BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Untuk mengawali pemahaman tentang pengertian belajar akan dikemukakan beberapa definisi tentang belajar. Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (2003: 2). Dalam Sujiono dan Sujiono (2010: 51) disebutkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi sepanjang waktu sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Hamalik berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (2009: 36), yang berarti bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu tujuan. Belajar juga disebut sebagai proses mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungannya (Simanjuntak, dkk: 1992). Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dari orang tersebut. Namun, tidak setiap perubahan tingkah laku dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Berikut ini ciri-ciri perubahan perilaku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2003): 1. Perubahan terjadi secara sadar Seseorang yang telah belajar menyadari terjadinya perubahan itu atau paling tidak seseorang tersebut merasakan terjadinya suatu perubahan dalam dirinya. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Artinya, perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar selanjutnya. Perubahan akan berlangsung terus hingga menjadi lebih baik dan sempurna.

2 7 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan akan bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi, semakin banyak usaha belajar, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan bersifat aktif apabila perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau terjadi hanya beberapa saat saja tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang dihasilkan karena proses belajar bersifat permanen. Jadi, tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6. Perubahan mencakup aspek seluruh tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi, aspek yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman maupun latihan yang dilakukan secara sadar baik langsung maupun tidak langsung Pembelajaran Matematika SD Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah dasar merupakan matematika sekolah yang terdiri dari bagian matematika yang dipilih untuk menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan

3 8 dan membentuk pribadi anak yang berpedoman pada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi. Manusia memerlukan matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, matematika memegang peranan penting dalam kehidupan. Fungsi matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi (Ekawati, 2011). Dengan mempelajari matematika, siswa diharapkan dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Fungsi lain matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan. Adams dan Hamm dalam Wijaya (2012) menyebutkan ada empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika, yaitu: a. Matematika sebagai cara untuk berpikir. b. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan. c. Matematika sebagai suatu alat. d. Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi. Pembelajaran matematika juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Pada teori Bruner dalam Hudojo (1988) menggambarkan perkembangan anak-anak melalui tiga tahap, yaitu enactive, iconic, dan simbolic. Tahap enactive adalah tahap saat anak belajar menggunakan objek secara langsung, tahap iconic belajar dengan menggunakan gambaran dari objek-objek, dan tahap simbolic merupakan tahapan memanipulasi symbol secara langsung dan tidak ada kaitannya dengan objek-objek. Piaget juga berpendapat bahwa proses berpikir manusia berawal dari berpikir konkret ke abstrak. Siswa sekolah dasar umumnya berumur sekitar 6 atau 7 tahun hingga 12 atau 13 tahun. Pemikiran anak-anak usia sekolah dasar berada pada tahap pemikiran operasional konkret karena berpikir logiknya berdasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Karena itu, dalam pembelajaran matematika yang abstrak siswa SD membutuhkan alat bantu berupa media dan alat peraga yang bersifat konkret. Pendekatan pembelajaran juga harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Tujuan dari pembelajaran matematika tidak hanya untuk menguasai materi, menghafal rumus dan menekankan pada perolehan hasil. Pembelajaran

4 9 yang mementingkan hal tersebut akan berakibat hasil yang dicapai tidak akan bertahan lama dan siswa menjadi mudah lupa. Pada Permendiknas tahun 2006 tentang standar isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Ruang lingkup matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi bilangan, pengukuran, geometri, dan pengolahan data (Depdiknas, 2006). Cakupan bilangan antara lain meliputi bilangan dan angka, perhitungan, dan perkiraan. Materi geometri meliputi bangun dua dimensi, tiga dimensi, transformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu objek, penggunaan satuan ukur dan pengukuran Pembelajaran Matematika Realistik Pembelajaran matematika realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kebermaknaan ilmu pengetahuan (Wijaya, 2012). Pendekatan ini bertolak dari hal-hal yang nyata bagi siswa, menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berargumentasi dengan teman sehingga mereka dapat menemukan

5 10 sendiri. Pendekatan ini berlandaskan pada RME. RME adalah teori matematika yang dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970an dengan berlandaskan pada filosofi matematika sebagai aktivitas manusia (mathematic is human activity) yang dicetuskan oleh Hans Freudenthal. Menurut Fruedenthal dalam Supinah (2008: 14), matematika adalah aktivitas yang harus dikaitkan dengan realitas dan siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan matematika harus diarahkan pada penggunaanya di berbagai situasi dan kesempatan, sehingga memungkinkan siswa menemukan kembali matematika dengan usahanya sendiri. Menurut Sofyan (2008), pendekatan realistik adalah sebuah pendekatan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri. Pendekatan realistik juga disebut sebagai pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata. Pembelajaran matematika realistik adalah suatu inovasi pendidikan yang lebih memperhatikan potensi pada diri anak yang harus dikembangkan (Soedjadi dalam Ismail dkk, 2008: 9.4). Pada pembelajaran ini, guru akan mengurangi kebiasaannya menggurui, karena disini guru akan beralih fungsi menjadi fasilitator. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik adalah suatu pembelajaran yang menggunakan hal-hal nyata, konkret sebagai awal untuk membentuk konsep matematika pada anak. Dalam pembelajaran matematika realistik, dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk mengembangkan konsep matematika. Menurut Blum&Niss dalam Supinah (2008:14), dunia nyata adalah segala sesuatu di luar matematika, seperti mata pelajaran lain selain matematika, atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Soedjadi dalam Ismail dkk ( 2008: 9.4) mengungkapkan bahwa orang menganggap matematika adalah alat. Namun, dalam pendekatan pembelajaran ini tidak menganggap matematika sebagai suatu alat. Matematika dianggap sebagai suatu aktivitas atau kegiatan manusia. Freudenthal dalam Wijaya (2012)

6 11 meyakini bahwa pembelajaran matematika yang menempatkan matematika sebagai suatu objek yang terpisah dari realita yang bisa dipahami siswa akan menyebabkan konsep matematika cepat dilupakan siswa. siswa juga akan mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep matematika yang mereka pelajari. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menempatkan pembelajaran matematika sebagai pengalaman hidup siswa. Ini bukan berarti matematika sebagai alat tidak digunakan lagi. Matematika sebagai alat tetap digunakan, hanya saja akan digunakan setelah tercapainya matematika formal. Jadi, dalam pendekatan pembelajaran matematika realistik ini kegiatan pembelajarannya dipusatkan pada anak. Karena sebisa mungkin mengusahakan agar anak aktif dan membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Coughlin dalam Sujiono dan Sujiono (2010: 27), pendekatan yang berpusat pada anak diarahkan: (1) agar anak mampu mewujudkan dan mengakibatkan perubahan; (2) agar anak menjadi pemikir-pemikir yang kritis; (3) agar anak mampu membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya; (4) agar anak mampu menemukan dan menyelesaikan permasalahan secara konstruktif dan inovatif; (5) agar anak menjadi kreatif, imajinatif, dan kaya gagasan; dan (6) agar anak memiliki perhatian terhadap masyarakat, negara, dan lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada bermacam-macam masalah. Masalah yang ada di sekitar anak atau masalah kesehariannya dapat digunakan untuk menjadi masalah kontekstual, khususnya masalah kontekstual yang bekaitan dengan materi yang akan diajarkan. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata tetapi bisa dalam bentuk permainan,penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna bagi siswa (Wijaya, 2012: 21). Dengan menggunakan konteks ini, siswa dilibatkan secara aktif untuk menyelesaikan permasalahan. Hasil pemecahan masalah dari siswa ini bukan hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan, tetapi juga untuk mengembangkan strategi penyelesaian yang digunakan. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika (Kaiser dalam Wijaya, 2012).

7 12 Untuk dapat melaksanakan pembelajaran matematika realistik, terlebih dahulu harus mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan. Pendekatan pembelajaran matematika realistik menggunakan prinsip-prinsip RME. Ada tiga prinsip dari RME menurut Gravemeijer dalam Supinah (2008), yaitu: a. Guided Re-Invention atau menemukan kembali secara terbimbing Pada prinsip ini, bertujuan untuk memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan ide berdasarkan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa dengan bantuan guru. Sebisa mungkin, siswa didorong dan ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran tidak dimulai dengan definisi atau sifatsifat yang selanjutnya diikuti dengan contoh, tetapi dimulai dengan memberikan masalah yang nyata dan selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan menemukan sifat atau definisinya. Apabila diperlukan, dapat diberikan bimbingan. Tapi hanya pada hal yang belum dimengerti siswa, atau dapat juga dengan menggunakan pertanyaan pancingan. b. Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik Prinsip ini menekankan pada pembelajaran yang bersifat mendidik dan pentingnya masalah kontekstual dalam mengenalkan materi matematika. Pembelajaran matematika yang biasanya hanya memberikan informasi kepada siswa dan memakai matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan masalah akan diubah menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk mengawali suatu pembelajaran. Jadi, hal ini memungkinkan siswa dengan menggunakan caranya sendiri akan mencoba untuk memecahkan masalah. Masalah kontekstual dipilih dengan mempertimbangkan (1) aspek kecocokan apllikasi yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan (2) kecocokan dengan proses re-invention yang berarti bahwa konsep atau sifat termasuk model matematika tidak disedikan guru, tetapi siswa berusaha untuk menemukannya sendiri. c. Self Developed Models atau Membangun Model Sendiri Dalam prinsip ini menunjukkan adanya fungsi jembatan yang berupa model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa. Siswa

8 13 bebas untuk memecahkan masalah, baik secara mandiri maupun kelompok. Hal ini memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa. Menurut Soedjadi dalam Supinah (2008: 18), dalam pembelajaran matematika realistik diharapkan terjadinya urutan situasi nyata - model dari situasi itu - model ke arah formal - pengetahuan formal. Inilah yang merupakan prinsip Self-developed Models. Treffers dalam Wijaya (2012: 22), merumuskan karakteristik pembelajaran matematika menjadi lima, yaitu: a. Penggunaan konteks Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan masalah kontekstual. Seperti telah dikatakan di atas, konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata, namun bisa dalam bentuk permainan, alat peraga,atau situasi lain yang dapat dibayangkan atau dipahami siswa. Masalah kontekstual tidak hanya dapat disajikan pada awal pelajaran, tetapi juga dapat diajikan di tengah atau bahkan akhir pembelajaran. Pemberian masalah di awal pembelajaran apabila dimaksudkan untuk membangun/menemukan konsep, definisi, operasi, maupun sifat matematika serta pemecahannya. Masalah kontekstual disajikan di tengah pembelajaran apabila dimaksudkan untuk memantapkan apa yang telah ditemukan. Dan masalah kontekstual disajikan di akhir pembelajaran apabila dimaksudkan untuk mengaplikasikan apa yang telah ditemukan. b. Menggunakan model atau jembatan Dalam hal ini, perhatian lebih diarahkan kepada pengembangan model daripada hanya mentransfer rumus. Model yang digunakan dapat berupa benda nyata, gambar, ataupun skema. Pemberian model dimaksudkan untuk menjembatani dari konkret ke abstrak maupun dari abstrak ke abstrak yang lain. Model yang mirip dengan masalah nyata disebut model of dan model yang mengarahkan ke pemikiran abstrak atau formal disebut model for.

9 14 c. Menggunakan kontribusi siswa Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan munculnya strategi yang bervariasi. Karena itu, perlu sekali memperhatikan sumbangan atau kontribusi dari siswa yang mungkin saja berupa ide, gagasan, cara, ataupun jawaban. Kontribusi tersebut diharapkan dapat menyumbangkan konstruksi siswa sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal ke arah metode yang lebih formal. d. Interaktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan lebih bermakna ketika siswa mengkomunikasikan hasil kerja mereka. Dalam pembelajaran, interaksi sangat diperlukan, baik antar siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan guru yang bertindak sebagai fasilitator. Interaksi juga mungkin terjadi antara siswa dengan sarana ataupun lingkungan. Bentuk interaksi bermacam-macam. Mulai dari diskusi, negosiasi, memberi penjelasan, atau komunikasi. Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa. e. Keterkaitan antartopik (intertwining) Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dengan ketat konsistensinya. Konsep matematika banyak yang memiliki keterkaitan. Keterkaitan antartopik, konsep, operasi sangat kuat sehingga dimungkinkan adanya integrasi antartopik. Bahkan mungkin antarmatematika dengan ilmu pengetahuan lain. Karena itu, konsepkonsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah. Berdasarkan prinsip dan karakteriastik pembelajaran matematika di atas, Zahra (2010) menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik seperti berikut: Langkah 1: Memahami masalah kontestual, yaitu guru memberikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari kepada

10 15 siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang masalah yang belum dipahami. Karakteristik pembelajaran matematika realistik (PMR) yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan masalah kontekstual. Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual. Apabila dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan memberikan petunjuk sebatas pada bagian yang belum dipahami, bukan menunjukkan penyelesaian namun bisa dengan menggunakan pertanyaan yang sifatnya memancing. Langkah 3: Menyelesaikan masalah. Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Lalu, siswa mencoba menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki sehingga mungkin bisa terdapat perbedaan penyelesaian soal antara siswa yang satu dengan yang lain. Dan guru terbatas hanya mengamati, mengobservasi, dan memberi bimbingan yang terbatas. Karakteristik PMR yang muncul adalah menggunakan model. Langkah 4: Membandingkan jawaban. Guru membentuk siswa menjadi kelompok, kemudian siswa mendiskusikan penyelesaian masalah yang tadi telah dikerjakan secara individu. Guru mengamati dan memberi bantuan jika dibutuhkan. Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi. Langkah 5: Menyimpulkan. Dari hasil diskusi, guru menekankan apa yang telah dipelajari atau ditemukan oleh siswa sendiri. Jika perlu, siswa dapat membuat rangkumannya sendiri Bangun Ruang Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Bagian-bagian bangun ruang adalah sisi, rusuk, dan titik sudut. Sisi adalah bidang pada bangun ruang yang membatasi antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya. Rusuk adalah

11 16 pertemuan dua sisi yang berupa ruas garis pada bangun ruang. Sementara titik sudut adalah titik hasil pertemuan rusuk yang berjumlah tiga atau lebih. Jenisjenis bangun ruang yang umumnya dikenal ada balok, kubus, limas, prisma, tabung, kerucut, dan bola. Siswa SD yang masih dalam tahap berpikir konkret, sangat sulit untuk menangkap sifat atau karakteristik dari bangun ruang. Seperti kubus yang memiliki 6 sisi berbentuk persegi, 8 titik sudut. Karena itu, pembelajaran tentang bangun ruang harus dimulai dengan benda-benda yang konkret, seperti kotak kapur, tempat pensil, dan bentuk-bentuk lainnya. Baru setelah itu menuju ke bentuk-bentuk semi konkret yang berupa gambar bangun ruang. Sesuai dengan pembelajaran matematika realistik, dengan menggunakan benda-benda konkret diharapkan siswa dapat menyelidiki dan menemukan sendiri sifat-sifat bangun ruang di bawah bimbingan guru Hasil Belajar Setelah individu mengalami proses belajar, maka akan memperoleh hasil dari proses belajar. Ada beberapa definisi hasi belajar menurut para ahli yang dikutip dari blog Syamrilaode. Menurut Arifin (2001) hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi. Menurut Nasrun hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil pekerjaan yang telah dicapai dengan usaha atau diperoleh dengan jalan keuletan bekerja yang dapat diukur dengan alat ukur yang disebut dengan tes. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 22). Hamalik menyatakan bahwa hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (2009: 36). Hasil belajar merupakan tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan seseorang. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, diantaranya yaitu pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,

12 17 hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Apabila seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tersebut (Sudjana: 2011: 22). Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan, yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar yang dapat diukur dengan tes tertentu Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan telaah pustaka yang telah dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Menurut penelitian yang dilakukan Dwiardhany, Mardianti (2009) dengan judul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Di SDN Sumurboto Tahun Pelajaran 2009/2010 penelitian ini menyebutkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik secara signifikan dapat meningkatkan prestasi belajar pada iswa kelas V. Ada peningkatan prestasi belajar dari hasil rata-rata ulangan 59,87 menjadi 70,00 (meningkat sebesar 10,13%) pada siklus I, dan pada siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar dari hail ulangan 59,87 menjadi 76,12 (meningkat 16,25%). Penelitian yang dilakukan Janah, Miftakhul (2010) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Satuan Panjang Siswa Kelas IV SD Negeri Gejayan. Hasil penelitian ini memperlihatkan peningkatan hasil belajar. Pada siklus I menunjukkan tingkat ketuntasan belajar mencapai 54%, sedangkan pada siklus II mencapai 82%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aprilyanis, Eka (2011) dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Bagi Siswa Kelas IV SDN I Buluroto Kecamatan Banjarejo Blora Semester II Tahun 2010/2011. Pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan belajar dari kondisi pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada pra siklus tidak terjadi ketuntasan

13 18 belajar, yang tuntas hanya 8 siswa (26,66%) dari 30 siswa. Pada siklus I yang tuntas menjadi 17 siswa (56,66%) dari 30 siswa. Dan pada siklus II sebanyak 28 siswa (93,33%) dari 30 siswa telah tuntas mencapai KKM (65) Kerangka Pikir Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal diperlukan faktor pendukung. Faktor-faktor pendukung bisa berupa model pembelajaran, alat peraga, serta hal lain yang mempengaruhi proses pembelajaran. Dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik, diharapkan akan mengurangi kebosanan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dalam mata pelajaran matematika diharapkan siswa dapat memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi nyata, serta belajar memecahkan masalah. Hal ini dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi dapat secara optimal dan hasil belajarnya pun menjadi optimal. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian akan dimulai dengan memberikan pretest kepada kedua kelompok dengan soal yang sama. Pemberian pretest ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi yang menjadi bahan penelitian. Kemudian akan dilakukan pembelajaran. Pada kelompok eksperimen akan diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik, sementara kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah adanya perlakuan, kedua kelas akan diberi posttest dengan soal yang sama. Kegiatan ini untuk mengetahui hasil belajar siswa dan adakah pengaruh penggunaan pembelajaran matematika realistik. Berikut bagan kerangka pikir Pengaruh Pembelajaran matematika realistik pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Terhadap hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar:

14 19 pretest Kelompok kontrol Pembelajaran Konvensional posttest Kondisi awal Hasil siswa sama belajar pretest Kelompok eksperimen Perlakuan Pembelajaran Realistik posttest Gambar 2.1. bagan kerangka pikir 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis Terdapat pengaruh positif penggunaan pembelajaran matematika realistik terhadap hasil belajar matematika bangun ruang pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 06 semester II tahun pelajaran 2011/2012. Hipotesis Statistika H 0 : X 1 = X 2 Yaitu rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (siswa kelas IV B SD Salatiga 06) sama dengan rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol (siswa kelas IV A SD Salatiga 06) yang berarti bahwa tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran matematika realistik terhadap hasil belajar siswa. H 1 : X 1 > X 2 Yaitu rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (siswa kelas IV B SD Salatiga 06) lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol (siswa kelas IV A SD Salatiga 06) yang berarti bahwa terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran matematika realistik terhadap hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Dimana kegiatan pembelajaran tersebut diciptakan oleh guru dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menjelaskan tujuan pembelajaran matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika Para ahli _naeaclefinisikan tentang matematika antara lain; Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi (Sujono, 1988);

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pengertian belajar dalam kamus besar B. Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut fontana (Erman Suhaerman,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA Pendidikan Matematika Realistik... PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA Siti Maslihah Abstrak Matematika sering dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit bagi siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun secara deduktif (umum ke khusus) yang menyatakan hubungan-hubungan, struktur-struktur yang diatur menurut aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan aspek yang terintegrasi dengan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) Oleh : Iis Holisin Dosen FKIP UMSurabaya ABSTRAK Objek yang ada dalam matermatika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak jarang guru maupun siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 Kajian Teori 1 Matematika 1 Hakekat Matematika Menurut Marjoram (1974), matematika adalah aktivitas yang berhubungan lebih khusus dengan penjelasan, melihat pola/contoh dan mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (1991:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII ISSN 2502-5872 M A T H L I N E PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII Ikin Zaenal Mutaqin SMP Negeri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Realistic Mathematics Education Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Minat Belajar 2.1.1.1. Pengertian Minat Belajar Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa,1997:370). Minat merupakan sumber motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu untuk memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman terhadap konsep-konsep matematika merupakan modal utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti memahami konsep untuk setiap soal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Matematika merupakan salah satu dari mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa sekolah dasar. Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam dunia pendidikan di Indonesia telah dimasukkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sejak usia dini. Matematika adalah salah satu mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika Realistik a. Pengertian matematika realistik Pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai penerima

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 11 BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar pada umumnya berusia 7 sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teoti ini penulis membahas tentang hasil belajar, pembelajaran matematika dan metode demonstrasi. 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1. Hakekat Matematika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika juga diduga erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Matematika SD Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathein atau Manthenien yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Matematika SD Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathein atau Manthenien yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika SD Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathein atau Manthenien yang artinya mempelajari. Kata matematika erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan adalah sistem yang digunakan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan adalah sistem yang digunakan untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan adalah sistem yang digunakan untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Proses Belajar Proses belajar adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar 8 Keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai suatu hal yang erat kaitannya dengan kegiatan berhitung. Bagi setiap orang dan tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Realistic Mathematics Education (RME) yang di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar didapat satu pengertian yang utuh dan tidak menimbulkan salah tafsir diantara pembaca. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa, karena manusia diberikan akal dan pikiran. Jika manusia tidak memiliki akal dan pikiran maka dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa. dalam matematika. Aktivitas matematika ini dikenal juga sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa. dalam matematika. Aktivitas matematika ini dikenal juga sebagai 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Realistik Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia, sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, ini berarti bahwa manusia berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR Martianty Nalole Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstract : Study of reduction through approach

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Pada bab II kajian pustaka ini terkait dengan variabel penelitian, variabel hasil belajar matematika sebagai variabel terikat, pembelajaran matematika realistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Berdasarkan Permendiknas No. 41

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Hakikat Pemahaman Konsep Luas Bangun Luas a. Pengertian Pemahaman Pemahaman yang baik sangat diperlukan dalam mempelajarai suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Matematika Matematika merupakan suatu objek yang memilki tujuan abstrak, bertumpu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Matematika Matematika merupakan suatu objek yang memilki tujuan abstrak, bertumpu pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Matematika merupakan suatu objek yang memilki tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang dedukatif. Dalam matematika,

Lebih terperinci

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2 KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Matematika. : SMP/MTs. : VII s/d IX /1-2 Nama Guru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Ada beberapa hal yang lebih dahulu perlu dipahami dalam penelitian ini, diantaranya: pengertian belajar dan pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap nilai belajar matematika siswa. Nilai belajar siswa didapatkan dari salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Tardif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2003 : 62), Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein, yang berarti mempelajari. Kebanyakan orang mengatakan bahwa matematika merupakan suatu pelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara terus menerus telah dilakukan dengan baik secara konvensional maupun inovatif, seperti pelatihan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika begitu penting dalam kehidupan manusia dan salah satu penentu penguasaan ilmu dan bidang lainnya, sehingga Matematika digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merupakan proses yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat diacuhkan begitu saja. Umumnya pelajaran matematika di sekolah menjadi momok bagi siswa. Sifat abstrak dari objek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Realistic Mathematics Education (RME) 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Pada kajian teori menjelaskan tentang teori-teori yang akan dijadikan dasar dalam penelitian ini. Pembahasan teori ini meliputi konsep matematika, fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu lain. Oleh sebab

Lebih terperinci

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas dalam Trianto, 2010: 24).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman yang semakin maju ini yang masih terus dibicarakan dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Matematika Kata matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Matematika memiliki bahasa dan aturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajarannya Berikut ini dikemukakan definisi, karakteristik, tujuan, dan pembelajaran matematika. Adapun definisi matematika menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat dan oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk mengembangkan seluruh potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Depdiknas (2006:417) Mata pelajaran matematika salah satunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Matematika yang diberikan di tingkat

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum terdapat beberapa mata pelajaran sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Pada jenjang Sekolah Dasar terdapat lima mata pelajaran pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. Para ahli yang mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, Matematika dipelajari pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang penting bagi kemajuan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan seringnya matematika dijadikan indikator dalam menentukan maju tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha menguasai dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK) diperlukan amber daya manusia yang berkemampuan tinggi. Wadah kegiatan untuk

Lebih terperinci