BAB III METODE PENELITIAN
|
|
- Sudirman Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan. Penulis juga menggunakan data sekunder yang informasinya diperoleh dari buku-buku referensi dan juga engine manual yang didukung dengan data di lapangan tentang proses overhaul engine dan juga proses pengujian engine. Penulis melakukan pengumpulan data yang bersifat spesifik ataupun secara standarisasi sesuai dengan yang dipersyaratkan di buku manual, berdasarkan datadata yang benar-benar akurat, yang bermaksud agar hasil data yang diperoleh benar-benar dapat dijadikan acuan untuk dituangkan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penelitian diawali dengan melakukan studi pustaka. Dari hasil studi pustaka dipilih topik permasalahan yang akan diteliti dan dilakukan analisa hasil dari penelitian yang telah dilakukan. 43
2 Mul Proses Overhaul Pengujian Engine Parameter : 1. Thrust 2. Exhaust Gas Temperature 3. Core Speed 4. Fuel Flow 5. Engine Pressure Ratio Analisa Data Sesuai? TIDAK YA Seles Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 3.2. Simulasi Kerja Engine Pada Proses Pengujian Engine akan mengalami beberapa kondisi kerja yang berbeda ketika dioperasikan di pesawat terbang. Untuk mengakomodasi hal ini, dirancang berbagai prosedur simulasi untuk menguji kelayakan engine pada setiap kondisi kerja tersebut.untuk setiap kondisi kerja terdapat besaran tertentu yang harus diukur besarta toleransi nilai untuk masing-masing besaran tersebut. Terdapat 6 kondisi kerja yang disimulasikan, kondisi tersebut adalah : 44
3 1. Start up Kondisi ini merupakan simulasi dari keadaan aircraft pada awal mesin dinyalakan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk menjalankan mesin pertama kali dibutuhkan bantuan dari Auxilary Power Unit (APU) untuk menghasilkan putaran sehingga pada akhirnya ruang bakar dapat melakukan proses pembakaran. Proses awal pengujian ini dilakukan untuk melihat nilai Exhaust Gas Temperature (EGT) yang tidak boleh lebih dari 1200 K. Dalam proses ini, tidak diikutsertakan dalam perhitungan karena seluruh komponen masin belum berjalan sepenuhnya. 2. Acceleration Merupakan kondisi ketika power lever didorong secara cepat hingga posisi maksimum dan terjadi akselerasi kecepatan rotasi poros engine hingga nilai maksimum. Kondisi ini terjadi ketika pesawat melakukan akselerasi menjelang take off di landasan pacu. Waktu akselerasi yang terlalu lama berisiko menyebabkan pesawat gagal take off karena ada kemungkinan engine belum menghasilkan gaya dorong yang cukup ketika pesawat telah berada di ujung landasan pacu. 3. Take off Merupakan kondisi ketika power lever berada pada posisi maksimum dan engine menghasilkan gaya dorong maksimum. Kondisi kerja ini terjadi ketika pesawat melakukan lepas landas. Engine hanya diperbolehkan berada pada kondisi ini selama kurang lebih 5 menit. 45
4 4. Maximum continuous Merupakan kondisi ketika engine menghasilkan gaya dorong maksimum yang diperbolehkan saat engine bekerja secara terus-menerus tanpa batasan durasi. Posisi power lever dan gaya dorong yang dihasilkan berada sedikit di bawah nilai maksimum. Kondisi ini terjadi ketika pesawat melakukan penjelajahan dengan kecepatan maksimum atau ketika terjadi kerusakan pada salah satu engine. 5. Approach idle Merupakan kondisi ketika engine menghasilkan gaya dorong minimum yang diperbolehkan sebelum pesawat kehilangan gaya angkatnya. Kondisi kerja ini terjadi ketika pesawat melakukan pendaratan. 6. Minimum idle Merupakan kondisi ketika power lever berada pada posisi minimum dan engine menghasilkan gaya dorong minimum. Gaya dorong minimum dimanfaatkan ketika pesawat melakukan taxi Prosedur Pengujian Engine Pengujian engine dilakukan berdasarkan prosedur yang direkomendasikan oleh produsen engine. Prosedur pengujian engine CFM56-3 dibagi menjadi 2 yaitu Engine Functional Test dan Engine Acceptance Test. Sebelum melaksanakan kedua prosedur tersebut, terlebih dahulu dilakukan proses persiapan seperti pemasangan instrumen, pengisian pelumas, pemasangan engine di thrust stand (penyangga engine ketika proses pengujian). 46
5 Engine Functional Test Functional test meliputi pengecekan fungsi utama engine, kebocoran engine (kebocoran udara, bahan bakar, atau pelumas), pengecekan getaran engine, penyesuaian kecepatan rotasi poros pada kondisi idle, pegecekan fungsi VSV dan VBV, dan kondisi mekanis lainnya. Prosedur pertama pada functional test yaitu prosedur motoring. Motoring merupakan proses memutar poros engine tanpa adanya proses pembakaran. Proses motoring dilakukan dengan mengalirkan udara starter ke dalam core engine. Tujuan prosedur motoring adalah untuk mengecek kebocoran bahan bakar dan pelumas dan mengecek apakah poros engine dapat berputar dengan baik atau tidak. Motoring terbagi 2, yaitu dry motoring dan wet motoring. Wet motoring merupakan proses motoring dengan kondisi saluran bahan bakar terbuka dan sistem pengapian tidak diaktifkan. Dry motoring merupakan proses motoring dengan kondisi saluran bahan bakar tertutup. Prosedur berikutnya adalah prosedur penyalaan engine (start up). Penyalaan engine dilakukan dengan cara mengalirkan udara starter ke dalam core engine dalam kondisi saluran bahan bakar terbuka dan sistem pengapian diaktifkan. Proses penyalaan dianggap berhasil ketika terjadi light up (disebut juga sebagai light off), yaitu peningkatan EGT (Exhaust Gas Temperature) sebesar 10 0 C setelah bahan bakar mengalir dan pengapian diaktifkan. Setelah terjadi light up, turbin pada engine telah menghasilkan daya poros dan aliran udara starter dapat dihentikan. 47
6 Setelah prosedur penyalaan, prosedur berikutnya adalah pengujian dan pengambilan data pada kondisi minimum idle dan approach idle secara berurutan. Pengaturan setiap kondisi tersebut dilakukan dengan mengatur posisi power lever hingga diperoleh nilai N1 (kecepatan rotasi poros fan) yang sesuai dengan power setting masing-masing kondisi. Power setting merupakan nilai N1 yang menjadi karakter dari setiap kondisi kerja engine. Power setting ditentukan berdasarkan temperatur udara lingkungan dan nilainya telah ditetapkan oleh produsen engine. Setelah semua prosedur diatas telah dilaksanakan dan tidak ditemukan masalah, prosedur berikutnya adalah deselerasi engine hingga kondisi minimum idle untuk persiapan pengujian berikutnya. Proses deselerasi ini harus dilaksanakan dengan lambat, yaitu selama 2 menit Engine Acceptance Test Acceptance test meliputi pengujian dan pengambilan data pada kondisi acceleration, maximum continuous, dan take off, kemudian membandingkan data pengujian dengan data rekomendasi dari produsen engine. Apabila data pengujian berada pada toleransi yang direkomendasikan oleh produsen engine, maka engine tersebut dianggap layak untuk dioperasikan. Prosedur acceptance test dimulai dengan uji akselerasi. Sebelum melaksanakan prosedur ini, engine harus berada pada kondisi idle selama minimum 5 menit. Hal ini bertujuan agar engine telah beroperasi dengan stabil dan mencegah terjadinya kerusakan engine pada kondisi beban penuh. Uji akselerasi dilakukan dengan mendorong power lever dari posisi minimum idle hingga posisi take off dengan cepat (1 detik atau kurang). Besaran penting yang 48
7 diukur adalah waktu yang dibutuhkan engine dari nilai N1 minimum idle hingga mencapai nilai N1 100 rpm dibawah nilai N1 take off. Setelah engine mencapai nilai N1 idle, power lever harus segera ditarik hingga posisi maximum continuous. Prosedur berikutnya adalah pengujian kondisi take off dan maximum continuous secara berurutan. Pengaturan kondisi tersebut dilakukan dengan mengubah posisi power lever hingga mencapai nilai N1 yang sesuai dengan power setting tiap kondisi. Pada kedua kondisi tersebut, pengumpulan data dilakukan setelah engine berada pada kondisi masing-masing selama sekitar 5 menit. Setelah pengujian kondisi take off dan maximum continuous, engine diperlambat hingga kondisi minimum idle. Deselerasi engine hingga minimum idle harus berlangsung selama minimal 2 menit. Setelah engine berada pada kondisi minimum idle selama 5 menit, dilakukan pengukuran volume pelumas pada engine. Pengukuran ini berguna untuk memastikan konsumsi pelumas tidak berlebihan. Setelah itu engine dimatikan dengan menutup fuel shut off lever dan proses pengujian selesai Test Cell Test cell merupakan bangunan yang dirancang khusus untuk keperluan pengujian engine pesawat terbang. Bangunan test cell membutuhkan rancangan khusus karena test cell disyaratkan untuk dapat menahan gaya dorong (thrust) dari engine dan dapat memfasilitasi pengukuran yang baik dari berbagai besaran yang berhubungan dengan kerja engine. Gambar 3.2. menunjukkan skema fasilitas test cell yang dimiliki PT. GMF AeroAsia. 49
8 Gambar 3.2. Skema test cell PT.GMF AeroAsia Seperti yang terlihat pada gambar 3.2., bangunan test cell terdiri dari 4 bagian utama yaitu : 1. Intake area Merupakan tempat masuknya udara yang digunakan sebagai udara pembakaran engine. Lubang intake area menghadap ke atas untuk menghindari terhisapnya benda-benda yang berada di samping bangunan. Pada intake area terdapat screen yang berguna untuk mencegah masuknya benda asing ke dalam test cell chamber. Pada intake area juga terdapat acoustic panel yang berfungsi untuk meredam suara bising yang dihasilkan engine. 2. Test cell chamber Merupakan ruangan tempat pengujian engine. Engine dipasang pada sebuah adapter untuk menghubungkan sensor, instrumen kontrol, dan 50
9 saluran bahan bakar pada engine dan test cell. Setiap tipe engine memiliki adapter yang unik untuk menyesuaikan bentuk, fungsi, dan posisi instrumen pada engine tersebut. Engine yang telah dipasang pada adapeter kemudian dipasang pada dudukan yang bernama thrust stand. Pada test cell chamber juga terdapat working platform yang berfungsi sebagai alat bantu ketika mekanik melakukan berbagai penanganan pada engine. 3. Detuner Aliran gas buang berkecepatan tinggi dari engine diarahkan ke detuner. Detuner merupakan saluran yang berfungsi untuk menurunkan kecepatan gas buang engine sebelum dibuang ke udara bebas. Pada saluran detuner terdapat kisi-kisi penghambat yang berfungsi untuk menurunkan kecepatan gas buang. Kecepatan aliran gas buang perlu diperlambat untuk mencegah terjadinya kerusakan pada exhaust area. 4. Exhaust area Merupakan tempat keluarnya gas buang engine dari test cell. Seperti pada intake area, lubang exhaust area menghadap ke atas dan dilengkapi dengan acoustic panel dan screen. 51
10 Gambar 3.3. Test Cell PT.GMF AeroAsia Pengukuran dan pengamatan proses pengujian dilakukan dari ruang kontrol yang terletak pada salah satu sisi test cell chamber. Pada ruang kontrol terdapat berbagai instrumen yang berguna untuk mengatur proses pengujian dan tampilan untuk melihat nilai dari besaran-besaran yang diukur. 52
11 Agar data pengujian yang diperoleh dari pengukuran pada sebuah test cell dapat dianggap benar, dibutuhkan penyesuaian pada sistem test cell secara keseluruhan. Penyesuaian tersebut meliputi kalibrasi instrumen pengukuran (sensor tekanan, temperatur, getaran, laju massa udara) dan proses korelasi. Proses korelasi adalah proses koreksi data pengukuran agar data yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan data referensi dari produsen engine. Proses korelasi dibutuhkan karena dimensi bangunan dan kondisi udara (temperatur, kelembaban, tekanan) pada sebuah test cell kemungkinan besar berbeda dengan dimensi bangunan dan kondisi udara pada test cell milik pihak produsen engine. Proses korelasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian sebuah engine yang dilakukan pada test cell yang akan dikorelasi dengan hasil pengujian engine yang sama yang dilakukan pada test cell yang telah terkorelasi. Dari perbandingan tersebut dapat dibuat berbagai faktor koreksi untuk mengoreksi hasil pengukuran pada test cell yang sedang dikorelasi. Gambar 3.4. Control Room Test Cell PT.GMF AeroAsia 53
12 3.5. Prosedur Operasional Pengujian Engine Langkah-langkah yang dilakukan sebelum pengetesan engine pesawat di test cell berdasarkan prosedur standar operasional, yaitu: 1. Incoming Pada proses ini, engine yang masuk ke test cell dari engine shop dilakukan pemeriksaan visual (visual check) dan pemeriksaan dokumen (Document Check). a. Visual Check. Adalah pemeriksaan secara kasat mata terhadap kelengkapan terhadap komponen-komponen atau part yang terpasang pada engine, minimum part yang terpasang untuk melakukan pengetesan. b. Document Check. Adalah pemeriksaan/ pengecekan dukumen untuk kelengkapan pengetesan, yaitu : 1. Release to Test Document. Adalah dokumen yang berisi izin untuk melakukan test. Dokumen ini dikeluarkan oleh Quality Control (QC). 2. Job Card. Adalah dokumen untuk melakukan perintah kerja (Work Order). 2. Pre Run Activity Adalah kegiatan untuk mempersiapkan mesin untuk ditest. Pada tahap ini dilakukan pemasangan atau instalasi alat-alat seperti : sensor-sensor, mounting engine (dudukan engine) ke adaptor, electrical connector. 54
13 3. Test Bench Activity Kegiatan ini terbagi menjadi dua, yaitu: a. Pre-Run Check Adalah kegiatan untuk memasukan oli ke sistem dan melakukan proses rigging, yaitu proses menyesuaikan sistem mekanik dari sistem engine terhadap kontrol-kontrol yang ada pada test cell room. b. Engine Motoring Kegiatan ini berfungsi untuk menyalurkan oli ke sistem dan membuang udara yang ada pada saluran-saluran. Gelembung udara ini dapat mengakibatkan getaran (vibrasi) dan dapat menyebabkan proses pitting. Engine motoring terbagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Wet Motoring Adalah proses memutar mesin dengan pemberian fuel atau bahan bakar dengan menggunakan motor stater yang dilakukan oleh udara bertekanan dari APU tanpa melakukan ignition atau penyalaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui initial fuel pressure, oil pressure yang telah mengalir pada sistem sesuai dengan yang diinginkan. 2. Dry Motoring. Adalah proses memutar engine tanpa pemberian fuel atau bahan bakar dengan menggunakan motor starter yang dilakukan oleh udara bertekanan dari APU tanpa melakukan ignition. Hal ini dilakukan untuk membuang sisa-sisa fuel yang ada diluar sistem dan yang tersisa di combustion chamber. 55
14 4. Engine test Adalah kegiatan melakukan test dengan menjalankan engine. Proses ini dilakukan dalam beberapa tahap, yang masing-masing tahap memiliki karakteristik yang berbeda-beda. 5. Result atau hasil Adalah kegiatan melihat hasil test. Apabila hasil test telah memenuhi standar kelulusan engine test, maka engine sudah dapat diberikan kepada costumer. Dan apabila tidak, maka akan dilakukan perbaikan. Jika kerusakan hanya dibagian eksternal, perbaikan dapat dilakukan di test cell. Dan apabila kerusakan terjadi pada bagian dalam engine, maka engine dikirim kembali ke engine shop untuk diperbaiki Proses Pengambilan Data Dalam perhitungan ini yang dilakukan dengan beberapa faktor koreksi ini hanya dilakukan pada saat kondisi take off dan maximum continuous (MCO) saja, karena performance engine yang sangat baik (sempurna) adalah pada saat take off dan maximum continuous, dimana kemampuan fan dapat mempercepat jumlah massa udara yang besar pada keceatan ground dan flight speed yang relatif rendah.. Data perhitungan diperoleh dari hasil pengetesan engine CFM56-3C1 yang dilakukan di test cell PT.GMF AeroAsia, yaitu: 56
15 No Parameter TAKE OFF MAX.CONT Satuan 1 N Rpm 2 N Rpm 3 HUM 92,6 91,9 Grains/Lb 4 Rel Hum 77,8 76,4 % 5 WF Lb/hr 6 T ,2 830,2 o C 7 T 2 22,4 22,6 o C 8 T 3 370,2 357,2 o C 9 TCCV 356,1 349,0 o C 10 PT 2 14,583 14,586 PSIA 11 PT ,733 58,302 PSIA 12 PS 3 327,6 326,8 PSIA 13 FN Lbs 14 LHV BTU/lb 15 CSD Oil c. NO INSTALLED Dimana : N1 N2 T459 (EGT) = Fan Speed (rpm) = Core Speed (rpm) = Exhaust Gas Temperatur ( 0 F) WF = Fuel Flow (LB/HR) HUM = Moisture Content of Air (Grains/LB) Rel.Hum = Real Hum (%) T2 = Inlet Temperatur ( 0 F) T3 = Compressor Discharge Temperature ( 0 F) PT2 PT495 PS3 FN LHV = Inlet Total Pressure (PSIA) = HPT Discharge Temperatur (PSIA) = Compressor Discharge Static Pressure (PSIA) = Thrust (Lbs) = Lower Heating Value of Fuel (Btu/Lbs) TCCV = Turbine Clearance Temperatur ( 0 F) 57
16 3.7. Batas Pengujian Batasan pengujian berpedoman batasan-batasan yang di keluarkan pabrik, seperti pada tabel berikut : POWE R SETTIN G N1K FLAT RATE TEMP EXPTD BAND CORE STANDARD DAY HOT DAY CORE THRUST EGT SPEED EGT * SPEED (RPM) F LBS F RPM F RPM TAKE ( 0 C) 86 MAX (DAN ) ( 0 C) ( 0 C) OFF (30) (10975) (855) (908) (4942) MIN (10452) MAX 77 MAX CONT (25) (10128) (830) (865) (4804) MIN (9646) *: maximum EGT Hot Day. Tabel 3.1. Engine CFM56-3C Requirement. 58
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Perhitungan Performance Pada perhitungan performance engine dan pengetesan CFM56-3C1 dilakukan di test cell, untuk melihat kelayakan terbang dan performance suatu engine.
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A
BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A 3.1 Teori Dasar APU Auxiliary Power Unit (APU) merupakan mesin turbin gas yang berfungsi sebagai supporting engine pada pesawat. APU tergolong dalam jenis turboshaft,
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian
BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI DYNO TEST DYNOJET PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVICE MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUJIAN
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai
Lebih terperinciANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3
ANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3 Afdhal Kurniawan Mainil (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Bengkulu ABSTRACT This study focused on the performance analysis of a turbofan engine
Lebih terperinciAssalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai engine atau mesin yang digunakan pada pesawat terbang, yaitu CFM56 5A. Kita
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3
ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 Muhammad Takdir, Muhamad Jalu Purnomo Jurusan Teknik
Lebih terperinciAssalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai Auxiliary Power Unit atau yang sering kita dengar dalam dunia penerbangan
Lebih terperinciBAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus
BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian serta analisis hasil pengujian yang dilakukan. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap
Lebih terperinciANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3
ANALISA KINERJA ENGINE TURBOFAN CFM56-3 Afdhal Kurniawan Mainil (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Bengkulu ABSTRACT This study focused on the performance analysis of a turbofan engine
Lebih terperinciTURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA
TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
No. JST/OTO/OTO410/14 Revisi : 02 Tgl : 6 Februari 2014 Hal 1 dari 10 I. Kompetensi : Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengidentifikasi komponen sistem bahan bakar, kontrol
Lebih terperinciPENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE
PENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE Muhamad Jalu Purnomo Jurusan Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jalan
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
No. JST/OTO/OTO410/13 Revisi: 03 Tgl: 22 Agustus 2016 Hal 1 dari 10 I. Kompetensi: Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi komponen sistem bahan bakar, kontrol udara
Lebih terperinciBAB III PENGUJIAN UNJUK KERJA MESIN
BAB III PENGUJIAN UNJUK KERJA MESIN 3.1. Uraian Umum Pengujian mesin merupakan salah satu unit dari bagian assembling,dimana komponenkomponen kendaraan yang telah dirakit, diuji terlebih dahulu sebelum
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kendali suhu Pembatasan suhu sebenarnya adalah pada turbin inlet yang terdapat pada first stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu pengapian
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN ENGINE PERFORMANCE CFM56-3C1 PADA TEST CELL FACILITY DENGAN PARAMETRIC CYCLE ANALYSIS OF REAL ENGINE.
ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN ENGINE PERFORMANCE CFM56-3C1 PADA TEST CELL FACILITY DENGAN PARAMETRIC CYCLE ANALYSIS OF REAL ENGINE Skripsi Untuk memenuhi sebagaian persyaratan Mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa
BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost
Lebih terperinciLEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS
LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS Proses Nama Penanggung Jawab Jabatan Tanda tangan Perumusan Ainun Nidhar, A.Md Asisten Persetujuan Agus Sukandi, M.T. Ka. Lab Energi-Mekanik
Lebih terperinciSESSION 12 POWER PLANT OPERATION
SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Air Metode penelitian merupakan suatu langkah-langkah sistematis yang akan manjadi acuan dalam penyelesaian (Sugiyono, 2004:28). Secara umum metodologi
Lebih terperinciAku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger
Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENGUJIAN
BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat
Lebih terperinciPENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING
6 PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING Hendro Purwono 1* dan Thomas Djunaedi 2 1 Jurusan D3 Perawatan Alat Berat, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar
Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman
Lebih terperinciMateri. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika
Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi
Lebih terperinciMODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS
1 MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS 2 DEFINISI PLTG Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya.
Lebih terperinciANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING
ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING 737-300 Sri Mulyani Jurusan Teknik PenerbanganSTT Adisutjipto Yogyakarta Jl. Janti Blok R- Lanud Adi-Yogyakarta Srimulyani042@gmail.com ABSTRAK Jenis mesin
Lebih terperinciSession 13 STEAM TURBINE OPERATION
Session 13 STEAM TURBINE OPERATION SISTEM OPERASI Operasi plant yang baik harus didukung oleh hal-hal berikut: Kelengkapan buku manual dari pabrikan Prosedur operasi standar yang meliputi instruksi untuk
Lebih terperinciPERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA
TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENGUJIAN
3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Start Studi pustaka Pembuatan mesin uji Persiapan Pengujian 1. Persiapan dan pengesetan mesin 2. Pemasangan alat ukur 3. Pemasangan sensor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui Perbandingan Pemakaian 9 Power Dengan Kondisi Standar Pada Motor 4 langkah Honda Supra X 125 cc perlu melakukan suatu percobaan. Akan tetapi penguji menggunakan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
31 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN Mulai perawatan Pemeriksaan dan penyetelan pada mesin oil sealed rotary vacuum pump model P450 Membongkar dan memperbaiki komponen tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Turbin Gas Turbin adalah mesin penggerak, dimana fluida dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Bagian turbin yang berputar disebut rotor atau roda turbin, sedangkan
Lebih terperinciPenyehatan Udara. A. Sound Level Meter
Penyehatan Udara Penyehatan udara merupakan upaya yang dilakukan agar udara yang ada disekeliling kita sebagai makhluk hidup tidak mengalami cemaran yang dapat berdampak pada kesehatan. Penyehatan udara
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data
26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2016 ISSN:
KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DURASI CAMSHAFT OVERLAP DURATION TERHADAP KINERJA MOTOR OTTO EMPAT LANGKAH SATU SILINDER DOHC Bhirowo Wihardanto, Riccy Kurniawan, Wegie Ruslan Program Studi Teknik
Lebih terperinciRencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).
Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN LITERATUR
BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Kinerja Damper Position Blower Persiapan Pencatatan data awal Pengujian Kinerja Blower: -Ampere Actual - Tekanan Pencatatan hasil pengujian performance
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berada di Motocourse Technology (Mototech) Jl. Ringroad Selatan, Kemasan, Singosaren, Banguntapan,
Lebih terperinciPERAWATAN TURBOCHARGER PADA GENSET MESIN DIESEL 1380 KW. Oleh: Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT
TUGAS AKHIR PERAWATAN TURBOCHARGER PADA GENSET MESIN DIESEL 1380 KW Oleh: Bagus Adi Mulya P 2107 030 002 DOSEN PEMBIMBING: Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT PROGRAM DIPLOMA 3 BIDANG KEAHLIAN KONVERSI ENERGI JURUSAN
Lebih terperinciANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A
ANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A320-200 Abyan Fadhil 1, H. Abu Bakar, MSAE 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI APU (Auxiliary
Lebih terperinciANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING
ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING 737-300 Sri Mulyani Jurusan Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto Yogyakarta srimulyani042@gmail.com
Lebih terperinciKERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota
BAB III PEMBAHASAN 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota 3.1 Dasar Pengertian Governor Governor adalah suatu benda atau alat penggerak mekanik variable propeller pada pesawat untuk
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA
BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.
Lebih terperinciLampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ
Lampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ Semua operator yang menjalankan pengoperasian generator harus mengikuti SOP (Standard Operation Procedure) yang telah dibuat dan ditentukan sebagai
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
75 BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis meneliti tentang Analisa BBM Pertamina pada Yamaha Mio M3 dengan membandingkan 3 jenis BBM pertamina yaitu : Premium (RON 88), Pertalite (RON 90),
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses cutting Turbocharger Dalam pengerjaan media pembelajaran dalam sistim Turbocharger, adapun langkah yang dilakukan dalam pengerjaan proses cutting turbocharger. Berikut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin bensin 4-langkah, alat ukur yang digunakan, bahan utama dan bahan tambahan..
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya
Lebih terperinciTURBIN UAP & GAS ANALISA PENGARUH WATER WASH TERHADAP PERFORMANSI TURBIN GAS PADA PLTG UNIT 7 PAYA PASIR PT.PLN SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN SKRIPSI
TURBIN UAP & GAS ANALISA PENGARUH WATER WASH TERHADAP PERFORMANSI TURBIN GAS PADA PLTG UNIT 7 PAYA PASIR PT.PLN SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN SKRIPSI Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
Lebih terperinciCOOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )
COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai maka dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian eksperimental yaitu metode yang dapat dipakai untuk menguji
Lebih terperinciMESIN DIESEL 2 TAK OLEH: DEKANITA ESTRIE PAKSI MUHAMMAD SAYID D T REIGINA ZHAZHA A
MESIN DIESEL 2 TAK OLEH: DEKANITA ESTRIE PAKSI 2711100129 MUHAMMAD SAYID D T 2711100132 REIGINA ZHAZHA A 2711100136 PENGERTIAN Mesin dua tak adalah mesin pembakaran dalam yang dalam satu siklus pembakaran
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies
PEMBAHASAN 1. Mean Effective Pressure 2. Torque And Power 3. Dynamometers 4. Air-Fuel Ratio (AFR) and Fuel-Air Ratio (FAR) 5. Specific Fuel Consumption 6. Engine Effeciencies 7. Volumetric Efficiency 1.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Turbin Gas Turbin gas adalah turbin dengan gas hasil pembakaran bahan bakar di ruang bakarnya dengan temperatur tinggi sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR ENGINE AUXILIARY POWER UNIT (APU) HONEYWELL 131-9B PADA PESAWAT BOEING NEXT GENERATION
TUGAS AKHIR ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR ENGINE AUXILIARY POWER UNIT (APU) HONEYWELL 131-9B PADA PESAWAT BOEING 737-800 NEXT GENERATION Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.
3.1 Diagram Alir Modifikasi BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN Mulai Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z Target Desain Modifikasi Perhitungan Modifikasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4 langkah 100 cc, dengan merk
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan
Lebih terperinciPrinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG
1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Penelitian a. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4 langkah 110 cc seperti dalam gambar 3.1 : Gambar 3.1. Sepeda
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa pengurangan kepekatan asap engine diese (opasitas) ISUZU Panther dengan melakukan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS
PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.H.D.SUNGKONO, M.Eng.Sc. KAPASITAS BESAR Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS Theo
Lebih terperinciAbstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft
Uji Kinerja Motor Bakar Empat Langkah Satu Silinder Dengan Variasi Tinggi Bukaan Katup Pada Sudut Pengapian Sepuluh Derajat Sebelum TMA Dengan Bahan Bakar Pertamax Plus Jhoni Oberton 1, Azridjal Aziz 2
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi: 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari
Lebih terperinciBAB III PROSES ANALISIS SISTEM EFI YAMAHA VIXION. Mulai. Pembuatan Engine Stand. Proses Perbaikan. Pengujian Engine Stand.
BAB III PROSES ANALISIS SISTEM EFI YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses analisis sistem EFI Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.. 3.2. Diagram
Lebih terperinciSpark Ignition Engine
Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Boiler Longchuan Boiler Longchuan adalah boiler jenis thermal yang dihasilkan dari air, dengan sirkulasi untuk menyalurkan panasnya ke mesin-mesin produksi. Boiler Longchuan mempunyai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Garis Besar Penelitian Penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah melakukan pengujian pengaruh putaran mesin terhadap performansi sistem pengkondisian udara
Lebih terperinciDuFI (Durux Fuel Injection)
DuFI (Durux Fuel Injection) created at: april 28 2017 by sugiarto Tentang DuFI DuFI adalah sebuah ECU (Electronic Control Unit) experimental yang digunakan untuk mengatur sistem bahan bakar kendaraan secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Bunsen Burner Alat utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu Bunsen burner Flame Propagation and Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551, yang
Lebih terperinciANALISIS MODUS KEGAGALAN AUXILIARY POWER UNIT GTCP85-129H/J/K
ANALISIS MODUS KEGAGALAN AUXILIARY POWER UNIT GTCP85-129H/J/K Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata I disusun oleh : Boby Rochmiadi 04050014 JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini;
17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini; Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Tungku Gasifikasi
Lebih terperinci1 Gas Turbine Engine 2
1 Gas Turbine Engine 2 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi : 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari
Lebih terperinciBab III. Metodelogi Penelitian
Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Pengujian Pompa Reciprocating Pengujian kinerja pompa ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja pompa setelah proses modifikasi, yang meliputi ketangguhan sistem
Lebih terperinciPengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi
TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi Oleh : Sakti Prihardintama 2105 100 025 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciTOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM
TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM PENDAHULUAN Gambar 3.1 Jumlah bahan bakar yang terbakar pada sebuah engine berhubungan langsung dengan jumlah horsepower dan torque yang dihasilkan. Secara umum,
Lebih terperinciPROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
KAJIAN NUMERIK PENGARUH VARIASI IGNITION TIMING DAN AFR TERHADAP PERFORMA UNJUK KERJA PADA ENGINE MOTOR TEMPEL EMPAT LANGKAH SATU SILINDER YAMAHA F2.5 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG Oleh: Helmi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum
4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin 2.1.1. Penjelasan Umum Motor bensin merupakan suatu motor yang menghasilkan tenaga dari proses pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar. Karena pembakaran ini
Lebih terperinciPEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) A. Pengertian PLTG (Pembangkit listrik tenaga gas) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin dan generator. Turbin dan generator adalah
Lebih terperinciBAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC
BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu
Lebih terperinci1 Gas Turbine Engine 1
1 Gas Turbine Engine 1 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK
BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI VISKOSITAS, TBN DAN KANDUNGAN LOGAM PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVICE MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Peralatan Penelitian Alat percobaan yang digunakan pada percobaan ini bertujuan untuk mengukur temperatur ring pada saat terjadi fenomena flame lift-up maupun blow off, yaitu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada
Lebih terperinciyang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004
24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Suzuki
Lebih terperinciStandard Operating Procedure. Penyalaan Turbin Jetcat P160
Halaman : 1 Tahapan Persiapan adalah sebagai berikut : 1. Letakan turbin pada tesbed (ikuti SOP tesbed) 2. Lakukan Ceklist komponen atau perlengkapan untuk penyalaan turbin jetcat dengan mengisi form 1.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi pengambilan data merupakan ilmu yang mempelajari metodemetode pengambilan data, ilmu tentang bagaimana cara-cara dalam pengambilan data. Dalam bab ini dijelaskan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang
BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA 4.1. Analisa Data 4.1.1. Umum Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai pengontrol dari tenaga hydraulic untuk aileron, rudder,
Lebih terperinciBAB IV. TINGKAT KEBOCORAN yang DIIZINKAN PADA KABIN PESAWAT BOEING Bepergian dengan pesawat terbang sudah meningkat sejak beberapa tahun.
BAB IV TINGKAT KEBOCORAN yang DIIZINKAN PADA KABIN PESAWAT BOEING 747-400 Bepergian dengan pesawat terbang sudah meningkat sejak beberapa tahun. Menurut Federal Aviation AdministrationI, sudah mencapai
Lebih terperinci