BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan cara mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk para penggunanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasa industri. Pengertian mengenai industri tersebut tertuang pada UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian (Siswoyo, 2014). Pada umumnya, di suatu negara atau daerah yang memiliki tingkat perkembangan perindustrian yang semakin maju membuat semakin banyak jumlah dan macam industri sehingga semakin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan dan pengklasifikasian industri berbeda-beda tergantung pada kriteria yaitu bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Menurut beberapa ahli geografi ekonomi seperti Renner, Alexander, dan Robbinson menjelaskan bahwa suatu industri yang sedang berkembang ditentukan oleh dua faktor. Faktor tersebut adalah faktor pokok dan faktor tambahan. Faktor pokok tersebut antara lain bahan mentah modal, tenaga kerja, sumber tenaga, transportasi, dan pemasaran. Kegiatan industri yang berada di Indonesia memiliki banyak manfaat yang diperoleh (Puspita, 2012). Manfaat-manfaat yang diperoleh dengan adanya kegiatan industri yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan, menghasilkan barang yang dibutuhkan masyarakat, memperluas lapangan kerja, menghemat devisa negara untuk impor barang dan memperluas kegiatan ekonomi penduduk serta dapat meningkatkan pengetahuan industri masyarakat. Kegiatan industri merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu (Saparuddin, 2012). 1

2 2 Kegiatan ekonomi pada saat ini sangat berkembang dengan cepat. Hal ini terihat pada laporan laju pertumbuhan produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan 2010 menurut provinsi, dalam persentase. Laporan tersebut dapat terlihat pada tabel dan grafik dibawah ini: Tabel 1. 1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Pada Tahun dalam Persentase Provinsi ACEH 3,28 3,85 2,83 1,65 SUMATERA UTARA 6,66 6,45 6,08 5,23 SUMATERA BARAT 6,34 6,31 6,02 5,85 RIAU 5,57 3,76 2,49 2,62 JAMBI 7,86 7,03 7,07 7,76 SUMATERA SELATAN 6,36 6,83 5,4 4,68 BENGKULU 6,85 6,83 6,08 5,49 LAMPUNG 6,56 6,44 5,78 5,08 KEP, BANGKA BELITUNG 6,9 5,5 5,22 4,68 KEP, RIAU 6,96 7,63 7,11 7,32 DKI JAKARTA 6,73 6,53 6,11 5,95 JAWA BARAT 6,5 6,5 6,34 5,06 JAWA TENGAH 5,3 5,34 5,14 5,42 DI YOGYAKARTA 5,21 5,37 5,49 5,18 JAWA TIMUR 6,44 6,64 6,08 5,86 BANTEN 7,03 6,83 7,13 5,47 BALI 6,66 6,96 6,69 6,72 NUSA TENGGARA BARAT -3,91-1,54 5,15 5,06 NUSA TENGGARA TIMUR 5,67 5,46 5,42 5,04 KALIMANTAN BARAT 5,5 5,91 6,04 5,02 KALIMANTAN TENGAH 7,01 6,87 7,38 6,21 KALIMANTAN SELATAN 6,97 5,97 5,36 4,85 KALIMANTAN TIMUR 6,47 5,48 2,72 1,4 KALIMANTAN UTARA ,16 SULAWESI UTARA 6,17 6,86 6,38 6,31 SULAWESI TENGAH 9,82 9,53 9,55 5,11 SULAWESI SELATAN 8,13 8,87 7,63 7,57 SULAWESI TENGGARA 10,63 11,65 7,51 6,26 GORONTALO 7,71 7,91 7,68 7,29 SULAWESI BARAT 10,73 9,25 6,94 8,73 MALUKU 6,34 7,16 5,26 6,7 MALUKU UTARA 6,8 6,98 6,37 5,49 PAPUA BARAT 3,64 3,63 7,39 5,38 PAPUA -4,28 1,72 7,91 3,25 Rata-rata 6,08 6,26 6,11 5,53 Sumber : Badan Pusat Statisik, 2014 Tabel diatas merupakan laju pertumbuhan domestik daerah pada 34 provinsi yang ada di Indoesia. Data tersebut merupakan hasil survey yang didapatkan dari tahun 2011 sampai dengan tahun Berdasarkan tabel diatas, daerah yang memiliki laju pertumbuhan terendah pada tahun 2011 yaitu terdapat di daerah Papua

3 3 yaitu sebesar -4,28%. Selain itu, pada provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki laju pertumbuhan domestik daerah yang sangat kecil dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2011 dan 2012 sebesar -3,91% dan -1,54%. Selain itu, berdasarkan data diatas dapat diketahui pula rata-rata pertumbuhan domestik di seluruh Indonesia pada tahun 2011 sebesar 6,08%, tahun 2012 sebesar 6,26%, tahun 2013 sebesar 6,11% dan tahun 2014 sebesar 5,53%. Persentase ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEP, BANGKA BELITUNG KEP, RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN UTARA SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA Gambar 1. 1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Pada Tahun dalam Persentase Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 Pada tabel dan grafik tersebut, terlihat bahwa laju pertumbuhan perekonomian per regional atau daerah di seluruh Indonesia berfluktuasi. Pada tahun 2012 pada daerah Sulawesi Tenggara mimiliki tingkat laju pertumbuhan domestik regional bruto tertinggi yaitu sebesar 11,65%. Di beberapa daerah seperti Nusa Tenggara Barat dan Papua memiliki laju pertumbuhan domestik regional bruto pada tahun 2011 di bawah rata rata yaitu menyentuh angka -4%. Selain itu, perkembangan dalam dunia bisnis semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung naik dan turun. Hal ini membuat persaingan antar bisnis menjadi meningkat sangat tajam. Dengan meningkatnya

4 4 persaingan bisnis, perusahaan dituntut untuk selalu memberikan perhatian khusus pada kebutuhan dan keinginan konsumen dalam usaha pemenuhan harapan para konsumen. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kepuasan yang lebih kepada para konsumen daripada yang dilakukan oleh para pesaing. Terdapat beberapa faktor untuk selalu dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen. Selain itu, terdapat pula beberapa faktor untuk memenangkan kompetisi bisnis dengan para pesaing. Salah satu faktor tersebut yaitu mengenai kualitas. Kualitas merupakan hal penting yang harus selalu diperhatikan oleh perusahaan. Kualitas (quality) dibedakan ke dalam dua dimensi yaitu kualitas dari perspektif pasar dan kualitas kinerja (Cateora & Graham, 2007). Kedua konsep kualitas tersebut sangat penting, namun pandangan konsumen atas kualitas produk lebih banyak berhubungan dengan kualitas dari perspektif pasar dibandingkan dengan kualitas hasil. Kualitas sangatlah luas, tidak hanya mengenai kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan, tetapi juga mengenai kualitas karyawan maupun produktivitas yang ada. Salah satu kualitas yang harus selalu diperhatikan oleh perusahaan adalah mengenai kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas yang baik dihasilkan dari proses produksi yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan berdasarkan keinginan dan kebutuhan pasar. Pada setiap perusahaan yang melakukan proses produksi akan menghasilkan suatu jenis produk. Hasil produk tersebut, tidak lepas kaitannya dengan produk defect. Produk defect merupakan kegagalan pada hasil produksi. Adanya produk defect dalam hasil proses produksi sangat berpengaruh pada pemasaran hasil produk. Hal tersebut dikarenakan tingginya persaingan dan kemampuan penilaian kosumen terhadap mutu produk, kualitas produk, dan harga. Oleh sebab itu, perusahaan harus mampu menghasilkan produk dengan defect sekecil mungkin. Terdapat berbagai cara untuk mengurangi produk defect, yaitu dengan menggunakan metode-metode dalam pengendalian kualitas. Metode-metode tersebut yaitu dengan metode seven tools, PDCA (Plan-Do-Check-Act), DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control), DMADV (Define-Measure-Analyze-Design-Verify), taguchi concept dan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) (Nugroho, 2007). Berdasarkan hal-hal yang telah penulis ungkapkan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian bisnis pada PT. Aji Hero Amamindo. Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang terletak di daerah Bogor Jawa Barat. Alasan penulis menggunakan

5 5 perusahaan tersebut karena pasar industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) beberapa tahun terakhir ini semakin berkembang seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Saat ini masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar tidak dapat lepas dari AMDK. Menurut pernyataan ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) Hendro Borneo mengatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk Indonesia menjadi pendorong utama konsumsi AMDK terus naik. Selain itu, kenaikan konsumsi AMDK juga didorong oleh tren gaya hidup masyarakat saat ini yang ingin serba praktis yakni dengan memilih AMDK daripada harus kesulitan memasak air sendiri (Mahadi, 2013). Konsumsi AMDK di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan. Berikut adalah data pertumbuhan konsumsi AMDK di Indonesia dari tahun Tabel 1. 2 Volume Penjualan AMDK (Miliar Liter) Tahun Volume Penjualan AMDK , , , , , ,1 Sumber : data ASPADIN, 2014 Pada tabel diatas menunjukkan tingkat volume penjualan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) setiap tahun. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan volume penjualan setiap tahun mulai dari tahun 2009 sampai tahun Pada tahun 2009 volume penjualan AMDK sebesar 12,8 miliar liter, tahun 2010 volume penjualan AMDK sebesar 14,5 miliar liter, tahun 2011 volume penjualan AMDK sebesar 17,9 miliar liter, tahun 2012 volume penjualan AMDK

6 6 sebesar 18,8 miliar liter, tahun 2013 volume penjualan AMDK sebesar 20,3 miliar liter, dan tahun 2014 volume penjualan AMDK sebesar 23,1 miliar liter. Data tersebut diambil berdasarkan data dari Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (ASPADIN). Gambar 1. 2 Volume Penjualan AMDK (Miliar Liter) Sumber : data ASPADIN, 2014 Pada tabel dan grafik diatas menunjukkan bahwa konsumsi AMDK tumbuh rata-rata 12,5% per tahun selama ASPADIN mencatat volume penjualan AMDK pada tahun 2009 sebesar 12,8 miliar liter dan meningkat menjadi 23,1 miliar liter pada tahun Volume penjualan terendah yaitu terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 12,8 miliar liter dan volue penjulan terbesar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 23,1 miliar liter. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat akan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) terus meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat tersebut mengharuskan para perusahaan air minum untuk meningkatkan produksi dan juga harus meningkatkan kualitas produk AMDK tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum kemasan. Produk yang dihasilkan oleh PT. Aji Hero Amamindo adalah AMDK berupa kemasan dalam bentuk cup, botol dan galon. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan oleh penulis, kualitas produk AMDK yang dihasilkan oleh PT. Aji Hero Amamindo sudah cukup baik, akan tetapi dalam proses produksinya masih saja

7 7 terdapat jumlah produk reject karena adanya defect yang ada pada produk tersebut. Pada saat ini, perusahaan hanya menggunakan metode untuk menghitung produk cacat dengan berdasarkan temuan real di pabrik. Hal ini dilakukan dengan cara memperhatikan raw material sebelum proses produksi, memperhatikan produk selama proses produksi dan setelah proses produksi. Apabila terdapat produk yang cacat maka langsung di data pada kertas kosong yang disediakan oleh perusahaan. Berikut adalah data jumlah produksi dan produk reject selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2015 yang diperoleh dari PT. Aji Hero Amamindo. Tabel 1. 3 Data Hasil Produksi dan Defect Januari 2015 Desember 2015 Cup ( Per Karton Isi 48 pcs) Botol ( Per Karton Isi 24 pcs ) Galon ( Per Galon 1 pcs) No. Bulan Jumlah Produksi (unit) Jumlah (unit) Reject % Jumlah Produksi (unit) Jumlah (unit) Reject % Jumlah Produksi (unit) Jumlah (unit) Reject % 1. Januari , , ,1 2. Februari , , ,6 3. Maret , , ,7 4. April , , ,9 5. Mei , , ,6 6. Juni , , ,0 7. Juli , , ,2 8. Agustus , , ,6 9. September , , ,9 10. Oktober , , ,7 11. November , , ,2 12. Desember , , ,9 TOTAL , , ,87 Sumber : Pengolahan Data, 2015 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa setiap bulan selama tahun 2015 hasil produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dari berbagai jenis mengalami reject.

8 8 Produk yang mengalami reject merupakan produk yang tidak memenuhi standarisasi dari produk itu sendiri. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa selama tahun 2015 memiliki total air minum yang mengalami reject pada kemasan cup sebesar unit, pada kemasan botol sebesar unit, dan pada kemasan galon sebesar 480 unit. Hal ini menunjukkan bahwa kecacatan yang terbesar terjadi pada air minum kemasan botol sebesar unit atau sebesar 1,08%. Gambar 1. 3 Jumlah Produk Reject Januari 2015 Desember 2015 Sumber : Pengolahan Data, 2015 Berdasarkan tabel dan grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa dari hasil produksi Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) dalam berbagai jenis yang dilakukan oleh perusahaan masih banyak yang menghasilkan produk reject disetiap bulannya selama tahun Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) jenis botol memiliki jumlah produk reject terbanyak dibandingkan dengan jenis cup dan galon. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan memerlukan penanganan lebih lanjut mengenai produk reject yang telah dialami. Oleh sebab itu, penelitian ini hanya difokuskan pada jumlah produk yang memiliki kecatatan terbanyak yaitu pada kemasan jenis botol. Kualitas pada setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus diperhatikan. Jika kualitas produk yang dihasilkan tidak diperhatikan oleh perusahaan, maka kemungkinan perusahaan tersebut sulit untuk bersaing dengan

9 9 perusahaan lainnya. Selain itu, hasil produk yang tidak diperhatikan oleh perusahaan dapat memungkinkan perusahaan mengeluarkan biaya ekstra terhadap kualitas produk. Hal ini disebabkan karena adanya biaya perbaikan terhadap pengembalian produk defect sehingga perusahaan harus menanggugnya. Maka dari itu, perusahaan harus segera melakukan pengurangan pada produk defect agar tidak kehilangan citra perusahaan di mata masyarakat yang berdampak pada menurunnya loyalitas dan profitabilitas perusahaan. Selain itu, agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain dan memuaskan para pelanggan. Hal ini dapat dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan metode seven tools dan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Metode tersebut merupakan alat-alat penyelesaian dalam hal pengendalian kualitas. Seven tools adalah alat-alat yang digunakan oleh organisasi untuk melakukan pengendalian kualitas. Alat pada seven tools analysis akan terbukti berguna dalam banyak penyelesaian program yang ada. Ketujuh alat ini terdiri atas flowchart, check sheet, histogram, scatter diagram, control charts, pareto diagram dan cause and effect diagram atau fishbone analysis (Heizer & Render, 2014). Seven tools merupakan alat sederhana yang dapat digunakan oleh setiap professional untuk memudahkan dalam pengendalian kualitas pada proses perbaikan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan flowchart, check sheet, histogram, scatter diagram, control charts, pareto diagram dan cause and effect diagram atau fishbone analysis. Flowchart adalah sebuah deskripsi visual suatu pada suatu proses. Cause and effect diagram adalah sebuah brainstorming untuk pemecahan masalah. Check sheets dan pareto diagram adalah sebuah alat yang berdasarkan pikiran. Histogram, scatter diagram dan control charts merupakan satu-satunya alat statistik dalam bentuk daftar. (Chauhan, Shah, & Bhatagalikar, 2013) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metodologi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan dari efek yang ditimbulkan pada proses produksi dan mengidentifikasi solusi-solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Faktor penilaian dalam FMEA terdiri atas Severity (S), Occurance (O), Detection (D) dan Risk Priority Number (RPN) (Laricha, Rosehan, & Cynthia, 2013). Dari berbagai masalah dan kendala yang ada pada PT. Aji Hero Amamindo, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengurangan Jumlah Produk Defect dengan Metode Seven Tools dan Failure Mode and Effect Analysis

10 10 (FMEA) pada PT. Aji Hero Amamindo. Penelitian ini menggunakan metode seven tools karena metode ini merupakan alat statistik dalam pengendalian kualitas untuk mengetahui akar permasalahan terhadap produk yang mengalami cacat dan juga dapat mengetahui akar penyebab-penyebab terjadinya cacat. Selain itu, metode FMEA digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab-penyebab terjadinya cacat dan meberikan solusi-solusi dari penyebab-penyebab tersebut. Pemilihan dalam penggunaan metode tersebut diharapkan nantinya memberikan solusi yang terbaik untuk perusahaan agar dapat meminimalkan atau mengurangi hasil produk defect. Solusi tersebut dilakukan dengan cara analisa penyebab-penyebab hasil produk defect yang dialami oleh perusahaan. 1.2 Formulasi Masalah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada PT. Aji Hero Amamindo, maka masalah-masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kecacatan produksi air minum dalam kemasan (AMDK) pada PT. Aji Hero Amamindo? 2. Apa solusi terbaik yang dapat memberikan rekomendasi kepada PT. Aji Hero Amamindo dalam mengurangi penyebab defect produksi? 1.3 Ruang Lingkup Karena permasalahan yang ada dalam perusahaan sangat luas, dan agar pembahasan permasalahan bisa lebih terarah, maka akan ditentukan batasan masalah yang akan di bahas. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada proses produksi pembuatan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) botol. 2. Faktor-faktor lingkungan, mesin, materials dan manusia yang berpengaruh pada proses produksi. 3. Data yang digunakan adalah data produksi dan data jumlah kecacatan selama bulan Januari-Desember tahun Metode yang digunakan adalah metode pengendalian kualitas seven tools dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini yaitu :

11 11 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kecacatan produksi air minum dalam kemasan botol pada PT. Aji Hero Amamindo. 2. Untuk mengetahui solusi terbaik yang dapat memberikan rekomendasi kepada PT. Aji Hero Amamindo dalam mengurangi penyebab cacat produksi. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan Memberikan gambaran tentang faktor faktor yang menjadi penyebab timbulnya produk defect serta dapat memberikan masukan yang terbaik untuk perusahaan agar dapat mengurangi produk defect. 2. Bagi Penulis Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmuilmu manajemen operasional khususnya pada metode seven tools untuk memecahkan masalah-masalah riil dalam dunia industri.

12 State of the Art State of the art adalah segala usaha yang dilakukan oleh penulis untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. State of the art memuat uraian sitematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut. Berikut adalah deskripsi tentang hasil penelitian sebelumnya yang berasal dari jurnal ilmiah: Tabel 1. 4 State of the Art No. Nama Penulis Jurnal Keterangan 1. Sulaman Muhammad Journal of Engineering Research and Applications ISSN : , Vol. 5, Issue 4, ( Part -4) April 2015, pp Quality Improvement Of Fan Manufacturing Industry By Using Basic Seven Tools Of Quality: A Case Study Penelitian ini merupakan pengumpulan data pada produk defect dengan berbagai tipe. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengurangi masalahmasalah pada proses produksi dengan menggunakan seven basic tools. 2. Chiragkumar S. Chauhan 1), Sanjay C. Shah 2), Shrikant P. Bhatagalikar 3) IJSRD - International Journal for Scientific Quality Improvement By Apply Seven Quality Control (7 QC) Tool in Process Industry Berisikan tentang dedikasi untuk menyajikan konsep dasar pada perbaikan proses dan untuk menunjukkan bagaimana basic quality tools dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan meningkatkan

13 13 No. Nama Penulis Jurnal Keterangan Research & Development Vol. 1, Issue 10, 2013 ISSN (online): Mohamed Aichouni and Member SQC International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS Vol:12 No:05 4. Rakesh.R 1), Bobin Cherian Jos 2), George Mathew 3) International Journal of Engineering Science and Innovative Technology (IJESIT) Volume 2, Issue 2, March 2013 ISSN: ISO 9001:2008 Certified On the Use of the Basic Quality Tools for the Improvement of the Construction Industry: A Case Study of a Ready Mixed Concrete Production Process FMEA Analysis for Reducing Breakdowns of a Sub System in the Life Care Product Manufacturing Industry kualitas dalam organisasi modern. Pendekatan inovatif dibahas pada pengajaran konsep-konsep dan alat-alat yang digunakan. Makalah ini didedikasikan untuk membuat review dari konsep dasar pada perbaikan proses dan untuk menunjukkan manfaat menerapkan konsepkonsep ini dalam proyekproyek perbaikan perusahaan konstruksi. Membahas mengenai Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) untuk meningkatkan keandalan pada sub sistem untuk memastikan produktivitas dapat meningkatkan bottom line pada industri manufaktur. 5. Cyrilla Indri Parwati 1), Rian Mndar Sakti 2) Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Kualitas Produk Cacat dengan Pendekatan Kaizen dan Analisis Masalah Membahas mengenai peningkatan dan pengendalian kualitas produksi yang memerlukan komitmen untuk

14 14 No. Nama Penulis Jurnal Keterangan Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X dengan Seven Tools perbaikan yang melibatkan antara faktor manusia (motivasi) dan faktor mesin (teknologi). 6. Lithrone Laricha 1), Rosehan 2) dan Cynthia 3) Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2013), Vol. 1 No. 2, Usulan Perbaikan Kualitas dengan Penerapan Metode Six Sigma dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) pada Proses Produksi Roller Conveyor MBC DI PT XYZ Membahas mengenai usulan perbaikan untuk perusahaan dengan menggunakan metode Six Sigma dengan DMAIC sedangkan faktor kegagalan proses dianalisis dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). Berdasarkan penelitian penulis yaitu Pengurangan Jumlah Produk Defect dengan Metode Seven Tools pada PT. Aji Hero Amamindo, maka pada penelitian ini diperoleh hasil lima jenis kecacatan pada produk AMDK berupa botol. Dari kelima jenis kecacatan tersebut, diambil tiga jenis permasalahan yang memiliki jumlah terbesar dalam keseluruhan kecacatan yang ada dengan bantuan diagram pareto. Jenis permasalahan tersebut yaitu kerusakan pada tutup botol, botol, dan label. Dalam proses analisa pengurangan jumlah kecacatan pada ketiga jenis permasalahan tersebut, ditemukan empat faktor penyebab kecacatan terjadi yaitu manusia, lingkungan, mesin, dan material. Dengan melakukan analisis menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) maka dapat ditemukan prioritas perbaikan pada penyebab kecacatan yang terjadi sehingga dapat menurunkan tingkat kecacatan produksi.

15

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Pulau Jawa dan di Luar Pulau Jawa. Lokasi *)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Pulau Jawa dan di Luar Pulau Jawa. Lokasi *) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ekonomi di duniasemakin kreatif dan kompetitif. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan yang terus bermunculan serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini perkembangan jumlah perusahaan industri yang ada di Indonesia dari berbagai jenis industri mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak menentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR ii. DAFTAR ISI..iv. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR.ix. DAFTAR LAMPIRAN..x. 1.1 Latar Belakang Masalah..

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR ii. DAFTAR ISI..iv. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR.ix. DAFTAR LAMPIRAN..x. 1.1 Latar Belakang Masalah.. ABSTRAK Usaha untuk tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan salah satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh pihak CV.X agar produknya dapat bersaing di pasaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai agar konsumen mau menerima hasil dari proses produksi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai agar konsumen mau menerima hasil dari proses produksi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada persaingan dunia industri tidak terjadi dalam kurun waktu yang singkat dan sesaat. Persaingan industri akan terus berlanjut selama permintaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. 1 Jumlah Perusahaan di Indonesia Persentase Perubahan Tahun Jumlah Perusahaan (%)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. 1 Jumlah Perusahaan di Indonesia Persentase Perubahan Tahun Jumlah Perusahaan (%) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan berbagai industri dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan yang tidak menentu akibat dari adanya persaingan antar perusahaan ataupun dari faktor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam menjalankan proses produksi produk.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam menjalankan proses produksi produk. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi perkembangan teknologi yang semakin maju dan pesatnya kondisi pasar industri menuntut perusahaan harus mampu memberikan kepuasaan kepada para konsumen.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB PEN EN A D HU LU N 1.1 Lat L ar B l e ak G mb m ar 1.1

BAB PEN EN A D HU LU N 1.1 Lat L ar B l e ak G mb m ar 1.1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, serta sistematika penulisan dalam laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Industri Air Minum Dalam Kemasan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO SKRIPSI Disusun oleh : SABRINA DWI C 0632010035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 57 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan seperti tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Jenis-jenis Penelitian menurut Tujuan, Metode,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : SOLYKHUL ANWAR 0532015018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis, 75% dari wilayah Indonesia merupakan laut,dan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terkenal sebagai negara maritim dan agraris. Perikanan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BPFE, Yogyakarta, 1999, hlm T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. BPFE, Yogyakarta, 1999, hlm T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang diterapkan dibidang industri manufaktur dapat mengakibatkan perubahanperubahan yang sangat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Strada Arah Sarana (MSA) adalah perusahaan ban penumpang (Passenger Car) radial dan truk ringan (Light Truck) radial yang memiliki tiga merek yaitu Achilles, Corsa dan Strada. Namun dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN SKRIPSI Oleh : YONATHAN KURNIAWAN 0532015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sekarang ini, kebutuhan minum teh secara praktis sedang meningkat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah produksi sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kualitas produk menjadi salah satu topik yang menjadi perhatian utama bagi setiap industri. Setiap industri baik yang berskala kecil maupun skala besar memiliki perhatian khusus

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS ATRIBUT KEMASAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN

PENGENDALIAN KUALITAS ATRIBUT KEMASAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN PENGENDALIAN KUALITAS ATRIBUT KEMASAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN Ni Wayan Anik Satria Dewi 1, Sri Mulyani 2, I Wayan Arnata 2 Email

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... ABSTRAK.. ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv viii ix x xv

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung terhadap aliran proses produk dan pengumpulan data-data yang dibutuhkan di PT XYZ. Data-data tersebut kemudian

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia: Produksi (juta ton metrik)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia: Produksi (juta ton metrik) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prospek industri kelapa sawit kini semakin cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar dunia. Sektor ini akan semakin strategis karena berpeluang besar

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma 3 2.6771 2.5 2.2074 2.3429 2.4171 2 No. Jenis Komponen %Defect DPO DPMO Nilai Sigma 1 Plate 0.48 0.24 240000 2.2074 2 Bracket 0.40 0.2 200000 2.3429 3 Stiffener 0.24 0.12

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA Faisal Waisul Kurni Rusmana 1), Syarif Hidayat. 2), 1),2) Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X )

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) Oleh : CHANDRA SARIPUTTRA 0732015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme dalam usaha bisnisnya. Agar perusahaan dapat bertahan hidup

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK VELG MOBIL JENIS DAVINO DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. PRIMA ALLOY STELL SIDOARJO SKRIPSI Oleh : ABDUL HAMID 0532010040 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak.

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk hasil pertanian, umumnya rawan akan kerusakan saat pengolahan maupun saat penanganan bahannya. Untuk menghindari hal tersebut, setiap perusahaan akan menerapkan

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015 No. 10/02/14/Th. XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 0,22 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pertumbuhan Industri Minuman Ringan Siap Saji di Indonesia Sumber: Asosiasi Industri Minuman Ringan, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pertumbuhan Industri Minuman Ringan Siap Saji di Indonesia Sumber: Asosiasi Industri Minuman Ringan, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Dalam beberapa tahun terakhir, industri air mineral dalam kemasan mengalami perkembangan yang cepat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan merek

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Peta kendali P, Histogram, Pareto, diagram sebab- akibat. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK ABSTRAK. Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Peta kendali P, Histogram, Pareto, diagram sebab- akibat. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ABSTRAK PD Jaya Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang harus berjuang untuk mempertahankan produknya laku dipasaran. Upaya yang dilakukan selama ini adalah dengan mempertahankan kualitas produk

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Usaha makanan/kuliner merupakan jenis usaha yang sangat menjanjikan. Hal ini disebabkan makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Usaha ini banyak sekali

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan kegiatan utama dalam perusahaan industri manufaktur. Tingkat efektifitas dan efisiensi berproduksi dituntut memiliki nilai yang tinggi.

Lebih terperinci