NILAI ESTETIKA CERITA RABAB PESISIR SELATAN KABA GADIH BASANAI YANG DINYANYIKAN OLEH PIRIN ASMARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NILAI ESTETIKA CERITA RABAB PESISIR SELATAN KABA GADIH BASANAI YANG DINYANYIKAN OLEH PIRIN ASMARA"

Transkripsi

1 1 NILAI ESTETIKA CERITA RABAB PESISIR SELATAN KABA GADIH BASANAI YANG DINYANYIKAN OLEH PIRIN ASMARA Oktia Ranti Saputri 1, Hasnul Fikri 2, Syofiani 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang oktiaranti.s@gmail.com ABSTRACT This study aimed to describe the aesthetic value from the story of Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai that sung by Pirin Asmara. The theory used in this study is the theory of aesthetics proposed by Atmazaki (2007) and Ratna (2007). The study is a qualitative study and using descriptive methods. Techniques used in the data collection are listening, transcribing, and translating into Indonesian language, than record the translite result that contained aesthetic, while the techniques used in the data analysis process are (1) identifying the aesthetic values contained in Kaba Gadih Basanai in accordance with the concept of the aesthetic, (2) describing the aesthetic values in the story Kaba Gadih Basanai, and (3 ) drawing a conclusion. Based on the analysis of data on the Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai, there are four aspects of the aesthetic. First, the value of unity contained in Kaba Gadih Basanai as word badunsanak which is a form of unity from the words mother, brother and nephew. Second, the value of harmony is a natural interaction of several different parts, like sentences bari luruih badan batanyo, bari bana ambo barundiang which is occurs the harmony because of the natural interaction and the similarity of views between the first sentence and the second sentence. Third, the balance or exactness comparison between two different things such as pantun hari nan sadang tangah ari, sadang pamuntak bayang-bayang, jo siapo nak gadih kababiri lai, barek ringan ditangguang sorang namely the exactness comparison between sampiran and isi. Fourth, the value of contradiction is the harmony caused by something opposite such as words panjang and singkek in sentence indak paralu dirantang panjang, bia to puta nak nyo singkek. It can be concluded that the story of Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai contains many aesthetic values. Key words: Aesthetic value, Kaba Gadih Basanai PENDAHULUAN Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi (Semi, 2008:3) yaitu kreasi seniman atau sastrawan yang menciptakan kehidupan baru yang disajikan dalam karyanya. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa Sumardjo (Rokhmansyah, 2014:2).

2 2 Seiring dengan itu, Rokhmansyah (2014:2) menyimpulkan definisi sastra dalam lima batasan yakni: (1) sastra adalah seni, (2) sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam, (3) sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, (4) sastra adalah inspirasi kehidupan yang diwujudkan dalam sebuah bentuk keindahan, (5) sastra adalah sebuah buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kekuatan moral dengan sentuhan kesucian kebebasan pandangan dan bentuk yang mempesona. Sebagai ungkapan perasaan dari pelaku sastra, sastra tidak dapat dipisahkan dari pola-pola dasar manusia, dan wujud sastra adalah budaya. Beragam suku bangsa dan budaya merupakan salah satu bukti keanekaragaman yang dimiliki oleh Indonesia. Keunikan suatu suku bangsa dapat diamati dari berbagai segi, salah satunya yaitu ragam bahasa, seperti Bahasa Minangkabau yang memiliki kekhasan tersendiri. Sebagaimana dikemukakan Zulkarnaini (2013:59) bahwa bahasa bukanlah dialek suatu daerah Minangkabau, melainkan bahasa Minangkabau yang dipahami oleh umumnya orang Minangkabau. Karya sastra Minangkabau adalah karya seni yang menggunakan bahasa Minangkabau sebagai mediumnya. Isinya berbicara tentang masyarakat Minangkabau, budaya Minangkabau dan orang-orang yang hidup di Minangkabau beserta segala tingkah lakunya. Berdasarkan penggunaan bahasanya, kesusastraan Minangkabau dapat dibagi menjadi dua. Pertama, penggungkapan bahasa berirama yang disajikan dalam bentuk prosa atau disebut karya sastra prosa. Kedua, diungkapkan dengan bahasa terikat, diikat oleh baris-baris dan bait-bait atau disebut juga jenis puisi (Zulkarnaini, 2013:34). Salah satu karya sastra Minangkabau adalah kaba. Kaba merupakan cerita prosa berirama berbentuk narasi (kisahan) yang tergolong cerita panjang. Dari segi isi, kaba sama dengan hikayat dalam sastra Indonesia lama atau novel dalam sastra Indonesia baru (Djamaris, 2002:77). Kaba sebagai sastra lisan merupakan bentuk yang komplit dalam menyajikan sastra lisan Minangkabau. Kekhasan akan terlihat pada pilihan kata, pengulangan bunyi, ungkapan-ungkapan, pantun, perumpamaan dan peribahasa-peribahasa yang diselipkan dalam bakaba. Bahasa kaba bersifat liris dan berirama. Bahasa kaba juga merupakan bahasa yang mengandung makna kias dan didalamnya terkandung nilai-nilai, diantaranya nilai estetika. Sejak kaba itu ada, bahasanya tidak pernah berubah. Kekhasannya membuat generasi muda tidak tertarik, sehingga mereka tidak memahami kaba. Bakaba disampaikan oleh tukang kaba atau si jombang, dengan diiringi alat musik gesek rabab. Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari tempurung. Kesenian rabab ini tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau yang tersebar di beberapa daerah dan wilayah. Salah satunya di Kabupaten Pesisir Selatan yang biasa dikenal rabab Pasisia. Rabab Pasisia adalah salah satu tradisi menceritakan kaba dengan

3 3 menggunakan alat musik gesek rabab yang biasanya dinyanyikan pada acara-acara keramaian seperti: acara pernikahan, sunatan, dan pengangkatan penghulu. Salah satu tukang Rabab yang cukup terkenal di Pesisir Selatan adalah Pirin Asmara. Sebelum Beliau membuat rekaman Rabab, beliau sering bermain Rabab ketika ada undangan acara apa saja. Karya-karya beliau cukup dikenal masyarakat Pesisir Selatan dan hampir di seluruh daerah Sumatera Barat. Yang paling menarik dari Pirin Asmara adalah dia menyampaikan kaba murni secara lisan yang merupakan karangannya sendiri. Salah satu karyanya adalah Rabab Kaba Gadih Basanai. Di dalam Rabab Kaba Gadih Basanai, banyak mengandung nilai-nilai estetika. Jadi, penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai estetika yang terdapat dalam cerita Kaba Gadih Basanai. Hal ini perlu dilakukan, karena pada zaman sekarang masyarakat Minangkabau, terutama generasi muda, kurang mengerti terhadap rangkaian kata-kata yang tertuang dalam cerita kaba tersebut, sehingga bakaba kurang diminati. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik memilih cerita Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai, karena Kaba Gadih Basanai banyak memberikan nilai-nilai positif yang dapat diambil dan dapat direalisasikan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya tentang nilai-nilai estetika. KAJIAN TEORI Menurut Abdurahman (2011:39), kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta. Akar kata sas- dalam bentuk kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau intruksi. Akhiran tra menunjukkan alat atau sarana. Jadi, secara leksikal, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik kamasastra. Selanjutnya, Abdurahman (2011:39) yang dikutipnya dari pendapat Teeuw mengatakan bahwa dalam perkembangan berikutnya kata sastra sering dikombinasikan dengan awalan su- sehingga membentuk kata susastra yang berarti hasil ciptaan yang baik dan indah. Sejalan dengan itu, Damono (dalam Abdurahman 2011:40) berpendapat bahwa sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya sebagai alat sosial. Sastra adalah kenyataan sosial yang mengalami proses pengolahan pengarangnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah suatu hasil karya seni kreatif manusia yang menggambarkan tentang hal kehidupan manusia dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra Minangkabau adalah karya seni yang menggunakan bahasa Minangkabau sebagai mediumnya. Isinya berbicara tentang masyarakat Minangkabau, tentang budaya Minangkabau, tentang orangorang yang hidup di Minangkabau dengan segala tingkah lakunya (Zulkarnaini, 2013:34). Melalui karya sastra Minangkabau dapat dibaca budaya Minangkabau. Kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, tata pergaulan, dan falsafah, yang dianut masyarakatnya dapat dilihat dari karya sastranya. Oleh karena itu, karya sastra juga disebut sebagai gambaran kehidupan

4 4 masyarakat pada kurun tertentu, dan daerah tertentu. Secara umum, dalam sastra Minangkabau dikenal kaba sebagai sastra lisan atau folklor, yang berarti berkumpulnya pendendang dengan khalayaknya, kaba pun disuguhkan dengan sarana lisan. Pelisanan itu dilakukan dengan dua cara, yakni dengan cara mendendangkan dan dengan cara mendramakan (Amir, dkk 2006:44). Ada beberapa nilai yang dimiliki dalam sebuah karya sastra salah satunya nilai estetika (Esten, 2013:1-2). Secara historis, estetika merupakan bagian dari filsafat (keindahan), diturunkan dari pengertian persepsi indra ( senseperception). Pada perkembangan awal ini estetika disebut dengan istilah keindahan ( beauty), merupakan bagian filsafat metafiska Ratna (2007:2). Secara etimologis estetika berasalah dari bahasa yunani, yaitu: aistheta, yang juga diturunkan dari aisthe (hal-hal yang dpat ditanggapi dengan indra, tanggapan indra). Orang yang sedang menikmati keindahan disebut aesthete, sedangkan ahli keindahan disebut aesthetician. Dalam bahasa Indonesia menjadi estetikus, estetis, dan estetika, yang masing-masing berarti orang yang ahli dalam bidang keindahan, bersifat indah, dan ilmu atau filsafat tentang keindahan, atau keindahan itu sendiri (Shipley dalam Ratna, 2007:3-4). Unsur keindahan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah karya sastra. Sedangkan perasaan, antara seseorang dengan orang lainnya tidaklah sama. Keindahan itu dapat dirasakan, namun sulit untuk diungkapkan. Menurut Alfan (2013:195), untuk memperoleh keindahan, seseorang harus melalui kontemplasi dengan proses bermeditasi dan merenungkan atau berfikir penuh serta mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat, dan tujuan atau niat hasil penciptaan. Untuk mendekati dan menikmati keindahan, seseorang dapat mengenal ciri dan sifat serta proses tercipta keindahan itu. Atmazaki (2007:143) menguraikan beberapa sifat dan ciri keindahan dalam sastra. Pertama, kesatuan, karya sastra yang baik adalah selalu menunjukan adanya kesatuan unsur-unsurnya, yakni keserasian antara isi, bentuk, bahasa, dan ekspresi. Kesatuan atau keseragaman berarti terikat dalam satu struktur sehingga tidak terlihat lagi bahwa sesuatu terdiri atas bagian-bagian, seperti indahnya tentara berbaris. Kesatuan yang dapat menggambarkan kesempurnaan bentuk, tak ada yang lebih atau berkurang. Sesuatu yang pas dan khas adanya. Kedua, keselarasan merupakan interaksi yang wajar dari beberapa bagian yang berbeda-beda, sehingga dikatakan harmonisnya dua sahabat itu adalah karena interaksi yang mereka lakukan dilandasi oleh kewajaran dan kesamaan pandangan antara yang satu dengan yang lain. Ketiga, kesetangkupan dan keseimbangan kepersisan bandingan antara dua hal yang berbeda sehinga orang sering mengatakan bagai pinang dibelah dua terhadap dua orang yang mirip. Keempat petentangan, pertentangan dimaksudkan sebagai keharmonisan yang ditimbulkan oleh pertentangan dan perbedaan

5 5 antara hal-hal yang terikat dalam suatu struktur. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2014:4) mendefenisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Definisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Langkah-langkah dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut: (1) mendengarkan cerita Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai yang dinyanyikan oleh Pirin Asmara, (2) mentranskripsikan bahasa lisan cerita Rabab Pesisir Selatan tersebut kedalam bentuk tulisan, (3) mentranliterasikan ke dalam bahasa Indonesia, dan (4) mencatat hasil translit yang mengandung nilai estetika. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi nilai -nilai estetika yang ada dalam Kaba Gadih Basanai sesuai dengan konsep nilai estetika sastra lisan Minangkabau, (2) mendeskripsikan nilai -nilai estetika dalam cerita Kaba tersebut, dan (3) menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini berasal dari Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai yang dinyanyikan oleh Pirin Asmara. Dalam Kaba Gadih Basanai didapatkan nilai-nilai estetika sebanyak 182 data yaitu unsur kesatuan 45 data, keselarasan 34 data, keseimbangan atau kesetangkupan 75 data dan unsur pertentangan ditemukan sebanyak 28 data. No Nilai Estetika Disc I-V 1. Kesatuan 45 data 2. Keselarasan 34 data 3. Keseimbangan atau Kesetangkupan Analisis Data Estetika merupakan bagian dari filsafat. Untuk mendekati dan menikmati keindahan, seseorang dapat mengenal ciri, sifat, dan suatu proses penciptaan keindahan itu. Dalam Kaba Gadih Basanai, ditemukan keindahan berdasarkan empat unsur, yakni (1) kesatuan, (2) keselarasan, (3) kesetangkupan atau keseimbangan, dan (4) pertentangan (Atmazaki, 2007:143). Kesatuan 75 data 4. Pertentangan 28 data Jumlah 182 data Dalam Cerita Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai yang dinyanyikan oleh

6 6 Pirin Asmara, ditemukan data yang menunjukkan kesatuan, salah satu contohnya: (1) Kito kaji sejarah lah lamo disusun lah kini manjadi kaba pulang, pulang la nak rang rantau la Pulang, labana Kita ulang sejarah yang sudah lama Disusunlah sekarang menjadi kaba Pulang, pulanglah orang di rantau Pulanglah sekarang Estetika kesatuan pada kutipan (1) terdapat pada kalimat kito kaji sejarah lah lamo, disusun lah kini manjadi kaba. Nilai kesatuannya terdapat pada kata kaba karena pada pembukaan kaba membicarakan tentang asal muasal kaba yaitu dari sejarah dan kemudian membentuk satu kesatuan yang indah. Selain itu, kesatuannya juga terlihat dari kata kito yang mengacu pada kata rang rantau karena kata kito merupakan himbauan bagi orang rantau untuk mendengarkan cerita yang sudah lama atau sejarah. berikut: Contoh lainnya terdapat pada kutipan (2) Kok mulonyo molanyo jarek kadikambang jatuah badarai sibungo la lamo mulonyo kaba ko dikarang pokok asanyo tantu ado Mulanya jaring dikembang Jatuh berderai si bunga lama Awalnya kaba ini karang Namun asal mulanya tentu ada Estetika kesatuan pada kutipan ( 2) terlihat dari kata kaba yang berada dalam mulonyo kaba ko dikarang, pokok asanyo tantu ado. Pada pembukaan kaba ini, tukang kaba menyampaikan bahwa kaba dikarang oleh seseorang. Walaupun demikian, asal mula kaba tetap bersumber dari sejarah. Bahasa yang disampaikan diatur dengan baik dengan pilihan katanya sehingga menjadi indah, satu kesatuan yang termasuk nilai kesatuan karena adanya kesatuan isi, bentuk, bahasa dan ekspresi penyampaianya. berikut: Contoh lain terdapat pada kutipan (3) Danga dibuyuang sabanayo, mandenyo dohulu badunsanak, nan tuo sultan Sabirullah, itu la kini namo mamak inyo. Adiak di Sultan Sabirullah banamo Puti Ambun Sani, itu nan mande Gadih Basanai. Tadanga kecek co itu, nan maratok tu banamo Gadih Basanai kamanakan sultan Sabirullah. Dengar nak, ibunya dua bersaudara, yang tua Sultan Sabirullah, itulah nama mamaknya, adik dari Sultan Sabirullah bernama Puti Ambun Sani, itu adalah ibu Gadih Basanai, yang menangis itu bernama Gadih Basanai keponakan dari Sultan Sabirullah. Estetika kesatuan kutipan (3) terlihat pada kata badunsanak yang artinya bersaudara, ditandai dengan adanya kata ibu, adik, dan keponakan. kesatuan yang berarti terikat dalam satu struktur yaitu kata badunsanak dalam kalimat mandenyo dohulu badunsanak kemudian diuraikan dengan kalimat-kalimat selanjutnya. Keselarasan

7 7 Dalam Cerita Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai yang dinyanyikan oleh Pirin Asmara, ditemukan data yang menunjukkan keselarasan, salah satu contohnya: (4) Kito etong mola Gadih Basanai, bapak indak mande lah mati, amak gaek lah mati pulo, tingga di dalam rumah Gadang. Awak sorang kni tingga di rumah, bakeh siapo lai kabaiyo, tatumbuak badan sorang, mamak lai dirantau pulo. Mamak lai nyo dirantau pulo, tapi dek inyo nak rang Gadih, indak jaleh mamaknyo ado, sabab takalo dohulunyo, mamak marantau sudah lamo. Balun lahia nyo kadunia, nan mamak pai marantau, mauni kampuang mola nyo nan rami, namonyo koto Katenggian. Diceritakan tentang Gadih Basanai, bapak dan ibunya sudah tiada dan neneknyapun juga sudah meninggal dunia, tinggal di rumah yang besar sendirian, dia tidak memiliki siapa-siapa lagi selain seorang mamak (saudara laki-laki ibu Paman ) yang merantau. Tapi, si Gadih tidak tahu kalo dia mempunyai seorang mamak, sebab mamak sudah sangat lama pergi merantau, belum lahir dia kedunia, mamaknya sudah pergi merantau, pergi ke kampung yang lebih maju, namanya kampung Katenggian. Estetika keselarasannya pada kutipan (4) adalah bapak indak mande lah mati, amak gaek lah mati pulo, karena pada kata indak dan mati memiliki makna yang setara atau sama yaitu meninggal. Terdapat nilai keselarasan dan keserasian yaitu antara rangkaian kata dengan makna susunannya harmonis. (5) O etek rang nan manumbuak, kami batanyo pado etek, bari luruih badan batanyo, bari bana ambo barundiang. Nan kami tanyo kini kabakeh etek, lah sampai duo tigo kali, tiok nan lalu tadanga juo, tadanga ratok dengan tangih. Itu isinyo kakami tanyo, anak siapo nan manangih etek?. hai Ibuk yang menumbuk, kami ingin bertanya kepadamu, izinkan kami untuk bertanya, sudah dua sampai tiga kali kami melewati jalan ini, selalu terdengar suara ratapan dan tangisan. yang menjadi pertanyaan kami, anak siapa yang menangis itu buk? Terdapat dua estetika keselarasan. Pertama, pada kata batanyo dan barundiang, antara batanyo dengan barundiang merupakan sesuatu yang sejalan. Pada kata tersebut adanya keserasian dan keselarasaran karena keselarasan merupakan interaksi yang dilandasi oleh kewajaran tidak ada yang ditonjolkan. Kedua, pada kata ratok dan tangih, antara kata tersebut juga terdapat keselarasan karena mempunyai arti yang sama atau sinonim yaitu sedih. Keselarasan merupakan perpaduan yang baik dan seimbang antara unsur yang membentuknya, sebab tidak ada sesuatu yang dapat dikatakan indah itu bila melebihi suatu kewajaran. (6) Dangakan bana di nan Gadih, Soal pusako nan disabuik, kalo nyo kini badan awak, bialah tingga pusako tu, tanah babaliak ka asanyo, dahulu awak dak juo adoh, kini nak pulang ka nan punyo, indak paralu kito bilang, awak barangkek kini juo. Dengarkan Gadih, kalau soal harta pusaka, biarlah tinggal harta itu, tanah kembali ke asalnya, dulu kita juga tidak memiliki apa-apa, sekarang biarkan kembali kepada yang punya, tidak usah kita pikirkan, pikirkan saja diri kita dan sekarang juga kita harus berangkat

8 8 Estetika keselarasan kutipan (6) terdapat pada kalimat tanah babaliak ka asanyo dan kini nak pulang ka nan punyo pada kalimat tersebut juga terdapat nilai estetika keselarasan yaitu memiliki makna yang selaras atau sama yaitu menyatakan hakikat kepunyaan yaitu Allah Swt. Dengan pilihan kata yang digunakan tukang kaba, menjadikan kalimat tersebut mengandung estetika keselarasan atau keserasian yang indah. Keseimbangan atau kesetangkupan Dalam Cerita Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai yang dinyanyikan oleh Pirin Asmara, ditemukan nilai yang menunjukkan keseimbangan, contohnya: (7) Hari nan sadang tangah ari sadang pamuntak bayang-bayang jo siapo nak gadih kababiri lai barek ringan ditangguang sorang Hari yang sedang tengah hari Sedang tepat bayang-bayang kepada siapa si Gadih akan meminta tolong berat ringan ditanggung sendiri Estetika keseimbangan atau kesetangkupan kutipan (7) terlihat antara sampiran dengan isi pantun. Kesetangkupan tersebut ditandai dengan pola bunyi yang sama. Dari pola-pola bunyi itulah menimbulkan keserasian yang seimbang dan indah. (8) Ramo-ramo tabang malayang Inggok dirantiang patah tigo Dimano bana lataknyo suratan malang Mangko tajadi bantuak iko Hinggap diranting patah tiga Dimanakah letaknya suratan malang sehingga terjadi seperti ini Terdapat estetika keseimbangan atau kesetangkupan kutipan (8) yaitu kesetangkupan antara sampiran dengan isi pantun. Kesetangkupan tersebut ditandai dengan pola bunyi yang sama. Dari pola-pola bunyi itulah menimbulkan keserasian yang seimbang dan indah. Pertentangan Cerita Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai yang dinyanyikan oleh Pirin Asmara, ditemukan estetika pertentangan contohnya: (9) Indak guno do dipatah kacang diambiak dikabek-kabek diambiak sado nan babungo indak paralu dirantang panjang bia to puta nak nyo singkek tasabuik kato sabananyo kutipan (9) Tidak perlu dipatah kacang Diambil diikat-ikat Diambil semua yang berbunga Tidak perlu direntang panjang Biar diputar menjadi singkat Terbilanglah kata sebenarnya Terdapat estetika pertentangan pada yaitu kata panjang dan singkek. Pada kata tersebut terjadi pertentangan yaitu terjadinya berlawanan kata. Dari talibun, adanya kata-kata yang ada unsur pertentangan yaitu terdapat pada kalimat indak paralu dirantang panjang, bia to puta nak nyo singkek. Dari kalimat tersebut adanya pertentangan yaitu panjang dan singkek. Kupu-kupu terbang melayang

9 9 (10) Tumpak kapado Gadih Basanai, samanjak kini mande tak ado, sajak lah mati mak gaeknyo, entong mananggih la siang jo malam. Sadangkan inyo mola lai Gadih tadi, maratok siang jo malam, bunyi ratoknyo bajadi-jadi, adang makannyo adang indak, bak itu inyo dek manangih, bakeh siapo dek kamangadu. Kita lihat Gadih Basanai, semenjak ibunya tiada, semenjak neneknya meninggal dunia, dia selalu menangis siang dan malam. Dia selalu meratap siang dan malam, bunyi ratapannya semakin keras, kadang dia makan kadang tidak, seperti itulah dia karena menangis, kepada siapa dia akan mengadu. Terdapat estetika pertentangan pada kutipan (10) yaitu pada kata siang jo malam, pada kata tersebut terjadi pertentangan, karena berlawanan atau antonim. Namun, dari pertentangan tersebut tercipta keindahan. (11) Hari nan sadang tangah ari sadang pamuntak bayang-bayang jo siapo nak gadih kababiri lai barek ringan ditangguang sorang Hari yang sedang tengah hari Sedang tepat bayang-bayang kepada siapa si Gadih akan meminta tolong berat ringan ditanggung sendiri Estetika pertentangan pada kutipan (11) terdapat pada kalimat barek ringan ditangguang sorang, karena pada kalimat tersebut terdapat kata dengan arti yang bertentangan yaitu kata barek dan ringan. Pada pantun di atas terdapat sebuah pertentangan tetapi pertentangan itu menimbulkan sesuatu yang indah dan terjadi keharmonisan. Jadi, di dalam Kaba Gadih Basanai banyak mengandung nilai keindahan. Keindahan tersebut tidak terlihat dari bahasanya namun, juga terlihat dari makna bahasa itu sendiri, seperti pantun berikut ini: batuang dak bisa dipatali, dikarek kadibalah duo, kamano juo awak lai kamanyasali, nan salah jaleh awak juo. Pantun tersebut mengandung nilai keindahan yang ditandai dengan pola-pola bunyi bahasa di setiap akhir baitnya. Namun, jika diperhatikan dari segi isi, pantun tersebut mengajarkan kita untuk tidak menyesali apa yang sudah terjadi karena yang kita terima disebabkan oleh apa yang kita lakukan. Sebagai sastra lama, kaba Gadih Basanai banyak mengandung pesan atau amanat di dalamnya. Kaba ini mengingatkan kita untuk saling peduli satu sama lain dan mengajarkan kita tentang sopan santun, baik itu dalam berbicara maupun dalam bersikap. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, peneliti tidak menemukan perbedaan secara signifikan tentang unsurunsur nilai estetika yang terdapat di kaba. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Karmila Rahmadani tentang Nilai Estetika dalam Tuturan Adat Pasambahan Mantaan Tando di Kenagarian Maek Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten 50 Kota menemukan semua unsur-unsur estetika yang terdiri dari unsur kesatuan, keselarasan, keseimbangan atau kesetangkupan dan pertentangan. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang berjudul Nilai Estetika Cerita Rabab Pesisir Selatan Kaba Gadih Basanai yang

10 10 Dinyanyikan oleh Pirin Asmara. Dengan demikian, dalam sastra Minang yang berbentuk adat pasambahan dan rabab memiliki nilai estetika di samping pesan-pesan moral, sehingga kesenian ini masih tetap dinikmati pendengarnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai nilai estetika cerita rabab Pesisir Selatan kaba Gadih Basanai yang dinyanyikan oleh Pirin Asmara, maka dapat disimpulkan bahwa nilai estetika yang terdapat dalam Kaba Gadih Basanai tersebut terbagi empat, yaitu (1) kesatuan, (2) keselarasan, (3) keseimbangan atau kesetangkupan dan (4) pertentangan. Nilai estetika yang pertama adalah nilai kesatuan dapat menggambarkan kesempurnaan bentuk. Kesatuan yang terdapat dalam kaba Gadih Basanai seperti kata badunsanak yang merupakan bentuk kesatuan dari kata ibu, adik dan keponakan. Kedua, nilai keselarasan merupakan interaksi yang wajar dari beberapa bagian yang berbeda-beda, seperti kalimat bari luruih badan batanyo, bari bana ambo barundiang, terjadi keharmonisan karena interaksi yang wajar dan kesamaan pandangan antara kalimat pertama dengan kalimat kedua. Ketiga, keseimbangan atau kesetangkupan kepersisan bandingan antara dua hal yang berbeda seperti pantun Hari nan sadang tangah ari, sadang pamuntak bayang-bayang, jo siapo nak gadih kababiri lai, barek ringan ditangguang sorang yaitu kepersisan bandingan antara sampiran dan isi pantun. Keempat, nilai pertentangan. Pertentangan yang dimaksud adalah keharmonisan yang ditimbulkan oleh sesuatu yang berlawanan seperti kata panjang dan singkek dalam kalimat indak paralu dirantang panjang, bia to puta nak nyo singkek. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, banyak terdapat nilai estetika dalam sastra lisan kaba Gadih basanai yang dinyanyikan oleh Pirin Asmara. Untuk itu, disarankan beberapa hal yang berkaitan dengan simpulan penelitian yakni sebagai berikut. Pertama, peneliti atau calon peneliti sastra lisan, ada baiknya jika penelitian ini diteruskan dengan objek yang sama tetapi dengan kajian penelitian yang berbeda atau objek yang berbeda namun dengan kajian yang sama. Kedua, mahasiswa, khususnya jurusan bahasa dan sastra Indonesia agar mengkaji lebih luas lagi tentang folklor lisan kaba karena di dalam kaba karena selain unsur estetika juga terdapat unsur lainnya seperti nilai sosial dan budaya. Ketiga, guru bidang studi BAM (Budaya Alam Minangkabau) baik SMP maupun SMA dapat memperkenalkan sastra lisan kaba karena di dalamnya banyak terdapat nilai estetika sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran nilai estetika. Ucapan Terima Kasih Pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini terlaksana atas bimbingan dan bantuan dari berbagai piha. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Hasnul Fikri, M.Pd. sebagai pembimbing satu dan Ibu Dra.

11 11 Hj. Syofiani, M.Pd., sebagai pembimbing dua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, motivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini b. Pendidikan Budaya Alam Minangkabau: Untuk SMP/MTsN. Kelas IX. Padang: Jasa Surya. DAFTAR PUSTAKA Abdurahman Nilai-nilai Budaya dalam Kaba Minangkabau. Padang: UNP Press. Alfan, Muhammad Pengantar Filsafat Nilai. Bandung: Pustaka setia. Amir, Adriyetti dkk Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang: Andalas University Press. Atmazaki Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: UNP. Press. Djamaris, Edwar Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Esten, Mursal Kesusastraan: Pengantar teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Moleong, J. Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosda.. Rahmadani, Karmila Nilai-nilai Estetika dalam Tuturan Adat Pasambahan Mantaan Tando di Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten 50 Kota. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. Ratna, Nyoman Kutha Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rokhmansyah, Alfian Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Semi, M. Atar Stilistika Sastra. Padang: UNP Press. Zulkarnaini a. Pendidikan Budaya Alam Minangkabau: Untuk SMP/MTsN Kelas VII.Padang: Jasa Surya.

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI 1 ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI Andi nova 1,Dainur Putri 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT.

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT. NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT. RAJO PENGHULU Mefri Diamanda 1), Marsis 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa oleh masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau merupakan kelompok masyarakat

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Judul Penelitian : Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Padang Nama : Rika Fitrianti NPM : 0910013111196 Jenjang Pendidikan : Sarjana Pendidikan (S1) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI PADANG Risa Marjuniati ), Marsis ), Hj. Syofiani ) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ) Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI SISWA KELAS VII.1 SMPN 35 PADANG DENGAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG Eni Puji Astuti 1), Hasnul Fikri 1), Elvina A. Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PARIAMAN

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PARIAMAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PARIAMAN Sri Wulandari 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN Nia Gustina¹, Gusnetti², Syofiani² ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII.1 DENGAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN. Abstract

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII.1 DENGAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN. Abstract KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII.1 DENGAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN,, 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE Sinta Febriani¹, Gusnetti², Syofiani² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ²Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN Sri Elfina 1, M. Atar Semi 1, Dainur Putri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Dosen

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS X SMAN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS X SMAN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS X SMAN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Vado Reski KK 1), Syofiani 2), Elvina A. Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL

STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL Diajukan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ABDUL

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN Konflik Tokoh Utama dalam Novel Maya Karya Ayu Utami

ARTIKEL PENELITIAN Konflik Tokoh Utama dalam Novel Maya Karya Ayu Utami ARTIKEL PENELITIAN Konflik Tokoh Utama dalam Novel Maya Karya Ayu Utami 1) Helda Daniati 1, Gusnetti 2, Dainur Putri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2 Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT

STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT Oleh: Rafika Juliastuti 1, Syahrul R. 2, Amril Amir 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 1 November 2015 9-14 Analisis

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA Susi Susanti 1, Mila Kurnia Sari², Titiek Fujita Yusandra² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX.4 DENGAN TEKNIK PEMODELAN DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX.4 DENGAN TEKNIK PEMODELAN DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX.4 DENGAN TEKNIK PEMODELAN DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN,, 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keydwords: Writing skills, effective sentences, the research proposal

ABSTRACT. Keydwords: Writing skills, effective sentences, the research proposal KEEFEKTIFAN KALIMAT PADA PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA ANGKATAN 2010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNIVERSITAS BUNG HATTA 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI. Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani 2, Romi Isnanda 2

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI. Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani 2, Romi Isnanda 2 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani, Romi Isnanda Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dosen Program

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR ANAK KEPADA ORANG YANG LEBIH TUA DI KENAGARIAN SUNUR KECAMATAN NAN SABARIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN Ayu Wahyuni 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Pada hakikatnya karya sastra merupakan karya seni yang bersifat kreatif. Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN TEKNIK PETA PIKIRAN KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN TEKNIK PETA PIKIRAN KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN TEKNIK PETA PIKIRAN KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Yepi Febri Yunita 1), Hasnul Fikri 2), Dra. Dainur Putri, M.Pd 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (dalam Noviatri dan Reniwati 2010:4), pada komponenkomponen bahasa manusia, baik bahasa yang dipakai manusia di masa lampau, maupun sekarang, dijumpai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu bentuk media yang digunakan untuk menerjemahkan ide-ide pengarang. Di dalam karya sastra, pengarang merefleksikan realitas yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA. Oleh. Monica Edwar NPM ARTIKEL

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA. Oleh. Monica Edwar NPM ARTIKEL NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA Oleh Monica Edwar NPM 0910013111016 ARTIKEL Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF. Oleh

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF. Oleh KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF Oleh Haris Nur Prasetyo Kahfie Nazaruddin Ali Mustofa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: haris91210@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG Rio Analdi 1), Gusnetti 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak

NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL Yunita Nopianti Abstrak Penelitian ini membahas mengenai tradisi maanta anak daro. Tradisi maanta

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ABSTRACT

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ABSTRACT 1 NILAI-NILAI BUDAYA DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI Septiadi Nefri 1), Gusnetti 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1993: 3). Sastra adalah sebuah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika

Lebih terperinci

FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN

FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN Rizqanil Fajri 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG

ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG Randi Alamhuri 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan merupakan bentuk dari konfiks ke-an dan susastra. Menurut Teeuw (dalam Rokhmansyah, 2014:1) kata

Lebih terperinci

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ENZI PATRIANI NPM 10080297 PROGRAM

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra JURNAL ILMIAH RANI FITRIA WATI NPM. 09080301 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

CITRAAN LIRIK LAGU ODI MALIK DALAM ALBUM BANCANO BUKIK LANTIAK

CITRAAN LIRIK LAGU ODI MALIK DALAM ALBUM BANCANO BUKIK LANTIAK CITRAAN LIRIK LAGU ODI MALIK DALAM ALBUM BANCANO BUKIK LANTIAK Dio Nugraha 1), Gusnetti 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan. Salah satu bentuk pendidikan adalah pendidikan yang berupa

Lebih terperinci

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Iman Laili Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract: Demonstrative pronouns in Minangkabau language consist of demonstrative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia untuk menyampaikan gagasan atau pikiran, dan ide- idenya dengan maksud ingin mengutarakannya kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan, menjadikan negara ini memiliki etnis serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR ESTETIKA DAN STILISTIKA FILM GUBANG THE MOVIE KARYA SARMAN GALANG. Oleh

UNSUR-UNSUR ESTETIKA DAN STILISTIKA FILM GUBANG THE MOVIE KARYA SARMAN GALANG. Oleh UNSUR-UNSUR ESTETIKA DAN STILISTIKA FILM GUBANG THE MOVIE KARYA SARMAN GALANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NURYAH NIM 120388201144 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya sastra terdapat kenyataan yang dialami oleh masyarakat itu

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PANTUN MINANGKABAU. Meta Sari 1), Gusnetti 2), Syofiani 2)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PANTUN MINANGKABAU. Meta Sari 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PANTUN MINANGKABAU Meta Sari 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PENINGKATAN KERJA SAMA ANTARSISWA DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII.5 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DI SMP NEGERI 3 PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM Septina Yola Wenian 1, Hasnul

Lebih terperinci

Zilvia Rozi Yunita NPM

Zilvia Rozi Yunita NPM KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE ARTIKEL ILMIAH Zilvia Rozi Yunita NPM 11080146 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG Oleh: Mira Handriyani, Harris Effendi Thahar, Andria Catri Tamsin Program

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POSTER SISWA KELAS VII.5 SMPN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POSTER SISWA KELAS VII.5 SMPN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POSTER SISWA KELAS VII.5 SMPN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Ade Satriawan 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMAHAMAN PANTUN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP N 24 PADANG

HUBUNGAN PEMAHAMAN PANTUN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP N 24 PADANG HUBUNGAN PEMAHAMAN PANTUN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP N 24 PADANG Oleh: Noviani Saputri 1, Erizal Gani 2, Abdurahman 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang utama dalam komunikasi karena tanpa bahasa sulit untuk memahami apa yang ingin disampaikan antara satu manusia dengan manusia lainnya.

Lebih terperinci

Tri Hidayati¹, Hasnul Fikri², Syofiani²

Tri Hidayati¹, Hasnul Fikri², Syofiani² PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO- OP TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI TIGO NAGARI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN Tri Hidayati¹, Hasnul Fikri²,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 2/2017) 200-209 200 PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG Oleh Hasmi Novianti Dosen Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW 1 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI SMP NEGERI I SOLOK SELATAN ), ), ) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata krama yaitu jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah,

BAB I PENDAHULUAN. tata krama yaitu jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar, dalam aturan adat istiadat, tata cara perkawinan dapat dibagi atas dua bagian, yakni: perkawinan menurut syarak (agama) dan perkawinan menurut adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

ANALISIS PANDANGAN HIDUP TOKOH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS PANDANGAN HIDUP TOKOH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL ILMIAH ANALISIS PANDANGAN HIDUP TOKOH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) FITRI YANTI NIM.

Lebih terperinci

CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM KABA BUJANG PIAMAN JO PUTI PAYUANG LAUIK VERSI SELASIH

CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM KABA BUJANG PIAMAN JO PUTI PAYUANG LAUIK VERSI SELASIH CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM KABA BUJANG PIAMAN JO PUTI PAYUANG LAUIK VERSI SELASIH Oleh: Nini Andriani 1, Hasanuddin WS 2, M. Ismail Nst. 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM 09080240 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERUMPAMAAN DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR SUTAN ISKANDAR (KAJIAN STILISTIKA) ARTIKEL ILMIAH ADE PUTRA NIM.

GAYA BAHASA PERUMPAMAAN DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR SUTAN ISKANDAR (KAJIAN STILISTIKA) ARTIKEL ILMIAH ADE PUTRA NIM. GAYA BAHASA PERUMPAMAAN DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR SUTAN ISKANDAR (KAJIAN STILISTIKA) ARTIKEL ILMIAH ADE PUTRA NIM. 10080242 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Oleh GAGA RUKI NPM 1110013111061 Ditulis untuk Memenuhi

Lebih terperinci

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN MENGAJARKAN SASTRA Tiurnalis Siregar Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karya Sastra merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik (dalam arti seni), hasilnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH Oleh: Elin Nofia Jumesa 1, Abdurahman 2, Emidar 3. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci