BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia: Produksi (juta ton metrik)

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prospek industri kelapa sawit kini semakin cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar dunia. Sektor ini akan semakin strategis karena berpeluang besar dan menjadi pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Hanya beberapa industri di Indonesia yang menunjukkan perkembangan secepat industri minyak kelapa sawit dalam 15 tahun terakhir. Pertumbuhan ini tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari Indonesia dan juga pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Didorong oleh permintaan global yang terus meningkat dan untung yang juga naik, budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil maupun para pengusaha besar di Indonesia (dengan imbas negatif pada lingkungan hidup dan penurunan jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena banyak petani beralih ke budidaya kelapa sawit). Sebagian besar produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor (lihat di tabel di bawah). Negara-negara tujuan ekspor yang paling penting adalah Republik Rakyat Tionghoa, India, Malaysia, Singapura, dan Belanda. Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia: ¹ Produksi (juta ton metrik) Ekspor (juta ton metrik) n.a Ekspor (dalam USD milyar) n.a menunjukkan prognosis Sumber: Food and Agriculture Organization of the United Nations, Indonesian Palm Oil Producers Association (Gapki) and Indonesian Ministry of Agriculture 1

2 2 Dari data di atas Pengembangan usaha kelapa sawit sangat menjanjikan dan menjadi peluang yang cukup besar, hal ini dapat di lihat dengan adanya permintaan yang meningkat setiap tahunnya. Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah industri kunci bagi perekonomian Indonesia: ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa yang penting dan industri ini memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia. Hampir 70% perkebunan kelapa sawit terletak di Sumatra, tempat industri ini dimulai sejak masa kolonial Belanda. Sebagian besar dari sisanya - sekitar 30% - berada di pulau Kalimantan. 1. Sumatra 2. Kalimantan Menurut data dari Kementerian Pertanian Indonesia, jumlah total luas area perkebunan sawit di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar 8 juta hektar; dua kali lipat dari luas area di tahun 2000 ketika sekitar 4 juta hektar lahan di Indonesia dipergunakan untuk perkebunan kelapa sawit. Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun Perkebunan milik pemerintah memiliki peran yang menengah dalam industri minyak sawit sementara perusahaan-perusahaan besar (seperti Wilmar Group dan Sinar Mas) memproduksi sekitar setengah dari total produksi minyak kelapa sawit Indonesia. Para petani skala kecil memproduksi sekitar 35% dan kebanyakan petani kecil ini sangat rentan keadaannya apabila terjadi penurunan harga minyak kelapa sawit dunia. Perusahaan-perusahaan sawit di Indonesia berencana untuk melakukan investasiinvestasi besar untuk meningkatkan kapasitas penyulingan minyak sawit. Hal ini sesuai

3 3 dengan ambisi Pemerintah untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dari sumber daya dalam negeri. Indonesia selama ini berfokus pada ekspor minyak sawit mentah (dan bahan baku mentah lainnya) namun telah mengubah prioritasnya untuk mengolah produk-produknya supaya memiliki harga jual yang lebih tinggi. Untuk meningkatkan perkembangan di industri hilir, pajak ekspor untuk produk minyak sawit yang telah disuling telah dipotong dari 25% menjadi 10% di Pajak ekspor minyak sawit mentah (CPO) berada di antara 0%-22,5% tergantung pada harga minyak sawit internasional. Indonesia memiliki mekanisme otomatis sehingga ketika harga CPO lokal dan internasional jatuh di bawah 750 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton, pajak ekspor dipotong menjadi 0%. Kapasitas penyulingan di Indonesia diharapkan untuk melompat menjadi 45 juta ton per tahun pada akhir 2014, naik dari 30,7 juta ton pada 2013, dan lebih dari dua kali lipat kapasitas di tahun 2012 yaitu 21,3 juta ton. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan bahwa Indonesia memiliki target jangka panjang untuk memproduksi 40 juta ton CPO per tahun mulai dari tahun 2020 karena Pemerintah ingin meningkatkan peran CPO dalam ekonomi domestik di tengah terus meningkatnya permintaan dunia akan CPO (meningkat sekitar 5 juta ton setiap tahunnya). Pertumbuhan yang baik ini, tentu menjadi peluang yang menjanjikan bagi mereka pelaku industri minyak kelapa sawit Dalam realitanya. PT. Adithya Seraya Korita merupakan perusahaan yang bergerak di dalam bidang industri kelapa sawit dengan kegiatan utamanya mengolah bahan baku menjadi minyak yang sudah jadi. Perusahaan ini terletak di wilayah Jakarta Barat, perusahaan ini sudah berdiri selama 22 tahun dari tahun Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan perusahaan memiliki permasalahan dimana tingkat kualitas produksi perusahaan secara keseluruhan dapat dilakukan dengan penurunan jumlah produkyang mengalami kerusakan atau cacat pada produk serta dapat menghilangkan pemborosan berupa pengerjaan ulang akibat kerusakan produk secara terus menerus dengan demikian proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan dan kualitas ini berarti menghidarkan dari terjadinya pemborosan dan efisiensi sehingga ongkos produksi akan menjadi rendah.

4 4 Tabel 1.1 Data cacat dari perusahaan PT. Adhitya Seraya Korita Pada bulan January -July 2012 No Produk Total Produksi (Tonase) Total cacat (tonase) Persentasi kecacatan (%) 1 Kernel 6, % 2 Crude Palm Oil 36,336 6, % Sumber : Data Sekunder PT. Adithya Seraya Korita, 2015 Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu diadakan suatu penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor kontrol yang berpengaruh terhadap CPO (Crude Palm Oil) dan untuk mendapat setting terbaik dalam menghasilkan produk yang diharapkan yaitu melakukan analisa perbaikan kualitas dengan metode seven tools dan FMEA. Metode seven tools dan FMEA digunakan untuk prosedur percobaan perancangan parameter yang menyatakan nilai-nilai atau setting dari variabel yang dapat dikendalikan dan ditetapkan agar variasi yang disebabkan oleh beberapa variabel gangguan dapat diminimalkan. Dengan melakukan penelitian menggunakan metode seven tools dan juga dengan metode FMEA ini, diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dan cara menangulangi kualitas dari proses terhadap setting (Crude Palm Oil) dan juga menghasilkan kombinasi setting yang lebih baik yang memberikan kualitas CPO (Crude Palm Oil) yang diinginkan konsumen serta memberikan peningkatan kualitas terhadap produk yang dihasilkan sehingga pada akhirnya dapat mendukung perusahaan dalam pencapaian target rendemen yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun tugas akhir S1 yaitu skripsi dengan judul ANALISA PERBANDINGAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA PADA PT. ADITHYA SERAYA KORITA.

5 5 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan utama yang terjadi pada PT. Adithya Seraya Korita seperti yang sudah dijelaskan di atas, sehingga untuk dapat mengetahui kualitas hasil CPO oleh PT. Adhitya Seraya Korita, sehingga dapat membantu perusahaan dalam menentukan jumlah permintaan persediaan barang dengan menggunakan 2 metode yaitu seven tools dan FMEA. Dengan demikian permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah yang menjadi penyebab kecacatan produksi Minyak CPO pada PT.Adithya Seraya Korita? 2. Manakah faktor-faktor yang paling mempengaruhi pengendalian kualitas produk dengan menggunakan tujuh alat pengendalian kualitas (seven tools dan FMEA) pada PT. Adhitya Seraya Korita.? 3. Bagaimana solusi terbaik dari dua metode yang dapat direkomendasikan kepada PT. Adhitya Seraya Korita dalam mengurangi penyebab cacat produksi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah melakukan pengendalian kualitas produk minyak kelapa sawit (CPO) pada PT. Adhitya Seraya Korita dengan menerapkan seven tools dan FMEA. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui cara Apakah yang menjadi penyebab kecacatan produksi Minyak CPO pada PT.Adithya Seraya Korita 2. Untuk mengetahui manakah faktor-faktor defect yang mempengaruhi pengendalian kualitas produk dengan menggunakan tujuh alat pengendalian kualitas (seven tools) pada PT. Adithya Seraya Korita. 3. Untuk mengetahui solusi terbaik dari dua metode yang dapat direkomendasikan kepada PT. Adhitya Seraya Korita dalam mengurangi penyebab cacat produksi.

6 6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Perusahaan 1. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang tingkat kualitas produk yang dihasilkan perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan strategi perusahaan yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang akan diterima oleh perusahaan. 2. Untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor kecacatan yang mempengaruhi pengendalian kualitas produk dengan menggunakan tujuh alat pengendalian kualitas (seven tools) dan Metode FMEA pada PT. Adithya Seraya Korita. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi kecacatan produk yang muncul dalam produksi pembuatan minyak kelapa sawit di PT. Adithya Seraya Korita Manfaat Bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti adalah sebagai berikut : 1. Penulis dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan. 2. Penulis mampu mengembangkan kemampuan dalam menganalisis kejadian dalam kehidupan ekonomi yang sebenarnya.

7 7 1.5 State of Art Tabel 1.2 State of The Art Metode Penelitian Seven Quality Control (7 QC) Seven Quality Control (7 QC) defect, Seven Tools of Quality, Men, Machine Jurnal Nama Pengarang Hasil Penelitian Basic Quality Mirko Soković, Jelena Seven basic quality tools (7QC tools) is Tools in Jovanović, Zdravko presented. It is shown that 7QC tools can be Continuous Krivokapić, Aleksandar used in all process phases, from the beginning Improvement Vujović (2009) of a product development up to management Process of a production process and delivery. It is further shown how to involve 7QC tools in some phases of continuous improvement process (PDCA-cycle), Six Sigma (DMAIC) and Design for Six Sigma (DMADV) methodologies, and Lean Six Sigma. Quality Chiragkumar S. The aim of the research was to show on Improvement By Chauhan, Sanjay C. practical examples that there is real Apply Seven Shah, Shrikant P. possibility of application of 7QC tools. Quality Control Bhatagalikar (2013) Conducted research has shown that there is (7 QC) Tool in possibility of systematic application of all of Process Industry the 7QC tools in the frame of companies overall quality management system. The paper is dedicated to present basic concepts on process improvement and to show how the basic quality tools can be used to solve problems and improve quality in modern organizations. An innovative approach on teaching these concepts and tools is discussed. Finally, a personal contribution in the area of quality tools is presented. Penurunan Gerry; Dyah Budiastuti Upaya perbaikan terus menerus (continuous Jumlah Cacat improvement) diperlukan agar perusahaan Produksi tidak mengalami kerugian maupun cost of Pendekatan quality yang akan muncul

8 8 Seven Tools of di kemudian hari. Untuk mencapai hal Quality tersebut, pendekatan seven tools of quality digunakan dalam upaya perbaikan-perbaikan serta pengurangan tingkat kesalahan maupun kecacatan dalam proses produksinya. Penelitian menemukan delapan jenis kecacatan pada kardus yang terjadi selama proses produksi. Dari delapan jenis kecacatan tersebut, dengan bantuan diagram pareto tiga jenis permasalahan mengambil peran terbesar dari keseluruhan permasalahan yang ada. Seven Tools Analisis Vera Devani dan PKS XYZ merupakan perusahaan yang Kehilangan Marwiji (2014) bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit. Minyak Pada Produk yang dihasilkan adalah Crude Palm Crude Palm Oil Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). (CPO) Dengan Tujuan penelitian ini adalah menganalisa Menggunakan kehilangan minyak (oil losses) dan faktor- Metode faktor penyebab dengan menggunakan metode Statistical Statistical Process Control. Statistical Process Process Control Control adalah sekumpulan strategi, teknik, dan tindakan yang diambil oleh sebuah organisasi untuk memastikan bahwa strategi tersebut menghasilkan produk yang berkualitas atau menyediakan pelayanan yang berkualitas. Sampel terjadinya oil losses padacpo yang diteliti adalah tandan kosong (tankos), biji (nut), ampas (fibre), dan sludge akhir. Berdasarkan Peta Kendali I-MR dapat disimpulkan bahwa kondisi keempat jenis oil losses CPO berada dalam batas kendali dan konsisten. Sedangkan nilai Cpk dari total oil losses berada di luar batas kendali ratarataproses, hal ini berarti CPO yang diproduksi telah memenuhi kebutuhan pelanggan, dengan total oil losses kurang dari batas maksimum yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 1,65%.

9 Sumber : Penulis,2015 9