DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR..."

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Penyusunan Hubungan Antar Dokumen Sistematika Dokumen RKPA Maksud dan Tujuan... 5 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2012 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Gambaran Umum Kondisi Aceh Aspek Geografi dan Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Aspek Daya Saing Daerah Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RPJM dan RKPA Hasil Evaluasi Pelaksanaan RPJMA Hasil Evaluasi Pelaksanaan RKPA Tahun Rencana Pelaksanaan RKPA Tahun Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Aceh BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Arah Kebijakan Ekonomi Aceh Kondisi Ekonomi Makro Aceh Perkiraan Tahun Tantangan dan Prospek Perekonomian Aceh Tahun 2014 dan Tahun Arah Kebijakan Keuangan Aceh Proyeksi Keuangan Aceh dan Kerangka Pendanaan Proyeksi Keuangan Aceh Arah Kebijakan Keuangan Aceh RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN 2014 i

3 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH Tujuan dan Sasaran Pembangunan Prioritas dan Pembangunan BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH BAB VI PENUTUP ii RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN 2014

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jenis Pengunaan Lahan Provinsi Aceh Tahun Tabel 2.2 Perkembangan Nilai dan konstribusi Sektor sektor terhadap PDRB Aceh Tahun atas dasar harga konstan tahun Tabel 2.3 Konstribusi sektor sektor terhadap PDRB Aceh dengan migas selama tahun Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Tabel 2.4 Perkembangan Kontribusi terhadap PDRB Aceh Tanpa Migas Selama tahun Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Tabel 2.5 Inflasi Bulanan Aceh pada Tahun Tabel 2.6 Laju Inflasi Tahun Tabel 2.7 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten /Kota tahun Tabel 2.8 Angka rata-rata lama sekolah di Aceh Tahun Tabel 2.9 Umur Harapan Hidup di Aceh Tahun Tabel 2.10 Atlet, Pelatih, Sekolah, Klub dan Gedung Olahraga Tabel 2.11 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Usia Sekolah Di Aceh Tahun Tabel 2.12 Rekapitulasi Jumlah Dayah dan Santri Tabel 2.13 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Aceh Menurut Kabupaten/Kota Tahun Tabel 2.14 Rasio Tenaga Kesehatan per Penduduk Tahun 2009 dan Tabel 2.15 Distribusi Gampong Siaga, Posyandu dan Kader Tahun Tabel 2.16 Perkembangan Investasi Berskala Nasional (PMA/PMDN) Tahun Tabel 2.17 Jumlah Tindak Pidana Menonjol di Aceh Tahun Tabel 2.18 Produktivitas Tenaga Kerja Per Sektor Ekonomi Tahun 2011 dan 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tabel 2.19 Nilai Tukar Petani Berdasarkan Sub Sektor Tahun Tabel 2.20 Peranan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Aceh dengan Migas Atas Dasar Harga Berlaku tahun Tabel 2.21 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tahun Tabel 2.22 Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun Tabel 2.23 Status Jalan Nasional dan Jalan Provinsi di Aceh Tahun 2006 s.d Tabel 2.24 Gambaran Umum Pelaksanaan RPJMA pada tahun Tabel 2.25 Pelaksanaan Kegiatan RPJM Aceh Tahun pada Tahun 2011 Menurut Bidang Prioritas Pembangunan Aceh Tabel 2.26 Penganggaran RPJM Aceh pada Tahun 2011 Menurut Bidang Prioritas Pembangunan Aceh Tabel 2.27 Sisa Rencana yang Harus Diselesaikan pada tahun Tabel 2.28 Hasil Evaluasi RKPA Tahun 2012 pada Bidang Prioritas Berdasarkan Kuadran Tabel 2.29 Sebaran Program Kegiatan Menurut Prioritas Pembangunan RKPA Tahun RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN 2014 iii

5 Tabel 2.30 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan daerah Sampai Dengan Tahun 2012 di Aceh Tabel 2.31 Identifikasi Permasalahan Daerah Tabel 3.1 Nilai PDRB Aceh Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 dan Tabel 3.2 Konstribusi sektor-sektor terhadap Struktur PDRB Aceh Tahun 2011 dan Tabel 3.3 Pertumbuhan Ekonomi Aceh Menurut Sektor Tahun 2011 dan Tabel Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Tahun 2011 dan Tabel 3.5 Tingkat Pengangguran dan Angkatan Kerja Aceh Periode (Dalam Jutaan) Tabel 3.6 PDRB per Kapita Aceh Tahun Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Perkembangan Indikator Makro Tahun dan Proyeksi Tahun Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Aceh Tahun 2011 s.d. Tahun Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Aceh Tahun 2011 s.d. Tahun Tabel 3.10 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2011 s.d. Tahun Tabel 4.1 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan Tabel 4.2 Penjelasan Program Pembangunan Daerah Tahun Tabel 5.1 Proporsi Usulan Rencana Program Kegiatan Berdsarkan Isu Strategis Pembangunan RKPA Tahun Tabel 5.2 Program dan Kegiatan SKPA Provinsi Aceh Tahun Dinas Pendidikan Badan Dayah Sekretariat Majelis Pendidikan Daerah Dinas Kesehatan Rumah Sakit Umum dr.zainoel Abidin Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Ibu dan Anak Dinas Bina Marga Dinas Pengairan Dinas Cipta Karya BAPPEDA Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika BAPEDAL Dinas Registrasi Kependudukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Dinas Koperasi dan UKM Badan Investasi dan Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Majelis Adat Aceh Dinas Pemuda dan Olahraga Badan KesbangLinmas iv RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN 2014

6 - Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah DPRA Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sekretariat Daerah Biro Umum dan Protokol Biro Tata Pemerintahan Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Biro Hubungan Masyarakat Biro Hukum Biro Administrasi Pembangunan Biro Ekonomi Biro Organisasi Kantor Perwakilan Pemeritah Aceh di Medan Sekretariat DPRA Dinas Keuangan Inspektorat Kantor Perwakilan Pemeritah Aceh di Medan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Dinas Syariat Islam Majelis Permusyawaratan Ulama Baitul Maal Badan Penanggulangan Bencana Aceh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Sekretariat KORPRI Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Badan Pemberdayaan Masyarakat Badan Arsip dan Perpustakaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Dinas Perkebunan Dinas Kehutanan Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Perindustrian dan Perdagangan RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN 2014 v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Perkembangan angka Melek Huruf Penduduk Dewasa di Aceh (Persen) Tahun Gambar 2.2 Grafik Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Gambar 2.3 Grafik Prevalensi Balita Pendek Tahun 2007 dan Gambar 2.4 Grafik Prevalensi Balita Kurus Tahun 2007 dan Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Rasio Siswa per Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di Aceh Tahun Rasio Siswa Per Guru di SD/MI Menurut Status Guru di Aceh Tahun Rasio Siswa Per Guru (PNS dan Non PNS) SD/MI Negeri dan Swasta Menurut Kabupaten/Kota di Aceh tahun 2010 dan Gambar 2.8 Rasio Layanan Pendidikan Dayah di Aceh Tahun Gambar 2.9 Persentase Pelaksanaan Kegiatan RPJMA Tahun Gambar 2.10 Persentase Penganggaran dalam RPJMA pada Tahun Gambar 2.11 Gambaran Evaluasi RKPA Tahun vi RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN 2014

8 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH ACEH TAHUN LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, yang terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPA). Rencana Kerja Pemerintah Aceh yang selanjutnya disingkat (RKPA) merupakan dokumen perencanaan Aceh untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut juga Rencana Pembangunan Tahunan daerah yang disusun berdasarkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun , Rencana Strategis SKPA serta Rancangan Awal Rencana Kerja SKPA sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang 25 Tahun Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Khusus untuk Pemerintah Aceh sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh. Rencana kerja tahunan pembangunan Daerah ini disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Aceh (RKPA). BA B I RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

9 Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 70 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) , pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintahan Aceh Tahun 2014 ini merupakan penjabaran tahun kedua pelaksanaan RPJMA tahun yang menitikberatkan kepada Perekonomian yang Inklusif Melalui Penanggulangan Kemiskinan dan Penurunan Pengangguran Menuju Aceh Sejahtera 1.2 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Permerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembanguan Jangka Panjang Nasional tahun ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan 2 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I

10 Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2012; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah tahun 2014; 15. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh; 16. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus; 17. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus; 18. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 70 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2014 merupakan penjabaran dari Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun dengan Peraturan Gubernur Nomor 70 Tahun 2012 yang akan segera di bahas di DPRA untuk di Qanunkan. RKPA akan ditindak lanjuti dengan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA -PPAS) dan menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBA Tahun Anggaran SISTEMATIKA DOKUMEN RKPA RKPA Tahun 2014 disusun dengan sistematika sebagai berikut: BA B I RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Hubungan antar Dokumen 1.4 Sistematika Dokumentasi RKPA 1.5 Maksud dan Tujuan BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2012 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH 2.1. Gambaran Umum Kondisi Aceh Aspek Geografi dan Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Aspek Daya Saing Daerah 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPA Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMA 2.3. Permasalahan Pembangunan Aceh Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Aceh Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Aceh BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN ACEH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Aceh Kondisi Ekonomi Makro Aceh Perkiraan Tahun Tantangan dan Prospek Perekonomian Aceh Tahun 2014 dan Tahun Arah Kebijakan Keuangan Aceh Proyeksi Keuangan Aceh dan Kerangka Pendanaan Proyeksi Keuangan Aceh Arah Kebijakan Keuangan Aceh Arah Kebijakan Pendapatan Aceh Arah Kebijakan Belanja Aceh Arah Kebijakan Pembiayaan Aceh BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2 Prioritas dan Pembangunan BAB V BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH PENUTUP 4 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I

12 1.5 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari Penyusunan RKPA Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Menjadi pedoman bagi Pemerintah Aceh, DPRA, Dunia Usaha dan masyarakat dalam menentukan program dan kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke dalam KUA dan PPAS Tahun 2014; 2. Komitmennya Pemerintah Aceh dalam melaksanakan pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Sedangkan Tujuan Penyusunan RKPA Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Memperkuat Perekonomian yang Inklusif Melalui Penanggulangan Kemiskinan dan Penurunan Pengangguran Menuju Aceh Sejahtera; 2. Tercapainya sasaran Pembangunan sebagaimana yang sudah diamanahkan dalam RPJMA serta terwujudnya efektifitas pelaksanaan program dan kegiatan. BA B I RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

13 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2012 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH 2.1. Gambaran Umum Kondisi Aceh Aspek Geografi dan Demografi A. Kondisi Geografis Daerah Aceh terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera dengan Ibukota Banda Aceh memiliki luas wilayah darat Aceh yaitu ,81 km 2, wilayah lautan sejauh 12 mil seluas ,02 km 2 dan garis pantai sepanjang 2.666,27 km atau 1.656,07 mil. Secara administratif, Aceh terdiri terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 284 kecamatan, 755 mukim dan gampong/desa (Surat Gubernur Aceh Nomor : 413.4/24658/2011 Tanggal 13 Oktober 2011). Secara geografis Aceh terletak pada 01 o 58 37,2-06 o 04 33,6 Lintang Utara dan 94 o 57 57,6-98 o 17 13,2 Bujur Timur dengan Batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Laut Andaman; 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan Samudera Hindia; 3. Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia; 4. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara. Dari luas daratan yang terdapat di Aceh, pola pemanfaatan penggunaan lahan/hutan di Aceh disesuaikan dengan fungsi lahan/hutan itu sendiri sehingga dapat menjamin kelestarian produksi dan keseimbangan lingkungan hidup. Pola sebaran permukiman penduduk berkaitan erat dengan kondisi topografi, yaitu berada di kawasan yang datar di sepanjang pantai utara-timur, sebagian wilayah pantai barat-selatan dan lembah-lembah sungai. BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

14 No Penggunaan Lahan Sumber : BPS Aceh 2012 Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Lahan di Aceh Tahun Kondisi topografi di wilayah Aceh terhitung beragam yang tergolong ke dalam wilayah datar hingga bergunung. Wilayah dengan topografi daerah datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan berbukit hingga bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas wilayah. Daerah dengan topografi bergunung terdapat dibagian tengah Aceh yang merupakan gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan landai terdapat dibagian utara dan timur Aceh. Secara geologi Aceh memiliki kondisi yang sangat kompleks, terdiri dari aneka jenis batuan dengan struktur yang rumit. Tektonisasi dan sejarah geologi, membuat keberadaan Sumber Daya Geologi Aceh sangat kaya dan bervariasi. Jenis batuan yang terdapat di Aceh dapat dikelompokkan menjadi: (1) Batuan beku yang terletak pada kompleks pegunungan; (2) Batuan metamorfik atau malihan yang terletak pada kompleks pegunungan hingga ke kaki pegunungan, dan di Pulau Simeulue; (3) Batuan sedimen yang terletak pada pegunungan di bagian barat laut Aceh Besar (sekitar Peukan Bada dan Lhok Nga), di Aceh Jaya, di Gayo Lues dan Aceh Timur; (4) Batuan gunung api terdapat di sekitar gunung berapi, terutama yang teridentifikasi terdapat di sekitar G. Geureudong, G. Seulawah, dan G. Peut Sagoe; serta (5) Endapan aluvium yang terdapat di bagian paling bawah/hilir yaitu di pesisir, baik di pesisir timur maupun pesisir barat dan di cekungan Krueng Aceh. Luas/Area (Ha) Perkampungan 117, , , , ,439 2 Industri 3,928 3,928 3,928 3,928 3,928 3 Pertambangan 115, , , , ,049 4 Persawahan 311, , , , ,991 5 Pertanian tanah kering semusim 137, , , , ,049 6 Kebun 305, , , , ,624 7 Perkebunan - Perkebunan Besar 627, , , , ,401 - Perkebunan kecil 51,450 51, , , ,680 8 Padang (Padang rumput, alang-alang dan semak) 229, , , , ,023 9 Hutan (Lebat, belukar sejenis) 3,588,135 3,523,925 2,483,080 2,291,080 2,291, Perairan Darat (Kolam air tawar, tambak, penggaraman, waduk, danau dan rawa) 204, , , , , Tanah terbuka (Tandus, rusak dan land clearing) 44,439 44,439 44,439 44,439 44, Lainnya - 101, , , ,637 Total 5,736,557 5,837,563 5,794,894 5,677,081 5,677,081 7 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

15 Sebanyak 408 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar samp ai kecil ditemukan di Aceh, dimana sebanyak 73 sungai besar dan 80 sungai kecil dan ditetapkan pula 10 Wilayah Sungai (WS) sebagai sumber daya air. Potensi sumber daya air sungai dikelompokkan menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu; (1) Wilayah Krueng Aceh hingga Krueng Tiro, yang termasuk wilayah kering dengan curah hujan kurang dari mm/tahun dengan debit andalan 4 liter/detik, (2) Wilayah Krueng Meureudu dan sepanjang pantai Timur termasuk wilayah sedang dengan curah hujan mm/tahun dengan debit andalan 7 8 liter/detik, dan (3) Wilayah pantai Barat, yang termasuk wilayah basah dengan curah hujan mm/tahun dan dengan debit andalan liter/detik. Sedangkan rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir berkisar dari 80,10 mm/bulan pada bulan Februari hingga 159,40 mm/bulan pada bulan Oktober. Ratarata temperatur udara di Aceh pada tiga wilayah yaitu Banda Aceh, Aceh Utara dan Nagan Raya berkisar dari 26,35 hingga 26,92 o C dengan temperatur terendah 24,55 o C dan tertinggi 27,80 o C dengan rata-rata kelembaban udara berkisar dari 80,73 persen hingga 80,73 persen. B. Potensi Pengembangan Wilayah Penetapan kawasan strategis Aceh didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan secara bersinergi. Rencana Tata Ruang Aceh Tahun telah menetapkan 4 kawasan sebagai bagian dari rencana pengembangan kawasan strategis Aceh yang meliputi: a. Kawasan pusat perdagangan dan distribusi Aceh atau ATDC ( Aceh Trade and Distribution Center) tersebar di 6 (enam) zona, meliputi; 1. Zona Pusat : Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Pidie dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Besar. 2. Zona Utara : Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Bireuen BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

16 3. Zona Timur : Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa, Aceh Tamiang dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Tamiang 4. Zona Tenggara : Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Kota Subulussalam, Kabupaten Singkil, Pulau Banyak dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Tenggara 5. Zona Selatan : Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Simeulue dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Selatan 6. Zona Barat : Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Jaya dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Barat b. Kawasan agrowisata yang tersebar di 12 (dua belas) kabupaten yang tidak termasuk ke dalam lokasi pusat agro industri; c. Kawasan situs sejarah terkait lahirnya MoU Helsinki antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka; dan d. Kawasan khusus. C. Wilayah Rawan Bencana Aceh merupakan wilayah dengan kondisi alam yang kompleks sehingga menjadikannya sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi terhadap ancaman bencana, khususnya bencana alam. Tingkat resiko bencana Aceh diperoleh dengan menggabungkan indeks probabilitas, indeks dampak, indeks kapasitas dan indeks kerugian daerah akibat suatu potensi bencana. Hal ini disebabkan karena Aceh berada tepat di jalur pertemuan lempeng Asia dan Australia, serta berada di bagian ujung patahan besar Sumatera yang membelah pulau Sumatera dari Aceh sampai Selat Sunda. Berdasarkan catatan sejarah, Aceh pernah mengalami bencana gempa dan tsunami yang cukup besar pada tahun 1797, 1891, 1907 dan Selain bencana-bencana berskala besar yang pernah tercatat dalam sejarah, Aceh juga tidak lepas dari bencana yang terjadi hampir setiap tahun yang menimbulkan kerugian tidak sedikit. Permasalahan utama dalam penanggulangan bencana di Aceh antara lain: belum sistematis dalam penanganan penanggulangan bencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dalam penanganannya, masih lemahnya kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pengurangan resiko bencana, masih lemahnya koordinasi dalam penanggulangan bencana (fase tanggap darurat), terbatasnya sarana dan 9 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

17 prasarana penunjang kebencanaan serta masih lemahnya kemitraan dan keterpaduan dalam penggunaan dana rehabilitasi dan rekonstruksi. D. Demografi Gambaran Demografis Aceh pada tahun 2012 terlihat pada Laju pertumbuhan penduduk Aceh pada tahun 2012 yaitu sebesar 3%. Adapun jumlah penduduk di Aceh tahun 2012 berjumlah jiwa terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk Aceh adalah sebanyak jiwa. Dilihat dari distribusinya jumlah penduduk kondisi sebarannya tidak berbeda dengan tahun sebelumnya dimana Kabupaten Aceh Utara merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar jiwa atau sebesar 11.78% dari total penduduk di Aceh. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sabang, yaitu sebesar jiwa atau sebesar 0.67% dari total penduduk. Dengan kepadatan penduduk 83,2 orang/km 2. Angka ini masih di bawah angka ratarata kepadatan penduduk di Indonesia yaitu sebesar 124 orang/km 2, dengan mayoritas kepadatan terdapat di daerah perkotaan jika dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Kondisi demikian disebabkan karena pada daerah-daerah tersebut terdapat akses yang mudah dicapai terhadap sarana dan prasarana wilayah sehingga cukup menarik perhatian masyarakat untuk menetap disana. Selama periode kepadatan penduduk di Aceh terus meningkat, dari 71 jiwa/km2 pada tahun 2006 naik menjadi 83,2 jiwa/km2 pada tahun Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Pertumbuhan PDRB Dalam periode RPJM tahap pertama ( ) pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh menunjukkan perkembangan ke arah yang semakin baik. Separuh periode RPJM ( ) PDRB Aceh masih tumbuh negatif. Pertumbuhan negatif tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi minyak dan gas alam. Pada separuh akhir periode RPJM pertama ( ) pertumbuhan PDRB Aceh mengalami rebound, tumbuh positif yaitu 2,79 % (2010), 5,02 % (2011), BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

18 dan 5,2 % (2012). Pertumbuhan PDRB Aceh lebih tinggi lagi jika k omponen minyak dan gas tidak diperhitungkan yaitu 5,49 % (2010), 5,87 % (2011) dan 6,06 % (2012). Pertumbuhan PDRB migas Aceh menjadi positif dikarenakan kontribusi sektor non migas terutama sektor pertanian dan sektor perdagangan melebihi penurunan kontribusi sektor migas terhadap PDRB total. Mesikipun demikian, pertumbuhan positif ekonomi Aceh tersebut masih dibawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,22 % (2010), 6,49 % (2011), dan 6,23(2012). Tabel 2.2 Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Sektor Rp (Trilyun) * 2012** % Rp (Trilyun) % Rp (Trilyun) % Rp (Trilyun) % Rp (Trilyun) % 1. Pertanian 8,22 24,12 8,43 26,18 8,86 26,78 9,35 26, Pertambangan & Penggalian 5,31 15,57 2,80 8,68 2,61 7,89 2,61 7, Industri Pengolahan 4,12 12,08 3,79 11,78 3,49 10,56 3,56 10, Listrik, Gas & Air Bersih 0,09 0,27 0,10 0,32 0,12 0,37 0,13 0, Konstruksi 2,16 6,34 2,23 6,92 2,34 7,09 2,49 7, Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,92 17,36 6,21 19,28 6,61 19,98 7,06 20, ,17 6,38 2,28 7,08 2,43 7,35 2,62 7, ,55 1,60 0,59 1,83 0,62 1,88 0,66 1, Jasa-jasa 5,55 16,29 5,78 17,93 6,03 18,10 6,29 18, PDRB 34,10 100,00 32,22 100,00 33,12l 100,0 34,77 100,00 36,58 100,00 PDRB Tanpa Migas 26,52 27,57 29,09 30,80 32,66 Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh 2013 Pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2012 disumbangkan oleh pertumbuhan positif di delapan sektor. Terdapat lima sektor yang tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan PDRB Aceh yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi (8,78 persen), sektor listrik dan air bersih (7,69 persen), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (7,58 persen), sektor konstruksi (7,23 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (7,22 persen). Sedangkan tiga sektor yang tumbuh positif namun masih dibawah pertumbuhan ekonomi Aceh yaitu sektor pertanian (5,45 persen), sektor jasa (5,25 persen) dan sektor industri pengolahan (0,84 persen). Satu-satunya sektor yang tumbuh negatif adalah sektor pertambangan dan 11 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

19 penggalian mengalami penurunan sebesar 0,77 persen. Perkembangan nilai dan kontribusi PDRB Aceh selama kurun waktu secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.2. Jika dilihat dari struktur ekonomi Aceh, sektor pertanian dan sektor perdagangan masih merupakan dua kontributor utama dalam pembentukan PDRB Aceh. Sejak tahun 2008 kedua sektor ini menduduki dua peringkat teratas dengan rerata kontribusi masing-masing sebesar 26,18 persen dan 19,53 persen. Namun jika dilihat secara trend atau kencenderungan, kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan setiap tahunnya sedangkan sektor pertanian cenderung stagnan. Keadaan ini menyiratkan bahwa terjadi transformasi struktur ekonomi Aceh. Apalagi jika dibandingkan berdasarkan agregat sektor yaitu; sektor primer, sekunder dan tersier. Pada tahun 2012, sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa menyumbangkan 41,50 persen dalam pembentukan PDRB Aceh atau 49,96 persen jika PDRB Aceh tidak memperhitungkan komponen migas. Sedangkan sektor primer (sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian) hanya menyumbang 38, 16 persen pada PDRB Migas dan 32,64 pada PDRB Non Migas. Struktur PDRB Aceh juga menunjukkan belum berperannya sektor sekunder terutama sektor industri pengolahan sebagai pendorong ekonomi Aceh. Sektor sekunder merupakan sektor terendah dalam hal kontribusi terhadap pembentukan PDRB yaitu 20,34 persen dan 17,66 persen untuk PDRB non migas. Minimnya kontribusi dan pertumbuhan sektor industri merupakan salah satu jawaban dari masih rendahnya pertumbuhan ekonomi Aceh dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan nasional karena sektor industri merupakan sektor yang mempunyai efek pengganda output ekonomi yang besar. Kontribusi sektor-sektor terhadap PDRB Aceh berdasarkan harga konstan 2000 dan harga berlaku selama tahun dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan tanpa migas pada Tabel 2.3. BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

20 No Tabel 2.3 Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Dengan Migas Selama Tahun 2008 S.d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1. Pertanian 26,37 24,12 28,36 26,18 28,17 26,78 27,32 26,90 27,03 26,94 2. Pertambangan & Penggalian 18,87 15,57 11,47 8,68 11,06 7,89 11,60 7,51 11,13 7,08 3. Industri Pengolahan 11,14 12,08 10,82 11,78 9,63 10,56 8,95 10,25 8,69 9,81 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,27 0,27 0,36 0,32 0,43 0,37 0,45 0,37 0,47 0,38 5. Konstruksi 8,52 6,34 9,50 6,92 9,94 7,09 10,86 7,16 11,18 7,30 Perdagangan, 6. Hotel & 13,90 17,36 14,92 19,28 15,43 19,98 16,41 20,28 16,83 20,68 Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8,78 6,38 10,35 7,08 10,58 7,35 10,64 7,54 11,19 7,79 8. Keuangan, Persewaan & Jasa 2,01 1,60 2,49 1,83 2,63 1,88 2,56 1,90 2,85 1,94 Perusahaan 9. Jasa-jasa 10,15 16,29 11,72 17,93 12,13 18,10 11,20 18,09 10,63 18,09 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh 2013 Dari sisi pengeluaran, ekonomi Aceh masih menggandalkan komsumsi sebagai penopang pertumbuhan. Komsumsi rumah tangga dan pemerintah pada tahun 2012 menyumbang 63,18 persen dari total PDRB penggunaan Aceh masing-masing dengan kontribusi 40,09 persen dan 23,09 persen. Kinerja ekspor masih menjadi penyumbang ketiga yaitu 22,43 persen namun dengan kecenderungan peranan menurun dari tahun ke tahun. Pembentukan modal bruto tetap (PMTB) yang merupakan ukuran realisasi investasi di Aceh ukukan sumbangan sebesar 18, 84 persen. Rendahnya PMTB relatif terhadap komsumsi menyebabkan rendahnya nilai tambah output ekonomi Aceh dan tercermin pada rendahnya realisasi kontribusi sektor industry pengolahan pada perhitungan PDRB produksi Aceh sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. 13 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

21 3 Tabel 2.4 Perkembangan Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Tanpa Migas Selama Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1. Pertanian 35,78 31,01 34,66 30,59 33,75 30,45 32,70 30,35 32, Pertambangan & Penggalian 1,45 1,52 1,37 1,48 1,36 1,49 1,35 1,49 1, Industri Pengolahan 3,59 5,45 3,66 5,58 3,62 5,64 3,56 5,63 3, Listrik, Gas & Air Bersih 0,36 0,34 0,44 0,38 0,52 0,42 0,54 0,43 0, Konstruksi 11,56 8,15 11,61 8,09 11,91 8,06 13,00 8,08 13, Perdagangan, 6. Hotel & 18,86 22,32 18,24 22,53 18,48 22,72 19,64 22, Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 11,91 8,20 12,65 8,27 12,68 8,36 12,74 8,52 13, Keuangan, 8. Persewaan & 2,73 2,06 3,04 2,13 3,15 2,13 3,07 2,15 3, Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 13,77 20,94 14,33 20,95 14,53 20,74 13,40 20,43 12, PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 B. Laju Inflasi Laju inflasi yang terjadi di Aceh selama periode secara umum menunjukkan penurunan yaitu dari 11,92 persen pada tahun 2008 menjadi 0,22 persen pada tahun Laju inflasi Aceh pada tahun 2012 berada jauh dari laju inflasi nasional yang mencapai 4,30 pada tahun yang sama. Rendahnya laju inflasi Aceh disebabkan pada stabilnya harga pada kelompok komoditas pangan yang biasanya berfluktuasi yaitu ikan segar, beras, cabe merah dan bawang merah. Perkembangan inflasi bulanan pada tahun 2012 dapat dilihat pada table 2.6 berikut ini. BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

22 Sumber : Bank Indonesia, 2013 Tabel 2.5. Inflasi Bulanan Aceh pada Tahun 2012 KELOMPOK Umum 0,50-0,31 0,48 0,03-0,73 1,27 0,16 0,58-0,87-0,51-0,85 0,50 Bahan Makanan 1,50-1,56 1,29-0,12-2,33 3,38-0,15 1,20-3,55-2,06-2,95 1,60 Makanan jadi 0,23 0,17 0,26 0,29 0,29 0,43 0,49 0,08 0,41-0,06 0,12 0,11 Perumahan -0,22 0,27 0,17 0,16-0,07 0,01 0,09 0,16 0,02 0,23 0,40 0,14 Sandang -0,08 0,67-0,13-0,46-0,46 0,77 0,19 1,20 1,65 0,52-0,63-0,19 Kesehatan 0,08 0,04-0,01 0,05 0,08 0,51-0,03-0,04 0,31 0,41 0,11 0,08 Pendidikan 0,28 0,10 0,00-0,02 0,26 0,03 1,90 0,09 0,02 0,21-0,02 0,12 Transportasi 0,11 0,18 0,03 0,02 0,01 0,05 0,04 0,43 0,17 0,18 0,00 0,01 Semakin membaiknya sarana dan prasarana transportasi ikut memberi andil yang besar terhadap menurunnya tingkat inflasi tersebut dari sisi penawaran, karena hal ini terkait dengan kelancaran arus distribusi barang terutama barang-barang kebutuhan pokok masyarakat. Disamping itu, sisi permintaan juga tidak mengalami tekanan yang berarti terutama pasca proses rehab dan rekon Aceh sejak tahun Tingkat inflasi harus dijaga karena sangat terkait dengan Perkembangan tingkat inflasi di Aceh selama periode semakin rendah dan dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Laju Inflasi Tahun Uraian Aceh 11,92 3,72 5,86 3,43 0,22 Nasional 11,06 2,78 6,96 3,79 4,30 Sumber : BPS Aceh, 2013 C. Persentase Penduduk di atas garis kemiskinan Tingkat kemiskinan di Aceh selama periode menunjukkan penurunan secara signifikan, dari 26 persen pada tahun 2007 menjadi 18,58 pada tahun 2012 yakni penurunan sebesar 7,42 persen, sementara selama periode yang sama angka kemiskinan nasional hanya turun 4,62 persen. Namun demikian, jika 15 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

23 dilihat angka komulatif nasional 26,65 persen (2007), 23,53 persen (2008), 21,80 persen (2009) dan persen (2010), 19, 48 persen (2011) dan persen (2012). Namun demikian tingkat kemiskinan tersebut masih tergolong sangat tinggi terutama jika dibandingkan dengan rata-rata nasional yang sudah mencapai 16,60 persen (2007); 15,40 persen (2008); 14,20 persen (2009); 13,72 persen (2010); 12,36 persen (2011) dan 11,96 persen (201 2). Di wilayah Pulau Sumatera, bahkan tingkat kemiskinan di Aceh adalah yang tertinggi. Rata-rata tingkat kemiskinan di Pulau Sumatera pada tahun 2012 adalah hanya 11,72 persen dibawah rata-rata nasional, sedangkan yang terendah adalah di Provinsi Bangka Belitung hanya sebesar 5,37 persen. Dari sisi sebarannya, penduduk miskin Aceh masih sangat terkonsentrasi di wilayah pedesaan yaitu sebanyak 81,10%, sedangkan diperkotaan hanya 18,90 persen. Walaupun demikian, penurunan persentase jumlah penduduk miskin di wilayah pedesaan lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan di wilayah perkotaan. Pada tahun 2012, tingkat kemiskinan perdesaan Aceh turun 1 persen dibanding tahun 2011 sedangkat tingkat kemiskinan perkotaan Aceh hanya turun 0,60 persen. Gambaran di atas diduga sebagai dampak dari meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam dinamika pembangunan, terutama di sektor pertanian selama beberapa tahun terakhir. Membaiknya harga gabah dan beberapa produk komoditas perkebunan diduga telah ikut memotivasi aktivitas usaha tani di pedesaan. Disamping itu program-program pembangunan yang dialokasikan khusus di kawasan pedesaan seperti PNPM Mandiri, BKPG, serta kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang terkait dengan peningkatan produksi pertanian diduga ikut memberi pengaruh positif terhadap peningkatan pembangunan. Berdasarkan keputusan Kementerian PDT nomor 001/KEP/M- PDT/02/2005 tentang penetapan Kabupaten tertinggal sebagai lokasi program P2DTK. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Aceh memiliki 17 dari 23 Kabupaten/Kota yang masih tergolong daerah tertinggal termasuk wilayah perbatasan. Daerah tertinggal tersebut merupakan wilayah konsentrasi penduduk BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

24 miskin di Aceh. Selanjutnya tingkat kemiskinan untuk masing-masing kabupaten/kota secara rinci ditampilkan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun No Kabupaten/ Kota Jumlah (000) Persentase (%) Simeulue 20,57 19,11 18, ,45 24,72 23, Aceh Singkil 22,24 20,29 19, ,27 21,06 19, Aceh Selatan 38,82 35,41 32, ,40 17,50 15, Aceh Tenggara 30,89 27,87 30, ,51 16,77 16, Aceh Timur 76,22 68,30 66, ,05 21,33 18, Aceh Tengah 40,64 38,17 35, ,36 21,43 20, Aceh Barat 43,69 40,39 42, ,96 27,09 24, Aceh Besar 63,46 58,97 66, ,52 20,09 18, Pidie 101,77 93,80 90, ,11 25,87 23, Bireuen 79,09 72,94 76, ,27 21,65 19, Aceh Utara 135,70 126,59 124, ,56 25,29 23, Aceh Barat Daya 27,43 25,00 25, ,42 21,33 19, Gayo Lues 18,89 17,09 19, ,57 24,22 23, Aceh Tamiang 50,82 45,29 45, ,29 19,96 17, Nagan Raya 33,21 30,86 33, ,11 26,22 24, Aceh Jaya 17,24 17,13 15, ,86 21,86 20, Bener Meriah 31,28 28,58 32, ,21 26,58 26, Pidie Jaya 37,70 35,60 34, ,26 27,97 26, Banda Aceh 19,91 17,27 20, ,56 8,64 9, Sabang 7,14 6,54 6, ,72 23,89 21, Langsa 23,96 21,34 22, ,97 16,20 15, Lhoksumawe 23,94 22,53 24, ,87 15,08 14, Subulussalam 17,73 16,75 16, ,99 26,80 24, Aceh 959,70 892,86 861, ,53 21,80 20, Sumber : BPS Aceh Tahun RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

25 Fokus Kesejahteraan Sosial Pendidikan A. Angka Melek Huruf Menurut Badan Pusat Statistik (2012), angka melek huruf di Aceh dalam kurun waktu tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 tercatat sebesar 94,51 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang melek huruf kemudian meningkat menjadi 95,84 persen pada tahun Angka ini telah mencapai target Renstra Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2014 sebesar 95,8 persen dan bahkan melampaui rerata nasional tahun 2011 sebesar 92,8 persen. Gambar 2.1 Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk Dewasa di Aceh (persen), Tahun Renstra Nasional Sumber: Badan Pusat Statistik, dan Renstra Kemendiknas *) Penurunan Angka Melek Huruf tahun 2010 dan 2011 disebabkan oleh perbedaan metodologi penghitungan estimasi pada kelompok umur dan periode pengumpulan data *) Rerata Nasional 2011 Umumnya penduduk buta aksara di Aceh berada pada kelompok usia lanjut (usia 50 tahun ke atas). Pada kelompok usia tahun tercatat 0,74 persen penduduk yang buta aksara, pada kelompok usia tahun sebesar 4 persen, sedangkan pada kelompok usia 50 tahun ke atas mencapai 11,28 persen. Perincian menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa angka melek huruf penduduk laki-laki masih tetap lebih tinggi dari pada penduduk perempuan, masing-masing sebesar 97,68 persen dan 95,84 persen. Di daerah perkotaan BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

26 C. kesenjangan angka melek huruf antara penduduk laki-laki dan perempuan lebih kecil yaitu sebesar 1,18 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 2,11 persen. B. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah di Aceh dalam kurun waktu tahun terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar 8,50 tahun pada tahun 2007 menjadi 8,90 tahun pada tahun Namun apabila ditelaah lebih lanjut masih terlihat adanya kesenjangan diantara kabupaten/kota. Pada tahun 2011 kabupaten/kota yang memiliki angka rata-rata lama sekolah terendah adalah kota Subulussalam sebesar 7,61 tahun, kemudian disusul Nagan Raya sebesar 7,75 tahun dan Aceh Singkil sebesar 7,77 tahun. Angka tertinggi di Kota Banda Aceh sebesar 12,20 tahun, diikuti Kota Sabang sebesar 10,59 tahun dan Kota Langsa sebesar 10,51 (Tabel 2.8). Tabel 2.8 Angka Rata-Rata Lama Sekolah di Aceh Tahun No Kabupaten/Kota Tahun Simeulue ,62 2 Aceh Singkil ,77 3 Aceh Selatan ,44 4 Aceh Tenggara ,36 5 Aceh Timur ,51 6 Aceh Tengah ,7 7 Aceh Barat ,54 8 Aceh Besar ,77 9 Pidie ,72 10 Bireuen ,28 11 Aceh Utara ,19 12 Aceh Barat Daya ,01 13 Gayo Lues ,73 14 Aceh Tamiang ,85 15 Nagan Raya ,75 16 Aceh Jaya ,73 17 Bener Meriah ,81 18 Pidie Jaya ,68 19 Banda Aceh ,2 20 Sabang ,59 21 Langsa ,51 22 Lhokseumawe ,04 19 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

27 No Kabupaten/Kota Tahun Subulussalam ,61 ACEH Sumber : Badan Pusat Statistik, Aceh Info 2012 Kesenjangan juga terjadi antara laki-laki dan perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki tercatat sebesar 9,20 sedangkan rata-rata lama sekolah penduduk perempuan sebesar 8,50. Dengan kata lain, rata-rata penduduk laki-laki berpendidikan tamat SMP/MTs dan telah memasuki tahun pertama jenjang pendidikan menengah sedangkan rata-rata penduduk perempuan hanya berpendidikan sampai kelas tiga SMP/MTs dan tidak tamat Kesehatan A. Umur Harapan Hidup Umur Harapan Hidup (UHH) menggambarkan panjang umur penduduk dalam suatu wilayah. Secara umum, UHH orang Aceh tidak banyak mengalami peningkatan selama periode UHH hanya sedikit meningkat dari 68,4 di tahun 2007 menjadi 68.8 di tahun 2011, dan masih terdapat disparitas UHH antar kabupaten/kota. Tabel 2.9 Umur Harapan Hidup di Aceh Tahun No Kab/Kota Simeulue ,84 62,91 62,98 63,05 2 Aceh Singkil ,46 64,69 64,92 65,1 3 Aceh Selatan ,71 66,82 66,93 67,03 4 Aceh Tenggara ,16 69,19 69,22 69,26 5 Aceh Timur ,52 69,63 69,74 69,8 6 Aceh Tengah ,42 69,53 69,64 69,7 7 Aceh Barat ,78 69,87 69,97 70,06 8 Aceh Besar ,52 70,64 70,75 70,81 9 Pidie ,11 69,32 69,53 69,68 10 Bireuen ,28 72,32 72,35 72,39 11 Aceh Utara ,52 69,63 69,74 69,80 12 Aceh Barat Daya ,49 66,74 66,99 67,19 13 Gayo Lues ,84 66,96 67,08 67,15 14 Aceh Tamiang ,18 68,27 68,37 68,47 15 Nagan Raya ,42 69,53 69,64 69,7 16 Aceh Jaya ,91 67,97 68,02 68,08 17 Bener Meriah ,41 67,52 67,63 67,69 18 Pidie Jaya ,02 69,13 69,24 69,30 19 Kota Banda Aceh ,24 70,56 70,88 71,15 20 Kota Sabang ,36 70,69 71,02 71,30 21 Kota Langsa ,14 70,36 70,58 70,75 BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

28 No Kab/Kota Kota Lhokseumawe ,00 70,41 70,81 71,17 23 Subulussalam ,54 65,71 65,89 66,01 ACEH ,50 68,60 68,70 68,80 Sumber: BPS, 2012 B. Angka Kematian 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi ( AKB) dihitung dari jumlah angka kematian bayi dibawah usia satu tahun per kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKB di Aceh adalah 47 per kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi dari angka rata-rata nasional yang hanya 34 per kelahiran hidup. AKB masih cukup bervarasi antar kabupaten/kota dan masih relatif tinggi di daerah pedesaan, pada keluarga miskin dan anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang berpendidikan rendah. 2. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita ( AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia lima tahun yang dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. Dari laporan SDKI 2012 diketahui bahwa AKABA di Aceh masih tinggi yakni 52 per kelahiran (nasional 43 per kelahiran hidup). Diperkirakan AKABA juga lebih tinggi pada keluarga yang berpendidikan rendah, keluarga dengan status sosial ekonomi rendah dan pada keluarga yang tinggal didaerah pedesaan yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. 3. Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Jumlah ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas di Aceh masih relatif tinggi, melebihi ratarata nasional. SDKI 2007 melaporkan bahwa AKI di Aceh masih sebesar 238 per kelahiran hidup, sedangkan rata-rata AKI nasional sudah mencapai 228 per kelahiran hidup, dan target MGDs 2015 sebesar 102 per kelahiran hidup. 21 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

29 C. Status Gizi 1. Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Secara umum status gizi masyarakat di Aceh sudah menunjukkan perbaikan. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Aceh menurun dari 26,5 % pada tahun 2007 menjadi 23,7 % pada tahun 2010, namun angka ini masih berada di atas angka rata-rata nasional yang telah mencapai 17,9%. Gambar 2.2 Grafik Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Sumber: Riskesdas 2007 dan Riskesdas Prevalensi Balita Pendek Jumlah anak pendek (stunting) di Aceh masih sangat tinggi dan prevalensinya hanya menurun sedikit. Pada tahun 2007 prevalensi stunting di Aceh mencapai 44,6 % dan pada tahun 2010 hanya menurun sedikit menjadi 38,9 %. Gambar 2.3. Grafik Prevalensi Balita Pendek Tahun 2007 dan 2010 Sumber: Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2010 BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

30 3. Prevalensi Balita Kurus Angka balita kurus juga terjadi penurunan di Aceh, pada tahun 2007 prevalensinya 18,3% turun menjadi 14,2% pada tahun 2010 Gambar 2.4. Grafik Prevalensi Balita Kurus Tahun 2007 dan 2010 Sumber: Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2010 D. Angka Kesakitan 1. Penyakit Tidak Menular Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyebab kesakitan tertinggi anak balita di Aceh, Prevalensi ISPA sebesar 36,6% dan jauh di atas angka nasional sekitar 25%. Selain ISPA, TB paru, malaria, dan demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalahan kesehatan utama di Aceh. HIV dan AIDS juga telah ditemukan di Aceh. Secara kumulatif sejak tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2011 ditemukan sekitar 112 kasus ( HIV 24 kasus dan AIDS 88 kasus) yang tersebar di 20 kabupaten/kota dan 18 kasus diantaranya meninggal. Sementara itu kualitas pelayanan imunisasi dasar harus mendapat perhatian di Aceh karena masih terdapat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Ditinjau dari aspek keterjangkauan program dicapai 62,1% dari target 80%, dan tingkat perlindungan dicapai 69% dari target 90%. Dengan melihat tingkat capaian program ini maka diperkirakan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti tetanus neonatorum, campak, dan hepatitis, kemungkinan masih ditemukan. 23 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

31 2. Penyakit Tidak Menular Angka kematian penyakit tidak menular (PTM) meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun Hasil Riskesdas tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi penyakit jantung dan stroke di Aceh menempati urutan pertama di Indonesia. Penduduk yang bemasalah dengan gigi dan mulut di Aceh sebesar 30,5%. Prevalensi tertinggi penyakit gigi dan mulut adalah karies gigi dan sebagian besar dialami pada anak sekolah. Penyakit tidak menular lainnya yang juga penting untuk mendapat perhatian adalah cedera. Prevalensi cedera secara total (dengan berbagai sebab) di Aceh sebesar 5,2% dan urutan tiga terbanyak sebagai penyebab cedera meliputi jatuh 48,2%, kecelakaan transportasi darat 35,4%, dan terluka benda tajam /tumpul 18,1%. Upaya pencegahan kecelakaan khususnya kecelakaan akibat kerja menjadi issue program yang harus dicermati mengingat angka kejadian cendrung meningkat, demikian juga hubungan koordinasi dengan sekor terkait yang harus dilakukan. 3. Gangguan Mental Emosional Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut. Hasil riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi gangguan mental emosional di Aceh sebesar 14,1 persen, lebih tinggi dibandingkan angka nasional yang hanya 12,36 persen. Di Kabupaten Aceh Selatan, gangguan mental emosional mencapai 32,1 persen, tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Aceh. E. Kesehatan Lingkungan Kondisi lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar pada derajat kesehatan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk mengukur kondisi kesehatan lingkungan yaitu akses terhadap air bersih, akses terhadap sanitasi yang layak, penggunaan bahan bakar memasak, dan penanganan sampah. Rumah tangga dengan BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

32 akses terhadap sumber air terlindungi sebesar 74,5% Penggunaan sumur galian merupakan sumber air terbesar (44,5%) yang digunakan oleh rumah tangga di Aceh. Sisanya menggunakan sumber air dari ledeng/perpipaan (13,6%), pompa (1,5%), penampungan air hujan dan mata air (4,1%), air kemasan (1,2%). Persentase rumah sehat di Aceh mencapai 62,5 %. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses yang baik terhadap jamban sehat sebesar 64,2% dan tempat sampah yang sehat sebesar 63,9%, serta pengelolaan air limbah sehat sebesar 61,2% (Profil Kesehatan Aceh, 2011) Fokus Seni Budaya dan Olahraga Saat ini Aceh memiliki sanggar (grup) kesenian yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Aceh memiliki khasanah budaya tinggi dengan beragam jenis kesenian seperti tarian (debus, seudati, saman, ranup lampuan, pemulia jamee, marhaban, rapai geleng, didong dan prang sabilillah), sastra (pantun, syair, hikayat) dan seni lukis (kaligrafi). Dalam bidang olahraga, Aceh memiliki 36 klub olah raga sesuai dengan jenis olah raga yang digemari oleh masyarakat seperti klub sepak bola, badminton, tenis meja, futsal, volley, renang, sepeda, tinju, panjat tebing, lari dan senam sehat. Klub olah raga tersebut pada umumnya bernaung di bawah organisasi keolahragaan. Selain itu, untuk mendukung kegiatan berbagai jenis olah raga ini dibangun gedung olah raga terdiri dari gedung olah raga milik pemerintah sebanyak 56 unit dan milik swasta 5 unit (Tabel 2.10) Tabel 2.10 Atlet, Pelatih, Sekolah, Klub dan Gedung Olah Raga No Jumlah Atlet/Pelatih/Sekolah/Club/gedung Satuan Jumlah Keolahragaan 1 Jumlah Atlet yang Ada Orang Jumlah Atlet Usia Dini Orang Jumlah Atlet Berprestasi Orang Jumlah Pelatih Orang Jumlah Atlet yang Menerima Penghargaan Orang 20 6 Jumlah Pelatih Penerima Penghargaan Orang 20 7 Jumlah Insan Olahraga Penerima Penghargaan Orang RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

33 No Jumlah Atlet/Pelatih/Sekolah/Club/gedung Satuan Jumlah 8 Jumlah Organisasi / Induk Olahraga Daerah / Kab / Unit 36 9 Kota Jumlah Sekolah Olahraga Unit 1 10 Jumlah Klub Olahraga Klub Jumlah Gedung Olahraga Milik Sekolah Unit Jumlah Gedung Olahraga Milik Swasta Unit 5 13 Jumlah Gedung Olahraga Milik Masyarakat Unit 3 14 Jumlah Lapangan Olahraga Terbuka Unit Jumlah Gedung Kepemudaan Unit 5 16 Jumlah Stadion Olahraga Unit Jumlah Stadion Mini Olahraga Unit Jumlah Lapangan Olahraga Tertutup Menurut Cabang Unit Olahraga Jumlah Publik Space Olahraga Unit Koordinator Sarana Prasarana Olahraga dan Unit 1 Kepemudaan Kepemudaan 1 Jumlah pemuda Orang Jumlah organisasi/ induk daerah Unit 69 3 Jumlah organisasi kepemudaan politik (OKP) OKP 69 4 Jumlah unit kegiatan kemahasiswaan/siswa Unit 10 5 Jumlah organisasi kepemudaan yang menerima Unit 69 6 penghargaan Jumlah pemuda yang menerima penghargaan Orang 10 7 Jumlah paguyuban Unit 23 Sumber : BPS, Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Pendidikan A. Angka Partisipasi Sekolah Selama periode tahun , capaian Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok usia sekolah terus mengalami kenaikan. Pada kelompok usia pendidikan dasar, APS penduduk usia 7-12 tahun naik dari 98,93 persen pada tahun 2007 menjadi 99,03 persen pada tahun 2011, demikian juga dengan APS penduduk usia tahun yang meningkat dari 93,90 persen pada tahun 2007 menjadi 94,07 persen pada tahun 2011 (Tabel 2.11). Pada kelompok usia pendidikan menengah, capaian APS penduduk usia tahun pada tahun 2007 sebesar 72,36 persen meningkat menjadi 72,41 persen pada tahun BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

34 Tabel 2.11 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Usia Sekolah di Aceh Tahun Kelompok Usia Tahun APS ,03 APS ,07 APS ,41 Sumber : Badan Pusat Statistik, Aceh Info 2012 Hal ini menggambarkan bahwa penduduk di perkotaan dan perdesaan telah memiliki kesempatan yang relatif sama dalam mengakses pendidikan dasar, khususnya sekolah dasar. Dalam kaitannya dengan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, hanya persebaran SMP/MTs atau yang sederajat di wilayah yang secara geografis sulit dijangkau yang masih harus mendapat perhatian. Kondisi ini berbeda dengan pendidikan menengah yang belum mampu diakses secara merata terutama oleh masyarakat di perdesaan. B. Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Secara umum sekolah di semua jenjang pendidikan di Aceh masih memiliki daya tampung yang cukup, kecuali MI. Ini dibuktikan dengan besaran rasio siswa per sekolah di semua jenjang pendidikan di Aceh yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Standar Nasional Pendidikan (Gambar 2.5). Gambar 2.5 Rasio Siswa Per Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di Aceh Tahun Sumber: Dinas Pendidikan Aceh, 2010 dan RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

35 Namun demikian disparitas kepadatan siswa masih terjadi antar kabupaten/kota. Pada umumnya, sekolah di daerah perkotaan memiliki kapasitas melebihi daya tampungnya. Untuk SD/MI, Kota Lhokseumawe memiliki tingkat kepadatan siswa per sekolah tertinggi dengan rasio sebesar 317, disusul Kota Langsa sebesar 283 dan Kota Banda Aceh sebesar281. Sementara itu, Kabupaten Aceh Jaya memiliki kepadatan siswa terendah sebesar 80 dan Kabupaten Simeulue berada diurutan kedua dengan rasio sebesar 104. Untuk SMP/MTs, sekolah yang berada di Kota Langsa memiliki kepadatan siswa tertinggi sebesar 423, disusul Kota Banda Aceh sebesar 334, Kota Lhokseumawe sebesar 302, dan Kabupaten Pidie sebesar 291. Sementara itu, sekolah di Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Simeulue memiliki daya tampung di bawah standar nasional, masing-masing sebesar 99 dan 109. Sedangkan untuk SMA/MA/SMK, kepadatan siswa per sekolah tertinggi berada di Kota Langsa sebesar 440, disusul Kabupaten Pidie dan Kabupaten Bireun masing-masing sebesar 422, dan Kota Lhokseumawe sebesar 419 (Sumber: TKPPA, 2012). C. Rasio Guru Terhadap Murid Pada tahun 2011, secara rata-rata seorang guru SD/MI di Aceh hanya melayani 11 orang siswa sedangkan standar nasional adalah sebesar 18. Ini bermakna bahwa di Aceh terjadi kelebihan guru SD/MI Gambar 2.6 Rasio Siswa Per Guru di SD/MI Menurut Status Guru di Aceh Tahun Sumber: Dinas Pendidikan Aceh, 2010 dan BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

36 Berdasarkan kedua gambar di atas, isu kelebihan guru SD/MI di Aceh disebabkan oleh jumlah guru SD/MI dengan status NonPNS yang relatif besar, yaitu sekitar 41% dari total guru SD/MI pada tahun Pengangkatan guru NonPNS tersebut beragam, sebagian adalah sisa guru kontrak pusat dan provinsi yang belum lulus menjadi PNS, sebagian adalah guru tidak tepat yang diangkat pemerintah kabupaten/kota, dan sebagian lainnya diangkat oleh masing-masing kepala sekolah dan dibayar dengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau partisipasi masyarakat. Bila dilihat rasio guru per siswa untuk masing-masing kabupaten/kota, secara umum seperti digambarkan pada Gambar 2.7, meskipun lebih rendah dibandingkan standar nasional, pada tahun 2011 terjadi kesenjangan rasio siswa dan guru antarkabupaten/kota di Aceh, yaitu Kota Lhokseumawe tertinggi (15.0) dan Kabupaten Aceh Barat Daya terendah (7.5). Ini bermakna secara rata -rata, seorang guru di Kabupaten Aceh Barat Daya hanya melayani 8 orang siswa sedangkan di Kota Lhokseumawe melayani 15 siswa. Gambar 2.7 Rasio Siswa Per Guru (PNS dan Non PNS) SD/MI Negeri dan Swasta Menurut Kabupaten/Kota di Aceh Tahun 2010 dan 2011 Sumber: Dinas Pendidikan Aceh, 2010 dan RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

37 Bidang pendidikan Dayah Komitmen yang tinggi terkait pengembangan pendidikan dayah ditunjukkan Pemerintah Aceh dengan membentuk Badan Pembinaan Pendidikan Dayah (BPPD) melalui Qanun Nomor 5 Tahun 2007 sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Aceh. Selain itu, berdasarkan Qanun No 5 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan pendidikan, dayah dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pengakuan secara formal ini merupakan tantangan baik bagi pengelola dayah maupun pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan dayah. A. Rasio Ketersediaan Dayah dan Santri Berdasarkan akreditasi dayah pada tahun 2011, jumlah lembaga dayah di Aceh sebanyak 517 dayah yang terdiri dari 411 Dayah Salafiyah ( dayah tradisional) dan 106 Dayah Terpadu. Dari jumlah tersebut, dayah yang memiliki klaisifikasi tipe A berjumlah 49 dayah salafiyah dan 52 dayah terpadu. Untuk Tipe B, dayah salafiyah berjumlah 61 dayah dan 28 dayah untuk dayah terpadu. Untuk Tipe C, dayah salafiyah berjumlah 134 dayah dan 18 dayah terpadu. Sedangkan untuk Tipe D, dayah salafiyah berjumlah 155 dayah dan dayah terpadu berjumlah 8 dayah. Meski belum memiliki standar untuk mengukur indikator pendidikan di lembaga dayah, sebagaimana di tingkat persekolahan formal, data di bawah ini menyajikan rasio penting untuk mengukur bagaimana layanan pendidikan di dayah, diantaranya rasio santri/teungku, rasio santri/dayah dan rasio teungku/dayah. Berdasarkan Gambar 2.8 layanan pendidikan di dayah, sebagaimana ditunjukkan oleh rasio-rasio tersebut, relatif sama dengan layanan di tingkat persekolah. Tidak terdapat perbedaan yang cukup terhadap rasio layanan tersebut selama periode , kecuali untuk rasio santri/dayah. Dengan rasio santri/teungku sebesar 13 berarti seorang teungku di dayah mendidik 13 orang santri. Rasio santri/dayah sebesar 165 pada tahun 2011 bermakna bahwa daya tampung daya secara-rata mencapai 165 santri. BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

38 Gambar 2.8 Rasio Layanan Pendidikan Dayah di Aceh Tahun Rasio santri/teungku Rasio teungku/dayah Rasio santri/dayah Sumber: Kanwil Kemenang Aceh, 2011 B. Rasio Ketersediaan Tengku/Guru dan Santri Dari hasil kegiatan pemutakhiran data yang dilakukan tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah teungku/ustadzah sebanyak orang. Kabupaten/Kota dengan jumlah tengku/ustadz terbanyak adalah kabupaten Aceh Utara dengan Jumlah orang. Sedangkan untuk kabupaten/kota dengan Jumlah Teungku/Ustadz terkecil Adalah Kabupaten Simeulue dengan jumlah 35 orang. Pada kegiatan pemuktakhiran data tahun 2011, juga didapat jumlah santri dayah di Aceh yaitu sebanyak orang. Kabupaten Aceh Utara memiliki jumlah santri tertinggi yaitu santri, sedangkan kabupaten/kota yang memiliki jumlah Santri paling sedikit adalah kota sabang dengan santri sebanyak 416 santri ( Tabel 2.12). Dengan demikian, rasio ketersediaan tgk/guru dan santri 1:10. Rasio ini lebih tinggi dibandingkan dengan rasio guru dan siswa pada sekolah umum. 31 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

39 Tabel 2.12 Rekapitulasi Jumlah Dayah dan Santri NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH DAYAH STATUS SANTRI STATUS GURU/TEUNGKU JUMLAH SANTRI MENETAP TDK. MENETAP MENETAP TDK. MENETAP JUMLAH GURU/ TEUNGKU 1 SABANG BANDA ACEH 10 1, , ACEH BESAR 88 10,651 4,995 15,646 1, ,882 4 PIDIE 73 4,312 11,893 16,205 1, ,784 5 PIDIE JAYA 31 3,784 3,951 7, BIREUEN 83 12,559 9,858 22,417 1, ,244 7 LHOKSEUMAWE 22 4,493 1,577 6, ACEH UTARA ,012 17,848 34,860 3, ,711 9 ACEH TIMUR 99 8,122 10,870 18,992 1, , LANGSA 11 2,285 1,063 3, ACEH TAMIANG 27 1,492 2,830 4, BENER MERIAH 9 1, , ACEH TENGAH 10 1, , GAYO LUES 19 1, , ACEH TENGGARA 20 2, , ACEH JAYA 14 1, , ACEH BARAT 25 2,668 1,693 4, NAGAN RAYA , ACEH BARAT DAYA 30 1,590 2,695 4, ACEH SELATAN 56 4,424 5,448 9, SUBULUSSALAM ,308 2, ACEH SINGKIL 13 1, , SIMEULUE JUMLAH ,842 80, ,791 13,976 3,593 17,569 Sumber : Badan Dayah Aceh, Kesehatan A. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di Aceh saat ini sudah semakin meningkat terutama fasilitas pelayanan kesehatan dasar (puskesmas dan puskesmas pembantu/pustu). Hampir seluruh kecamatan sudah memiliki puskesmas, bahkan di beberapa kecamatan memiliki 2 puskesmas. Selanjutnya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, jejaring pelayanan kesehatan dasar seperti Pustu, Poskesdes, Polindes dan Posyandu juga terus meningkat walaupun belum merata diseluruh daerah, terutama di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Jumlah Pustu meningkat dari 886 pada tahun 2007 menjadi 957 pada tahun Hal yang sama dengan jumlah Poskesdes/Polindes meningkat dari 1885 pada tahun 2007 menjadi 1932 pada tahun BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

40 2011; namun jumlah Poskesdes/Polindes baru sekitar 30 persen dari jumlah desa yang ada di Aceh (6.450 desa). Tabel 2.13 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Aceh Menurut Kabupaten/Kota Tahun No. Kabupaten/Kota Kecamantan Puskesmas Gampong Puskesmas Pembantu Polindes/ Poskesdes Rumah Sakit (Pemerinta/ swasta) 1 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pi d i e Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Langsa Lhokseumawe Subulussalam Sumber: Badan Pusat Statistik Aceh Tahun 2012 Jumlah Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit umum - RSU) juga sudah tersedia di seluruh kabupaten/kota. Sekarang ini ada 51 Rumah Sakit diseluruh Aceh yang terdiri dari 32 RSU pemerintah dan 19 RSU swasta; 15 diantaranya telah mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Umumya RSU di kabupaten/kota masih berstatus RSU Kelas C (baru memiliki empat pelayanan medik spesialis dasar (bedah, penyakit dalam, anak dan obstetric & ginekologi) dan empat pelayanan spesialis penunjang medik. Rumah sakit umum kelas B baru 5 RS (RSUD Meuraxa dan RS Ibu dan Anak di Banda Aceh, RSUD Cut Meutia di Kabupaten Aceh Utara, RSUD Datu Beru di Kabupaten Aceh Tengah dan RSUD di Kota Langsa). Hanya Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel 33 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

41 Abidin/RSUDZA yang mempunyai status RS kelas A. Disamping itu, Aceh juga memiliki 1 buah rumah sakit jiwa (RSJ Banda Aceh). Dari 51 rumah sakit yang ada, baru 8 yang sudah terakreditasi (dan hanya RSUDZA yang terakreditasi penuh). B. Tenaga Kesehatan Jumlah tenaga kesehatan untuk semua jenis tenaga meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 2.83 memperlihatkan jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2009 dan 2010 menurut kategori ketenagaan yang dilaporkan pada profil kesehatan tahunan. Sampai tahun 2010, total jumlah tenaga kesehatan sekitar tenaga (sekitar 5 tenaga kesehatan melayani orang 1000 orang penduduk). Secara umum, rasio tenaga kesehatan per penduduk untuk semua jenis tenaga kesehatan masih rendah, kecuali untuk tenaga perawat dan bidan yang sudah mencukupi (standar nasional untuk perawat dan bidang masing-masing 170 dan 100 tenaga per penduduk). Tabel 2.14 Rasio Tenaga Kesehatan per Penduduk Tahun 2009 dan 2010 Tahun 2009 Tahun 2010 Jenis tenaga kesehatan Rasio per Rasio per Jumlah Jumlah Medis 1134 penduduk 26, penduduk 35,0 Dokter Umum , ,8 Dokter Spesialis 205 4, ,2 Dokter Gigi 153 3, ,0 2 Kesehatan Masyarakat , ,5 3 Perawat , ,4 4 Bidan , ,2 5 Farmasi 364 8, ,2 6 Gizi 319 7, ,5 7 Teknis Medis , ,8 8 Sanitasi , ,4 Jumlah , ,1 Sumber: BPS, 2010 dan Profil Kesehatan Aceh, 2010 dan 2011 C. Kualitas pelayanan kesehatan Secara umum kualitas pelayanan kesehatan di Aceh belum begitu memuaskan. Walaupun tidak ada data dan penelitian yang valid, sebagian masyarakat tidak merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan milik pemerintah. Hal ini tercermin masih banyak masyarakat lebih memilih berobat ke fasilitas swasta, praktek dan klinik sore hari walaupun pelayanan kesehatan milik pemerintah gratis. Sebagian masyarakat bahkan ada yang memilih berobat ke negara tetangga. BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

42 D. Aspek pemberdayaan masyarakat Keterlibatan masyarakat dalam bidang kesehatan dapat diukur dari berbagai segi, salah satunya dapat dilihat dari aspek peran serta masyarakat dalam membina gampong siaga aktif, jumlah pos pelayanan terpadu (posyandu) dan jumlah kader kesehatan. Saat ini jumlah gampong siaga aktif baru hanya 705 (11%) dari total gampong yang ada di Aceh. Sementara itu jumlah posyandu di Aceh tahun 2011 sudah memadai dengan jumlah posyandu dari desa, berarti ada 1 (satu) gampong yang memiliki lebih dari 1 (satu) posyandu. Sementara itu jumlah kad er yang tercatat sudah mencapai kader, artinya ada 3-4 kader per posyandu, namun demikian tingkat keaktifan kader cukup fluktuatif dan pengetahuan kader yang cukup variatif. Tabel 2.15 Distribusi Gampong Siaga, Posyandu dan Kader Tahun 2011 No Kabupaten/Kota Gampong Gampong Siaga Aktif Tidak Posyandu Kader 1 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pi d i e Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Langsa Lhokseumawe Subulussalam Total Sumber: Dinas Kesehatan, RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

43 Fokus Layanan Urusan Pilihan Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA) Jumlah perusahaan yang melakukan investasi di Aceh baik jenis PMA maupun PMDN terus mengalami peningkatan, Pada tahun 2010 jumlah perusahaan dalam negeri yang menanamkan modal sejumlah 4 perusahaan yang tersebar di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Utara dan Aceh Barat. Pada tahun 2012, terjadi peningkatan signifikan menjadi 22 perusahaan dalam negeri yang melakukan investasi di Aceh dan tersebar di sembilan provinsi. Jumlah perusahaan asing yang melakukan investasi di Aceh juga mengalami peningkatan yang menggembirakan. Pada tahun 2012, Penanaman Modal Asing (PMA) melibatkan 46 perusahaan yang tersebar empat belas kabupaten/kota. Realisasi jumlah perusahaan asing ini melonjak 170, 6 persen dari tahun 2010 yang berjumlah 17 perusahaan dan tersebar pada sembilan kabupaten kota Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA) Perkembangan investasi di Aceh mulai menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Selama periode realisasi investasi asing yang terjadi meningkat 414 persen yaitu Rp. 45,765,469,620,-- pada tahun 2010 menjadi Rp. 235,198,932,930,-- pada tahun Dari sisi sektor tujuan investasi tahun 2012, sektor primer menempati peringkat pertama diikuti oleh sektor tersier dan sekunder dengan proporsi masing-masing sebesar 88 persen, 8 persen dan 4 persen. Besarnya proporsi sektor primer dalam realisasi investasi asing disumbang oleh sub-sektor tanaman pangan dan perkebunan yang merebut dua pertiga dari total investasi asing di sektor yang berbasis sumber daya alam ini. Kontribusi signifikan lainnya diberikan oleh sub-sektor pertambangan yaitu sebesar 24 persen. Untuk realisasi investasi dalam negeri juga mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2010 realisasi investasi oleh perusahaan dalam negeri tercatat sebesar Rp. 40,990,500,--. Besaran realisasi ini melonjak drastis pada tahun 2012 menjadi Rp.1,034,004,769,926,--. Dari total investasi terakhir, sektor primer kembali menyumbang realisasi terbesar yaitu Rp. 838,418,541,193,-- dengan proporsi subsektor tanaman pangan dan perkebunan sebesar 99 persen dan subsector BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

44 pertambangan sebesar 1 persen. Sektor sekunder juga menjadi tujuan investasi dalam negeri dan membukukan realisasi investasi sebesar Rp. 195,586,228,733,-- atau 19 persen dari total realisasi penanaman modal dalam negeri tahun Jika dilihat lebih dalam lagi, investasi perusahaan domestik lebih tertujukan pada subsektor industri makanan, kayu dan lainnya. Dilihat secara umum, sektor yang terlihat menarik bagi investor di Aceh adalah sektor primer, terutama sub-sektor tanaman pangan dan perkebunan serta sektor pertambangan. Sedangkan sektor lainnya seperti sekunder dan tersier hanya mempunyai proporsi relatif tidak signifikan. Komposisi realisasi seperti diatas tidak ideal karena ekstraksi sumber daya alam tidak dibarengi oleh proses pertambahan nilai yang memadai sehingga kemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki Aceh tidak maksimal dinikmati oleh rakyat Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, tenaga kerja yang bekerja pada PMA dan PMDN berupa tenaga kerja asing dan tenaga kerja lokal (Indonesia), Dari investasi PMA yang terealisasi di Aceh pada tahun 2012, penyerapan tenaga kerja yang terjadi adalah 5,587 orang dengan perincian 5,564 tenaga kerja diserap adalah tenaga kerja lokal/indonesia dan selebihnya adalah tenaga kerja asing. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun yang sama menyerap 15,154 tenaga kerja Indonesia dan 1 tenaga kerja asing. Rasio daya serap tenaga kerja yaitu perbandingan antara jumlah tenaga kerja yang bekerja pada PMA/PMDN dengan jumlah seluruh PMA/PMDN, Di Aceh rasio daya serap tenaga kerja pada PMA yaitu 119 orang per PMA dan pada PMDN 631 orang per PMDN, Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA), Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA) dan Rasio Daya Serap Tenaga Kerja lebih jela s dapat dilihat pada Tabel RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

45 No 1 2 Jenis Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tabel 2.16 Perkembangan Investasi Berskala Nasional (PMA/PMDN) Tahun 2012 Jumlah Rencana Investasi Rencana Investasi US$ Ribu Rp Milyar Realisasi Investasi Rencana Penyerapan Tenaga Kerja Asing (orang) Indonesia/Lokal (Orang) Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Asing (orang) Indonesia /Lokal (Orang) US$ Ribu ,587 Rp. 1,034 Milyar - 5, , Aspek Daya Saing Daerah Fokus Iklim Berinvestasi Angka Kriminalitas Tindak kejahatan yang terjadi di Aceh secara umum mengalami peningkatan dimana pada tahun 2007 tercatat kasus dan 2011 tercatat kasus. Pada umumnya tindak kejahatan tersebut berupa pencurian, penganiayaan, pembunuhan, perkosaan dan narkotika ( Tabel 2.17). Dari data yang ada terlihat bahwa tindak kejahatan yang paling menonjol di Aceh adalah pencurian kendaraan bermotor (1.437 kasus), narkotika (772 kasus), dan pencurian dengan pemberatan (751 kasus). Tabel 2.17 Jumlah Tindak Pidana Menonjol di Aceh Tahun No. KASUS TAHUN Pencurian dengan pemberatan Pencurian kendaraan bermotor Pencurian dengan kekerasan Penganiayaan berat Kebakaran Pembunuhan Perkosaan BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

46 No. KASUS TAHUN Penadahan tad tad Uang palsu Narkotika Provinsi Sumber : Polda NAD, 2009 dan BPS, Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah A. Produktivitas Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja persektor ekonomi masih didominasi oleh sektor pertanian, Namun, dari konteks produktivitas tenaga kerja per sektor, sektor pertanian memiliki nilai tambah yang sangat rendah dibandingkan dengan sektor lainnya, Dengan memperhitungkan migas, produktivitas tenaga kerja untuk sektor pertanian adalah 2,42 persen (Rp ) di tahun 2011 dan meningkat menjadi 2,77 persen (Rp ) pada tahun 2012 (Tabel 2.18). Tabel 2.18 Produktivitas Tenaga Kerja Per Sektor Ekonomi Tahun 2011 dan 2012 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Total Tenaga Kerja PDRB Migas per Sektor Produktivitas Tenaga Kerja per Sektor No Sektor Nilai Tambah Orang Orang Trilyun Rupiah % Trilyun Rupiah % Rupiah % Rupiah % 1, Pertanian 898, , ,35 26, ,94 10,409,419 2,42 11,693, ,284,560 2, Pertambangan &Penggalian 11,739 14, ,61 7, ,08 222,335,804 49,90 182,828, ,507,608 3, Industri Pengolahan 72,509 73, ,56 10, ,81 49,097,353 9,94 48,655, ,706 4, Listrik, Gas & Air Bersih 3,966 3, ,13 0, ,38 32,778,618 7,33 44,389, ,610,543 5, Konstruksi 113, , ,49 7, ,30 21,854,758 4,76 20,210, ,644,259 6, 7, 8, Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 299, , ,06 20, ,68 23,597,597 4,66 26,869, ,271,447 69,173 72, ,62 7, ,79 37,876,050 7,23 39,184, ,308,318 25,040 24, ,66 1, ,94 26,357,827 10,07 29,192, ,834,800 9, Jasa - jasa 358, , ,29 18, ,09 17,535,349 3,69 18,635, ,100,218 Sumber : BPS Aceh (diolah), RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

47 Rendahnya produktivitas tenagakerja di bidang pertanian secara umum adalah disebabkan oleh rendahnya produktivitas dan nilai tambah yang dihasilkan oleh produk pertanian tersebut, Kualitas sumberdaya baik petani maupun petugas di lapangan yang rendah juga dapat menyebabkan produktivitas rendah, Peningkatan sumberdaya manusia dengan dibantu oleh pengaplikasian teknologi diperkirakan dapat meningkatkan produktivitas di masa depan, selain itu ditambah dengan pemilihan produk yang berbasis kebutuhan atau permintaan pasar. B. Nilai Tukar Petani Menurut BPS (2013) Nilai Tukar Petani (NTP) di Aceh mengalami penurunan dari 104,96 pada tahun 2011 menjadi 103,81 pada tahun 2012, NTP berdasarkan sub sektor tahun dapat dilihat pada Tabel 2.20 Sub sektor tanaman pangan memiliki NTP tertinggi dibandingkan dengan sub sector lainnya yaitu 114,60 hal ini ditunjang dengan meningkatnya harga jual padi dan palawija pada tahun Sedangkan NTP Sub sektor perkebunan rakyat merupakan subsector tertinggi kedua dengan nilai NTP sebesar 109,05 pada tahun 2012 sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan NTP pada tahun 2011 yaitu sebesar 111,86. Tabel 2.19 Nilai Tukar Petani Berdasarkan Sub Sektor Tahun SUB SEKTOR TAHUN Sub Sektor Tanaman Pangan 109,81 114,60 Sub Sektor Holtikultura 103,41 97,64 Sub Sektor Perkebunan Rakyat 111,86 109,05 Sub Sektor Peternakan 98,72 98,73 Sub Sektor Perikanan ,40 Rata-rata 104,96 103,81 Sumber: BPS, 2013 C. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita dapat menggambarkan pendapatan sebuah rumah tangga. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita terhadap PDRB Aceh BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

48 dengan Migas atas dasar harga berlaku tahun terus mengalami peningkatan dari 33,4% pada tahun 2008 menjadi 40,86% pada tahun 2012, Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah pengeluaran rumah tangga pada kurun waktu tersebut terutama pengeluaran untuk konsumsi makanan, Ini menggambarkan bahwa adanya perbaikan pendapatan masyararakat yang berpengaruh pada jumlah pengeluarannya. Meningkatnya pengeluaran rumah tangga menunjukkan meningkatnya pendapatannya, Tingginya komposisi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB menunjukkan ekonomi Aceh saat ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga, Namun tingkat konsumsi rumah tangga pada tahun 2012 sedikit mengalami penurunan (39,69%) jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2011 (40,39%). Pergeseran ini terjadi dikarenakan penambahan pada komponen PMTB pada Tahun 2012, artinya masyarakat Aceh sudah mulai banyak menginvestasikan pendapatannya ke barang modal. Tabel 2.20 Peranan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Aceh Dengan Migas Atas Dasar Harga Berlaku Tahun NO PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA TAHUN (%) (%) (%) (%) (%) 1 Makanan 20,55 23,68 24,6 24,25 23,66 2 Bukan Makanan 12,85 14,81 15,63 16,14 16,03 JUMLAH 33,4 38,49 40,23 40,39 39,69 Sumber : BPS, 2012 Laju pertumbuhan komponen konsumsi makanan pada tahun mengalami pertumbuhan positif dan selalu berada diatas empat persen. Pada tahun 2012 nilai sub komponen ini mencapai 8,84 triliun rupiah dengan laju pertumbuhan konsumsi makanan sebesar 4,59 persen mengalami pertumbuhan yang lambat dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 5,71 persen. Laju pertumbuhan konsumsi makanan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya factor kesehatan dan faktor pendapatan. 41 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

49 Selain itu, laju pertumbuhan komponen konsumsi non makanan juga mengalami pertumbuhan yang positif dan juga berada diatas empat persen. Pada tahun 2012 nilai sub komponen non makanan mencapai 5,26 tilyun rupiah dengan laju pertumbuhan sebesar 5,90 persen lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya sebesar 5,69 persen. Hal ini salah satunya disebabkan adanya peningkatan jumlah pembelian kendaraan pada tahun tersebut. Tabel 2.21 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tahun JENIS PENGELUARAN TAHUN Makanan (%) 61,53 61,52 61,15 59,52 59,61 Non Makanan (%) 38,47 38,48 38,85 40,48 40,39 Sumber: BPS, Fokus Sumber Daya Manusia A. Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3) Kualitas tenaga kerja suatu daerah dapat dievaluasi dari rasio penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi dengan total penduduk. Rasio penduduk yang menamatkan pendidikan di perguruan tinggi (DIV/S1 dan S2/S3 ) terus mengalami penurunan dari 4,72 persen (2010) menjadi 3,94 persen tahun Tabel 2.22 Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun Rasio Lulusan S1/S2/S ,74 persen 4,88 persen 4,72 persen 3,94 persen Sumber: BPS (data diolah) B. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan) Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan dapat dilihat dari perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

50 kelompok umur 65 tahun). Semakin kecil angka rasio ketergantungan hidup akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan produktifitasnya. Pada tahun 2008 angka rasio ketergantungan hidup mencapai 54,89 persen dan meningkat menjadi 55,76 persen pada tahun 2011(Sumber: BPS, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 56 penduduk usia tidak produktif Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur A. Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) dalam penyusunan RKPA telah dijadikan pedoman berdasarkan rancangan qanun Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) tahun yang sampai dengan saat ini masih dalam proses penetapan menjadiqanun Aceh. Penyusunannyamengacu kepada peraturan perundangan-undangan yang berlaku, sehingga akan merubah secara mendasar terhadap struktur ruang dan pola ruang Aceh. Pemerintah Aceh pada tahun 1995 telah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 9 Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh, namun Perda tersebut tidak dapat dijadikan acuan di dalam ketaatan terhadap RTRW karena sudah tidak relevan dan terjadi perubahan terhadap struktur ruang dan pola ruang secara signifikan serta perubahan bentang alam. B. Luas Wilayah Produktif Luas kawasan budidaya di Aceh Ha, luas kawasan lindung sebesar Ha. Kawasan budidaya produktif terdiri dari kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian (pertanian tanaman pangan lahan basah, pertanian tanaman pangan lahan kering, hortikultura, perkebunan, dan peternakan), kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan industri dan kawasan pemukiman (permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan) Aksesibilitas Daerah A. Fasilitas Perhubungan 43 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

51 Aksesibilitas daerah juga dapat ditinjau dari ketersediaan fasilitas perhubungan yang meliputi darat, laut dan udara. Perhubungan darat di Aceh dibagi atas beberapa bagian jaringan transportasi seperti jaringan angkutan jalan raya, jaringan jalur kereta api, jaringan angkutan sungai dan danau, dan jaringan angkutan penyeberangan. Keberhasilan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah akan lebih meningkatkan jumlah arus penumpang dan barang. Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Bna Marga Aceh kondisi dan jumlah jalan baik jalan nasional maupun jalan provinsi terus mengalami peningkatan baik dari status kondisi jalan maupun panjang jalan yang ada (Ta bel 2.23). Kondisi jalan ini ditargetkan untuk terus bertambah sehubungan dengan rencana Pemerintah Aceh untuk membuka keterisoliran dan menghubungkan antara kawasan kawasan baik itu kawasan Timur, tengah maupun Barat. Tabel 2.23 Status Jalan Nasional dan Jalan Provinsi di Aceh Tahun 2006 s.d INDIKATOR KINERJA CAPAIAN (Km) TARGET (Km) J A L A N N A S I O N A L KONDISI MANTAP 713, , , , , , , , ,243 Baik 713, , , , , , , , ,133 Sedang , , , , , , ,110 TIDAK MANTAP 1.038, , , , , ,060 94,700 63,939 40,100 Rusak Ringan 646, , , , ,100 97,080 53,500 25,069 21,640 Rusak Berat 392, , , , , ,980 41,200 38,870 18,460 TOTAL 1.751, , , , , , , , ,343 J A L A N P R O V I N S I Baik 391, , , , , , , , ,570 Rusak Ringan 606, , , , , , , , ,870 Rusak Berat 684, , , , , , , ,470 78,470 Belum Tembus 166, , ,090 70,000 70,000 65,000 60,000 58,000 56,000 TOTAL 1.847, , , , , , , , ,910 Sumber : Dinas Bina Marga Aceh, Tahun 2013 Dalam hal ketersediaan prasarana Aceh memiliki 19 pelabuhan laut dan penyeberangan, 12 unit bandara dan 31 unit terminal bis yang tersebar di kabupaten/kota. Pelabuhan laut yang terbesar adalah Malahayati, Krueng Geukueh, BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

52 Meulaboh dan Ulee Lheu sebagai pelabuhan penyebarangan dan angkutan. Bandara Sultan Iskandar Muda adalah bandara internasional yang berlokasi di Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan terminal bis berlokasi di seluruh kabupaten/kota. Jaringan angkutan penyeberangan yang saat ini beroperasi di Aceh terdiri dari 4 rute lintas penyeberangan, yaitu: Lintasan Balohan (Kota Sabang) Ulee Lheue (Kota Banda Aceh), Lintasan Lamteng (Aceh Besar) Ulee Lheue (Kota Banda Aceh), Lintasan Labuhan Haji (Aceh Selatan) Sinabang (Simeulue), Lintasan Singkil (Kabupaten Aceh Singkil) Pulo Banyak (Kabupaten Aceh Singkil) Sinabang (Kabupaten Simeulue), Lintasan Singkil (Kabupaten Aceh Singkil) Gunung Sitoli (Kabupaten Nias Sumatera Utara). Di sisi jaringan transportasi udara, berdasarkan kebutuhan pelayanan, jumlah Bandar udara sampai dengan sekarang telah mencukupi. Terdapat 10 bandar udara yang telah beroperasi dan 3 buah Bandar udara yang masih dalam tahap pembangunan yaitu Bandar udara di Kabupaten Gayo Lues, di Pulo Banyak- Kabupaten Singkil dan di Batee Gelungkue (Kabupaten Bireuen). Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Bandar udara Sultan Iskandar Muda dan Bandar udara Maimun Saleh, secara penggunaannya sudah berstatus sebagai Bandar Udara Internasional, sedangkan Bandar udara lainnya berstatus Bandar udara domestik. Bandar udara Sultan Iskandar Muda memiliki panjang landasan x 45 m sudah dapat melayani pesawat berbadan lebar jenis dan telah dapat melayani penerbangan jemaah haji embarkasi Aceh dan sebagai bandara transit untuk penerbangan jemaah haji wilayah timur Indonesia serta penerbangan ke luar negeri lainnya. Sementara itu, bandara lain pada umumnya hanya mampu melayani pesawat udara jenis Cassa-212. Jaringan jalan kereta api Aceh juga merupakan bagian dari rencana pembangunan kereta api Sumatera lintas Timur (Sumatera Railways) yang juga telah dituangkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA), dengan menghubungkan Banda Aceh sampai dengan Lampung. Untuk Aceh jaringan kereta api menghubungkan Banda Aceh sampai batas Sumatera Utara yang direncanakan sepanjang 486 km. Sampai dengan tahun 2011 pembangunan jaringan kereta api 45 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

53 Aceh baru mencapai 14,7 km atau tiga persen dari total yang direncanakan yaitu jalur Krueng Mane Bungkah - Krueng Geukuh. Dari tahun 2009 hingga 2011 pembangunan difokuskan kepada prasarana dan fasilitas - fasilitas pendukung lainnya seperti stasiun, kantor administrasi, gudang serta jalan akses agar operasional kereta api dapat berjalan lancar. B. Penataan Wilayah Penataan wilayah di Aceh difokuskan pada penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Berdasarkan jenis dan fungsinya kawasan lindung yang memiliki nilai strategis di Aceh diperuntukkan sebagai Hutan Suaka Alam (HSA), Hutan Pelestarian Alam (HPA), Taman Buru (TB), Hutan Lindung (HL) dan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan (KLDK). Kawasan lindung yang memiliki nilai strategis di Aceh antara lain adalah Taman Nasional Gunung Leuser ( ha) yang secara administratif wilayahnya termasuk di dalam Kabupaten Gayo Lues, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Aceh Tenggara; Taman Lingge Isak ( ha) di Kabupaten Aceh Tengah; Cagar Alam Serbajadi (304 ha) di Kabupaten Aceh Timur dan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan dan Teupah Selatan (8.621 ha) di Kabupaten Aceh Besar, Pidie dan Simeulu ; Suaka Marga Satwa Rawa Singkil dan Jantho ( ha) di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Aceh Besar; Taman Wisata Alam Pulau Weh Sabang dan Pulau Banyak Singkil ( ha) di Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan penggunaan lahan untuk budidaya dan penggunaan lainnya adalah terdiri dari perkampungan ( ha), industri (3.928 ha), pertambangan ( ha), persawahan ( ha), pertanian lahan kering semusim ( ha), kebun ( ha), perkebunan besar ( ha), perkebunan kecil ( ha), padang (padang rumput, alang-alang, semak) seluas ha, hutan (lebat, belukar, sejenis) seluas ha, perairan darat (kolam air tawar, tambak, penggaraman, waduk, danau, rawa) seluas ha dan tanah terbuka (tandus, rusak, land clearing) seluas ha. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan hutan masih mendominasi yaitu 61,43 persen dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan lainnya (BPS, 2009). BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

54 Sementara itu, rencana tata ruang Aceh (tahap finalisasi) menunjukkan bahwa luas kawasan lindung ha ditambah dengan kawasan hutan produksi ha, maka luas total hutan di Aceh adalah ha, atau sebesar 56,95 persen dari luas wilayah Aceh. Selanjutnya kawasan budidaya strategis Aceh seluas ,81 ha yang terdiri dari hutan produksi ( ha) dan pertanian pangan lahan basah ( ,00 ha). 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RPJM dan RKPA Hasil Evaluasi Pelaksanaan RPJMA Evaluasi yang dilakukan terhadap hasil pelaksanaan tahun 2011 RPJM Aceh (Peraturan Gubernur Nomor 26 Tahun 2010) merupakan evaluasi tahap ke III yang bertujuan untuk mengetahui tingkat capaian dan implementasi pelaksanaan tahun 2011 dengan membandingkan rencana tahun 2011 yang telah ditetapkan. Disamping itu juga akan dilakukan perhitungan terhadap sisa target yang harus diselesaikan pada tahun Evaluasi dilakukan terhadap 2 (dua) hal, yaitu kinerja kegiatan dan kinerja penganggaran. Sedangkan penetapan kriteria program/kegiatan tetap dilakukan dengan membagi ke dalam 4 (empat) kuadran, yaitu: 1. Kuadran I, berisi program/kegiatan yang ada dalam RPJM Aceh , dimana realisasi sudah mencapai/melebihi rencana Kuadran II, berisi program/kegiatan yang ada dalam RPJM Aceh , dimana realisasi lebih kecil dari rencana tahun Kuadran III, berisi program/kegiatan yang ada dalam RPJM Aceh , yang rencanakan tahun 2011 namun tidak dilaksanakan. 4. Kuadran IV, berisi program/kegiatan yang ada dalam RPJM Aceh , yang tidak direncanakan tahun pada 2011 namun dilaksanakan. Hasil evaluasi secara umum dapat dijelaskan bahwa kegiatan yang direncanakan dalam RPJMA pada tahun 2011 berjumlah kegiatan dengan total anggaran ,-. Adapun kegiatan yang terlaksana berjumlah 824 kegiatan dengan anggaran yang dialokasikan berjumlah Rp ,-. 47 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

55 Sedangkan kegiatan yang tidak terlaksana berjumlah 787 kegiatan dengan anggaran Rp ,-. Adapun perincian terhadap hal tersebut menurut masingmasing bidang prioritas pembangunan dapat dilihat pada Tabel 2.24 berikut. Tabel 2.24 Gambaran Umum Pelaksanaan RPJMA pada Tahun 2011 NO BIDANG PRIORITAS DILAKSANAKAN TIDAK DILAKSANAKAN JUMLAH KEGIATAN 2011 RPJMA 2011 (KUADRAN I,II,IV) (KUADRAN III) KUADRAN (I,II,III,IV) Jlh Keg. Pagu (juta) Jlh Keg. Anggaran (juta) Jlh Keg. Anggaran (juta) Jlh Keg. Anggaran (juta) = (5+7) 10 = (6+8) 1 PEMBERD. EKONOMI MASY., PERLUASAN KESEMPT KERJA DAN PENANG. KEMISKINAN , , , ,18 2 PEMB. & PEMELIHARAAN INFRA. DAN SD. ENERGI PENDUKUNG INVESTASI 3 PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DAN PEMERATAAN KESEMPATAN BELAJAR 4 PENINGKATAN MUTU DAN PEMERATAAN PELAYANAN KESEHATAN , , , , , , , , , , , ,17 5 PEMB. SYARI'AT ISLAM, SOSIAL DAN BUDAYA , , , ,73 6 PENCIPTAAN PEM. YG BAIK & BERSIH SERTA PENYEHATAN BIROKRASI PEM. 7 PENANGANAN DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA T O T A L , , , , , , , , , , , ,52 Untuk mengetahui hasil evaluasi terhadap kinerja kegiatan maupun kinerja penganggaran, akan dijelaskan lebih lanjut. A. Kinerja Kegiatan Rekapitulasi terhadap kegiatan yang direncanakan dalam RPJMA pada tahun 2011 adalah sebanyak kegiatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 312 kegiatan (19,37%) yang sudah tuntas dilaksanakan (kuadran I) dan 108 kegiatan (6,70%) telah dilaksanakan namun belum mencapai target (kuadran II). Kegiatan yang direncanakan namun tidak dilaksanakan (kuadran III) sebanyak 838 kegiatan (52,02%) dan kegiatan yang tidak direncanakan namun dilaksanakan (kuadran IV) sebanyak 353 kegiatan (21,91%). Jumlah kegiatan yang ada maupun tidak ada dalam RPJM tetapi dilaksanakan adalah sebanyak kegiatan. Untuk memberikan gambaran secara makro terhadap kondisi hasil pelaksanaan kegiatan tersebut, dapat dilihat Gambar 2.9 BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

56 Gambar 2.9 Persentase Pelaksanaan Kegiatan RPJMA Tahun 2011 Jika ditinjau lebih lanjut maka bidang prioritas pembangunan yang paling dominan pada masing-masing kuadran, yaitu : 1. Kuadran I : Bidang Prioritas 5 (28,98%), diikuti Bidang Prioritas 3 (22,10%) dan Bidang Prioritas 6 (20,64%). 2. Kuadran II : Bidang Prioritas 4 (28,26%), diikuti Bidang prioritas 1 (7,75%) dan bidang prioritas 7 (6,52%). 3. Kuadran III : bidang prioritas 7 (67,39%), diikuti oleh bidang prioritas 6 (59,17%) dan bidang prioritas 1 (57,49%). 4. Kuadran IV : bidang prioritas 2 (44,92%), diikuti o leh bidang prioritas 3 (30,07%) dan bidang prioritas 7 (23,91%) Untuk mengetahui secara lebih terperinci mengenai capaian pelaksanaan kegiatan pada masing-masing prioritas pembangunan tersebut berdasarkan kuadran, dapat dilihat Tabel RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

57 Tabel 2.25 Pelaksanaan Kegiatan RPJM Aceh pada Tahun 2011 Menurut Bidang Prioritas Pembangunan Aceh NO BIDANG PRIORITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR DAN SUMBER DAYA ENERGI PENDUKUNG INVESTASI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DAN PEMERATAAN KESEMPATAN BELAJAR PENINGKATAN MUTU DAN PEMERATAAN PELAYANAN KESEHATAN PEMBANGUNAN SYARI'AT ISLAM, SOSIAL DAN BUDAYA PENCIPTAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH SERTA PENYEHATAN BIROKRASI PEMERINTAHAN PENANGANAN DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA T O T A L KUADRAN I II III IV Total Jlh Keg % Jlh Keg % Jlh Keg % Jlh Keg % Jlh Keg % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 B. Kinerja Penganggaran Evaluasi terhadap kinerja anggaran menunjukkan bahwa terdapat 182 kegiatan (11,31%) yang mendapat anggaran sesuai dengan rencana (kuadran I) dan 429 kegiatan (26,66%) dianggarkan melebihi target (kuadran II). Adapun kegiatan direncanakan namun tidak dianggarkan (kuadran III) sebanyak 787 kegiatan (48,91%) dan kegiatan yang tidak direncanakan namun dianggarkan (kuadran IV) sebanyak 211 kegiatan (13,11%). Gambar 2.10 Persentase Penganggaran dalam RPJMA pada tahun 2011 BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

58 Jika diteliti lebih lanjut maka bidang prioritas pembangunan yang paling dominan pada masing-masing kuadran, yaitu : a. Kuadran I : Bidang Prioritas 2 (15,63%), diikuti Bidang Prioritas 3 (14,86%) dan Bidang Prioritas 5 (11,17%). b. Kuadran II : Bidang Prioritas 6 (41,74%), diikuti Bidang prioritas 6 (41,74%) dan bidang prioritas 4 (41,30%). c. Kuadran III : Bidang prioritas 7 (63,04%), diikuti oleh bidang prioritas 5 (52,72%) dan bidang prioritas 2 (51,56%). d. Kuadran IV : Bidang prioritas 3 (27,90%), diikuti oleh bidang prioritas 7 (23,91%) dan bidang prioritas 5 (10,60%) Untuk memberikan gambaran secara lebih terperinci mengenai kinerja anggaran pada masing-masing prioritas pembangunan tersebut berdasarkan kuadran, dapat dilihat Tabel 2.26 Tabel 2.26 Penganggaran RPJM Aceh pada Tahun 2011 Menurut Bidang Prioritas Pembangunan Aceh NO. BIDANG PRIORITAS I II III IV Total Jlh. Keg % Jlh. Keg % Jlh. Keg % Jlh. Keg % Jlh. Keg % 1 PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT, PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DAN 43 11,56% ,69% ,81% 37 9,95% % PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2 PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR DAN SUMBER DAYA ENERGI 40 15,63% 63 24,61% ,56% 21 8,20% % PENDUKUNG INVESTASI 3 PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DAN PEMERATAAN KESEMPATAN BELAJAR 41 14,86% 40 14,49% ,75% 77 27,90% % 4 PENINGKATAN MUTU DAN PEMERATAAN PELAYANAN KESEHATAN 9 9,78% 38 41,30% 40 43,48% 5 5,43% % 5 PEMBANGUNAN SYARI'AT ISLAM, SOSIAL DAN BUDAYA 39 11,17% 89 25,50% ,72% 37 10,60% % 6 PENCIPTAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH SERTA PENYEHATAN BIROKRASI 9 4,13% 91 41,74% 95 43,58% 23 10,55% % PEMERINTAHAN 7 PENANGANAN DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA 1 2,17% 5 10,87% 29 63,04% 11 23,91% % T O T A L ,31% ,66% ,91% ,11% % Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil perbandingan antara hasil pelaksanaan dengan rencana pada tahun 2011, yaitu : a. Masih belum terjadi ketidak sesuaian antara kegiatan yang direncanakan dengan kegiatan yang dilaksanakan. b. Masih belum terjadi ketidaksesuaian antara rencana penganggaran dengan pengalokasian anggaran. 51 RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

59 C. Sisa Rencana Tahun 2012 Berdasarkan hasil perhitungan terhadap pelaksanaan jumlah rencana tahun maka dapat diinformasikan bahwa selama rentang waktu , telah terealisasi kegiatan sebesar 94,34 persen dan anggaran sebesar 48,20 persen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dari sisi pelaksanaan kegiatan masih terdapat sisa rencana yang hatus dipenuhi sebesar 5,66 persen. Sedangkan dari sisi penganggaran bahwa jumlah anggaran yang realisasikan lebih kecil dibandingkan dengan yang direncanakan, yaitu 50,80 persen. Untuk memberikan gambaran yang lebih terperinci menurut masing-masing bidang prioritas pembagunan, dapat dilihat pada Tabel 2.27 Tabel 2.27 Sisa Rencana yang Harus diselesaikan pada Tahun 2012 Prioritas RENCANA REALISASI Pemba SISA RENCANA 2012 ngunan % Vol % Biaya % Vol % Biaya % Vol % Biaya % Vol % Biaya % Vol % Biaya = = 3-9 I 100,00% 100,00% 56,09% 45,12% 129,75% 9,24% 185,84% 54,36% -85,84% 45,64% II 100,00% 100,00% 244,94% 39,12% 12,70% 6,22% 258,09% 45,34% -158,09% 54,66% III 100,00% 100,00% 55,15% 48,10% 13,79% 9,04% 68,94% 57,14% 31,06% 42,86% IV 100,00% 100,00% 1,10% 48,54% 0,07% 16,39% 1,17% 64,94% 98,83% 35,06% V 100,00% 100,00% 51,12% 37,80% 8,85% 12,71% 59,97% 50,51% 40,03% 49,49% VI 100,00% 100,00% 9,12% 35,73% 3,78% 7,56% 12,90% 43,30% 87,10% 56,70% VII 100,00% 100,00% 72,50% 24,98% 0,95% 3,82% 73,45% 28,80% 26,55% 71,20% TOTAL 100,00% 100,00% 70,00% 39,92% 24,27% 9,28% 94,34% 49,20% 5,66% 50,80% Berdasarkan Tabel di atas, jika dilihat secara lebih terperinci berdasarkan masing-masing prioritas pembangunan, maka terjadi variasi dalam kemajuan pelaksanaan. Pada bidang prioritas 1 dan 2 telah terjadi kelebihan dalam pencapaian target kegiatan, namun dari sisi realisasi anggaran masih dibawah rencana. Berbeda dengan bidang prioritas 1 dan 2, maka bidang prioritas 3-7 realisasi kegiatan maupun anggaran masih dibawah rencana yang ditetapkan. Fenomena ini, kemungkinan disebabkan oleh 2 (dua) hal, pertama telah terjadi kesalahan dalam penetapan target, ke-dua implementasi tidak mempedomani terhadap target yang ditetapkan. Sehubungan dengan hasil evaluasi tersebut diperlukan tindak lanjut antara lain: a. Perlu dilakukan identifikasi kembali terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan baik pada RPJMA maupun pada RKPA namun belum mencapai target. BA B II RENCA NA KERJA PEMERINTA H A CEH (RKPA) TA HUN

60 b. Perlu dilakukan pencermatan terhadap kegiatan yang direncanakan namun tidak dilaksanakan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui penyebab tidak dilaksanakannya kegiatan-kegiatan tersebut. Sehingga akan diketahui penyebabnya apakah bersumber dari tidak tersedianya anggaran ataupun memang tidak diperlukan sesuai kondisi yang ada. c. Terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak direncanakan baik dalam RPJMA maupun RKPA, perlu dilakukan kajian tentang urgensinya kegiatan tersebut sebagai justifikasi terhadap pelaksanaannya Hasil Evaluasi Pelaksanaan RKPA Tahun 2012 Evaluasi terhadap RKPA tahun 2012 (Peraturan Gubernur nomor 23 tahun 2011) dilakukan berdasarkan kegiatan yang direncanakan pada RKPA tahun 2012 dibandingkan dengan realisasi pada tahun tersebut. Evaluasi kegiatan RKPA tahun 2012 ini dilakukan dalam 4 (empat) kuadran, yaitu : 1. Kuadran I, berisi program/kegiatan yang ada dalam RKPA 2012, dimana realisasi sudah mencapai/melebihi rencana Kuadran II, berisi program/kegiatan yang ada dalam RKPA 2012, dimana realisasi belum mencapai target yang direncanakan tahun Kuadran III, berisi program/kegiatan yang direncanakan dalam RKPA 2012 namun tidak dilaksanakan. 4. Kuadran IV, berisi program/kegiatan yang tidak direncanakan dalam RKPA tahun 2012, namun kegiatan tersebut dilaksanakan. Gambar 2.11 Gambaran Evaluasi RKPA Tahun RENCA NA KERJA PEMERINTA H ACEH (RKPA) TA HUN BA B I I

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... DAFTAR ISI Daftar Isi.... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Bab I Pendahuluan. 1.1. Latar Belakang... 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen.. 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 1.1 Latar Belakang... I - 1 1.2 Landasan Hukum Penyusunan... I - 2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 3 1.4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 6 1.4. Sistematika Penulisan... 9 1.5. Maksud

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015 BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk dapat merupakan potensi yang besar untuk peningkatan produksi nasional. Produksi nasional bisa meningkat jika penduduk merupakan tenaga kerja yang produktif,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, Penyerapan Tenaga Kerja, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Aceh 5.1.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, dan Penyerapan

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN... I-3 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN... I-5 1.4. SISTEMATIKA

Lebih terperinci

Peningkatan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia, Ketahanan Pangan dan Pelayanan Publik

Peningkatan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia, Ketahanan Pangan dan Pelayanan Publik PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia, Ketahanan Pangan dan Pelayanan Publik BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB. GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PAGU DEFINITIF TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI DAN DANA OTONOMI KHUSUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH -1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

PEMERINTAH ACEH RINGKASAN APBA TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH ACEH RINGKASAN APBA TAHUN ANGGARAN 2015 LAMPIRAN I QANUN ACEH NOMOR TANGGAL 1 Tahun 2015 27 Februari 2015 RINGKASAN APBA Nomor Urut Jumlah Halaman 1 1 2 3 4. PENDAPATAN 12.010.742.783.065 4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 1.883.113.759.049 4.1.1.

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program-program

Lebih terperinci

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar) Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut (hektar) Dicetak Tanggal : Penggunaan Lahan Total Pertanian Bukan Luas Lahan Sawah Bukan Sawah Pertanian (1) (2) (3) (4) (5) 01 Simeulue 10.927 74.508

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA ACEH TAHUN ANGGARAN 2013 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN BULAN DESEMBER 2015 DAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali membaik, terlihat dari TPAK yang menunjukkan peningkatan dari 61,77% pada Agustus 2012 menjadi 65,56% per Februari

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIDANGAN TUGAS KOORDINASI PARA ASISTEN SEKRETARIS DAERAH DENGAN PERANGKAT DAERAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KABUPATEN ACEH BARAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAKA KUASA BUPATI ACEH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL DAFTAR - TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR - TABEL DAFTAR - TABEL DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah...II - 1 Tabel 2.2 Kemiringan Lahan, Bentuk dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tengah...II - 3 Tabel 2.3

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN KEKURANGAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN TAHUN 2014 DAN

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012

BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012 BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci