NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak"

Transkripsi

1 NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL Yunita Nopianti Abstrak Penelitian ini membahas mengenai tradisi maanta anak daro. Tradisi maanta anak daro merupakan salah satu bentuk representasi budaya yang ada di Minangkabau, khususnya di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah Kota Pariaman. Tradisi maanta anak daro di daerah ini berbeda dari tradisi maanta anak daro yang ada di daerah lain di Minangkabau. Maanta anak daro di daerah lain dilakukan oleh induak bako dan tradisi yang dilakukan tidak ada sedikitpun kaitannya dengan urusan keagamaan, sedangkan tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang dilakukan oleh guru mengaji beserta santriwati dimulai dari surau sampai ke rumah orang tua anak daro, dan tradisi tersebut sangat erat kaitannya dengan urusan keagamaan. Ada pun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tradisi maanta anak daro dan menganalisis struktur nyanyian maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang, Pariaman Tengah. Penelitian ini menggunakan teori struktural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal. Dalam metode formal, analisis dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, perekaman, wawancara dan pencatatan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa tradisi maanta anak daro merupakan bagian dari prosesi perkawinan, dilaksanakan pada malam sebelum hari alek. Pelaku ialah guru mengaji beserta santriwati. Tradisi maanta anak daro diiringi dengan nyanyian maanta anak daro. Struktur dalam nyanyian maanta anak daro memiliki dua tujuan, yaitu: untuk mendukung tema dan juga untuk menimbulkan efek estetis. Unsur yang berperan dalam mendukung tema adalah imaji (daya bayang), gaya bahasa dan simbol, sedangkan unsur yang berperan untuk menimbulkan efek estetis adalah rima, irama, nada, dan enjabemen.. Kata kunci: Tradisi, maanta anak daro, analisis struktural

2 Pengantar Tradisi maanta anak daro merupakan salah satu bagian dari urutan acara perkawinan yang ada di Minangkabau, khususnya di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah, Kota Pariaman. Masyarakat di Kecamatan Ujuang Batuang masih kental dengan adat istiadatnya. Salah satu bentuk dari adat istiadat tersebut ialah tradisi maanta anak daro. Dalam tradisi maanta anak daro di Ujuang Batuang Pariaman Tengah diiringi dengan nyanyian, yang dinamakan dengan nyanyian maanta anak daro. Nyanyian maanta anak daro dapat dikelompokkan ke dalam bagian dari folklor. Menurut (Hutomo, 1991:8), yang termasuk dalam folklor lisan itu adalah: ungkapan tradisional, nyanyian rakyat, bahasa rakyat, teka-teki, dan cerita rakyat. Nyanyian maanta anak daro termasuk bagian dari folklor lisan, yakni bentuk dari nyanyian rakyat. Nyanyian maanta anak daro merupakan nyanyian yang dibawakan atau dinyanyikan oleh guru mengaji dan juga para santriwati untuk mengantarkan anak daro, yang dimulai dari surau tempat anak daro belajar mengaji sampai ke rumah anak daro tersebut. Nyanyian maanta anak daro dibawakan setelah shalat isya, sekitar jam 20:30 sampai jam 22:00, atau sesuai dengan waktu tempuh yang diperlukan untuk pergi ke rumah anak daro. Nyanyian yang mengiringi acara maanta anak daro yang ada di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah, terdiri dari dua bentuk nyanyian, yaitu: pertama nyanyian berjudul nyanyian anak daro. Nyanyian ini dilantunkan waktu diperjalanan mengantar anak daro ke rumahnya, dan yang kedua merupakan nyanyian yang dilantunkan ketika rombongan sudah sampai di rumah anak daro, nyanyian ini dinamakan dengan nyanyian sambah dan simpuah. Nyanyian maanta anak daro tidak hanya ada di Kelurahan Ujuang Batuang saja, tetapi juga terdapat di beberapa daerah lain yang ada di Pariaman, seperti: di daerah Cimparuah, Lapai, dan juga Kampuang Tangah. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas nyanyian yang dibawakan

3 dalam tradisi maanta anak daro yang ada di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah. Tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang berbeda dengan tradisi maanta anak daro di daerah lain, karena di daerah lain maanta anak daro akan dilakukan oleh induak bako beserta rombongannya, sedangkan di daerah Ujuang Batuang tradisi maanta anak daro dilakukan oleh guru mengaji dan para santriwati tempat anak daro belajar ilmu agama ke rumah orang tuanya. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode formal. Metode formal dalam (Ratna, 2009: 49-50) dijelaskan sebagai analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, berupa aspek-aspek bentuk, yaitu unsurunsur karya sastra. Tujuan metode formal mengkaji studi ilmiah mengenai sastra dengan memperhatikan sifat teks yang dianggap artistik. Sedangkan Teknik yang akan dipakai dalam menganalisis data adalah: 1. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Teknik ini dipakai dalam rangka mempelajari daerah penelitian, mencari informasi mengenai kapan, dan dimana tempat berlangsungnya tradisi maanta anak daro, yang akan dijadikan objek penelitian, selain itu observasi ini juga bertujuan untuk menentukan atau mencari tahu siapa kiranya orang yang bisa kita jadikan responden dalam penelitian tersebut. Pemilihan informan didasarkan pada orang tersebut sudah berpengalaman dalam tradisi maanta anak daro. b. Wawancara, Perekaman serta Pencatatan Wawancara yang dilakukan disini itu adalah wawancara yang tidak terarah, dimana wawancara seperti ini lebih natural dan dapat dilakukan dimana saja. Peneliti lebih bebas menanyakan apa saja yang berkaitan dengan

4 objek (Endraswara, 2011:153). Wawancara dilakukan terhadap informan yang terlibat langsung dalam tradisi maaanta anak daro ini, seperti guru mengaji yang merupakan sumber utama dalam mempelajari nyanyian maanta anak daro, dan juga kepada santriwati yang ikut dalam acara ini. Teknik perekaman bertujuan untuk mengumpulkan data tentang nyanyian manta anak daro, mulai dari awal sampai akhir nyanyian maanta anak daro tersebut, kemudian nyanyian tersebut ditranskripsikan. Transkripsi ini diusahakan benar-benar berdasarkan apa yang diucapkan, setelah data ditraskripsikan, maka data yang ada akan ditranslitersikan. Teknik perekaman disini menggunakan alat rekam berupa camdic. Pencatatan dilakukan dengan menyajikan data hasil dari perekaman dan wawancara dalam bentuk tulisan atau melakukan transkripsi yaitu mengalihejakan data secara apa adanya, setelah itu data yang ada ditransliterasikan. 2. Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dilakukan setelah dilakukan pencatatan data. Data yang ada dianalisis berdasarkan struktur atau unsur-unsur yang terdapat dalam karya tersebut. Data yang sudah dianalisis akan dituliskan dalam bentuk skripsi. Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan menggunakan teori struktural. Teori struktural (dalam Taum, 1997:38) merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Analisis struktural adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur struktur sajak itu saling berhubungan secara erat, saling menentukan artinya. Sebuah unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya terlepas dari unsur-unsur lainnya (Pradopo, 2009: 118). Analisis struktur yang akan dilakukan penulis sama halnya dengan analisis struktur dalam puisi, meliputi unsur-unsur pokok yang terdapat dalam puisi

5 diantaranya: tema, stilistika atau gaya bahasa, imajinasi atau daya bayang, ritme atau irama, rima atau persajakan, diksi atau pemilihan kata, simbol, nada dan enjambemen (Ratna, 2009:93). Penelitian mengenai struktur nyanyian maanta anak daro ini sangat menarik untuk dilakukan, hal ini dikarenakan melihat keartistikan bahasa yang digunakan dan juga nilai-nilai yang terkandung dalam teks maanta anak daro tersebut, selain itu juga karena melihat keunikan dari tradisi maanta anak daro, tidak disemua daerah menggunakan nyanyian dalam tradisi ini. Tradisi maanta Anak Daro di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah Upacara perkawinan yang ada dalam masyarakat Ujuang Batuang terdiri dari beberapa prosesi, yaitu: manyilau, batando, kampuang-kampuangan, manjapuik marapulai, nikah, malam mangukuih, hari alek, dan yang terakhir yaitu acara manjalang mantuo. Maanta anak daro ini merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan pada malam mangukuih. Tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang sangat penting untuk dilakukan, hal ini dikarenakan adanya tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang menunjukkan bahwasanya anak daro sebelum dia menikah telah dididik sedemikian rupa, baik pendidikan keagamaan maupun bagaimana sikap seorang perempuan setelah pernikahan. Hal lain yang menjadi tujuan dari tradisi maanta anak daro adalah untuk menjaga nama baik dari niniak mamak. Seorang mamak atau niniak mamak akan merasa bangga kalau di rumah kemenakannya dilakukan tradisi maanta anak daro pada saat upacara pernikahan, hal ini menunjukan ke orang banyak atau masyarakat kalau niniak mamak berhasil menjalankan tugasnya dalam hal pendidikan. Begitu juga sebaliknya, seorang mamak

6 akan merasa malu kalau di rumah kemenakannya tidak dilakasanakan tradisi maanta anak daro, karena hal ini menunjukkan kalau mamak tidak memperhatikan kemenakannya, terutama dalam mendidik kemenakan atau bisa dikatakan kalau mamak gagal dalam menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Tiga hari sebelum tradisi maanta anak daro dilaksanakan, orang tua dari calon anak daro akan mengantarkan anaknya ke rumah guru mengaji untuk diajarkan ilmu agama dan juga mengenai bagamana seharusnya sikap seorang perempuan setelah menikah. Selama calon anak daro tinggal di rumah guru mengaji, anak daro sebelumnya akan diberikan perbekalan untuk kebutuhannya selama tinggal dan menetap di rumah guru mengaji. Di rumah guru mengaji tersebut, calon anak daro akan diberikan bekal ilmu tentang agama secara menyeluruh, termasuk pelajaran mengenai bagaimana seharusnya sikap perempuan setelah pernikahan. Dalam pelaksanaannya tradisi maanta anak daro di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah, dimulai dengan pembacaan salawat nabi dan dilanjutkan dengan nyanyian, yang dinamakan nyanyian maanta anak daro. Nyanyian maanta anak daro terdiri dari dua buah nyanyian yaitu: nyanyian anak daro dan nyanyian sambah simpuah. Nyanyian anak daro dibawakan sebelum rombongan sampai ke rumah anak daro, sedangkan nyanyian sambah simpuah dibawakan ketika rombongan sampai di rumah anak daro. Terakahir acara maanta anak daro ini akan ditutup dengan pengucapan salawat. Dalam tradisi maanta anak daro yang ada di Kelurahan Ujuang Batuang tidak memerlukan perlengkapan khusus, yang dibutuhkan dalam acara tersebut, cukup

7 dengan adanya guru mengaji, para santri wati, dan terakhir anak daro itu sendiri. Pakaian yang dipakai oleh anak daro biasanya menggunakan selayar, yaitu pakaian yang panjangnya biasanya sampai sebatas mata kaki atau bahkan lebih. Kalau seandainya marapulai ikut serta dalam acara tersebut, maka marapulai akan menggunakan pakaian dengan jas lengkap, dan guru mengaji beserta santriwati akan memakai baju seperti baju kurung, bahkan kadang guru mengaji dan juga para santriwati akan menggunakan pakaian biasa, tetepi tetap memakai jilbab atau hijab. Tradisi maanta anak daro pada awalnya dilaksanakan sekitar jam 21:00 atau setelah shalat isya sampai dengan jam 01:00 dini hari. Tradisi maanta anak daro akan dimulai dari rumah guru mengaji atau pun dimulai dari surau tempat anak daro mengaji, sampai ke rumah orang tua anak daro tersebut. Seiring berkembangnya zaman maka dalam tradisi maanta anak daro juga mengalami beberapa perubahan diantaranya: waktu pelaksanaan tradisi maanta anak daro, peserta atau pelaku dalam tradisi maanta anak daro, dan yang terakhir adalah tempat pelaksanaan tradisi maanta anak daro. Perubahan-perubahan ini terjadi karena perubahan dalam sistim sosial masyarakat Ujuang Batuang itu sendiri, seperti halnya perubahan mengenai tempat pelaksanaan tradisi maanta anak daro misalnya. Pada saat sekarang para generasi muda sudah ada yang belajar mengaji langsung ke rumah guru mengaji, bukan di surau seperti dahulu. Secara otomatis hal ini juga mengakibatkan perubahan pada tempat pelaksanaan tradisi, yaitu dari rumah guru ke rumah anak daro, bukan dari surau ke rumah anak daro. Struktur Teks Nyanyian Maanta Anak Daro 1. Rima dan Irama

8 Rima merupakan pengulangan bunyi yang sama, yang biasanya terletak pada akhir baris. Peran rima sangat penting sebab selain mengikat ide-ide di setiap kuatrin, juga menciptakan tatanan bunyi yang artistik (Siswantoro, 2010: 130). Nyanyian maanta anak daro mempunyai rima a-a-a-a yang terdapat disetiap akhir baris. Disetiap baris dalam nyanyian maanta anak daro terdiri dari empat baris. Rima yang terdapat dalam nyanyian pertama dalam tradisi maanta anak daro terdiri dari bunyi: h, n, i, o, dan ng. Rima yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro bagian kedua yaitu nyanyian yang dibawakan ketika anak daro sampai di rumah terdiri dari bunyi: ng, i, a, n, dan h. 2. Daya Bayang Daya bayang merupakan gambaran angan-angan (citraan) yang dihasilkan oleh: indra penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan, dan penciuman (Pradopo, 1987:81). Dalam nyanyian maanta anak daro imaji (imagery) atau daya bayang yang dilukiskan adalah imaji visual (penglihatan), Imaji taktil (merasakan), dan imaji audiotory (pendengaran). 3. Gaya Bahasa Menurut Slametmuljana (dalam Pradopo, 2009:93) gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembaca. Hal ini dilakukan dengan pemilihan kata (diksi) yang tepat oleh penyair, sehingga menimbulkan aspek kepuitisan. Dalam nyanyian maanta anak daro, penulis menemukan beberapa gaya

9 bahasa, yaitu seperti gaya bahasa paralelisme, antitesis, metafora, dan gaya bahasa simile (perbandingan). 4. Nada Nada dalam puisi merupakan nada bicara penulis terhadap pokok persoalan yang penulis angkat di dalam karyanya, dimana nada tersebut bisa bersuasana (berwarna), seperti emosi sedih, gembira, serius, hormat, khidmat, terang, mengkritik, mengejek, dan lain-lain (Siswantoro, 2010:143). Dalam nyanyian maanta anak daro juga terdapat warna-warna emosi seperti yang disebutkan tadi, dimana secara keseluruhan dari bait-bait dalam syair nyanyian maanta anak daro ini, menunjukkan warna emosi khidmat, keseriusan, dan penghormatan. Dalam nyanyian anak daro kedua, yang berjudul sambah simpuh terdapat warna emosi penghormatan. 5. Simbol Simbol dalam Situmorang (1977:28) diartikan sebagai sesuatu yang mengandung arti lebih dari pada apa yang terdapat dalam fakta. Setiap penyair dalam menuangkan isi hatinya pada sebuah karya menggunakan simbol-simbol tertentu untuk menyampaikan maksud kepada pembaca. Dalam nyanyian maanta anak daro simbol-simbol yang digunakan kebanyakan tentang kebesaran Allah mengenai alam semesta atau fenomena alam, seperti adanya bumi, bulan, siang malam, patang dan pagi. Bumi dalam nyanyian maanta anak daro ini digambarkan sebagai tempat untuk menuntut ilmu. Bulan dalam syair nyanyian maanta anak daro digunakan

10 untuk menggambarkan sosok seorang ibu yang selalu menerangi kehidupan anaknya sampai akhir hayat. Sedangkan siang, malam, patang dan pagi, dalam syair nyanyian maanta anak daro digunakan untuk menunjukkan kegigihan dari seorang ibu dalam mengusahakan pendidikan yang baik untuk anak. 6. Enjambemen Enjambemen merupakan salah satu aspek yang berpengaruh dalam pembentuk kepuitisan dari sebuah puisi. Dimana enjambemen merupakan kata (frase) atau baris puisi yang berfungsi ganda, yaitu menghubungkan bagian yang mendahului dan mengikutinya ( Sayuti, 1985:182). Dalam nyanyian maanta anak daro dan juga nyanyian sambah simpuh, semua baris dalam bait merupakan enjambemen. Dimana pada setiap baris yang ada dalam baitnya itu saling berhubungan, antara baris yang mendahului dan baris yang mengikuti. 7. Diksi Diksi merupakan pemilihan kata. Dimana pemilihan kata merupakan hal utama yang menentukan kesempurnaan dari sebuah puisi atau syair yang dilantunkan oleh pendendang dalam menyampaikan maksud dari syair yang didendangkannya. Pemilihan kata yang sedemikian rupa oleh pendendang akan menimbulkan nilai keindahan dalam sebuah karya. Pemilihan kata dalam nyanyian maanta anak daro maupun nyanyian sambah simpuh, diwarnai dengan ragam bahasa surau. Ragam surau ini adalah bahasa yang digunakan pendendang dalam menyampaikan maksudnya memakai bahasa-bahasa yang banyak mengandung

11 ajaran-ajaran agama, dan banyak mengandung unsur-unsur serapan dalam bahasa arab. Sesuai dengan konteks tradisi maanta anak daro ini sendiri, dimana yang membawakan nyanyian maanta anak daro ini adalah guru mengaji dan juga santriwati, tempat anak daro belajar tentang ilmu agama. Kata-kata yang dipilih dalam teks nyanyian maanta anak daro ataupun nyanyian sambah simpuh selalu diikuti dengan kata-kata yang berhubungan dengan agama. 8. Tema Tema merupakan ide dari sebuah cerita, pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya (Sumardjo, 1986:56). Dengan kata lain, tema dapat juga dikatakan sebagai pokok pikiran dari sebuah cerita, atau pesan yang ingin disampaikannya oleh pendendang kepada khalayak ramai. Dalam nyanyian maanta anak daro pesan atau pokok pikiran yang ingin disampaikan oleh pendendang secara keseluruhan yaitu mengenai pentingnya menuntut ilmu. Hal ini ditandai dengan adanya bait yang berisikan tentang permohonan, himbauan dan usaha ibu dalam mengusahakan pendidikan untuk anaknya, yang menunjukkan betapa pentingnya menuntut ilmu dalam bait nyanyian maanta anak daro. Pada nyanyian kedua yang berjudul sambah simpuh, dalam acara maanta anak daro, tema atau pokok pikiran yaitu mengenai pemberitahuan kedatangan rombongan anak daro adan guru mengaji kepada orang rumah, atau kepada keluarga anak daro.

12 Hubungan antar Unsur dalam Teks Nyanyian Maanta Anak Daro Hubungan antar unsur dalam nyanyian maanta anak daro seperti rima, irama, daya bayang, gaya bahasa, nada, simbol, enjabemen, diksi dan tema merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak dapat dipisahkan dengan unsur-unsur yang lainnya. Hubungan antar unsur yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro: 1. Hubungan untuk mendukung tema dalam nyanyian maanta anak daro, yaitu terdapat hubungan antara imaji (daya bayang), gaya bahasa, dan simbol. Adanya gaya bahasa, simbol, dan juga imaji pada bait nyanyian maanta anak daro bertujuan untuk menunjukkan kepada pendengar mengenai makna yang ingin disampaikan dari syair nyanyian maanta anak daro, yaitu tentang kesungguhsungguhan. Hal ini merupakan pesan atau pokok pikiran (tema) yang ingin disampaikan oleh pendendang dalam nyanyian maanta anak daro, yaitu mengenai pentingnya menuntut ilmu, dengan memperlihatkan kesungguh-sungguhan tersebut. 2. Hubungan untuk memunculkan aspek estetik dalam nyanyian maanta anak daro, yaitu terdapat keterkaitan antara Rima, irama, nada, dan enjabemen. PENUTUP Dari analisis data yang didapat dari lapangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi maanta anak daro merupakan salah satu bagian dari prosesi perkawinan yang ada di Kelurahan Ujuang Batuang Pariaman Tengah. Tradisi maanta anak daro dilaksanakan oleh guru mengaji dan para santriwati, untuk mengantarkan anak daro

13 dari surau tempat anak daro mengaji, sampai ke rumah orang tua anak daro. Tradisi maanta anak daro diiringi dengan pembacaan salawat dan juga nyanyian-nyanyian maanta anak daro. Adanya nyanyian dalam tradisi maanta anak daro ini sangat berperan penting, karena inti dari acara maanta anak daro itu sendiri terletak pada nyanyian maanta anak daro tersebut. Tanpa adanya nyanyian maanta anak daro, maksud yang ingin disampaikan dalam tradisi ini tidak akan tersampaikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya antara tradisi maanta anak daro dengan nyanyian maanta anak daro itu merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro sama halnya dengan struktur dalam puisi pada umumnya, yaitu: ada rima, irama, daya bayang, gaya bahasa, nada, simbol, enjabemen, diksi dan tema. Nyanyian maanta anak daro merupakan salah satu bentuk dari puisi lama, yaitu syair. Dalam nyanyian maanta anak daro terdapat citraan penglihatan (visual), merasakan (taktil), dan pendengaran (audiotory). Gaya bahasa yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro dari diantaranya: simile, antithesis, metafora, paralelisme. Nada atau warna emosi yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro diataranya: khidmad, keseriusan, dan warna emosi penghormatan. Simbol-simbol yang digunakan dalam nyanyian maanta anak daro kebanyakan tentang kebesaran Allah SWT mengenai alam semesta, ataupun tentang fenomena alam. Tema dalam nyanyian maanta anak daro adalah tentang pentingnya menuntut ilmu, dan tema dalam nyanyian sambah simpuh adalah

14 mengenai pemberitahuan kedatangan rombongan anak daro ke rumah orang tua anak daro. Hubungan antar unsur yang terdapat dalam nyanyian maanta anak daro bertujuan untuk mendukung tema atau membentuk tema. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah imaji (daya bayang), gaya bahasa, dan symbol. Hubungan antara rima, irama, nada, dan enjabemen dalam nyanyian maanta anak daro bertujuan untuk menimbulkan efek estetik. Dari keseluruhan unsur yang disebutkan mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, dalam membentuk suatu makna atau pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pendengar.

15 DAFTAR PUSTAKA Djoko Pradopo, Rachma Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi Model Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps. Hutomo, Suripan Sadi Mutiara yang Terlupakan Pengantar Studi Sastra Lisan. Jakarta: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia. Kutha Ratna, Nyoman Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sayuti, Suminto A Puisi dan Pengajarannya Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Ikip Semarang Press. Siswantoro Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Situmorang. B.P Puisi Teori Apresiasi Bentuk dan Struktur. Medan: Nusa Indah. Sumardjo, Jacob dan Saini K. M. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Taum, Yosep Yapi Pengantar Teori Sastra. Bogor: Nusa Indah.

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1. Puisi Pengertian puisi Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syair merupakan sebuah karya sastra yang diciptakan pengarangnya dari wujud ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfathana Mazhud, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfathana Mazhud, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemakaian bahasa yang khas dalam suatu karya sastra menjadi ciri tersendiri bagi seorang penulis dalam menyampaikan pesan dan maksud tertentu. Mereka dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah 8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk mengetahui penelitian tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Umpasa merupakan salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Sebagai ragam sastra lisan, umpasa awalnya berkembang di masyarakat tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari buku-buku dan skripsi pendukung yang relevan dengan judul penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU

STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Lagu daerah merupakan bentuk budaya dan karya seni yang

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan bernalar dan berimajinasi serta kemampuan untuk mengapresiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,

Lebih terperinci

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi 1. Puisi baru yang berisi tentang cerita adalah. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal 11.1 Himne Balada Epigram Elegi Kunci Jawaban : B Himne yaitu puisi yang digunakan sebagai bentuk

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Judul Penelitian : Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Padang Nama : Rika Fitrianti NPM : 0910013111196 Jenjang Pendidikan : Sarjana Pendidikan (S1) Program

Lebih terperinci

TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen

TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen 202 Judul Bab 204 TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen Oleh : Sigit Mangun Wardoyo, M.Pd. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni, sastra merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah hasil seni kreatif manusia yang menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia, menggunakan seni bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PENGAMATAN OBJEK LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PENGAMATAN OBJEK LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA SMA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PENGAMATAN OBJEK LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA SMA Oleh: Imam Oktavianto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo imamoctav@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI 1 ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI Andi nova 1,Dainur Putri 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur BAB V SIMPULAN DAN SARAN Strutur teks PSTT terdiri atas 35 bait dan 142 larik. Puisi sawér ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Dalam teks puisi

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN BAHASA (LANGUAGE GAMES) Tutin Mulyati NIM : 08210086 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Oleh: Miskiyatun Isnainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Keanekaragaman ini merupakan kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif artinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Puisi a. Hakikat Menulis Tarigan (1994:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA

KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA JURUSAN PENDIDIKAN GUTU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Dr.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan cara memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh Felly Mandasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Tarigan (1986:3), menulis

Lebih terperinci

PENGAJARAN PUISI BAHASA JERMAN DENGAN METODE JIGSAW. Bungaran Butarbutar Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

PENGAJARAN PUISI BAHASA JERMAN DENGAN METODE JIGSAW. Bungaran Butarbutar Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan. 1 PENGAJARAN PUISI BAHASA JERMAN DENGAN METODE JIGSAW Bungaran Butarbutar Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan Abstrak Salah satu metode pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran bahasa Jerman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman Mesir kuno bahkan sebelumnya, manusia sudah mengenal seni musik dan seni syair. Keduanya bahkan sering dipadukan menjadi satu untuk satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2002:740) atas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian di atas, maka peneliti bisa menyimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian di atas, maka peneliti bisa menyimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian di atas, maka peneliti bisa menyimpulkan bahwa: a. Tema Sastra Lisan Sesuai hasil dari analisis tema di atas, maka telah ditemukan tiga belas tema yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang yang kemudian lahir sebuah karya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

Gaya dan Stilistika Citra, Metafora,Simbol, dan Mitos

Gaya dan Stilistika Citra, Metafora,Simbol, dan Mitos Gaya dan Stilistika Citra, Metafora,Simbol, dan Mitos Gaya dan Stilistika Menurut KBBI gaya adalah ragam (cara, rupa, bentuk, dsb) yang khusus (mengenai tulisan, karangan, pemakain bahasa, bangunan rumah,

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan larangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci