BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat para ahli. Beberapa pendapat ahli ini mengkaji objek yang sama. Pembahasan teori ini berisi tentang hakikat matematika, pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), minat belajar peserta didik, dan hasil belajar matematika, serta media pembelajaran geoboard dan benda manipulatif Hakikat Matematika Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sebagaimana pendapat Paling yang dikutip Mulyono (2008: 203) bahwa matematika adalah suatu cara yang digunakan untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara mencari informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung. Susanto (2013:183) juga menyatakan pendapatkan tentang matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat seseorang. Matematika juga digunakan untuk memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dalam dunia kerja, selain itu matematika mampu untuk memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun menurut Russel dalam Uno (2008: 129) mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Sedangkan Kline (1981) dalam Mulyono, matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan serta fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. 7

2 Cornelius dalam Mulyono (2012: 204) berpendapat matematika perlu diajarkan kepada peserta didik, yaitu karena matematika merupakan (a) sarana peserta didik untuk berpikir yang jelas dan logis, (b) sarana untuk memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari/ di dunia nyata, (c) sarana untuk mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (d) sarana untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, dan (e) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya yang ada di lingkungan sekitar. Sebagaimana Cornelius, Cockroft dalam Mulyono (2012: 204) juga berpendapat bahwa matematika perlu diajarkan kepada peserta didik, ini karena matematika (a) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (b) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (c) sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (d) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (e) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, (f) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu bidang ilmu yang digunakan sebagai suatu bahasa untuk berkomunikasi, berpikir dan bernalar yang logis serta sebagai alat untuk memecahkan masalah yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan tentu memiliki beberapa tujuan untuk peserta didik. Beberapa tujuan khusus pembelajaran matematika di sekolah dasar (Depdiknas dalam Susanto, 2013: 189) adalah: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika di atas, seorang guru sebaiknya mengkondisikan kelas agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan 8

3 9 peserta didik aktif dalam membentuk, menemukan, mengembangkan pengetahuannya melalui suatu proses belajar dan dapat dikembangkan lebih lanjut Pendekatan Realistic Mathematic Education Pengertian RME Realistic Mathematic Education(RME) merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan atas dasar gagasan Fruedenthal. Menurut Fruedenthal (Wijaya, 2012: 20), mathematics is a human activity. Gagasan tersebut menunjukkan bahwa matematika merupakan aktivitas atau proses sebagai suatu bentuk kegiatan. Van den Heuvel-Panhuizen menganggap bahwa penggunaan realistik sebenarnya berasal dari bahasa Belanda zich realiseren yang berarti untuk dibayangkan. RME lebih menempatkan penekanan penggunaan situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh peserta didik. Suatu masalah disebut realistik jika masalah tersebut dapat dibayangkan atau nyata dalam pikiran peserta didik. Permasalahan realistik dalam RME digunakan sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk pembelajaran. Adapun tujuan pendekatanrme yang dalam proses pembelajarannya diawali dari masalah realistik adalah agar dapat memudahkan peserta didik dalam belajar matematika sehingga peserta didik lebih tertarik dengan pembelajaran. Kemudian dengan pendekatan ini, peserta didik diberi kesempatan guru untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan pendekatan RME adalah pendekatan yang dalam pelaksanaannya menempatkan masalah yang dapat dibayangkan oleh peserta didik dan pengalaman peserta didik sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah yang dapat dibayangkan atau nyata dalam pikiran peserta didik digunakan sebagai sumber munculnya pengetahuan matematika.

4 Prinsip Pendekatan Pembelajaran RME Gravemeijer dalam Hanny (2010) merumuskan tiga prinsip dalam pendekatan pembelajaran RME. a. Penemuan kembali terbimbing dan matematisasi progresif (Guided Reinvention dan Progressive Mathematization) Prinsip ini menekankan pada penemuan kembali secara terbimbing. Peserta didik diberi kesempatan sama untuk membangun dan menemukan kembali strategi atau cara untuk menyelesaikan masalah karena menemukan sendiri akan membuat peserta didik lebih memahami dan lebih lama mengingat. Peran guru dalam pembelajaran yaitu sebagai fasilitator dan pendamping yang akan meluruskan kesalahan peserta didik apabila melenceng jauh dari materi yang sedang dipelajari. b. Fenomenologi didaktis (Didactical Phenomenology) Prinsip ini menekankan pada fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik. Prinsip ini mementingkan masalah kontekstual untuk memperkenalkan topiktopik matematika kepada peserta didik. Masalah kontekstual ini tidak hanya ada di kehidupan sehari-hari tetapi juga dapat dibayangkan oleh peserta didik. Masalah kontektual ini sebaiknya disesuaikan dengan tingkat berpikir peserta didik. c. Mengembangkan model-model sendiri (Self developed model) Prinsip ketiga ini menunjukkan adanya penghubung yang berupa model. Karena berawal dari masalah kontekstual, maka akan memberikan kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan model-model sendiri atau cara dalam menyelesaikan masalah kontekstual dengan berbekal pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik sebelumnya Karakteristik Pendekatan Pembelajaran RME Ada beberapa karakteristik Realistic Mathematic Education.Gagasan Treffers (Wijaya, 2012: 21) tentang karakteristik RME, yaitu adanya penggunaan konteks, penggunaan model untuk matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi peserta didik, interaktivitas, keterkaitan.

5 11 a. Penggunaan Konteks Penggunaan konteks pada awal pembelajaran dapat memungkinkan peserta didik membangun serta menemukan konsep dan juga cara pemecahan masalah, sehingga peserta didik akan dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Manfaat lain penggunaan konteks diawal pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi dan keterkaitan peserta didik dalam belajar matematika (Kaiser dalam wijaya, 2012). Dengan penggunaan konteks ini, minat belajar peserta didik juga diharapkan dapat meningkat. Hal ini karena menurut Treffers (Wijaya, 2012: 21) Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi yang lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran peserta didik. b. Penggunaan model untuk matematisasi progresif. Treffers (Wijaya, 2012: 21) berpendapat bahwa dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju matematika tingkat formal. Model yang dimaksud diatas merupakan suatu alat dalam matematika. Model yang digunakan dapat bermacam-macam, dapat konkret berupa benda, gambar, skema yang dimaksudkan untuk menjembatani dari yang konkret ke abstrak. c. Pemanfaatanhasilkonstruksi peserta didik Peserta didik memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja peserta didik selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika yang mana tidak hanya bermanfaat untuk memahami konsep tetapi juga sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik (Treffers dalam Wijaya, 2012).

6 12 Pembelajaran menggunakan RME, sangat diperlukan kontribusi peserta didik yang berupa ide, gagasan, atau berbagai cara atau jawaban. : d. Interaktivitas Treffers (Wijaya, 2012: 21) mengungkapkan bahwa proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar peserta didik akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika peserta didik saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. Dalam pembelajaran, proses interaksi sangat diperlukan, baik antara peserta didik dengan peserta didik ataupun antara peserta didik dengan guru sebagai fasilitator. Interaksi juga dapat terjadi antara peserta didik dengan media atau peserta didik dengan lingkungan sekitar. e. Keterkaitan Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan (Treffers dalam Wijaya, 2012). Berdasarkan karakteristik-karakteristik pendekatan RME diatas, pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang banyak memberikan harapan bagi peningkatan minat dan hasil belajar matematika peserta didik karena RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada peserta didik tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari, matematika dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh peserta didik yang mana peserta didik tidak harus menyelesaikan soal dengan cara yang sama Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran RME Ismail (2008: 9.15) mengemukakan secara umum langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan RME.

7 13 a. Persiapan kelas 1) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Misalnya buku, LKS, LKK dan media pembelajaran. 2) Mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok. 3) Menyampaikan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dan cara belajar yang akan dilakukan. b. Kegiatan belajar 1) Memberikan masalah kontekstual yang dapat dipahami oleh peserta didik dan dapat berupa soal cerita, baik secara lisan maupun tertulis. 2) Menjelaskan secara singkat dan memberikan petunjuk seperlunya jika ada peserta didik yang belum memahami soal atau masalah kontekstual yang diberikan. Penyelesaian dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. 3) Meminta peserta didik untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Berikan kesempatan pada peserta didik untuk mengerjakan. 4) Jika dalam waktu yang telah disepakati, peserta didik belum ada yang menemukan cara penyelesaian masalah, maka guru dapat memberikan petunjuk dan pertanyaan yang menantang. Petunjuk dapat berupa LKS,LKK atau bentuk yang lainnya. 5) Perwakilan kelompok ataupun peserta didik menyampaikan hasil kerjanya atau hasil pemikirannya. 6) Tawarkan peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya tentang berbagai hasil kerja kelompok temannya. Apabila ada penyelesaian lebih dari satu, maka guru membahasnya. 7) Membuat kesepakatan kelas penyelesaian yang dianggap paling tepat. c. Penutup 1) Mengajak peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari atau yang telah ditemukan peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Jika perlu diakhiri dengan peserta didik membuat rangkuman. 2) Memberikan petunjuk untuk pertemuan yang akan datang.

8 14 Turmuzi dalam Hanny (2010) menjelaskan secara rinci langkah-langkah dalam kegiatan inti pembelajaran matematika realistik. a. Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah kontekstual sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari peserta didik. Kemudian meminta peserta didik untuk memahami masalah yang diberikan tersebut. Pada langkah ini, karakteristik RME yang diterapkan adalah karakteristik pertama. b. Menjelaskan masalah kontekstual Guru menjelaskan kondisi dan situasi soal dan memberikan petunjuk atau saran seperlunya terhadap apa yang belum dipahami peserta didik. Penjelasan guru hanya sampai pada peserta didik mengerti maksud soal. Pada langkah ini, karakteristik RME yang diterapkan adalah karakteristik ke empat. c. Menyelesaikan masalah kontekstual Peserta didik secara individual maupun kelompok diminta menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara peserta didik sendiri. Guru memotivasi peserta didik dengan memberikan arahan namun diharapkan tidak memberitahu penyelesaian soal. Dalam menyelesaikan masalah kontektual dapat juga menggunkaan model yang dapat memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Pada langkah ini, karakteristik yang muncul adalah karakteristik ke dua. d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Pada langkah ini, peserta didik diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dengan kelompok lain melalui diskusi kelas atau presentasi di depan kelas. Pada langkah ini dapat digunakan untuk melatih keberanian peserta didik dalam mengemukakakn pendapat. Karakteristik RME yang muncul dalam langkah ini adalah penggunaan ide atau kontribusi peserta didik yang digunakan sebagai upaya untuk mengaktifkan peserta didik. e. Menyimpulkan

9 15 Melalui arahan dan bimbingan guru, peserta didik menarik kesimpulan suatu konsep dan prosedurberdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan,. Berdasarkan penjelasan diatas,langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan yaitumemberikan masalah kontekstual,memahami masalah kontekstual, menjelaskan masalah kontekstual, menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan menyimpulkan Kelebihan Pendekatan Pembelajaran RME Aris Shoimin (2014: 151) mengemukakan beberapa kekuatan atau kelebihan dari pembelajaran matematika realistik, yaitu: a. Pembelajaran matematika relistik memberikan pengertian yang jelas kepada peserta didik antara keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaannya bagi manusia. b. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas bahwa matematika adalah salah satu bidang yang dalam proses pembelajarannya pengetahuan akan dikembangkan sendiri oleh peserta didik melalui penemuan konsep-konsep matematika dengan cara mereka sendiri dan petunjuk atau bantuan guru. c. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama. Setiap peserta didik dapat menggunakan cara mereka sendiri. Kemudian peserta didik dapat membandingkannya dengan cara penyelesaian peserta didik lain, sehingga akan diperoleh cara penyelesaian masalah yang paling tepat sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian masalah tersebut. Adapun kelebihan pendekatan RME yang diungkapkan oleh Utari (2003: 11) dalam Edy (2008) adalah sebagai berikut. a. Melalui penyajian masalah kontekstual yang riil atau dapat dibayangkan oleh peserta didik, pemahaman konsep peserta didik dan pemahaman keterkaitan matematika dengan dunia sekitar akan meningkat.

10 16 b. Peserta didik akan secara langsung ikut dalam proses kegiatan matematika sehingga mereka tidak takut belajar matematika. c. Peserta didik dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. d. Memberikan peluang pengembangan potensi dan kemampuan berfikir alternatif. e. Memberikan kesempatan peserta didik untuk menggunakan cara penyelesaian mereka sendiri. f. Melalui kerja kelompok, peserta didik dilatih untuk menghargai pendapat orang lain/temannya Kekurangan Pendekatan Pembelajaran RME Ada kelebihan tentu saja ada kelemahan atau kekurangan. Berikut ini kelemahan pendekatan RME menurut Asmani (2006) dalam Edy (2008) adalah a. Pembelajaran dengan pendekatan ini membutuhkan waktu yang cukup banyak terutama bagi peserta didik yang lemah dalam pembelajaran matematika. b. Peserta didik yang pandai atau sudah selesai mengerjakan kadang tidak sabar menanti temannya yang belum selesai. c. Membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu dan dapat digunakan untuk membangun pengetahuan peserta didik. Dalam pembelajaran yang menggunakan RME akan ditemukan kendala yang mana sebagai kelemahan pendekatan RME yaitu tidak mudah bagi guru untuk mendorong peserta didik agar bisa menemukan sendiri berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah Media Pembelajaran Geoboard dan Benda Manipulatif Pengertian Media Pembelajaran Menurut Winkel dalm Susanto (2013:45), istilah media pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan

11 kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Media mencakup segala sesuatu yang dapat membantu peserta didik serta guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada tiga keistimewaan yang harus dimiliki oleh media pembelajaran (Susanto,2013:46), yaitu: a. Media harus memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. b. Media harus memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian denagn berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan. c. Media harus memiliki kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna Jika ketiga kelebihan telah dapat dimiliki oleh media, media pembelajaran tersebut dapat mengkomunikasikan pesan kepada peserta didik. Pada peserta didik di Sekolah Dasar dengan karakteristik yang masih berpikir konkret, maka melalui media tersebut dapat mempermudah dalam memahami materi-materi pelajaran. Adapun menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Susanto (2013:46) disebutkan bahwa : Media memiliki praktis yang sangat berguna dalam (a) meletakkan dasardasar konkret untuk berfikir dan mengurangi verbalisme; (b) memperbesar perhatian peserta didik; (c) membuat pelajaran menjadi mantap atau tidak mudah dilupakan; (d) memberikan pengalaman yang nyata, yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para peserta didik; (e) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu; dan (f) membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan bahasa. Melalui media pembelajaran diharapkan dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga minat peserta didik menjadi besar yang mengakibatkan dapat meningkatnya hasil belajar Media Geoboard Geoboard atau dikenal juga dengan papan berpaku 17 terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar, kemudian dipaku pada bidangnya. Paku-paku ini disusun sedemikian sehingga tersusun secara rapi dan berbentuk seperti persegi satuan. Menurut Lia (2014: 3), geoboard berfungsi sebagai salah satu alat bantu pengajaran matematika di Sekolah Dasar untuk membimbing peserta didik dalam menemukan konsep atau pengertian geometri seperti

12 18 pengenalan bangun datar dan menentukan atau menghitung keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Sedangkan Winasis, Depi (2012) mengungkapkan bahwa manfaat geobord yaitu: (1) Guru dapat dengan cepat menunjukkan berbagai bentuk bangun datar, (2) Peserta didik dapat lebih mudah membuat bangun datar tanpa diperlukan waktu untuk menggambar di buku, dan (3) Peserta didik dapat dengan mudah menghitung keliling dan luas bangun datar. Penggunaan media geoboard ini tergantung dengan situasi dan kondisi kelas. Media ini dapat digunakan secara klasikal maupun kelompok. Secara klasikal maksudnya dalam penggunaannya guru melakukan ceramah kepada siswa dan memberikan contoh peragaan mengenai bangun datar melalui geoboard. Sedangkan jika secara berkelompok maka media ini dibagikan kepada setiap kelompok kemudian guru membagikan panduan agar siswa dalam kelompoknya dapat mengetahui bagaimana cara penggunaannya (Yosep: 2012) Benda Manipulatif Media benda manipulatif merupakan benda atau objek konkret sebagai pengganti benda asli yang dapat dipindahkan (Sugiharti, 2013: 42). Sedangkan Kelly (2006) berpendapat bahwa media benda manipulatif adalah benda-benda, alat-alat, model atau mesin yang dapat digunkan untuk membantu dalam memahami selama proses pemecahan masalah yang bermakna dengan suatu konsep atau topik tertentu. Sedangkan Yunita dalam Sugiharti (2013) mengungkapkan bahwa benda manipulatif adalah benda konkret yang dirancang khusus dan dapat di otak-atik oleh peserta didik dalam memahami konsep matematika. Penggunaan media pembelajaran ini dapat menarik perhatian peserta didik dan dapat merangsang peserta didik dalam berfikir (Rusdiati,2012; 2) Media ini berfungsi agar dapat membantu peserta didik dalam menemukan konsep yang abstrak kepada peserta didik sehingga peserta didik mudah memahami suatu konsep pembelajaran matematika dan untuk menyederhanakan konsep yang sulit, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata.

13 Minat Belajar Pengertian Minat Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Sukardi dalam Susanto (2013:57), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran dan kesenangan akan sesuatu. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Djamarah, 2002: 132). Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan yang menyebabkan dipilihnya suatu kegiatan yang menyenangkan dan akan memberikan kepuasan dalam diri seseorang (Susanto,2013: 58). Minat itu sendiri timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja (Bernard dalam Susanto). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, minat belajar adalah suatu kondisi seseorang yang cenderung melakukan suatu kegiatan pembelajaran yang disukai atau digemari atas kemauannya sendiri atau tanpa ada yang meminta melakukan kegiatan pembelajaran tersebut Indikator-Indikator Minat Belajar Kecenderungan peserta didik dalam menekuni mata pelajaran tertentu lebih dari mata pelajaran yang lain pada dasarnya dipengaruhi oleh minat belajar peserta didik masing-masing (Susanto, 2013: 64). Menurut Djamarah (2002:132), minat dapat diekspresikan peserta didikmelalui: a. pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain, b. partisipasi aktif dalam suatu kegiatan, dan c. memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan sesuatu yang lain. Minat belajar berpengaruh besar terhadap aktivitas belajar. Peserta didik yang berminat terhadap salah satu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh sehingga peserta didik akan berhasil dengan baik dalam

14 mempelajari hal tersebut. Minat belajar peserta didik terhadap suatu hal dapat dilihat dari keinginannya untuk mengetahui atau belajar lebih banyak. Oleh sebab itu, guru harus mengetahui minat belajar peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dan mengetahui cara untuk membangkitkan minat belajar peserta didik. Menurut pendapatan Djamarah (2002: 133), ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat peserta didik, yaitu: a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri peserta didik. Hal ini akan membuat peserta didik tidak terpaksa dalam mengikuti pembelajaran. b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki peserta didik, sehingga peserta didik mudah menerima bahan pelajaran. c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. Berdasarkan uraian singkat diatas, maka dapat disimpulkan minat belajar merupakan faktor yang penting dalam menunjang tercapainya proses belajar menagajar yang efektif yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik yang bersangkutan. Minat belajar dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert dan memberikan lembar angket kepada peserta didik Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar pada awalnya merupakan hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai untuk mengukur sejauh mana perubahan tingkah laku dan tujuan pembelajaran tercapai. Susanto (2013:5) berpendapat bahwa hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Susanto, Sudjana (2010: 22) juga berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Nawawi (2013:5) mempertegas bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu dan dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. 20

15 21 Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah peserta didik menerima pembelajaran dan memperoleh pengalaman belajar sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku Bentuk-Bentuk Hasil Belajar Menurut M. Gagne dalam Sudjana (2010), ada 5 macam bentuk hasil belajar, yaitu (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan Benjamin S. Bloom dalam Sudjana (2010: 22), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: a. Ranah Kognitif Hasil belajar intelektual ranah kognitif terdiri dari enam (6) aspek adalah pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai sebagai hasil belajar. Ranah afektif dikategorikan dari tingkat dasar ketingkat yang lebih kompleks (Sudjana,2010:30). 1) Reciving/attending atau penerimaan, yaitu berupa kepekaan terhadap suatu rangsangan, perhatian terhadap proses pembelajaran. 2) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang timbul karena adanya stimulus yang datang dari luar. Responding dapat berupa perasaan, kepuasan dalam menjawab. 3) Valuing atau penilaian, yaitu berupa kesediaan menerima nilai. 4) Organisasi, berupa konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai. 5) Karakteristik, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. c. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor ini dapat dilihat dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu setalah menerima pengalaman belajar tertentu (Sudjana,2010:31). 1) Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.

16 22 2) Keterampilan pada gerakan gerakan dasar. 3) Kemampuan di bidang fisik, yaitu kekuatan dan ketepatan. 4) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan hasil belajar afektif dan psikomotoris, namun tidak berarti hasil belajar afektif dan psikomotor diabaikan. Adapun kondisi dan karakteristik peserta didik yang merupakan ciri hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotoris dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Karakteristik Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Afektif Dan Psikomotoris Hasil Belajar Kognitif 1. Menguasai atau mengingat materi pembelajaran. 2. Memahami konsep-konsep materi pembelajaran Adopsi dari Nana Sudjana (2010) Hasil Belajar Afektif 1. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru. 2. Perhatian peserta didik terhadap apa yang dijelaskan guru. 3. Penghargaan peserta didik terhadap guru. 4. Berani untuk bertanya kepada guru. 5. Kemampuan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut. 6. Kemampuan untuk menerapkan hasil pelajaran. 7. Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya. Hasil Belajar Psikomotor 1. Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk rapi. 2. Membuat rangkuman dengan baik dan urut. 3. Sopan, ramah, dan hormat kepada guru. 4. Mengangkat tangan dan bertanya apabila ada yang belum dipahami. 5. Keperpustakan untuk belajar lebih lanjut atau meminta informasi kepada guru mengenai buku yang harus dipelajari. 6. Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru, dan bertanya atau meminta saran bagaimana mempelajari mata pelajaran yang diajarkan.

17 23 Untuk memperoleh hasil belajar, maka dalam penelitian ini akan menggunakan bentuk hasil belajar Benjamin S. Bloom karena ketiga ranah yang telah diungkapkan lebih terukur dalam artian bahwa untuk mengetahui hasil belajar peserta didik akan lebih mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal. Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih memusatkan penilaian hasil belajar peserta didik hanya pada ranah kognitif Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik nantinya. Wasliman dalam Susanto (2013:12) mengungkapkan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam diri peserta didik (internal) maupun faktor dari luar peserta didik (eksternal). Berikut adalah faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik : a. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajar. Faktor internal yang dimaksud adalah kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajar. Faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sebagaimana Wasliman, Ruseffendi dalam Susanto (2013:14) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu kecerdasan, kesiapan peserta didik dalam pembelajaran, bakat dalam diri peserta didik, kemauan belajar, minat belajar peserta didik, model guru dalam menyajikan materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar di dalam kelas, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat Penilaian Hasil Belajar

18 24 Menurut Sudjana (2010:22), penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Sebagaimana Sudjana, Raplh Tyler dalam Arikunto (2012:3) mengungkapkan bahwa penilaian merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan telah tercapai. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini adalah dari hasil tes evaluasi peserta didik. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik untuk mendapatkan jawaban dari peserta didik dalam bentuk tes lisan, tertulis maupun perbuatan (Sudjana,2012:22). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik terutama hasil belajar kognitif yang berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan jenis tes uraian yang akan mengukur hasil belajar kognitif peserta didik Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian oleh Febrina (2013) dengan judul Peningkatan Minat Belajar dan Hasil Belajar matematika melalui Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar dan hasil belajar matematika di kelas 4 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Penelitian ini termasuk penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Peningkatan minat belajar matematika dapat dilihat dari presentase minat belajar pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Pada prasiklus sebesar 33,33%, siklus I sebesar 75% dan siklus II 91,67%.

19 25 Sedangkan peningkatan hasil belajar matematika dapat dilihat dari presentase jumlah peserta didik yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65) yaitu pada prasiklus sebesar 16,67%, siklus I sebesar 58,33% dan siklusii sebesar 91,67%. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2013) dengan judul Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) Siswa Kelas 5 SD Negeri 03 Lajer Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan penelitian PTK ini adalah untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa Sekolah Dasar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian angket minat dan tes evaluasi kepada siswa kelas 5 SD Negeri Lajer pada pra siklus, siklus 1, siklus 2 setiap akhir pertemuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Lajer 03. Hal ini ditunjukkan dengan hasil minat pada prasiklus 41,17%, siklus I diperoleh 67,65%, siklus II diperoleh 85,29%. Untuk hasil ketuntasan belajar siswa pada prasiklus 38,23%, siklus I diperoleh 55,89%, siklus II diperoleh 85,29%. Penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Siswa Kelas V SD N Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 yang dilakukan oleh Sri Riwayanti juga bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar matematika melalui model Pembelajaran Matematika Realistik(PMR) peseryta didik kelas V. Penelitian ini dilaksanakan di SD N Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V yang berjumlah 35. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif dengan guru kelas yang dilakukan melalui dua siklus. Pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan, dan siklus II 3 kali pertemuan. Data penelitian untuk minat belajar peserta didik diperoleh melalui angket minat belajar dan hasil belajar matematika diperoleh dari

20 26 evaluasi. Peningkatan minat dapat dilihat dari peningkatan persentasi angket minat belajar siswa yaitu pada pra tindakan persentasi minat belajar siswa sebesar 61,96% dengan kategori cukup, pada siklus I sebesar 70,48% dengan kategori cukup dan pada siklus II sebesar 80,36% dengan kategori baik. Peningkatan hasil belajar matematika ditunjukkan sebagai berikut: pada pra tindakan terdapat 11 siswa atau 31,43% dan yang belaum tuntas 24 siswa atau 68,57%, pada siklus I terdapat 19 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 54,29%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 16 siswa atau sebesar 45,71%. Pada siklus II terdapat 30 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 85,71%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 5 siswa atau sebesar 14,29 %, jadi pada siklus II hasil belajar matematika meningkat. Dengan demikian disimpulkan bahwa melalui model Pembelajaran Matematika Realistik(PMR) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa Kelas V SD N Polobogo 02, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan ketiga penelitian yang sudah dilaksanakan diatas, hasilnya menyimpulkan bahwa Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika peserta didik Kerangka Berpikir Pendekatan pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education)memberikan kesempatan kepada peserta didik bekerja dalam kelompok maupun individual dimana peserta didik dapat mengungkapkan ide atau gagasan tentang keliling dan luas persegi dan persegi panjang melalui media geoboard atau benda manipulatif sertadapat membangun pengetahuan dan pemahaman sendiri melalui dunia nyata atau realistik. Penggunaan pendekatan pembelajaran RME, diharapkan gagasan awal peserta didik dapat dimunculkan, minat belajar peserta didik menjadi lebih baik, reaksi peserta didik cukup baik terhadap pembelajaran, partisipasi peserta didik menjadi lebih baik, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran serta hasil belajar matematika peserta didik kelas III B di SDN Tlogo Kabupaten Semarangsemester II tahun pelajaran 2015/2016 semakin meningkat. Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut.

21 TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 Penerapan Pendekatan RME Memberikan Masalah Kontekstual Guru memberikan masalah kontekstual berupa permasalahan tentang luas dan keliling persegi atau persegi panjang. Memahami Masalah Kontekstual Peserta didik memahami masalah yang diberikan. Menjelaskan Masalah Kontekstual Guru menjelaskan kondisi dan situasi soal. Guru memberikan petunjuk atau saran seperlunya terhadap apa yang belum dipahami peserta didik. Media Geoboard Terbuat dari papan yang dihaluskan dan diberi paku secara rapi sehingga membentuk persegi satuan. Cara penggunaan dengan mengaitkan karet pada paku-paku sehingga membentuk bangun datar. Peserta didik dapat menghitung keliling dan luas bangun datar. Peserta didik terlibat secara langsung dengan dunia nyata/realistik Peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika Peserta didik antusias dalam pembelajaran. 27 Minat Belajar Meningkat TAHAP 4 TAHAP 5 TAHAP 6 Menyelesaikan Masalah Kontekstual Peserta didik secara individual maupun kelompok menggunakan media pembelajaran. Peserta didik diminta menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara peserta didik sendiri. Membandingkan Dan Mendiskusikan Jawaban Peserta didik diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dengan teman satu kelompok. Peserta didik mempresentasikan hasil Tahap Menyimpulkan Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi Benda Manipulatif Benda manipulatif sama dengan benda konkret yang ada di sekitar peserta diidk yang mampu membantu peserta didik dalam menemukan dan memahami konsep yang abstrak. Contohnya adalah meja, ubin, papan tulis, buku, kertas berpetak dan mika, dll Peserta didik memperhatikan dan fokus dengan jalannya pembelajaran. Memudahkan peserta didik memahami dan mengingat.. Hasil Belajar Mneingkat Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berpikir

22 Hipotesis Penelitian Berdasarkan beberapa masalah yang telah dirumuskan, maka peneliti dapat merumuskan beberapa dugaan sebagai berikut: a. Implementasi pendekatan RME berbantu media geoboard dan benda manipulatif dapat meningkatkan minat belajar peserta didik kelas III B di SD Negeri Tlogo Kabupaten Semarang Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 secara individual minimal 90% minat peserta didik mencapai kategori tinggi dan sangat tinggi (interval 70). b. Implementasi pendekatan RME berbantu media geoboard dan benda manipulatif dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas III B di SD Negeri Tlogo Kabupaten Semarang Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual 90% dengan nilai hasil belajar matematika 65 yang telah ditentukan oleh sekolah dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar matematika meningkat minimal 80.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Minat Belajar 2.1.1.1. Pengertian Minat Belajar Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa,1997:370). Minat merupakan sumber motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas dalam Trianto, 2010: 24).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika 2.1.1.1 Kemampuan Kemampuan secara umum diasumsikan sebagai kesanggupan untuk melakukan atau menggerakkan segala potensi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajarannya Berikut ini dikemukakan definisi, karakteristik, tujuan, dan pembelajaran matematika. Adapun definisi matematika menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi Prasiklus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Realistic Mathematics Education (RME) 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (1991:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 11 BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar pada umumnya berusia 7 sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Matematika Kata matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Matematika memiliki bahasa dan aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Classroom Action Research (CAR) atau sering disebut dengan penelitian tindakan kelas (PTK).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika Realistik a. Pengertian matematika realistik Pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA Pendidikan Matematika Realistik... PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA Siti Maslihah Abstrak Matematika sering dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit bagi siswa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Hakikat Pemahaman Konsep Luas Bangun Luas a. Pengertian Pemahaman Pemahaman yang baik sangat diperlukan dalam mempelajarai suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika Para ahli _naeaclefinisikan tentang matematika antara lain; Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi (Sujono, 1988);

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan adalah sistem yang digunakan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan adalah sistem yang digunakan untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan adalah sistem yang digunakan untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bab II ini berkaitan dengan variable penelitian, variable terikat merupakan hasil belajar Matematika, sedangkan variable bebas merupakan pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Untuk mengawali pemahaman tentang pengertian belajar akan dikemukakan beberapa definisi tentang belajar. Menurut Slameto, belajar adalah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sungguminasa melalui pembelajaran matematika melalui

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Hal tersebut sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan II. KAJIAN TEORI A. Pendekatan Matematika Realistik Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dimulai sekitar tahun 1970-an. Yayasan yang diprakarsai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman yang semakin maju ini yang masih terus dibicarakan dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Ditinjau dari makna secara globalnya, komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika juga diduga erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pengertian belajar dalam kamus besar B. Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut fontana (Erman Suhaerman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu untuk memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 Kajian Teori 1 Matematika 1 Hakekat Matematika Menurut Marjoram (1974), matematika adalah aktivitas yang berhubungan lebih khusus dengan penjelasan, melihat pola/contoh dan mengajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika begitu penting dalam kehidupan manusia dan salah satu penentu penguasaan ilmu dan bidang lainnya, sehingga Matematika digunakan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (PTK Di SD Negeri 3 Mojopuro, Wuryantoro Kelas III Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dinyatakan bahwa Matematika merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada penjelasan berikut ini. 1. Efektifitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Realistic Mathematics Education (RME) yang di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Matematika SD Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathein atau Manthenien yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Matematika SD Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathein atau Manthenien yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika SD Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathein atau Manthenien yang artinya mempelajari. Kata matematika erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha menguasai dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK) diperlukan amber daya manusia yang berkemampuan tinggi. Wadah kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Proses Belajar Proses belajar adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar 8 Keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) Oleh : Iis Holisin Dosen FKIP UMSurabaya ABSTRAK Objek yang ada dalam matermatika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak jarang guru maupun siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dapat diajarkan kepada peserta didik melalui pembelajaran matematika disebut komunikasi matematis. Komunikasi dalam matematika memang memiliki

Lebih terperinci

Febrina Yuani Pamelang, Wahyudi

Febrina Yuani Pamelang, Wahyudi Peningkatan Minat Belajar Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Pada Siswa Kelas 4 Sd Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan dalam pembelajaran matematika itu penting. Karena merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. Para ahli yang mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas V SDN Kebowan 02 Kecamatan Suruh dengan jumlah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Matematika merupakan salah satu dari mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa sekolah dasar. Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang kajian pustaka yang meliputi matematika, pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME), media pembelajaran, hasil belajar, hasil penelitian yang relevan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Komunikasi Matematis, Pembelajaran Matematika. Realistik, Pembelajaran Ekspositori, dan Sikap.

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Komunikasi Matematis, Pembelajaran Matematika. Realistik, Pembelajaran Ekspositori, dan Sikap. 10 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kemampuan Komunikasi Matematis, Pembelajaran Matematika Realistik, Pembelajaran Ekspositori, dan Sikap. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Menurut Baird (dalam Cahyati : 2009),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pembelajaran Matematika Matematika merupakan pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pembelajaran Matematika Matematika merupakan pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika merupakan pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan-aturan yang ada dan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Carolin Olivia 1, Pinta Deniyanti 2, Meiliasari 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNJ 1 mariacarolineolivia@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON Wilmintjie Mataheru FKIP UNPATTI AMBON E-mail: wilmintjiemataheru@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK Sri Suwarni Guru SDN Mlirip1 Kec. Jetis Kabupaten Mojokerto ssuwarni.13@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 05

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Muh. Jupriadi, Bustamin, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Pelaksanaan Penelitian ini, mengambil kelas V SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Bab II Kajian Pustaka

Bab II Kajian Pustaka Bab II Kajian Pustaka 2.1 Kajian teori Hakekat Matematika Matematika merupakan pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan-aturan yang ada dan harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam matematika saja melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) mengemukakan penelitian

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan tidak menimbulkan salah tafsir diantara pembaca. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika dan Pembelajarannya Matematika memiliki banyak definisi dan tidak mempunyai definisi tunggal yang disepakati. Beberapa ahli matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar 1.1.Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU Nur Ain Hasan, Abas Kaluku, Perry Zakaria JURUSAN PENDIDIKSN

Lebih terperinci

Adventa Eklesiawati 1), Feby Sanjaya 2) Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Adventa Eklesiawati 1), Feby Sanjaya 2) Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pemakaian Alat Peraga Manipulatif untuk Menghitung Luas Permukaan dan Volume Kubus serta Balok pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Tulang Bawang Udik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mengupayakan agar siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mengupayakan agar siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SMP Negeri 38 Medan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berupaya terus untuk meningkatkan mutu pendidikan siswanya guna menciptakan lulusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Matematika Darori (2008:1) mengungkapkan bahwa matematika berasal dari bahasa latin yaitu manthanein yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XIX/November 2015

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XIX/November 2015 MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK PADA SISWA KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH I KALASAN TAHUN 2012/2013 Linggar Pramesti, S.Pd. Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang akan mengetahui hal-hal baru serta dapat mengerti dan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang akan mengetahui hal-hal baru serta dapat mengerti dan memahami BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Setiap manusia memerlukan belajar untuk mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Oleh karena itu, dengan melalui proses belajar maka seseorang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi setting penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian, variabel penelitian, rencana tindakan, teknik dan instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V Ikhwan Pamuji 1, Imam Suyanto 2, Ngatman 3 PGSD FKIP, Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67 A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan aspek yang terintegrasi dengan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar (Anni dkk, 2009: 85). Perolehan aspek-aspek

Lebih terperinci

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Keliling dan Luas Persegi Panjang Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di Kelas III SDN Luksagu Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dkk. 2012: 107). Belajar merupakan suatu proses berpikir yang saling

BAB II KAJIAN TEORI. dkk. 2012: 107). Belajar merupakan suatu proses berpikir yang saling A. Pembelajaran Matematika BAB II KAJIAN TEORI Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan melalui informasi dengan melihat suatu struktur secara keseluruhan lalu menyederhanakan struktur pengetahuan

Lebih terperinci