DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR..."

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Landasan Hukum Penyusunan... I Hubungan Antar Dokumen... I Sistematika Dokumen RKPA... I Maksud dan Tujuan... I - 4 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2012 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH... II Gambaran Umum Kondisi Aceh... II Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Aspek Pelayanan Umum... II Aspek Daya Saing Daerah... II Evaluasi Konsistensi RPJMA, RKPA dan APBA serta Hasil Pelaksanaan RKPA Tahun II Evaluasi Konsistensi RPJM Aceh (Rencana Tahun 2013) dan Evaluasi RKPA II Hasil Evaluasi Konsistensi RPJM Aceh (Rencana Tahun 2013) dengan RKPA Tahun II Hasil Evaluasi Konsistensi RPJM Aceh (Rencana Tahun 2013) dengan APBA Tahun II Hasil Evaluasi Konsistensi RKPA 2013 dengan APBA Tahun II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPA II Permasalahan Pembangunan Daerah... II Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah... II - BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH... III Arah Kebijakan Ekonomi Aceh... III Kondisi Ekonomi Global dan Nasional... III Kondisi Ekonomi Aceh Tahun III Perkiraan Tahun III Tantangan dan Prospek Perekonomian Aceh Tahun 2015 dan Tahun III Arah Kebijakan Keuangan Aceh... III Proyeksi Keuangan Aceh dan Kerangka Pendanaan Proyeksi Keuangan Aceh... III Arah Kebijakan Keuangan Aceh... III - 13 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH... IV Tujuan dan Sasaran Pembangunan... IV Prioritas dan Pembangunan... IV - 8 Daftar Isi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 i

3 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH... V - 1 BAB VI PENUTUP... VI - 1 ii Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Daftar Isi

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor-sektor terhadap PDRB Aceh Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun II - 7 Tabel 2.2 Kontribusi Sektor-sektor terhadap PDRB Aceh dengan Migas selama tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)... II - 8 Tabel 2.3 Perkembangan Kontribusi Sektor-sektor terhadap PDRB Aceh Tanpa Migas Selama tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)... II - 8 Tabel 2.4 IHK dan Tingkat Inflasi Kota Banda Aceh Desember 2013, Tahun Kalender 2013 dan year on Year menurut Kelompok Pengeluaran (2007=100)... II - 10 Tabel 2.5 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten /Kota tahun II - 10 Tabel 2.6 Angka Melek Huruf di Provinsi Aceh Tahun II - 12 Tabel 2.7 Persentase Penduduk Buta Huruf Menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal Tahun II - 13 Tabel 2.8 Angka Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Aceh Tahun II - 14 Tabel 2.9 Persentase Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan... II - 14 Tabel 2.10 Atlet, Pelatih, Sekolah, Klub dan Gedung Olahraga... II - 19 Tabel 2.11 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara yang Datang ke Aceh Tahun II - 20 Tabel 2.12 Jumlah Da I di Wilayah Perbatasan dan Terpencil... II - 21 Tabel 2.13 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Usia Sekolah Di Aceh Tahun II - 21 Tabel 2.14 Indikator Pelayanan Pendidikan TK/RA Tahun II - 23 Tabel 2.15 Rasio IdealGuru dan Anak Berdasarkan Permendiknas Nomor 58 Tahun II - 23 Tabel 2.16 Jumlah Pendidik PAUD dan Tenaga Ahli Menurut Pendidikan Provinsi Aceh Tahun II - 24 Tabel 2.17 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan pada SD/MI Tahun II - 25 Tabel 2.18 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan pada Satuan Pendidikan SD/MI Tahun II - 26 Tabel 2.19 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan pada Satuan Pendidikan SMP/MTs Tahun II - 27 Tabel 2.20 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan pada Satuan Pendidikan SMA/MA/SMK tahun II - 28 Tabel 2.21 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan pada Satuan Pendidikan SMA/MA/SMK Tahun II - 29 Tabel 2.22 Jumlah Dayah dan Balai Pengajian di Aceh... II - 30 Tabel 2.23 Jumlah Saranan Pelayanan Kesehatan Provinsi Aceh Tahun II - 31 Tabel 2.24 Rasio Tenaga Kesehatan per Penduduk Tahun II - 31 Tabel 2.25 Perkembangan Investasi Berskala Nasonal (PMA/PMDN) Tahun II - 35 Tabel 2.26 Jumlah Tindak Pidana Menonjol di Aceh Tahun II - 38 Tabel 2.27 Produktivitas Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha... II - 39 Tabel 2.28 Nilai Tukar Petani Berdasarkan Sub Sektor Tahun II - 41 Tabel 2.29 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tahun II - 43 Daftar Isi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 iii

5 Tabel 2.30 Status Jalan Nasional dan Jalan Provinsi di Aceh Tahun 2006 s.d II - 46 Tabel 2.31 Hasil Evaluasi RKPA Tahun 2013 pada Bidang Prioritas Berdasarkan Kuadran... II - 56 Tabel 2.32 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan daerah Sampai Dengan Tahun 2013 di Aceh... II - 57 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Makro Tahun dan Proyeksi Tahun III - 9 Tabel 3.2 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Aceh Tahun 2012 s.d. Tabel 3.3 Tahun III - 13 Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Aceh Tahun 2012 s.d. Tahun III - 17 Tabel 3.4 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2012 s.d. Tahun III - 18 Tabel 4.1 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan... IV - 3 Tabel 4.2 Penjelasan Program Pembangunan Daerah Tahun IV - 12 Tabel 5.1 Proporsi Usulan Rencana Program Kegiatan Berdasarkan Isu Strategis Pembangunan RKPA Tahun V - 2 Tabel 5.2 Program dan Kegiatan SKPA Provinsi Aceh Tahun V Dinas Pendidikan... V Badan Dayah... V Sekretariat Majelis Pendidikan Daerah... V Dinas Kesehatan... V Rumah Sakit Umum dr.zainoel Abidin... V Rumah Sakit Jiwa... V Rumah Sakit Ibu dan Anak... V Dinas Bina Marga... V Dinas Pengairan... V Dinas Cipta Karya... V BAPPEDA... V Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika... V BAPEDAL... V Dinas Registrasi Kependudukan... V Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak... V Dinas Sosial... V Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk... V Dinas Koperasi dan UKM... V Badan Investasi dan Promosi... V Dinas Kebudayaan dan Pariwisata... V Majelis Adat Aceh... V Keurukon Katibul Wali... V Dinas Pemuda dan Olahraga... V Badan KesbangLinmas... V Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah... V DPRA... V Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah... V Sekretariat Daerah... V Sekretariat DPRA... V Dinas Keuangan... V Inspektorat... V Kantor Perwakilan Pemerintah Aceh di Jakarta... V Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan... V Dinas Syariat Islam... V Majelis Permusyawaratan Ulama... V iv Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Daftar Isi

6 - Baitul Maal... V Badan Penanggulangan Bencana Aceh... V Badan Pelayanan Perizinan Terpadu... V Sekretariat KORPRI... V Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh... V Biro Umum dan Protokol... V Biro Tata Pemerintahan... V Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat... V Biro Hubungan Masyarakat... V Biro Hukum... V Biro Administrasi Pembangunan... V Biro Ekonomi... V Biro Organisasi... V Kantor Perwakilan Pemeritah Aceh di Medan... V Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan... V Badan Pemberdayaan Masyarakat... V Badan Arsip dan Perpustakaan... V Dinas Pertanian Tanaman Pangan... V Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan... V Dinas Perkebunan... V Dinas Kehutanan... V Dinas Pertambangan dan Energi... V Dinas Kelautan dan Perikanan... V Dinas Perindustrian dan Perdagangan... V Daftar Isi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Perkembangan Inflasi Banda Aceh, Lhokseumawe, Provinsi Aceh dan Nasional Desember 2012 Desember II - 9 Gambar 2.2 Perbandingan Nilai Penyakit Tidak Menular Utama... II - 17 Gambar 2.3 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja terhadap Sektor PDRB... II - 40 Gambar 2.4 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB menurut Penggunaan Tahun II - 42 Gambar 2.5 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Tahun II - 42 Gambar 2.6 Konsistensi Jumlah Program RPJMA-RKPA Tahun II - 50 Gambar 2.7 Konsistensi Pagu Program RPJMA-RKPA Tahun II - 51 Gambar 2.8 Konsistensi Jumlah Program RPJMA-APBA Tahun II - 52 Gambar 2.9 Konsistensi Pagu Program RPJMA-APBA Tahun II - 53 Gambar 2.10 Konsistensi jumlah Program RKPA APBA Tahun II - 54 Gambar 2.11 Konsistensi Pagu Program RKPA-APBA Tahun II - 55 Gambar 3.1 Sebaran Tingkat Kemiskinan Aceh per Kabupaten Kota Tahun III 5 Gambar 3.2 Distribusi Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran di Kabupaten/ Kota Tahun III 6 Gambar 3.3 Perkembangan Inflasi Bulanan Aceh Tahun III 7 vi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Daftar Isi

8 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH ACEH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pemerintah Aceh yang selanjutnya disingkat (RKPA) merupakan dokumen perencanaan Aceh untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut juga Rencana Pembangunan Tahunan daerah yang disusun berdasarkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun , Rencana Strategis SKPA serta Rancangan Awal Rencana Kerja SKPA sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang 25 Tahun Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Khusus untuk Pemerintah Aceh sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh, rencana kerja tahunan pembangunan daerah ini disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Aceh (RKPA). Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) , pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintahan Aceh Tahun 2015 ini merupakan penjabaran tahun ketiga pelaksanaan RPJMA tahun yang menitikberatkan kepada Peningkatan produktivitas dan daya saing dalam penguatan perekonomian yang berkeadilan yang mendukung kebijakan pembangunan tahun 2015 penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, reformasi birokrasi, penerapan dinul islam, adat dan budaya serta keberlanjutan perdamaian, peningkatan infrstruktur yang terintegrasi, ketahanan pangan dan nilai tambah, peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan investasi dan pemanfaatan potensi SDA yang berwawasan lingkungan. Bab I Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 I - 1

9 1.2 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Permerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembanguan Jangka Panjang Nasional tahun ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2012; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah tahun 2015; 15. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh; I - 2 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab I

10 16. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus; 17. Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh Tahun ; 18. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus; 19. Qanun Aceh Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) ; 20. Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) tahun ; 21. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 79 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Dana Otonomi Khusus. 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 merupakan penjabaran dari Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun RKPA akan ditindak lanjuti dengan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) dan menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBA Tahun Anggaran SISTEMATIKA DOKUMEN RKPA RKPA Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Hubungan antar Dokumen 1.4 Sistematika Dokumentasi RKPA 1.5 Maksud dan Tujuan BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH 2.1. Gambaran Umum Kondisi Aceh Aspek Geografi dan Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Aspek Daya Saing Daerah Bab I Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 I - 3

11 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPA Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMA 2.3. Permasalahan Pembangunan Aceh Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Aceh BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN ACEH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Aceh Kondisi Ekonomi Makro Aceh Perkiraan Tahun Tantangan dan Prospek Perekonomian Aceh Tahun 2015 Dan Tahun Arah Kebijakan Keuangan Aceh Proyeksi Keuangan Aceh dan Kerangka Pendanaan Proyeksi Keuangan Aceh Arah Kebijakan Keuangan Aceh Arah Kebijakan Pendapatan Aceh Arah Kebijakan Belanja Aceh Arah Kebijakan Pembiayaan Aceh BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN ACEH 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2 Prioritas dan Pembangunan BAB V BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS ACEH PENUTUP 1.5 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari Penyusunan RKPA Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1. Menjadi pedoman bagi Pemerintah Aceh, DPRA, Dunia Usaha dan masyarakat dalam menentukan program dan kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke dalam KUA dan PPAS Tahun 2015; 2. Komitmennya Pemerintah Aceh dalam melaksanakan pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Sedangkan Tujuan Penyusunan RKPA Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1. Memperkuat Perekonomian yang Inklusif Melalui Penanggulangan Kemiskinan dan Penurunan Pengangguran Menuju Aceh Sejahtera; 2. Tercapainya sasaran Pembangunan sebagaimana yang sudah diamanahkan dalam RPJMA serta terwujudnya efektifitas pelaksanaan program dan kegiatan. I - 4 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab I

12 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH 2.1. Gambaran Umum Kondisi Aceh Aspek Geografi dan Demografi A. Kondisi Geografis Daerah Wilayah Aceh terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan sekaligus merupakan wilayah paling barat di Indonesia. Selaras dengan penetapan dalam UU No. 26 Tahun 2007 dan PP No.26 Tahun 2008, bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya; maka ruang wilayah Aceh dalam konteks RTRWA (Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh) meliputi: wilayah daratan, wilayah laut, wilayah udara, dan dalam bumi. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, wilayah daratan Aceh secara geografis terletak pada LU dan BT. Dengan batas-batas wilayah adalah: - sebelah utara : Selat Malaka dan Laut Andaman/Teluk Benggala; - sebelah timur : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara; - sebelah selatan : Provinsi Sumatera Utara dan Samudera Hindia; - sebelah barat : Samudera Hindia. Luas wilayah daratan Aceh adalah ,8482 Km 2 atau ,82 Ha, yang meliputi daratan utama di Pulau Sumatera, pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil. Berdasarkan penetapan UU 32/2004 Pasal 18 ayat (4), maka selain wilayah daratan yang akan menjadi lingkup wilayah perencanaan RTRW Aceh juga tercakup wilayah laut kewenangan pengelolaan (WLK) Provinsi Aceh sejauh 12 (dua belas) mil-laut dari garis pangkal ke arah laut lepas. Wilayah laut kewenangan tersebut terdapat atau terletak di Samudera Hindia, Laut Andaman, dan Selatan Malaka, dengan luas Berdasarkan PP no 37 tahun 2008 yang merupakan refisi PP no 38 tahun 2002 tentang titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia luas laut kewenangan Aceh Adalah ,02 km 2 atau ,59 Ha bila ditambah dengan kawasan gugusan karang melati seluas ,86 km 2 atau ,18 Ha, luas laut kewenangan Aceh menjadi ,88 km 2 atau ,77 Ha. Bab II Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 II - 1

13 Wilayah udara Aceh adalah ruang udara yang yang terletak di atas wilayah darat dan wilayah laut tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Wilayah dalam bumi Aceh adalah ruang dalam bumi yang terletak di bawah wilayah darat dan wilayah laut tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara administratif, Aceh terdiri terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 284 kecamatan, 755 mukim dan gampong/desa (Surat Gubernur Aceh Nomor : 413.4/24658/2011 Tanggal 13 Oktober 2011). Dari luas daratan yang terdapat di Aceh, pola pemanfaatan penggunaan lahan/hutan di Aceh disesuaikan dengan fungsi lahan/hutan itu sendiri sehingga dapat menjamin kelestarian produksi dan keseimbangan lingkungan hidup. Pola sebaran permukiman penduduk berkaitan erat dengan kondisi topografi, yaitu berada di kawasan yang datar di sepanjang pantai utara-timur, sebagian wilayah pantai barat-selatan dan lembah-lembah sungai. Kondisi topografi di wilayah Aceh terhitung beragam yang tergolong ke dalam wilayah datar hingga bergunung. Wilayah dengan topografi daerah datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan berbukit hingga bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas wilayah. Daerah dengan topografi bergunung terdapat dibagian tengah Aceh yang merupakan gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan landai terdapat dibagian utara dan timur Aceh. Secara geologi dapat dilihat bahwa sebagian terbesar wilayah Aceh terdiri atas batuan tersier dan quarter. Pada bagian-bagian tertentu, khususnya di punggungan pegunungan terdapat batuan yang lebih tua, berupa singkapan. Sejalan dengan itu pada peta hidrogeologi dapat diidentifikasikan jenis litologi batuan (lithological rock types) serta potensi dan prospek air tanah (groundwater potential and prospects). Berturut-turut relatif dari kompleks punggungan hingga ke pesisir atau pantai dapat diidentifikasikan jenis litologi batuan dikelompokan menjadi: (1). Batuan beku atau malihan (igneous or metamorphic rocks) terletak pada kompleks pegunungan mulai dari puncak atau punggungan; dengan potensi air tanah sangat rendah; (2). Sedimen padu - tak terbedakan (consolidated sediment undifferentiated) terletak di bagian bawah/hilir batuan beku di atas namun masih pada kompleks pegunungan hingga ke kaki pegunungan, dan juga terdapat di Pulau Simeulue; dengan potensi air tanah yang juga sangat rendah; (3). Batu gamping atau dolomit (limestones or dolomites), yang terletak setempat-setempat, yaitu di pegunungan di bagian barat laut Aceh Besar (sekitar Peukan Bada dan Lhok Nga), di Aceh Jaya, di Gayo Lues dan Aceh Timur; dengan potensi air tanah yang juga sangat rendah; (4). hasil gunung api lava, lahar, tufa, breksi (volcanic products lava, lahar, tuff, breccia) terutama terdapat di sekitar II - 2 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab II

14 gunung berapi, terutama yang teridentifikasi terdapat di sekitar G. Geureudong, G. Seulawah, dan G. Peut Sagoe; dengan potensi air tanah rendah; dan (5). Sedimen lepas atau setengah padu kerikil, pasir, lanau, lempung (loose or semi-consolidated sediment (gravel, sand, silt, clay) yang terdapat di bagian paling bawah/hilir yaitu di pesisir, baik di pesisir timur maupun pesisir barat dan di cekungan Krueng Aceh; dengan potensi air tanah sedang sampai tinggi. Struktur batuan juga ditunjukkan adanya indikasi sesar/patahan yang relatif memanjang mengikuti pola pegunungan yang ada di wilayah Aceh (relatif berarah barat laut tenggara).terkait dengan aspek hidrogeologi di atas, selanjutnya dikemukakan juga mengenai cekungan air tanah (CAT) yang ada di wilayah Aceh. Dengan mengacu kepada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009, pada halaman lembar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dapat diidentifikasikan ada 14 (empat belas) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah Aceh meliputi : CAT Banda Aceh (Aceh Besar, Banda Aceh, Pidie), CAT Sigli (Pidie, Pidie Jaya), CAT Jeunib (Bireuen, Pidie Jaya), CAT Peudada (Bireuen, Aceh Utara, Bener Meriah), CAT Lhokseumawe (Aceh Utara, Lhoseumawe, Aceh Timur), CAT Langsa (Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamiang), CAT Keumiki (Pidie, Pidie Jaya), CAT Lampahan (Aceh Tengah, Bener Meriah), CAT Telege (Aceh Tengah), CAT Siongol-ongol (Gayo Lues, Aceh Tengah), CAT Kutacane (Aceh Tenggara), CAT Meulaboh(Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya), CAT Kota Fajar (Aceh Selatan), dan CAT Subulussalam(Aceh Singkil, Subullusalam, Aceh Selatan). Sebanyak 408 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar sampai kecil ditemukan di Aceh, dimana sebanyak 73 sungai besar dan 80 sungai kecil dan ditetapkan pula 10 Wilayah Sungai (WS) sebagai sumber daya air. Potensi sumber daya air sungai dikelompokkan menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu; (1) Wilayah Krueng Aceh hingga Krueng Tiro, yang termasuk wilayah kering dengan curah hujan kurang dari mm/tahun dengan debit andalan 4 liter/detik, (2) Wilayah Krueng Meureudu dan sepanjang pantai Timur termasuk wilayah sedang dengan curah hujan mm/tahun dengan debit andalan 7 8 liter/detik, dan (3) Wilayah pantai Barat, yang termasuk wilayah basah dengan curah hujan mm/tahun dan dengan debit andalan liter/detik. Ada 4 klasifikasi WS yang ada di Aceh, yaitu: (1). WS Lintas Provinsi: (A2-1) WS Lawe Alas-Singkil, yang dikelola Pemerintah Pusat; (2). WS Strategis Nasional: (A3-1) WS Aceh-Meureudue, (A3-2) WS Jambo Aye, (A3-3) WS Woyla-Seunagan, (A3-4) WS Tripa- Bateue, yang juga dikelola oleh Pemerintah Pusat; (3). WS Lintas Kabupaten/Kota: (B-1) WS Bab II Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 II - 3

15 Krueng Aceh, (B-2) WS Pase-Peusangan, (B-3) WS Tamiang-Langsa, (B-4) WS Teunom- Lambesoi, (B-5) WS Krueng Baru-Kluet, yang dikelola oleh Pemerintah Aceh; dan (4). WS Dalam Kabupaten/Kota: (C-1) WS Pulau Simeulue, yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Simeulue. Pada beberapa muara sungai, endapan sedimen yang terjadi telah menyebabkan hambatan aliran banjir dan mengganggu lalu-lintas kapal/perahu nelayan, yaitu di muara: Krueng Aceh (Banda Aceh/Aceh Besar), Krueng Baro dan Krueng Ulim (Pidie), Krueng Peudada (Bireuen), Krueng Idi (Aceh Timur), Krueng Langsa (Langsa), Krueng Tamiang (Aceh Tamiang), Krueng Teunom (Aceh Jaya), Krueng Meureubo (Aceh Barat), Krueng Seunagan dan Krueng Tripa (Nagan Raya), Lawe Alas Krueng Singkil (Gayo Lues, Aceh Tenggara, Subulussalam, dan Aceh Singkil). Sedangkan rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir berkisar dari 80,10 mm/bulan pada bulan Februari hingga 159,40 mm/bulan pada bulan Oktober. Rata-rata temperatur udara di Aceh pada tiga wilayah yaitu Banda Aceh, Aceh Utara dan Nagan Raya berkisar dari 26,35 hingga 26,92 o C dengan temperatur terendah 24,55 o C dan tertinggi 27,80 o C dengan rata-rata kelembaban udara berkisar dari 80,73 persen hingga 80,73 persen. B. Potensi Pengembangan Wilayah Penetapan kawasan strategis Aceh didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan secara bersinergi. Rencana Tata Ruang Aceh Tahun telah menetapkan 4 kawasan sebagai bagian dari rencana pengembangan kawasan strategis Aceh yang meliputi: a. Kawasan pusat perdagangan dan distribusi Aceh atau ATDC (Aceh Trade and Distribution Center) tersebar di 6 (enam) zona, meliputi; 1. Zona Pusat : Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Pidie dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Besar. 2. Zona Utara : Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Bireuen 3. Zona Timur : Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa, Aceh Tamiang dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Tamiang 4. Zona Tenggara : Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Kota Subulussalam, Kabupaten Singkil, Pulau Banyak dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Tenggara II - 4 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab II

16 5. Zona Selatan : Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Simeulue dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Selatan 6. Zona Barat : Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Jaya dengan lokasi pusat agro industry di Kabupaten Aceh Barat b. Kawasan agrowisata yang tersebar di 17 (tujuh belas) kabupaten yang tidak termasuk ke dalam lokasi pusat agro industri; c. Kawasan situs sejarah terkait lahirnya MoU Helsinki antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka; dan d. Kawasan khusus. C. Wilayah Rawan Bencana Aceh merupakan wilayah dengan kondisi alam yang kompleks sehingga menjadikannya sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi terhadap ancaman bencana, khususnya bencana alam. Tingkat resiko bencana Aceh diperoleh dengan menggabungkan indeks probabilitas, indeks dampak, indeks kapasitas dan indeks kerugian daerah akibat suatu potensi bencana. Hal ini disebabkan karena Aceh berada tepat di jalur pertemuan lempeng Asia dan Australia, serta berada di bagian ujung patahan besar Sumatera yang membelah pulau Sumatera dari Aceh sampai Selat Sunda. Berdasarkan catatan sejarah, Aceh pernah mengalami bencana gempa dan tsunami yang cukup besar pada tahun 1797, 1891, 1907 dan Selain bencanabencana berskala besar yang pernah tercatat dalam sejarah, Aceh juga tidak lepas dari bencana yang terjadi hampir setiap tahun yang menimbulkan kerugian tidak sedikit. Permasalahan utama dalam penanggulangan bencana di Aceh antara lain: belum sistematis dalam penanganan penanggulangan bencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dalam penanganannya, masih lemahnya kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pengurangan resiko bencana, masih lemahnya koordinasi dalam penanggulangan bencana (fase tanggap darurat), terbatasnya sarana dan prasarana penunjang kebencanaan serta masih lemahnya kemitraan dan keterpaduan dalam penggunaan dana rehabilitasi dan rekonstruksi. D. Demografi Gambaran Demografis Aceh pada tahun 2012 terlihat pada Laju pertumbuhan penduduk Aceh pada tahun 2012 yaitu sebesar 3%. Adapun jumlah penduduk di Aceh tahun 2012 berjumlah jiwa terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk Aceh adalah sebanyak jiwa. Bab II Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 II - 5

17 Dilihat dari distribusinya jumlah penduduk kondisi sebarannya tidak berbeda dengan tahun sebelumnya dimana Kabupaten Aceh Utara merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar jiwa atau sebesar 11.78% dari total penduduk di Aceh. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sabang, yaitu sebesar jiwa atau sebesar 0.67% dari total penduduk. Dengan kepadatan penduduk 83,2 orang/km 2. Angka ini masih di bawah angka rata-rata kepadatan penduduk di Indonesia yaitu sebesar 124 orang/km 2, dengan mayoritas kepadatan terdapat di daerah perkotaan jika dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Kondisi demikian disebabkan karena pada daerahdaerah tersebut terdapat akses yang mudah dicapai terhadap sarana dan prasarana wilayah sehingga cukup menarik perhatian masyarakat untuk menetap disana. Selama periode kepadatan penduduk di Aceh terus meningkat, dari 71 jiwa/km2 pada tahun 2006 naik menjadi 83,2 jiwa/km2 pada tahun Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Pertumbuhan PDRB Dalam periode RPJM tahap pertama ( ) pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh menunjukkan perkembangan ke arah yang semakin baik, meskipun awal tahun 2007 s.d 2009 menunjukkan PDRB Aceh mengalami pertumbuhan negatif akibat turunnya produksi minyak dan gas alam. Namun pada tahun 2010 s.d 2012 pertumbuhan PDRB Aceh mengalami rebound, tumbuh positif yaitu 2,79 % (2010), 5,02% (2011), dan 5,2 % (2012). Sebaliknya untuk periode RPJM ( ) menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 4,3 %. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian di Aceh mengalami penurunan disebabkan maraknya alih fungsi lahan pertanian yang dijadikan peemukiman atau tempat usaha. Faktor cuaca ekstrim juga ikut mempengaruhi, karena curah hujan tinggi dan bencana alam. Selain itu sektor perdagangan, hotel dan restaurant (PHR) mengalami pertumbuhan positif, namun tidak bisa mendongkrak sektor lain sehingga pertumbuhan ekonomi Aceh melambat. Pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut masih dibawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 %. Pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2013 disumbangkan oleh sembilan sektor. Terdapat tiga sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan. Sedangkan enam sektor lainnya mengalami peningkatan, seperti listrik; gas dan air bersih; kontruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta II - 6 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab II

18 jasa-jasa. Perkembangan nilai dan kontribusi PDRB Aceh selama kurun waktu secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun * (Tw I-IV) Sektor Rp (Trilyun) % Rp (Trilyun) % Rp (Trilyun) % Rp (Trilyun) % Rp (Trilyun) % Rp (Trilyun) % 1. Pertanian 8,22 24,12 8,43 26,18 8,86 26,78 9,35 26,9 9,89 27,10 10,22 26,89 2. Pertambangan & Penggalian 5,31 15,57 2,8 8,68 2,61 7,89 2,61 7,51 2,56 7,02 2,53 6,66 3. Industri Pengolahan 4,12 12,08 3,79 11,78 3,49 10,56 3,56 10,25 3,59 9,84 3,47 9,13 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,09 0,27 0,1 0,32 0,12 0,37 0,13 0,37 0,14 0,38 0,15 0,39 5. Konstruksi 2,16 6,34 2,23 6,92 2,34 7,09 2,49 7,16 2,67 7,32 2,87 7,55 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,92 17,36 6,21 19,28 6,61 19,98 7,06 20,28 7,57 20,75 8,11 21,34 7. Pengangkutan & Komunikasi 2,17 6,38 2,28 7,08 2,43 7,35 2,62 7,54 2,72 7,45 2,85 7,50 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,55 1,6 0,59 1,83 0,62 1,88 0,66 1,9 0,71 1,95 0,76 2,00 9. Jasa-jasa 5,55 16,29 5,78 17,93 6,03 18,1 6,29 18,09 6,63 18,17 7,07 18,60 PDRB 34, , ,12l , , , PDRB Tanpa Migas 26,52 27,57 29,09 30,8 32,59 34,34 Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh 2013 Jika dilihat dari struktur ekonomi Aceh, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masih merupakan dua kontributor utama dalam pembentukan PDRB Aceh. Sejak tahun 2009 kedua sektor ini menduduki dua peringkat teratas dengan rerata kontribusi masing-masing sebesar 26,18 persen dan 19,28 persen. Namun jika dilihat secara trend atau kencenderungan, kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian cenderung stagnan. Keadaan ini menyiratkan bahwa terjadi transformasi struktur ekonomi Aceh. Pada tahun 2013, sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa menyumbangkan 42,92 persen atau 49,64 persen jika PDRB Aceh tidak memperhitungkan komponen migas. Sedangkan sektor primer (sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian) hanya menyumbang 36,78 persen pada PDRB Migas dan 32,87 pada PDRB Non Migas. Struktur PDRB Aceh juga menunjukkan belum berperannya sektor sekunder terutama sektor industri pengolahan sebagai pendorong ekonomi Aceh. Sektor sekunder merupakan sektor terendah dalam hal kontribusi terhadap pembentukan PDRB yaitu 20,29 persen dan 17,49 persen untuk PDRB non migas. Minimnya kontribusi dan pertumbuhan sektor industri merupakan salah satu jawaban dari masih rendahnya pertumbuhan ekonomi Aceh dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan nasional karena Bab II Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 II - 7

19 sektor industri merupakan sektor yang mempunyai efek pengganda output ekonomi yang besar. Kontribusi sektor-sektor terhadap PDRB Aceh berdasarkan harga konstan 2000 dan harga berlaku selama tahun dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan tanpa migas pada Tabel 2.3 Tabel 2.2 Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Dengan Migas Selama Tahun 2009 S.d 2013 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) (Tw I-IV) No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % % % 1. Pertanian 26,37 24,12 28,36 26,18 28,17 26,78 27,32 26,9 27,46 27,10 27,22 26,89 2. Pertambangan & Penggalian 18,87 15,57 11,47 8,68 11,06 7,89 11,6 7,51 10,46 7,02 9,56 6,66 3. Industri Pengolahan 11,14 12,08 10,82 11,78 9,63 10,56 8,95 10,25 8,79 9,84 8,1 9,13 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,27 0,27 0,36 0,32 0,43 0,37 0,45 0,37 0,51 0,38 0,53 0,39 5. Konstruksi 8,52 6,34 9,5 6,92 9,94 7,09 10,86 7,16 11,31 7,32 11,67 7,55 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13,9 17,36 14,92 19,28 15,43 19,98 16,41 20,28 17,02 20,75 17,66 21,34 7 Pengangkutan & Komunikasi 8,78 6,38 10,35 7,08 10,58 7,35 10,64 7,54 10,65 7,45 10,84 7,50 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,01 1,6 2,49 1,83 2,63 1,88 2,56 1,9 2,89 1,95 3,06 2,00 9. Jasa-jasa 10,15 16,29 11,72 17,93 12,13 18,1 11,2 18,09 10,91 18,17 11,36 18,60 PDRB , ,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh 2013 Tabel 2.3 Perkembangan Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Aceh Tanpa Migas Selama Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) (Tw I-IV) No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % % % 1. Pertanian 35,78 31,01 34,66 30,59 33,75 30,45 32,7 30,35 32,34 30,18 31,48 29,75 2. Pertambangan & Penggalian 1,45 1,52 1,37 1,48 1,36 1,49 1,35 1,49 1,37 1,47 1,39 1,50 3. Industri Pengolahan 3,59 5,45 3,66 5,58 3,62 5,64 3,56 5,63 3,52 5,45 3,39 5,28 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,36 0,34 0,44 0,38 0,52 0,42 0,54 0,43 0,6 0,43 0,61 0,43 5. Konstruksi 11,56 8,15 11,61 8,09 11,91 8, ,08 13,32 8,17 13,49 8,34 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,86 22,32 18,24 22,53 18,48 22,72 19,64 22,92 20,04 23,16 20,43 23,61 7. Pengangkutan & Komunikasi 11,91 8,2 12,65 8,27 12,68 8,36 12,74 8,52 12,55 8,71 12,53 8,31 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,73 2,06 3,04 2,13 3,15 2,13 3,07 2,15 3,4 2,17 3,54 2,20 9. Jasa-jasa 13,77 20,94 14,33 20,95 14,53 20,74 13,4 20,43 12,85 20,26 13,14 20,59 PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 II - 8 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab II

20 B. Laju Inflasi Pada bulan Desember 2013 di Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,71 persen dan di Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0,12 persen sehingga secara agregat di Provinsi Aceh terjadi inflasi sebesar 0,30 persen, seperti Gambar 2.1 dibawah ini. Gambar 2.1 Perkembangan Inflasi Banda Aceh, Lhokseumawe, Provinsi Aceh dan Nasional Desember 2012-Desember 2013 Inflasi yang terjadi di Kota Banda Aceh secara umum disebabkan oleh kenaikan harga pada Kelompok Bahan makanan dengan inflasi sebesar 1,66 persen, diikuti oleh Kelompok Kesehatan inflasi sebesar 1,01 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau inflasi sebesar 0,71 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan BahanBakar mengalami inflasi sebesar 0,25 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga inflasi sebesar 0,21 persen, Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuanganinflasi sebesar 0,05 persen, dan Kelompok Sandang mengalami inflasi sebesar 0,01 persen. Laju inflasi sampai dengan bulan Desember 2013 untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 6,39 persen, Kota Lhokseumawe 8,27 persen dan Aceh 7,31 persen. Sedangkan Inflasi year on year (Desember 2013 terhadap Desember 2012) untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 6,39 persen, Kota Lhokseumawe 8,27 persen dan Aceh 7,31 persen. Ini dapat dilihat pada Tabel 2.4 dibawah ini. Bab II Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 II - 9

21 Tabel 2.4 IHK dan Tingkat Inflasi Kota Banda Aceh Desember 2013, Tahun Kalender 2013, dan Year on Year menurut Kelompok Pengeluaran (2007=100) Kelompok IHK Des 2013 Kota Banda Aceh Laju Inflasi Inflasi Tahun Bulan Des Kalender ). Persentase perubahan IHK Des 2013 terhadap IHK bulan sebelumnya 2). Persentase perubahan IHK Des 2013 terhadap IHK Desember ). Persentase perubahan IHK Des 2013 terhadap IHK Des 2012 * Sumber : BPS Aceh, 2013 C. Persentase Penduduk di atas garis kemiskinan Inflasi Year on Year IHK Des 2013 Kota Lhokseumawe Laju Inflasi Inflasi Tahun Bulan Des Kalender Perkembangan kemiskinan di Provinsi Aceh dalam kurun waktu , secara absolut terjadi penurunan sebesar 118,99 ribu jiwa, jumlah penduduk miskin tahun 2013 (Maret) sebanyak 841 ribu jiwa. Penyebaran penduduk miskin terbesar tahun 2012 terdapat di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sebanyak 121,4 ribu jiwa dan Pidie sebanyak 88,0 ribu jiwa, dan terendah di Kota Sabang sebesar 6,5 ribu jiwa. Sementara untuk penyebaran tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Bener Meriah sebesar 24,50% dan tingkat kemiskinan terrendah di Kota Banda Aceh sebesar 8,65%. Selanjutnya tingkat kemiskinan untuk masing-masing kabupaten/kota secara rinci ditampilkan pada Tabel 2.5 Tabel 2.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun Inflasi Year on Year UMUM 135,32 0,71 6,39 6,39 144,56-0,12 8,27 8,27 1. Bahan Makanan 152,42 1,66 11,82 11,82 172,04-0,50 18,39 18,39 2. Makanan jadi, Minuan, Rokok dan Tembakau 138,65 0,71 5,05 5,05 139,23 0,01 2,75 2,75 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 123,60 0,25 2,86 2,86 135,58 0,13 2,60 2,60 4. Sandang 166,34 0,01-0,82-0,82 142,82 0,13 0,25 0,25 5. Kesehatan 151,62 1,01 2,90 2,90 120,51 0,04 2,26 2,26 6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 123,29 0,21 4,33 4,33 137,15 0,41 4,64 4,64 7. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 109,21 0,05 10,85 10,85 109,33 0,00 10,81 10,81 No Kabupaten/ Kota Jumlah (000) Persentase (%) Simeulue 20,57 19,11 18, ,45 24,72 23, Aceh Singkil 22,24 20,29 19, ,27 21,06 19, Aceh Selatan 38,82 35,41 32, ,40 17,50 15, Aceh Tenggara 30,89 27,87 30, ,51 16,77 16, Aceh Timur 76,22 68,30 66, ,05 21,33 18, II - 10 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab II

22 No Kabupaten/ Kota Jumlah (000) Persentase (%) Aceh Tengah 40,64 38,17 35, ,36 21,43 20, Aceh Barat 43,69 40,39 42, ,96 27,09 24, Aceh Besar 63,46 58,97 66, ,52 20,09 18, Pidie 101,77 93,80 90, ,11 25,87 23, Bireuen 79,09 72,94 76, ,27 21,65 19, Aceh Utara 135,70 126,59 124, ,56 25,29 23, Aceh Barat Daya 27,43 25,00 25, ,42 21,33 19, Gayo Lues 18,89 17,09 19, ,57 24,22 23, Aceh Tamiang 50,82 45,29 45, ,29 19,96 17, Nagan Raya 33,21 30,86 33, ,11 26,22 24, Aceh Jaya 17,24 17,13 15, ,86 21,86 20, Bener Meriah 31,28 28,58 32, ,21 26,58 26, Pidie Jaya 37,70 35,60 34, ,26 27,97 26, Banda Aceh 19,91 17,27 20, ,56 8,64 9, Sabang 7,14 6,54 6, ,72 23,89 21, Langsa 23,96 21,34 22, ,97 16,20 15, Lhoksumawe 23,94 22,53 24, ,87 15,08 14, Subulussalam 17,73 16,75 16, ,99 26,80 24, Aceh 959,70 892,86 861, ,53 21,80 20, Sumber : BPS Aceh Tahun Fokus Kesejahteraan Sosial Pendidikan A. Angka Melek Huruf Menurut Badan Pusat Statistik, angka melek huruf di Provinsi Aceh dalam kurun waktu tahun mengalami peningkatan (setelah mengalami penurunan di tahun 2011). Pada tahun 2012 tercatat sebesar 96,11 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang melek huruf. Angka ini telah mencapai target Renstra Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2014 sebesar 95,80 persen dan bahkan melampaui rerata nasional tahun 2011 sebesar 92,8 persen. Bab II Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 II - 11

23 Walaupun demikian, masih banyak hal yang harus dilakukan untuk mengejar target angka melek huruf dalam RPJM Aceh sebesar 97, 52 persen di tahun Tabel 2.6 Angka Melek Huruf di Provinsi Aceh Tahun No Kabupaten/Kota Simeulue 98,58 98,66 98, Aceh Singkil 96,22 96,24 93, Aceh Selatan 96,47 96,53 94, Aceh Tenggara 97,10 97,95 96, Aceh Timur 97,51 98,21 95, Aceh Tengah 98,13 98,60 98, Aceh Barat 94,08 94,53 93, Aceh Besar 96,95 96,96 96, Pidie 95,56 95,91 96, Bireuen 98,37 98,47 97, Aceh Utara 96,42 97,81 95, Aceh Barat Daya 96,25 96,34 93, Gayo Lues 86,97 87,27 90, Aceh Tamiang 98,25 98,27 96, Nagan Raya 89,78 89,85 93, Aceh Jaya 93,78 93,99 93, Bener Meriah 97,45 98,50 96, Pidie Jaya 94,23 95,45 93, Banda Aceh 99,10 99,16 98, Sabang 98,81 98,99 96, Langsa 99,10 99,20 97, Lhokseumawe 99,22 99,62 98, Subulussalam 96,53 96,54 91, ACEH 96,39 96, Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 Berdasarkan tabel 2.6 di atas, persentase penduduk kabupaten Gayo Lues yang melek huruf adalah yang paling rendah (87.89 persen) di bandingkan kabupaten/kota lainnya. Sedangkan persentase tertinggi penduduk yang melek huruf ada di Kabupaten Simeulue (99,29 persen) dan Kota BandaAceh (99,25 persen). II - 12 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab II

24 Di sisi lain, bila melihat angka buta aksara di Aceh, umumnya berada pada kelompok usia lanjut (usia 50 tahun ke atas) yang bertempat tinggal di daerah perdesaan. Penduduk buta aksara pada kelompok usia tahun yang tinggal di perkotaan tercatat 8,15 persen sedang di perdesaan 17,72 persen. Demikian pula pada kelompok 65 tahun ke atas, di perkotaan tercatat 18,98 persen penduduk buta aksara sedangkan di perdesaan 31,52 persen (lihat tabel. 2.7). Tabel 2.7 Persentase Penduduk Buta Huruf Menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun 2012 Kelompok Umur Perkotaan Perdesaan Jumlah Rata-rata Rata-rata Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 Angka buta huruf ini merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan di bidang pendidikan. Makin rendah presentase penduduk buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan. Demikian pula sebaliknya makin tinggi persentase penduduk buta huruf maka mengindikasikan program pendidikan yang dilaksanakan belum optimal. Walaupun perbedaannya kecil, namun data BPS menunjukkan bahwa persentase penduduk buta huruf di Aceh menurun jumlahnya baik di perkotaan maupun di perdesaan. Bab II Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 II - 13

25 Secara total angkanya menurun dari 3.66 persen di tahun 2011 menjadi 3.38 persen di tahun B. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Aceh dalam kurun waktu tahun terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar 8,63 tahun pada tahun 2009 menjadi menjadi 9,1 tahun pada tahun (Tabel 2.8). Tabel 2.8 Angka Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Aceh Tahun Capaian/Tahun Indikator Angka Rata-rata Lama 8,63 8,81 8,90 9,10 Sekolah Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 C. Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan Berdasarkan data BPS, persentase penduduk Aceh yang berpendidikan SMA ke bawah menurun di tahun 2012 dibandingkan tahun Sedangkan yang berpendidikan SMA meningkat dari persen di tahun 2011 menjadi persen di tahun Selain itu, walaupun peningkatan persentasenya masih sangat kecil, namun persentase penduduk yang berpendidikan DIV/S1 dan S2/S3 juga meningkat di tahun Tabel 2.9 Persentase Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan Pendidikan Tahun/Persentase Belum/ Tidak Tamat SD SD SMP SMA DI/DII/DIII DIV/S S2/S Sumber : Badan Pusat Statistik, Kesehatan 1. Angka Kematian Ibu II - 14 Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 Bab II

26 Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Jumlah ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas di Aceh masih relatif tinggi, melebihi rata-rata nasional. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diketahui bahwa rata-rata AKI nasional meningkat menjadi 359 per kelahiran hidup, namun tidak ada laporan terkait AKI menurut provinsi. Namun demikian hasil SDKI 2007 melaporkan bahwa AKI di Provinsi Aceh lebih tinggi dari AKI nasional yaitu sebesar 238 per kelahiran hidup, sedangkan rata-rata AKI nasional mencapai 228 per kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa perlu upaya yang keras untuk menurunkan angka kematian ibu, mengingat target MDGs yang harus di capai pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per kelahiran hidup. 2. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) dihitung dari jumlah angka kematian bayi dibawah usia satu tahun per kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKB di Aceh adalah 47 per kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi dari angka rata-rata nasional yang hanya 34 per kelahiran hidup. AKB masih cukup bervarasi antar kabupaten/kota dan masih relatif tinggi di daerah pedesaan, pada keluarga miskin dan anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang berpendidikan rendah. 3. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia lima tahun yang dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. Dari laporan SDKI 2012 diketahui bahwa AKABA di Provinsi Aceh masih tinggi yakni 52 per kelahiran (nasional 43 per kelahiran hidup). Diperkirakan AKABA juga lebih tinggi pada keluarga yang berpendidikan rendah, keluarga dengan status sosial ekonomi rendah dan pada keluarga yang tinggal didaerah pedesaan yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. 4. Status Gizi Balita Secara umum status gizi balita di Aceh masih sangat memprihatinkan. Hal ini diketahui dari laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan secara nasional setiap 3 tahun yaitu tahun 2007, 2010 dan Prevalensi balita gizi buruk-kurang di Aceh berfluktuasi, dari 26,5 % pada tahun 2007 menurun menjadi 23,7 % pada tahun 2010 dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 25 % dan berada di atas angka rata-rata nasional yaitu sebesar 19,6 %. Sementara itu tingginya prevalensi balita pendek dan kurus juga memerlukan perhatian yang serius. Pada tahun 2013 prevalensi balita pendek di Aceh Bab II Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2015 II - 15

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan Hukum Penyusunan... 2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... 3 1.4 Sistematika Dokumen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH -1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN KEKURANGAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN TAHUN 2014 DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB. GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PAGU DEFINITIF TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI DAN DANA OTONOMI KHUSUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

PEMERINTAH ACEH RINGKASAN APBA TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH ACEH RINGKASAN APBA TAHUN ANGGARAN 2015 LAMPIRAN I QANUN ACEH NOMOR TANGGAL 1 Tahun 2015 27 Februari 2015 RINGKASAN APBA Nomor Urut Jumlah Halaman 1 1 2 3 4. PENDAPATAN 12.010.742.783.065 4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 1.883.113.759.049 4.1.1.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 6 1.4. Sistematika Penulisan... 9 1.5. Maksud

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KABUPATEN ACEH BARAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAKA KUASA BUPATI ACEH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA ACEH TAHUN ANGGARAN 2013 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN BULAN DESEMBER 2015 DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN ACEH

RANCANGAN QANUN ACEH RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA ACEH TAHUN ANGGARAN 2015 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk dapat merupakan potensi yang besar untuk peningkatan produksi nasional. Produksi nasional bisa meningkat jika penduduk merupakan tenaga kerja yang produktif,

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN 2012-2032 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIDANGAN TUGAS KOORDINASI PARA ASISTEN SEKRETARIS DAERAH DENGAN PERANGKAT DAERAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN BERMOTOR, BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR, PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DAN PAJAK

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG QANUN ACEH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA ACEH TAHUN ANGGARAN 2015 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... DAFTAR ISI Daftar Isi.... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Bab I Pendahuluan. 1.1. Latar Belakang... 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen.. 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015 BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali membaik, terlihat dari TPAK yang menunjukkan peningkatan dari 61,77% pada Agustus 2012 menjadi 65,56% per Februari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TEN TANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT KABUPATEN AC EH UTARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEMBERIAN UANG PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SABANG TAHUN ANGGARAN 2015.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEMBERIAN UANG PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SABANG TAHUN ANGGARAN 2015. PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN UANG PERSEDIAAN KEPADA SATUAN KERJA PERANGKAT KOTA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SABANG TAHUN ANGGARAN 2015 Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang sedang tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir barat-selatan Provinsi Aceh. Kabupaten yang terbentuk secara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BUPATI BIREUEN PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BIREUEN

BUPATI BIREUEN PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BIREUEN BUPATI BIREUEN PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BIREUEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIDANGAN TUGAS KOORDINASI PARA ASISTEN SEKRETARIS DAERAH DENGAN PERANGKAT DAERAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN NOMOR 115 TAHUN 2008 TENTANG PEMBAGIAN ALOKASI DANA PENDIDIKAN KEPADA PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN / KOTA TAHUN ANGGARAN 2008 Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat (1) menegaskan bahwa Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintahan yang bersifat khusus atau bersifat istimewa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012

BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012 BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2012 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan daerah terdiri dari

Lebih terperinci

KABUPATEN NAGAN RAYA RINGKASAN PERUBAHAN APBK MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

KABUPATEN NAGAN RAYA RINGKASAN PERUBAHAN APBK MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 Lampiran II : QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA Nomor : XXX Tahun 2009 Tanggal : 1 Oktober 2009 KABUPATEN NAGAN RAYA RINGKASAN APBK MENURUT DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 Halaman: 1 KODE 1 WAJIB 896,344,195,698

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, Penyerapan Tenaga Kerja, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Aceh 5.1.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, dan Penyerapan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA LANGSA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA LANGSA ADMINISTRASI Profil Wilayah Setelah Kota Langsa lepas dari Kabupaten Aceh Timur tahun 2001, struktur perekonomian dibnagun atas

Lebih terperinci