PENINGKATAN MUTU PRODUK KAIN GREY DI CV X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DMAIC

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN MUTU PRODUK KAIN GREY DI CV X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DMAIC"

Transkripsi

1 PENINGKATAN MUTU PRODUK KAIN GREY DI CV X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DMAIC Hanky Fransiscus 1, Sugih Sudharma Tjandra 2, Melissa Stephanie 3 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung hanky.fransiscus@unpar.ac.id, sugih.sudharma@unpar.ac.id, melissastephanietjioe@yahoo.com Abstrak Pada era globalisasi yang semakin maju, kebutuhan manusia akan semakin meningkat. Hal tersebut membuat manusia sebagai konsumen dari berbagai produk semakin selektif dalam melakukan pemilihan produk yang akan digunakannya. Hal itu yang membuat CV X sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi kain grey harus mampu menghasilkan produk dengan mutu yang baik sehingga dapat memuaskan keinginan penggunanya. Saat ini perusahaan memiliki 2 jenis kain grey dengan bahan baku berbeda namun proses produksi yang sama yaitu kain grey carded dan combed. Metode Six Sigma DMAIC diterapkan pada CV X untuk meningkatkan mutu produk kain grey. Six Sigma DMAIC merupakan metode peningkatan kualitas dengan prinsip continuous improvement. Tahapan dalam metode ini dimulai dengan tahap define dan dilanjutkan dengan tahap measure. Pada tahap measure perusahaan memiliki DPMO sebesar ,11 untuk kain grey carded dan ,2 untuk kain grey combed serta level sigma sebesar 1,165 untuk kain grey carded dan 1,328 untuk kain grey combed. Proporsi produk downgrade perusahaan saat ini adalah 2,61% untuk kain grey carded dan 2,29% untuk kain grey combed. Pada tahap analyze dilakukan analisis untuk memfokuskan penelitian dimana jenis cacat yang difokuskan pada penelitian ini adalah cacat bolong dan cacat sobek. Pada tahap improve, diberikan usulan untuk memperbaiki faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cacat dan diterapkan kepada CV X. Beberapa usulan yang diterapkan antara lain pemberian visual display, pembuatan instruksi kerja tertulis, pembuatan form perawatan mesin, briefing sebelum dimulainya shift, penggunaan alat bantu saringan, dan pembersihan lingkungan kerja setiap pergantian shift. Pada tahap control, DPMO setelah perbaikan untuk kain grey carded adalah ,53 dan 39.83,92 untuk kain grey combed. Sedangkan level sigma meningkat menjadi 1,911 untuk kain grey carded dan 1,9964 untuk kain grey combed. Proporsi produk kain grey downgrade menurun menjadi 2,29% dan 1,54% untuk masing-masing kain grey carded dan combed. Sehingga telah terdapat peningkatan kualitas kain grey setelah diterapkannya satu siklus Six Sigma DMAIC. Kata kunci: Peningkatan mutu, kain grey, DMAIC, DPMO, Level Sigma Pendahuluan Konsumen sebagai pengguna dari suatu produk tentunya akan semakin selektif dalam memilih produk yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Menurut Montgomery (21), Kualitas berbanding terbaik dengan variabilitas. Hal tersebut yang membuat para produsen dituntut untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik agar mampu bersaing dengan kompetitor dipasar. Hal tersebut pula yang perlu dilakukan oleh CV X. CV X adalah perusahaan yang bergerak pada industry tekstil dan masih beroperasi normal hingga saat ini. CV X memiliki produk tunggal yaitu kain grey dengan sistem make to order, sehingga ketika konsumen melakukan order sejumlah rol kain grey, CV X baru akan melakukan proses kain grey tersebut. Kain grey yang telah diproduksi akan diberikan kepada konsumen yang tentunya menginginkan produk dengan kualitas yang baik. Namun saat ini perusahaan masih menemukan adanya produk dengan kualitas yang kurang baik atau sering disebut downgrade. Hal ini menyebabkan kerugian bagi perusahaan terutama dalam sisi finansial karena harga jual dari produk kain grey yang downgrade lebih rendah dibandingkan dengan kain grey yang memiliki kualitas yang baik. Perbedaan harga jual produk kain grey dengan kualitas yang baik dan kain grey yang downgrade mencapai 5:3. Kain grey yang dihasilkan oleh CV X memiliki bahan baku benang yang terdiri dari beberapa jenis seperti carded, combed, misty, TVC dan CVC. Namun bahan baku yang dipasok langsung dari supplier hanya bahan bak carded dan combed saja. Sedangkan kain grey dengan bahan baku lain akan dibawa sendiri bahan bakunya oleh konsumen dan hanya mengalami proses perajutan di CV X. Selain itu kain grey dengan bahan baku misty, CVC dan TVC memiliki laju produksi yang tidak konstan.

2 Pengingkatan kualitas menjadi sangat penting sehingga dapat memuaskan konsumen dan mengurangi kerugian yang dialami perusahaan karena adanya produk yang downgrade. Pengendalian kualitas merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mempertahankan tingkat kualitas yang diinginkan dari sebuah produk atau jasa. Hal ini dapat dicapai melalui cara berbeda seperti perencanaan, perancangan, penggunaan peralatan yang sesuai, inspeksi, dan memperbaiki produk atau jasa ketika ditemukan variabilitas. (Mitra, 1998). Oleh karena itu CV X membutuhkan pengingkatan kualitas terhadap produk yang diproduksinya. Metode Penelitian Six sigma merupakan suatu struktur dan perancangan proses yang digunakan untuk mendapatkan produk yang baik dan jasa yang konsisten. Metode six sigma ini pertama kali dilakukan pada Motorola Inc. Seiring berjalannya waktu, perusahaan akan mulai melihat pada setiap sisi guna mengurangi variasi dan mengrangi waste. Pada penerapannya, Six Sigma fokus kepada kebutuhan pembeli, pencegahan terjadinya cacat, pengurangan waktu siklus dan minimasi cost. Sehingga dengan begitu Six Sigma DMAIC sering digunakan guna memenuhi kebutuhan konsumen dengan cost serta waste yang rendah. Proses Six Sigma dengan distribusi normal mengizinkan nilai rata-rata proses untuk bergeser sebesar 1,5 sigma dari nilai spesifikasi target kualitas (T) yang diinginkan oleh konsemen. Sehingga penggunaan Six Sigma DMAIC membuat perusahaan mendapat 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau defect per million opportunities. (Gaspersz, 27). Pada Gambar 1 ditunjukkan tahapan pada satu siklus DMAIC. Gambar 1. Tahapan Satu Siklus DMAIC (Sumber : Pyzdek, 23) Hasil dan Pembahasan Pada satu siklus six sigma DMAIC terdapat 5 tahap operasional yang akan dilalui. Tahapan tersebut adalah tahap define, measure, analyze, improve dan control. 1. Tahap Define Pada tahap define, akan dilakukan deskripsi masalah yang ada pada CV X. Dalam melakukan proses identifikasi masalah ini, perlu diketahui proses yang dilakukan oleh perusahaan hingga dapat menghasilkan produk kain grey. Selain itu perlu diketahui kriteria kritis yang menjadi perhatian konsumen terhadap produk kain grey yang dihasilkan oleh perusahaan. Pada tahap ini akan dilakukan beberapa hal yaitu melakukan deskripsi produk dan proses yang akan diteliti, mendefinisikan proses dan menentukan critical to quality dari produk kain grey. Kain grey yang dihasilkan oleh CV X dalam bentuk rol dan memiliki panjang 75 meter. Untuk kain grey carded maupun combed memiliki proses produksi yang sama dari awal hingga akhir proses produksinya. Sehingga hanya terdapat perbedaan jenis bahan baku saja untuk produk kain grey carded maupun combed. Kain grey yang dihasilkan melalui proses knitting dengan mesin rajut bundar yang dioperasikan dan dikontrol oleh seorang operator untuk setiap mesin yang ada pada perusahaan. Berikut pada Gambar 2 ditunjukkan produk kain grey yang diproduksi oleh CV X.

3 Gambar 2. Kain Grey Kain grey sendiri sebenarnya merupakan kain setengah jadi yang biasanya dilakukan proses lebih lanjut seperti pemberian warna atau pembuatan pola pada permukaan kain. Namun proses produksi yang dilakukan oleh CV X hanya merupakan perajutan benang menjadi kain grey biasa. Dalam industri tekstil, pembuatan kain dilakukan dengan bahan baku benang yang akan melalui beberapa proses sehingga akan menjadi kain. Kain grey akan dihasilkan melalui proses perajutan benang atau yang sering disebut dengan proses knitting. Proses knitting adalah proses menjeratkan atau merajut benang-benang sehingga akan terbentuk lembaran kain dengan menggunakan jarum. Pada proses knitting akan digunakan satu set jarum dan sinker sehingga jarum-jarum untuk merajut kain akan berputar mengikuti putaran mesin sehingga akan menghasilkan kain. Jenis kain carded dan combed memiliki proses yang sama. Hanya pada kain grey dengan benang combed, benang akan mengalami proses penyisiran sehingga akan menyebabkan kain dengan bahan baku benang combed lebih halus dan cenderung memiliki lebih sedikit kotoran. Mesin yang digunakan pada perusahaan adalah mesin rajut bundar. Pada Gambar 3 ditunjukkan gambar mesin rajut bundar yang digunakan oleh CV X. Gambar 3. Mesin Rajut Bundar Kain grey yang telah selesai dirajut akan dibawa ke stasiun inspeksi. Pada stasiun inspeksi terdapat meja inspeksi yang dioperasikan oleh seorang operator. Inspeksi yang dilakukan oleh CV X adalah one hundred percent inspection atau dengan kata lain perusahaan melakukan inspeksi terhadap setiap rol kain grey yang dihasilkan. Kain grey yang telah selesai mengalami inspeksi akan disimpan pada gudang kain grey untuk menunggu jadwal pengiriman kepada konsumen. Critical to quality (CTQ) adalah karakteristik yang harus dimiliki suatu produk karena merupakan karakteristik yang diperhatikan konsumen dalam memilih suatu produk. Namun dalam kenyataannya, banyak konsumen yang tidak menyatakan secara langsung karakteristik yang diingikannya dalam suatu produk. Selain itu karakteristik yang diinginkan oleh seorang konsumen tidak akan sama persis satu sama lain. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi CTQ untuk mengetahui karakteristik produk yang dianggap kritis atau penting untuk lebih diperhatikan. CTQ yang diidentifikasi pada perusahaan didapatkan berdasarkan hasil wawancara pada pihak perusahaan. Sedangkan pihak perusahaan sendiri mengetahui bahwa hal tersebut menjadi perhatian karena mendapat feedback dari customer yang dimiliki oleh perusahaan. Terdapat 6 CTQ yang berpengaruh pada produk kain grey yaitu cacat bolong, cacat sobek, cacat putus jarum, cacat kotor, cacat krismak dan cacat salur. 2. Tahap Measure Pada tahap measure akan dilakukan perhitungan ukuran performasi untuk keadaan saat ini. Pengukuran akan dilakukan dengan

4 melakukan perhitungan DPMO serta level sigma untuk keadaan sebelum perbaikan. Namun sebelumnya akan dilakukan pembuatan peta kendali defective dan peta kendali defect terlebih dahulu. Pembuatan peta kendali tersebut dilakukan untuk mengetahui keadaan saat ini sudah terkendali atau belum sehingga dapat memenuhi kapabilitas proses. Pada peta kendali defective jenis peta kendali yang digunakan adalah peta kendali p. Berikut pada Gambar 4 ditunjukkan peta kendali defective untuk kain grey carded keadaan sebelum perbaikan Gambar 4. Peta Kendali p Kain Grey Carded Selain itu juga akan dilakukan pembuatan peta kendali defective untuk kain grey combed seperti pada Gambar 5. Peta kendali defective kain grey combed juga menggunakan peta kendali p karena jumlah sampel yang dimiliki untuk setiap harinya tidak selalu sama pi CL UCL LCL pi CL UCL LCL Gambar 5. Peta Kendali p Kain Grey Combed Selain peta kendali defective, dibuat juga peta kendali defect untuk mengetahui defect yang terjadi dalam keadaan terkendali atau tidak. Berikut pada Gambar 6 ditunjukkan peta kendali u untuk kain grey carded Gambar 6. Peta Kendali u Kain Grey Carded Sedangkan pada Gambar 7 ditunjukkan peta kendali u untuk defect pada kain grey combed ui CL UCL LCL ui CL UCL LCL Gambar 7. Peta Kendali u Kain Grey Combed Berdasarkan seluruh peta kendali yang telah dibuat, diketahui bahwa process sudah dalam keadaan in control atau terkendali sehingga dapat dilanjutkan kepada proses yang selanjutnya. Berikutnya akan dilakukan perhitungan DPMO serta level sigma kain grey carded maupun combed untuk keadaan sebelum perbaikan. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa kain grey carded memiliki DPMO sebesar dan level sigma 1,165. Sedangkan kain grey carded memiliki DPMO sebesar dengan level sigma sebesar 1,328. Pada keadaan sebelum perbaikan pula diketahui kain grey carded memiliki proporsi defective sebesar 2,61% sedangkan kain grey combed sebesar 2,29%. 3. Tahap Analyze Pada tahap analyze akan dilakukan beberapa hal terkait untuk menganalisis sebab-sebab yang membuat masalah terjadi. Pada tahap ini akan dilakukan analisis defect yang paling banyak terjadi, akar permasalahan dan prioritas perbaikan yang akan dilakukan. Pada analisis untuk mengetahui defect yang paling banyak, akan dilakukan pembuatan diagram pareto. Diagram pareto adalah sebuah tools untuk memprioritaskan suatu hal

5 sehingga dapat membantu fokus kedalam hal yang penting (Turner et. al., 1993). Berdasarkan diagram pareto yang telah dibuat, diketahui bahwa jenis cacat yang paling banyak terjadi adalah jenis cacat bolong dan sobek untuk kain grey carded dan combed. Oleh karena itu pada penelitian kali ini akan difokuskan untuk melakukan perbaikan pada jenis cacat bolong dan sobek kain grey carded dan combed. Selanjutnya akan dilakukan analisis untuk mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan cacat bolong dan sobek pada kain grey carded dan combed. Analisis ini akan dilakukan dengan menggunakan tools diagram sebab akibat. Berdasarkan diagram sebab akibat yang telah dibentuk, akan diketahui beberapa akar masalah yang menyebabkan terjadinya cacat bolong dan sobek pada kain grey carded maupun combed. Akar permasalahan dari defect bolong pada kain grey carded adalah operator yang tidak melakukan pengecekan jika pergerakan mesin tidak sesuai, operator tidak melakukan pengecekan setting awal, mesin kurang mengalami perawatan, benang yang banyak kotoran gumpalan kapas, dan lingkungan rak benang yang banyak kotoran kapas. Sedangkan akar-akar permasalahan yang menyebabkan defect sobek adalah operator tidak melilit benang dengan jumlah yang tepat, operator tidak konsentrasi, terdapat perbedaan cara dalam melakukan proses produksi abtar operator dan operator yang tidak memperhatikan lampu mesin. Berdasarkan akar permasalahan yang telah diketahui, akan dilakukan analisi prioritas perbaikan yang akan dilakukan. Analisis ini menggunakan tools failure mode and effect analysis (FMEA). Pada pembentukan FMEA akan dilakukan perhitungan risk priority number (RPN) yang merupakan hasil dari perkalian antara occurrence, severity dan effectiveness yang dinilai oleh pihak perusahaan. Untuk setiap mode kegagalan atau akar permasalahan ada akan diberikan usulan perbaikannya. Kemudian akan diurutkan berdasarkan RPN yang paling besar hingga RPN yang paling kecil. Setiap usulan perbaikan yang diberikan akan diimplementasikan kepada perusahaan meningkatkan mutu dari produk kain grey carded maupun combed. Pada tahap improve akan dilakukan rancangan rincian usulan perbaikan yang akan diimplementasikan pada perusahaan. Beberapa tindakan perbaikan yang diberikan antara lain seperti pembuatan visual display. Pembuatan visual display ini menggunakan warna biru karena informasi yang ingin disampaikan adalah petunjuk yang harus dilakukan oleh operator dan menggunakan ukuran yang sesuai karena menurut Kroemer (21) visual display perlu diorientasikan sesuai dengan kemampuan melihat normal. Sedangkan untuk penempatannya, visual display tersebut akan ditempatkan di setiap stasiun kerja operator. Menurut Bridger R.S (1995) salah satu kelebihan visual display adalah agar informasi lebih mudah diterima. Pada implementasinya, kepala shift akan melakukan kontrol terhadap operator untuk menjalankan perintah yang ada pada visual display tersebut. Visual display berfungsi sebagai sistem komunikasi sebagai fasilitas penghubung antara manusia dan sistem kerjanya (Sutalaksana, 1979). Pada Gambar 8 ditunjukkan contoh visual display yang diimplementasikan pada perusahaan. Gambar 8. Usulan Visual Display Tindakan perbaikan lain yang dilakukan adalah pembuatan form perawatan mesin dan instruksi kerja tertulis. Keduanya akan ditempatkan pada setiap mesin sehingga lebih mudah dikontrol serta dibaca oleh operator. Selain itu terdapat usulan perbaikan pembersihan lingkungan kerja dan pembersihan rak benang. Penggunaan alat bantu penyaring kotoran benang juga digunakan untuk mengatasi masalah kotoran yang terdapat pada benang yang digunakan. Penyaring kotoran benang ini dipasang pada mesin sehingga kotoran pada benang yang melewatinya akan tertahan pada lubang yang terdapat pada penyaring kotoran benang. Pada Gambar 9 ditunjukkan penyaring kotoran yang digunakan. 4. Tahap Improve

6 Gambar 9. Penyaring Kotoran Benang Tindakan perbaikan lain yang diberikan kepada CV X adalah briefing yang dipimpin oleh setiap kepala shift yang bertugas. Usulanusulan perbaikan yang diberikan telah diimplementasikan kepada perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk kain grey carded maupun combed yang dihasilkan. 5. Tahap Control Tahap terakhir pada satu siklus six sigma DMAIC adalah tahap control. Pada tahap control akan kembali dilakukan pembuatan peta kendali defective dan defect untuk keadaan setelah perbaikan. Selain itu akan kembali dilakukan perhitungan DPMO serta level sigma untuk keadaan setelah perbaikan. Berikut pada Gambar 1 ditunjukkan peta kendali p untuk kain grey carded pada keadaan sebelum vs setelah perbaikan pi CL UCL LCL Gambar 1. Peta Kendali p Kain Grey Carded Sebelum vs Setelah Perbaikan Pada peta kendali dapat diketahui bahwa center line untuk keadaan setelah perbaikan lebih rendah daripada keadaan setelah perbaikan untuk kain grey carded. Selanjutnya Gambar 11 akan ditunjukkan peta kendali kain grey combed pada keadaan sebelum vs setelah perbaikan. Berdasarkan peta kendali pula center line dari proporsi defective kain grey combed telah mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelum perbaikan. Gambar 11. Peta Kendali p Kain Grey Combed Sebelum vs Setelah Perbaikan Selain pembentukan peta kendali p, selanjutnya akan dibuat peta kendali u untuk defect pada kain grey carded dan combed. berikut pada Gambar 12 ditunjukkan peta kendali u untuk defect pada kain grey carded pi CL UCL LCL Gambar 12. Peta Kendali u Kain Grey Carded Sebelum vs Setelah Perbaikan Selanjutnya pada Gambaar 13 ditunjukkan peta kendali u untuk kain grey combed pada keadaan sebelum vs setelah perbaikan ui CL UCL LCL ui CL UCL LCL Gambar 13. Peta Kendali u Kain Grey Combed Sebelum vs Setelah Perbaikan Selanjutnya akan dilakukan perhitungan DPMO serta level sigma kain grey carded dan combed untuk keadaan setelah perbaikan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa DPMO kain grey carded setelah perbaikan menjadi ,53 dan level sigma 1,911 sedangkan untuk kain grey combed setelah perbaikan memiliki DPMO 39.83,92 dengan level sigma 1,9964. Sedangkan proporsi defective kain grey carded sudah menurun menjadi 1,61% dan kain grey

7 combed 1,54%. Berikut pada Tabel 1 ditunjukkan rekapitulasi perbandingan DPMO, level sigma dan proporsi defective keadaan sebelum dan sesudah perbaikan untuk kain grey carded. Tabel 1. Rekapitulasi DPMO, Level Sigma dan Proporsi Defective Kain Grey Carded Carded DPMO Level Sigma Proporsi Defective Sebelum ,1 1,1652,261 Setelah ,53 1,911,161 Sedangkan pada Tabel 2 ditunjukkan rekapitulasi perbandingan DPMO, level sigma dan proporsi defective keadaan sebelum dan sesudah perbaikan untuk kain grey combed. Tabel 2. Rekapitulasi DPMO, Level Sigma dan Proporsi Defective Kain Grey Combed Combed DPMO Level Sigma Proporsi Defective Sebelum ,2 1,328,229 Setelah 39.83,92 1,9964,154 Kemudian akan dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui signifikasi penurunan proporsi defective dan rata-rata jumlah cacat yang terjadi pada kain grey carded maupun kain grey combed. Pengujian hipotesis tergantung pada informasi dari random sample pada populasi yang dituju. (Montgomery, 23). Oleh karena itu terdaapt dua pengujian hipotesis dua sampel yang akan dilakukan. Pengujian hipotesis yang pertama adalah uji hipotesis proposi produk downgrade kain grey carded dan combed. Hipotesis awal nya adalah proporsi produk cacat sebelum perbaikan sama dengan setelah perbaikan, sedangkan hipotesis tandingannya adalah proporsi produk cacat sebelum perbaikan lebih besar daripada keadaaan setelah perbaikan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan P value untuk kain grey carded adalah sebesar,28 sedangkan kain grey combed,9. Karena P value untuk kedua jenis kain lebih besar daripada alfa (,5) maka hipotesis awal ditolak dan proprosi produk downgrade kain grey carded dan combed untuk keadaan sebelum perbaikan lebih besar daripada keadaan setelah perbaikan. Pengujian hipotesis selanjutnya adalah uji hipotesis untuk rata-rata jumlah cacat pada kain grey carded dan combed. Hipotesis awal nya adalah rata-rata jumlah cacat sebelum perbaikan sama dengan setelah perbaikan, sedangkan hipotesis tandingannya adalah rata-rata jumlah cacat sebelum perbaikan lebih besar daripada keadaaan setelah perbaikan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan P value untuk kain grey carded dan combed adalah sehingga hipotesis awal dapat ditolak karena P value lebih kecil daripada alfa (,5). Sehingga rata-rata jumlah cacat produk kain grey carded dan combed untuk keadaan sebelum perbaikan lebih besar dibandingkan utnuk keadaan setelah perbaikan. Oleh karena itu, berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa produk kain grey carded dan combed pada CV X telah mengalami peningkatan kualitas dari keadaan sebelum perbaikan dilakukan. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya jenis cacat bolong maupun jenis cacat sobek. Beberapa faktor yang menyebabkan cacat bolong antara lain operator yang tidak melakukan pengecekan ketika pergerakan mesin tidak sesuai, operator tidak melakukan pengecekan setting awal, mesin kurang mengalami perawatan, terdapat banyak kotoran gumpalan kapas pada benang, dan lingkungan rak benang yang banyak kotoran kapas. Selain itu terdapat beberapa faktor yang menyebabkan jenis defect sobek. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut operator yang kurang konsentrasi, operator tidak melilit benang sesuai dengan jumlah yang tepat, terdapat perbedaan langkah produksi antar operator yang satu dengan operator lainnya, dan operator yang sering tidak memperhatikan lampu mesin. Berdasarkan akar permasalahan yang telah diketahui diberikan beberapa tindakan perbaikan guna menanggulangi masalah defect yang muncul pada kain grey. Tindakan perbaikan yang diberikan antara lain sebagai berikut: pembuatan visual display mengenai pelilitan benang oleh operator, pembuatan visual display mengenai kebersihan lingkungan kerja, pembuatan working instruction tertulis mengenai tahapan proses pembuatan kain grey, penggunaan alat bantu saringan untuk membuat kotoran benang menjadi minimal, pemberian oli mesin secara berkala,

8 pembuatan form maintenance mesin, pemberian briefing oleh kepala shift sebelum dimulainya proses kerja, dan kegiatan pembersihan lingkungan kerja yang dilakukan setiap pergantian shift. Tindakan perbaikan yang diberikan diimplementasikan pada perusahaan sehingga dapat kembali dilakukan perhitungan ukuran performasi untuk mengetahui peningkatan kualitas yang dialami oleh produk kain grey carded maupun combed. Setelah usulan mengenai tindakan perbaikan diberikan dan dilakukan oleh perusahaan, terdapat peningkatan kualitas dari produk kain grey carded maupun combed setelah perbaikan. DPMO dari produk kain grey carded sebelum perbaikan adalah ,11 menurun menjadi ,53 dan nilai sigma sebelum perbaikan 1,1652 meningkat menjadi 1,911. DPMO sebelum perbaikan kain grey combed adalah ,2 menurun menajadi 39.83,92 dan level sigma sebelum perbaikan 1,328 meningkat menjadi 1,9964. Proporsi produk down grade sebelum perbaikan 2,61% menurun menjadi 1,61%. Proporsi produk down grade combed sebelum perbaikan 2,29% menurun menjadi 1,54%. Sehingga mutu produk grey carded maupun combed pada CV. X telah mengalami peningkatan dibanding keadaan sebelum perbaikan dilakukan. Pyzdek, T. (23). The Six Sigma Handbook Revised and Expanded. United States of America: McGraw-Hill Companies. Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., & Tjakraatmadja, J. H. (1979). Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Turner, W. G., Mize, J. H., Case, K. E., & Nazemetz, J. W. (1993). Introduction to Industrial and Systems Engineering (3rd ed.). United States of America: Prentice- Hall Inc. Daftar Pustaka Bridger, R. S. (1995). Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill. Evans, J. R., & Lindsay, W. M. (215). An Introduction to Six Sigma & Process Improvement. USA: Cengage Learning. Gaspersz, V. (22). Pedoman Implementasi Program Sic SIgma Terintegrasi Dengan ISO 91:2, MBNQA dan HACCP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kroemer, K., Kroemer, H., & Kroemer-Elbert, K. (21). Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. Mitra, A. (1998). Fundamentals of Quality Control and Improvement. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Montgomery, D. C. (21). Introduction to Statistical Quality Control (4th ed.). Amerika Serikat: John Wiley & Sons, Inc. Montgomery, D. C. (23). Applied Statistics and Probability for Engineers (3rd ed.). Amerika Serikat: John Wiley & Sons, Inc.

PENINGKATAN MUTU PRODUK KAIN GREY DI CV X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DMAIC

PENINGKATAN MUTU PRODUK KAIN GREY DI CV X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DMAIC PENINGKATAN MUTU PRODUK KAIN GREY DI CV X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DMAIC SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri Disusun

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan penelitian mengenai pengurangan jumlah produk cacat pada PT Sinar Terang Logamjaya, pada bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan yang didapatkan. Selain

Lebih terperinci

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Cacat di PT X Hanky Fransiscus 1, Cynthia Prithadevi Juwono 2, Isabelle Sarah Astari 3 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Guide Comp Level pada PT Sinar Terang Logamjaya dengan Menggunakan Metode Six Sigma DMAIC

Peningkatan Kualitas Guide Comp Level pada PT Sinar Terang Logamjaya dengan Menggunakan Metode Six Sigma DMAIC Peningkatan Kualitas Guide Comp Level pada PT Sinar Terang Logamjaya dengan Menggunakan Metode Six Sigma DMAIC Christin Natalia Bintoro, Cynthia Prithadevi Juwono Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUK KAWAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE, CONTROL DENGAN METODE TAGUCHI DI PT. UNIVERSAL METAL WORK SIDOARJO Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Sri Widiyawati, Sebtian Assyahlafi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan Arief Hadi Prasetyo *1) dan Kariyam 2) 1) Statistika, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Jalan Kaliurang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland)

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland) PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland) Rahmi Maulidya, Andri Bagio Satrio dan Rico Susanto Jurusan Teknik Industri, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

4.3 Jenis-jenis dan Definisi Cacat Data Jenis-jenis dan Jumlah Cacat

4.3 Jenis-jenis dan Definisi Cacat Data Jenis-jenis dan Jumlah Cacat ABSTRAK Dengan semakin ketatnya persaingan antar industri garment saat ini, agar perusahaan dapat tetap bertahan dan berkembang di kemudian hari, hal ini dapat memicu setiap perusahaan garment untuk melakukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERUDUNG INSTAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS DI CV X) *

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERUDUNG INSTAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS DI CV X) * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERUDUNG INSTAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (STUDI

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PINTU DEPAN KANAN KIJANG INNOVA PADA LINI PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PINTU DEPAN KANAN KIJANG INNOVA PADA LINI PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC USULAN PERBAIKAN KUALITAS PINTU DEPAN KANAN KIJANG INNOVA PADA LINI PERAKITAN PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Aan Andri Yana NPM : 30411004 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

ANALISA KECACATAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC DI PT. UNISON SURABAYA. Oleh

ANALISA KECACATAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC DI PT. UNISON SURABAYA. Oleh ANALISA KECACATAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DMAIC DI PT. UNISON SURABAYA Oleh LUKMAN HAKIM Abstract PT. Unison located on Jl. Margomulyo 3C Surabaya is industry are engaged in the production

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak. PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Theresia Sihombing *), Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN PENYEBAB DEFECT FLOATING PADA PROSES PRODUKSI KAIN GREY DI WORKSTATION INSPEKSI PADA PT. BUANA INTAN GEMILANG

USULAN PERBAIKAN PENYEBAB DEFECT FLOATING PADA PROSES PRODUKSI KAIN GREY DI WORKSTATION INSPEKSI PADA PT. BUANA INTAN GEMILANG ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2966 USULAN PERBAIKAN PENYEBAB DEFECT FLOATING PADA PROSES PRODUKSI KAIN GREY DI WORKSTATION INSPEKSI PADA PT. BUANA INTAN GEMILANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma F289 Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma Milatul Afiah dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-291 Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma Milatul Afiah dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT.X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Produk yang menjadi objek penelitian adalah kemeja wanita style 12FS4808. Pada proses produksi baik sewing maupun finishing sering

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) PENGENDALIAN KUALITAS SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN SIX SIGMA DAN FAULT TREE ANALYSIS SERTA USULAN PERBAIKAN BERDASARKAN FAILURE MODES AND EFFECTS ANALYSIS Joko Susetyo 1, Indri Parwati 2, Ananto D. Wibowo

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO.. v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI..... viii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA Julianus Hutabarat 1, Ellysa Nursanti 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang Kampus

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Sansan Saudaratex Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang garment. Saat ini perusahaan mempunyai permasalahan kualitas pada produk celana yang dihasilkan dimana masih banyaknya jumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 PENERAPAN METODE PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MEMINIMASI CACAT BAGIAN ATAS BERLUBANG PADA PROSES PRODUKSI TUTUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini mengalami era globalisasi dimana semakin hari semakin dihadapkan dengan banyaknya persaingan antar perusahaan-perusahaan yang saling

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN PERFORMA MESIN TOELASTING GLUE DENGAN INTEGRASI OEE DAN METODE DMAIC (STUDI KASUS : PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEPATU)

USULAN PERBAIKAN PERFORMA MESIN TOELASTING GLUE DENGAN INTEGRASI OEE DAN METODE DMAIC (STUDI KASUS : PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEPATU) USULAN PERBAIKAN PERFORMA MESIN TOELASTING GLUE DENGAN INTEGRASI OEE DAN METODE DMAIC (STUDI KASUS : PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEPATU) Filscha Nurprihatin 1,Panca Jodiawan 2*, Niko Fernando 3, Gidion Karo

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y Moses L. Singgih dan Renanda Email: moses@ie.its.ac.id Jurusan Teknik Industri FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014 ISSN: 2339-028X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Much. Djunaidi 1*, Risti Mutiarahadi 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGENDALIAN KUALITAS PANEL STRAHL TYPE 600x400 PADA BAGIAN PAINTING DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. XYZ Umi Marfuah 1*, Andi Diani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiah Jakarta HP. 08161852358

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2006/2007 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA CONTAINER AKI MOBIL TYPE N-70 PADA PT.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra.

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra. Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Oleh Zubdatu Zahrati 32 05 004 Dosen Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Tujuan Manfaat Batasan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN SKRIPSI Oleh : YONATHAN KURNIAWAN 0532015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: CV. Miracle)

Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: CV. Miracle) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.1 Vol. 1 Jurnal Online Institut teknologi Nasional Juni 2013 Analisis Six Sigma untuk Mengurangi Jumlah Cacat di Stasiun Kerja Sablon (Studi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Pengertian Variasi Dalam Proses Produksi

DAFTAR ISI Pengertian Variasi Dalam Proses Produksi ABSTRAK PT Asiantex merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri tekstil khususnya pembuatan kain furing, dalam menjalankan usahanya PT Asiantex mengalami kendala dengan jumlah cacat

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

USULAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI DEFECT PADA PROSES ASSEMBLY PINTU DEPAN KOMODO MBDA DI DEPARTEMEN FABRIKASI PT.

USULAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI DEFECT PADA PROSES ASSEMBLY PINTU DEPAN KOMODO MBDA DI DEPARTEMEN FABRIKASI PT. 132 USULAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI DEFECT PADA PROSES ASSEMBLY PINTU DEPAN KOMODO MBDA DI DEPARTEMEN FABRIKASI PT. PINDAD (PERSERO) Dewi, Octavia Ratna, Jurusan Teknik Industri, Telkom University Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri tekstil kini dihadapkan pada persaingan yang ketat. Sehingga perusahaan tekstil dituntut untuk membuat kain yang berkualitas karena kualitas

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijabarkan kesimpulan yang merupakan akhir dari proses penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Jenis cacat

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA MENGGUNAKAN GRAFIK PENGENDALI EWMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI CACAT PRODUK KAIN GREI

IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA MENGGUNAKAN GRAFIK PENGENDALI EWMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI CACAT PRODUK KAIN GREI ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 216, Halaman 61-7 Online di: http://ejournal-s1undipacid/indexphp/gaussian IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA MENGGUNAKAN GRAFIK PENGENDALI EWMA SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : SOLYKHUL ANWAR 0532015018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Industri ISSN:

Prosiding Teknik Industri ISSN: Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-7859 Pengendalian Kualitas Menggunakan Metode Six Sigma untuk Meningkatkan Kualitas Produk X (Studi Kasus PT. DAHANA (Persero)) Quality Control Using Six Sigma Method

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL Handoyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET)

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2900 PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai tinjauan pustaka dan dasar teori yang digunakan sebagai pendekatan metode yang terkait dalam penelitian. 2.1. Pengertian

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Benang 20S Dengan Menggunakan Penerapan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. Supratex *

Perbaikan Kualitas Benang 20S Dengan Menggunakan Penerapan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. Supratex * Reka Integra ISSN : 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Perbaikan Kualitas Benang 20S Dengan Menggunakan Penerapan Metode Six Sigma-DMAIC

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO SKRIPSI Disusun oleh : SABRINA DWI C 0632010035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci