaan retribusi daerah, penerimaan laba usaha daerah dan sumber penerimaan lain yang sah. Untuk mengetahui gambaran target dan realisasi penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Tabanan, periode 005 0, seperti Tabel dibawah ini : Tabel : I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Pajak Daerah... 3

4 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Tabanan periode Tahun ( dalam ribuan ) Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Tabanan periode Tahun ( dalam ribuan ) Sumber : Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan, Tahun 0 Dari Tabel, diatas terlihat bahwa tahun 005 terjadi peningkatan capaian realisasi penerimaan pajak daerah yang melebihi dari target yang ditentukan yaitu peningkatan sebesar Rp ,00 Juta atau capaian sebesar 0,50 %. Pada tahun 006 terjadi peningkatan realisasi penerimaan pajak daerah sebesar Rp ,00 juta yang juga melebihi dari target yang ditentukan pada tahun 006 atau capaian sebesar 08,33 %. Peningkatan realisasi penerimaan pajak daerah yang cukup besar terjadi pada tahun 007 yaitu antara target dan realisasi sebesar Rp ,00 atau capaian sebesar 3,49 %, sedangkan pada tahun berikutnya antara target dan realisasi penerimaan pajak pajak daerah cendrung terjadi kenaikan yang relatif kecil. Pada tahun 009 antara target dan realisasi terjadi kenaikan sebesar Rp ,00 atau capaiannya sebesar 04,9 %. Pada tahun 00 antara target dan realisasi terjadi kenaikan sebasar Rp ,86 atau capaiannya sebesar 06,84 %. Sedangkan pada tahun 0 antara target dan realisasi terjadi kenaikan sebesar Rp ,65 atau capaiannya sebesar 3,8 %. Sebagai gambaran untuk mengetahui target dan realisasi penerimaan Retribusi Daerah, Kabupaten Tabanan periode tahun dapat dilihat pada Tabel. dibawah ini : Sumber : Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan, Tahun 0 Dari Tabel, diatas target dan realisasi penerimaan retribusi daerah mengalami peningkatan yang bervariasi, dimana ada kecendrungan mengalami kenaikan yang relatif rendah. Pada tahun 005 antara target dan realisasi mengalami peningkatan sebesar Rp ,00 juta atau % capaian sebesar 00,58 %. Sedangkan pada tahun 006 dan 007 mengalami penurunan dari target dan realisasi masingmasing sebesar Rp ,00 juta dan Rp , 00 juta atau % capaian hanya sebesar 97,95 % dan 98,85 %. Sedangkan tahun 008 dan tahun 009 capaian realisasi cukup besar yaitu masing-masing sebesar Rp ,00 juta dan Rp ,00 juta atau capaian naik masingmasing sebesar 03,00 % dan 5,74 %. Pada tahun 00 dan tahun 0 antara target dan realisasi penerimaan retribusi daerah terjadi penurunan masing-masing sebesar Rp ,8 dan sebesar Rp...58,76 atau terjadi perubahan penurunan masing-masing sebesar 88,78 % dan 94,4 %. Tabel 3 : Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode Tahun ( dalam ribuan ) Tabel : Sumber : Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan, Tahun 0 Dari Tabel 3, diatas menunjukkan bahwa 4 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 0 No. Maret 03

5 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan setiap tahunnya cendrung mengalami peningkatan. Pada tahun 005 pendapatan asli daerah Kabupaten Tabanan dari target yang ditentukan mengalami peningkatan sebesar Rp ,- atau naik sebesar 0,43 %. Pada tahun 007 dan tahun 008 peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Tabanan mengalami peningkatan yang cukup besar dari target yang telah ditentukan, yaitu masing-masing mengalami peningkatan sebesar Rp ,- pada tahun 007, dan sebesar Rp ,- pada tahun 008, atau naik masing-masing sebesar 04,57 % pada tahun 007 dan 06,67 % pada tahun 008. Sedangkan pada tahun 009 peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Tabanan mengalami peningkatan cukup besar dari target yang ditentukan yaitu sebesar Rp ,- atau naik sebesar 87,50 %. Pada tahun 00 dan tahun 0 antara target dan realisasi penerimaan PAD terjadi peningkatan yang relatif sama yaitu masing-masing sebesar Rp ,73 dan Rp ,76 atau kenaikan perubahan masing-masing sebesar 07,5 % dan 07,40 %. Peningkatan perolehan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan ini merupakan cermin kerja keras dalam mengupayakan dan meningkatkan perolehan dari sumber-sumber pendapatan yang merupakan sumber pembiayaan dalam pelaksanaan pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Tabanan. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang d a p a t dikemukakan adalah sebagai berikut :. Apakah ada pengaruh antara penerimaan pajak daerah dan Retribusi Daerah secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan periode tahun Apakah ada pengaruh antara penerimaan pajak daerah, dan penerimaan retribusi daerah secara bersama-sama terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan periode tahun TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Tujuan Penelitian :. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penerimaan pajak daerah secara parsial terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan periode tahun Untuk mengetahui besarnya pengaruh penerimaan rertibusi daerah secara parsial terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan periode tahun Untuk mengetahui penerimaan pajak daerah, dan retribusi daerah secara bersama-sama terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan periode tahun Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitan ini adalah :. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi/masukan dalam mengetahui dan mengelola sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah serta bagaimana menggunakannya yang tentunnya sesuai arah pembangunan dan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah.. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut serta bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam pembahasan yang lebih intensif mengenai Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN Hipotesis Bertitik tolak dari latar belakang dan pokok permasalahan tersebut diatas, maka dapat diajukan suatu hipotesis yang merupakan dugaan sementara atas permasalahan tersebut, sebagai berikut :. Diduga bahwa penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah mempunyai pengaruh nyata secara parsial terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun Diduga bahwa penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah, mempunyai pengaruh nyata secara bersama-sama terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun Metodelogi Penelitian. Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tabanan pada instansi pemerintah Kabupaten Tabanan yaitu pada Dinas Pendapatan dan Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan.. Sumber Data Data-data yang dikumpulkan adalah dengan mempergunakan data sekunder yaitu data yang didapat dari laporan pada Dinas Pendapatan dan Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan. Jenis data I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Pajak Daerah... 5

6 yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Data kualitatif Data yang tidak berupa angka-angka yang tidak dapat dihitung dimana data ini dianalisis dengan mempergunakan argumentasi dari teori dan literatur dan pedoman yang menunjang dikaitkan dengan keadaan di lapangan. b. Data kuantitatif Data yang berupa angka-angka atau data yang besarnya dapat dihitung dengan satuan tertentu, seperti data tentang jumlah penerimaan pajak daerah, jumlah penerimaan retribusi daerah, jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pendapatan dan Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan. c. Teknik Pengumpulan Data. Observasi, adalah cara pengumpulan data dengan pengamatan dan pendataan secara langsung di obyek penelitian.. Wawancara adalah cara pengumpulan data atau keterangan dengan wawancara langsung dengan petugas pada bagian pendataan. 3. Riset kepustakaan (library research) yaitu bentuk pengumpulan data dengan mempergunakan buku-buku literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesa diatas, maka dipergunakan analisa data yang mencakup : a. Analisis regresi linier berganda Dalam melakukan pengujian terhadap permasalahan yang pertama, kedua dan ketiga yaitu untuk mengetahui pengaruh antara penerimaan pajak daerah secara parsial, dan retribusi daerah secara parsial terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Tabanan periode tahun a. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y = b 0 + bx + bx + ei Dimana : Y = Pendapatan Asli Daerah X = Besarnya pajak daerah X = Besarnya retribusi daerah 0 b = Konstanta b, b = Parameter yang ditaksir ei = Tingkat kesalahan b. Koefisien korelasi berganda Analisa ini dipergunakan untuk mengetahui kuat lemahnya ketiga variable yaitu hubungan antara Pendapatan Asli Daerah (Y) dengan variable Pajak Daerah (X ), dan Retribusi Daerah (X ) dan apabila koefisien korelasi berganda adalah Ry akan diperoleh koefisien penentuan yang dihitung dengan rumus : Ry = Ry menunjukkan kuat atau lemahnya hubungan antara Pajak Daerah / r (X ), dan Retribusi Daerah (X ) secara bersama-sama terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) periode tahun a. Koefisien Determinasi Berganda Analisa ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable bebas X dan X terhadap Y yang diukur dengan prosentase, dengan rumus sebagai berikut : Jumlah Kofisien Regressi R = Dimana : R = Koefisen determinasi Y = Pendapatan Asli Daerah X = Penerimaan Pajak Daerah X = Penerimaan Retribusi Daerah Selanjutnya untuk mengetahui seberapa pengaruh X dan X secara bersama-sama terhadap Y maka diukur dengan koefisien determinasi, yaitu koefisen determinasi dikalikan 00 %. Untuk mengetahui garis regressi dari koefisen regresi terhadap b digunakan rumus t-test, yaitu : b - β t hitung = Sb Formula Hipotesa : Ho X r y + r y -. r y. r Y y. r : b = 0, tidak ada pengaruh antara X terhadap Ho : b 0, ada pengaruh antara X terhadap X Kriteria penolakan / penerimaan Ho : Ho ditolak, jika to -ta/ ; atau to ta/ Ho diterima, jika ta/ to ta/ Formula Hipotesa : Ho : b = 0, tidak ada pengaruh antara X dan Y Ho : b 0, ada pengaruh antara X terhadap Y Kriteria penolakan/penerimaan Ho : Ho ditolak : jika to -ta/ ; atau to ta/ Ho diterima : jika ta/ to ta/ b. Uji F (Varians dengan Regresi Linier Berganda) Untuk mengetahui pengaruh variable bebas terhadap variable terikat secara bersama-sama yaitu antara variable X dan X terhadap Y dapat diketahui dengan mempergunakan rumus : Jumlah koefisen regresi/k 6 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 0 No. Maret 03

7 F = Jumlah koefisen residu/ n-k - Formula Hipotesa : Ho : b = b = 0, Secara bersama-sama tidak ada pengaruh antara X dan X terhadap Y. Ho : b b 0, Paling sedikit ada satu diantara X dan X berpengaruh terhadap Y. Kriteria penerimaan/penolakan Ho : Ho diterima jika Fo Ft Ho ditolak jika Fo Ft HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Tabanan Kabupaten Tabanan terletak dibagian Selatan Pulau Bali yang merupakan salah satu dari beberapa kabupaten yang ada di propinsi Bali memiliki daerah pegunungan dan pantai dengan batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : m e r u p a k a n d a e r a h pegunungan yang berbatasan dengan Kabupaten Buleleng. - Sebelah Timur : Kabupaten Badung - Sebelah Selatan : Samudra Indonesia - Sebelah Barat : Kabupaten Jembrana Secara geografis Kabupaten Tabanan berada pada posisi lintang selatan, ' 57 Bujur Timur. Luas Kabupaten Tabanan sebesar 839,33 Km atau 4,905 % dari Pulau Bali yang terbagi dalam 0 (sepuluh) kecamatan 7 Desa dan 739 Banjar/Dusun. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 00, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat berjumlah 43.6 jiwa dengan laju pertumbuhan alami sebesar 0,5. Dari jumlah tersebut 4.64 jiwa (49,69 %) diantaranya merupakan jumlah penduduk laki-laki dan jiwa (50,3 %) merupakan jumlah penduduk perempuan. Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah sebesar 839 Km dan jumlah penduduk sebanyak 43.6 jiwa, kepadatan penduduknya mencapai 53 jiwa per km. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduk per kecamatan, persebaran penduduk di Kabupaten Tabanan, tidak merata. Mengenai luas wilayah per Kecamatan, jumlah rumah tangga dari masing-masing Kecamatan yang ada serta jumlah penduduk di Kabupaten Tabanan dapat dilihat seperti pada Tabel 4 dibawah ini : Tabel 4 : Data Luas Wilayah Kabupaten Tabanan Per Kecamatan, Jumlah Rumah Tangga, dan Jumlah Penduduk Sumber : Badan Statistik Kabupaten Tabanan, 0. Keadaan jumlah penduduk Kabupaten Tabanan Jumlah penduduk Kabupaten Tabanan setiap tahunnya relatif cendrung mengalami peningkatan dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 diatas. Berdasarkan Tabel 4, diatas tingkat perkembangan jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Tabanan relatif stabil. Perkembangan jumlah penduduk per kecamatan yang cukup besar jumlahnya adalah di Kecamatan Kediri sebanyak jiwa, menyusul Kecamatan Tabanan sebanyak jiwa, Baturiti sebanyak jiwa, Penebel sebanyak 50.9 jiwa dan Pupuan sebanyak 40.4 jiwa. Sedangkan Kecamatan lainnya jumlah penduduknya relatif sama. Dilihat dari jumlah rumah tangga masing-masing Kecamatan, maka kecamatan Tabanan, Kediri, Baturiti dan Penebel mempunyai jumlah rumah tangga yang cukup besar, yaitu masingmasing 8.83 RT, 5.43 RT, RT, dan.65 RT. Tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kerambitan, Marga dan Pupuan mempunyai jumlah rumah tangga yang relatif sama, sedangkan tiga kecamatan lainnya yaitu Selemadeg, Selemadeg Barat dan Selemadeg Timur mempunyai jumlah rumah tangga yang kecil dan relatif sama, yaitu masing-masing 6.53 RT, RT, dan 7.68 RT. Berikut disajikan data mengenai kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Tabanan seperti Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5 : Data Jumlah Penduduk, Luas Kecamatan serta Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Pajak Daerah... 7

8 Tabanan Rata-Rata Kepadatan penduduk Kabupaten Tabanan : 53,9 Jiwa/Km Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 0 Berdasarkan Tabel 5, diatas Kabupaten Tabanan memiliki 0 (sepuluh) Kecamatan mempunyai jumlah penduduk 43.6 jiwa yang tersebar di sepuluh kecamatan, dimana kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah kecamatan Kediri yaitu sebanyak jiwa, kemudian disusul kecamatan Tabanan sebanyak jiwa, Baturiti sebanyak jiwa, Penebel sebanyak 50.9 jiwa dan Kecamatan yang jumlah penduduknya paling kecil adalah kecamatan Selemadeg yaitu sejumlah.807 jiwa. Dilihat dari kepadatan jumlah penduduk/km yang paling padat adalah Kecamatan Kediri dengan kepadatan penduduk.399,35 jiwa/km, kemudian kecamatan Tabanan.44,63 jiwa/km, kecamatan Marga dengan kepadatan penduduk 970,44 jiwa/km serta kepadatan penduduk yang paling kecil adalah kecamatan Selemadeg Barat yaitu sebesar 85,3 jiwa/km. Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Tabanan adalah sebesar 53,9 jiwa/km. Karakteristik Daerah Penelitian Dilihat dari segi kegiatan perkotaan Kabupaten Tabanan memiliki dua fungsi yang sangat penting, dimana fungsi pertama merupakan fungsi dasar yang berkenaan dengan berbagai kegiatan akomodasi, antara lain : Pusat perdagangan Pusat industri Pusat komunikasi Pusat kegiatan jasa regional. Sedangkan fungsi kedua merupakan penunjang bagi penyelenggaraan kegiatan yang lain, antara lain : Pusat pemerintahan Pusat kegiatan pendidikan Pusat pelayanan kesehatan Pusat utilities perkotaan dan Pusat pertahanan keamanan Pertumbuhan penduduk diperkotaan sangat pesat, yang disebabkan oleh 3(tiga) factor, antara lain : a. Pertumbuhan penduduk merupakan selisih dari tingkat fertilitas dengan mortalitas. b. Urbanisasi, yaitu masuknya penduduk pendatang dari Desa ke Kota baik dengan tujuan sementara maupun dengan tujuan tetap. c. Pemekaran kota dengan menggabungkan kota dengan kota sekitarnya. Dari uraian diatas maka keberadaan masyarakat baik sebagai kelompok masyarakat buruh, pedagang, pegawai/karyawan, wisatawan yang selanjutnya akan membentuk pola-pola masyarakat di kota Tabanan. Analisis dan Uji Hipotesis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan Tahun 005 sampai dengan 0. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya pengaruh penerimaan pajak daerah dan penerimaan retribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 005 sampai dengan 0. Pembuktian hipotesis digunakan uji statistik, yaitu uji regresi parsial (uji t) dan uji regresi secara serempak (uji F). Memperhatikan uraian dari variabel-variabel yang diduga berpengaruh dan berdasarkan pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut, maka dapat diperoleh hasil estimasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 005 sampai dengan 0. Dalam analisis regresi linier berganda ini, yng digunakan sebagai variabel terikat adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 005 sampai dengan 0 (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah pajak daerah (X ) dan dan penerimaan retribusi daerah (X ). Analisis Regresi Linier Berganda Hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS release. Adapun rangkuman hasil pengolahan data terlihat pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6 : Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Metode Full Regression 8 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 0 No. Maret 03

9 Berdasarkan Tabel 6, diatas, dapat dibuat satu persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 9, ,93 X -,54 X Hasil dari persamaan regresi linier berganda di atas menunjukkan arah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan oleh koefisien masing-masing variabel bebasnya. Koefisien regresi b bertanda positif berarti variabel pajak daerah mempunyai pengaruh yang searah terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 005 sampai dengan 0, sedangkan koefisien regresi b bertanda negatif, berarti variabel penerimaan retribusi mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun Melihat dari persamaan regresi berganda diatas serta bermakna tidaknya pengaruh faktor tersebut, maka perlu dilakukan pengujian baik secara parsial maupun simultan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) periode tahun 005 sampai dengan 0, dapat dijelaskan sebagai berikut : Pajak Daerah : Koefisien regresi untuk variabel Pajak Daerah (X ) sebesar 4,93 berarti bahwa peningkatan atas penerimaan pajak daerah sebesar satu milyard rupiah, akan mempengaruhi peningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 4,93 milyard dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi peningkatan atau penurunan penerimaan pajak daerah sebesar satu milyard akan mempengaruhi perubahan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan sebesar 4,93 milyard. Penerimaan Retribusi : Koefisien regresi untuk penerimaan retribusi (X ) adalah sebesar -,54 berarti bahwa peningkatan atas penerimaan retribusi daerah satu milyard akan mempengaruhi penurunan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar -,54 milyard dengan asumsi variabel yang lain konstan. Jadi peningkatan atau penurunan penerimaan retribusi sebesar satu milyard akan mempengaruhi perubahan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan sebesar -,54 milyard rupiah. Uji Hipotesis pertama (Uji t) Uji parsial atau uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel tergantung (Y). Dengan melakukan pengujian secara parsial maka dapat diketahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun Dari pengujian ini sekaligus dapat dibuktikan apakah hipotesis pertama yang menyatakan bahwa variabel pajak daerah mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan diterima atau ditolak. Pengujian dengan menggunakan uji t dilakukan dengan cara membandingkan nilai t tabel dengan t hitung atau membandingkan signifikansinya pada taraf 5%. Pengaruh pajak daerah (X ) terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 005 sampai dengan 0. Dengan melihat Tabel 6, diatas dapat diketahui bahwa untuk variabel pajak daerah, nilai t hitung sebesar 9,499 dan signifikansinya adalah sebesar 0,00. Nilai ttabel pada taraf nyata 5 % adalah sebesar,3, angka ini memberikan arti bahwa pajak daerah mempunyai pengaruh nyata terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan, karena t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 9,499 lebih besar dari,3 atau signifikansinya lebih kecil dari 5% atau 0,00 lebih kecil dari 0,05. Pengaruh Penerimaan Retribusi (X ) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode 005 sampai dengan 0. Dengan melihat Tabel 6, diatas diketahui bahwa untuk variabel Penerimaan Retribusi nilai t hitung sebesar -3,056 dan signifikansinya 0,038, sedangkan t diperoleh,3. Angka-angka ini memberikan arti tabel bahwa penerimaan retribusi mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 005-0, karena -t hitung lebih kecil dari -t tabel atau -3,056 lebih kecil dari -,3 atau signifikansinya lebih kecil dari 5 % atau 0,038 lebih kecil dari 0,05. Uji Hipotesis Kedua (Uji F) Berdasarkan Tabel 6, diatas diketahui bahwa F dengan taraf nyata 5 adalah sebesar 9, ternyata tabel F (97,595) lebih besar dari F. Nilai F rasio table tabel pada taraf nyata 5 % adalah sebesar 9, begitu juga jika dilihat dari nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 atau 5 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabelvariabel Pajak Daerah (X ) dan Penerimaan Retribusi (X ) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Pajak Daerah... 9

10 Kabupaten Tabanan periode tahun Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel-variabel Pajak Daerah dan Penerimaan Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode adalah terbukti. Selanjutnya koefisien determinasi (R ) dalam penelitian ini diperoleh sebesar 0,980. Hal ini berarti bahwa sebesar 98,0 % variasi pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan (Y) mampu dijelaskan oleh variabel bebas Pajak Daerah (X ) dan Penerimaan Retribusi Daerah (X ), sedangkan sisanya sebesar % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan (diteliti) dalam penelitian ini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :. Pajak Daerah mempunyai pengaruh nyata (signifikan) secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode 005-0, karena t (9,499) lebih besar dari t hitung (,3) atau signifikansinya lebih kecil dari tabel pada 5 %.. Penerimaan Retribusi Daerah juga mempunyai pengaruh nyata yang signifikan secara parsial terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode 005-0, karena -t hitung (-3,056) lebih kecil dari -t tabel (-,3) atau signifikansinya lebih kecil dari 5 %. 3. Pajak Daerah dan Penerimaan Retribusi Daerah secara serempak atau bersama-sama mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode 005-0, karena F hitung (97,595) lebih besar dari F (9,) atau tabel signifikansinya lebih kecil dari 5 %. Sedangkan besarnya pengaruh kedua variabel bebas yaitu pajak daerah dan penerimaan retribusi daerah tersebut dapat dilihat dengan nilai sebesar koefisien determinasinya (R ) = 0,980. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan dan hasil analisis diatas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :. Mengingat pajak daerah mempunyai pengaruh nyata terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) periode 005-0, maka langkahlangkah dan upaya pemungutan pajak daerah hendaknya lebih ditingkatkan lagi dengan tidak menutup kemungkinan adanya sumber-sumber lain yang secara aturan dapat dikenakan pajak daerah, sehingga memungkinkan penerimaan pajak daerah akan dapat ditingkatkan.. Penerimaan retribusi daerah mempunyai pengaruh nyata yang signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) periode 005-0, maka penerimaan retribusi daerah ini supaya lebih ditingkatkan lagi baik dalam jumlah penerimaannya maupun penambahan sumber-sumber lain penerimaan retribusi yang menurut peraturan daerah sah dapat dikenakan retribusi, sehingga merupakan sumber-sumber baru penerimaan retribusi yang dapat menambah penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan. 3. Berdasarkan hasil penelitian ternyata penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah mempunyai pengaruh nyata secara bersamasama, untuk itu Pemda Tabanan beserta jajarannya harus lebih mengintensifkan pemungutan pajak daerah maupun retribusi daerah sehingga penerimaannya dapat ditingkatkan lagi. DAFTAR PUSTAKA Algifari, Analisis Regresi. Teori, Kasus, dan Solusi. Edisi. Penerbit : BPFE Yogyakarta, 000. Djarwanto Ps. Drs. dan Pangestu Subagyo, Drs.M.B.A, Statistik Induktif, Edisi ketiga, BPFE Yogyakarta, 985. Husein Umar. Metode Riset. Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia , Kantor Statistik Kabupaten Tabanan, Tabanan Dalam Angka 000. Kumpulan Ketetapan MPR-RI, Ketetapan No. IV/MPR/998, tentang GBHN. CV. Amin Surabaya. M.Suparmoko, Drs. Ph.D., M.A. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan & Pembangunan Daerah. Penerbit : Andi Yogyakarta. 00. M.Suparmoko, Drs. Ph.D., M.A. Asas-Asas Keuangan Negara, Penerbit : BPFE Yogyakarta, 000. Mudrajad Kuncoro, Ph.D. Otonomi & Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang, Penerbit Erlangga R.Santoso Brotodihardjo, S.H. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Penerbit : PT.Eresco. Bandung Rochmat Soemitro, Prof. Dr. SH., Dasar-Dasar Hukum Pajak Pendapatan, Penerbit : PT. 30 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 0 No. Maret 03

11 Eresco , Undang-Undang No. 8 Tahun 009, Tentang Pajah Daerah Dan Retribusi Daerah Beserta Penjelasannya, Visi Media, , Undang-Undang No. 3 Tahun 004 Tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang No. 33 Tahun 004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan P e m e r i n t a h a n D a e r a h, B e s e r t a Penjelasannya, Penerbit Arkola, Surabaya, , Undang-Undang Dasar RI 945 & GBHN, Penerbit Multi Media, Jakarta, 009. Sutrisno, PH. Drs. Dasar-Dasar Ilmu Keuangan Negara. Penerbit : BPFE Yogyakarta, 998. Sudjana, Prof. DR. M.A. M.Sc., Statistik Untuk Ekonomi dan Niaga, Jilid II. P e n e r b i t : Alumni Bandung Subiyakto Indra Kusuma, SH. Mengenal Dasar-Dasar Perpajakan, Penerbit : U s a h a N a s i o n a l Surabaya Indonesia, , Undang-Undang Otonomi Daerah, Penerbit Arkola Surabaya, 004. Tulis S.Meliala, Drs.,Akt. Perpajakan, Dalam Teori dan Praktek, Penerbit : CV. Vrama Widya Dharma, Bandung I Dewa Gede Rastana, Analisis Pengaruh Pajak Daerah... 3

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TABANAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TABANAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TABANAN IDA BAGUS GDE WIRAKUSUMA I DEWA GEDE RASTANA, I NYOMAN ARIANA GUNA Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Kabupaten

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014 Volume 11 Nomor September 014 ISSN 0168537 9 77 0 1 6 8 5 3 7 1 11 Hal. 103 00 Tabanan September 014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri Tabanan Bali 8171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 ISSN 0216-8537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 11 1 Hal. 1-102 Tabanan Maret 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIRO PERJALANAN WISATA DAN KURS DOLLAR AMERIKA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI PROVINSI BALI

PENGARUH JUMLAH BIRO PERJALANAN WISATA DAN KURS DOLLAR AMERIKA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI PROVINSI BALI PENGARUH JUMLAH BIRO PERJALANAN WISATA DAN KURS DOLLAR AMERIKA TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI PROVINSI BALI I MADE HARY KUSMAWAN SAGUNG RAT SRI MAHYUNI Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 NI RAI ARTINI Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Pembangunan nasional merupakan rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah dalam menyelenggarakan pemerintah kewenangan tersebut diberikan secara profesional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan, penulis mengambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN Johny Montolalu Joorie M. Ruru RINGKASAN Undang-undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari PAD, transfer

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 ISSN 02168537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 11 1 Hal. 1 102 Tabanan Maret 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri Tabanan Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 PENGARUH PDRB DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat ini potensi yang ada saat ini masih terus digali. Pemungutan pajak sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan perubahannya dan sebab sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena

Lebih terperinci

Disusun Oleh. Bambang Ali Nurdin PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRAK

Disusun Oleh. Bambang Ali Nurdin PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRAK PENGARUH PENERIMAAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN DINAS PERHUBUNGAN (Studi kasus pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Tasikmalaya)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIFITAS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG POTENSIAL SEBAGAI DASAR UNTUK MENINGKATKAN DERAJAD EKONOMI DAERAH KABUPATEN SITUBONDO Ika Wahyuni, SE., M.Ak Drs. Edy Kusnadi Hm,

Lebih terperinci

PENGARUH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALOPO A.TENDRI ESSE IRHAM, SAMSUL BACHRI, M. HALIM ABSTRAK

PENGARUH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALOPO A.TENDRI ESSE IRHAM, SAMSUL BACHRI, M. HALIM ABSTRAK PENGARUH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALOPO A.TENDRI ESSE IRHAM, SAMSUL BACHRI, M. HALIM ABSTRAK Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak Negara yang sebagian besar penerimaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sedang berjuang dengan giat untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di setiap provinsi yang ada di Indonesia yang

Lebih terperinci

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang ilmiah, agar metode yang ilmiah ini dapat dilaksanakan dengan relatif lebih mudah dan

Lebih terperinci

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2002-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah antara lain dinyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD

Lebih terperinci

CENDEKIA AKUNTANSI Vol. 1 No. 2 Mei 2013 ISSN

CENDEKIA AKUNTANSI Vol. 1 No. 2 Mei 2013 ISSN ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI Imelda Kurniawan Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari upaya pembangunan secara nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, sehingga tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah dinyatakan secara tegas bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK Penelitian ini mengambil judul kajian Pengaruh Belanja Daerah Terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini 1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia email: yogi.wirasatya@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan persaingan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALOPO RAHMAD SOLLING HAMID, SAHAR ABSTRAK

KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALOPO RAHMAD SOLLING HAMID, SAHAR ABSTRAK KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALOPO RAHMAD SOLLING HAMID, SAHAR ABSTRAK Sejak diberlakukannyan otonomi daerah, daerah dipacu untuk dapat berkreasi dalam mencari sumber

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI EKSPOR DAN GROSS DOMESTIK PRODUK (GDP) TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA

PENGARUH NILAI EKSPOR DAN GROSS DOMESTIK PRODUK (GDP) TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA PENGARUH NILAI EKSPOR DAN GROSS DOMESTIK PRODUK (GDP) TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA I NYOMAN ARIANA GUNA I DEWA GEDE RASTANA Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan

Lebih terperinci

PENGARUH RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI

PENGARUH RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI PENGARUH RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fisip UPN Veteran Jawa Timur Oleh : MURLAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta

Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH SEBAGAI SUMBER PAD PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bandung )

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bandung ) PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bandung ) LATAR BELAKANG Dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah dapat menimbulkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Reformasi yang telah terjadi membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang sentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah diperlukan penerimaan keuangan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan

Lebih terperinci

Disusun Oleh. Bambang Ali Nurdin PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRAK

Disusun Oleh. Bambang Ali Nurdin PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRAK PENGARUH PENERIMAAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN DINAS PERHUBUNGAN (Studi kasus pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Tasikmalaya)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak

I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak 1 I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kewenangan daerah.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografi dan Demografi Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0 hingga 114,4 Bujur Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tulungagung, Jl. A. Yani Timur No. 37 Tulungagung. yaitu karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Tulungagung, Jl. A. Yani Timur No. 37 Tulungagung. yaitu karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Kabupaten Tulungagung, Jl. A. Yani Timur No. 37 Tulungagung. 3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang secara terus menerus menuju pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI I Gede Dwi Purnama Putra I Made Adigorim Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik karena adanya beberapa faktor sumber daya yang mampu menggerakkan jalannya organisasi pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup segala bidang yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rusyadi, 2005).

Lebih terperinci

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 12 1 Hal. 1-86 Tabanan Maret 2015 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 ANALISIS PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan Negara yang terbesar yang memberikan peran

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR Dwi Wahyu Setyowati Program Studi Pendidikan Akuntansi FPIPS ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang sedang dilaksanakan dewasa ini merupakan salah satu fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah sendiri. Hal ini berarti bahwa daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini di PT. Nasmoco Pemuda Semarang jalan Pemuda No. 72 Semarang, sedangkan lokasi penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR, JUMLAH TANGGUNGAN DAN JAM KERJA TERHADAP PENDAPATAN TENAGA KERJA PENGRAJIN DI KECAMATAN KEDIRI

PENGARUH UMUR, JUMLAH TANGGUNGAN DAN JAM KERJA TERHADAP PENDAPATAN TENAGA KERJA PENGRAJIN DI KECAMATAN KEDIRI PENGARUH UMUR, JUMLAH TANGGUNGAN DAN JAM KERJA TERHADAP PENDAPATAN TENAGA KERJA PENGRAJIN DI KECAMATAN KEDIRI I WAYAN SUARBAWA I WAYAN TERIMAJAYA I PUTU FERRY ANDIKA Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pemerintah Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota, akan tetapi ada penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG NI PUTU SUDARSANI Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Setiap badan usaha termasuk juga koperasi, dalam

Lebih terperinci

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM : Judul Nama : Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM : 1306205188 Abstrak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA (Studi pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009-2011 ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu harapan cerah bagi pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki kesempatan untuk mengelola,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan alat uji statistik berupa uji beda maka variabel yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan alat uji statistik berupa uji beda maka variabel yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Untuk menganalisis perbandingan kinerja dua sample (sample tidak bebas) dengan menggunakan alat uji statistik berupa uji beda maka variabel yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN)

KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4 Oktober 2011 KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN) Selamet Rahmadi Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan di daerah sangat tergantung dari pendapatan asli daerah serta pengelolaan daerah itu sendiri. Hadirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan otonomi daerah, seorang kepala daerah dalam mengimplementasikan pola kepemimpinannya seharusnya tidak hanya berorientasi pada tuntutan untuk

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK SKRIPSI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen yang di teliti kemudian dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah sebagai suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah dilaksanakan secara efekif. Hal ini merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berlakunya peraturan pemerintah mengenai otonomi daerah, hal tersebut merupakan sebuah indikasi bahwa rakyat menghendaki sebuah keterbukaan dan kemandirian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia. Namun semenjak tahun 2001 pola tersebut berganti dengan pola baru yang disebut desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam beberapa tahun terakhir ini, di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, baik di sektor publik maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). Pembangunan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 memberikan dampak besar bagi semua aspek kehidupan, yakni era reformasi. Reformasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan reformasi keuangan daerah di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dengan adanya Undang-Undang No.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Bab VI tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa Pembagian daerah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi. Bentuk pelaksanaan desentralisasi ditandai dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki peran yang cukup signifikan dalam menentukan kemampuan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki peran yang cukup signifikan dalam menentukan kemampuan PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAERAH (SUATU STUDI DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA) Oleh : Mulyadi Soamole Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki peran yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada pembangunan nasional. Pembangunan nasional tidak hanya mengalami pertumbuhan, tetapi juga mengalami

Lebih terperinci