MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SENIN, 27 JULI 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 76/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara [Pasal 55] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Demmy Pattikawa ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Senin, 27 Juli 2015 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Suhartoyo (Ketua) 2) Patrialis Akbar (Anggota) 3) Manahan MP Sitompul (Anggota) Saiful Anwar Panitera Pengganti ii

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Demmy Pattikawa 2. Dwi Nurhayati (Pendamping) 3. Hari Pattikawa (Pendamping) 4. Hendri Pattikawa (Pendamping) ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: SUHARTOYO Kita mulai, ya, Bapak, Ibu. Persidangan permohonan Perkara Nomor 76/PUU-XIII/2015 dibuka dan persidangan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Baik, hadir Kuasa Prinsipal ya atau Pemohon langsung, Bapak siapa namanya, Pak? Pemohon langsung. Pakai mik, Pak. 2. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Demmy Pattikawa. 3. KETUA: SUHARTOYO Demmy Pattikawa. Terus yang lain siapa ini? 4. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Hari Pattikawa di kiri saya. 5. KETUA: SUHARTOYO Apa itu? 6. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Pendamping, anak saya. 7. KETUA: SUHARTOYO Anak, anak, terus? 8. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Yang di kanan saya, Hendri, anak saya juga pendamping. 9. KETUA: SUHARTOYO Dua anak? 1

5 10. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Ya. 11. KETUA: SUHARTOYO Yang lain Ibu-Ibu? Istri, istri ya. Yang perempuan satu Ibu ( ) 12. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Menantu sebelah ini. 13. KETUA: SUHARTOYO Menantu? 14. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Ya. 15. KETUA: SUHARTOYO Oh, baik. Terus Bapak statusnya gimana? Apa mau mau sidang sendiri ataukah memberi kuasa kepada salah satu putranya? Kan tidak harus semua hadir, Pak. 16. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Saya akan coba membacakan. 17. KETUA: SUHARTOYO Nanti, Hakim tanya dulu. Bapak hadir sendiri untuk sidang-sidang ini dan selanjutnya atau kah memberi kuasa dengan putranya tanpa mengurangi hak Bapak untuk hadir juga. Ataukah semua ini Bapak diberi kuasa? Karena kalau tidak, yang berkepentingan tentunya tidak harus duduk di situ. 18. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Ya, saya akan (suara tidak terdengar jelas) dan memberikan kuasa juga kepada pendamping saya. 2

6 19. KETUA: SUHARTOYO Siapa? 20. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Hari Pattikawa atau Hendri Pattikawa. 21. KETUA: SUHARTOYO Untuk kapan itu? 22. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Untuk menghindari sidang-sidang yang akan datang. 23. KETUA: SUHARTOYO Yang akan datang. Kalau sekarang Bapak hadir sendiri, belum memberi kuasa. 24. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Sejauh kemampuan saya karena dalam surat saya dikatakan bahwa kondisi fisik saya kurang menjamin, maka kalau ada gangguan saya akan serahkan kepada salah satu pendamping saya. 25. KETUA: SUHARTOYO Ya, jadi Bapak bisa memberi kuasa. Bapak juga ikut hadir juga enggak apa-apa. 26. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Benar, ya. 27. KETUA: SUHARTOYO Ya. Tapi harus jelas yang Bapak tunjuk Pak Hari atau Pak Hendri. 28. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Ya. 3

7 29. KETUA: SUHARTOYO Jadi yang lain nanti lain kali tidak harus ikut hadir. Kalau pun ikut hadir, duduknya di belakang nanti, Pak, ya. Hanya yang Bapak tunjuk kuasa dan Bapak sendiri boleh di depan kalau persidangan-persidangan selanjutnya. Jelas ya, Pak. 30. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Jelas. 31. KETUA: SUHARTOYO Jelas. Baik, jadi Mahkamah sudah menerima permohonan Bapak dan kami bertiga dan Hakim-Hakim yang lain di sini juga sudah membaca permohonan yang Bapak ajukan. Tapi untuk jelasnya, Bapak supaya menyampaikan di sini pokok-pokoknya dulu apa. Kalau Bapak ada kesulitan untuk menyampaikan, bisa diwakili meskipun belum ada kuasa. Hakim memberi kebijaksanaan untuk diwakilkan untuk menyampaikan Bapak mau sampaikan sendiri atau? Tapi singkatsingkat ya, Pak ya. 32. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Saya akan mulai dulu ya, Pak. 33. KETUA: SUHARTOYO Jangan membaca ini ya, Pak ya. Sampaikan pokok-pokoknya saja, jangan semuanya di Bapak sudah membuat resume? 34. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Hanya ini yang ada sama saya, Pak. 35. KETUA: SUHARTOYO Berapa halaman itu? Permohonan Bapak ini? 36. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Ya. 4

8 37. KETUA: SUHARTOYO Oh, ini tidak harus Bapak bacakan semua. Pokok-pokoknya Bapak bisa sampaikan enggak? 38. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Yang sampai ( ) 39. KETUA: SUHARTOYO Masalahnya apa ( ) 40. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Sampai halaman permohonan saja, Pak. 41. KETUA: SUHARTOYO Bagaimana? 42. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Sampai halaman KETUA: SUHARTOYO Nah, itu yang tidak yang tidak dimaksudkan oleh Mahkamah bukan seperti itu. Pokok-pokoknya Bapak sampaikan, bisa ringkasannya? Atau Bapak sampaikan ke pokok masalahnya, Pak. 44. PEMOHON: DEMMY PATTIKAWA Saya serahkan ke anak saya. 45. KETUA: SUHARTOYO Ya, bisa anaknya. Pak Hari bisa? 46. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Ya, bisa, Pak. 5

9 47. KETUA: SUHARTOYO Silakan dibantu Bapaknya. 48. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Ya, terima kasih Majelis Hakim. Saya akan mencoba menyampaikan pokok-pokok masalah ini. Pada tahun 1983, Agustus tepatnya, Pemohon dipecat secara tidak terhormat oleh Pertamina Cirebon. Tanpa motifasi, surat tidak ditangani oleh hal yang oleh yang berhak menandatangani, dan tanpa pesangon. Berdasarkan itu, Pemohon ingin mendapatkan keadilan setelah beberapa puluh tahun kemudian tetapi dihalang oleh Pasal 55 Undang-Undang PTUN tersebut karena di situ dibilang dalam 90 hari harus mengajukan gugatan. Atas berdasarkan itu, maka Pemohon dan saya mempersiapkan permohonan ini berdasarkan argumen-argumen. Argumen pertama bahwa pada saat itu ayah saya takut untuk mengajukan gugatan karena bisa mempengaruhi keamanan terhadap kami semua. Pada saat itu kami masih kecil-kecil, saya sendiri 11 tahun (suara tidak terdengar jelas). Jadi, saat itu ayah saya tidak bisa melakukan gugatan. Dan dampak dari ini sangat luas karena sulit mendapat pekerjaan, ayah saya juga tidak diperbolehkan lagi bekerja di tempat perusahaan yang ada hubungannya dengan Pertamina. Itu legal standing-nya, Bapak Majelis Hakim. Argumennya adalah di samping takut pada saat itu, juga Undang- Undang PTUN Nomor 55 ini tidak pada saat itu belum ada, pertama. Dan kedua, juga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, tepatnya Pasal 28H ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun Karena belum ada referensi, maka saya dan ayah saya melihat dari undang-undang Belanda. Saya sendiri bekerja sebagai konsultan pajak di Belanda, sehingga saya sedikit tahu tentang PTUN. Dan di sana disebutkan bahwa gugatan bisa dilakukan dalam tenggang waktu sekian. Tetapi bilamana bukan salah dari Pemohon, maka bisa di diterima. Itu ringkasnya. Itu alasan pertama. Saya juga kami juga lampirkan buktibukti dari alasan tersebut. Dan alasan kedua juga berdasarkan prudensi di Belanda, dimana Badan Tata Usaha Negara harus jelas melakukan jika memutuskan harus jelas, ada referensi hukum, ada tulisan, ada jadi, tidak hanya memecat atau tidak hanya memutuskan, tetapi harus memberikan penjelasan, dimana pihak Pertamina pada saat itu tidak melakukan penjelasan sedikit pun. Bukannya kami ingin meminta Majelis Hakim untuk meniru undang-undang bekas dari kolonis kita, tetapi hal itu lebih baik. Karena sepanjang pengalaman saya, dimana saya lihat terjadi harmoni, dimana negara tidak semena-mena melakukan putusan, juga baik buat seluruh rakyat luas, maka saya kami kira wajar jika kami 6

10 menggunakan alat-alat bukti tersebut. Begitu ringkasannya, Majelis Hakim. Mengenai permohonan, saya akan baca secara ringkas. 1. Menerima permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menetapkan bahwa Pasal 55 Undang-Undang PTUN Nomor 5 Tahun 1986 bertentangan dengan Pasal 28H ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun Memberikan definisi hukum dari pengecualian tenggang waktu dengan menambahkan pasal pada Pasal 55 PTUN Tahun 1986 sebagai berikut. Mohon izin. Keberatan gugatan atau banding yang diterima setelah tenggang waktu dapat diterima jika layak dan dapat dibuktikan bahwa kelalaian bukan akibat dari Pihak Penggugat. Badan atau pejabat tata usaha negara memberikan referensi hukum dan alat hukum yang bisa diambil di setiap keputusan tata usaha negara. Tenggang waktu yang dimaksud adalah tidak terbatas ke belakang setelah putusan Badan Tata Usaha Negara dikeluarkan jika: a. Kelalaian itu bukan dari akibat dari Pihak Pemohon/Penggugat, seperti ancaman, intimidasi, keadaan politik tertentu, ketidakberdayaan yang membuat Pemohon/Penggugat tidak bisa melakukan permohonan atau gugatan. b. Tidak adanya referensi hukum dan alat hukum yang diberikan oleh Badan Tata Usaha Negara untuk tindakan atas putusan dari Badan Tata Usaha Negara. c. Putusan Tata Usaha Negara diambil dengan melanggar prinsipprinsip dari kehati-hatian, motivasi, dan kepastian hukum. Mohon izin untuk memberi sedikti penjelasan tentang permohonan 3. Permintaan ini menurut kami akan menyempurnakan Pasal 55 PTUN Tahun 1986, sehingga selaras dengan Pasal 28H ayat (2) Undang- Undang Dasar Tahun Kedua, sangat berguna untuk rakyat luas. Bukan hanya untuk Pemohon, bukan hanya untuk ayah saya. Ketiga, juga melindungi rakyat luas karena PTUN akan lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Di negara-negara lain sejarahnya, seperti di Belanda, panjang sampai kepada definisi yang kami sebutkan di sini. Kalau Pemohon mengharap DPR atau pemerintah, tentu akan memakan waktu yang sangat lama. Dengan MK memberi definisi tambahan langsung, tentu akan lebih cepat untuk kita maju ke suatu peradaban lebih baik sesuai dengan Undang-Undang Dasar Tahun Menetapkan agar pengadilan negara tata negara tidak menolak untuk memproses gugatan saya gugatan Pemohon kepada PT Pertamina (Persero) atas Putusan Nomor KPTS-042/D3000/83-B1, yang akan Pemohon lakukan segera jika Pemohon jika 7

11 permohonan ini kepada Mahkamah Konstitusi dikabulkan dan tidak lagi menguji keterlambatan dan kelalaian. Mohon izin untuk menjelaskan sedikit tentang permohonan Nomor 4 ini, bukan maksud Pemohon meminta di luar dari kewewenangan Majelis Hakim, akan tetapi hal ini tentu akan sudah dibahas di Mahkamah Konstitusi sehingga PTUN tidak perlu membahas lagi untuk memberikan untuk Pemohon mengeluarkan esepsi. Kedua, Pemohon ASL lebih percaya kepada Mahkamah Konstitusi untuk permohonan. Karena melindungi hak-hak konstitusional Pemohon. 5. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam berita negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya agar dapat diketahui oleh mereka-mereka yang hak-hak terlanggar. 6. Mengingat umur dan kondisi kesehatan ayah saya, kami juga memohon untuk tidak membuka kasus ini karena akan adanya gugatgugatan lain yang menyusul yang pada keyakinan ayah saya akan ayah saya akan dipanggil berkali-kali menjadi saksi dengan begitu ayah saya memohon agar Majelis Hakim Konstitusi menyebut dan mempublikasikan nama Pemohon secara anomim seperti di Belanda, contohnya publikasi-publikasi keputusan hakim tidak menyebut nama-nama dari orang-orang yang bersengketa. 7. Membebankan semua pembuktian kepada PT Pertamina dikarenakan banyaknya bukti-bukti tindak dalam naungan Pemohon. 8. Membebankan semua biaya saksi dan ahli kepada PT Pertamina (Persero) dikarenakan ayah saya tidak bekerja dan tidak ada santunan pensiun. 9. Apabila Majelis apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Demikianlah ringkasan, terima kasih. 49. KETUA: SUHARTOYO Baik, terima kasih. Atas permohonan yang disampaikan Pemohon, Pak Dani. Pak Dani, ya? Pak Demmy. Yang disampaikan oleh puteranya. Mahkamah secara garis besar sudah memahami dan kerugian-kerugian konstitusional yang Bapak sampaikan tadi juga sudah bisa dipahami oleh Mahkamah. Namun ada beberapa yang mesti harus disampaikan oleh Mahkamah Konstitusi, sehubungan dengan permohonan yang Bapak ajukan ini. Yang pertama bahwa untuk memajukan sebuah permohonan di Mahkamah Konstitusi itu ada kaidah-kaidah yang harus dipedomani. Artinya, ada hal-hal yang sangat prinsip yang nanti oleh Yang Mulia Para Hakim akan memberikan masukan-masukan untuk Bapak. Yang merupakan kewajiban bagi kami untuk memberikan saran-saran agar 8

12 permohonan Bapak ini tentunya memenuhi persyaratan-persyaratan apa yang menjadi ketentuan yang ada di Mahkamah Konstitusi ini. Kemudian, dalam waktu 14 hari dari sekarang, nanti Bapak bisa mempertimbangkan untuk menerima saran-saran dari Para Hakim ini, untuk kemudian dijadikan bahan penyempurnaan permohonan Bapak ataukah Bapak juga akan mempertimbangkan untuk diabaikan kalau memang menurut Bapak lebih yakin dan percaya bahwa permohonan yang disampaikan pada hari ini menurut Bapak itu sudah lebih baik daripada apa yang disarankan oleh Para Hakim ini. Jadi nanti untuk jelasnya biar disampaikan oleh rekan Hakim yang lain, nanti Bapak bisa tanggapi, ya. Meskipun menurut Bapak mungkin permohonan ini sudah memenuhi persyaratan-persyaratan bahkan Bapak sudah komperasi dengan hukum-hukum acara yang ada di Belanda karena puteranya pernah bekerja di sana atau mungkin masih kerja di sana, Mas? 50. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Saya masih bekerja di sana. 51. KETUA: SUHARTOYO saja? Masih kerja di sana. Jadi ini pulang liburan atau dalam rangka ini 52. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Lebaran dan dalam rangka ini. 53. KETUA: SUHARTOYO Lebaran, sekalian ini, ya. Baik, silakan, Yang Mulia Pak Patrialis akan memberikan masukan-masukan untuk Bapak supaya diperhatikan nanti bergantian akan kami lengkapi. Atau Pak Manahan? 54. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL Terima kasih, Yang Mulia Ketua Panel. Saya melihat dalam permohonan ini memang sudah cukup memberikan gambaran terhadap apa yang mau dimohonkan, poin-poinnya juga sudah jelas. Namun ada hal-hal yang mungkin perlu diperbaiki atau dijelaskan lebih lanjut. Pertama, tadi itu saya lihat di halaman 3, surat keputusan nah ini alinea kedua ya, surat keputusan tidak ditandatangani oleh pegawai yang berwenang. Sebetulnya kalau ditafsirkan ini pegawai yang berwenang ini, maksudnya kan Pemohon ini atau maksudnya pejabat? 9

13 Nah, ini ya harus jelas ya. Karena SK itu wajarnya adalah ditandatangani oleh pejabat yang mengeluarkan surat keputusan. Itu yang itu yang wajar. Tapi apakah maksudnya di sini pegawai yang berwenang ini maksudnya Pemohon? Nah, ini perlu kejelasan ya. Karena memang kalau ditandatangani oleh yang dimaksudkan oleh Pemohon sebagai pegawai, itu berarti sudah menyetujui keputusan, kan begitu logikanya. Jadi kalau menurut kami menurut saya ini, pegawai yang berwenang ini harusnya pejabat yang berwenang. Nah, apakah itu cocok dengan apa yang di apa namanya dimaui oleh Pemohon, silakan nanti kalau perlu diperbaiki. Nah, kemudian saya melihat juga di halaman lain kesesuaiannya itu di halaman 5. surat keputusan harus ditandatangani oleh karyawan yang bersangkutan. Nah, ini juga menjadi pertanyaan bagi kita, berarti yang dimaksud oleh Saudara ini adalah si Pemohon sendiri ini. Jelas di halaman 5, maksudnya seperti itu. Tetapi yang masalah bukan di sana, hanya untuk memperjelas bahwa keputusan itu benar-benar ditandatangani oleh orang yang berwenang. Itu yang mestinya ditampakkan ke kita kalau itu ditandatangani atau tidak ditandatangani oleh karyawan, itu no problem, enggak ada masalah di situ. Nanti malah kalau ditandatangani sudah setuju dong dengan SK itu, ya kan? Kalau sudah ditandatangani berarti sudah setuju. Begitu maksudnya kan? Nah, ini kan kita ndak setuju dengan itu dengan SK itu makanya kita keberatan, kan kira-kira begitu maksudnya ya. Nah, kemudian kalau kita lihat surat edaran Mahkamah Agung itu yang sudah dikemukakan di halaman 6 ini, halaman 6, itu memang ada di situ di hitung kita sejak mengetahui. Tentu juga di sini boleh dikemukakan kapankah Pemohon mengetahui secara kongkret itu surat pemecatan itu? Mungkin menurut Saudara tadi sudah lama ya, tapi secara gamblang mestinya itu dicantumkan di sini, tapi saya belum baca. Kira-kira kalau sudah ada ya bagus, tapi kalau belum kapan kira-kira kongkretnya itu diketahui oleh Pemohon SK itu, apakah pada saat diserahkan atau waktu-waktu yang lain? Barangkali itu juga bisa dilihat. Kemudian karena Saudara itu mendasarkan batu ujinya adalah Pasal 24H itu ya, di situ sudah Saudara kemukakan Pasal 24H ayat (2) itu memang itu Saudara argumentasikan sebagai apa namanya bahwa ada hal-hal yang dirugikan. Kalaulah 90 hari itu menurut Saudara tidak benar atau tidak tepat, di mana kira-kira apa namanya inkonstitusionalnya itu aturan Pasal 55 itu, ya. Nanti itu yang menjadi pokok utama sehingga di dalam petitumnya jangan melebar sampai ada berapa ini yang saya baca, ada sampai 9 ya, jangan seperti gugatan seperti di peradilan umum memang seperti ini ya. Namun kalau di sini apa yang menjadi fokus dari kekuatan Saudara? Misalnya Pasal 55 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara itu, Pasal 55 yang mengatakan 90 hari ya, jangka waktu menerima SK atau mengetahui SK hingga mengajukan gugatan di Peradilan Tata Usaha Negara. 10

14 Nah, di mana yang menjadi pilihan Saudara? Tentu ada nanti konstitusional bersyarat, misalnya. Nah, ini kecuali misalnya ya kalau itu dibaca bagi warga negara ataupun pihak-pihak yang diberitahukan tanpa prosedur misalnya atau tanpa memenuhi suatu ketentuan yang begini, gitu. Jadi jangan melebar sampai di sini ada tenggang waktu yang dimaksud adalah tidak terbatas ke belakang setelah keputusan Nah, ini terlalu terlalu panjang ini. Jadi kita itu simple saja, simple saja. Pasal 55 itu maunya bunyinya seperti ini supaya dalam hal begini inkonstitusional, kira-kira begitu. Kemudian yang lain-lain ini saya kira tidak perlu di sini membebankan semua biaya saksi, ini kan sudah peradilan umum ini. Kalau kita di sini kan peradilan tentang inkonstitusional atau konstitusionalnya suatu norma undang-undang, ya jadi ke sana fokusnya. Barangkali itu (suara tidak terdengar jelas). Terima kasih. 55. KETUA: SUHARTOYO Terima kasih, Yang Mulia Pak Manahan. Silakan, Pak. 56. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Pak Demmy dan (suara tidak terdengar jelas) ya, jadi di Mahkamah ini, yang pertama kita menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dimana kita merasakan adanya suatu hak dan/atau kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar kepada kita, kemudian kewenangan itu dirugikan. Kemudian karena dirugikan, kita menuntut ke sini terhadap undang-undang itu. Nah, yang kita lakukan itu adalah kalau pasalnya itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kita minta bahwa pasalnya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Jadi tidak seperti permohonan ini, permohonan Bapak ini lebih kepada minta agar Mahkamah menjadi pembuat undang-undang sendiri (positive legislator) sendiri ya. Mahkamah kan enggak boleh, Pak. Kita hanya menguji bertentangan atau enggak dengan konstitusi kita, gitu. Itu satu. Yang kedua, ini kan persoalan tenggang waktu dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang sudah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara. Saya ingin memberikan satu contoh nanti ya, Pak ya. Kalau misalnya Pasal 55 ini kita tiadakan, maka tiadanya kan bukan hanya buat Bapak, tapi ini juga tiada bagi untuk semua orang, sehingga orang-orang yang pernah mendapatkan putusan dari pejabat tata usaha negara, meskipun sudah beberapa tahun sebelumnya, sama kayak Bapak, mereka enggak ada undang-undang nanti tidak ada batasan sampai kapan pun, nah ini sebetulnya juga sudah pernah kita putuskan dalam 11

15 Perkara Nomor 1, coba nanti dilihat ya, Perkara Nomor 1 Tahun 2007 tentang Masalah Pasal 55 juga. Nah, ada satu jalan barangkali saya tapi ini bukan buat di Mahkamah Konstitusi, tapi untuk di pengadilan tata usaha negara. Saya pernah punya pengalaman, jadi yang bisa digugat ke PTUN itu sebetulnya ada dua, Pak. Pertama adalah surat keputusan pejabat tata usaha negara yang sifatnya konkret, ada SK-nya ya. Tapi menurut undang-undang dibatasi waktu tiga bulan itu. Ada juga yang digugat ke PTUN itu untuk orang mendapatkan haknya, itu namanya di dalam peradilan TUN itu ada namanya putusan fiktif-negatif ya. Jadi putusan fiktif-negatif itu diadakan dalam rangka agar semua pejabat tata usaha negara di dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, itu betul-betul melaksanakan asasasas umum pemerintahan yang baik. Nah, salah satu dari ciri asas-asas umum pemerintahan yang baik itu adalah semua pejabat tata usaha negara harus merespons, harus menjawab dengan baik permohonan atau permintaan seseorang yang diajukan ke PTUN, ke pejabatnya itu, apa pun isi jawabannya itu tapi dia harus jawab. Apalagi ada sekarang Undang-Undang Keterbukaan Informasi. Nah kalau kita mengajukan satu permohonan kepada satu instansi di bawah naungan pemerintahan, kemudian dia tidak menjawab surat Bapak, dan dia tidak menjawab melewati waktu 180 hari, hukum mengatakan Pejabat Tata Usaha Negara itu telah melakukan satu putusan yang namanya fiktif-negatif. Nah, dengan putusan fiktif-negatif itu bisa menjemput kembali persoalan hak Bapak yang tidak diberikan oleh Pertamina itu, dengan cara seperti itu. Ya, ini jalannya, ini saya enggak tahu apakah Bapak bisa memahami karena di praktik peradilan atau juga anak-anaknya Bapak. Saya hanya memberikan satu langkah cara untuk kita mendapatkan hak kita ke TUN, itu pernah saya lakukan, pengalaman pribadi saya waktu saya jaman pengacara, Pak. Jadi ada satu case dimana klien saya waktu itu menduduki satu tanah dan gedung milik barat, namanya verponing barat. Menurut undang-undang, dia yang harus mendapatkan hak, kan gitu. Tapi begitu diajukan ke Badan Pertanahan, enggak melakukan apa-apa, padahal dia sudah menempati puluhan tahun. Nah karena tidak dijawab oleh Badan Pertanahan, melewati waktu 140 hari, itu dianggap sebagai suatu keputusan namanya fiktif-negatif. Itulah landasan untuk menjemput agar Pengadilan Tata Usaha Negara memerintahkan kepada BPN untuk memberikan hak itu, sesuai dengan aturan hukum. Ini langkah ya, Pak, ya. Ini langkahnya, saya ingin beri informasi dan itu tidak banyak orang memahami itu. Tapi pengalaman pribadi saya itu sangat berharga, saya ingin sampaikan kepada Bapak, waktu saya masih jaman pengacara. Jadi ada menarik itu, Pak, pengalaman itu. 12

16 Nah, lagi pula biasanya di dalam putusan-putusan Mahkamah yang sudah beberapa banyak ya, Pak, ya, termasuk juga yang ini. Kalau mengenai masalah tenggang waktu berapa lama orang harus dibatasi untuk mengajukan, ya, itu Mahkamah biasanya lebih memberikan kewenangan kepada pembentuk undang-undang, kebijakan yang terbuka dan bersifat terbuka pembuat undang-undang, itu DPR bersama dengan presiden. Nah, tentu saya tidak ingin mematahkan permohonan ini, tapi kan kita punya kewajiban untuk membimbing, memberikan informasi, dan membantu para pencari keadilan, ya. Saya kira dari saya itu saja garis besarnya, Pak Ketua, ya, mudahmudahan bermanfaat. Tapi kira-kira bisa dipahami, enggak apa yang saya sampaikan? Bisa, ya? Oke, terima kasih. 57. KETUA: SUHARTOYO Baik, terima kasih, Yang Mulia. Itu, ya, Pak Hari, ya. Nanti dibantu Bapaknya untuk memperbaiki permohonan ini kalau memang dipandang apa yang disampaikan Bapak-Bapak Hakim tadi memang bisa diterima untuk penyempurnaan ini, tapi kalau sebaliknya, ya, silakan saja ini menurut Bapak apa yang baik dipertahankan, silakan. Tapi itu menjadi kewajiban Mahkamah untuk memberikan masukan-masukan karena ada yang saya sampaikan tadi kaidah-kaidah yang harus dipenuhi untuk terpenuhinya sebuah permohonan itu. Jadi secara garis besar tadi kalau uraian kejadian peristiwanya ini menurut Mahkamah sudah jelas. Kemudian masalah legal standing-nya, kedudukan hukum Bapak, memang Bapak, ya, termasuk dirugikan dengan adanya surat keputusan itu yang Bapak kaitkan dengan Pasal 28 huruf h tadi. Itu Mahkamah mau melihat ini sudah bisalah memenuhi syarat untuk syarat-syarat sebuah permohonan. Tapi untuk petitum, petitum tadi, Pak. Petitum itu Mahkamah itu hanya terbatas untuk menyatakan bahwa Pasal 55 yang dimaksud Bapak itu, kalau menurut Bapak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, sebutkan di situ bahwa Pasal 55 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Kemudian petitum berikutnya Pasal 55 tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Hanya itu, Pak, yang mestinya Bapak minta ke Mahkamah. Kalau soal yang lain misalnya memerintahkan TUN untuk menolak, kemudian pembuktian, dan biaya dibebankan kepada pihak Pertamina, kemudian ahli... eh, saksi-saksi dan ahli juga dibebankan pihak Pertamina, ini bukan menjadi kelaziman ini dimasukkan dalam petitum. Di samping ini tidak wajar, tidak lazim, juga nanti tidak mungkin akan dipertimbangkan oleh Mahkamah, ini akan dikesampingkan nanti. Jadi yang urgen di situ hanya yang tadi itu, Pasal 55 menurut Bapak seperti apa? Bertentangan kalau menurut Bapak, tulis saja bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 13

17 1945, kemudian berikutnya tidak mempunyai kekuatan mengikat, itu saja, Pak, di amar itu. Kemudian kalau Bapak ingin menambahkan dalam sebuah pasal itu ditambah misalnya soal tenggang waktu ini, ini juga seperti yang disampaikan Bapak Hakim tadi, kalau menambah-menambah itu nanti Mahkamah menjadi berfungsi beda dengan hakikat yang dimiliki, kewenangan yang dimiliki Mahkamah bahwa itu adalah kewenangan DPR dan pemerintah sebenarnya. Tapi kalaupun toh dimaknai apa, Bapak coba sisipkan saja sedikit itu, nanti mungkin Mahkamah bisa pertimbangkan. Tapi kalau banyak seperti ini seperti yang di angka 3 petitum Bapak, ini tidak mungkin Mahkamah akan menambahkan sebuah norma di dalam undang-undang seperti ini dan menambahkan frasafrasa dalam sebuah norma/pasal tidak mungkin. Nanti apa kata dunia? Artinya orang di luar sana, Wah ini Mahkamah sudah seperti lebih DPR dan pemerintah ini, sudah mengubah-ubah pasal, menambah-nambah sebagian banyak. Itu sudah melanggar kewenangan juga. Secara sederhana seperti itu, Pak. Bapak nanti bisa pikir-pikir bagaimana baiknya, jadi MK hanya terbatas kewenangannya. Kemudian kalau petitum yang apabila Mahkamah berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya ini boleh, tapi kalau yang selebihnya itu tidak lazim, Pak. Nanti pasti akan dipertimbangkan MK bahwa ini bukan menjadi kewenangan Mahkamah. Paham ya, Pak Hari, ya? Baik, silakan disampaikan kalau ada yang mau... silakan. Sebentar. 58. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Jadi Pak Demmy dan semuanya, ya. Mengenai petitum tadi bisa juga Bapak minta supaya Mahkamah memberikan tafsiran konstitusional, ya, jadi conditionally constitutional. Jadi bisa Bapak minta terjemahkan, tapi bukan bikin yang baru. Misalnya Bapak katakan bahwa Pasal 55 dimaknai... dimaknai misalnya bahwa gugatan TUN ini tidak dibatasi selama belum pernah ada, itu boleh saja, walaupun itu nanti kan akan kita pelajari. Artinya ini bermacam model terhadap petitum yang diinginkan, ya. Jadi petitum yang lain yang banyak itu, itu enggak usah, enggak. Pasti enggak akan dikabulkan, bahkan itu enggak akan dipertimbangkan untuk menjadi sebagai petitum supaya lebih klir. Jadi fokus saja satu, ya. 59. KETUA: SUHARTOYO Ya, yang disampaikan, Pak? 60. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Ya, sedikit. Satu pertanyaan. 14

18 61. KETUA: SUHARTOYO Ya. 62. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Tentang permohonan fiktif dan negatif itu tidak berdasarkan yurisprudensi atau undang-undang. Landasan hukumnya apa itu? 63. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Ada suatu putusan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, ya, tentang gugatan terhadap bioskop Rex Senen, ya. Jadi Bapak bisa nanti cek ya, saya sudah lupa nomornya, cek di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta itu sudah lama sekali, sekitar tahun 90-an, ya, sudah lama sekali, tentang bioskop Rex. Jadi kalaupun Bapak enggak menyebutkan itu yurisprudensi, tapi Bapak bisa mengacu sebagaimana putusan Pengadilan Tata Usaha Negara nomor sekian yang memutuskan terhadap permohonan keputusan yang bersifat fiktif-negatif, untuk membanding sana ya, bukan untuk di sini ya, di sini enggak ada relevannya. Ini saya hanya membantu saja untuk memberikan jalan keluar dari sana, ya. 64. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Ya, terima kasih. 65. KETUA: SUHARTOYO Itu saja, Pak? Kalau yang lain bisa diterima untuk dipertimbangkan, ya? 66. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Ya, akan kami pertimbangkan. 67. KETUA: SUHARTOYO Ya, untuk dijadikan bahan untuk penyempurnaan. Kemudian oleh Mahkamah, Pak, perbaikan itu kami tunggu 14 hari dari sekarang. Paling lambat kami terima hari Jumat, tanggal 7 Agustus 2015 pukul jam siang. Paham, ya, Pak? 15

19 68. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Baik, Pak, paham. Terima kasih. 69. KETUA: SUHARTOYO Paham. Kemudian, sedikit informasi juga, di samping tadi yang disampaikan Bapak Hakim tadi bahwa sudah ada putusan yang berkaitan dengan perkara yang sama dengan yang dimohonkan oleh Bapak Bapak Saudara itu, sekarang juga sedang berjalan permohonan yang sama juga permohonannya sama, Perkara Nomor 57 di sini. 70. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Ya, saya baca. 71. KETUA: SUHARTOYO Ya, ada, kan? Nah, itu artinya apakah Bapak mau ini di dicancel juga enggak apa-apa menunggu putusan itu, atau Bapak tetap maju juga enggak apa-apa, kalau tetap maju ya dalam waktu 14 hari kami tunggu, tapi kalau mau artinya mempertimbangkan untuk menghemat tenaga, pikiran, dan biaya, itu ditunggu pun nanti putusannya juga pasti tidak akan berbeda, pasti sama, Pak, meskipun Pemohonnya orang lain karena substansinya sama persis. Ya karena putusan itu kan berlaku untuk semua, tidak hanya Pemohon yang itu saja yang Perkara Nomor 57, untuk Bapak pun juga berlaku kalau itu dipertimbangkan Bapak sudah sepuh juga, Bapak ini juga puteranya juga kerja di Belanda, kalau harus konsentrasi ke ini kan ini sekedar pilihan-pilihan kalau Bapak mau pertimbangkan, silakan. Kalau tidak pun, Mahkamah juga tidak bisa mengurangi sedikit pun hak warga negara untuk tetap ini diteruskan pada proses selanjutnya, meskipun nanti juga Mahkamah akan sikapi pasti sikapnya sama. Paham, ya, Pak, ya? Cukup, ada lagi yang dipertanyakan? Sudah, ya? 72. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Sudah, Pak. 73. KETUA: SUHARTOYO Tenggang waktunya Bapak sudah tulis, ya? 16

20 74. PEMOHON: HARI PATTIKAWA Sudah saya tulis, ya. 75. KETUA: SUHARTOYO Baik. Baik, kalau sudah tidak ada lagi persidangan kita cukupkan dan dengan ini ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 27 Juli 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 17