BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah mengambil lokasi di Sumatera Barat Nagari Batu Kalang Padang Pariaman. Daerah ini merupakan daerah penutur asli bahasa Minangkabau. Penulis menganggap tempat ini layak dijadikan lokasi penelitian karena bahasa yang digunakan belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung oleh masyarakat yang masih asli. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 19 April sampai dengan 19 Mei Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data lisan data yang diperoleh secara langsung dengan mewawancarai nara sumber untuk mengumpulkan data secara mendalam. Dan data sekunder yang diperoleh secara langsung dari buku seperti karya Amir M.S yang berjudul Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, guna mengumpulkan informasi terkait

2 dengan makna peribahasa pada adat Niniak mamak. Sumber data penulis adalah informan yang memenuhi syarat yang ditentukan. Informan dalam penelitian ini dipilih dari kalangan pemuka adat yang terlibat dan memiliki posisi penting dalam setiap upacara adat Niniak Mamak. Tidak semua orang mampu memahami tuturan-tuturan dalam upacara adat tersebut meskipun sering mengikutinya. Dalam penelitian ini informan akan melakukan wawancara dengan tiga orang marasumber. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini. 1. Berjenis kelamin pria; 2. Berusia antara tahun; 3. Jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya; 4. Berpendidikan ( minimal tamatan SD sederajat ) 5. Menguasai bahasa dan budaya Minang dengan baik; 6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya; 7. Dapat berbahasa Indonesia; 8. Sehat jasmani dan rohani (Mahsun,1995:106). 3.3 Metode Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan suatu penelitian lapangan, penulis secara langsung turun ke lapangan dalam upaya memeroleh data yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian lapangan dilakukan di Sumatera Barat yang secara administrarif terdapat di Padang Sago, Nagari Batu Kalang. Keterbatasan untuk mengingat semua hasil pembicaraan atau wawancara

3 tersebut, maka dilakukan teknik catat. Penelitian mencatat semua data atau informasi yang diperlukan untuk bahan penelitian (Sudaryanto, 1993: ). Informan dalam penelitian ini dipilih dari kalangan pemuka adat yang terlibat dan memiliki posisi penting dalam setiap upacara adat Niniak mamak. Tidak semua orang mampu memahami tuturan-tuturan dalam upacara adat tersebut meskipun sering mengikutinya. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan ancangan Antropolinguistik untuk mendeskripsikan kebudayaan masyarakat ditinjau dari bahasa dalam konteks kebudayaan. Setelah semua data teridentifikasi, langkah kerja selanjutnya adalah membuat analisis makna dari data yang ada. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Metode kepustakaan, yaitu penulis melakukan penelitian dengan mencari data dari bukubuku yang berhubungan dengan penulisan sebagai bahan acuan dari berbagai referensi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan dasar-dasar teori yang akan digunakan dan untuk mengkaji hasil penelitian atau informasi yang mendukung penelitian. 2. Metode observasi, yaitu penulis turun langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan terhadap tempat, dan peran pemakai bahasa serta perilaku selama pelaksanaan pengguna bahasa berlangsung. 3. Metode wawancara, data penelitian ini adalah data lisan dan tulisan. Data tulisan diperoleh dengan menggunakan metode simak (Sudaryanto, 1993:13) yaitu dengan menyimak pengguna bahasa. Metode ini dikembangkan teknik sadap, yaitu meninjau dan mempelajari secara langsung kata-kata yang diperoleh dari studi pustaka. Selanjutnya

4 digunakan teknik catat dengan mencatat data-data tulis yang diperoleh dari bahan pustaka yang digunakan. Tahapan strategi metode pengumpulan data itu berakhir dengan transkip dan tataan data yang sistematis dan ditandai oleh transkip serta tertatanya data secara sistematis (Sudaryanto, 1986:36) Metode dan Teknik Analisis Data Data dianalisi dengan menggunakan metode padan, yang penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Teknik dasarnya berupa teknik pilah unsur penentu dengan alat penentu mitra wicana (sudaryanto, 1995:21). Metode ini digunakan untuk mengkaji nilai budaya yang ada di dalam peribahasa dikaji dari segi makna Harafiah yang dilanjutkan dengan menentukan makna yang tersirat dalam data) peribahasa dan dikaji secara antropolinguistik yang melibatkan masyarakat bahasa sebagai pendukung budaya pemilik peribahasa tersebut. Dalam menginterprestasikan data peribahasa, penulis mengubah bahasa Minang kedalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan agar hubungan antar kalimat yang terdapat dalam peribahasa tersebut dapat diperoleh maknanya serta dapat ditemukan nilai budaya masyarakat yang tercermin di dalamnya. Ko ado kayu gadang di tangah padang Jika ada pohon besar di tengah padang Mako ka manjadi tampek balinduang kapanasan Maka akan menjadi tempat berlindung kepanasan Ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo Kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga

5 Mako basamo-samo baselo jo kaluargo Maka sama-sama bersila dengan keluarga Makna dari Pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati, pepatah-petitih ini di sampaikan oleh urang nan tuo kepada kedua pengantin. Seorang suami yang sudah mempunyai keluarga merupakan raja di dalam keluarganya, tugas seorang suami adalah sebagai pelindung bagi keluarganya, sebagai hakim yang memutuskan semua masalah dalam keluarga. Ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo, mako basamo-samo baselo jo kaluargo isi pepatah-petitih ini merupakan nasehat untuk kedua pengantin yang artinya, jika ada masalah dalam keluarga sebaiknya sama-sama diselesaikan dengan duduk tenang dan tetap satu hati untuk membina rumah tangga yang penuh dengan cinta Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Pada tahap penyajian hasil analisis, sistematika yang digunakan adalah menggunakan model penyajian informal yang merujuk pada metode penyajian hasil analisis oleh Sudaryanto (1993). Penyajian informal digunakan dalam penelitian ini karena metode tersebut memungkinkan penjelasan mengenai suatu kaidah secara lengkap, rinci, dan terurai sehingga dapat memberikan nilai keterbacaan yang tinggi dari hasil penelitian yang dilakukan.

6 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Makna Petatah Petitih Niniak Mamak dalam pernikahan Minangkabau Peribahasa atau yang biasa orang Minang sebut dengan Pepatah-petitih merupakan jenis peribahasa yang berisi nasehat atau ajaran dari orang-orang tua. Padanan setiap katanya mengandung aturan dasar dalam berperilaku. Makna pepatah-petitih yang terkandung di dalamnya sangat dalam dan bijak. Pepatah-petitih sering digunakan untuk memberi nasehat, memberi sindiran halus, memberi pujian, untuk mematahkan pembicaraan lawan bicara dan ditujukan kepada muda-mudi, pasangan pengantin, upacara menyambut tamu atau berbagai acara lainnya. Serta kadang kala Petatah Petitih juga diperdengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam acara Adat Minangkabau pada acara Niniak Mamak di pesta pernikahan, biasanya hanya ada 3 bagian peribahasa yang diungkapkan, yaitu peribahasa pembukaan, peribahasa nasehat, dan peribahasa penutup atau harapan. Pateda (2001: 230) membagi makna ungkapan menjadi empat bagian yaitu : 1. Membandingkan (penyamaan) 2. Menasehati 3. Mengharapkan sesuatu 4. Mengejek Dalam upacara Adat Niniak Mamak, hanya ada tiga makna yang terkandung sesuai dengan pendapat Pateda tersebut, karena dalam Pepatah-petitih Minangkabau dalam acara

7 Niniak Mamak tidak ada makna mengejek. Jadi, sesuai dengan pendapat Pateda tersebut, maka dari hasil mengamatan penulis makna pepatah-petitih dalam Niniak Mamak ada tiga yaitu: 1. Makna Penyamaan / Membandingkan Pepatah-petitih yang menggambarkan makna membandingkan /penyamaan dalam acara Niniak Mamak dapat dilihat dalam contoh data berikut ini: Data (1) Elok rumah badiri kokoh Bagus rumah berdiri kokoh Tiado tiang nyo ka bagoyang Tidak ada tiang nya akan bergoyang Sia nan diparsuntiang nak daro Siapa yang akan dinikahi oleh calon perempuan Inyo ka manjadi kamanakan mamak Dia akan tetap menjadi keluarga paman Makna dari kata-kata pepatah-petitih adalah makna penyamaan yang ditemukan pada bagian isi sia nan diparsuntiang nak daro dengan inyo ka manjadi kamanakan mamak siapa yang akan dinikahi oleh calon perempuan, suami akan tetap menjadi keluarga paman adalah bagian isi dari pepatah-petitih yang maknanya menyamakan kedudukan hak marapulai (pengantin laki-laki) seperti anak kemenakan mamak nak daro (pengantin perempuan). Dengan demikian, jika anak daro dipersunting suku lain, maka marapulai tersebut tetap akan menjadi anak kemenakan paman dari nak daro. Data (2) Pepatah-petitih yang menggambarkan makna membandingkan /penyamaan dalam acara Niniak Mamak dapat dilihat dalam contoh data berikut ini: Sigai mancari anau

8 Tangga mencari enau Anau tatap sigai baranjak Enau tetap tangga pindah Nan marapulai datang dek bajapuik pai jo baanta Pengantin laki-laki datang karena dijemput pergi dengan diantar Nan nak daro mananti di rumah Yang pengantin perempuan menanti di rumah Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna membandingkan yang ditemukan pada bagian isi Nan marapulai datang dek bajapuik pai jo baanta, nan nak daro mananti di rumah Pengantin laki-laki datang karena dijemput pergi dengan diantar, yang pengantin perempuan menanti di rumah dalam setiap adat pernikahan Minangkabau semua laki-laki akan diantar ke rumah istrinya dan akan dijemput oleh keluarga istrinya secara adat. Mulai sejak itu suami menetap di rumah atau di kampung halaman istrinya. Bila terjadi perceraian, maka suami yang harus pergi dari rumah istrinya. Sedangkan istri tetap tinggal di rumah bersama anak-anaknya sebagaimana telah diatur hukum adat. Bila istri meninggal dunia, maka kewajiban keluarga pihak suami untuk segera menjemput suami yang sudah menjadi duda, untuk dibawa kembali ke dalam lingkungan kampung halaman. 2. Makna Menasehati Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut : Data (3) Ko ado kayu gadang di tangah padang Jika ada pohon besar di tengah padang Mako ka manjadi tampek balinduang kapanasan Maka akan menjadi tempat berlindung kepanasan Ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo

9 Kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga Mako basamo-samo baselo jo kaluargo Maka sama-sama bersila dengan keluarga Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati, pepatah-petitih ini disampaikan oleh urang nan tuo kepada kedua pengantin, tugas seorang suami adalah sebagai pelindung bagi keluarganya, sebagai hakim yang memutuskan semua masalah dalam keluarga. Makna menasehati yang ditemukan pada bagian isi Ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo, mako basamo-samo baselo jo kaluargo kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga, maka bersama-sama bersila dengan keluarga ini merupakan nasehat untuk kedua pengantin yang artinya, jika ada masalah dalam keluarga sebaiknya sama-sama diselesaikan dengan duduk tenang dan tetap satu hati untuk membina rumah tangga yang penuh dengan cinta. Data (4) Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut : Malompek samo patah Melompat sama patah Manyaruduak samo bungkuak Menyeruduk sama bungkuk Tatungkuik samo makan tanah Tertelungkup sama makan tanah Susah sanang samo samo Susah senang sama-sama Masalah datang dihadang baduao Masalah datang dihadang berdua

10 Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati yang ditemukan pada bagian isi susah sanang samo-samo, masalah datang dihadang baduo susah senang sama-sama, masalah datang dihadang berdua yang ditujukan untuk kedua calon pengantin. Pepatah-petitih ini dapat disimpulkan bahwa suami istri harus mempunyai sifat setia, yang dimaksud dengan setia adalah teguh hati, merasa senasib dan menyatu dalam lingkungan keluarga. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga baik susah ataupun senang sama-sama dilalui dengan sabar. Pengantin diberi nasehat agar berjanji tidak boleh berpisah atau bercerai kecuali dipisahkan oleh kematian. Pengantin juga harus saling melengkapi satu sama lain agar terjalin hubungan yang harmonis, saling pengertian agar seia-sekata dalam suka dan duka dan menjadi pasangan yang satu perasaan dan satu pemikiran. Data (5) Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut : Gunuang biaso timbunan kabuik Gunung biasa timbunan kabut Lurah biaso timbunan aie Lurah biasa timbunan air Lauik biaso timbunan ombak Laut biasa timbunan ombak Ko baribuik hati kaduonyo Kalau ribut hati berdua ini (suami istri) Nan suami harus mangalah Yang suami harus mengalah Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati. Biasanya petuah ini disampaikan kepada pengantin laki-laki harus mempunyai sifat arif bijaksana yang dapat

11 memahami pandangan orang lain, dapat mengerti apa yang tersurat maupun tersirat. Isi pepatahpetitih yang mengandung makna menasehati ditemukan pada bagian isi ko baribuik hati kaduo ko, nan suami harus mangalah kalau ribut hati berdua ini (suami istri), yang suami harus mengalah seorang suami mampu menangkis setiap bahaya yang akan datang. Serta mampu menerima segala cobaan dengan dada yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pikiran yang jernih. Data (6) Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut : Bakati samo barek Menimbang sama berat Maukue samo panjang Mengukur sama panjang Tibo di mato indak dipiciangkan Tiba di mata tidak dipicingkan Tibo di paruik indak dikampihkan Tiba di perut tidak dikempiskan Tibo di dado indak dibusuangkan Tiba di dada tidak dibusungkan Jiko bakato marapulai ko nan manieh Jika berkata suami haruslah manis Walau baban dipikua surang Walau beban dipikul sendiri Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati, yang ditujukan kepada calon suami (marapulai) yang disampaikan oleh Niniak-Mamak. Marapulai diberi arahan agar

12 dapat bersifat adil, adil adalah dapat mengambil sikap yang tidak berat sebelah dan berpegang teguh pada kebenaran. Serta seorang suami harus pandai membawakan diri dan harus bijaksana, sehingga dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga kelak. Makna menasehati terdapat pada isi jiko bakato marapulai ko nan manieh, walau baban dipikua surang jika berkata lelaki haruslah manis, walau beban dipikul sendiri yang artinya meskipun suami memiliki beban kerja yang banyak sebaiknya tidak dilampiaskan kepada istri, dan suami hendaklah menguntaikan kalimat yang baik atau manis untuk memikat istri tersebut. Data (7) Pepatah-petitih yang menggambarkan makna menasehati dalam adat Niniak Mamak dapat dilihat dari contoh berikut : Dalam awa akhie membayang Dalam awal akhir terbayang Dalam baiak kanalah buruak Dalam baik ingatlah buruk Dalam galak tangieh kok tibo Dalam tawa tangis menghadang Hati gadang hutang kok tumbuah Hati ria hutang tumbuh Kok ado rundiang ba nan batin Jika ada masalah yang membantin Patuik baduo jan batigo Diselesaikan berdua saja jangan bertiga Nak jan lahia didanga urang Jangan sampai didengar orang

13 Makna pepatah-petitih di atas adalah makna menasehati, ditujukan untuk kedua calon pengantin. Bahwa ketika sudah berumah tangga suami istri harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat. Makna menasehati terdapat pada bagian isi kok ado rundiang ba nan batin patuik baduo jan batigo nak jan lahia didanga urang kalau ada masalah yang membantin, diselesaikan berdua saja jangan bertiga, jangan sampai didengar orang maksudnya adalah dalam setiap permasalahan selalu diselesaikan dengan akal sehat dan diselesaikan berdua saja, menggunakan akal pikiran dengan baik, serta menggunakan otak untuk berfikir dan memanfaatkan alam untuk hidup dan kehidupannya. Serta masalah setidaknya jangan sampai didengar oleh orang banyak. 3. Makna Mengharapkan Sesuatu Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang mengandung makna mengharapkan sesuatu terdapat pada data berikut : Data (8) Bajalan anak surang tak dahulu Berjalan anak sendiri tidak dahulu Bajalan baduo tak ditangah Berjalan berdua tidak di tengah Diharoik hemat cermat anak selalu Diharap hemat cermat anak selalu Martabat nan ditanam tidaklah lengah Martabat yang ditanam tidaklah lengah Makna dari pepatah-petitih tersebut adalah, makna mengharapkan sesuatu yang terdapat pada kata diharoik hemat cermat anak selalu dan martabat nan ditanam tidaklah lengah diharap hemat cermat anak selalu, martabat yang ditanam tidaklah lengah makna sebuah

14 harapan yang ditujukan kepada suami istri agar kelak mendapatkan anak yang mempunyai sifat hemat dan cermat, serta diharap anak juga dapat bertindak pada saat dan waktunya, melihat kepada tempat dan keadaan, pandai menyesuaikan diri pada setiap tingkatan masyarakat, tidak merasa rendah diri dalam pergaulan, dan anak yang hormat kepada orang tua serta mempunyai sifat terbuka. Data (9) Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang mengandung makna mengharapkan sesuatu terdapat pada data berikut : Indak bataratak anak bakato asiang Tidak bertempat anak berkata asing Bukan mahariak mahantam tanah Bukan melawan menghantam tanah Samoga pandai anak batinggang di nan rumik Semoga pandai anak menyesuaikan di tempat rumit Dapek anak bakisa di nan sampik Dapat anak hidup di tempat sempit Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna mengharapkan sesuatu, terdapat pada isi pepatah-petitih samoga pandai anak batinggang di nan rumik, dapek anak bakisa di nan sampik semoga pandai anak menyesuaikan di tempat rumit, dapat anak hidup di tempat sempit diharapkan agar ketika suami dan istri mempunyai anak semoga anak tersebut selalu mempunyai sifat lapang hati, tidak mudah marah dan angkuh, pemaaf, serta mempunyai ketenangan dalam menghadapi segala hal. Diharapkan anak mempunyai sifat ramah tamah, sopan santun, hormat dan mencerminkan tingkah laku yang berlandaskan budi luhur orang Minang.

15 Data (10) Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang mengandung makna mengharapkan sesuatu terdapat pada data berikut : Rumah gadang di dapan lumbuang nan tarukir Rumah gadang di depan lumbung yang terukir Jo nan kuaso yang Maha Pencipto Itu karena kuasa yang Maha Pencipta Kok lai punyo anak laki-laki Jika punya anak laki-laki Samoga ka dapek anak yang nan bijaksano pandai mamimpin semoga mendapat anak yang bijaksana pandai memimpin Kok lai punyo anak padusi Jika punya anak perempuan Samoga pandai batutur kato nan elok Semoga pandai bertutur kata yang baik Makna dari pepatah-petitih di atas adalah makna mengharapkan sesuatu, yang terdapat pada isi pepatah-petitih kok lai dapek anak laki-laki, samoga ka dapek anak nan bijaksano pandai mamimpin jika punya anak laki-laki, semoga mendapat anak yang bijaksana pandai memimpin isi pepatah-petitih ini ditujukan suami istri jika mempunyai anak laki-laki, diharapkan anak laki-laki dalam keluarga selalu berhati-hati dalam bertingkah laku dan perbuatannya yang akan merusak nama baik keluarga, karena kelak nantinya anak laki-laki dijadikan pemimpin keluarga hendaklah mencerminkan perilaku yang baik dan sempurna baik dari perkataan, duduk, minum, makan, berjalan, berpakaian sehingga dapat menjadi contoh untuk masa yang akan datang. Sedangkan pada kata kok lai dapek anak padusi, samoga pandai batutur

16 kata nan elok jika dapat anak perempuan, semoga pandai bertutur kata yang baik yang artinya diharapkan ketika mendapat anak perempuan mampu bertutur kata yang baik dan bertingkah laku yang sopan layaknya anak gadis Minang. 4.2 Nilai-Nilai Budaya yang Terdapat Pada Acara Niniak-Mamak dalam Pernikahan Minagkabau. Pepatah-petitih dalam pernikahan Adat Minangkabau memiliki makna yang mengandung nilai budaya. Menurut Kamus Besar Indonesia (KUBI), nilai berarti harga, angka, kepandaian, kadar mutu, banyak sedikitnya isi dan sifat-sifat yang penting dan berguna bagi kemanusiaan. Sedangkan nilai budaya adalah tingkat pertama kebudayaan ideal atau Adat. Nilai budaya adalah lapisan paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka nilai budaya adalah angka kepandaian kelompok masyarakat yang konsep-konsep berpikirnya hidup dan bertumbuh sehingga sistem nilai budayanya menjadi pedoman bagi tingkah laku kelompok manusia tersebut. Nilai bukan hanya yang baik saja karena nilai merupakan segala sesuatu tentang yang baik dan buruk. Sibarani (2014:178) membagi nilai-nilai budaya kearifan lokal menjadi dua bagian yaitu kedamaian dan kesejahteraan. Kedamaian yaitu kesopansantunan, kejujuran, kesetiakawanan sosial, kerukunan dan penyelesaian konflik, komitmen, pikiran positif, rasa syukur. Sedangkan kesejahteraan yaitu kerja keras, displin, pendidikan, kesehatan, gotong royong, pengelolahan gender, pelestarian dan kreativitas budaya, dan peduli lingkungan

17 1. Nilai Kerukunan dan Penyelesaian Konflik Menurut Sibarani nilai kerukunan dan penyelesaian konflik adalah adanya sikap kesopansantunan, kejujuran, dan kesetiakawanan sosial yang mengakibatkan tumbuhnya kerukunan antar keluarga. Meskipun dihadapkan pada konflik internal, namun para keluarga selalu menyelesaikan konflik tersebut dengan cara musyawarah atau kekeluargaan. Pepatahpetitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kerukunan dan penyelesaian konflik terdapat pada data (4) Data (4) Malompek samo patah Melompat sama patah Manyaruduak samo bungkuak Menyeruduk sama bungkuk Tatungkuik samo makan tanah Tertelungkup sama makan tanah Susah sanang samo samo Susah senang sama-sama Masalah datang dihadang baduao Masalah datang dihadang berdua Data (4) isi dari pepatah-petitih yang menyatakan nilai budaya kerukunan dan penyelesaian konflik yang terdapat pada isi susah sanang samo-samo, masalah datang dihadang baduo susah senang sama-sama, masalah datang dihadapi berdua karena terdapat pengertian bahwa antara suami dan istri jika terjadi suatu masalah, perpecahan, beda pendapat, atau bahkan perkelahian antara suami istri sebaiknya sama-sama dihadang berdua untuk menghindari masalah yang datang. Ketika sudah berumah tangga suami istri diharapkan mampu membentuk rumah

18 tangga yang baik, serta suami istri merupakan penyambung silahturahmi dan saling menciptakan kerukunan dalam keluarga. Data (5) Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kerukunan dan penyelesaian konflik terdapat pada data Gunuang biaso timbunan kabuik Gunung biasa timbunan kabut Lurah biaso timbunan aie Lurah biasa timbunan air Lauik biaso timbunan ombak Laut biasa timbunan ombak Ko baribuik hati kaduonyo Kalau ribut hati berdua ini (suami istri) Nan suami harus mangalah Yang suami harus mengalah Data (5) berisikan sebuah nilai yang mencerminkan nilai budaya kerukunan dan penyelesaian konflik yang pada isi pepatah-petitih ko ribuik hati kaduonyo,nan suami harus mengalah kalau ribut hati berdua ini (suami istri), yang suami harus mengalah, maksudnya adalah jika terjadi permasalahan dalam keluarga tugas suami hendaklah mengalah untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga tidak menjadi masalah yang besar.

19 Data (7) Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kerukunan dan penyelesaian konflik terdapat pada data Dalam awa akhie membayang Dalam awal akhir terbayang Dalam baiak kanalah buruak Dalam baik ingatlah buruk Dalam galak tangieh kok tibo Dalam tawa tangis menghadang Hati gadang hutang kok tumbuah Hati ria hutang tumbuh Kok ado rundiang ba nan batin Jika ada masalah yang membatin Patuik baduo jan batigo Diselesaikan berdua saja jangan bertiga Nak jan lahia didanga urang Jangan sampai didengar orang Data di atas menunjukkan nasehat-nasehat orang Minang yang mengandung nilai kerukunan dan penyelesaian konflik. Isi pepatah-petitih yang mengandung nilai penyelesaian konflik kok ado rundiang ba nan batin patuik baduo jan batigo nak jan lahia di danga urang kalau ada masalah yang membatin, diselesaikan berdua saja jangan bertiga, jangan sampai didengar orang maksudnya adalah dalam setiap permasalahan selalu diselesaikan dengan akal sehat dan diselesaikan berdua saja, menggunakan akal pikiran dengan baik. Dan juga

20 menggunakan hati sehingga dapat saling memahami manusia lain dengan mengembangkan perasaan dan hati nurani. Serta masalah setidaknya jangan sampai didengar oleh orang banyak. Data (3) Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kerukunan dan penyelesaian konflik terdapat pada data Ko ado kayu gadang di tangah padang Jika ada pohon besar di tengah padang Mako ka manjadi tampek balinduang kapanasan Maka akan menjadi tempat berlindung kepanasan Ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo Kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga Mako basamo-samo baselo jo kaluargo Maka sama-sama bersila dengan keluarga Pepatah-petitih ini disampaikan oleh urang nan tuo kepada kedua pengantin. Nilai penyelesaian konflik terdapat pada bagian isi ko ado duri nan mancucuak dalam kaluargo, mako basamo-samo baselo jo kaluargo kalau ada duri yang menusuk dalam keluarga, maka bersamasama bersila dengan keluarga isi pepatah-petitih ini merupakan nasehat untuk kedua pengantin yang artinya, jika ada masalah dalam keluarga sebaiknya sama-sama diselesaikan dengan duduk tenang dan tetap satu hati untuk membina rumah tangga yang penuh dengan cinta. 2. Nilai Komitmen Menurut Sibarani nilai komitmen adalah nilai yang merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang, meskipun setiap anggota keluarga memiliki sifat, pekerjaan dan kondisi keluarga yang berbeda-

21 beda. Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai komitmen terdapat pada data (1) Data (1) Elok rumah badiri kokoh Bagus rumah berdiri kokoh Tiado tiang nyo ka bagoyang Tidak ada tiang nya akan bergoyang Sia nan diparsuntiang nak daro Siapa yang akan dinikahi oleh calon perempuan Inyo ka manjadi kamanakan mamak Dia akan tetap menjadi keluarga paman Data (1) di atas mencerminkan nilai budaya komitmen yang terdapat pada isi pepatahpetitih sia nan dipersunting nak daro inyo ka manjadi kamanakan mamak, adalah komitmen antara keluarga mempelai wanita terhadap siapa saja yang menjadi calon untuk nak daro tersebut. Maka laki-laki yang menikah tadi akan tetap dianggap menjadi anak paman atau keluarga dari mempelai wanita. 3. Nilai Kesopansantunan Menurut Sibarani nilai kesopansantunan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalu sikap, perbuatan atau tingkah laku yang diciptakan oleh keluarga. Pepatahpetitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang menunjukkan adanya nilai kejujuran terdapat pada data (6) Data (6) Bakati samo barek Menimbang sama berat Maukue samo panjang Mengukur sama panjang

22 Tibo di mato indak dipiciangkan Tiba di mata tidak dipicingkan Tibo di paruik indak dikampihkan Tiba di perut tidak dikempiskan Tibo di dado indak dibusuangkan Tiba di dada tidak dibusungkan Jiko bakato marapulai ko nan manieh Jika berkata suami haruslah manis Walau baban dipikua surang Walau beban dipikul sendiri Data (6) berisi sebuah nilai yang mencerminkan nilai kesopansantunan terdapat pada bagian isi pepatah-petitih jiko bakato marapulai ko nan manieh, walau baban di pikua surang, jika berkata suami haruslah manis, walau beban dipikul sendiri yang artinya meskipun suami memiliki beban kerja yang banyak bagaimanapun suami harus tetap berperlaku yang baik kepada istri, sehingga istri dapat mengerti. Dan suami hendaklah menguntaikan kalimat yang baik atau manis untuk memikat istri tersebut. 4. Nilai Disiplin Menurut Pratt Fairshild nilai disiplin adalah nilai yang dapat mengarahkan orang-orang yang berperilaku dan bersikap berdasarkan patokan atau batasan tingkah laku tertentu yang diterima dalam kelompok atau lingkup sosial masing-masing. Pengaturan tingkah laku tersebut bisa diperoleh melalui jalur pendidikan dan pembelajaran. Pepatah-petitih Minangkabau adat Niniak-Mamak yang mengandung nilai disiplin terdapat pada data (8) dan (9)

23 Data (8) Bajalan anak surang tak dahulu Berjalan anak sendiri tidak dahulu Bajalan baduo tak di tangah Berjalan berdua tidak di tengah Diharoik hemat cermat anak selalu Diharap hemat cermat anak selalu Martabat nan ditanam tidaklah lengah Martabat yang ditanam tidaklah lengah Pepatah-petitih tersebut mengandung nilai disiplin. Yang mengandung nilai disiplin terdapat pada isi bajalan anak surang tak dahulu, bajalan baduo tak ditangah,diharoik hemat cermat anak selalu, martabat nan di tanam tidaklah lenga berjalan anak sendiri tidak dahulu, berjalan berdua tidak di tengah, diharap anak hemat cermat selalu, martabat ditanam tidaklah lengah. Mengandung nilai disiplin karena pengharapan yang ditujukan kepada suami istri agar mampu mendidik anak untuk menjaga martabat keluarganya, agar kelak mendapatkan anak yang dapat bertindak pada saat dan waktunya, melihat kepada tempat dan keadaan, pandai menyesuaikan diri pada setiap tingkatan masyarakat, hormat kepada orang tua serta mempunyai sifat terbuka. Data (9) Pepatah-petitih Minangkabau adat Niniak-Mamak yang mengandung nilai disiplin terdapat pada data Indak bataratak anak bakato asiang Tidak bertempat anak berkata asing Bukan mahariak mahantam tanah Bukan melawan menghantam tanah

24 Samoga pandai anak batinggang di nan rumik Semoga pandai anak menyesuaikan di tempat rumit Dapek anak bakisa di nan sampik Dapat anak hidup di tempat sempit Pepatah-petitih di atas mengandung nilai disiplin, terdapat pada isi pepatah-petitih samoga pandai anak batinggang di nan rumik, dapek anak bakisa di nan sampik semoga pandai anak hidup ditempat yang rumit, dapat anak menyesuaikan diri di tempat yang sempit diharapkan agar ketika suami dan istri mempunyai anak mampu menerepakan sifat disiplin untuk anak, agar anak mampu menyesuaikan diri di lingkungan sekitarnya, baik lingkungan besar ataupun lingkungan kecil. 5. Nilai Religi Menurut Sibarani nilai religi adalah merupakan dasar dari pembentukkan budaya religius, nilai yang bersifat kerohanian yang tinggi, bersifat mutlak dan abadi, serta bersumber pada kepercayaan dan keyakinan dalam diri manusia. Pepatah-petitih Minangkabau pada acara Niniak-Mamak yang mengandung nilai religi terdapat pada data (10) Data (10) Rumah gadang di dapan lumbuang nan tarukir Rumah gadang di depan lumbung yang terukir Jo nan kuaso yang maha pencipto Itu karena kuasa yang Maha Pencipta Kok lai punyo anak laki-laki Jika punya anak laki-laki Samoga ka dapek anak yang nan bijaksano pandai mamimpin semoga mendapat anak yang bijaksana pandai memimpin

25 Kok lai punyo anak padusi Jika punya anak perempuan Samoga pandai batutur kato nan elok Semoga pandai bertutur kata yang baik Data (10) pada kalimat mengandung nilai religi jo nan kuaso Maha Pancipto dengan kuasa Yang Maha Pencipta yang menujukan sebuah permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kuasa-nya agar kelak suami istri mendapatkan anak yang baik sebagai pemimpin serta berperilaku yang sopan santun terdahap sesama manusia. 6. Nilai Pengelolaan Gender Menurut Suryadi dan Idris nilai pengelolaan gender adalah jenis kelamin sosial dan konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis kelamin. Pepatah-petitih Minangkabau adat Niniak Mamak yang mengandung nilai pengelolaan gender terdapat pada data Data (2) Sigau mancari anau Tangga mencari enau Anau tatap sigai baranjak Enau tetap tangga pindah Nan marapulai datang dek bajapuik pai jo baanta Pengantin laki-laki datang karena dijemput pergi dengan diantar Nan nak daro menanti di rumah Yang pengantin perempuan tetap di rumah Pepatah-petitih di atas terdapat nilai pengelolaan gender. Yaitu dengan membandingkan antara kedudukan suami dan istri. Yang mengandung nilai pengelolaan gender terdapat pada isi nan marapulai datang dek bajapuik pai jo baanta dengan nan nak daro menanti dirumah pengantin

26 laki-laki datang karena dijemput pergi dengan diantar yang pengantin perempuan tetap di rumah Dalam setiap adat pernikahan Minangkabau semua laki-laki akan diantar ke rumah istrinya dan dijemput oleh keluarga istrinya secara adat. Bila terjadi perceraian, maka suami yang harus pergi dari rumah istrinya. Sedangkan istri tetap tinggal di rumah bersama anak-anaknya sebagaimana telah diatur hukum adat.

27 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Adapun yang menjadi simpulan dari penelitian ini adalah: 1. Dalam data pepatah-petitih pernikahan Adat Minangkabau terdapat tiga makna pepatah-petitih (peribahasa) yaitu: 1. Membandingkan (penyamaan) 2. Menasehati 3. Mengharapkan sesuatu 2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap makna pepatah-petitih bahasa Minangkabau dapat disimpulkan adanya nilai-nilai budaya yang terdapat pada masyarakat Minangkabau yang bernilai baik seperti : nilai kejujuran, nilai komitmen, nilai kerukunan dan penyelesaian konflik, nilai pengelolaan gender, nilai religi, dan nilai disiplin. 5.2 Saran Peneliti berharap agar peneliti-peneliti lain melakukan penelitian sejenis dalam suku/etnik lain. Untuk mendukung suksesnya peneliti lanjutan, kiranya masyarakat Minangkabau turut berpartisipasi mendukung penelitian setiap budaya yang ada dalam masyarakat agar budaya itu sendiri tidak punah, khusunya untuk masyarakat Minangkabau agar tetap memakai dan mempertahankan pepatah-petitih (peribahasa) dengan cara sering mengucapkan pepatah-petitih (peribahasa) tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010.

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010. 119 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penggunaan bahasa adalah cerminan dinamika masyarakat penuturnya. Keunikan dan keapikan kemasan sebuah ujaran adalah cerminan keunikan sebuah budaya. Setiap budaya memiliki

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan, menjadikan negara ini memiliki etnis serta

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL Oleh: MELISA 11060280 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUN PUSTAKA. Makna adalah arti yang tersimpul dari suatu kata. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUN PUSTAKA. Makna adalah arti yang tersimpul dari suatu kata. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena manusia ditakdirkan

Lebih terperinci

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman terletak di antara 100º 21 00 Bujur Timur atau 0º

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 ================================================================= LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK (PERDA) NOMOR : 10 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 10 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keharmonisan hubungan suami istri dalam kehidupan perkawinan salah satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui komunikasi interpersonal,

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Oleh: Mentari Nurul Nafifa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mentarinurul.93@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Wilayah Indonesia terdiri atas gugusan pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, dari sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu kenyataan atas keinginan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.500.000 Tim Pelaksana Reniwati, Noviatri, Rona Almos, dan Khanizar Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENYULUHAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 1723/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN. Nomor : 1723/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN PUTUSAN Nomor : 1723/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan I. PENDAHULUAN 1.1, Latar Belakang. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan Lampung Jurai Pepadun. Dapat dikatakan Jurai Saibatin dikarenakan orang yang tetap menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan dalam pelaksanaannya diatur dengan PP No. 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II Pasal 2 ayat (1) PP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN PUTUSAN Nomor : 0535/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama berdasarkan permusyawaratan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 326/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N Nomor : 326/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor : 326/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

Lebih terperinci

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Oleh : Diskadya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom. Abstrak Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral. Kesakralan itu berada dalam proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan menjalaninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian yang terkecil dan yang pertama kali digunakan manusia sebagai sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga inilah kemudian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan pengolahan dan menganalisis data dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 019/Pdt.G/2013/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 019/Pdt.G/2013/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 019/Pdt.G/2013/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Blambangan Umpu yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beragam-ragam suku diantaranya suku Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap suku tersebut memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka BAB I 10 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip perkawinan adalah untuk selamanya dengan tujuan kebahagiaan dan kasih sayang yang kekal dan abadi, sebagaimana yang terdapat dalam QS An-Nahl ayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.156, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kode Etik. Disiplin Kerja. PNS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan pula menciptakan manusia lengkap dengan pasangan hidupnya yang dapat saling memberikan kebahagiaan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.tse

P U T U S A N Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.tse P U T U S A N Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.tse BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Tanjung Selor yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 327/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat pada

Lebih terperinci

Nomor: 0177/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

Nomor: 0177/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN SALINAN P U T U S A N Nomor: 0177/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor: 0098/Pdt.G/2008/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya untuk membina suatu hubungan. Sebagai realisasi manusia dalam membina hubungan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 140/Pdt.G/2012/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 140/Pdt.G/2012/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 140/Pdt.G/2012/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Natuna yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0157/Pdt.G/2015/PA.Plg

PUTUSAN Nomor 0157/Pdt.G/2015/PA.Plg PUTUSAN Nomor 0157/Pdt.G/2015/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : XXX / Pdt.G / 2012 / PA.Ktbm. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : XXX / Pdt.G / 2012 / PA.Ktbm. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : XXX / Pdt.G / 2012 / PA.Ktbm. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 0205/Pdt.G/2013/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 0205/Pdt.G/2013/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 0205/Pdt.G/2013/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalpinang yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat pada peradilan tingkat pertama dalam

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 0310/Pdt.G/2012/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 0310/Pdt.G/2012/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 0310/Pdt.G/2012/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilann Agama Pangkalpinang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor : 0892/Pdt.G/2013/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0892/Pdt.G/2013/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 0892/Pdt.G/2013/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Tengah atau di luar jam kerja dibayarkan di Bank persepsi yaitu Bank BRI Cabang Pariaman dengan tarif Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah) Dapat

Tengah atau di luar jam kerja dibayarkan di Bank persepsi yaitu Bank BRI Cabang Pariaman dengan tarif Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah) Dapat BAB IV PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TERHADAP RENDAHNYA PERSENTASE PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI BALAI NIKAH KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA PARIAMAN 4.1. Faktor Penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 117 /Pdt.G/2009/PA/Pkc

PUTUSAN Nomor : 117 /Pdt.G/2009/PA/Pkc PUTUSAN Nomor : 117 /Pdt.G/2009/PA/Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk membina keluarga yang bahagia maka semua anggota keluarga harus menunaikan hak dan kewajiban. Hak harus di terima sedang kewajiban harus ditunaikan. Jika ada

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 0476/Pdt.G/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0476/Pdt.G/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 0476/Pdt.G/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Lahat yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor xx/pdt.g/2013/pa.ktbm

P U T U S A N Nomor xx/pdt.g/2013/pa.ktbm P U T U S A N Nomor xx/pdt.g/2013/pa.ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 1058/Pdt.G/2008/PA.Pas

PUTUSAN Nomor : 1058/Pdt.G/2008/PA.Pas PUTUSAN Nomor : 1058/Pdt.G/2008/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan

I. PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan berbagai masalah. Masalah yang ada tersebut beranekaragam,mulai dari masalah yang sukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR JAMBI PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-58 PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

SAMBUTAN GUBERNUR JAMBI PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-58 PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 SAMBUTAN GUBERNUR JAMBI PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-58 PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI JAMBI 6 Januari 2015 Assalaamu'alaikum Wr.Wb. Yang sayo muliokan para Tuo Tengganai,

Lebih terperinci