Keywords:aesthetic value, petatah-petitih, marriage ceremony, Kenagarian Campago

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keywords:aesthetic value, petatah-petitih, marriage ceremony, Kenagarian Campago"

Transkripsi

1 Nilai Estetika dalam Petatah-Petitih Upacara Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kenagarian Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman Windo Aswendi 1), Hasnul Fikri 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang Windoaswendi10@gmail.com ABSTRACT This study aims to describe the aesthetic values based on the element of unity, harmony, balance, and contradiction in petatah-petitih at marriage ceremony in Kanagarian Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Thewriteruses theories according to Atmazaki (2007) and Ratna (2007) in analyzing the aesthetic value in the petatah petitih. This research is qualitative research with descriptive method. The technique analysis of the data are identification the aesthetic values, describing the aesthetic values,and making the conclusion. The result of the data analysis shows first, the aesthetic values of petatah-petitih in the event maantaan tando are found 39 data of unity, 35 data about harmony, 6 data about balance, and 6 data about contradiction. Second, in the petatah petitih on the event duduak niniak mamak there arefound 16 data of unity, 6 data about harmony, 6 data about balance, and 3 data about contradiction. Thind, petatah-petitih in the event manjapuik marapulai there are found 10 data of unity, 8 data about harmony, 5 data about balance, and 5 data about contradiction. The result of the data analysis showed that the element of unity is more dominant found than elements of harmony, balance, and contradiction. Based on the result of analysis, it can be concluded that petatah-petitih in the marriage ceremony contains aesthetics values. Keywords:aesthetic value, petatah-petitih, marriage ceremony, Kenagarian Campago 1

2 PENDAHULUAN Sastra adalah sebuah nama yang diberikan atau ditempelkan kepada sebuah produk kebudayaan manusia (Semi, 2008:4). Sastra dapat dipandang sebagai sebuah teks yang tidak melulu untuk tujuan komunikasi praktis dan formal yang berlangsung dalam satuan waktu tertentu saja, melainkan merupakan komunikasi antara nilai budaya tertentu. Objek seni sastra adalah pengalaman hidup manusia terutama yang menyangkut sosial budaya, kesenian, dan sistem berpikir. Indonesia memiliki banyak budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragaman suku dan budaya merupakan salah satu bukti yang menggambarkan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Keunikan suatu suku bangsa dapat diamati dari berbagai segi, salah satunya yaitu ragam bahasanya. Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang lain yang ada di Indonesia. Bentuk bahasa yang dipakai oleh masyarakat atau sekelompok orang Minangkabau dalam berkomunikasi di suatu acara (upacara adat) adalah petatahpetitih. Menurut Navis (1984:25 9), petatah-petitih dalam sastra Minangkabau sama juga dengan mamang dan pameo. 2 Mamang adalah kalimat (ungkapan) yang mengandung pengertian pegangan hidup, suruhan, anjuran atau larangan. Misalnya, anak dipangku kamanakan dibimbiang. Seorang laki-laki berkewajiban memangku, yang artinya memberi kehidupan anaknya, di samping itu ia berkewajiban memberi bimbingan ilmu kepada kemenakannya. Lebih lanjut, Navis ( 1984:261) mengatakan bahwa pameo adalah kalimat (ungkapan) yang artinya bertentangan tidak mungkin terjadi. Misalnya, duduak surang basampiksampik, duduak basamo balapang-lapang. Duduk sendiri bersempit-sempit, duduk bersama berlapang-lapang. Maksudnya, ialah kalau orang hidup sendirian atau bernafsi-nafsi, maka dunianya akan menjadi sempit karena tidak dapat saling mengisi keperluan. Namun, kalau hidup bersama dunia akan terasa lapang karena segalanya akan dapat dipersamakan baik dalam pemikiran maupun dalam materi dan tenaga. Fungsi utama petatah-petitih ini adalah nasihat. Petatah-petitih digunakan dalam upacara adat seperti, upacara batagak penghulu, upacara pernikahan, upacara kelahiran, dan upacara kematian. Salah satu petatah-petitih yang digunakan dalam upacara perkawinan di Minangkabau adalah petatah-petitih maantaan tando, petatah-petitih duduak

3 niniak mamak, petatah-petitih manjapuik marapulai, serta petatah-petitih panggilan pihak marapulai kepada pihak anak daro. Pada petatah-petitih panggilan ini jarang dilakukan oleh orang Minangkabau khususnya di Kenagarian Camapago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Petatah-petitih sebagai salah satu bentuk sastra lisan Minangkabau, kekhasan dan keindahannya akan terlihat pada pilihan kata, penggunaan bunyi, ungkapan-ungkapan, dan peribahasaperibahasa yang sering diselipkan dalam petatah-petitih tersebut. Keindahan pada petatah-petitih banyak mengandung makna kias yang terkandung dalam nilainilai, diantaranya adalah nilai estetika. Adanya petatah-petitih dari dahulu sampai sekarang bahasa khasnya tidak pernah berubah sama sekali. Kekhasan bahasa itu yang membuat generasi muda menjadi bosan untuk mempelajarinya, sehingga generasi muda cenderung kurang memahami nilai-nilai estetika. Untuk mendekati dan menikmati keindahan, seseorang dapat mengenal ciri dan sifat serta proses tercipta keindahan itu. Antara lain kesatuan, keselarasan, kesetangkupan, keseimbangan, dan pertentangan (Atmazaki, 2007:143). Pada penelitian ini, akan dikaji nilai-nilai estetika yang terdapat dalam petatah-petitih upacara perkawinan masyarakat Minangkabau di Kenagarian Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Sesuai hasil wawancara peneliti dengan Z. Datuak Marajo seorang pemungka adat tanggal, 21 Maret 2015 di daerah tersebut, peneliti menemukan kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari ungkapan-ungkapan pribahasa atau petatah-petitih. Seiring dengan perkembangan zaman, generasi muda juga kurang paham terhadap rangkaian katakata adat yang terdapat dalam petatahpetitih itu, sehingga membuat petatahpetitih semakin kurang diminati. Di samping itu, generasi muda juga tidak lagi peduli dengan nilai-nilai yang ada dalam petatah-petitih yang dipakai pada acaraacara adat di Minangkabau, khususnya tentang nilai-nilai estetika. Alasan peneliti memilih Nagari Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman sebagai tempat penelitian ini, karena peneliti warga asli dari kampung tersebut dan banyak generasi muda yang tidak peduli lagi dengan perkembangan tata cara mengenai petatah-petitih tersebut, kemudia peneliti lebih mengenal bahasa di Nagari Campago tersebut dibandingkan dengan daerah lain. Untuk itu, dilakukan penelitian dengan judul Nilai-nilai 3

4 Estetika dalam Petatah-Petitih Upacara Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kenagarian Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. KAJIAN TEORI Secara garis besar, sastra dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: sastra tulis dan sastra lisan. Di dalam sastra tertulis, sastra yang dibuat oleh penyair dimuat ke dalam bentuk buku atau naskah. Sastra tertulis ini merupakan sastra yang tidak akan terganggu keasliannya, karena tidak akan pernah berubah penyampaiannya.. Tetapi sastra tertulis ini bersifat tidak langsung sebab untuk mendapatkan isinya, pembaca harus terlebih dahulu membaca buku yang dibuat oleh penyair itu (Atmazaki, 2007:133). Sastra lisan merupakan sastra yang disampaikan secara langsung dari mulut ke mulut atau penyampaian seorang penyair kepada seseorang atau sekelompok masyarakat pendengar. Sastra lisan ini sukar dinikmati kapan saja oleh pecinta sastra lisan sebab tidak selalu dapat disampaikan oleh penyair karena keterbatasan waktu dan tempat. Salah satu bentuk sastra lisan adalah petatah-petitih. Petatah-petitih adalah suatu kalimat atau ungkapan yang mengandung pengertian yang dalam, luas, tepat, halus, dan kiasan (Djamaris, 2002:31). Selanjutnya Djamaris (2002:32) yang bersumber dari Bakar mengatakan bahwa kelahiran pepatah ini disebabkan oleh kecenderungan watak masyarakat Minangkabau yang lebih banyak menyampaikan sesuatu secara sindiran. Kemampuan seseorang untuk menyampaikan sesuatu dalam bentuk sindiran dianggap sebagai ciri kebijaksanaan. Demikian pula bagi orang yang menerima. Kemampuan memahami sindiran dianggap pula sebagai ciri kearifan. Hasil dari wawancara dengan seorang pemuka adat di Kenagarian Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman yang bernama Z. Datuak Marajo tanggal, 21 Maret 2015 diketahui bahwa upacara perkawinan merupakan upacara yang menyatukan dua keluarga menjadi satu. Di Indonesia memiliki ragam budaya yang beragam-ragam dari Sabang-Merauke. Khususnya di Sumatera Barat atau di Minangkabau memiliki banyak tata cara dalam prosesi perkawinan. Tata cara tersebut yaitu: (1) maantaan asok, (2) maantaan tando, (3) duduak niniak mamak, (4) manjapuik marapulai, (5) panggilan. 4

5 Maantaan asok merupakan bagian pertama yang dilakukan dalam prosesi perkawinan di Minagkabau khususnya di Kenagarian Campago. Maantaan asok adalah membicarakan permasalahan pertunangganan antara kedua belah pihak mempelai, sebelum dilakukanya acara lamaran. Maantaan asok di Minangkabau khususnya di Kabupaten Padang Pariaman pihak perempuan yang datang ke rumah pihak laki-laki. Dalam pertemuan maaantaan asok ini membahas mengenai kapan dilakukan lamaran dan keperluan dalam lamaran. Acara maantaan asok ini juga tidak semua orang melakukannya. Tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Ada yang langsung melakukan acara maantaan tando ada pula yang terlebih dahulu melakukan acara maantaan asok. Maantaan tando merupakan bagian kedua yang dilakukan dalam prosesi perkawinan. Maantaan tando ini melakukan pertukaran cincin antara kedua belah pihak yang diwakili dengan mamak masing-masing pihak mempelai. Dan yang utama dalam maantaan tando ini yaitu mengawinkan mamak dari kedua pihak mempelai. Dalam acara maantaan tando ini kedua mamak dari masing-masing pihak melakukan rangakaian dialog yaitu petatah-petitih. Acara maantan tando ini di adakan di rumah pihak laki-laki. Duduak niniak mamak merupakan bagian ketiga yang dilakukan dalam prosesi perkawinan. Duduak niniak mamak ini adalah acara untuk menentukan tanggal kapan acara pernikahan dilangsungkan. Acara ini hanya dilakukan oleh pihak perempuan saja mengapa demikian, karena pihak perempuan berhak menentukan kapan dilangsungkan acara pernikahan. Dalam acara duduak niniak mamak ini seluruh mamak-mamak dari pihak perempuan berkumpul dan melakukan mufakat untuk menentukan tanggal acara perkawinan. Acara duduak niniak mamak ini dilakuakan dialog petatah-petitih. Manjapuik marapulai merupakan bagian keempat dalam prosesi perkawinan. Manjapuik marapulai ini adalah acara inti dari prosesi perkawinan. Manjapuik marapulai dilakukan oleh pihal perempuan kerumah pihak laki-laki. Dalam acara manjapuik marapulai ini bagian pihak perempuan membawa persyaratan yang diminta oleh pihak laki-laki sewaktu maantaan tando. Setelah terpenuhi persyaratan itu, maka pihak laki-laki mengantar marapulai ke rumah pihak perempuan untuk dilanjutkan dengan ijab kabul. Panggilan merupakan acara peyerahan seserahan (ampau) dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Panggilan ini dilakukan pada saat acara 5

6 manjalang dari pihak perempuan datang ke rumah pihak laki-laki. Panggian ini berlangsung pada saat pengatin perempuan mau pulang. Pada saat itu dilakukan serangkaian tuturan petatah-petitih pada saat memberikan panggilan ini. Tetapi acara panggilan ini banyak juga orang yang tidak melakukannya tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Menurut Alfan (2013:202) nilai adalah ukuran derajat tinggi rendah atau kabar yang dapat diperhatikan, diteliti, atau dihayati dalam berbagai objek yang bersifat fisik dan abstrak. Nilai pada hakikatnya tidak timbul dengan sendirinya, tetapi ada faktor-faktor yang menjadi prasyarat sehingga dapat terwujud. Menurut Ratna (2007: 2) secara historis estetika merupakan bagian filsafat (keindahan), diturunkan dari pengertian persepsi indra ( senseperception). Kemudian menurut Shipley (dalam Ratna, 2007:3), secara etimologis estetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu aistheta yang juga diturunkan dari aisthe (hal-hal yang dapat ditanggapi dengan indra, tanggapan indra). Berbicara mengenai sastra tidak mungkin terlepas dari perbincangan tentang keindahan, karena sastra itu merupakan karya seni. Atmazaki (2007:141) mengatakan karya seni adalah 6 sesuatu yang disepakati mengandung unsur keindahan. Dari pengertian di atas tentu keindahan karya seni tidak akan pernah sampai menyamai keindahan yang ada pada dunia Tuhan. Artinya seniman hanya meniru keindahan abadi, master, yang ada pada dunia Tuhan. Karya seni menjadi indah apabila menyajikan emosi dan dapat membangkitkan emosi sehingga menimbulkan perasaan-perasaan tertentu bagi penikmatnya. Untuk mendekati dan menikmati keindahan, seseorang dapat mengenal ciri dan sifat serta proses tercipta keindahan itu. (1) kesatuan (unity), (2) keselarasan (harmony), (3) kesetangkupan ( simetry), (4) keseimbangan ( balance), dan (5) pertentangan ( contrast) (Atmazaki 2007:143). METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sedangkan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Kaelan (2012:5) yang dikutip dalam Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata (bisa lisan untuk pene litian agama, sosial, budaya, filsafat), catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian.

7 Metode deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Alasan menggunakan teknik penelitian kualitatif metode deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang positif tentang petatah-petitih upacara perkawinan, nilai estetika yang terdiri dari unsur kesatuan, keselarasan, keseimbangan, dan pertentangan yang berlatar belakang pada nilai-nilai sastra dalam ungkapan adat petatah-petitih upacara perkawinan Kenagarian Campago, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman. Objek dalam penelitian ini adalah petatah-petitih yang disampaikan dalam acara perkawinan di Minangkabau. Penelitian ini diarahkan pada nilai estetika yang terkandung dalam petatah-petitih. Penelitian ini bertempat di Kenagarian Campago, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pelaksanaan pengambilan data dilengkapi oleh instrumen penunjang seperti kamera, alat rekam dan daftar pertanyaan. Kamera dan alat rekam digunakan untuk mengambil dialog petatah-petitih, sedangkan daftar pertanyaan digunakan untuk memperoleh keterangan tentang petatah-petitih di Kenagarian Campago, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman. Peneliti memakai instrumen penunjang, agar data yang diperoleh menjadi tepat dan benar. Informan penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat langsung dalam acara petatah-petitih perkawinan di Kenagarian Campago, Kecamatan V Koto Kampuang Dalam, Kabupaten Padang Pariaman. Jumlah informan sebanyak dua orang yaitu satu dari pihak mamak marapulai (pengantin laki-laki) dan satu lagi pihak mamak dari anak daro (pengantin perempuan). Kriteria informan yang ideal adalah (1) pihak mamak dari kedua belah pihak mempelai, (2) informan yang sudah dewasa, (3) informan berdo misili di Kenagarian Camapago, Kecamatan V Koto Kampuang Dalam, Kabupaten Padang Pariaman, (4) informan yang sehat jasmani dan sehat rohani. Teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah: merekam tuturan petatah-petitih, kemudian mentranslet ke bahasa tulis, setelah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya dilakukan inventarisasi yaitu 7

8 pencatatan terhadap data yang mengandung unsur kesatuan, keselarasan, keseimbangan, dan pertentangan. Setelah peneliti mendapatkan data, kemudian penelitian ini dilanjutkan kepada proses analisis data terhadap nilai-nilai estetika dalam ungkapan petatah-petitih perkawinan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1 ) mengidentifikasikan nilai-nilai estetika yang ada pada petatahpetitih perkawinan sesuai dengan konsep nilai estetika dalam ungkapan adat Minangkabau, (2) menggambar kan nilainilai estetika yang apa pada petatah-petitih tersebut, (3) menarik kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data merupakan faktor yang menentukan di dalam penelitian kualitatif ini. Teknik pengujian atau pemeriksaan keabsahan data yang penulis gunakan adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2010:178) teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu sendiri. Pengecekan keabsahan data dengan menggunakan pengamat ahli. Dalam hal ini, peneliti meminta kesediaan Mamak Sarbaini selaku pemuka adat di Kenagarian Campago Kecamatan V Koto 8 Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada sub bab ini akan dideskripsikan data petatah-petitih maantaan tando, duduak niniak mamak, dan manjapuik marapulai di Kenagarian Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Kegiatan utama dalam maantaan tando ini adalah mengawinkan mamak dari kedua belah pihak mempelai. Arti mengawinkan mamak dari kedua belah pihak adalah menghubungkan tali silaturahmi atau persaudaraan dari dua keluarga untuk menjadi satu keluarga. Dalam acara maantaan tando ini, kedua mamak dari masing-masing pihak melakukan serangkaian dialog dalam bentuk petatah-petitih. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal, 12 April 2015 dengan penutur Kapalo Mudo Buyuang Anih (pihak mempelai laki-laki) dan lawan tutur Z. Datuak Marajo (pihak mempelai perempuan). Duduak niniak mamak ini adalah acara untuk menentukan tanggal kapan acara pernikahan dilangsungkan. Acara ini hanya dilakukan oleh pihak perempuan saja, karena pihak perempuan berhak menentukan kapan dilangsungkan acara pernikahan. Acara duduak niniak mamak

9 ini dilakuakan dialog dalam bentuk petatah-petitih. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal, 12 April 2015 dengan penutur Kapalo Mudo Erwin Syah dan lawan tutur Z. Datuak Marajo. Penutur dan lawan tutur merupakan sama-sama pihak dari mempelai perempuan. Manjapuik marapulai ini adalah acara inti dari prosesi perkawinan. Manjapuik marapulai dilakukan oleh pihak perempuan kerumah pihak lakilaki. Dalam acara manjapuik marapulai ini bagian pihak perempuan membawa persyaratan yang diminta oleh pihak lakilaki sewaktu maantaan tando. Setelah terpenuhi persyaratan itu, maka pihak laki-laki mengantar marapulai ke rumah pihak perempuan untuk dilanjutkan dengan ijab kabul. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal, 12 Mei 2015 dengan penutur Kapalo Mudo Erwin Syah (pihak mempelai perempuan) dan lawan tutur Kapalo Mudo Buyuang Anih (pihak mempelai laki-laki). Nilai Estetika Petatah-petitih dalam Acara Maantaan Tando Pada petatah-petitih dalam acara maantaan tando ini terdapat empat nilai estetika, yaitu kesatuan, keselarasan, keseimbangan dan pertentangan. Berikut ini akan diuraikan masing-masing nilai estetika tersebut. 9 Pertama, unsur kesatuan dalam acara maantaan tando ditemukan 39 data. Berikut disajikan contoh unsur kesatuan dalam maantaan tando. Data (1) Sungguah mamak yang baimbau sapapek-papeknyo sarato niniak jo mamak imam katip labai pagawai Urang sumando nan diambang gadang nan dijunjuang tinggi apak mandeh sarato jo pemuda umumnyo silang nan sapangka karakok nan bajunjuang. Sungguh mamak yang dipanggil sejajar-jajarnya serta niniak dan mamak imam katip labai pegawai orang sumando yang dikedepan besarkan yang dijunjung tinggi bapak ibu serta pemuda umumnya silang yang serumpunsemak yang dijunjung. Kutipan (1) ini menunjukkan bahwa dalam petatah-petitih bukak kato ada unsur kesatuan yang terdapat pada kata sungguah mamak yang baimbau, sapapekpapeknyo sarato niniak jo mamak, imam katip labai pagawai, urang sumando nan diambang gadang nan dijunjuang tinggi, apak mandeh sarato jo pemuda, umumnyo silang nan sapangka karakok nan bajunjuang. Pada petatah-petitih ini menjelaskan bahwa pihak mamak perempuan bernama Kapalo Mudo Buyuang Anih hanya memanggil satu dari perwakilan pihak laki-laki bernama Z. Datuak Marajo tetapi sifatnya semua

10 rombongan yang datang dari pihak lakilaki. Kedua, unsur keselarasan dalam acara maantaan tando ditemukan 35 data. Berikut disajikan contoh unsur keselarasan dalam maantaan tando. Data (2) Kok dari jauah lah datang dakek lah bajawek salam alah babuah jorong kaduduakan ko arak jo jariah alah lapeh paluah didado alah tugue rokok sabatang alah anguih. Jika dari jauh sudah datang dekat sudah berjabat tangan sudah berbuah jorong berdudukkan jika penat dengan lelah sudah hilang keringat didada sudah hilang rokok sebatang sudah hangus. Kutipan ( 2) terdapat unsur keselarasan yang pada kalimat kok dari jauah lah datang, dakek lah bajawek salam, lah babuah jorong kaduduakan, kok arak jo jariah lah lapeh, ko paluah didado lah tugue, rokok sabatang lah anguih, kecek mangecek ciek jo duo alah pulo. Terdapat estetika keselarasan pada baris-baris tersebut karena kesenambungan antara baris-barinya. Sesuatu yang saling berhubungan atau sejalan. Pada petatahpetitih dalam data ini terdapat nilai keselarasan karena keselarasan merupakan interaksi yang wajar dari bebrapa bagian yang berbeda-beda. 10 Ketiga, unsur keseimbangan dalam acara maantaan tando ditemukan 6 data. Berikut disajikan contoh unsur keseimbangan dalam maantaan tando. Data (3) Digunjamkan lutuik nan duo ditakuan kapalo nan satu disusun jari nan sapuluah diangkek tangan sambahmanyambah. Benamkan lutut yang dua ditekukkan kepala yang satu disusun jari yang sepuluh diangkat tangan sembahmenyembah. Pada kutipan (3) ini terdapat unsur keseimbangan yaitu pada kalimat digunjamkan lutuik nan duoditakuan kapalo nan satudisusun jari nan sapuluahdiangkek tangan sambahmanyambah. Pada data tersebut terdapat unsur keseimbangan yaitu keserasinya bait pertama dengan ketiga yang berjumlah sembilan suku kata, kemudian bait kedua dengan bait keempat sama-sama memiliki jumlah suku kata yang sama pula. Dari jumlah suku kata tersebut terjadilah kesetangkupan karena keseimbangan atau kesetangkupan merupakan kepersisan bandingan antara dua hal yang berbeda. Data ini disampaikan oleh informan 2 selaku perwakilan dari mamak. Keempat, unsur pertentangan dalam acara maantaan tando ditemukan 6

11 data. Berikut disajikan contoh unsur pertentangan dalam maantaan tando. Data (4) Dikecekan ndak basamuik didayuang bak silindik dari jauah ka nan ampie dari barek ka nan ringan supayo kajo nak baansue ko ado ruponyo ado nan takana di hati takilang dek pikiran. Dikatakan tidak bersemut didayung tidak bergerak dari jauh ke yang dekat dari yang berat ke yang ringan supaya kerja tidak berangsur jika ada rupanya ada betul yang teringat di hati terpikirkan dlam pikiran. Pada kutipan ( 4) ini terdapar unsur pertentangan yang terdapat pada kalimat dari jauah ka nan ampie, dari barek ka nan ringan. Dari data tersebut terdapat kata yang memiliki unsur pertentangan yaitu kata jauah sama ampie dan barek sam ringan. Pada kata tersebut terdapat unsur pertentangan, karena kata tersebut memiliki makna yang berlawanan atau berantonim. Nilai Estetika Petatah-petitih dalam Acara Duduak Niniak Mamak Pada petatah-petitih dalam acara duduak niniak mamak ini terdapat empat nilai estetika, yaitu kesatuan, keselarasan, keseimbangan dan pertentangan. Berikut 11 ini akan diuraikan masing-masing nilai estetika tersebut. Pertama, unsur kesatuan dalam acara duduak niniak mamak ditemukan 16 data. Berikut disajikan contoh unsur kesatuan dalam duduak niniak mamak. Data (5) Sungguah mak datuak nan baimbau sapakek-papeknyo niniak jo mamak imam katip labia pagawai urang sumando nan diambang gadang nan dijunjuang tinggi bapak jo mande sarato pemuda silang nan sapangka karakok nan bajunjuang. Sungguh mamak datuk yang dipanggil sifatnya ninik dengan mamak imam katip labia pegawai orang sumenda yang dikedepan besarkan yang dijunjung tinggi bapak dengan ibu serta pemuda silang yang serumpun semak yang berjunjung. Pada kutipan ( 5) ini ada unsur kesatuan yang terdapat pada kalimat sungguah mamak yang baimbau, sapapekpapeknyo sarato niniak jo mamak, imam katip labai pagawai, urang sumando nan diambang gadang nan dijunjuang tinggi, apak mandeh sarato jo pemuda, umumnyo silang nan sapangka karakok nan bajunjuang. Pada petatah-petitih ini pihak mamak laki-laki memintak kepada mamak pihak perempuan untuk bisa menjadi tempat berundingin.

12 Kedua, unsur keselarasan dalam acara duduak niniak mamak ditemukan 9 data. Berikut disajikan contoh unsur keselarasan dalam duduak niniak mamak. Data (6) Kini mak datuak tadi tantang bukak kato alah balapangan tantang taratik sambah alah bakarilaan kito timba baliak tantang siriah jo pinang alah masak jo parundiangan. Kini mamak datuk tadi tentang buka kata sudah berlapangkan tentang tertip sembah sudah berkelepasan kita timbal baliak tentang sirih dengan pinang suadah masak dengan perundingan. Pada kutipan (6) ini terdapat unsur keselarasan. Pada kalimat kini mak datuak tadi tantang bukak kato alah balapangan tantang taratik sambahalah bakarilaan kito timba baliak tantang siriah jo pinang alah masak jo parundiangan. Pada kalimat-kalimat dalam data 2 saling terhubungkan dengan maksud dan tujuan yang sama yang menjadikan data ini serasi dan selaras. Dimana keselarasan merupakan interaksi yang wajar dari beberapa bagian yang berbeda-beda. Ketiga, unsur keseimbangan dalam acara duduak niniak mamak ditemukan 6 data. Berikut disajikan contoh unsur keseimbangan dalam duduak niniak mamak. Data (7) Kini mak datuak tadi tantang bukak kato alah balapangan tantang taratik sambah alah bakarilaan kito timba baliak tantang siriah jo pinang alah masak jo parundiangan. Kini mamak datuk tadi tentang buka kata sudah berlapangkan tentang tertip sembah sudah berkelepasan kita timbal baliak tentang sirih dengan pinang suadah masak dengan perundingan. Pada kutipan (7) ini terdapat unsur keseimbagan yang terdapat pada kalimat kini mak datuak tadi tantang bukak kato alah balapangan tantang taratik sambah alah bakarilaan kito timba baliak tantang siriah jo pinang alah masak jo parundiangan. Pada data ini mengambarkan keseimbangan antara jumlah bait perbait yaitu bait pertama dengan bait ketiga dan bait kedua dengan bait keempat. Dari keserasian antara jumlah bait tersebut menimbulkam unsur keseimbangan yang tidak lagi terlihat perbedaan antara bait dalam kalimat pada data. Keempat, unsur pertentangan dalam acara duduak niniak mamak ditemukan 3 data. Berikut disajikan contoh unsur pertentangan dalam duduak niniak mamak. 12

13 Data (8) Alah balayangan pandangan nan jauah alah batukiak tukiak pandangan ka nan ampie ruponyo talayangan kadaerah solok kabakeh rumah dunsanak datuak anjah palawan. Sudah dilambaikan pandangan yang jauh sudah dilihat-lihat pandangan ke yang dekat rupanya terlambaikan kedaerah solok kepada rumah famili datuk anjah palawan. Pada kutipan (8) ini terdapat unsur pertentangan dalam kalimat alah balayangan pandangan nan jauah alah batukiak tukiak pandangan ka nan ampie. Pada kalimat yang terdapat dalam data terdapat kata yang ada unsur pertentangan yaitu jauah dan ampie. Dari kata tersebut terjadinya unsur pertentangan, karena katanya memiliki makna yang berlawanan atau antonim. Pada data ini yang menjadi pembicara adalah pihak dari mempelai perempuan. Nilai Estetika Petatah-petitih dalam Acara Manjapuik Marapulai Pada petatah-petitih dalam acara manjapuik marapulai ini terdapat empat nilai estetika, yaitu kesatuan, keselarasan, keseimbangan dan pertentangan. Berikut ini akan diuraikan masing-masing nilai estetika tersebut. Pertama, unsur kesatuan dalam acara manjapuik marapulai ditemukan 10 data. Berikut disajikan contoh unsur kesatuan dalam manjapuik marapulai. Data (9) Sungguah kapalo nan baimbau sipaik e sagala nan tasabuik tadi kok tadi tantang bukak kato kapalo mudo alah balapangan nan kaduo tantang sambah manyambah alah bakarilaan kito timba baliak nan katigo tantang siriah jo pinang. Sungguh kepala muda yang dipanggil sifatnya segala yang terbilang tadi jika tadi tentang buka kata kepala muda sudah berlapangkan yang kedua tentang sembah menyembah sudah berelakan kita timbale balik yang ketiga tentang sirih dengan pinang. Pada kutipan (9) ini terdapat unsur kesatuan yang dalam kalimat sungguah kapalo nan baimbausipaik e sagala nan tasabuik tadi. Pada data ini sama sekali tidak terlihat adanya kata-kata yang tumpang tindih antar sesama kata melainkan saling berhubungan stu sama lain. Dan pada data ini,dari kata-kata yang disusun menimbulkam bunyi yang indah. Dari data ini menjelaskan kesatuan antara sesama mamak. Walaupun hanya mamak yang satu dipanggil oleh pihak sepangka atau kepala mudo. Tetapi pihak mamak lain juga ikut termasuk kedalam perundingan tersebut karena sudah 13

14 disebutkan atas nama sifat yang terbilang terlebih dahulu (silang sapangka). Kedua, unsur keselarasan dalam acara manjapuik marapulai ditemukan 8 data. Berikut disajikan contoh unsur keselarasan dalam manjapuik marapulai. Data (10) Alah suruah saranonyo rimbun rapak karambie pagai ditanan nan diateh munggu bulan tampak janjinan sampai ambo manampokan janji mamak nan dahulu alah janji mamak nan dahulu yaitu manjapuik marapulai malamae kini siange bisuak. Sudah suruh seraya lebat benar kepala pagai ditanam yang diatas tunggul bulan terlihat janji yang sudah sampai saya yang menepati janji mamak yang dahulu sudah janji mamak yang dahulu menjemput penganten laki-laki malamnya kini siangnya besok. Pada kutipan ( 10) ini terdapat unsur keselarasan yang terdapat dalam kalimat bulan tampak janjinan sampai ambo manampokan janji mamak nan dahulu alah janji mamak nan dahulu yaitu manjapuik marapulai malamae kini siange bisuak. Pada kata-kata yang dihasikan dalam data itu menggambarkan keharmonisan antara sesama susunan kalimat yang saling berhubungan dan memiliki tujuan yang sama. Dikatakan harmonis antar kata karna ada interaksi yang wajar sesama kata yang dipasangkan. 14 Ketiga, unsur keseimbangan dalam acara manjapuik marapulai ditemukan 5 data. Berikut disajikan contoh unsur keseimbangan dalam manjapuik marapulai. Data (11) Sungguah kapalo nan baimbau sipaik e sagala nan tasabuik tadi kok tadi tantang bukak kato alah balapangan nan kaduo tantang sambah manyambah alah bakarilalan kito timba baliak nan katigo tantang siriah jo pinang. Sungguh kepala muda yang dipanggil sifatnya segala yang terbilang tadi jika tadi tentang buka kata sudah berlapangkan yang kedua tentang sembah menyembah sudah berelakan kita timbal balik yang ketiga tentang sirih denang pinang. Pada kutipan ( 11) ini terdapat nilai estetika unsur keseimbangan yang mana terdapat pada kalimat sungguah kapalo nan baimbau sipaik e sagala nan tasabuik tadi kok tadi tantang bukak kato alah balapangan nan kaduo tantang sambah manyambah alah bakarilaan kito timba baliak nan katigo tantang siriah jo pinang. Pada data tersebut menjelaskan bahwa terdapatnya nilai estetika unsur keseimbangan karena keseimbangan atau keserasian antara kata yang satu dengan kata selanjutnya. Kata tersebut saling berhubungan dan tidak lagi terlihat perbandingan antara bait dengan bait yang

15 mana menimbulkan bunyi yang indah dan serasi. Data tersebut diucapkan oleh informan pertama dari pihak mempelai. Keempat, unsur pertentangan dalam acara manjapuik marapulai ditemukan 5 data. Berikut disajikan contoh unsur pertentangan dalam manjapuik marapulai. Data (12) Alah suruah saranonyo rimbun rapak karambie pagai ditanan nan diateh munggu bulan tampak janjinan sampai ambo manampokan janji mamak nan dahulu alah janji mamak nan dahulu yaitu manjapuik marapulai malamae kini siange bisuak. Sudah suruh seraya lebat benar kepala pagai ditanam yang diatas tunggul bulan terlihat janji yang sudah sampai saya yang menepati janji mamak yang dahulu sudah janji mamak yang dahulu menjemput penganten laki-laki malamnya kini siangnya besok. Pada data (12) ini terdapat unsur pertentangan dalam kalimat mamak nan dahulu yaitu alah janji manjapuik marapulai malamae kini siange bisuak. Pada kata malame kini dan siange bisuak merupakan kata yang bersinonim. Mengapa dikatakana berlawanan, karena pertentangan merupakan keharmonisan yang ditimbulkan oleh pertentangan dan perbedaan antara hal-hal yang terikat dalam suatu struktur. 15 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai estetika dalam petatah-petitih upacara perkawinan masyarakat Minangkabau di Kenagarian Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman meliputi pertama, unsur kesatuan yang menggambarkan keterikatan sesuatu dalam satu struktur sehingga tidak terlihat lagi bahwa sesuatu terdiri atas bagian-bagian. Unsur kedua, keselarasan yang menggambarkan inteteraksi yang wajar dari beberapa bagian yang berbeda-beda. Interaksi yang saling terdapat pada data keselarasan ini menggambarkan bahwa adanya kata-kata yang berhubungan antara sesame tetapi saling memiliki interaksi sehingga terlihat harmonis. Unsur ketiga, keseimbangan adalah kepersisan bandingan antara dua hal yang bebeda. Kepersisan dan keserasian yang dimaksud mengenai penjelasan di atas tergambarkan dari keseimbangan antara sesama pasangan baris dalam bait yang sama dan keserasian antara akhiran dari sesama pasangan baris dalam bait yang sama. Unsur keempat, pertentangan yang menggambarkan keharmonisan yang ditimbulkan oleh pertentangan dan perbedaan antara hal-hal yang terikat dalam suatu struktur.

16 SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan disarankan kepada: 1. Pemuka masyarakat yang berada di lingkungan Kabupaten Padang Pariaman, agar dalam melakukan musyawarah petatah-petitih ini lebih memperhatikan ketiga unsur tersebut yaitu unsur kesatuan, unsur keselarasan, unsur keseimbangan, sehingga bisa memahami nilai keindahan yang ada dalam petatahpetitih. 2. Peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya memaparkan unsur yang ada pada nilai estetika dalam petatahpetitih. Untuk itu, diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk mendeskripsikan seluruh nilai yang ada pada petatah-petitih. 3. Guru, hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai materi ajar terutama dalam pembelajaran budaya alam Minangkabau. sebagai pembimbing satu dan ibu Dra. Hj. Syofiani, M.Pd., sebagai pembimbing dua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, motivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Ahadiat, Endut Teori dan Apresiasi Kesusastraan. Padang: Bung Hatta University Press. Alfan, Muhammad Pengantar Filsafat Nilai. Bandung: Pustaka Setia. Atmazaki Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: UNP Press. Djamaris, Edwar Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kaelan Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma. Moleong, J. Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosda. Navia. AA Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Grafitipers. Ratna, Nyoman Kutha Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. UCAPAN TERIMA KASIH Pelaksanaan penelitian dan proses penulisan skripsi ini terlaksana atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. Hasnul Fikri M.Pd., 16

STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT

STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT Oleh: Rafika Juliastuti 1, Syahrul R. 2, Amril Amir 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan, menjadikan negara ini memiliki etnis serta

Lebih terperinci

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ENZI PATRIANI NPM 10080297 PROGRAM

Lebih terperinci

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN Nia Gustina¹, Gusnetti², Syofiani² ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.500.000 Tim Pelaksana Reniwati, Noviatri, Rona Almos, dan Khanizar Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENYULUHAN

Lebih terperinci

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT.

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT. NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT. RAJO PENGHULU Mefri Diamanda 1), Marsis 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA ADAT PERKAWINAN DALAM ACARA BATIMBANG TANDO DI KENAGARIAN INDRAPURA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PRINSIP KERJA SAMA ADAT PERKAWINAN DALAM ACARA BATIMBANG TANDO DI KENAGARIAN INDRAPURA KABUPATEN PESISIR SELATAN PRINSIP KERJA SAMA ADAT PERKAWINAN DALAM ACARA BATIMBANG TANDO DI KENAGARIAN INDRAPURA KABUPATEN PESISIR SELATAN Nola Dahvia 1 ) Gusnetti 2 ) 'Syofiani 2 ) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman terletak di antara 100º 21 00 Bujur Timur atau 0º

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN BATAGAK PANGULU

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN BATAGAK PANGULU STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN BATAGAK PANGULU Dessy Rahmadani 1, Novia Juita 2, Hamidin 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Email: dessyrahmadani63@yahoo.com

Lebih terperinci

NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak

NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL Yunita Nopianti Abstrak Penelitian ini membahas mengenai tradisi maanta anak daro. Tradisi maanta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beragam-ragam suku diantaranya suku Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap suku tersebut memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN

FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN Rizqanil Fajri 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN MAANTAAN KAMPIE SIRIAH

STRUKTUR DAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN MAANTAAN KAMPIE SIRIAH STRUKTUR DAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN MAANTAAN KAMPIE SIRIAH RezzaRukmana 1, Novia Juita 2, Hamidin 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Email: rezzarukmana@gmail.com

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PANTUN MINANGKABAU. Meta Sari 1), Gusnetti 2), Syofiani 2)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PANTUN MINANGKABAU. Meta Sari 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PANTUN MINANGKABAU Meta Sari 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Orang Ujung Gading. Etnografi. Nuriza Dora 1)

Orang Ujung Gading. Etnografi. Nuriza Dora 1) 1 Nuriza Dora 1) Daerah perbatasan merupakan kawasan tempat bertemunya beberapa suku bangsa beserta kebudayaannya. Pada perkembangan selanjutnya di tempat tersebut akan muncul kebudayaan baru atau percampuran

Lebih terperinci

TRADISI PASAMBAHAN BASIGORAK

TRADISI PASAMBAHAN BASIGORAK TRADISI PASAMBAHAN BASIGORAK DALAM ADAT PERKAWINAN DI KELURAHAN PADANG TANGAH PAYOBADA KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR: ANALISIS STRUKTUR, FUNGSI, DAN KONTEKS Oleh: Sheffi Edly 1, Novia Juita 2, Andria Catri

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR ANAK KEPADA ORANG YANG LEBIH TUA DI KENAGARIAN SUNUR KECAMATAN NAN SABARIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN Ayu Wahyuni 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM TEKS PIDATO BATAGAK GALA PENGHULU KARYA H. IDRUS HAKIMY DATUAK RAJO PENGHULU

NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM TEKS PIDATO BATAGAK GALA PENGHULU KARYA H. IDRUS HAKIMY DATUAK RAJO PENGHULU NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM TEKS PIDATO BATAGAK GALA PENGHULU KARYA H. IDRUS HAKIMY DATUAK RAJO PENGHULU Oleh: Rio Samudro 1, Hamidin 2, Nurizzati 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UPACARA MAANTA BUBUA DI KANAGARIAN CUPAK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK

PELAKSANAAN UPACARA MAANTA BUBUA DI KANAGARIAN CUPAK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK 1 2 1 PELAKSANAAN UPACARA MAANTA BUBUA DI KANAGARIAN CUPAK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK Delvince Noverina 1, Baidar 2, Wirnelis Syarif 2 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FT Universitas

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL

STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL Diajukan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ABDUL

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROSESI PEMINANGAN DALAM PERKAWINAN PADA SUKU KOTO PILIANG DAN BODI CANIAGO DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL OLEH RESI SUSANTI

PELAKSANAAN PROSESI PEMINANGAN DALAM PERKAWINAN PADA SUKU KOTO PILIANG DAN BODI CANIAGO DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL OLEH RESI SUSANTI 1 PELAKSANAAN PROSESI PEMINANGAN DALAM PERKAWINAN PADA SUKU KOTO PILIANG DAN BODI CANIAGO DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL OLEH RESI SUSANTI 1010013311029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

METAFORA DALAM PASAMBAHAN MAANTA MARAPAULAI DI NAGARI TANJUNG KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG

METAFORA DALAM PASAMBAHAN MAANTA MARAPAULAI DI NAGARI TANJUNG KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG METAFORA DALAM PASAMBAHAN MAANTA MARAPAULAI DI NAGARI TANJUNG KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG Pina Herlia Ningsi 1, Ermanto 2, Hamidin Dt. R. Endah 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEKANBARU

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEKANBARU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEKANBARU TINDAK TUTUR KOMUNIKASI DALAM PASAMBAHAN BATIMBANG TANDO (PERTUNANGAN) PADA ADAT MINANGKABAU PARIAMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing di dalamnya. Termasuk Indonesia yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya dengan ciri khas masing-masing.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI 1 ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI Andi nova 1,Dainur Putri 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa. Oleh karena itu, pengertian perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa. Oleh karena itu, pengertian perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai-nilai budaya

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai-nilai budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minangkabau merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Nusantara yang kaya dengan adat dan tradisi.menurut Nazir (2002) tradisi adalah suatu kebiasaan turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa oleh masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau merupakan kelompok masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam membimbing dan mengatur keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata krama yaitu jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah,

BAB I PENDAHULUAN. tata krama yaitu jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar, dalam aturan adat istiadat, tata cara perkawinan dapat dibagi atas dua bagian, yakni: perkawinan menurut syarak (agama) dan perkawinan menurut adat

Lebih terperinci

SANKSI ADAT TERHADAP PERKAWINAN SESUKU DALAM KENAGARIAN SUNGAI ASAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI

SANKSI ADAT TERHADAP PERKAWINAN SESUKU DALAM KENAGARIAN SUNGAI ASAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI SANKSI ADAT TERHADAP PERKAWINAN SESUKU DALAM KENAGARIAN SUNGAI ASAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum OLEH : RESTY YULANDA 07140159

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI SISWA KELAS VII.1 SMPN 35 PADANG DENGAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG Eni Puji Astuti 1), Hasnul Fikri 1), Elvina A. Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ingat, Merariq itu merupakan prosesi adat, di mana seorang lakilaki harus siap membawa lari calon istrinya. Dan Merariq itu merupakan pembuktian ketangkasan seorang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif maka data yang dipoeroleh dianalisis dan diuraikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

PASAMBAHAN DALAM UPACARA KHATAM AL QURAN DI NAGARI TABEK PATAH KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR

PASAMBAHAN DALAM UPACARA KHATAM AL QURAN DI NAGARI TABEK PATAH KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR PASAMBAHAN DALAM UPACARA KHATAM AL QURAN DI NAGARI TABEK PATAH KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Nia Nadela Pratama 1, Hamidin 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Minangkabau menganut falsafah 1 Alam Takambang Jadi. Minangkabau ragam adat adalah tuturan bahasa pasambahan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Minangkabau menganut falsafah 1 Alam Takambang Jadi. Minangkabau ragam adat adalah tuturan bahasa pasambahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Minangkabau menganut falsafah 1 Alam Takambang Jadi Guru. Falsafah ini kemudian dituangkan oleh masyarakat Minangkabau dalam bentuk seni kata. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Judul Penelitian : Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Padang Nama : Rika Fitrianti NPM : 0910013111196 Jenjang Pendidikan : Sarjana Pendidikan (S1) Program

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE Sinta Febriani¹, Gusnetti², Syofiani² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ²Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Pada Jurusan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ABSTRACT

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ABSTRACT 1 NILAI-NILAI BUDAYA DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI Septiadi Nefri 1), Gusnetti 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires ( ), seorang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires ( ), seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariaman di zaman lampau merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1.500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dendang di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan memiliki nilai-nilai yang disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keydwords: Writing skills, effective sentences, the research proposal

ABSTRACT. Keydwords: Writing skills, effective sentences, the research proposal KEEFEKTIFAN KALIMAT PADA PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA ANGKATAN 2010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNIVERSITAS BUNG HATTA 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI. Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani 2, Romi Isnanda 2

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI. Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani 2, Romi Isnanda 2 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani, Romi Isnanda Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dosen Program

Lebih terperinci

Oleh: Robi Fernandes Dosen Pembimbing: Dr. Hesti Asriwandari, M.Si

Oleh: Robi Fernandes Dosen Pembimbing: Dr. Hesti Asriwandari, M.Si TRADISI PASAMBAHAN PADA MASYARAKAT MINANGKABAU (STUDI TENTANG PELAKSANAAN TRADISI PASAMBAHAN MANJAPUIK MARAPULAI DI DUSUN TAMPUAK CUBADAK, JORONG KOTO GADANG, NAGARI KOTO TINGGI, KECAMATAN BASO, KABUPATEN

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga nagari, yang berarti generasi yang berada dalam garis depan untuk menyelesaikan berbagai masalah di

Lebih terperinci

TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG

TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG Darfian Petra, Nurharmi, Yusrizal Program Studi Pendidikan Pancasila Dan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA. Oleh. Monica Edwar NPM ARTIKEL

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA. Oleh. Monica Edwar NPM ARTIKEL NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA Oleh Monica Edwar NPM 0910013111016 ARTIKEL Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RAMDANI HERMANSYAH NIM 100388201180 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI PADANG Risa Marjuniati ), Marsis ), Hj. Syofiani ) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ) Dosen

Lebih terperinci

KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN TUIK IV KOTO MUDIAK BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN

KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN TUIK IV KOTO MUDIAK BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN TUIK IV KOTO MUDIAK BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Fefriadi Rangga Utama 1, Emidar 2, Ermawati Arief 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Tri Hidayati¹, Hasnul Fikri², Syofiani²

Tri Hidayati¹, Hasnul Fikri², Syofiani² PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO- OP TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI TIGO NAGARI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN Tri Hidayati¹, Hasnul Fikri²,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Peribahasa Jawa cukup banyak jumlahnya dan beraneka ragam isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ajaran moral yang cukup tinggi terkandung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB IV PERAN NINIAK MAMAK DALAM PERKAWINAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENCATATAN NIKAH

BAB IV PERAN NINIAK MAMAK DALAM PERKAWINAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENCATATAN NIKAH BAB IV PERAN NINIAK MAMAK DALAM PERKAWINAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENCATATAN NIKAH 1. Proses Perkawinan di Kenagarian Gadut Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Indonesia merupakan Negara yang memiliki

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PARIAMAN

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PARIAMAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PARIAMAN Sri Wulandari 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

NILAI-NILAI ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI ARTIKEL ILMIAH

NILAI-NILAI ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI ARTIKEL ILMIAH NILAI-NILAI ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) RIKA AGUSTIN NPM 09080066

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN Sri Elfina 1, M. Atar Semi 1, Dainur Putri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Dosen

Lebih terperinci

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau) PENGAMBILAM KEPUTUSAN DALAM KELUARGA MENURUT BUDAYA MINANGKABAU Oleh : Dra. Silvia Rosa, M. Hum Ketua Jurusan Sastra Daerah Minangkabau FS--UA FS Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan

Lebih terperinci

THE ROLE OF MAMAK IN MOTIVATING KAMANAKAN TO LEARN MINANGKABAU CUSTOM SPEECH IN KANAGARIAN SALIMPAT DISTRICTS OF LEMBAH GUMANTI SOLOK REGENCY.

THE ROLE OF MAMAK IN MOTIVATING KAMANAKAN TO LEARN MINANGKABAU CUSTOM SPEECH IN KANAGARIAN SALIMPAT DISTRICTS OF LEMBAH GUMANTI SOLOK REGENCY. 1 THE ROLE OF MAMAK IN MOTIVATING KAMANAKAN TO LEARN MINANGKABAU CUSTOM SPEECH IN KANAGARIAN SALIMPAT DISTRICTS OF LEMBAH GUMANTI SOLOK REGENCY. Merial Ulfa*, Dra. Bedriati Ibrahim, M.Si**, Drs Kamaruddin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan perasaan kepada pihak lain terwujud dalam kegiatan berbahasa. Di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

NILAI ESTETIKA DAN GAYA BAHASA PANTUN UPACARA ADAT PERNIKAHAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL

NILAI ESTETIKA DAN GAYA BAHASA PANTUN UPACARA ADAT PERNIKAHAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL NILAI ESTETIKA DAN GAYA BAHASA PANTUN UPACARA ADAT PERNIKAHAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh YUSRA HAYATY NIM. 090388201366 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut adat Minangkabau, tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak berpunya di bumi Minangkabau. Tanah tersebut bisa dikuasai oleh suatu kaum sebagai hak ulayat,

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa nagari sebagai kesatuan

Lebih terperinci

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SUNGAI JAMBU, KABUPATEN TANAH DATAR

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SUNGAI JAMBU, KABUPATEN TANAH DATAR BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SUNGAI JAMBU, KABUPATEN TANAH DATAR Elfiza 1), Atar Semi 1), Syofiani 2), 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah mengambil

Lebih terperinci

PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI BINJAI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan

PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI BINJAI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI BINJAI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan Penduduk yang berdiam dan berasal dari pulau-pulau yang beraneka ragam adat budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dua jenis, laki-laki dan perempuan. Untuk mengikat kedua jenis. dan seluruh keluarga kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dua jenis, laki-laki dan perempuan. Untuk mengikat kedua jenis. dan seluruh keluarga kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan suatu perbuatan mulia dan merupakan kebutuhan rohani dan jasmani dalam kehidupan manusia. Sudah menjadi sunnatullah bahwa sesuatu dijadikan tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkawinan pada dasarnya merupakan manifestasi keinginan manusia untuk hidup berkelompok. Keinginan itu tercermin dari ketidakmampuan untuk hidup sendiri.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM MANTRA MASYARAKAT DESA CEMAGA SELATAN KECAMATAN BUNGURAN SELATAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM MANTRA MASYARAKAT DESA CEMAGA SELATAN KECAMATAN BUNGURAN SELATAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM MANTRA MASYARAKAT DESA CEMAGA SELATAN KECAMATAN BUNGURAN SELATAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh EVA SUKRISNA NIM 120388201025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya kepemimpinan situasional. Teori yang akan dijelaskan sejalan dengan fokus penelitian yaitu gaya kepemimpinan penghulu Minangkabau.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering

Lebih terperinci

PEMBUATAN ENSIKLOPEDI PROSESI DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN DI TARUSAN PESISIR SELATAN

PEMBUATAN ENSIKLOPEDI PROSESI DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN DI TARUSAN PESISIR SELATAN PEMBUATAN ENSIKLOPEDI PROSESI DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN DI TARUSAN PESISIR SELATAN Nindy Aprilia Putri 1, Elva Rahmah 2 Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

NILAI ESTETIKA CERITA RABAB PESISIR SELATAN KABA GADIH BASANAI YANG DINYANYIKAN OLEH PIRIN ASMARA

NILAI ESTETIKA CERITA RABAB PESISIR SELATAN KABA GADIH BASANAI YANG DINYANYIKAN OLEH PIRIN ASMARA 1 NILAI ESTETIKA CERITA RABAB PESISIR SELATAN KABA GADIH BASANAI YANG DINYANYIKAN OLEH PIRIN ASMARA Oktia Ranti Saputri 1, Hasnul Fikri 2, Syofiani 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN SISTEM MATRILINEAL KELUARGA MUDA MINANG DI ERA GLOBALISASI

KEBERLANJUTAN SISTEM MATRILINEAL KELUARGA MUDA MINANG DI ERA GLOBALISASI KEBERLANJUTAN SISTEM MATRILINEAL KELUARGA MUDA MINANG DI ERA GLOBALISASI Stella Zavera Monica Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia stellazavera@yahoo.com Abstrak Di seluruh dunia terdapat

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE ABSTRACT

KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE ABSTRACT KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE Yudi Zulhendra 1, Wahyudi Rahmat 2, Aruna Laila 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci