PENGARUH MULSA JERAMI TERHADAP LAJU PERUBAHAN KADAR AIR TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (ORYZA SATIVA L.) ERVAN FERDIANSYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MULSA JERAMI TERHADAP LAJU PERUBAHAN KADAR AIR TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (ORYZA SATIVA L.) ERVAN FERDIANSYAH"

Transkripsi

1 PENGARUH MULSA JERAMI TERHADAP LAJU PERUBAHAN KADAR AIR TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (ORYZA SATIVA L.) ERVAN FERDIANSYAH DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul PENGARUH MULSA JERAMI TERHADAP LAJU PERUBAHAN KADAR AIR TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (ORYZA SATIVA L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 2013 Ervan Ferdiansyah NIM G

4 ABSTRAK ERVAN FERDIANSYAH. Pengaruh Mulsa Jerami Terhadap Laju Perubahan Kadar Air Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza Sativa L.). Dibimbing oleh YON SUGIARTO.. Laju penurunan kadar air tanah yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mulsa jerami terhadap laju perubahan kadar air tanah dan pertumbuhan tanaman padi. Penelitian lapang ini menggunakan rancangan acak kelompok pada 18 petak percobaan, 9 petak tanpa mulsa dan 9 petak menggunakan mulsa. Kadar air tanah di semua lahan percobaan mengalami laju penurunan setelah lahan tidak lagi diberi air, dengan rata-rata laju penurunan terendah ditunjukan oleh lahan yang diberi perlakuan mulsa, yaitu sebesar -0.3 %/hari. Tanaman yang diberi perlakuan mulsa memiliki rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan yang lebih tinggi, yaitu 69.6 cm dan 25 batang anakan dengan varietas Inpari 10 sebagai varietas yang paling responsif. Kata kunci: Padi, Kekeringan, Mulsa jerami, KAT ABSTRACT ERVAN FERDIANSYAH. The Influence of Mulching Straw Against the Rate of Change the Moisture Content of Soil and Plant Growth Rice (Oryza Sativa L. ). Supervised by YON SUGIARTO. Increased level of soil moistured can be problem to the growth of the plant. The purpose of this research is to know the influence of straw mulch on the rate of change of moisture content of soil and plant growth rice. This fields research using random design group at 18 plots experiement, 9 comparterments without straw mulch and 9 compartements with mulch. Moisture content of soil in all area had been decrease once the land is no longer being given water, with an lowest average rate of declinewas indicated by the land that use a treatment of straw mulch, which amounted to -0.3%/days. The highest average height of plants and number of plantlets was indicated by the plant that use the treatment of mulch, which amounted to 43.2 cm 25 plantlets with Inpari 10 as the most responsive varieties. Keywords: Rice, Drought,Straw mulch, Soil Moisture

5 PENGARUH MULSA JERAMI TERHADAP LAJU PERUBAHAN KADAR AIR TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (ORYZA SATIVA L.) ERVAN FERDIANSYAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Pengaruh Mulsa Jerami terhadap Laju Perubahan Kadar Air Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Nama : Ervan Ferdiansyah NIM : G Disetujui oleh Yon Sugiarto, S.Si., M.Sc. Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Rini Hidayati, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Mulsa Jerami terhadap Laju Perubahan Kadar Air Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Langgengsari, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Atas kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Yon Sugiarto, S.Si, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Impron. M.Agr.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, kesempatan, diskusi, ilmu serta bimbingan selama penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik. 2. Bapak Ir. Bregas Budianto, Ass.Dpl atas bantuannya dalam pembuatan alat ukur Kadar Air Tanah, kalibrasi, ilmu selama di lapangan serta pengolahan data. 3. Ayah, ibu serta seluruh keluarga atas cinta, doa, dukungan, dan nasehatnya yang tak pernah henti sampai saat ini. 4. Bapak Rico, Bapak Taukhid dan Diyah Kristi GFM 45 selaku rekan kerja atas segala bantuan dan ilmu selama di lapangan. 5. Teman-teman 5 sekawan, Imam Mul arifin, Deri Dermawan, Wildan Novebiyatno, Ahmad Anggara atas persahabatan, semangat, keceriaan kekeluargaan, dukungan dan kebersamaannya. 6. Syarifah Hidayah yang telah banyak memberikan semangat dan koreksinya. You re my best friend. 7. Teman-teman Geometafisika: Ahmad Solahudin, Khabib Dhunka, Dodik, Milan, Bang Aan, Bang Azam, Mas Galih, Dayat dan Ikhsan, terimakasih atas pengalaman yang luar biasa. 8. Teman-teman GFM 46 yang telah berperan dan hadir dalam kehidupan ini. 9. Shinta Indriyani, atas semangat dan dukungannya yang selalu jadi motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi, penulis mengucapkan terimakasih, semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Ervan Ferdiansyah

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Morfologi Tanaman padi 2 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi 2 Pengaruh Iklim terhadap Tanaman Padi 3 Kadar Air Tanah (KAT) 5 Mulsa Jerami Untuk Mengatasi Kekeringan 5 METODE 6 Waktu dan Tempat Penelitian 6 Bahan 6 Alat 6 Rancangan Percobaan 6 Prinsip Kerja dan Pemasangan Alat 7 Pengambilan Data Penelitian 8 Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Kondisi Cuaca Selama Penelitian 9 Pertumbuhan Tanaman Padi 11 Kadar Air Tanah (KAT) 16 SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP

10 DAFTAR TABEL 1 Laju pertumbuhan tinggi tanaman padi 12 2 Respon perlakuan terhadap peubah pertumbuhan tanaman padi 14 3 Persamaan kalibrasi 16 4 Laju perubahan kadar air tanah 18 DAFTAR GAMBAR 1 Gambar denah penelitian 7 2 Kondisi curah hujan wilayah penelitian dan sekitarnya mulai 25 Mei 2012 hingga15 September Kondisi radiasi surya harian dan kecepatan angin rata-rata selama penelitian 10 4 Kondisi Suhu udara harian dan Kelembaban udara selama penelitian 10 5 Pertumbuhan tinggi tanaman padi 12 6 Laju pertumbuhan tinggi tanaman padi perlakuan mulsa dan tanpa perlakuan mulsa 13 7 Pertumbuhan jumlah anakan tanaman padi 14 8 Perbandingan respon tinggi tanaman, jumlah anakan maksimal dan jumlah anakan produktif terhadap perlakuan mulsa jerami pada setiap varietas 15 9 Grafik kalibrasi dengan tiga range data, range 0-79, range dan range Grafik kalibrasi gabungan tiga persamaan, garis kalibrasi dan data impedansi Grafik rata-rata laju perubahan KAT perlakuan mulsa dan tanpa mulsa Grafik mulsa pada setiap titik pengamatan, Perlakuan mulsa dan tanpa mulsa 19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel pertumbuhan tinggi tanaman 23 2 Tabel pertumbuhan jumlah anakan 25 3 Tabel kalibrasi alat ukur KAT 27 4 Tabel kadar air tanah dengan perlakuan mulsa 28 5 Tabel kadar air tanah tanpa perlakuan mulsa 29 6 Tabel laju Perubahan KAT pada lahan yang diberi perlakuan mulsa 30 7 Tabel laju Perubahan KAT pada lahan tanpa perlakuan mulsa 31 8 Tabel data parameter cuaca 32 9 Foto bahan dan alat penelitian Foto kegiatan penelitian 35

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kekeringan adalah suatu kondisi ketika ketersediaan air jauh dibawah kebutuhan air, baik itu untuk sektor pertanian, kegiatan ekonomi, kebutuhan hidup maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya (BNPB 2012). Pada sektor pertanian kekeringan dapat menyebabkan dampak yang besar, salah satunya adalah gagal panen. Berdasarkan data BPS, Indramayu merupakan salah satu lumbung padi terbesar di wilayah Jawa Barat. Dengan produksi sekitar 1,03 juta ton atau sekitar 11 persen total produksi padi di Jawa Barat pada tahun Tingginya produksi padi di Indramayu ini disebabkan oleh luasnya lahan sawah yang ada. Berdasarkan luas wilayahnya yang mencapai 204 ribu ha, sekitar 114 ribu ha (55%) diantaranya adalah lahan sawah. Kekeringan yang terjadi di wilayah Indramayu dapat dikategorikan sebagai kekeringan alamiah (kekeringan meteorologis, hidrologis dan pertanian). Menurut Pratiwi (2011) kekeringan meteorologis adalah kekeringan yang disebabkan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim, kekeringan hidrologis yaitu kekeringan karena pasokan air permukaan maupun air dalam tanah berkurang drastis, sedangkan kekeringan pertanian adalah kekeringan yang berhubungan dengan ketersediaan air untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Pada kondisi kekeringan kandungan air di dalam tanah hanya mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu dan pada wilayah yang luas. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati et al. (2010) dan Impron et al. (2011) pada kondisi normal, musim tanam 1 di Kabupaten Indramayu dimulai pada bulan November sampai dengan Januari, dan musim tanam 2 umumnya dimulai pada bulan April dan bisa berlangsung sampai bulan Juli. Penanaman di luar masa tanam tersebut akan menimbulkan resiko gagal panen akibat kekeringan. Salah satu upaya untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat kekeringan yaitu dengan mempertahankan kondisi tanah agar tetap basah. Dengan kata lain laju penurunan KAT harus diusahakan serendah mungkin. Penurunan nilai KAT erat kaitannya dengan evapotranspirasi karena evapotranspirasi dapat mengurangi kadar air dalam tanah, beberapa faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah radiasi netto, suhu, kelembaban dan angin (Linsley dan Franzini 1979). Salah satu upaya menekan laju penurunan KAT adalah dengan memberikan perlakuan mulsa jerami, karena mulsa dapat melindungi tanah dari menguapnya air akibat evapotranspirasi. Menurut penelitian Adisarwanto dan Wudianto (1999), mulsa jerami dapat mengurangi penguapan air, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Untuk membuktikan efektivitas mulsa jerami dalam mempertahankan nilai Kadar Air Tanah, dapat dilakukan analisis korelasi antara pemberian mulsa dengan pertumbuhan tanaman dan laju penurunan kadar air tanah.

12 2 Perumusan Masalah Kekeringan kerap kali melanda wilayah Indramayu khususnya Desa Langgengsari Kecamatan Lelea. Hal ini menyebabkan penurunan nilai kadar air tanah yang signifikan di wilayah tersebut, bahkan dapat menyebabkan padi terancam gagal panen. Hal inilah yang menjadi sorotan utama dalam mengembangkan penelitian ini. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh perlakuan mulsa jerami terhadap laju pertumbuhan tiga varietas tanaman padi. 2. Mengetahui pengaruh mulsa jerami terhadap nilai kadar air tanah. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan jenis tanaman pangan berupa rumput berumpun. Padi berasal dari genus Oryza, family Graminae, terdiri dari 25 spesies salah satunya adalah Oryza Sativa L (Haryadi, 2006). Menurut Balai Pelatihan Pertanian (2000), tanaman padi berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afika Barat tropis dan subtropis. Sejarah mengatakan bahwa tanaman ini berkembang di Cina dan India. Fosil bulir padi ditemukan di Hastinapus Ultar Paradesh India, diduga fosil ini berasal dari tahun SM. Ada juga yang menyatakan bahwa perkembangan padi sudah dimulai di Zheijang (Cina) sejak tahun SM. Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yakni organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). Bagian-bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah, dan bunga. Berdasarkan tipenya padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) dan padi sawah. Padi gogo biasanya ditanam di dataran tinggi sedangkan padi sawah memerlukan penggenangan dan biasanya ditanam di dataran rendah. Ada bermacam varietas dalam tanaman padi, untuk padi yang ditanam di dataran tinggi terdapat varietas Adil dan varitas Makmur sedangkan untuk yang ditanam didataran rendah terdapat varietas Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120. Selain varietas tersebut ada pula varietas-varietas baru seperti Inpari 10, Inpari 13, Inpara 1, Inpara 2 dan Inpara 3. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi. Meskipun terdapat berbagai macam varietas padi, namun secara keseluruhan pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase yaitu, vegetatif, reproduktif dan pematangan.

13 3 Fase vegetatif pada tanaman padi ditandai oleh dimulainya pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun. Fase inilah yang menjadi penentu umur tanaman padi, sehingga menyebabkan perbedaan umur tanaman padi (Makarim dan Suhartatik 2009). Fase vegetatif pada tanaman padi dibagi menjadi dua yaitu fase vegetatif aktif dan fase vegetatif lambat. Fase vegetatif aktif dimulai dari masa pembibitan sampai jumlah tunas maksimum. Umumnya berkisar antara 25 sampai 65 hari, bersifat eksponensial kemudian akan berubah linier pada saat tertentu. Fase vegetatif lambat dimulai setelah fase vegetatif aktif sampai keluarnya bakal malai (primordial). Pada fase inilah ketersediaan air sangat berpengaruh dan dapat menjadi faktor pembatas apabila jumlah air yang tersedia tidak mencukupi. Fase reproduktif berlangsung sekitar 23 sampai 35 hari, ditandai oleh dimulainya perkembangan tanaman padi seperti memanjangnya beberapa ruas batang tanaman, berkurangnya jumlah anakan, bunting dan pembungaan. Fase ini merupakan fase yang paling sensitif terhadap stress lingkungan. Fase Pematangan umumnya berlangsung sekitar 30 hari, pada fase ini padi mengalami proses pematangan pada bulir-bulir padi atau sering juga disebut proses pengisian bulir. Pengaruh Iklim Pada Tanaman Padi Pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi tentunya sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim setempat. Sama halnya dengan tanaman pangan lainnya, faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi antara lain adalah radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan angin. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki cuaca panas dan musim hujan selama 4 bulan. Daerah yang memilik karakteristik iklim seperti itu tentunya adalah daerah subtropis dengan letak geografis antara 45 o LU sampai 45 o LS.. Radiasi Matahari Kebutuhan radiasi matahari untuk setiap fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi tidak sama. Berdasarkan fasenya, tanaman padi pada fase reproduktif dan fase pematangan sangat bergantung pada intensitas radiasi matahari. Yoshida dan Parao (1978), mengatakan bahwa pada fase vegetatif intensitas radiasi matahari tidak berpengaruh nyata terhadap gabah dan akan berpengaruh nyata pada fase reproduktif dan pematangan. Intensitas matahari yang rendah pada fase tersebut akan menurunkan hasil gabah. Selain itu Fagi dan De Data (1981) juga mengatakan bahwa yang mempengaruhi proses pengisian malai dan hasil padi adalah intensitas radiasi pada 20 sampai 45 hari sebelum panen. Suhu Udara Suhu optimal untuk varietas tanaman padi Indica adalah o C, sedangkan untuk Japonica berkisar antara o C (Chang dan Oka 1976). Fluktuasi suhu yang relatif stabil dari waktu ke waktu menyebabkan suhu di daerah tropis tidak menjadi faktor pembatas bagi tumbuh kembang tanaman. Daerah tropis hanya mengalami fluktuasi suhu secara vertikal, semakin tinggi

14 4 suatu daerah di wilayah tropis maka suhunya akan semakin rendah, dan begitu juga sebaliknya. Meskipun demikian, apabila rata-rata suhu harian terlalu rendah atau terlalu tinggi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi tetap saja akan terganggu. Seperti yang dikatakan oleh Yoshida (1981), apabila suhu rata-rata harian kurang dari 20 o C, dapat menyebabkan hal-hal seperti perkembangan tanaman terhambat, pembentukan malai tertahan dan yang paling buruk adalah dapat menyebabkan kehampaan gabah yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, kondisi ratarata suhu harian yang tinggi dapat menyebabkan tanaman mengalami laju respirasi yang tinggi, sehingga energi yang dihasilkan dari proses fotosintesis lebih banyak digunakan untuk kebutuhan respirasi dibandingkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang pada akhirnya menurunkun jumlah gabah. Kelembaban Udara Kelembaban udara nisbi memiliki kaitan yang erat dengan laju evapotransiprasi. Kelembaban yang rendah dan intensitas matahari yang tinggi pada saat musim kemarau dapat mempercepat laju evapotranspirasi. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan translokasi air ke akar tanaman, maka kemungkinan terjadinya cekaman air pada tanaman padi akan semakin tinggi. Curah Hujan Produktivitas padi dapat menurun apabila ketersediaan air juga menurun, ketersediaan air tentunya sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Menurut Bey dan Las (1991) curah hujan merupakan unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap suatu sistem usaha tani, terutama pada lahan kering. Air merupakan penghubung antara nutrisi dalam tanah dengan daun dan batang. Curah hujan berperan dalam menyediakan air bagi tanaman padi, sehingga dengan kata lain air merupakan penghubung antara lingkungan tanah, tanaman dan cuaca atau iklim. Angin Angin dapat mempengaruhi pertukaran bahang, uap air dan CO 2 antara tanaman dan lingkungannya, selain itu menurut Bey dan Las (1991), angin juga berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi dan persarian pada tanaman. Kecepatan angin yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman bahkan sampai merusak tanaman. Secara mekanis angin dapat membuat kerusakan pada daun seperti gugurnya daun. Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan fotosintesis dan translokasi fotosintesis pada tanaman (Chang 1986). Angin memang berguna bagi proses penyerbukan dan pembuahan. Namun, apabila kecepatan angin terlalu tinggi maka akan mengganggu proses penyerbukan itu sendiri karena proses endosperm terganggu akibat adanya pergeseran (De Datta 1981).

15 5 Kadar Air Tanah (KAT) Keseimbangan antara evapotranspirasi dan curah hujan atau irigasi menentukan pola kadar air tanah dalam satu musim tanam. Evapotranspirasi terbagi kedalam tiga bagian, yaitu evapotranspirasi tanaman, evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual. Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), evapotranspirasi tanaman adalah banyaknya air yang hilang selama pertumbuhan tanaman oleh evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tanaman dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor iklim, suhu udara dan kecepatan angin. Pada prinsipnya evapotranspirasi merupakan kebutuhan air tanaman. Air yang berlebih akibat curah hujan yang melebihi evapotranspirasi akan disimpan dalam tanah sampai batas maksimum tanah menyimpan air. Untuk menduga nilai kadar air tanah dalam tanah, berbagai metode dan teknik telah banyak dikembangkan. Pengukuran kadar air tanah secara langsung dapat dilakukan dengan alat ukur seperti neutron-probe meter, gypsum block meter dan tensiometer. Selain pengukuran langsung, nilai kadar air tanah dapat juga diduga dengan metode gravimetri. Prinsip kerja dari alat ukur gypsum block meter adalah dengan menghitung nilai hambatan perpindahan listrik dalam tanah. Jumlah air yang ada didalam tanah akan menentukan nilai hambatan listrik dalam tanah. Semakin banyak kandungan air dalam tanah maka nilai impedansinya akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya kandungan air tanah yang rendah akan menyebabkan nilai impedansi yang tinggi. Selanjutnya dari data tersebut dapat dilakukan kalibrasi sehingga didapatkan informasi nilai kadar air tanah.. Mulsa Jerami Untuk Mengatasi Kekeringan Kekeringan terjadi akibat adanya faktor-faktor seperti curah hujan, karakteristik tanah sebagai media penyimpan air dan jenis tanaman sebagai subjek yang menggunakan air. Terdapat dua kategori kekeringan, yaitu terkena kekeringan dan terancam kekeringan (Effendi 1995). Kondisi saat sawah kering, retak-retak dan tanaman padi rusak atau mati disebut kondisi terkena kekeringan. Sedangkan apabila sawah masih basah, suplai air masih ada namun masih dibawah kebutuhan tanaman, maka kondisi ini disebut kategori terancam kekeringan. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat kekeringan, dapat dilakukan upaya-upaya seperti pembudidayaan varietas padi yang tahan terhadap kondisi tersebut, penggunaan sistem culik, perencanaan musim tanam hingga penggunaan mulsa untuk menjaga nilai kadar air tanah. Menurut Khurshid (2006) mulsa dapat mempengaruhi kondisi fisik tanah secara signifikan. Penggunaan mulsa dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air (WUE). Dengan adanya mulsa infiltrasi air akan meningkat. Mulsa dalam bentuk material apa saja asalkan disebar merata di permukaan tanah dapat melindungi tanah dari radiasi matahari dan penguapan. Adapun bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah film plastik, rumput, kayu, jerami, dll. Oleh karena itu penggunaan mulsa jerami dapat dikategorikan sebagai salah satu upaya mengatasi kekeringan.

16 6 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2012, hari pertama setelah tanam (HST) terhitung pada tanggal 23 Juni Lokasi penelitian berada pada koordinat BT dan LS, bertempat di Desa Langgengsari, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dengan luas lahan penelitian sekitar 7000 m 2. Analisa contoh tanah dilakukan di Laboratorium terpadu, GFM-FMIPA-IPB, sedangkan untuk pengolahan data dilakukan di Laboratorium Agrometeorologi, GFM-FMIPA-IPB. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Bibit padi varietas Inpari 10, Inpari 13, Ciherang. Mulsa Jerami. Data pertumbuhan tanaman padi bulan Agustus-September 2012 pada lokasi penelitian. Data suhu udara (T) dan kelembaban nisbi (RH) bulan Juni-September Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Meteran. Multimeter (DVM). Timbangan elektrik. Penguat arus. Sensor Kadar Air Tanah. Seperangkat komputer dengan aplikasi Microsoft Office. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan penelitian meliputi: (i) tiga varietas V (varietas lokal yang umum dipakai petani sebagai kontrol (V1) yaitu Ciherang, varietas alternatif (V2) yaitu Inpari 10 yang lebih tahan kekeringan, varietas alternatif (V3) yaitu Inpari 13 yang berumur genjah); (ii) Penggunaan mulsa jerami dengan waktu tanam yang dimundurkan (M1) dan tanpa menggunakan mulsa jerami dengan waktu tanam yang juga dimundurkan (M2) sehingga tanaman kemungkinan akan terpapar pada kondisi kekeringan.

17 7 Gambar 3.1 Gambar Petak Penelitian, kotak berwarna kuning menunjukan lokasi alat kadar air tanah ditanam Prinsip Kerja dan Pemasangan Alat Sensor dan bahan yang dipergunakan adalah Multimeter (DVM), sakelar elektronik (IC 4066), Multivibrator Astable (IC 4047), dan sepasang elektroda. Untuk prinsip dasar kerja dari alat ukur kadar air tanah itu sendiri adalah dengan mengukur daya hantar listrik tanah dengan menggunakan multimeter (DVM). Pengukuran nilai kadar air tanah dapat dilakukan dengan pendekatan teknik elektronik sederhana, yaitu mengukur konduktivitas listriknya dengan cara membenamkan sepasang elektroda kedalam tanah, sehingga medan listrik dapat mempengaruhi posisi ion-ion dalam tanah. Perubahan posisi ion ini akan menyebabkan timbulnya kecepatan gerak ion yang merupakan fungsi kandungan air tanahnya. Namun, alat ukur daya hantar listrik pada umumnya memberikan medan listrik DC sehingga akan sulit untuk mengukur konduktivitasnya karena sifat larutan elektrolit medan listrik yang akan menghasilkan polarisas. Oleh karena itu alat ini ditambahkan penguat sekaligus perubah arus, sehingga medan listrik yang mengalir pada sepasang elektroda akan berupa listrik AC dengan frekuensi ± 1 KHz. Nilai kandungan air tanah diperoleh dari fungsi nilai resistansi yang tertera pada alat ukur. Penanaman alat ukur KAT dilakukan sebelum lahan dipasangi mulsa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses penanaman alat-alat tersebut, dengan kedalaman ± 20 cm. Alat ukur KAT ditanam di beberapa titik pengamatan dengan pola seperti pada denah rancangan percobaan. Setelah lahan sawah diolah dan ditanami padi, kemudian sawah dipasangi mulsa jerami sesuai denah percobaan yang telah direncanakan. Mulsa dipasang ketika padi berumur 42 HST, mulsa tersebut dipasang menutup seluruh permukaan lahan sawah baik yang ditanami padi maupun yang tidak (legowo) dengan ketebalan ± 3-5 cm.

18 8 Pengambilan Data Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian lapang. Penelitian lapang dilakukan untuk mengetahui nilai kadar air tanah aktual di lapangan serta laju pertumbuhan tanaman padi. Untuk mengetahui pengaruh mulsa terhadap pertumbuhan tanaman padi maka dilakukan analisa data dengan membandingkan grafik. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh mulsa jerami terhadap perubahan kadar air dilakukan analisa dengan pendekatan grafik hubungan antara waktu dan laju perubahan air tanah. Pengambilan dan pengolahan data penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapangan. a. Lapangan Pengambilan data dilapangan meliputi data-data seperti tinggi tanaman (cm) dan jumlah anakan (batang) dan KAT. Pengukuran dilapangan dilakukan setiap seminggu sekali selama masa penanaman padi terhitung mulai tanggal 14 Juli sampai 7 september b. Laboratorium Pengukuran laboratorium dilakukan melalui kalibrasi contoh tanah yang diambil di lokasi penelitian. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kedalaman tanah 20 cm, kemudian ditumbuk hingga halus, lalu dibiarkan hingga benar-benar kering. Setelah kering, kemudian diberi air hingga kondisi kapasitas lapang terpenuhi. Selanjutnya, ditimbang bobot basahnya lalu diukur nilai impedansinya. Setelah itu, tanah dibiarkan mengering. Selama proses pengeringan tersebut dilakukan pengukuran KAT (%) dan KAT (Ω), sehingga didapatkan data untuk kalibrasi alat. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai KAT (% berat) adalah: KAT (%berat) = (Berat basah Berat kering) Berat kering 100% Analisa Data Penelitian a. Pertumbuhan Tanaman Padi Untuk mengukur dan menganalisa pertumbuhan tanaman padi digunakan data tinggi tanaman (cm) dan jumlah anakan (batang). Tinggi tanaman dan jumlah daun diukur dengan menggunakan metode non-destruktif, yang berarti untuk mendapatkan data, contoh tanaman yang digunakan merupakan contoh tanaman yang sama selama masa tanam. Rumus yang digunakan dalam menghitung laju pertumbuhan tanaman: r = (P t -P t-1 )/7 Keterangan: P t : Tinggi tanaman minggu ke-t (cm) P t-1 : Tingi tanaman minggu ke-t (cm) r : Laju pertumbuhan tanaman (cm/hari)

19 9 b. Laju Perubahan Kadar Air Tanah Data yang digunakan untuk mengukur dan menganalisa laju perubahan nilai KAT adalah data KAT yang terukur dilapangan (Ω) yang kemudian dikalibrasi, sehingga mendapatkan data KAT dalam %. Setelah itu dilakukan perbandingan antara nilai yang terukur pada tanaman yang diberi mulsa dengan tanaman yang tidak diberi mulsa. Adapun cara membandingkannya adalah dengan membuat grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Cuaca Selama Penelitian Penanaman untuk P1 dan P2 dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2012 menggunakan hasil persemaian musim tanam II. Penanaman ini merupakan penanaman yang lebih lambat 4 (empat) minggu dari musim yang seharusnya. Penanaman ini sengaja dikondisikan pada musim tanam yang terlambat, sehingga periode tanam tersebut memiliki peluang terpapar kekeringan yang besar. Perlakuan mulsa jerami diharapkan dapat mengurangi peluang kejadian tersebut. Respon pertumbuhan serta laju perubahan kadar air tanah dipakai sebagai tolak ukur ketahanan varietas yang diberi perlakuan mulsa terhadap kekeringan. 2 Curah Hujan (mm) 1,5 1 0,5 0 09/05 26/05 12/06 29/06 16/07 02/08 19/08 05/09 22/09 Tanggal Gambar 4.1 Kondisi curah hujan wilayah penelitian dan sekitarnya mulai 25 Mei 2012 hingga15 September 2012 Tanda-tanda musim kemarau mulai dapat terlihat bahkan sebelum penelitian dimulai, hal ini dicirikan dengan tidak terjadinya hujan sejak tanggal 9 Juni sampai akhir penelitian. Kondisi radiasi dan kecepatan angin terukur selama berlangsungnya percobaan dapat dilihat pada Gambar 4.2,

20 10 Radiasi Matahari Harian (MJ/m2) ,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Kecepatan Angin Rata-Rata (m/s) HST Gambar 4.2 Kondisi radiasi surya harian (garis biru) dan kecepatan angin rata-rata (garis merah) selama penelitian mulai 23 Juni 2012 sampai 15 September 2012 dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa radiasi global terkecil yang terukur selama percobaan berlangsung adalah 15 MJ/m 2 /hari yaitu pada tanggal 19 Juli 2012 dan terbesar adalah pada tanggal 12 September 2012 yaitu sebesar 23 MJ/m 2 /hari. Adapun rata-rata radiasi global yang terukur adalah 19 MJ/m 2 /hari, nilai yang fluktuatif ini merupakan dampak dari pengaruh tutupan awan. Kecepatan angin rata-rata adalah 0,5 m/s dengan kecepatan terendah adalah 0,1 m/s pada tanggal 23 Juni 2012, dan kecepatan angin tertinggi terjadi pada tanggal 27 Agustus 2012 yaitu sebesar 1,1 m/s. Terlihat bahwa kecepatan angin rata-rata cenderung naik dari awal hingga akhir penelitian. Suhu Udara Harian (oc) HST Gambar 4.3 Kondisi Suhu udara harian (garis merah) dan Kelembaban udara (garis biru) selama penelitian mulai 23 Juni 2013 sampai 15 Septembr Rata-rata suhu udara (T) harian selama percobaan adalah 25,7 o C, dengan nilai terendah yang terukur adalah 24,5 o C dan terbesar adalah 27,7 o C, sedangkan rata-rata kelembaban udara (RH) harian selama percobaan berlangsung adalah 64%, dengan nilai terkecil dan terbesar berturut turut adalah 48% dan 80%. Secara Kelembaban Udara (%)

21 11 keseluruhan dari gambar 4.3, dapat dilihat bahwa kelembaban mengalami kecenderungan turun dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Pertumbuhan Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman merupakan pertambahan ukuran volume, panjang, luas dan bobot organ, sedangkan perkembangan adalah diferensiasi fungsi organ vegetatif menjadi produktif pada suatu tanaman dan bersifat irreversible (Nasir 2008). Jumlah anakan dan tinggi tanaman merupakan peubah yang diamati untuk mengetahui pertumbuhan tanaman padi pada penelitian ini. TINGGI TANAMAN PADI (CM) Saat Pemasangan Mulsa HARI SETELAH TANAM (HST) V1 Mulsa V1 Tanpa Mulsa V1 Tahun Lalu TINGGI TANAMAN PADI (CM) Saat Pemasangan Mulsa HARI SETELAH TANAM (HST) V2 Mulsa V2 Tanpa Mulsa V2 Tahun Lalu

22 12 TINGGI TANAMAN PADI (CM) Saat Pemasangan Mulsa HARI SETELAH TANAM (HST) V3 Mulsa V3 Tanpa Mulsa V3 Tahun Lalu Gambar 4.4 Tinggi tanaman varietas Ciherang V1 (Gambar Atas), Inpari 10 V2 (Gambar Tengah), Inpari 13 V3 (Gambar Bawah) untuk perlakuan Mulsa (Garis Biru) dan tanpa Mulsa (Garis Merah) dan Tanam tanpa mulsa pada tahun lalu (Garis Kuning) Pengukuran terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan dilakukan dari mulai 1 Hari Setelah Tanam (HST) sampai dengan 75 HST. Pemberian mulsa tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman padi varietas inpari 10 dan inpari 13, hal ini dapat dilihat dari tinggi tanaman antara tanaman yang diberi perlakuan mulsa dan yang tidak diberi perlakuan mulsa memiliki nilai yang tidak berbeda (Gambar 4.4). Namun, pada tanaman padi varietas Ciherang, tinggi tanaman yang diberi perlakuan mulsa setelah lewat masa vegetatif (umur tanaman mencapai 47 HST) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan mulsa (Gambar 4.4 atas). Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi tanaman padi pada tahun sebelumnya dengan perlakuan yang sama seperti tanaman yang tidak diberi mulsa, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman padi pada tahun 2012 jauh lebih rendah. Hal ini menandakan bahwa pada saat tanam tahun 2012 lahan mengalami kesulitan dalam irigasi, berbeda dengan tahun sebelumnya yang cenderung lebih mudah untuk mendapatkan air irigasi. Tabel 4.1 Laju pertumbuhan tinggi tanaman padi LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN (cm/hari) PERLAKUAN Hari Setelah Tanam (HST) 41 HST 47 HST 54 HST 61 HST 68 HST 75 HST V1M V2M V3M V1M V2M V3M Rata-Rata M Rata-Rata M Perbedaan respon pertumbuhan tinggi tanaman padi dapat dilihat lebih jelas pada data laju pertumbuhannya (Tabel 4.1). Laju pertumbuhan tinggi tanaman adalah suatu peningkatan tinggi tanaman tiap satuan waktu, berdasarkan data pada

23 13 tabel tersebut, rata-rata laju pertumbuhan tanaman M1 (menggunakan mulsa) lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan M2 (tanpa mulsa) pada umur 47, 68 dan 75 HST. Secara umum laju pertumbuhan tanaman padi terus menurun seiring bertambahnya umur tanaman (Gambar 4.5). Rata-rata laju pertumbuhan tinggi tanaman padi dengan perlakuan mulsa mengalami penurunan secara drastis pada umur 54 HST dan berangsur angsur stabil hingga akhir masa tanam. Pada tanaman tanpa perlakuan mulsa rata-rata laju pertumbuhan tingginya relatif konstan namun terus menurun dan bertambah curam khususnya mulai 61 HST. Laju Pertumbuhan Tanaman (cm/hari) 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0, Hari Setelah Tanam (HST) Rata-rata Mulsa Rata-rata non Mulsa Gambar 4.5 Laju pertumbuhan tinggi tanaman padi perlakuan mulsa (Garis biru) dan tanpa perlakuan mulsa (Garis merah). Bila dilihat dari sebaran datanya laju pertumbuhan tinggi tanaman padi hampir semuanya memiliki pola yang sama, akan tetapi pada perlakuan non mulsa terdapat dua data yang sebarannya berbeda (Gambar 4.5) yaitu pada data varietas Ciherang dan varietas Inpari 13 sebaran yang berbeda ini disebabkan oleh keretakan tanah yang berbeda sehingga cekaman yang terjadi pun berbeda. Hal inilah yang menyebabkan grafik laju pertumbuhan tinggi tanaman padi yang tanpa perlakuan mulsa tidak mengalami penurunan drastis di 54 HST. Selain variabel tinggi tanaman ada pula variabel jumlah anakan, yang diamati untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman terhadap perlakuan mulsa dan non mulsa, jumlah anakan padi mencapai nilai tertingginya pada 41 HST, kemudian jumlah anakan terus berkurang sehingga hanya menyisakan jumlah anakan produktif (Gambar 4.6). Hal ini sesuai dengan pernyataan Yoshida (1981) bahwa jumlah anakan akan berkurang apabila tanaman telah memasuki fase reproduktif.

24 14 Jumlah Anakan (batang) Var 1 Mulsa Var 2 Mulsa Var 3 Mulsa Var 1 non Mulsa Var 2 non Mulsa Var 3 non Mulsa Hari Setelah Tanam (HST) Gambar 4.6 Jumlah anakan tanaman varietas Ciherang (diamond), Inpari 10 (Segitiga) dan Inpari 13 (Kotak) dengan perlakuan mulsa (garis biru) dan tanpa perlakuan mulsa (garis merah) Tanaman yang diberi perlakuan mulsa memiliki rata-rata jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan produktif yang lebih tinggi dibandingkan tanaman tanpa perlakuan mulsa (Tabel 4.2). Tabel 4.2 Respon perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman padi Perlakuan Tinggi tanaman 75 HST (cm) Jumlah anakan maksimum 41 HST (Batang) Jumlah anakan produktif 75HST (Batang) M1V M1V M1V M2V M2V M2V Rata-Rata M1 Rata-Rata M Akumulasi tinggi tanaman dan jumlah anakan tertinggi berturut-turut adalah 76 cm dan 23 batang dengan jumlah anakan produktif sebanyak 15 batang pada varietas Inpari 13 dengan perlakuan mulsa. Sedangkan terendah ada pada varietas inpari 10 tanpa perlakuan mulsa dengan tinggi tanaman dan jumlah anakan berturut-turut sebesar 62 cm dan 20 batang.

25 15 Tinggi Tanaman 75 HST (cm) V1 V2 V3 Varietas Jumlah Anakan 41 HST (batang) V1 V2 V3 Varietas Jumlah Anakan 75 HST (batang) V1 V2 V3 Varietas Gambar 4.7 Perbandingan respon tinggi tanaman (Gambar atas), jumlah anakan maksimal (Gambar tengah), jumlah anakan produktif (Gambar bawah) terhadap perlakuan mulsa jerami pada setiap varietas (V1, V2, V3). Secara keseluruhan terdapat perbedaan respon pada setiap perlakuan terhadap tanaman. Tanaman yang diberi perlakuan mulsa jerami memiliki ratarata pertumbuhan tinggi tanaman yang tinggi dibandingkan dengan tanaman tanpa

26 16 perlakuan mulsa. Varietas yang paling responsif terhadap perlakuan mulsa adalah varietas inpari 10 (Gambar 4.7), yang menandakan bahwa kondisi inpari 10 pada saat terpapar kekeringan dan diberi mulsa berbeda nyata dengan kondisi inpari 10 yang terpapar kekeringan dan tidak diberi mulsa. Berdasarkan keterangan Suprihatno et al. (2010) yang mengatakan jumlah anakan produktif untuk varietas Ciherang batang, Inpari 10 berkisar batang, dan Inpari 13 sebanyak 17 batang, terdapat bahwa hampir semua anakan produktif dalam penelitian ini berada dibawah range tersebut. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah tanaman mengalami kekeringan serta serangan hama wereng dan keong pada tanaman-tanaman tersebut. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan mulsa dapat menekan faktor gangguan tersebut, terlihat dari jumlah anakan produktif tanaman yang diberi perlakuan mulsa masih berada pada range tersebut. Kadar Air Tanah Pengukuran kadar air tanah dilakukan dari 22 HST sampai dengan 68 HST data diambil dari 6 titik pengamatan di lahan bermulsa dan 6 titik di lahan yang tidak menggunakan mulsa. Setelah dilakukan kalibrasi maka didapatkan persamaan-persamaan kalibrasi dengan range sebagai berikut, Range hambatan (ohm) Tabel 4.3 Persamaan kalibrasi Persamaan kalibrasi y = x x y = x x y = x Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan data pengukuran yang dilakukan di laboratorium, kemudian dibuat grafik dengan cara membagi tiga range data lalu diberi trendline polynomial orde 2, untuk interpolasi data dengan sebaran yang ada maka polynomial lah yang paling tepat, karena setiap titik sebaran dapat terwakili (Gambar 4.8).

27 17 KAT (%) y = 0,025328x 2-3,984574x + 179, Hambatan (ohm) KAT (%) y = 0,000937x 2-0,380774x + 46, KAT (%) Hambatan (ohm) y = 0,000004x 2-0,008777x + 9, Hambatan (ohm) Gambar 4.8 Grafik kalibrasi dengan tiga range data, range 0-79 (Gambar atas), range (Gambar tengah) dan range (Gambar bawah).

28 18 Apabila dari ketiga grafik pada gambar 4.8 disatukan maka akan mendapatkan grafik kalibrasi gabungan seperti pada gambar 4.9 yang menunjukan bahwa nilai hambatan yang terukur dapat merepresentasikan nilai KAT (%) dengan baik. 40 KAT (%) Hambatan (ohm) Gambar 4.9 Grafik kalibrasi gabungan tiga persamaan, garis kalibrasi (Garis biru) dan data impedansi (Kotak merah). \ Dengan menggunakan persamaan hasil kalibrasi tersebut maka didapat data % KAT yang terukur selama penelitian, kemudian dari data tersebut didapatkan nilai laju perubahan KAT (Tabel 4.4). Tabel 4.4 Laju perubahan KAT (%/hari) Perlakuan ulangan HST * -1,17 5,03-7,37 2,04-0,73-0,74-0,88 2 * -0,66-2,38 2,75 1,29-0,19-0,21-0,53 Mulsa 3 * -0,65 0,43-4,02 1,14-0,07-0,12-0,24 4 * -0,51 5,20-7,29 1,96-0,38-0,70-0,77 5 * -0,57 2,51-4,29 1,44-0,51-0,01-0,14 6 * -0,33 5,34-9,97 2,34-0,15-0,07-0,27 1 * -0,05 6,53-8,66 1,92-0,32-0,92-0,75 2 * -0,73 5,75-8,44 0,97-0,34-0,37-0,61 Tanpa 3 * -0,78 2,76-4,23 2,20-1,03-1,03-0,74 Mulsa 4 * -0,36 6,46-9,36 1,17-0,15-0,62-0,33 5 * -0,97 3,40-4,85 2,09-1,81-0,30-0,59 6 * -0,39 4,70-8,33 1,48-0,19-0,10-0,22 Tanda negatif pada tabel 4.4 menandakan bahwa nilai KAT pada lahan yang diamati mengalami penurunan sebesar nilai tersebut tiap harinya. Semakin bernilai negatif maka KAT pada lahan penelitian semakin cepat berkurang dan untuk mengetahui pengaruh perlakuan mulsa dapat dilihat pada gambar 4.10.

29 19 Laju Perubahan KAT (%/hari) Saat Pemasangan Mulsa (42 HST) Gambar 4.10 Grafik rata-rata laju perubahan KAT (%/hari), perlakuan mulsa (Garis biru), tanpa mulsa (Garis merah). Dari grafik rata-rata laju perubahan KAT, terdapat nilai yang naik pada kisaran HST dan HST, hal ini disebabkan pengisian air ke lahan yang dilakukan dengan menggunakan pompa air tanah. Mulsa jerami baru dipasang pada 42 HST dan ketika pengisian air pada lahan dihentikan (47 HST) terlihat bahwa laju penurunan KAT semakin bernilai negatif hal ini menandakan semakin besar KAT yang hilang. Laju perubahan nilai KAT pada lahan yang tidak diberi mulsa, memiliki nilai yang lebih negatif dibanding lahan yang diberi perlakuan mulsa. Hal ini menunjukkan bahwa pada lahan yang tidak diberi perlakuan mulsa terjadi penurunan nilai KAT yang lebih besar, dengan kata lain tanah pada lahan non mulsa lebih cepat kering (Gambar 4.10) 40 HST KAT (%) Perlakuan Mulsa Tanpa Mulsa HST Gambar 4.11 Perubahan kadar air tanah setelah penambahan air dihentikan, perlakuan mulsa (Biru) dan tanpa mulsa (Merah)

30 20 dapat dilihat dari kemiringan grafik, bahwa secara rata-rata lahan yang diberi mulsa jerami memiliki laju penurunan KAT yang lebih kecil dari pada lahan tanpa perlakuan mulsa jerami (Gambar 4.11), hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Khursid (2006), Adisarwanto dan Wudianto (1999) bahwa mulsa dapat mempengaruhi kondisi fisik tanah dan dapat mengurangi penguapan air serta melindungi tanah dari terpaan sinar matahari yang dapat mengakibatkan terjadinya evapotranspirasi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menyatakan bahwa mulsa jerami dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara nyata pada variabel jumlah anakan. Pada variabel tinggi tanaman, perbedaan antar dua perlakuan tidak terlihat jelas. Jumlah anakan tanaman padi yang diberi perlakuan lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan mulsa. Varietas Inpari 10 dinilai lebih responsif terhadap perlakuan mulsa dibandingkan varietas lainnya. Mulsa jerami dapat menekan laju penurunan KAT. Laju penurunan nilai KAT pada lahan yang diberi perlakuan mulsa jerami lebih kecil dibandingkan dengan lahan yang tidak diberikan mulsa, hal ini disebabkan oleh perlakuan mulsa jerami yang dapat mengurangi laju evapotranspirasi sehingga nilai kadar air tanah menurun secara perlahan saat lahan tidak diberi pengairan lagi (47 HST). Saran Pencegahan kekeringan di lahan sawah perlu menjadi sorotan utama dalam kegiatan pertanian di wilayah Indramayu yang kerap terancam kekeringan pencegahan tersebut tentunya dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari penanaman pada musim tanam yang tepat, hingga pemberian mulsa jerami untuk menekan laju penurunan kadar air tanah. Untuk pemberian mulsa jerami sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu pada saat gejala kekeringan di lahan mulai terlihat. Pemberian mulsa jerami ini dapat dilakukan dengan menggunakan jerami sisa panen sebelumnya sehingga jerami yang selama ini dibakar atau dijadikan kompos memiliki fungsi lain yaitu sebagai mulsa. Pemberian mulsa jerami pada saaat yang tepat akan memberikan dampak yang lebih baik dalam menekan laju penurunan kadar air tanah sehingga dapat mencegah terjadinya kekeringan. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto T, Wudianto R Meningkatkan hasil panen kedelai di lahan Sawah, kering, dan pasang surut. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Bey A, Las I Strategi pendekatan iklim dalam usaha tani. Dalam A. Bey (ed). Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Dir. Jend. Pendidikan Tinggi. Dep. Dik Bud p.

31 Chang TT, Oka HI Genetic Variousness in The Climatic Adaptation of Rice Cultivars. Climate and Rice : Doorenbos J, Pruitt WO Crop Water Requirement. FAO Irrigation and Drainage Paper No. 24. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Fagi AM, De Datta SK Environmental Factors Affecting Nitrogen Efficiency in Flooded Tropical Rice. Fertilizer Research 2: Haryadi F Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur F5 Padi Sawah Tipe Baru (OryzaSativa L.). [Skripsi]. Bogor. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hidayati R, Impron, Dasanto BB Pengembangan Kalender Tanaman Semi- Dinamik untuk Penyusunan Alternatif Pola Tanam dengan Risiko Iklim Minimum Berdasarkan Karakteristik ENSO. LPPM. Institut Pertanian Bogor. Impron, Sugiarto Y, Budianto B, Taufik M Evaluasi Teknologi Budidaya Padi Tahan Kekeringan Secara Partisipatif. LPPM. Institut Pertanian Bogor. Linsley RK, Franzini JB Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga. Makarim AK, Suhartatik Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Iptek Tanaman Pangan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi NasirAA Meteorologi Pertanian. Departemen Geofisika dan Meteorologi. FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Pratiwi AH Kondisi dan Konsep Penanggulangan Bencana Kekeringan di Jawa Tengah. UNISSULA Semarang. Suprihatno B, Daradjat AA, Satoto, Baehaki, Suprihanto, Styono A, Indrasari SD, Wardana IP, Sembiring H Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi. Subang Effendi S Ilmu Tanah. Edisi ketiga. Jakarta (ID): PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Yoshida S, Parao FT Climate Influence on Yield and Components of Lowland Rice in Tropics. Proc. Of Simposium on Climate and Rice. The Int.Res. Inst. Los Banos, Philipines. pp: Yoshida S Fundamental of rice Crop Science. International Rice Research Institute. 21

32 22 Lampiran 1 Tabel pertumbuhan tinggi tanaman padi tiga varietas (Ciherang, Inpari 10 dan Inpari 13) di Lahan Penelitian Indramayu. TINGGI TANAMAN PADI (CM) PERLAKUAN UMUR TANAMAN ULANGAN 1 HST 7 HST 14 HST 21 HST 27 HST 34 HST V1M Rata-Rata Laju Pertumbuhan * V2M Rata-Rata Laju Pertumbuhan * V3M Rata-Rata Laju Pertumbuhan * V1M Rata-Rata Laju Pertumbuhan * V2M Rata-Rata Laju Pertumbuhan * V3M Rata-Rata Laju Pertumbuhan *

33 23 Lanjutan lampiran 1 Pertumbuhan tinggi tanaman padi tiga varietas (Ciherang, Inpari 10 dan Inpari 13) di Lahan Penelitian Indramayu. TINGGI TANAMAN PADI (CM) PERLAKUAN UMUR TANAMAN ULANGAN 41 HST 47 HST 54 HST 61 HST 68 HST 75 HST V1M Rata-Rata Laju Pertumbuhan V2M Rata-Rata Laju Pertumbuhan V3M Rata-Rata Laju Pertumbuhan V1M Rata-Rata Laju Pertumbuhan V2M Rata-Rata Laju Pertumbuhan V3M Rata-Rata Laju Pertumbuhan

34 24 Lampiran 2 Tabel pertumbuhan jumlah anakan tanaman padi. JUMLAH ANAKAN PADI PERLAKUAN UMUR TANAMAN ULANGAN 1 HST 7 HST 14 HST 21 HST 27 HST 34 HST 41 HST V1M Rata-Rata V2M Rata-Rata V3M Rata-Rata V1M Rata-Rata V2M Rata-Rata V3M Rata-Rata

35 25 Lanjutan lampiran 2 Pertumbuhan jumlah anakan tanaman padi. JUMLAH ANAKAN PADI PERLAKUAN UMUR TANAMAN ULANGAN 47 HST 54 HST 61 HST 68 HST 75 HST V1M Rata-Rata V2M Rata-Rata V3M Rata-Rata V1M Rata-Rata V2M Rata-Rata V3M Rata-Rata

36 26 Lampiran 3 Tabel kalibrasi alat ukur KAT. Bobot Tanah KAT (%) Hambatan (Ω)

37 27 Lampiran 4 Nilai resistansi tanah dengan perlakuan mulsa di lahan penelitian Indramayu. Mulsa Tanggal Petak juli Juli Juli Agustus Agustus 60, , ,1 18 Agustus 67, , Agustus Agustus

38 28 Lampiran 5 Nilai resistansi tanah tanpa perlakuan mulsa di lahan penelitian Indramayu. Tanpa Mulsa Tamggal Petak juli Juli Juli Agustus Agustus 68,8 81,7 54, , Agustus 75, , , Agustus Agustus

39 Lampiran 6 Tabel laju Perubahan KAT pada lahan yang diberi perlakuan mulsa. 29 Mulsa Tanggal Petak juli Juli Juli-3 Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus *Tanda negatif menandakan nilai KAT menurun

40 30 Lampiran 7 Laju perubahan KAT pada lahan tanpa perlakuan mulsa. Tanpa Mulsa Tanggal Petak juli Juli Juli-3 Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus *Tanda negatif menandakan nilai KAT menurun

41 31 Lampiran 8 Tabel data parameter cuaca di lahan penelitian. HST Suhu Kelembaban Radiasi (MJ/m2) Angin (m/s)

42

43 33 Lampiran 9 Foto bahan dan alat penelitian. Alat ukur curah hujan Alat ukur suhu (untuk kalibrasi AWS) Automatic Weather Station kalibrasi nilai KAT Benih tanaman padi

44 34 Lampiran 10 Foto kegiatan penelitian. A Pemasangan Alat AWS Proses Tandur Premordia Inpari 10 dan Inpari 13 Hama telur keong Hama keong Sampel untuk analisis di lab

45 35 Lanjutan lampiran 10. Mengairi sawah dengan air tanah Tanah yang menggunakan mulsa Tanah tanpa menggunakan mulsa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah. 6 Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah. Kehilangan Air Tanaman Kentang Data yang digunakan untuk menduga nilai kehilangan air tanaman kentang melalui perhitungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk dalam famili Graminae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas ini merupakan bumbung kosong

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica. 6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Tabel 1. Deskripsi tanaman padi varietas Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang (Suprihatno et al. 2009).

Tabel 1. Deskripsi tanaman padi varietas Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang (Suprihatno et al. 2009). 2 Tabel 1. Deskripsi tanaman padi varietas Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang (Suprihatno et al. 2009). Parameter Varietas Inpari-10 Inpari-13 Ciherang Asal persilangan S487b - 5/ OM606.IR18348 IR18349

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pangan di Indonesia sangat memprihatinkan akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktivitas pangan, kegagalan panen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit Tim KITA PPKS Dalam uraian ini akan ditampilkan Frequently Ask Questions (FAQ) atau pertanyaan yang sering disampaikan terkait

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH 1 PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI OLEH : STEPHANIE C.C. TAMBUNAN

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian I. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lokasi penelitian terletak pada 05 22ˈLS dan 105 14ˈBT pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan secara bertahap dan tahapan pelaksanaan selengkapnya disajikan pada rancangan penelitian (Gambar 1). A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

PENGARUH KETERSEDIAAN AIR PADA MUSIM TANAM II TERHADAP TANAMAN PADI VARIETAS CIHERANG, INPARI 10, DAN INPARI 13 KHOIRUL IWAN

PENGARUH KETERSEDIAAN AIR PADA MUSIM TANAM II TERHADAP TANAMAN PADI VARIETAS CIHERANG, INPARI 10, DAN INPARI 13 KHOIRUL IWAN PENGARUH KETERSEDIAAN AIR PADA MUSIM TANAM II TERHADAP TANAMAN PADI VARIETAS CIHERANG, INPARI 10, DAN INPARI 13 KHOIRUL IWAN DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) 1 Zulkarnain Husny, 2 Yuliantina Azka, 3 Eva Mariyanti

Lebih terperinci

Oleh TIMBUL SIMBOLON ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

Oleh TIMBUL SIMBOLON ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara LAJU EMISI GAS METAN (CH 4 ), SUHU UDARA DAN PRODUKSI PADI SAWAH IP 400 PADA FASE VEGETATIF MUSIM TANAM I AKIBAT VARIETAS DAN BAHAN ORGANIK YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh TIMBUL SIMBOLON 070303021 ILMU TANAH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA 100301019 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Magister Pertanian

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau

Lebih terperinci

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC) 1234567 89111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.) Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation

Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.) Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Selada (Lactuca sativa var. crispa L.) Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation (Lactuca sativa var. crispa L.) Edi Susanto, Taufik Rizaldi, M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015 Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015 PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN TANAMAN PADI VARIETAS IR64 (Oryza sativa L.) DI RUMAH KACA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c. ) KEDELAI (Glycine max (L) Merril ) VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c. ) KEDELAI (Glycine max (L) Merril ) VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 3: 233-238 PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c KEDELAI (Glycine max (L Merril VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER ESTIMATION

Lebih terperinci

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam Oleh: Nurlaili Abstract System of Rice Intensification

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU Yartiwi, Yahumri dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI 19 RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI Oleh: KHAIRUNNISA 100301046 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.)TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI 080307008/Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) 35 PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) EFFECTS OF AGE DIFFERENCES OF SEEDS ON GROWTH AND PRODUCTION OF PADDY RICE (Oryza sativa L) Vikson J. Porong *) *)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi termasuk famili Graminae dengan ciri batang yang tersusun dari beberapa ruas, rumpun dengan anakan yang tumbuh dari dasar batang. Semua anakan memiliki

Lebih terperinci

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI EMPAT VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH (Oryza sativa L) TERHADAP BERBAGAI TINGKAT GENANGAN AIR PADA BERBAGAI JARAK TANAM DISERTASI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI EMPAT VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH (Oryza sativa L) TERHADAP BERBAGAI TINGKAT GENANGAN AIR PADA BERBAGAI JARAK TANAM DISERTASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI EMPAT VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH (Oryza sativa L) TERHADAP BERBAGAI TINGKAT GENANGAN AIR PADA BERBAGAI JARAK TANAM DISERTASI Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi Serbuk Simplisia CAF dan RSR Sampel bionutrien yang digunakan adalah simplisia CAF dan RSR. Sampel terlebih dahulu dibersihkan dari pengotor seperti debu dan tanah.

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai Tanaman cabai termasuk suku terung-terungan (Solanaceae), berbentuk perdu, dan tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai hibrida varietas Serambi dapat ditanam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM (Studi Kasus : 10 Kabupaten Endemik di Provinsi Jawa Barat) SYAHRU ROMADHON G24103044 DEPARTEMEN GEOFISIKA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN UTAMA DI KABUPATEN CIANJUR BERDASARKAN PROFIL KETINGGIAN TEMPAT (TINJAUAN PADA EMPAT KETINGGIAN TEMPAT)

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN UTAMA DI KABUPATEN CIANJUR BERDASARKAN PROFIL KETINGGIAN TEMPAT (TINJAUAN PADA EMPAT KETINGGIAN TEMPAT) PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN UTAMA DI KABUPATEN CIANJUR BERDASARKAN PROFIL KETINGGIAN TEMPAT (TINJAUAN PADA EMPAT KETINGGIAN TEMPAT) YASA ISMAIL ADIE DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan

Lebih terperinci

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN Tesis Program Studi Agronomi Oleh Samyuni S611308012 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Lebih terperinci