BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB
|
|
- Doddy Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB 4.1 Perbandingan antara hasil FDR dengan X-Plane Hasil simulasi yang dikeluarkan oleh program X-Plane tidak sama walaupun inputan yang diberikan sama dengan data data yang berada dalam Flight Data Recorder. Berbagai macam perbedaan telah ditemukan, pada bab ini akan dibahas tentang penyimpangan yang telah terjadi atau perbedaan yang telah terlihat antara keluaran data FDR dan program X-Plane. Parameter parameter yang akan dibahas sesuai dengan yang telah dijelaskan pada bab I yaitu antara lain parameter berat, ketinggian (altitude), airspeed, dan sudut serang (Angle of Attack), di dalam tugas akhir ini hanya dibahas beberapa parameter yang telah diperoleh dari FDR dikarenakan terbatasnya data yang telah diperoleh pada FDR sendiri. 4.2 Analisis Penerbangan Fasa Lepas Landas Bila dilihat dari grafik Berat Vs Waktu, terlihat tidak ada perbedaan antara grafik yang diperoleh dari hasil data FDR dan data hasil simulasi program X-Plane, Berat (kg) Berat Vs Waktu Berat FDR Berat X-Pl ane Waktu (detik) Gambar 33. Berat Vs Waktu ( Take-Off ). 41
2 Dalam gambar grafik di atas dapat dilihat pergerakan grafik yang sama tidak terlalu berbeda. Dari hasil ini, pada fasa lepas landas program X-Plane dapat merepresentasikan hasil yang optimal sehingga hasil yang diperoleh sama seperti hasil data penerbangan yang sebenarnya. Parameter selanjutnya adalah ketinggian yang diperoleh dari kedua data dapat dilihat pada grafik berikut, Ketinggian (meter) Ketinggian Vs Waktu Ketinggian X-Plane Ketinggian FDR Perhitungan Waktu (detik) Gambar 34. Ketinggian Vs Waktu ( Take-Off ). Dapat dilihat dalam grafik di atas ketinggian dari hasil simulasi X-Plane bergerak lebih tinggi sedikit dari hasil penerbangan yang diberikan oleh FDR, tapi terlihat di dalam grafik bahwa baik hasil FDR ataupun dari program X-Plane bergerak menuju satu titik ketinggian yang sama setelah pesawat lepat landas. tetapi berbeda dengan grafik hasil perhitungan yang diperoleh dengan persamaan (2.3.5), yang bergerak lebih cepat menuju titik ketinggian 5 meter dibandingkan dengan data FDR ataupun X- Plane. Besar penyimpangan antara hasil perhitungan terhadap data FDR adalah sebesar 27.6 % sedangkan besar penyimpangan antara hasil simulasi X-Plane terhadap data FDR adalah sebesar 8.91 %. Perbedaan hasil perhitungan dengan hasil penerbangan ataupun hasil simulasi dikarenakan terlalu banyak asumsi yang digunakan sehingga membuat penyimpangan dari hasil yang sebenarnya. Dengan bergeraknya pesawat sangat cepat untuk mencapai suatu titik ketinggian tertentu, tentu banyak faktor yang dipengaruhinya seperti bahasan selanjutnya. 42
3 Parameter Airspeed, yaitu kecepatan udara disekitar pesawat pada fasa terbang lepas landas ditunjukan dalam gambar grafik berikut ini, 14 Airspeed Vs Waktu Kecepatan ( m/s ) Waktu ( Detik ) Airspeed FDR Airspeed X-Plane Hasil Perhitungan Gambar 35. Airspeed Vs Waktu ( Take-Off ). Pada gambar 34 pergerakan grafik kecepatan udara hasil data X-Plane lebih besar sesaat dibandingkan data kecepatan udara pada penerbangan yang sesungguhnya, begitu pula dengan hasil perhitungan penurunan persamaan (2.3.4) yang bergerak konstan menuju kecepatan sekitar 1 m/s lebih cepat dibandingkan hasil flight data recorder, besar penyimpangan antara hasil perhitungan terhadap data FDR adalah sebesar 16.5 % sedangkan besar penyimpangan antara hasil simulasi X-Plane terhadap data FDR adalah sebesar 12.3 %. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan udara disekitar pesawat sedangkan pada simulasi dan perhitungan faktor faktor yang mempengaruhi dianggap normal sehingga kecepatan udara yang disimulasikan juga kecepatan udara normalnya bedasarkan kecepatan pesawat, ketinggian, gaya dorong, dan faktor lainnya. Setelah membahas kecepatan udara disekitar pesawat pada fasa terbang lepas landas, di bawah ini akan dibahas perbandingan grafik sudut yang tercipta pada pesawat ketika fasa lepas landas berdasarkan data pada simulasi dan data penerbangan yang sebenarnya. 43
4 Sudut Serang ( degree ) Angle of Attack Waktu ( detik ) AOA FDR AOA X-Plane Gambar 36. AOA Vs Waktu ( Take-Off ). Pada fasa lepas landas, pergerakan sudut pesawat yang diberikan pada hasil simulasi lebih cepat naik dibandingkan data FDR, namun dengan perbedaan yang dihasilkan seperti yang terlihat pada grafik di atas tidak membuat perbedaan dalam mencapai ketinggian antara penerbangan yang dilakukan lewat simulasi dengan penerbangan yang sesungguhnya. Pada grafik hasil data X-Plane terlihat sudut yang terbentuk setelah naik signifikan kemudian turun kembali lalu beranjak naik kembali, hal ini disebabkan karena penyelarasan program X-Plane untuk menyamakan hasil simulasi sedekat mungkin dengan inputan yang diberikan. 4.3 Analisis Penerbangan Fasa Terbang Menanjak Seperti pada subbab sebelumnya, hal pertama yang dibahas adalah parameter berat. Bila dilihat dari grafik Berat Vs Waktu, terlihat terdapat perbedaan antara grafik yang diperoleh dari hasil data FDR dan data hasil simulasi program X-Plane, 44
5 Berat (kg) Berat Vs Waktu Berat FDR Berat X-Pl ane Waktu (detik) Gambar 37. Berat Vs Waktu (Climb). Dalam gambar grafik di atas dapat dilihat pergerakan grafik yang sama pada awal namun berikutnya mengalami penyimpangan untuk jangka waktu yang lama. Data hasil keluaran X-Plane pun tidak seakurat data aslinya, banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar seperti specific fuel comsumtion (sfc), dengan adanya sfc ini dapat diketahui berapa banyak bahan bakar yang dipakai dalam 1 jam oleh pesawat udara. Pada kasus ini sfc antara data FDR dan X-Plane sudah tentu berbeda dan bisa dilihat dari grafik di atas, salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi sfc adalah pengaturan mesin pesawat dan ketinggian permukaan laut karna dipengaruhi tekanan yang turut mempengaruhi massa jenis udara sekitar. Dengan persamaan yang diperoleh dari hasil perhitungan diperoleh gradien ( slope ) kemiringan yang merepresentasikan sfc, sfc yang diperoleh untuk pemakaian bahan bakar yang diperoleh berdasarkan data FDR adalah sebesar 3,112 lb\s sedangkan konsumsi bahan bakar pada hasil simulasi program X-Plane sudah disamakan yaitu sebesar 3,11 lb\s. 45
6 Parameter selanjutnya adalah ketinggian yang diperoleh dari kedua data dapat dilihat pada grafik berikut, Ketinggian (meter) Ketinggian Vs Waktu Ketinggian X-Plane Ketinggian FDR Perhitungan Waktu (detik) Gambar 38. Ketinggian Vs Waktu (Climb). Dapat dilihat dalam grafik yang ada di atas, data ketinggian yang diperoleh FDR dan hasil simulasi tidak jauh berbeda, begitupula hasil yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan ( ) tidak jauh berbeda terutama waktu dalam mencapai suatu ketinggian yang ingin dicapai. Besar penyimpangan antara hasil perhitungan terhadap data FDR adalah sebesar 3.7 % sedangkan besar penyimpangan antara hasil simulasi X-Plane terhadap data FDR adalah sebesar 1.45 %. Sedikit perbedaan yang terjadi antara hasil X-Plane dan FDR terjadi karena pada kondisi riil pesawat dipengaruhi banyak faktor diantaranya yang paling signifikan adalah faktor gaya dorong yang tidak terdapat dalam data FDR sehingga tidak dapat dijadikan suatu referensi gaya dorong pada saat menjalankan simulasi program X-Plane. Selain faktor dari gaya dorong, faktor atmosfir juga sangat berpengaruh dalam melakukan suatu penerbangan, namun datanya tidak lengkap sehingga tidak bisa diinputkan dalam data simulasi. Kecepatan udara bebas disekitar pesawat udara yang disensor dengan suatu alat. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini, bahwa airspeed sedikit berbeda antara data diambil dari FDR dan data simulasi dari program X-Plane. Perbedaan yang ada dapat dilihat pada kecepatan konstan dari grafik yang diperoleh, pada keadaan yang 46
7 sesungguhnya ( grafik yang diperoleh dari data yang diambil pada FDR ) tidak lebih besar dibandingkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan program X-Plane. Airspeed Vs Waktu Kecepatan ( m/s ) Waktu ( Detik ) Airspeed FDR Airspeed X-Plane Perhi tungan Gambar 39. Airspeed Vs Waktu (Climb). Pada gambar 38, pergerakan grafik kecepatan udara hasil data X-Plane awalnya lebih besar dibandingkan data kecepatan udara pada penerbangan yang sesungguhnya tetapi setelah detik ke 2 kecepatan pesawat yang terukur sama antara FDR dan X- Plane, tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh dengan hasil perhitungan pada persamaan (2.4.) dimana terlihat kecepatan pesawat terlihat berada diantara hasil dari X-Plane dan FDR. Besar penyimpangan antara hasil perhitungan terhadap data FDR adalah sebesar 6.8 % sedangkan besar penyimpangan antara hasil simulasi X-Plane terhadap data FDR adalah sebesar 8.7 %. Perbedaan yang terjadi terutama sebelum detik ke 2 dapat terjadi karena banyak faktor yang tidak dapat dideteksi oleh FDR sehingga inputan yang diberikan ke dalam program menjadi tidak optimal dan banyak faktor yang tidak bisa dihitung dengan menggunakan rumusan matematika. Sudut yang tercipta pada pesawat ketika fasa terbang menanjak berdasarkan data pada simulasi dan data penerbangan yang sebenarnya dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini, 47
8 Sudut Serang ( degree ) Angle of Attack AOA FDR 1 AOA X-Plane Waktu ( detik ) Gambar 4. AOA Vs Waktu (Climb). Pada fasa terbang menanjak, setelah nilainya naik ketika melakukan lepas landas pergerakan sudut pesawat yang diberikan pada hasil simulasi dan data FDR dapat dibilang konstan pada interval tertentu. Antara detik ke 1 sampai detik ke 15, sudut yang terbentuk sangat tidak beraturan dikarenakan pada waktu ini pesawat menstabilkan diri untuk berganti dasa penerbangan menjadi fasa terbang jelajah sehingga dapat dilihat pula dalam grafik pada gambar 37 setelah detik 15 data yang diambil dari rekaman data penerbangan yang sebenarnya dengan data yang diperoleh hasil simulasi program X-Plane, keduanya bergerak konstan dengan sudut yang sangat tidak jauh berbeda, tidak lama setelah detik 15 pesawat sudah berada pada masa terbang jelajah. Dari hasil simulasi yang telah dipaparkan dalam bab ini, banyak analisis yang dapat diambil berdasarkan perbedaan atau persamaan dari hasil data yang diperoleh dari penerbangan yang sesungguhnya atau yang berasal dari FDR dengan data hasil simulasi yang dijalankan dengan menggunakan program X-Plane. Dengan adanya analisis ini pada bab selanjutnya akan dituliskan kesimpulan yang dapat diperoleh dalam analisis yang dilakukan dalam tugas akhir ini. 48
BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE
BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis
Lebih terperinciSIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT
BAB SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT. Pendahuluan Simulasi gerak wahana peluncur Polyot dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Simulink Matlab 7.. Dalam simulasi gerak ini dimodelkan gerak roket
Lebih terperinciANALISIS PRESTASI TERBANG BOEING MENGGUNAKAN SOFTWARE X-PLANE PADA FASA TAKE-OFF DAN CLIMB TUGAS AKHIR
ANALISIS PRESTASI TERBANG BOEING 747-400 MENGGUNAKAN SOFTWARE X-PLANE PADA FASA TAKE-OFF DAN CLIMB TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat kelulusan ujian Sarjana Memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata I Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau UAS (Unmanned Aircraft System) merupakan salah satu teknologi kedirgantaraan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat.
Lebih terperinciTIME CYCLE YANG OPTIMAL PADA SIMULASI PERILAKU TERBANG BURUNG ALBATROSS Disusun oleh: Nama : Herry Lukas NRP : ABSTRAK
TIME CYCLE YANG OPTIMAL PADA SIMULASI PERILAKU TERBANG BURUNG ALBATROSS Disusun oleh: Nama : Herry Lukas NRP : 0522114 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl.Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH No.65, Bandung,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Dasar Teori
BAB II DASAR TEORI.1 Umum Analisis prestasi terbang pada tugas akhir ini menggunakan pesawat terbang tipe Boeing 747-400. Data yang diperoleh dari Flight Data Recorder dipilah-pilah menjadi lebih sederhana
Lebih terperinciBAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA
BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA Penjelasan pada bab ini akan diawali dengan deskripsi perangkat lunak X-Plane yang digunakan sebagai alat bantu pada rancang bangun sistem rekonstruksi
Lebih terperinciPERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 376 PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD KUSBUDIONO 1, KOSALA DWIDJA PURNOMO 2,
Lebih terperinciBAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA
BAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bagian ini akan dievaluasi hasil sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara yang dibangun. Proses evaluasi
Lebih terperinciPENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9
PENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9 Raden Gugi Iriandi 1, FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAK Ketika helikopter
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FASA LANDING
BAB IV ANALISIS FASA LANDING 4.1. Analisis Penentuan Maximum Landing Weight Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II, penentuan Maximum Landing Weight (MLW) dilakukan dengan mengacu kepada flight manual
Lebih terperinciBAB IV RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA
BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bagian ini akan dijelaskan proses rancang bangun sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara. Pembahasan akan diawali dengan
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN
ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN Oleh : Lintang Madi Sudiro 2106 100 130 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi
Lebih terperinciSIMULASI GERAK LONGITUDINAL LSU-05
SIMULASI GERAK LONGITUDINAL LSU-05 Muhammad Fajar Pusat Teknologi Penerbangan/LAPAN muhammad.fajar@lapan.go.id Abstrak LAPAN sedang mengembangkan pesawat tanpa awak LSU-05 dengan berat total 75 kg. Pesawat
Lebih terperinciPERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT
BAB 4 PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT 4. Perhitungan Parameter Aerodinamika Roket Polyot Menggunakan Digital Datcom dan Missile Datcom Roket Polyot dalam operasinya memiliki lintas terbang
Lebih terperinciPENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º
Penentuan Gaya Hambat Udara pada Peluncuran... (Turah Sembiring) PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º Turah Sembiring Peneliti Pusat Teknologi Penerbangan, LAPAN e-mail:
Lebih terperinciPA U PESAW PESA AT A T TER
PERENCANAAN PANJANG LANDAS PACU PESAWAT TERBANG Didalam merencanakan panjang landas pacu, dipakai suatu standar yang disebut Aeroplane Reference Field Length (ARFL) Menurut ICAO (International Civil Aviation
Lebih terperinciBerikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012.
Nama : Kelas : Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. 1. Besaran yang satuannya didefinisikan lebih dulu disebut
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS Pada bab ini akan ditampilkan dan penjelasannya mengenai pengujian sistem dan dokumuentasi data-data percobaan yang telah direalisasikan sesuai dengan spesifikasi yang
Lebih terperinciPERHITUNGAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA, ANALISIS DINAMIKA DAN KESTABILAN GERAK DUA DIMENSI MODUS LONGITUDINAL ROKET RX 250 LAPAN
PERHITUNGAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA, ANALISIS DINAMIKA DAN KESTABILAN GERAK DUA DIMENSI MODUS LONGITUDINAL ROKET RX 25 LAPAN Singgih Satrio Wibowo Dosen Program Studi Teknik Aeronautika Jurusan Teknik
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN
ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN Lintang Madi Sudiro (2106100130) Jurusan Teknik Mesin FTI ITS,Surabaya 60111,email:lintangm49@gmail.com
Lebih terperinciPENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320
PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320 Turah Semblring Penellti Pusterapan. LAPAN ABSTRACT Research to find the optimum performance of the rocket is done by using one stage of RX-320
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mendisain sebuah sistem kontrol untuk sebuah plant yang parameterparameternya tidak berubah, metode pendekatan standar dengan sebuah pengontrol yang parameter-parameternya
Lebih terperinciBAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA
BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai persyaratan persyaratan yang dibutuhkan dalam rancang bangun sistem rekonstruksi
Lebih terperinciAtraksi Fisika di Udara
Atraksi Fisika di Udara Sekumpulan burung Pelikan, Camar dan Angsa terbang indah di udara. Suatu atraksi udara yang sangat menakjubkan! Ada rasa iri yang dapat dimengerti saat manusia menyaksikan pertunjukan
Lebih terperinciSudut VS Waktu Sampling (a=0.95)
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 1.1. Pengujian Accelerometer dan Low Pass Filter Pengujian ini dilakukan dengan mengganti nilai koefisien low pass filter, dari pergantian nilai tersebut akan terlihat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan pemakaian bahan bakar (Fuel Burn off) pesawat Untuk mencari jumlah pemakaian bahan bakar pada pesawat diperoleh dengan perhitungan Fuel Burn Off: Burn
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN PERSAMAAN GERAK ROKET TIGA DIMENSI TIPE RKX- 200 LAPAN DAN SIMULASINYA
ANALISA KESTABILAN PERSAMAAN GERAK ROKET TIGA DIMENSI TIPE RKX- 200 LAPAN DAN SIMULASINYA MOHAMMAD RIFA I 1208100703 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperincidan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan
4 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Maret 2017 23 Maret 2017 dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada skripsi ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan untuk mendapatkan hasil rancang bangun Quadcopter yang stabil dan mampu bergerak mandiri (autonomous). Pengujian
Lebih terperinciTugas Akhir Bidang Studi Desain SAMSU HIDAYAT Dosen Pembimbing Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA.
Tugas Akhir Bidang Studi Desain SAMSU HIDAYAT 2106 100 020 Dosen Pembimbing Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA. Latar Belakang Roket Pengorbit Satelit (RPS) membutuhkan roket yang dapat diluncurkan berulang
Lebih terperinciPengembangan Perangkat Lunak. untuk Menentukan Berat Payload Maksimum. dalam Satu Rute Penerbangan
Pengembangan Perangkat Lunak untuk Menentukan Berat Payload Maksimum dalam Satu Rute Penerbangan Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat kelulusan program sarjana Strata Satu (S1) Oleh : Dany Eka Saputra 13601043
Lebih terperinci1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.
1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL & ANALISIS
BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu
Lebih terperinciSoal Gerak Lurus = 100
Soal Gerak Lurus 1. Sebuah bola bergerak ke arah Timur sejauh 8 meter, lalu membentur tembok dan berbalik arah sejauh meter. Jarak yang ditempuh bola adalah... Jarak, berarti semua dijumlah 8 meter + meter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah manufaktur pesawat terbang, desain dan analisis awal sangatlah dibutuhkan sebelum pesawat terbang difabrikasi menjadi bentuk nyata sebuah pesawat yang
Lebih terperinciANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING
ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING 737-300 Sri Mulyani Jurusan Teknik PenerbanganSTT Adisutjipto Yogyakarta Jl. Janti Blok R- Lanud Adi-Yogyakarta Srimulyani042@gmail.com ABSTRAK Jenis mesin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil Pengujian Dari hasil pengujian menganalisa performa mesin dengan mengunakan bahan premium capur zat aditif pada gigi 1 dan gigi 2 maka diperoleh hasil data seperti
Lebih terperinciWAKTU OPTIMUM PADA PELURU KENDALI DENGAN MANUVER AKHIR MENGHUNJAM VERTIKAL. Sari Cahyaningtias Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.
WAKTU OPTIMUM PADA PELURU KENDALI DENGAN MANUVER AKHIR MENGHUNJAM VERTIKAL Sari Cahyaningtias 1207 100 046 Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Abstrak Peluru kendali adalah senjata berpanduan dan didesain
Lebih terperinci( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang
LESSON - 3 ( LAPANGAN TERBANG ) Materi : Perencanaan Lapangan Terbang Buku Referensi : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, Jilid 1 dan 2, Horonjeff, R. & McKelvey, FX. Merancang, Merencana Lapangan
Lebih terperinciBAB II MODEL Fungsi Model
BAB II MODEL Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang lain dengan entitasnya. Model berisi informasi-informasi tentang suatu sistem yang dibuat dengan tujuan untuk
Lebih terperinciANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP
ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang
Lebih terperinciBAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus
BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian serta analisis hasil pengujian yang dilakukan. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
ANALISIS AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 2412 PADA SAYAP PESAWAT MODEL TIPE GLIDER DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTIONAL FLUID DINAMIC UNTUK MEMPEROLEH GAYA ANGKAT MAKSIMUM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dan dirgantara dapat menghasilkan suatu teknologi yang menggabungkan antara informasi suatu keadaan lokal tertentu dengan
Lebih terperinciSTUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT
STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT 6.2.16 Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun
Lebih terperinciMengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring
POSDNG SKF 16 Mengukur Kebenaran Konsep Momen nersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring aja Muda 1,a), Triati Dewi Kencana Wungu,b) Lilik Hendrajaya 3,c) 1 Magister Pengajaran Fisika Fakultas
Lebih terperinciPengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 1, November 212 1 Pengaruh Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin Syahril Machmud 1, Untoro Budi Surono 2, Yokie Gendro Irawan 3 1, 2 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul
Lebih terperinciSKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM
UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1. Gangguan noise pada sensor 4.1.1.Filter Gambar 4.1. Perbandingan sudut diam Gambar 4.1 menunjukan potongan data dimana sistem seharusnya dalam kondisi datar, tetapi ternyata
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI
STUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI Oleh : ASKHA KUSUMA PUTRA 0404020134 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR OSILASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR OSILASI Disusun oleh: Nama NIM : Selvi Misnia Irawati : 12/331551/PA/14761 Program Studi : Geofisika Golongan Asisten : 66 B : Halim Hamadi UNIT LAYANAN FISIKA DASAR FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah. Rancangan pesawat yang kurang stabil namun lebih dapat bermanuver diperkenalkan oleh wright bersaudara.rancangan dari pesawat yang kurang stabil ini mengakibatkan
Lebih terperinciSMP kelas 9 - FISIKA BAB 10. PESAWAT SEDERHANALatihan Soal 10.3
1. Perhatikan gambar di bawah! http://primemobile.co.id/assets/uploads/materi/cap66.png SMP kelas 9 - FISIKA BAB 10. PESAWAT SEDERHANALatihan Soal 10.3 Dari keempat bidang miring di atas yang memiliki
Lebih terperinciLatihan Soal Gerak pada Benda dan Kunci No Soal Jawaban 1 Perhatikan gambar di bawah ini!
Latihan Soal Gerak pada Benda dan Kunci No Soal Jawaban 1 Perhatikan gambar di bawah ini! Gambarlah resultan gaya pada ketiga balok di atas! 2 Perhatikan gambar di bawah ini! a. Berapakah jarak yang ditempuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembanggan dalam kedirgantaraan banyak. kasus yang menyebabkan pesawat terbang tidak efisien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembanggan dalam kedirgantaraan banyak kasus yang menyebabkan pesawat terbang tidak efisien dalam hal konsumsi bahan bakar antara lain kasus terjadinya vortex
Lebih terperinciDasar II Tahun : 2007 GELOMBANG BUNYI PERTEMUAN 03 (OFC)
Matakuliah Dasar II Tahun : 2007 : K0252 / Fisika GELOMBANG BUNYI PERTEMUAN 03 (OFC) Dalam pertemuan ini pembahasan akan meliputi macam-macam bunyi, kualitas bunyi yang meliputi amplitudo tekanan ; tingkat
Lebih terperinciKegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN
Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).
Lebih terperinciPETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB
PETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB memerlukan Titik acuan contoh Orang naik bus contoh Gerak matahari Pohon berjalan Gerak Semu Terdiri atas Terdiri atas GERAK Terdiri atas Gerak Lurus Terdiri atas Gerak
Lebih terperinciMohammad Ardi Cahyono1, Andry Renaldy Pandie2
ANALISIS FLIGHTDATA RECORDER KECELAKAAN PESAWAT TERBANG A320 UNTUK MENDAPATKAN STALL SPEED DAN PROSES REKONSTRUKSI KECELAKAAN MENGGUNAKAN SOFTWARE FLIGHTSCAPE Mohammad Ardi Cahyono1, Andry Renaldy Pandie2
Lebih terperinci3.1 Pendahuluan. 3.2 Deskripsi Roket Polyot
BAB 3 ROKET POLYOT 3.1 Pendahuluan Roket Polyot dikembangkan oleh Air Launch Aerospace Corporation, Rusia yang merupakan pelaksana program kerjasama antara Polyot Aviation Company dan Khimautomatiki DB.
Lebih terperinciDesain dan Implementasi Automatic Flare Maneuver pada Proses Landing Pesawat Terbang Menggunakan Kontroler PID
Desain dan Implementasi Automatic Flare Maneuver pada Proses Landing Pesawat Terbang Menggunakan Kontroler PID Mokhamad Khozin-2207100092 Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan, Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciPERANCANGAN KONTROL NON-LINIER UNTUK KESTABILAN HOVER PADA UAV TRICOPTER DENGAN SLIDING MODE CONTROL
Presentasi Tesis PERANCANGAN KONTROL NON-LNER UNTUK KESTABLAN HOVER PADA UAV TRCOPTER DENGAN SLDNG MODE CONTROL RUDY KURNAWAN 2211202009 Dosen Pembimbing: DR. r. Mochammad Rameli r. Rusdhianto Effendie
Lebih terperinciGERAK LURUS BERUBAH BERATURAN
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor (besaran yang mempunyai besar dan
Lebih terperinciInput ADC Output ADC IN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen
Lebih terperinciKARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW
KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW Suliono 1) dan Bambang Sudarmanta 2) 1) Program Studi Magister Rekayasa Energi, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciSIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)
SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat
Lebih terperinciTUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI
I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan momen inersia batang. 2. Mempelajari sifat sifat osilasi pada batang. 3. Mempelajari sistem osilasi. 4. Menentukan periode osilasi dengan panjang tali dan jarak antara
Lebih terperinciMAKALAH OSN PTI 2010 BIDANG FISIKA LINTASAN GERAK BOLA YANG MEMILIKI SPIN
MAKALAH OSN PTI 2010 BIDANG FISIKA LINTASAN GERAK BOLA YANG MEMILIKI SPIN Oleh : Jabar Al Hakim 162149 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN PEMBAKARAN DARI BAHAN BAKAR BENSIN MENJADI GAS LPG PADA SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA PRIMA TAHUN 1990 SKRIPSI.
PENGARUH PERUBAHAN PEMBAKARAN DARI BAHAN BAKAR BENSIN MENJADI GAS LPG PADA SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA PRIMA TAHUN 1990 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pengujian dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Didapatkan hasil dari penelitian dengan aliran superkritik
Lebih terperinciANALISA RMS ERROR TERHADAP RATA RATA POSISI PADA PENUNJUKAN GPS UNTUK APLIKASI ALIGNMENT PESAWAT TEMPUR F-16 TNI-AU
ANALISA RMS ERROR TERHADAP RATA RATA POSISI PADA PENUNJUKAN GPS UNTUK APLIKASI ALIGNMENT PESAWAT TEMPUR F-16 TNI-AU Dosen Pembimbing : Ir. Achmad Ansori, DEA. Devy Kuswidiastuti, S.T, M.Sc. Oleh : ANDY
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Uji Dynotest Pada Mesin Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Tipe Mesin (5TP 4-tak, Bore Up 180 cc) Dengan Penerapan Metode High Performance Tuning Gambar 4.1. Uji
Lebih terperinciAntiremed Kelas 10 Fisika
Antiremed Kelas 0 Fisika UAS Doc. Name:K3AR0FIS0UAS Doc. Version: 205-0 2 halaman 0. Perhatikan tabel berikut! Diketahui usaha merupakan hasil perkalian gaya denga jarak, sedangkan momentum merupakan hasil
Lebih terperinciK13 Revisi Antiremed Kelas 10
K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Energi - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR10FIS0802 Version : 2016 09 halaman 1 01. S 5m A 30 0 Dua buah benda A dan B bermassa sama (8 kg). Berapakah besarnya usaha luar yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi dan Waktu Penelitan Percobaan dilaksanakan pada Tangki uji gelombang di Laboratorium Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin. Gambar 3.1 III.2 Jenis Penelitian Penelitian
Lebih terperinciPENGENDALIAN MUTU KLAS X
PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk
Lebih terperinciBAB II PARALAYANG. 2.1.Pengertian Paralayang
BAB II PARALAYANG 2.1.Pengertian Paralayang Paralayang merupakan bagian dari Layang Gantung, yang merupakan kegiatan keudaraan dengan menggunakan gantole atau parasut paralayang untuk melayang, yang lepas
Lebih terperinciSISTEM KENDALI DAN MUATAN QUADCOPTER SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG EVAKUASI BENCANA
1022: Ahmad Ashari dkk. TI-59 SISTEM KENDALI DAN MUATAN QUADCOPTER SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG EVAKUASI BENCANA Ahmad Ashari, Danang Lelono, Ilona Usuman, Andi Dharmawan, dan Tri Wahyu Supardi Jurusan Ilmu
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL
PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memproleh Gelar Sarjana Teknik IKHSAN
Lebih terperinciAntiremed Kelas 10 Fisika
Antiremed Kelas Fisika Persiapan UAS Fisika Doc. Name:ARFISUAS Doc. Version: 26-7 halaman. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Dimensi Gaya Newton [M][L][T] 2 2 Usaha Joule [M][L] [T] 3 Momentum
Lebih terperinci(LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
(LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ORGANISASI LAPAN PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN 2011 - SEKARANG PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN Lab. Avionik Lab. Propulsi Gedung Utama Lab. Aerostruktur Lab.
Lebih terperinciK13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika
K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK13AR10FIS01PAS Doc. Version : 2016-11 halaman 1 10 11 01. Nilai tetapan grafitasi G adalah 6,7 Nm 2 kg
Lebih terperinciANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP
ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia
BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh
Lebih terperinciBAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF
BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF 6.1. Hasil Analisis Fasa Terbang Setelah tiap tahap analisis selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan penggabungan hasil-hasil tersebut
Lebih terperinciBAB III METODA PERENCANAAN
BAB III METODA PERENCANAAN 3. 1. Perencanaan Pompa Injeksi Bahan Bakar Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa perencanaan pompa injeksi bahan bakar bertujuan untuk menentukan parameter-parameter
Lebih terperinciANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG
ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG Gunawan Wijiatmoko 1 1 Staf Sub Bidang Teknik Rekayasa Informatika dan Elektronik (TRIE), Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum
4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin 2.1.1. Penjelasan Umum Motor bensin merupakan suatu motor yang menghasilkan tenaga dari proses pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar. Karena pembakaran ini
Lebih terperinciIRVAN DARMAWAN X
OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02
Lebih terperinciKULIAH 1: PENGENALAN MENGENAI PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI. Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala 2014
KULIAH 1: PENGENALAN MENGENAI PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala 2014 Definisi Pengukuran dan Instrumentasi Jenis-jenis pengukuran Jenis-jenis instrumentasi
Lebih terperinciBAB III. EVALUASI DATA KEANDALAN
BAB III. EVALUASI DATA KEANDALAN 3.1 PENDAHULUAN Pada Bab ini dievaluasi data keandalan APU. Evaluasi yang dilakukan adalah melihat kecenderungan laporan kegagalan APU, pengoperasian APU dan pencatatan
Lebih terperinciAntiremed Kelas 11 FISIKA
ntiremed Kelas 11 FISIK Usaha dan Energi - Latihan Soal Doc Name: R11FIS0501 Version : 2012-07 halaman 1 01. Grafik berikut adalah gaya yang diberikan pada suatu benda terhadap jarak yang ditempuh benda
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN HASIL PENGUJIAN
BAB IV PERHITUNGAN HASIL PENGUJIAN 4.1. Data Hasil Pengujian Pengujian unjuk kerja motor bensin yaitu pada kondisi mesin mengunakan pelumas jenis mesran, top 1, dan shell pada putaran mesin 1500, 2000,
Lebih terperinciFahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc
Fahmi Wirawan NRP 2108100012 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Latar Belakang Menipisnya bahan bakar Kebutuhan bahan bakar yang banyak Salah satu solusi meningkatkan effisiensi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. KARAKTERISTIK BATUBARA Sampel batubara yang digunakan dalam eksperimen adalah batubara subbituminus. Dengan pengujian proksimasi dan ultimasi yang telah dilakukan oleh
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)
Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Homepage: https://jurnal.uns.ac.id/jptk PENGARUH BATAS OTOMASI SUDUT STANG KEMUDI (STEER ANGLE) TERHADAP TIMING AUTO CANCEL SEIN BERBASIS MIKROKONTROLER
Lebih terperinciTKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA
J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Indikator : 1. Konsep usaha sebagai hasil
Lebih terperinci