BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Perhitungan Performance Pada perhitungan performance engine dan pengetesan CFM56-3C1 dilakukan di test cell, untuk melihat kelayakan terbang dan performance suatu engine. Parameter-parameter yang digunakan yaitu : 1. Thrust (FN) Merupakan gaya dorong engine dari hasil perubahan momentum bahan bakar udara dan bahan bakar yang melaui engine. Dan juga memperhitungkan adanya additional thrust. 2. Exhaust Gas Temperatur (EGT). Merupakan temperatur gas panas yang keluar dari exhaust nozzle. 3. Core Speed (N2). Merupakan kecepatan putar engine tiap satuan menit yang sangat mempengaruhi nilai thrust yang dihasilkan. 4. Fuel Flow (WF). Merupakan bahan bakar yang memasuki engine. 5. Engine Pressure Ratio (EPR). Merupakan pebandingan tekanan udara yang keluar dari HPT dengan tekanan udara yang masuk. 59

2 INPUT DATA. No Parameter TAKEOFF MAX.CON Satuan 1 N T 4882 Rpm 2 N Rpm 3 HUM 92,6 91,9 Grains/Lb 4 RelHum 77,8 76,4 % 5 WF Lb/hr 6 T ,2 830,2 C 7 T2 22,4 22,6 C 8 T3 370,2 357,2 C 9 TCCV 356,1 349,0 C 10 PT2 14,583 14,586 PSIA 11 PT495 61,733 58,302 PSIA 12 PS3 327,6 326,8 PSIA 13 FN Lbs 14 LHV BTU/lb 15 CSD Oilc. NOINSTALLED Dimana: N1 N2 T459 (EGT) = Fan Speed (rpm) = Core Speed (rpm) = Exhaust Gas Temperatur ( o F) WF = Fuel Flow (LB/HR) HUM = Moisture Content of Air (Grains/LB) Rel.Hum = Real Hum(%) T2 = Inlet Temperatur( 0 F) T3 = Compressor Discharge Temperature ( o F) PT2 = Inlet Total Pressure (PSIA) PT495 = HPT Discharge Temperatur (PSIA) PS3 = Compressor Discharge Static Pressure (PSIA) FN = Thrust (Lbs) LHV = Lower Heating Value of Fuel (Btu/Lbs) TCCV = Turbine Clearance Temperatur ( o F) 60

3 Perhitungan-perhitungan secara manual terhadap data observe dari report pengetesan untuk mengetahui nilai koreksinya adalah sebagai berikut: A. Faktor koreksi temperature dari T 2 dan dari figure 1306 yaitu : o F Dimana (161,38 o F). diperoleh dari figure 1301 testing 008 yaitu sebesar 89,68 o C B. Faktor koreksi untuk tekanan udara masuk adalah : 61

4 C. Humidity Correction Factor From Figure 1309 untuk Hum = 92,6 Grain/Lbs didapat : KHN1 = 0, KHN2 = 0, KHEGT = 1, KHFN = 1, KHWF = 0, D. Temperature Rise Correction Factor Figure 1307 : T 2 Hum = 72,32 o F = 92,6 Grains/Lbs Rel Hum = 77,8% Diperoleh T.rise = 16,47 o F E.1. Inlet Condensation Correction Factor at N1K (rpm) Figure 1315 Diperoleh : sehingga : N1K Fac = -0, N2K Fac = -0, TK Fac = -0, WF Fac = 0 62

5 Condensation koreksinya : E.2. Facility Modifier Correction Factor (Test cell Correction) : FN/ 2 FNMeas KHFN Didapat facility modifiernyaberdasarkan test cell correction table yaitu : FMFN = 1, Thrust FMEGT = 0, EGT FMWF = 0, Fuel Flow FMN2 = 0, Core Speed FMEPR = 0, EPR E.3. HPT Clearance Control Correction Factor Untuk HPTCC correction factor diperolehdari : 63

6 sehingga : ((( ) ) ) ((( ) ) ) E.4. Adjustment Due Test Cell Installation Effect from figure 1316 Dari correction fan speed (N1R) : Diperoleh : BM = 228, FN ADJ = 156, Lbs EXC = -71, OC = 0 BM = 29, WF ADJ = 83, Lbs/hr EXC = 54, OC = 0 BM = -2 EGT ADJ = 10, o F EXC = -12, OC = 0 BM = -15, N2 ADJ = 0, rpm EXC = 16 OC = 0 E.5. Standard Day Adjusted to Rated Fan Speed Correction from figure

7 E.6. Hot Day Correction Factor from figure 1302 Jika tidak ada pergantian mode udara antara N2CC3 (figure ) dengan udara standard day mode (N2R) maka, KTCCN = 1 konstan KTCCT = 1 konstan F. Standard Day Calculation 1. Fan Speed (N1) 2. Thrust (FN) FN/ 2 FNMeas KHFN 65

8 3. Fuel Flow (WF) 4. Exhaust Gas Temperature (EGT) ((( ) ) ) 66

9 5. Core Speed (N2) 67

10 6. Engine Pressure Ratio (EPR) 7. Core Pressure Ratio (CPR) 8. HP Turbine Pressure Ratio (TPR) 9. Compressor Pressure Ratio (CPR) 68

11 10. Compressor Temperature Ratio (CTR) (( ) ) (( ) ) 11. Specific Fuel Consumption (SFC) Jadi konsumsi bahan bakarnya : * + H. Hot Day Calculation 1. Hot Day core speed 2. HPTCC factor 69

12 3. Calculated Hot Day EGT ( o F) = Limitasi dari parameter standard day performansi pada kondisi take off : EGT = o C N1 (target) = 4942 rpm N2 = rpm FN = Lbs Hot Day : EGT = 908 o C N2 = rpm Dan dengan cara yang sama kita juga dapat mengetahui berapa nilai-nilai koreksi performance engine pada kondisi Maximum Continuous, yaitu dapat dilahat pada tabel di bawah ini: MCO Performance Temp.Corr.Factor At T2 0F 72,68 o C 1, o F T25 o C Press.Corr.Fac HUM.Corr.Fac At. Hum 91.9 Gr/lb KHN KHN KHEGT

13 KHFN KHWF Temp. Rise Corr. At T2 o F (Rel.Hum) F(76.4%) Temp.Rise Inlet Cond. Corr. Fac. At N1K rpm N1K FAC N2K FAC TK FAC WF FAC 0 KCONDN KCONDN KCONDT KCONDW 1 Facility Modifier Corr.Fac. At FN// Lbs FMFN FMEGT FMWF FMN FMEPR HPTCC Corr.Fac At N2R rpm rpm o R KTCCT 1 KTCCW 1 KTCCN 1 Adjst.Due To T.cell Installation At. N1R rpm FN ADJ Lbs WF ADJ lb/hr EGT ADJ 6 o F N2 ADJ - 3 rpm Standard Day Adjs To Rated Fan Speed 18.5 rpm DFN/DN DWF/DN DEGT/DN DN2/DN DEPR/DN DW2/DN Hot Day Corr.Fac. 2 HD KTCCN HD KTCCT 1 N1/.47 2 rpm 4803 rpm 71

14 N1R rpm FN/ 2 Lbs FNK1 FNK2 FNK3.58 WF/ 2 2 WFK1 WFK2 WFK3.91 EGT/ 2 EGTK1 EGTK2 EGTK3 N2/ rpm Lbs Lbs Lbs Lbs lb/hr lb/hr lb/hr lb/hr C C C C rpm rpm rpm rpm N2K1 N2K2 N2K3 EPR 4.00 EPRK EPRK CPR Core TPR CPR CTR DWF/DFN SFCK3 N2CC3 N2 HD EGT HD EGT MAX FN N1(target) N2 EGTHD N2HD lb/hr/lb rpm rpm C PARAMETER LIMIT MCO C Lbs 4804 rpm rpm C rpm Tabel 4.1. Nilai Koreksi MCO 72

15 4.2. Analisa Pengujian Pada proses pengujian, harus dilakukan proses motoring. Hal ini dilakukan untuk menyalurkan oli ke sistem agar ketika engine dinyalakan maka sistem secara keseluruhan sudah terlumasi sehingga tidak terjadi kegagalan komponen akibat over heating. Selain itu, fungsi dari motoring ini adalah untuk membuang sisa-sisa udara yang berbentuk gelembung atau butiran udara yang tersisa disaluran-saluran sistem. Hal ini perlu dilakukan karena akan mengakibatkan vibrasi dan pitting pada saluran-saluran sistem yang akan menyebabkan kegagalan komponen. Masalah-masalah yang paling sering muncul pada pengetesan adalah vibrasi, stall, akselerasi yang tidak masuk dalam batasan toleransi, exhaust gas temperature yang tinggi melebihi batas toleransi. Analisis dari masalahmasalah tersebut adalah ; 1. Vibrasi Masalah vibrasi yang terukur adalah vibrasi bagian depan dan belakang. Hal ini paling mungkin disebabkan karena pemasangan fan yang kurang benar, seperti kurang kencang atau proses balancing yang masih kurang. Selain itu, hal ini disebabkan juga dari sisa-sisa gelembung udara yang masih tersisa di saluran sistem. 2. Akselerasi Masalah ini merupakan masalah dimana waktu dari idle sampai dengan gaya dorong untuk take off terlalu lama diluar waktu yang diizinkan. Hal ini dapat menyebabkan pesawat tidak dapat terbang pada landasan yang terlalu 73

16 pendek. Masalah ini dapat diakibatkan oleh karena kegagalan sistem bahan bakar (fuel control unit) yang berfungsi sebagai fuel regulator yang memasok bahan bakar ke combustion chamber. 3. Stall Masalah dimana tiba-tiba power engine drop dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini juga diikuti oleh suara ledakan dan keluarnya api pada exhaust. Hal ini disebabkan karena pasokan udara yang masuk ke combustion chamber sedikit, sehingga campurannya lebih banyak fuel dari pada udara. Sehingga temperatur naik tetapi tekanan turun. Hal ini disebabkan aliran udara yang masuk turbulen. Sehingga stage lima bleed valve membuka dan membuang udara yang turbulen tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasokan udara ke combustion chamber menjadi sangat berkurang. Aliran turbulen ini merupakan akumulasi dari aliran turbulen yang masuk dari depan. Hal ini bias terjadi karena angin yang masuk sudah turbulen atau terjadi turbulensi akibat bleed dari LP dan HP kompresor yang terjadi erosi sehingga aliran udara menjadi tidak stabil atau turbulen. 4. EGT terlalu tinggi. Tingginya EGT dapat menyebabkan melelehnya turbin dan komponen lain di sekitar exhaust. Penyebab dari masalah ini biasa dari sistem bahan bakar yang tidak benar, sehingga fuel yang yang dimasukkan ke combustion chamber terlalu banyak. Selain itu, hal ini dapat disebabkan oleh sistem 74

17 pendinginan udara yang kurang bekerja dengan benar. Hal ini dapat ditimbulakan karena adanya penyumbatan. Pada urutan pengujian stage kelima bleed valve maksudnya adalah pengukuran performa engine pada saat udara dari HPC tigkat ke lima dibuang. Tujuan dari hal ini adalah untuk mengurangi tekanan udara yang berlebihan atau untuk membuang udara yang turbulen. Ini dilakukan pada saat pesawat crusing atau take off, temperatur udara yang keluar dari HPC stage ke sembilan tinggi, sehingga akan membahayakan komponen mesin yang lainnya. Maka dari itu, pada kondisi ini dilakukan proses pembuangan udara dari stage tujuh HPC Analisa Performance Hasil yang diperoleh nilai test cell dan nilai teoritik yang menjadi tolak ukur performance terlihat pada tabel berikut : NO Parameter TAKE OFF MCO Test Cell Teoritik Test Cell Teoritik 1 Thrust (FN) , N , N , EGT , WF , EPR , Tabel 4.2. Hasil Test Cell dan Teoritik Perbedaaan nilai yang diperoleh dapat disebabkan juga oleh beberapa hal, seperti : 1). Angka perkalian yang memiliki beberapa desimal dibelakang koma menghasilkan nilai yang berbeda. 75

18 2). Loses pada saat pengujian dilakukan terhadap performance engine di test cell. Penurunan thrust dari kondisi take off ke kondisi maximum continuous dipengaruhi oleh faktor ketinggian, tekanan udara dan density udara. Semakin rendah ketinggian dari suatu pesawat terbang maka thrust yang dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tekanan dan temperatur. Apabila tekanan udara naik maka thrust yang dihasilkan akan menjadi kecil. Pada udara bebas tekanan udara bertambah maka akan lebih banyak massa udara yang mengalir. Bertambah banyaknya udara berarti bertambahnya juga density udara, seiring dengan bertambahnya tekanan udara, maka jumlah masa yang memasuki engine akan bertambah pula. Sedangkan temperatur mempengaruhi thrust akibat perubahan aliran massa udara. Kenaikan temperatur udara akan mengakibatkan udara tersebut mengembang (expand) sehingga density udaranya akan turun. Jadi bila temperatur udara memasuki engine bertambah, massa udara yang memasuki engine tersebut akan berkurang. Walaupun volume udara yang masuk engine tersebut sama. Sementara ketinggian yang berbeda memiliki tekanan dan temperatur yang berbeda dimana semakin besar nilai ketinggian, maka nilai tekanan dan temperatur semakin kecil. Tekanan udara yang besar mengakibatkan thrust yang dihasilkan semakin tinggi, sedangkan temperatur yang lebih rendah menghasilkan thrust yang lebih besar. Dari hasil ini terlihat bahwa tekanan berpengaruh lebih besar terhadap thrust bila dibandingkan dengan temperatur, 76

19 sehingga thrust yang terjadi lebih kecil nilainya pada ketinggian yang lebih besar. Semakin besar nilai ketinggihan maka nilai thrust yang dihasilkan semakin menurun. Perbandingan antara parameter performance engine dari hasil perhitungan teoritik dengan test cell pada kondisi take off pada N1K = 4942 : Parameter Test Cell Teoritik Test Cell - Teoritik Test cell / Teoritik FNK3 (lbs) , , , WFK , , , (lb/hr) EGTK3( 0 C) , , , Tabel 4.3. Tabel Perbandingan Kondisi Take Off Dan perbandingan antara parameter performance engine dari hasil perhitungan teoritik dengan test cell pada kondisi maximum continuous pada N1K = 4804 : Parameter Test Cell Teoritik Test Cell - Teoritik Test cell / Teoritik FNK3 (lbs) , WFK3 (lb/hr) ,0-29 0, EGTK3( 0 C) , Tabel 4.4. Tabel Perbandingan Kondisi Maximum Continous Dari tabel- tabel diatas diperoleh : 1. Pada kondisi take off N1K 4942 rpm : a. Parameter thrust hasil pembacaan test cell adalah sebesar 43,18239 lebih besar dari hasil teoritik. b. Parameter fuel flow hasil pembacaan test cell adalah sebesar 19, lebih rendah dari hasil teoritik. 77

20 c. Parameter EGT hasil pembacaan test cell adalah sebesar 0, lebih besar dari hasil teoritik. 2. Pada kondisi maximum continuous N1K 4804 rpm : a. Parameter thrust hasil pembacaan test cell adalah sebesar 8 lebih besar dari hasil teoritik. b. Parameter fuel flow hasil pembacaan test cell adalah sebesar 29 lebih rendah dari hasil teoritik. c. Parameter EGT hasil pembacaan test cell adalah sebesar 3 lebih rendah dari hasil teoritik. 78

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan. Penulis juga menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Turbin Gas Turbin adalah mesin penggerak, dimana fluida dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Bagian turbin yang berputar disebut rotor atau roda turbin, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3

ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 Muhammad Takdir, Muhamad Jalu Purnomo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN ENGINE PERFORMANCE CFM56-3C1 PADA TEST CELL FACILITY DENGAN PARAMETRIC CYCLE ANALYSIS OF REAL ENGINE.

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN ENGINE PERFORMANCE CFM56-3C1 PADA TEST CELL FACILITY DENGAN PARAMETRIC CYCLE ANALYSIS OF REAL ENGINE. ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN ENGINE PERFORMANCE CFM56-3C1 PADA TEST CELL FACILITY DENGAN PARAMETRIC CYCLE ANALYSIS OF REAL ENGINE Skripsi Untuk memenuhi sebagaian persyaratan Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A

BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A 3.1 Teori Dasar APU Auxiliary Power Unit (APU) merupakan mesin turbin gas yang berfungsi sebagai supporting engine pada pesawat. APU tergolong dalam jenis turboshaft,

Lebih terperinci

PENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE

PENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE PENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE Muhamad Jalu Purnomo Jurusan Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jalan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai engine atau mesin yang digunakan pada pesawat terbang, yaitu CFM56 5A. Kita

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3

ANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3 ANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3 Afdhal Kurniawan Mainil (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Bengkulu ABSTRACT This study focused on the performance analysis of a turbofan engine

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING

ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING 737-300 Sri Mulyani Jurusan Teknik PenerbanganSTT Adisutjipto Yogyakarta Jl. Janti Blok R- Lanud Adi-Yogyakarta Srimulyani042@gmail.com ABSTRAK Jenis mesin

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3

ANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3 ANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3 Afdhal Kurniawan Mainil (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Bengkulu ABSTRACT This study focused on the performance analysis of a turbofan engine

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu

BAB II LANDASAN TEORI. stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kendali suhu Pembatasan suhu sebenarnya adalah pada turbin inlet yang terdapat pada first stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu pengapian

Lebih terperinci

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian serta analisis hasil pengujian yang dilakukan. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015 KARAKTERISASI PERFORMA MESIN SISTEM DUAL FUEL MENGGUNAKAN PRESSURE REDUCER ADAPTIVE DENGAN VARIASI KONSTANTA (k) PEGAS HELIX TEKAN DAN TEKANAN GAS KELUAR PADA STAGE DUA Dori Yuvenda 1) dan Bambang Sudarmanta

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai Auxiliary Power Unit atau yang sering kita dengar dalam dunia penerbangan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING

ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING 737-300 Sri Mulyani Jurusan Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto Yogyakarta srimulyani042@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ENGINE TURBOPROP ROLLS-ROYCE TP400-D6 PADA KONDISI CHOKED DAN UNCHOKED. Skripsi

ANALISIS KINERJA ENGINE TURBOPROP ROLLS-ROYCE TP400-D6 PADA KONDISI CHOKED DAN UNCHOKED. Skripsi ANALISIS KINERJA ENGINE TURBOPROP ROLLS-ROYCE TP400-D6 PADA KONDISI CHOKED DAN UNCHOKED Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana strata I SUGENG BUDIONO 02050033 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK 3.1 Konfigurasi PLTGU UBP Tanjung Priok Secara sederhana BLOK PLTGU UBP Tanjung Priok dapat digambarkan sebagai berikut: deaerator LP Header Low pressure HP header

Lebih terperinci

Sistem Putaran Stasioner (Idle Speed)

Sistem Putaran Stasioner (Idle Speed) Sistem Putaran Stasioner (Idle Speed) Skep (Piston Valve) tertutup SLOW AIR BLEED SLOW JET Udara mengalir melalui Slow Air Bleed menuju saluran Spuyer Kecil (Slow Jet) Udara bercampur dengan bensin dari

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION Session 13 STEAM TURBINE OPERATION SISTEM OPERASI Operasi plant yang baik harus didukung oleh hal-hal berikut: Kelengkapan buku manual dari pabrikan Prosedur operasi standar yang meliputi instruksi untuk

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

1 Gas Turbine Engine 1

1 Gas Turbine Engine 1 1 Gas Turbine Engine 1 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies PEMBAHASAN 1. Mean Effective Pressure 2. Torque And Power 3. Dynamometers 4. Air-Fuel Ratio (AFR) and Fuel-Air Ratio (FAR) 5. Specific Fuel Consumption 6. Engine Effeciencies 7. Volumetric Efficiency 1.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI DYNO TEST DYNOJET PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVICE MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK

Lebih terperinci

TURBIN UAP & GAS ANALISA PENGARUH WATER WASH TERHADAP PERFORMANSI TURBIN GAS PADA PLTG UNIT 7 PAYA PASIR PT.PLN SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN SKRIPSI

TURBIN UAP & GAS ANALISA PENGARUH WATER WASH TERHADAP PERFORMANSI TURBIN GAS PADA PLTG UNIT 7 PAYA PASIR PT.PLN SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN SKRIPSI TURBIN UAP & GAS ANALISA PENGARUH WATER WASH TERHADAP PERFORMANSI TURBIN GAS PADA PLTG UNIT 7 PAYA PASIR PT.PLN SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN SKRIPSI Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SINGLE DAN DOUBLE TURBOCHARGER PADA CUMMINS ENGINE K50 SERIES

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SINGLE DAN DOUBLE TURBOCHARGER PADA CUMMINS ENGINE K50 SERIES ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SINGLE DAN DOUBLE TURBOCHARGER PADA CUMMINS ENGINE K50 SERIES Hein 1, Puji Saksono 2, Gunawan 3 Abstract Application development engine in the heavy equipment is currently

Lebih terperinci

MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS 1 MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS 2 DEFINISI PLTG Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS Proses Nama Penanggung Jawab Jabatan Tanda tangan Perumusan Ainun Nidhar, A.Md Asisten Persetujuan Agus Sukandi, M.T. Ka. Lab Energi-Mekanik

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING

PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING 6 PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING Hendro Purwono 1* dan Thomas Djunaedi 2 1 Jurusan D3 Perawatan Alat Berat, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 9. ENGINE dan LANDING GEAR

BAB 9. ENGINE dan LANDING GEAR BAB 9. ENGINE dan LANDING GEAR 9.1. PEMILIHAN ENGINE ENGINE Fungsi utama engine adalah memberikan gaya dorong. Aircraft engine dibagi menjadi dua tipe, yaitu piston engine dan jet engine. Keduanya mempunyai

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN. Skripsi ini telah memenuhi persyaratan. dan siap untuk diujikan. Disetujui pada tanggal....desember 2008

LEMBAR PERSETUJUAN. Skripsi ini telah memenuhi persyaratan. dan siap untuk diujikan. Disetujui pada tanggal....desember 2008 LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan siap untuk diujikan Disetujui pada tanggal...desember 2008 Pembimbing utama Pembimbing pendamping Drs. Sukoco, MPd.,MT. Muhamad Ardi Cahyono,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi pengambilan data merupakan ilmu yang mempelajari metodemetode pengambilan data, ilmu tentang bagaimana cara-cara dalam pengambilan data. Dalam bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN SHAFT PADA TURBOCHARGER ENGINE 3406 S/N:7N7723

ANALISA KERUSAKAN SHAFT PADA TURBOCHARGER ENGINE 3406 S/N:7N7723 ANALISA KERUSAKAN SHAFT PADA TURBOCHARGER ENGINE 3406 S/N:7N7723 Nama NPM Jurusan Pembimbing : Andri Dwi Putra : 2A413704 : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT Latar Belakang Unit Alat Berat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Garis Besar Penelitian Penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah melakukan pengujian pengaruh putaran mesin terhadap performansi sistem pengkondisian udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 75 BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis meneliti tentang Analisa BBM Pertamina pada Yamaha Mio M3 dengan membandingkan 3 jenis BBM pertamina yaitu : Premium (RON 88), Pertalite (RON 90),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Air Metode penelitian merupakan suatu langkah-langkah sistematis yang akan manjadi acuan dalam penyelesaian (Sugiyono, 2004:28). Secara umum metodologi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR ENGINE AUXILIARY POWER UNIT (APU) HONEYWELL 131-9B PADA PESAWAT BOEING NEXT GENERATION

TUGAS AKHIR ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR ENGINE AUXILIARY POWER UNIT (APU) HONEYWELL 131-9B PADA PESAWAT BOEING NEXT GENERATION TUGAS AKHIR ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR ENGINE AUXILIARY POWER UNIT (APU) HONEYWELL 131-9B PADA PESAWAT BOEING 737-800 NEXT GENERATION Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft Uji Kinerja Motor Bakar Empat Langkah Satu Silinder Dengan Variasi Tinggi Bukaan Katup Pada Sudut Pengapian Sepuluh Derajat Sebelum TMA Dengan Bahan Bakar Pertamax Plus Jhoni Oberton 1, Azridjal Aziz 2

Lebih terperinci

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002 JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 158-165 PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002 Ahmad Choirul Huda S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous Pendahuluan PLTG adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga yang dihasilkan oleh hasil pembakaran bahan bakar dan udara bertekanan tinggi.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memproleh Gelar Sarjana Teknik IKHSAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1 SPESIFIKASI TURBIN Turbin uap yang digunakan pada PLTU Kapasitas 330 MW didesain dan pembuatan manufaktur dari Beijing BEIZHONG Steam Turbine Generator Co., Ltd. Model

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Boiler Longchuan Boiler Longchuan adalah boiler jenis thermal yang dihasilkan dari air, dengan sirkulasi untuk menyalurkan panasnya ke mesin-mesin produksi. Boiler Longchuan mempunyai

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER Imron Rosyadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BOIL-OFF GAS (BOG) PADA COMBINED CYCLE PROPULSION PLANT UNTUK LNG CRRIER

PEMANFAATAN BOIL-OFF GAS (BOG) PADA COMBINED CYCLE PROPULSION PLANT UNTUK LNG CRRIER PEMANFAATAN BOIL-OFF GAS (BOG) PADA COMBINED CYCLE PROPULSION PLANT UNTUK LNG CRRIER Tugas Akhir Ini Didedikasikan Untuk Pengembangan Teknologi LNG di Indonesia TRANSPORT Disusun oleh : PRATAMA NOTARIZA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

Gas Management System Bandung, 21 s/d 25 Juli 2009

Gas Management System Bandung, 21 s/d 25 Juli 2009 Gas Management System Bandung, 21 s/d 25 Juli 2009 PT Transportasi Gas Indonesia Let's getting Increased Performance for Gas Boostering Station and Optimizing Our Compressor's RESUME GAS MANAGEMENT SYSTEM

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA GAS TURBIN ENGINE TURBOFAN

PRINSIP KERJA GAS TURBIN ENGINE TURBOFAN PRINSIP KERJA GAS TURBIN ENGINE TURBOFAN DISUSUN OLEH : NAMA : IRWANSYAH NIM : 16050032 KELAS : TP A SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUCIPTO TEKNIK PENERBANGAN 2017 A. PENGERTIAN MESIN TURBO FAN Mesin turbofan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 KAJIAN NUMERIK PENGARUH VARIASI IGNITION TIMING DAN AFR TERHADAP PERFORMA UNJUK KERJA PADA ENGINE MOTOR TEMPEL EMPAT LANGKAH SATU SILINDER YAMAHA F2.5 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG Oleh: Helmi

Lebih terperinci

TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II

TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II SIDANG SKRIPSI P3 TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II Arifah Fitriana 4210 100 033 PERUMUSAN MASALAH 1. Apa saja hal - hal teknis yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

OLEH : DADANG HIDAYAT ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST., MT.

OLEH : DADANG HIDAYAT ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST., MT. TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN COOLANT PADA RADIATOR TERHADAP UNJUK KERJA DAN EMISI GAS BUANG MESIN SINJAI BERBAHAN BAKAR BI-FUEL ( PREMIUM - COMPRESSED NATURAL GAS (CNG) ) OLEH :

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN. 4.1 Siklus Gabungan (dual combustion Cycle) Pada Turbocharger ini memakai siklus gabungan yang disebut juga

BAB IV PERHITUNGAN. 4.1 Siklus Gabungan (dual combustion Cycle) Pada Turbocharger ini memakai siklus gabungan yang disebut juga BAB IV PERHITUNGAN 4.1 Siklus Gabungan (dual combustion Cycle) Pada Turbocharger ini memakai siklus gabungan yang disebut juga Dual Combustion Cycle, karena siklus ini lebih mendekati siklus yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN Penelitian mengenai nyala difusi pada medan aliran berlawanan ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah meneliti mengenai limit stabilitas nyala

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Data Hasil Penelitian Mesin Supra X 125 cc PGM FI yang akan digunakan sebagai alat uji dirancang untuk penggunaan bahan bakar bensin. Mesin Ini menggunakan sistem

Lebih terperinci

SESSION 3 GAS-TURBINE POWER PLANT

SESSION 3 GAS-TURBINE POWER PLANT SESSION 3 GAS-TURBINE POWER PLANT Outline 1. Dasar Teori Turbin Gas 2. Proses PLTG dan PLTGU 3. Klasifikasi Turbin Gas 4. Komponen PLTG 5. Kelebihan dan Kekurangan 1. Dasar Teori Turbin Gas Turbin gas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PARAMETER SISTEM PENGKONVERSIAN WET GAS TERHADAP PERFORMA KOMPRESOR SENTRIFUGAL

ANALISA PENGARUH PARAMETER SISTEM PENGKONVERSIAN WET GAS TERHADAP PERFORMA KOMPRESOR SENTRIFUGAL ANALISA PENGARUH PARAMETER SISTEM PENGKONVERSIAN WET GAS TERHADAP PERFORMA KOMPRESOR SENTRIFUGAL Ambo Intang Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tamansiswa, Palembang ABSTRACT Within a specific

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Data Hasil Penelitian Mesin Supra X 125 cc PGM FI yang akan digunakan sebagai alat uji dirancang untuk penggunaan bahan bakar bensin. Mesin Ini menggunakan sistem

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi

Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi Oleh : Sakti Prihardintama 2105 100 025 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG SUDU KOMPRESOR AKSIAL PADA MESIN TURBOPROPELER PT6A-27 DENGAN PUTARAN POROS RPM

PERANCANGAN ULANG SUDU KOMPRESOR AKSIAL PADA MESIN TURBOPROPELER PT6A-27 DENGAN PUTARAN POROS RPM PERANCANGAN ULANG SUDU KOMPRESOR AKSIAL PADA MESIN TURBOPROPELER PT6A-27 DENGAN PUTARAN POROS 36750 RPM Arif Luqman Khafidhi 2016 100 109 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. I Made Arya Djoni, MSc. Latar

Lebih terperinci

Institut Teknologi Bandung

Institut Teknologi Bandung PEMBUATAN SISTEM PENGUJIAN DAN PENGUJIAN SMALL TURBOJET ENGINE OLYMPUS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik Strata Satu Program Studi Teknik Penerbangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AKHIR. pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk

BAB V ANALISA AKHIR. pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk BAB V ANALISA AKHIR Ada dua jenis analisa pokok pada bab ini yang didasari dari hasil pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk disain mesin yang telah diterapkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB

BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB 4.1 Perbandingan antara hasil FDR dengan X-Plane Hasil simulasi yang dikeluarkan oleh program X-Plane tidak sama walaupun inputan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN UNJUK KERJA MESIN

BAB III PENGUJIAN UNJUK KERJA MESIN BAB III PENGUJIAN UNJUK KERJA MESIN 3.1. Uraian Umum Pengujian mesin merupakan salah satu unit dari bagian assembling,dimana komponenkomponen kendaraan yang telah dirakit, diuji terlebih dahulu sebelum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Pengertian APU Auxliliary Power Unit (APU) secara harfiah didefinisikan sebagai unit tenaga tambahan pada pesawat terbang yang dipakai untuk menghasilkan tenaga listrik dan tenaga

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH SUDUT VARIABLE STATOR VANES (VSV)

KAJIAN PENGARUH SUDUT VARIABLE STATOR VANES (VSV) KAJIAN PENGARUH SUDUT VARIABLE STATOR VANES (VSV) DAN BUKAAN VARIABLE BLEED VALVES (VBV) TERHADAP STABILITAS STALL DAN SURGE PADA KOMPRESOR AKSIAL MESIN PESAWAT TERBANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Masuk Terhadap Kinerja Motor Diesel Tipe 4 JA 1

Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Masuk Terhadap Kinerja Motor Diesel Tipe 4 JA 1 Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Masuk Terhadap Kinerja Motor Diesel Tipe 4 JA 1 (Philip Kristanto) Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Masuk Terhadap Kinerja Motor Diesel Tipe 4 JA 1 Philip Kristanto Dosen

Lebih terperinci

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 HASIL PENGUJIAN STEADY SISTEM CASCADE Dalam proses pengujian pada saat menyalakan sistem untuk pertama kali, diperlukan waktu oleh sistem supaya dapat bekerja dengan stabil.

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin I Gusti Ngurah Putu Tenaya 1), I Gusti Ketut Sukadana 1), I Gusti Ngurah Bagus Surya Pratama 1) 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana Kampus

Lebih terperinci

STUDI BANDING PERFORMA MESIN TURBOFAN CF6-80C DENGAN RB H YANG DIGUNAKAN PADA PESAWAT BOEING

STUDI BANDING PERFORMA MESIN TURBOFAN CF6-80C DENGAN RB H YANG DIGUNAKAN PADA PESAWAT BOEING STUDI BANDING PERFORMA MESIN TURBOFAN CF6-80C DENGAN RB211-524H YANG DIGUNAKAN PADA PESAWAT BOEING 747-400 BISMIL RABETA Program Studi Teknik Penerbangan, Universitas Suryadarma, Jakarta. E-mail: bismilrabeta@yahoo.co.id

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik M. HAFIZ

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses cutting Turbocharger Dalam pengerjaan media pembelajaran dalam sistim Turbocharger, adapun langkah yang dilakukan dalam pengerjaan proses cutting turbocharger. Berikut

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN CAMPURAN SOLAR DAN BIOSOLAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN DIESEL

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN CAMPURAN SOLAR DAN BIOSOLAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN DIESEL PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN CAMPURAN SOLAR DAN BIOSOLAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN DIESEL SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Motor Bakar Mesin Pembakaran Dalam pada umumnya dikenal dengan nama Motor Bakar. Dalam kelompok ini terdapat Motor Bakar Torak dan system turbin gas. Proses pembakaran

Lebih terperinci

KOMPRESOR. Perancangan Alat Proses. Abdul Wahid Surhim 2015

KOMPRESOR. Perancangan Alat Proses. Abdul Wahid Surhim 2015 KOMPRESOR Perancangan Alat Proses Abdul Wahid Surhim 205 Rujukan Campbell, J. M. 992. Gas Conditioning and Processing: Equipment Modules, Volume 2. Hanlon, Paul C. 200. Compressor Handbook. McGraw- Hill

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s =

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s = LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL Perhitungan performansi motor diesel berbahan bakar biofuel vitamin engine + solar berikut diselesaikan berdasarkan literatur 15, dengan mengambil variable data data

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan pemakaian bahan bakar (Fuel Burn off) pesawat Untuk mencari jumlah pemakaian bahan bakar pada pesawat diperoleh dengan perhitungan Fuel Burn Off: Burn

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4.1 Hasil Pengujian Mobil Normal 4.1.1 Hasil Pemeriksaan pada Mercedes E280 tahun 2008 dengan kondisi mesin normal dan putaran idle Tabel 4. Aktual data Mercedes E280

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Aplikasi Sistem Satu dan Dua Tingkat Turbocaharger Terhadap Performansi Cummins Engine K38-C

Analisa Perbandingan Aplikasi Sistem Satu dan Dua Tingkat Turbocaharger Terhadap Performansi Cummins Engine K38-C Analisa Perbandingan Aplikasi Sistem Satu dan Dua Tingkat Turbocaharger Terhadap Performansi Cummins Engine K38-C Sofi Purnama, Puji Saksono Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: ARDIAN RAMA PUTRA Untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai gelar sarjana strata I

Skripsi. Oleh: ARDIAN RAMA PUTRA Untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai gelar sarjana strata I PENGARUH NILAI EXHAUST GAS TEMPERATURE TERHADAP PERFORMA MESIN TURBIN GAS JENIS TURBOFAN CFM56-3C1 DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PARAMETRIC CYCLE ANALYSIS (PARA) Skripsi Untuk memenuhi sebagai persyaratan

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION Tes Jalan Berfungsi untuk memeriksa tingkat kecepatan yang digunakan pada posisi L, 2 atau D saat sistem pengontrolan perpindahkan gigi tidak berfungsi. Lakukan tes

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompressor dan Klasifikasinya Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya menghisap udara dari atmosfer. Namun ada pula yang menghisap udara

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

Peningkatan Performance dengan Pendingin Udara Masuk pada Motor Diesel 4JA1

Peningkatan Performance dengan Pendingin Udara Masuk pada Motor Diesel 4JA1 Peningkatan Performance dengan Pendingin Udara Masuk pada Motor Diesel 4JA1 (Rahardjo Tirtoatmodjo) Peningkatan Performance dengan Pendingin Udara Masuk pada Motor Diesel 4JA1 Rahardjo Tirtoatmodjo Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. III, 21 Desember 2017, P-ISSN: 2337-3881, E-ISSN: 2528-1666 DOI: http://dx.doi.org/10.28989/senatik.v3i0.122 PENGARUH PEMANASAN BAHAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Auxiliary Power Unit (APU) merupakan engine turbin gas cadangan yang terletak pada bagian ekor (tail section) pesawat. APU berfungsi sebagai penghasil cadangan daya

Lebih terperinci