BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji secara statistik. Pengamatan selintas ini digunakan untuk mendukung hasil pengamatan utama. Pengamatan selintas yang digunakan pada penelitian ini adalah rata-rata suhu maksimum dan minimum selama penanaman gandum yaitu dari tanggal 31 Agustus sampai tanggal 25 November 2013, curah hujan, tekstur tanah, ph tanah, pengairan, tanaman sebelumnya dan ketinggian tempat. Hama yang menyerang tanaman gandum dalam penelitian antara lain belalang (Oxya chinensis), walang sangit (Leptocorisa acuta) dan ulat jengkal (Naranga aenescens), sementara penyakit tidak menyerang. Karena intensitas serangan hama tidak begitu besar sehingga tidak berpengaruh terhadap variabel pada penelitian ini Kondisi Cuaca Tabel 4.1. Kondisi Rata-Rata Cuaca Selama Penelitian No Bulan Suhu Maksimum ( o C) Suhu Minimum ( o C) RH (%) Curah Hujan (mm) 1 Agustus 35,0 19,4 63,9 89,5 2 September 36,0 23,0 63,4 178,9 3 Oktober 36,2 23,6 65,3 187,8 4 November 35,3 23,3 72,6 135,2 Sumber : BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Bandara A. Yani Semarang Menurut Fisher, 1980 tanaman gandum akan tumbuh dan berproduksi dengan optimal apabila ditanam pada di lingkungan hidup yang sesuai dengan tanaman tersebut. Tanaman gandum akan tumbuh dan menghasilkan hasil dengan optimal pada suhu 4-13 o C dengan suhu optimum rata-rata 20 o C. Pada tabel 4.1. dapat dilihat bahwa suhu maksimum dan suhu minimum lingkungan selama penanaman antara 35,0 36,2 o C. Keadaan ini merupakan keadaan yang

2 sebenarnya tidak sesuai untuk penanaman gandum sehingga pada penelitian ini tanaman gandum yang ditanam menunjukkan penampilan kurang baik Kondisi Lahan Kondisi lahan tempat penelitian merupakan petak-petak sawah dengan panjang 20 m dan lebar 5 m, sebelumnya ditanami jagung untuk ulangan 1, 2 dan lahan bekas padi untuk ulangan 3. Ketinggian tempat ± 13 m dpl, tanaman yang ada disekitar lahan seperti padi dan ketela pohon. Sedangkan pengairan yang ada pada lahan merupakan pengairan teknis dengan menggunakan pompa air. Menurut hasil penelitian Hakim dan Mumtaz (2002) kecamatan Ngaliyan mempunyai ph 6,5, jenis tanahnya yaitu mediteran coklat tua Jumlah Tanaman Hidup Jumlah perlakuan yang diuji adalah sebanyak 17 perlakuan dan 3 ulangan, namun ada petak unit percobaan yang tidak tumbuh. Tanaman yang tidak tumbuh diduga ada dua penyebab, pertama diduga viabilitas benih relatif rendah dan benih keriput dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2; kedua diduga benih yang tidak tumbuh karena terseleksi oleh alam khususnya faktor suhu yang tinggi. Dari pelaksanaan penelitian terdapat ulangan yang tumbuh dapat dilihat pada tabel 4.2. Jumlah tanaman adalah tanaman yang hidup baik sampel maupun non sampel yang diamati pertumbuhan sampai panen. Gambar 4.1. Benih M4 Gambar 4.2. Benih Jarissa

3 Tabel 4.2. Jumlah Tanman yang Hidup pada Masing-Masing Unit Percobaan No Genotip Ulangan M1 2 M M3 6 4 M4 7 5 M M6 8 7 M M M SO SO SO Jarissa 14 Selayar 3 15 Nias Dewata SO10 7 Dari tabel 4.2. terlihat bahwa hanya genotip yang dicetak miring dapat bertahan hidup dan dilanjutkan untuk dianalisis. Hal ini disebabkan genotip yang tidak dicetak miring walaupun hidup namun tidak bertahan sampai panen. Ini berarti hanya 10 genotip dengan 2 ulangan yang diperhatikan untuk pengamatan utama berikut ini Pengamatan Utama Pengamatan utama dipilah menjadi 2 subbab, yaitu komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Komponen pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah anakan, umur berbunga, dan umur panen, sedangkan komponen hasil terdiri dari panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah malai per meter persegi, bobot 1000 biji, Bobot Petak Neto dan bobot 1 liter biji. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. Penampilan dari sebuah tanaman akan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik dan faktor

4 interaksi genetik terhadap lingkungan hidupnya. Interaksi genotip dan lingkungannya (GxE) merupakan perbedaan yang tidak tetap diantara genotipgenotip yang ditanam di tempat yang berbeda (Allard dan Bradsaw, 1964). Dalam penelitian ini, faktor eksternal atau faktor lingkungan dianggap sama karena tanaman gandum hanya ditanam di lahan datar dengan memiliki luas ± 600 m 2 dan sebagian besar hasil dari analisis sidik ragam juga menunjukkan bahwa uji F kelompok tidak signifikan berpengaruh. Hal ini didukung hasil uji F kelompok semuanya tidak signifikan berpengaruh (lihat hasil uji F kelompok dalam daftar sidik ragam pada lampiran 1-11) Komponen Pertumbuhan Pada grafik 4.1. dapat dilihat proses pertumbuhan tinggi tanaman gandum selama 10 minggu, minggu pertama sampai minggu ke-4, pertumbuhan tinggi tanaman gandum belum dilakukan pengukuran, hal ini dikarena pertumbuhan tanaman masih belum nampak dan masih dilakukan penyulaman sampai minggu ke-2. Pengukuran dimulai pada minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-10, setelah minggu ini pertumbuhan gandum sudah terhenti karena gandum sudah mulai pengisian. Setelah minggu ke-4 sampai minggu ke-10 terjadi peningkatan tinggi tanaman, namun pada minggu ke-5 terjadi penurunan tinggi tanaman pada genotip M8 dan varietas dewata pada minggu ke-7, hal ini disebabkan karena tanaman gandum terjadi serangan hama belalang dan ulat sehingga daun banyak yang patah dan hilang dimakan. Potensi genetik merupakan faktor dalam atau internal faktor yang menentukan tinggi tanaman (Khrishnamoonrthy, 1981). tinggi (cm) Grafik Tinggi Tanaman M2 M5 M7 M8 M umur tanaman minggu ke- Grafik 4.1. Grafik Tinggi Tanaman

5 Pada grafik 4.2. menunjukkan pertambahan jumlah anakkan tanaman gandum. Anakan mulai terbentuk pada minggu ke-7, hal ini diduga karena pada minggu 0 hingga minggu ke-6 tanaman masih mengalami proses adaptasi dengan lingkungan. Pada grafik 4.2. juga dapat dilihat bahwa jumlah anakan terbentuk pada minggu ke-8 sampai ke-9, sedangkan pada saat tanaman telah memasuki minggu ke-10 jumlah anakan sudah mulai stabil atau pertumbuhan jumlah anakan tidak terlalu menunjukkan beda yang sangat nyata sehingga pada analisis sidik ragam. Jumlah anakan Grafik Jumlah Anakan M2 1 Jumlah anakan 5 6 minggu 7 8 ke Grafik 4.2. Grafik Jumlah Anakan Pada tabel 4.3. menunjukkan variabel pertumbuhan pada tanaman gandum, antara lain: tinggi tanaman, jumlah anakan, umur berbunga dan umur panen. Tinggi tanaman dan jumlah anakan merupakan variabel yang mengukur pertumbuhan vegetatif tanaman gandum. Tanaman menghentikan pertumbuhan vegetatif apabila tanaman mengalami stres dan mempercepat perkembangan generatif, sehingga terbentuk malai dan berbunga (Puspita dkk., 2012). Menurut Grubben dan Partohardjono (1996), banyaknya jumlah anakan pada tanaman gandum tergantung pada jenis spesiesnya dan kultivarnya. Variabel jumlah anakan pada penelitian ini menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan Variabel umur berbunga dan umur panen sangat berhubungan erat karena tanaman gandum yang berbunga lebih cepat akan mengalami penyerbukan lebih cepat sehingga umur panen dari tanaman gandum tersebut juga akan lebih cepat. Umur berbunga dan umur panen bertujuan untuk mengetahui umur dari tanaman tersebut hingga dapat menghasilkan biji gandum. Gandum dataran rendah (tropis) dapat berbunga lebih cepat yaitu hst dibandingkan dengan gandum dataran tinggi yaitu hst (Aqil dkk. 2011). Tanaman gandum yang diharapkan M5 M7 M8 M9

6 adalah tanaman gandum yang memiliki umur yang singkat tetapi hasil yang tinggi. Umur berbunga dan umur panen pada penelitian ini menunjukkan beda nyata perlakuan yang perlakuan M7 merupakan perlakuan yang menunjukan umur tanaman yang paling singkat sedangkan perlakuan SO8 merupakan perlakuan yang menunjukkan umur tanaman yang paling lama. Variabel umur berbunga dan umur panen pada penelitian ini menunjukkan umur tanaman pada genotip S08 nyata lebih lama daripada genotip M7. Tabel 4.3. Perlakuan Tabel Penampilan dan Hasil Analisis Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Umur Berbunga dan Umur Panen Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Parameter Umur berbunga ( hari) Umur panen (hari) M2 33,24 a 3,11 a 70,00 b 89,00 b M5 24,22 a 5,52 a 70,00 b 89,00 b M7 34,96 a 1,83 a 52,50 a 71,50 a M8 26,23 a 1,33 a 65,00 b 84,00 b M9 34,77 a 5,21 a 70,00 b 89,00 b SO3 42,16 a 3,21 a 66,50 b 85,50 b SO8 40,12 a 3,43 a 71,50 b 90,50 b SO9 23,32 a 3,90 a 69,00 b 88,00 b Nias 31,42 a 2,35 a 62,50 ab 81,50 ab Dewata 30,84 a 2,25 a 66,00 b 85,00 b Keterangan: Komponen Hasil Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan sedangkan angka diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Tabel 4.4. menunjukkan variabel dari komponen hasil pada tanaman gandum. Beberapa variabel yang tercantum pada tabel 4.4. antara lain jumlah malai per meter persegi, panjang malai dan jumlah biji per malai. Semua variabel ini berhubungan erat dengan hasil dan produksi dari tanaman gandum. Variabel panjang malai merupakan variabel yang berpengaruh pada jumlah biji per malainya. Perlakuan panjang malai menunjukan hasil yang tidak nyata. Perlakuan yang memiliki panjang malai tinggi adalah perlakuan M9 kemudian diikuti oleh perlakuan Nias sedangkan perlakuan yang memiliki panjang malai dan jumlah biji per malai yang paling rendah ditunjukkan pada perlakuan M9.

7 Jumlah malai per meter persegi bertujuan untuk mengetahui banyaknya malai gandum yang dapat terbentuk pada konsidi lingkungan di dataran rendah, semakin banyak malai yang terbentuk setiap meternya diharapkan akan meningkatkan produksi biji dari tanaman tersebut. Variabel jumlah malai per meter perseggi pada penelitian ini menunjukkan jumlah malai per meter pada genotip M9 nyata lebih besar daripada genotip Dewata. Di dataran rendah panjang malai lebih pendek daripada di dataran tinggi, perbedaan panjang malai ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Ketinggian tempat kaitannya dengan fenologi terkait dengan terjadinya perubahan fase-fase pertumbuhan, perkembangan, pembungaan hingga pematangan biji tanaman gandum tidak bersamaan disetiap ketinggian tempat meskipun waktu tanamnya bersamaan (Subagyo, 2001) Variabel panjang malai merupakan variabel yang berpengaruh pada jumlah biji per malainya. Variabel panjang malai pada penelitian ini menunjukkan tidak nyata berbeda pada semua genotip. Variabel jumlah biji per malai bertujuan untuk mengetahui jumlah biji yang dapat dihasilkan oleh setiap tanaman gandum dan akan berpengaruh pada biji gandum yang dihasilkan. Variabel pada penelitian ini menunjukkan pada genotip SO9 nyata lebih besar daripada genotip M5. Tabel 4.4. Tabel Penampilan dan Hasil Analisis Jumlah Malai per m 2, Panjang Malai dan Jumlah Biji per Malai Perlakuan Jumlah malai/m 2 Parameter Panjang malai (cm) Jumlah biji/malai M2 62,50 a 6,25 a 13,15 a M5 70,50 ab 5,25 a 12,60 a M7 43,00 a 5,16 a 12,65 a M8 41,50 a 5,50 a 14,80 ab M9 91,50 b 7,43 a 13,50 ab SO3 75,00 ab 6,47 a 13,75 ab SO8 83,65 ab 5,44 a 14,45 ab SO9 81,00 ab 6,38 a 20,30 b Nias 49,50 a 7,00 a 15,10 ab Dewata 23,50 a 6,50 a 12,70 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan sedangkan angka diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata anter perlakuan.

8 Pada tabel 4.5. terlihat bahwa bobot 1 liter biji yang ditunjukan oleh 10 perlakuan tidak berbeda nyata, diduga genotip dari tananam gandum yang ditanaman di dataran rendah kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Menurut Puslitbang Tanaman Pangan (2008), tanaman gandum akan tumbuh baik pada ketinggian 600 m dpl, namun untuk mendapatkan calon varietas yang cocok di dataran rendah tropis sehingga genotip gandum di adaptasikan di dataran rendah dengan ketinggian ± 13 m dpl. Fungsi dari variabel bobot 1 liter adalah untuk menentukan volume yang dibutuhkan biji dalam proses pengepakan dan pemasaran biji. Perlakuan yang memiliki bobot paling besar adalah genotip SO9 diikuti dengan SO8, SO3 dan M9 dan perlakuan yang memiliki bobot paling ringan adalah genotip M8. Untuk mengetahui hasil panen yang dihasilkan persatuan luas dapat dilihat dengan mengetahui Bobot Petak Neto. Perbedaan nyata terjadi pada Bobot Petak Neto pada penelitian ini. Bobot Petak Neto yang paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan SO8 dan SO9 nyata lebih besar daripada genotip M8. Pada konversi bobot biji menjadi ton per ha, dapat dilihat bahwa kedua perlakuan kontrol, (Nias dan Dewata) menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan deskripsi masing-masing varietas pada lampiran 12 dan 13 yaitu 0,1 ton/ha(nias) dan 0,08 ton/ha (Dewata). Hal ini diduga karena jumlah anakan yang sedikit, panjang malai yang pendek, dan jumlah malai per meter persegi yang sedikit. Potensi akumulasi biomasa yang rendah dalam penelitian ini dapat diintepretasikan dari data karena jumlah anakan yang sedikit, panjang malai yang pendek, dan jumlah malai per meter persegi yang sedikit. Rawson dkk. (1996) mengungkapkan bahwa suhu udara yang terlalu tinggi mengakibatkan meningkatnya aktivitas respirasi dan pemasakan bulir yang terlalu cepat. Hal ini berdampak pada turunnya kualitas dan kuantitas gandum yang diperoleh. Pada suhu tinggi laju perkembangan tanaman meningkat sehingga mengurangi potensi akumulasi biomasa. Bobot 1000 biji bertujuan untuk mengetahui bobot biji dari setiap perlakuan. Bobot biji ini sangat dipengaruhi dari proses pengisian sampai pematangan biji (semakin sempurna pengisian biji maka bobot biji akan semakin meningkat) sehingga variabel bobot 1000 biji ini sangat berhubungan erat dengan

9 variabel bobot 1 liter biji dan Bobot Petak Neto. Bobot biji per butir pada saat panen ditentukan oleh suplai asimilat dari proses fotosintesis dari proses pengisian biji hingga pemasakan biji. Van Ginkel dan Villareal (1996) mengungkapkan bahwa suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan terjadinya sterilitas. Variabel bobot 1000 biji antar 10 perlakuan genotip Nias berbeda nyata dengan genotip M8. Tabel 4.5. Tabel Penampilan dan Hasil Analisis Bobot 1000 biji, Bobot 1 liter Biji, Bobot Petak Neto dan Konversi Bobot biji ton/ha Perlakuan Bobot 500 butir (g) Bobot 1 liter biji (g) Parameter Bobot 4 baris tengah (g) Kalibrasi bobot biji Ton/ha M2 13,57 ab 485,84 a 45,00 ab 0,090 ab M5 10,22 a 473,75 a 48,50 ab 0,097 ab M7 11,84 ab 469,20 a 44,50 a 0,089 a M8 10,00 a 300,00 a 34,50 a 0,069 a M9 11,98 ab 510,84 ab 41,00 a 0,082 a SO3 11,52 ab 524,09 ab 53,50 ab 0,107 ab SO8 11,26 ab 546,11 ab 56,00 b 0,112 b SO9 12,68 ab 582,50 b 57,75 b 0,116 b Nias 15,63 b 549,17 b 48,50 ab 0,097 ab Dewata 10,37 a 497,50 ab 41,50 a 0,083 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan sedangkan angka diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Pada tabel 4.6. menunjukkan besar kecilnya prosentase pembobotan yang diberikan berdasarkan korelasi (nilai r = koefisien regresi) antar variabel pengamatan dengan hasil akhir (bobot petak neto). Nilai r berbanding lurus dengan prosentase pembobotan, semakin kecil nilai r maka prosentase pembobotan juga semakin kecil dan juga sebaliknya. Dilihat dari tabel 4.5. variabel yang menunjukkan prosentase pembobotan paling tinggi ditunjukkan pada variabel bobot 1 liter biji dengan nilai r adalah 0,80 dan menghasilkan prosentase pembobotan 27,10 sedangkan variabel yang menunjukkan prosentase pembobotan paling rendah ditunjukkan pada variabel panjang malai dengan nilai r -0,02 dan menghasilkan prosentase pembobotan -0,75. Tabel 4.6. Prosentase Pembobotan Masing-masing Variabel

10 Variabel pengamatan Nilai korelasi terhadap Prosentase Bobot Petak Neto pembobotan Bobot Petak Neto 1,00 Bobot 1 liter biji 0,80 27,10 Jumlah biji per malai 0,50 16,80 Jumlah malai per meter 0,58 19,51 Tinggi tanaman 0,21 6,96 Panjang malai -0,02-0,75 Jumlah anakan 0,36 12,00 Umur berbunga 0,27 9,19 Umur panen 0,27 9,19 Jumlah 2,96 100,00 Tabel 4.7. Tabel Penampilan dan Hasil Analisis Skor Akhir Perlakuan Skor M2 227,92 M5 223,09 M7 217,31 M8 144,50 M9 239,69 SO3 243,95 SO8 255,44 SO9 272,40 Nias 254,51 Dewata 229,80 Tabel 4.7. menunjukkan skor akhir yang dapat digunakan untuk menentukan galur gandum yang mampu memberikan hasil terbaik yang ditanam di dataran rendah tropis. Dapat dilihat pada tabel 4.7. Perlakuan yang merupakan genotip yang paling berpotensi untuk ditanam dan dikembangkan untuk dijadikan varietas baru di dataran rendah ditunjukkan pada genotip SO8 dan S09. Kedua genotip ini menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan semua perlakuan termasuk perlakuan kontrol yaitu Dewata dan Nias. Varietas Dewata (lampiran 10) mampu memproduksi 2,04 ton biji gandum/ha di dataran rendah tropis sedangkan varietas Nias mampu menghasilkan 2 ton biji gandum/ha. Kedua varietas tersebut dianjurkan ditanam pada ketinggian 1000 m dpl agar menghasilkan hasil yang baik. Namun untuk mendapatkan genotip yang dapat tumbuh di dataran rendah kedua varietas

11 gandum ini ditanam di dataran rendah sebagai kontrol terhadap genotip yang lainnya. Hal ini disebabkan belum ada varietas gandum dataran rendah yang dapat digunakan sebagai kontrol. Genotip SO8, SO9, dan Nias merupakan calon varietas gandum yang menunjukkan banyak keunggulan dari penelitian ini bahkan hasilnya jauh lebih baik dibandingkan kontrol. Akan tetapi untuk membuktikan diperlukan pengujian lebih lanjut dengan cara menanam hasil biji dari penelitian ini pada tahun berikutnya. Kemungkinan akan menunjukkan hasil lebih baik dari sebelumnya apabila penanaman ditanam pada akhir musim penghujan dan pemanenan dapat dilakukan pada musim kemarau.

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang ditampilkan pada bab ini terdiri dari hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas terdiri dari curah hujan, suhu udara, serangan

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB 3. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di desa Batur, kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara, provinsi Jawa Tengah. Lokasi memiliki ketinggian ±1600 m dpl. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejauh ini, budidaya gandum di Indonesia terbatasi oleh musim hujan karena tanaman tersebut tidak tahan terhadap genangan air (Simanjuntak, 2002). Untuk mengetahui genotip gandum

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Perlakuan 3.1.1. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK).

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum meliputi muncul daun ke permukaan (emergence),

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Data pengamatan selintas dan utama disajikan berbentuk tabel pengamatan beserta

Lebih terperinci

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung Lampiran 1. Analisis Tinggi Tanaman Data Tinggi Tanaman Minggu ke-14 Ulangan 1 2 3 Jumlah Purata M1 114,40 107,30 109,40 331,10 110,37 M2 110,90 106,60 108,50 326,00 108,67 M3 113,40 108,60 109,20 331,20

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panjang Tongkol Berkelobot Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur panen memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol berkelobot. Berikut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan

Lebih terperinci

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA Amin Nur 1), Karlina Syahruddin 1), dan Muhammad Azrai 1) 1) Peneliti Pemuliaan pada Balai

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di dataran menengah desa Gunungsari, kelurahan Sidorejo Kidul, kecamatan Tingkir, kota Salatiga, propinsi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GENOTIP GANDUM (Triticum aestivum L.) DI DATARAN RENDAH TROPIS

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GENOTIP GANDUM (Triticum aestivum L.) DI DATARAN RENDAH TROPIS PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GENOTIP GANDUM (Triticum aestivum L.) DI DATARAN RENDAH TROPIS GROWTH AND YIELD PERFORMENCE OF SEVERALS WHEAT GENOTYPE (Triticum aestivum L.) AT TROPICAL LOWLAND

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Oktober 2012. lokasi penelitian berada di kebun Salaran, desa Wates, kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur. 6 regresi linier berganda untuk semua faktor iklim yang dianalisis. Data faktor iklim digunakan sebagai peubah bebas dan data luas serangan WBC sebagai peubah respon. Persamaan regresi linier sederhana

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut 4 perbedaan antar perlakuan digunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis regresi digunakan untuk melihat hubungan antara parameter yang diamati dengan emisi CH 4. HASIL a. Fluks CH 4 selama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

DESKRIPSI PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN HASIL 13 GENOTIPE TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) YANG DI TANAM PADA DATARAN TINGGI TROPIS

DESKRIPSI PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN HASIL 13 GENOTIPE TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) YANG DI TANAM PADA DATARAN TINGGI TROPIS DESKRIPSI PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN HASIL 13 GENOTIPE TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) YANG DI TANAM PADA DATARAN TINGGI TROPIS THE DESCRIPTION OF GROWTH, DEVELOPMENT AND YIELD OF 13 GENOTYPES

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang datanya tidak diuji secara

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di sawah dusun Kaliglagah, desa Kalibeji, kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan mulai 31

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Neraca Air Lahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan persamaan (Penman 1948). Tabel 1. Hubungan antara rata-rata curah hujan efektif dengan evapotranspirasi Bulan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

PENGATURAN POPULASI TANAMAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGATURAN POPULASI TANAMAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PENGATURAN POPULASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun 1521-1529. Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa tanaman ini masuk ke Indonesia setelah tahun 1557. Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL 17 GENOTIP GANDUM (Triticum aestivum L.) DI DATARAN RENDAH TROPIS KOTA SEMARANG

PERTUMBUHAN DAN HASIL 17 GENOTIP GANDUM (Triticum aestivum L.) DI DATARAN RENDAH TROPIS KOTA SEMARANG PERTUMBUHAN DAN HASIL 17 GENOTIP GANDUM (Triticum aestivum L.) DI DATARAN RENDAH TROPIS KOTA SEMARANG GROWTH AND YIELD OF 17 WHEAT(Triticum aestivum L.) GENOTYPES IN SEMARANG CITY TROPICAL LOWLAND Oleh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Juni 2015-September 2015. Yang dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI I. UMUM. A. Latar belakang Dalam rangka pelepasan suatu varietas

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Kondisi Rata-Rata Cuaca Selama Penelitian Di Dataran Rendah Suhu Udara Minimum ( o C)

Tabel 4.1. Kondisi Rata-Rata Cuaca Selama Penelitian Di Dataran Rendah Suhu Udara Minimum ( o C) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data, yaitu data hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Kedua pengamatan ini dilakukan dari

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH Faktor Genetik/ Internal Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR GENETIK Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Mutu benih berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun mengalami lonjakan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru yang dibawahi oleh Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau. Penelitian ini dimulai pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman. Hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman padi ciherang pada

Lebih terperinci