PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO"

Transkripsi

1 PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Firdauzi Akbar Wicaksono NIM B

4 ABSTRAK FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO. Profil Semen Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan DAMIANA RITA EKASTUTI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil semen imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas dengan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama dilakukan dengan mengoleksi semen imago jantan setiap dua jam sejak imago keluar dari kokon hingga tidak mengeluarkan semen. Perlakuan kedua dilakukan dengan mengoleksi semen secara terus menerus setelah imago ditunggu empat jam sejak keluar dari kokon. Semen yang telah dikoleksi dilakukan evaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan pertama, rerata volume semen terbanyak adalah pada dua jam pertama yaitu 0.69±0.61 ml dengan kisaran ml. Nilai rerata motilitas dan konsentrasi spermatozoa tertinggi adalah pada dua jam kedua yaitu 72±10.85% dengan kisaran 50 85% dan 6675± / ml dengan kisaran / ml. Nilai rerata volume semen, motilitas, dan konsentrasi spermatozoa tertinggi pada perlakuan kedua didapat pada koleksi pertama yaitu 0.87±0.30 ml dengan kisaran 0.4±1.5 ml, 65±12% dengan kisaran 30 75% dan 4370± / ml dengan kisaran / ml. Kata kunci: Attacus atlas, imago jantan, profil reproduksi, spermatozoa ABSTRACT FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO. Male Imago Semen Profile Wild Silkworm Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by R IIS ARIFIANTINI and DAMIANA RITA EKASTUTI. The purpose of this study was to determine the semen profile of wild silkworm Attacus atlas in two different treatments. The first treatment was collecting semen continuously in every two hours after it hatched from cocoon until semen production stopped. The second treatment was performed by collecting semen continuously after four hours imago hatched from the cocoon. Collected semen were evaluated by macroscopic and microscopic. The results indicated that in the first treatment, the average volume of semen that can be collected is the highest on the first two hours with average volume of 0.69±0.61 ml with a range ml. The average motility value and the highest concentration of spermatozoa on the second period which was 72±10.85% with interval of 50 85% for motility and 6675± / ml with interval between / ml for the concentration. The highest average value of the semen volume, motility, and concentration of spermatozoa on the second treatment was obtained from the first collection which was 0.87±0.30 ml with interval of 0.4±1.5 ml, 65±12% with interval between 30 75% and 4370± / ml with interval of / ml. Keywords: Attacus atlas, male imago, reproductive profile, spermatozoa

5 PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Banyak ilmu, pelajaran, dan masukan yang bermanfaat dirasakan oleh penulis selama menyelesaikan karya ilmiah ini, sehingga pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih, kepada: 1. Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS AIF selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan, saran, serta masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 2. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan. 3. Karya ini penulis persembahkan untuk ayah, ibu, dan keluarga yang ada di kampung, untuk bapak Bambang dan Ibu Dian serta kedua adik penulis. 4 Fitria Senja Murtiningrum, terima kasih banyak untuk waktunya, kesabaran, dan semangatnya yang telah diberikan selama penulisan. 5. Bapak Bondan, Mbak Seli, dan Bapak Suganda Rais yang membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis saat melakukan penelitian di URR FKH IPB. 6. Teman teman ganglion yang selalu kompak memberikan semangat untuk kelancaran dan kesuksesan penulisan karya ilmiah ini. 7. Serta semua pihak yang tidak tertuliskan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Pada akhirnya ijinkan penulis memohon maaf kepada semua pihak yang terkait apabila dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat kelalaian. Semua saran dan kritik sangat membangun bagi karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin Bogor, September 2015 Firdauzi Akbar Wicaksono

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Taksonomi Ulat Sutera Liar Attacus atlas 2 Siklus Hidup Ulat Sutera Attacus atlas 2 Koleksi dan Evaluasi Semen 3 METODE 4 Waktu dan Tempat 4 Alat dan Bahan 4 Metodologi 4 Pengambilan Kokon dan Sexing 4 Penghitungan Bobot Pupa dan Imago 5 Koleksi dan Evaluasi Semen 5 Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 SIMPULAN DAN SARAN 10 Simpulan 10 Saran 10 DAFTAR PUSTAKA 10 RIWAYAT HIDUP 13

10 DAFTAR TABEL 1 Bobot badan awal imago jantan pada perlakuan pertama dan kedua 6 2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume total, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi tiap dua jam (Rerata±SD). 7 3 Volume semen A. atlas, warna semen, konsistensi semen, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi terus menerus (Rerata±SD). 9 4 Jumlah semen terhadap bobot awal imago pada perlakuan pertama dan kedua (Rerata±SD). 9 DAFTAR GAMBAR 1 Bakal antena pupa betina dan jantan 5 2 Warna semen A. atlas krem dan putih susu 8

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis yang memiliki berbagai jenis plasma nutfah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Melalui suatu proses budidaya dan pengolahan yang baik, sumber hayati unggulan dapat dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai jual di pasar nasional maupun internasional. Ulat sutera liar Attacus atlas (A. atlas) merupakan salah satu plasma nutfah asli Indonesia yang dapat menghasilkan benang sutera. Permintaan pasar terhadap benang sutera sangat tinggi. Menurut data yang dikeluarkan oleh International Silk Association, China merupakan konsumen terbesar sutera. China membutuhkan kokon dan benang sutera mentah mencapai ton, diikuti India dan Nepal yang masing-masing membutuhkan kokon dan sutera mentah sebanyak ton dan 2 ton setiap tahun (ISA 2000). Menurut Ekastuti (2014) harga benang sutera A. atlas sangat mahal, pada tahun 2009 satu kg benang dihargai Rp ,00 dan sekarang semakin sulit diperoleh. Tingginya permintaan pasar dan harga tiap kilogramnya menyebabkan masyarakat melakukan pengambilan kokon yang ada di alam secara besar besaran. Pengambilan besar besaran ini dapat menyebabkan punahnya plasma nutfah asli Indonesia. Menurut Ekastuti (2012) keberhasilan reproduksi A. atlas masih sangat rendah akibat keberhasilan hidup di alam hanya 11%. Rendahnya keberhasilan hidup ini tidak hanya disebabkan karena faktor parasitasi dan predasi, tetapi juga karena tingginya stres dan faktor alam. Faktor lain yang berpengaruh adalah waktu keluar imago jantan lebih cepat dari betina sehingga hanya sedikit jantan yang dapat melakukan perkawinan (Awan 2007). Penyebab lain dari rendahnya keberhasilan reproduksi adalah jantan dan betina yang bertemu belum tentu melakukan perkawinan (Nugroho et al. 2014). Permasalahan ini dapat diatasi dengan pengembangan teknologi reproduksi yaitu inseminasi buatan (IB) (Arifiantini et al. 2013). Aplikasi IB pada ulat sutera liar A. atlas memerlukan data pendukung seperti penelitian mengenai karakteristik organ imago jantan (Walidaini 2013) dan betina A. atlas (Allex et al. 2014), karakteristik semen A. atlas (Rabusin et al. 2014), preservasi semen (Septiadi et al. 2014), dan waktu optimal koleksi semen (Pramono 2014). Menurut Pramono (2014) koleksi semen dengan volume paling tinggi adalah pada empat jam setelah imago keluar dari kokon, namun tidak dilakukan pengamatan mikroskopis secara spesifik setiap dua jam. Pengamatan mikroskopis dilakukan setelah sepuluh jam imago keluar dari kokon, sehingga secara spesifik belum diketahui apakah volume koleksi semen yang tinggi diikuti dengan nilai motilitas dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi pula. Nilai motilitas dan konsentrasi spermatozoa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan preservasi semen dan IB A. atlas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil semen imago jantan A. atlas dengan melakukan pengamatan makro dan mikroskopis setiap semen yang dikoleksi pada dua perlakuan yang berbeda.

12 2 Perumusan Masalah Inseminasi buatan pada ulat sutera liar A. atlas membutuhkan kuantitas dan kualitas semen yang baik. Peningkatan kuantitas dan kualitas semen dapat tercapai jika mengetahui jumlah semen maksimal yang dapat dihasilkan oleh imago jantan serta berapa besar nilai motilitas dan konsentrasi spermatozoa dari setiap koleksi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil semen (volume semen, warna semen, konsistensi semen, motilitas spermatozoa, dan konsentrasi spermatozoa) ulat sutera liar A. atlas sebagai penunjang keberhasilan IB pada A. atlas. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai profil semen imago jantan A. atlas serta waktu yang tepat untuk melakukan koleksi semen, sehingga dapat mendukung penyediaan bibit yang berkesinambungan melalui pengoptimalan kuantitas dan kualitas semen. TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Ulat Sutera Liar A. atlas Attacus atlas merupakan serangga dari daerah tropis yang berpotensi untuk dijadikan komoditas unggul karena menghasilkan kokon yang dapat diolah menjadi benang sutera. Taksonomi merupakan cabang biologi yang berkaitan dengan penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang beragam (Campbell et al. 2000). Menurut Peigler (1989), A. atlas dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Saturniidae Genus : Attacus Spesies : Attacus atlas ( Linnaeus ) Siklus Hidup A. atlas Gullan dan Cranston (2000) menyatakan bahwa A. atlas merupakan serangga yang bersifat holometabola. Holometabola adalah serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Waktu yang diperlukan A. atlas mulai dari oviposisi (peletakan telur) pertama kali sampai dengan imago bertelur kembali adalah hari dengan pemberian pakan daun sirsak (Awan 2007).

13 Telur A. atlas memiliki masa inkubasi selama delapan sampai sepuluh hari (Desiana 2008). Telur memiliki cairan pelekat pada bagian bawahnya yang berfungsi untuk melekat pada daun (Dewi 2010). Fase telur akan diakhiri dengan keluarnya larva dari dalam telur. Larva merupakan stadium terlama yaitu hari, stadium ini memiliki enam fase instar. Tahap paling lama adalah instar enam. Tahap ini membutuhkan waktu lama karena terdapat fase dimana larva akan berubah menjadi pupa dan akan mengokon (Awan 2007; Mulyani 2008). Larva akan mengeluarkan cairan sutera dan menjadi serabut kokon ketika cairan tersebut mengering (Dewi 2010). Fungsi kokon adalah menjaga agar kondisi di dalam kokon tetap sesuai dan melindungi pupa dari pengaruh lingkungan luar yang dapat mengganggu perkembangan pupa. Pupa akan mengalami pembentukan sayap, kaki, kepala, dan organ reproduksi di dalam kokon, oleh karena itu kokon harus selalu dijaga agar organogenesis berlangsung dengan sempurna. Tahapan pupa dan pengokonan normal berlangsung selama hari. Tahapan ini diakhiri dengan mulai keluarnya imago dari lubang yang terdapat di bagian anterior dari kokon (Awan 2007). Imago A. atlas akan keluar dari kokon melalui lubang pada bagian anterior di dekat tempat penempelan kokon pada daun. Menurut Awan (2007) imago yang baru keluar dari kokon masih belum bisa terbang dikarenakan sayap imago yang masih basah. Imago jantan memiliki antena dengan ukuran yang lebih lebar dari imago betina. Imago jantan memiliki panjang antena mm dan lebar mm, sedangkan imago betina memiliki panjang antena mm dan lebar 3 mm. Antena imago jantan lebih panjang dan lebar karena berfungsi untuk mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh imago betina (Mulyani 2008). Menurut Dewi (2010) perkawinan akan berlangsung ketika imago jantan mendatangi imago betina yang mengeluarkan feromon. Perkawinan berlangsung selama satu malam penuh. Beberapa jam kemudian imago betina akan mengeluarkan telur. Menurut Mulyani (2008) imago betina akan mengeluarkan telur selama 2 6 hari setelah perkawinan dengan jumlah telur sebanyak butir dalam sekali siklus perkawinan. Umur dari imago jantan sangat pendek yaitu 2 4 hari, sedangkan imago betina dapat bertahan hidup selama 2 10 hari (Awan 2007). 3 Koleksi dan Evaluasi Semen Semen merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak jantan yang secara normal diejakulasikan melalui penis ke dalam saluran kelamin betina sewaktu terjadi kopulasi. Semen dapat dikoleksi dengan berbagai cara untuk keperluan inseminasi buatan. Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan sedikit disekresikan oleh testis (Toelihere 1981). Hafez (1993) mengemukakan bahwa plasma semen sangat penting sebagai komponen dalam perkawinan alami karena berperan sebagai pembawa dan protektor bagi spermatozoa. Plasma semen mempunyai fungsi utama sebagai medium pembawa spermatozoa dari saluran reproduksi hewan jantan ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Fungsi ini dapat berjalan dengan baik kerena plasma semen mengandung bahan-bahan penyangga untuk mempertahankan ph dan menjadi sumber energi bagi spermatozoa (Toelihere 1981).

14 4 Koleksi semen pada imago jantan A. atlas berbeda dengan ruminansia. Attacus atlas tidak memerlukan vagina buatan. Koleksi semen langsung dengan menggunakan microtube yang diletakkan tepat di bawah kloaka dari imago jantan. Semen akan keluar ketika pangkal sayap dipegang. Evaluasi semen dilakukan setelah koleksi semen. Terdapat dua jenis evaluasi semen yaitu evaluasi makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi dan ph, sedangkan evaluasi mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi dan motilitas spermatozoa, serta abnormalitas spermatozoa (Arifiantini 2012). Semen A. atlas memiliki karakteristik yang khas dengan morfologi spermatozoa yang sangat kecil, berbentuk bulat dan tidak memiliki flagela. Karakteristik makroskopis semen A. atlas, yaitu memiliki volume dengan rerata 0.42±0.47 ml dan kisaran ml, nilai rerata ph 6.49±0.27 dengan kisaran , derajat kekentalan semen sedang, warna kuning krem dan bau yang sangat khas. Karakteristik mikroskopis semen A. atlas, yaitu morfometri spermatozoa A. atlas sangat kecil dengan ukuran hanya 1 µm, motilitas spermatozoa 80 90% dan konsentrasi spermatozoa sebesar 318.5± /ml (Rabusin et al. 2014). METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 di Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi serta Unit Reproduksi Rehabilitasi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini, adalah kandang kasa, microtube, gelas objek dan penutup, pipet tetes, termometer, Neubauer Chamber, mikro pipet, kotak kardus, gunting, mikroskop binokuler (Olympus CH20), kertas label, kapas, tisu, timbangan digital, dan koran. Bahan-bahan yang digunakan adalah 21 ekor imago jantan, alkohol 70%, Formol salin, dan NaCl 0.9%. Metodologi Pengambilan Kokon dan Sexing Kokon ulat sutera A. atlas yang digunakan didapat dari perkebunan teh di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Kokon yang digunakan harus hidup dan berkualitas baik agar kualitas semen yang dihasilkan juga baik. Kokon ditempatkan pada kandang kasa berukuran ( ) cm 3 dengan posisi tidak bertumpukan, hal ini bertujuan agar ngengat dapat dengan mudah keluar dari kokon. Selanjutnya,

15 dilakukan proses sexing untuk mendapatkan imago jantan dengan cara menggunting kokon melalui celah pada bagian anterior kemudian melihat bentuk calon antena pada fase pupa. Pupa dengan calon antena besar akan menjadi imago jantan, sedangkan pupa yang memiliki antena kecil akan menjadi imago betina. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui perkembangan dan kemunculan imago jantan. 5 A A B B Gambar 1 Bakal antena pupa betina (A) dan jantan (B) Penghitungan Bobot Pupa dan Imago Pupa yang telah dilakukan sexing kemudian ditimbang bobot badan setiap hari sampai menjadi imago. Imago yang keluar ditimbang dan dikoleksi semennya sesuai perlakuan. Dilakukan juga penimbangan terhadap bobot badan imago setelah semen dikoleksi. Koleksi dan Evaluasi Semen Koleksi semen dilakukan dengan cara memegang kedua pangkal sayap imago, kemudian bagian posterior abdomen sedikit dimasukkan ke dalam microtube dan ditunggu beberapa saat hingga terjadi ejakulasi. Koleksi semen dilakukan dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama semen dikoleksi pada sepuluh imago setiap dua jam sejak keluar dari kokon hingga tidak lagi mengeluarkan semen. Perlakuan kedua semen dikoleksi secara terus menerus pada sebelas imago setelah ditunggu empat jam sejak keluar dari kokon hingga tidak dapat mengeluarkan semen. Imago yang tidak dapat ejakulasi disebut dengan imago kering. Setiap perlakuan menggunakan microtube yang berbeda. Semen hasil koleksi langsung dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis dilakukan dengan menimbang semen menggunakan timbangan digital, menghitung volume semen dengan melihat pada skala microtube, mengamati konsistensi dengan cara memiringkan microtube dan mengembalikan ke tempat semula kemudian dilihat reaksi pergerakan semen, serta memeriksa warna semen secara visual. Pemeriksaan semen secara mikroskopis menggunakan mikroskop binokuler (Olympus CH20), meliputi gerakan massa, konsentrasi, abnormalitas, dan motilitas spermatozoa, serta spermatozoa hidup (Arifiantini 2012). Namun dalam penelitian ini tidak semua parameter dapat

16 6 diperiksa. Parameter yang dapat diamati pada penelitian ini adalah konsentrasi dan motilitas spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan menggunakan Neubauer Chamber dan mikroskop dengan perbesaran 400. Semen yang akan diperiksa diencerkan ke dalam formol salin dengan perbandingan 2 µl semen dan 998 µl larutan formol salin. Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan satu tetes semen pada gelas objek kemudian diencerkan dengan dua tetes NaCl 0.9% dan dihomogenkan. Mengambil satu tetes dari homogenat kemudian diletakkan pada gelas objek lain dan ditutup dengan gelas penutup selanjutnya dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop binokuler (Olympus CH20) dengan perbesaran 400. Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan diuji secara statistik dengan analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan menggunakan SPSS Data disajikan dalam rerata dan standar deviasi (SD). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bobot badan awal pada perlakuan pertama adalah 5.16±0.84 g dengan kisaran g. Perlakuan kedua menunjukkan bobot badan awal sebesar 5.35±0.67 g dengan kisaran g (Tabel 1). Bobot badan hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan Alvianti (2014) yang melaporkan bobot imago awal adalah 3.17±0.36 g. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan palatabilitas A. atlas saat tahap larva dan perbedaan jumlah energi yang dibutuhkan imago untuk keluar dari dalam kokon. Penurunan bobot badan secara drastis terjadi pada koleksi semen pertama pada kedua perlakuan (Tabel 2 dan 3). Hasil ini berbanding lurus dengan jumlah semen yang dihasilkan pada koleksi pertama yang cukup tinggi. Tabel 1 Bobot badan awal imago jantan pada perlakuan pertama dan kedua BB awalp1 (g) BB awalp2 (g) Rerata±SD 5.16± ±0.67 b *P1: Perlakuan pertama, P2: Perlakuan kedua, SD: Standar Deviasi Rerata volume semen paling tinggi pada perlakuan pertama adalah koleksi dua jam setelah keluar dari kokon yaitu 0.69±0.61 ml dengan kisaran ml dan menurun pada jam berikutnya (Tabel 2). Volume semen pada penelitian ini berbeda dengan Pramono (2014) yang melaporkan volume semen tertinggi adalah 0.57±0.38 ml dengan kisaran ml pada koleksi jam kedua dan menurun pada jam berikutnya. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah volume yang dikoleksi pada jam pertama dan kedua tidak berbeda, namun lebih tinggi dibandingkan dengan dua jam berikutnya pada taraf uji 5%.

17 Persentase volume semen tiap koleksi terhadap volume semen total tertinggi dihasilkan pada koleksi pertama dan kedua yaitu 32±0.20% dengan kisaran 14 69% dan 29±0.12% dengan kisaran 8 51% (Tabel 2). Volume semen pada koleksi jam pertama dan kedua tidak berbeda, namun lebih besar dibandingkan dengan dua jam berikutnya terhadap volume semen total yang dihasilkan pada taraf uji 5%. Tabel 2 Volume semen A. atlas, volume semen tiap koleksi dibanding volume total, motilitas dan konsentrasi spermatozoa pada imago yang dikoleksi tiap dua jam (Rerata±SD). Koleksi dua jam ke- Volume (ml) Volume tiap 2 jam/ vol. total (%) Warna Parameter Konsistensi Konsentrasi Spermatozoa ( 10 6 / ml) Motilitas spermatozoa (%) ±0.61 a 32±0.20 a K Sedang 3900±3520 a 63±7.9 a ±0.17 a 29±0.12 a PK Cair 6675±7228 a 72±10.8 a ±0.14 bc 13±0.07 b PK Cair ± a 38±14 b ±0.11 bc 9±0.07 bc PK Cair ± a 27±0.24 bc ±0.10 bc 6±0.06 bc PK Sedang 5355±7441 a 16±0.17 cd ±0.85 bc 6±0.05 bc PK Cair 3210±2618 a 15±0.17 cd ±0.16 bc 3±0.06 c PS Sedang 4835± a 10±12.6 de ±0.05 bc 2±0.03 c PS Sedang 6460± a 4±4.6 de ±0.01 c 0.2±0.00 c PK Kental 3223±6800 a 1±2.2 e Total 1.96±2.20 *SD: Standar Deviasi, K: Krem, PK: Putih keruh, PS: Putih susu BB: Selisih antara bobot badan awal dikurangi bobot badan setelah ejakulasi dan bobot semen. Huruf superskrip dengan notasi berbeda pada kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (P<0.05) ( uji selang berganda Duncan ). Waktu koleksi semen tidak memengaruhi besarnya konsentrasi pada taraf uji 5%. Koleksi pertama pada perlakuan pertama memiliki nilai rerata volume lebih tinggi dibanding koleksi kedua, namun memiliki nilai rerata konsentrasi dan motilitas spermatozoa lebih rendah dibanding koleksi kedua. Nilai rerata konsentrasi dan motilitas spermatozoa pada koleksi pertama adalah ± / ml dengan kisaran / ml dan 63±7.90% dengan kisaran 45 70%. Koleksi kedua memiliki nilai rerata konsentrasi dan motilitas spermatozoa sebesar ± / ml dengan kisaran / ml dan 72±10.85% dengan kisaran 50 85% (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan bahwa pada koleksi pertama semen mengandung banyak media pembawa dan sedikit spermatozoa. Diduga imago A. atlas belum banyak memproduksi spermatozoa pada dua jam pertama sehingga nilai konsentrasi spermatozoa lebih rendah dibandingkan dengan koleksi yang kedua. Nilai konsentrasi spermatozoa koleksi jam pertama dan kedua pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Pramono (2014) dan Rabusin et al. (2014). Pramono (2014) dan Rabusin et al. (2014) melaporkan, nilai konsentrasi spermatozoa sebesar 1141± / ml dan ± / ml. Tingginya nilai konsentrasi pada penelitian ini disebabkan karena konsentrasi spermatozoa diamati pada setiap koleksi, sedangkan 7

18 8 pada penelitian Pramono (2014) dan Rabusin et. Al. (2014) konsentrasi spermatozoa diamati pada semen kumulatif. Semen A. atlas pada penelitian ini memiliki warna yang bervariasi mulai dari krem hingga putih keruh. Warna semen ini merupakan warna normal dari semen A. atlas. Menurut Rabusin et al. (2014) A. atlas memiliki warna semen yang bervariasi mulai dari putih, kekuningan, hingga kecoklatan. Gambar 2 Warna semen A. atlas krem dan putih susu Konsistensi dari semen A. atlas mulai dari sedang sampai dengan kental. Souhoka et al. (2009) menyatakan bahwa semen segar yang memiliki jumlah spermatozoa banyak akan mengakibatkan semen lebih kental dan warnanya lebih pekat. Penelitian ini menunjukkan semen pada koleksi jam kesembilan berkonsistensi kental dan memiliki konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan koleksi jam kedua yang berkonsistensi cair. Hasil ini karena pada semen jam kesembilan spermatozoa yang tersimpan pada testis semakin berkurang dan hanya menyisakan cairan suspensi saja. Motilitas spermatozoa merupakan salah satu parameter yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi fertilitas spermatozoa (Sukmawati 2014). Hasil penelitian menunjukkan jam pertama dan kedua memiliki nilai motilitas spermatozoa yang sama, namun pada dua jam berikutnya memiliki nilai motilitas lebih rendah pada taraf uji 5%. Nilai rerata motilitas paling tinggi pada perlakuan pertama adalah koleksi dua jam kedua yaitu 72%±10.85% dengan kisaran 50 85%. Koleksi dua jam pertama memiliki nilai rerata lebih rendah dibandingkan koleksi dua jam kedua yaitu 63±7.91% dengan kisaran 45 70% (Tabel 2). Hasil ini diduga karena proses pembentukan semen yang belum sempurna saat dilakukan koleksi dua jam pertama. Rerata volume semen tertinggi pada perlakuan kedua adalah koleksi pertama yaitu 0.87±0.30 ml dengan kisaran 0.40±1.50 ml. Rerata volume semen pada koleksi pertama dan kedua mengalami penurunan yang sangat drastis dari 0.87±0.30 ml dengan kisaran ml menjadi 0.04±0.08 ml dengan kisaran (Tabel 3). Hasil ini diduga karena imago jantan membutuhkan waktu untuk melakukan proses pembentukan semen. Tabel 3 menunjukkan terdapat beberapa imago yang dapat dikoleksi langsung setelah keluar dari kokon. Data ini belum dapat dijelaskan karena masih belum adanya penelitian mengenai spermatogenesis dan pembentukan semen pada A. atlas.

19 Tabel 3 Volume semen A. atlas, warna semen, konsistensi semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa pada imago yang dikoleksi terus menerus (Rerata±SD). Koleksi ke- Volume (ml) Parameter Warna Konsistensi Konsentrasi spermatozoa ( 10 6 / ml) Motilitas spermatozoa (%) 0* 0.31±0.57 K Kental 1830± ± ±0.30 PS Sedang ± ± ±0.08 PS Kental ± ± ±0.06 PK Cair ± ±23 Total 1.25±1.01 *SD: Standar Deviasi, K: Krem, PS: Putih susu BB: Selisih antara bobot badan awal dikurangi bobot badan setelah ejakulasi dan bobot semen, 0*: Baru keluar kokon Nilai rerata konsentrasi dan motilitas spermatozoa tertinggi pada perlakuan kedua adalah koleksi pertama yaitu ± / ml dengan kisaran dan 65±12% dengan kisaran 30 75% (Tabel 3). Menurut Setiadi et al. (2000) motilitas spermatozoa ternak dipengaruhi oleh umur spermatozoa, maturasi spermatozoa, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan atau hambatan. Tabel 4 Jumlah volume semen terhadap bobot awal imago pada perlakuan pertama dan kedua (Rerata±SD). vol. total/ BB awalp1 (%) vol. total/ BB awalp2 (%) Rerata±SD 38±10.7 a 18±8.16 b *P1: Perlakuan 1, P2: Perlakuan kedua, SD: Standar Deviasi. Huruf superskrip dengan notasi berbeda pada kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (P<0.05) ( uji selang berganda Duncan ). Waktu koleksi memengaruhi nilai total volume terhadap bobot badan awal pada taraf uji 5%. Total volume semen terhadap bobot badan awal pada perlakuan pertama adalah 1.96±0.65 dengan kisaran ml yang merupakan 38%±10.7% dari bobot badan awal. Total volume semen terhadap bobot badan awal pada perlakuaan kedua adalah 1.25±0.34 ml dengan kisaran ml yang merupakan % dari bobot badan awal (Tabel 4). Perbedaan ini disebabkan karena volume semen total pada perlakuan pertama adalah total semen yang dapat dihasilkan oleh imago, sedangkan pada perlakuan kedua diduga volume semen total berasal dari proses pembentukan semen yang pertama. Imago pada perlakuan pertama dikoleksi setiap dua jam hingga tidak mengeluarkan semen kembali, diduga dalam selang waktu dua jam tersebut terjadi proses pembentukan semen kembali sehingga volume semen total yang dihasilkan lebih tinggi daripada perlakuan kedua. Imago pada perlakuan kedua dikoleksi setelah empat jam keluar dari kokon secara terus menerus hingga tidak mengeluarkan semen lagi, sehingga volume semen total yang dihasilkan hanya berasal dari proses pembentukan semen yang pertama yaitu pada empat jam awal setelah imago keluar dari kokon. 9

20 10 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Volume total yang dapat dikoleksi pada imago jantan A. atlas adalah 1.96 ml. Volume koleksi tertinggi didapatkan pada koleksi jam pertama dan kedua yaitu %. Warna normal dari semen A. atlas adalah krem sampai dengan putih keruh. Konsistensi dari semen A. atlas adalah cair sampai dengan kental. Konsentrasi spermatozoa tidak dipengaruhi waktu koleksi semen. Motilitas spermatozoa tertinggi didapatkan pada koleksi jam pertama dan kedua. Koleksi semen sebaiknya dilakukan antara dua jam pertama dan kedua. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui proses, pembentukan semen, spermatogenesis imago A. atlas, serta kemampuan fertilisasi melalui aplikasi IB. DAFTAR PUSTAKA Allex M, Ekastuti DR, Arifiantini RI Karakteristik imago betina ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Di dalam: Herdis, Arifiantni I, Amin MR, Yusuf TL, Setiadi DR, Santoso, editor. Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Sinar Jaya Alvianti W Performa reproduksi imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arifiantini RI Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor (ID): IPB Pr. Arifiantini RI, Ekastuti DR, Allex M, Rabusin M, Septiadi R, Walidaini R Upaya Teknologi Reproduksi Untuk Mendukung Budidaya Berkelanjutan Ulat Sutera (Attacus atlas). Bogor (ID): Pertamina Foundation Awan A Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG Biologi. Ed. Ke-5. Jilid 3. Jakarta (ID): Erlangga. Desiana RR Produktivitas dan daya tetas telur ulat sutera liar (Attacus atlas) asal purwakarta pada berbagai jenis kandang pengawinan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dewi A Pengaruh penyimpanan dan hari oviposisi terhadap waktu penetasan dan daya tetas telur Attacus atlas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

21 Ekastuti DR Tinjauan fisiologis domestikasi ulat sutera liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae) [a physiological review on domestication of wild silkworm A. atlas (Lepidoptera: Saturniidae)]. Berita Biol [Internet]. [diunduh 2015 Agustus 14]; 11(2): Tersedia pada: Ekastuti DR Manajemen reproduksi ulat sutera liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae). Di dalam: Herdis, Arifiantini I, Amin MR, Yusuf TL, Setiadi DR, Santoso, editor. Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Sinar Jaya. hlm Gullan PJ, Cranston PS The Insects An Outline of Entomology. Second Edition. London (GB): Blackwell Sci. Hafez ESE Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition. Philadelphia (USA): Lea and Febiger. [ISA] International Silk Association Sericologia (40). Japan International Cooperation Agency. Mulyani N Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) dengan pakan daun kaliki (Ricinus communis L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas L.) di laboratorium [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nugroho EP, Ekastuti DR, Arifiantini RI Preservasi imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). JIPI. 19(3): doi: /annurev-ento Peigler RS A Revision of Indo Australian Genus Attacus. The Lepidoptera Research Foundation Inc. California (USA): Beverly Hills. Pramono D Penentuan waktu optimal koleksi dan evaluasi kapasitas semen ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rabusin M, Arifiantini RI, Ekastuti DR Karakteristik semen imago Attacus atlas. Di dalam: Herdis, Arifiantni I, Amin MR, Yusuf TL, Setiadi DR, Santoso, editor. Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Sinar Jaya. Septiadi R, Arifiantini RI, Ekastuti DR Penggunaan larutan fisiologis mamalia untuk preservasi semen ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Di dalam: Herdis, Arifiantni I, Amin MR, Yusuf TL, Setiadi DR, Santoso, editor. Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Sinar Jaya. Setiadi B, Subandriyo K, Dwiyanto T, Sartika B, Tiesnamurti UD, Yulistiani, Martawidjadja M Karakterisasi Sumberdaya Genetik Kambing Lokal sebagai Upaya Pelestarian Secara Ex-situ. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak, Ciawi. Souhoka DF, Matatula MJ, Nalley M, Rizal M Laktosa mempertahankan daya hidup spermatozoa kambing peranakan etawa yang dipreservasi dengan plasma semen domba priangan. J. Vet. 10(3):

22 12 Sukmawati E Daya tahan spermatozoa terhadap proses pembekuan pada berbagai jenis sapi pejantan unggul [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Toelihere MR Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa. Walidaini R Karekteristik imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

23 13 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Maret 1993 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Bambang Rahmanto dan Ibu Dyanningtyas. Penulis memulai pendidikan formal di TK Darmawanita Desa Tosaren Kota Kediri Jawa Timur ( ); SDN Tosaren 1 Desa Tosaren Kota Kediri Jawa Timur ( ); SMPN 1 Kediri Jawa Timur ( ); SMAN 2 Kediri Jawa Timur ( ). Pada tahun 2011 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima pada Fakultas Kedokteran Hewan. Selama menjalani studi di IPB, penulis aktif dalam Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan sebagai staf Divisi Hewan Kecil ( ), anggota Departemen Budaya Olahraga dan Seni BEM FKH IPB ( ), anggota Departemen Sosial dan Lingkungan BEM FKH IPB ( ), dan sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Jayabaya ( ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU OPTIMAL KOLEKSI DAN EVALUASI KAPASITAS SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DIDIK PRAMONO

PENENTUAN WAKTU OPTIMAL KOLEKSI DAN EVALUASI KAPASITAS SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DIDIK PRAMONO PENENTUAN WAKTU OPTIMAL KOLEKSI DAN EVALUASI KAPASITAS SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DIDIK PRAMONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Floss Floss merupakan bagian kokon yang berfungsi sebagai penyangga atau kerangka kokon. Pada saat akan mengokon, ulat sutera akan mencari tempat lalu menetap di tempat tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

Preservasi Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

Preservasi Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae) Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Desember 2014 Vol. 19 (3): 174 178 ISSN 0853 4217 Preservasi Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae) (Preservation Of Male Imago Of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai April 2012 bertempat di Indira Farm Hamtaro and Rabbit House, Istana Kelinci, dan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2012 dengan selang waktu pengambilan satu minggu. Lokasi pengambilan ikan contoh

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Blok C Laboratorium Lapang Bagian Produksi Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) WINDY ALVIANTI

PERFORMA REPRODUKSI IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) WINDY ALVIANTI PERFORMA REPRODUKSI IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) WINDY ALVIANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR A. Winarto dan N. Isnaini Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Abstrak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Metabolisme Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor mulai bulan Oktober sampai dengan Nopember 2011. Tahapan meliputi

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi

Lebih terperinci

PROFIL SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas YANG DIKOLEKSI SETIAP DUA JAM RIZKA AMALIA

PROFIL SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas YANG DIKOLEKSI SETIAP DUA JAM RIZKA AMALIA PROFIL SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas YANG DIKOLEKSI SETIAP DUA JAM RIZKA AMALIA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei

Lebih terperinci

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C (MOTILITY AND VIABILITY SPERMATOZOA OF CHICKEN IN DILUENTGLUCOSE EGG YOLK PHOSPHAT IN STORAGE3-5

Lebih terperinci

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 39-44 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, ph dan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi sperma,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki

Lebih terperinci

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C IDEAL GLUCOSE DOSAGE ON EGG YOLK PHOSPHATE BUFFER FOR MAINTAINING SEMEN TURKEYS QUALITY IN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan

Lebih terperinci

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental M. Adhyatma, Nurul Isnaini dan Nuryadi Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot badan pejantan terhadap

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Kambing PE Semen ditampung dari satu ekor kambing jantan Peranakan Etawah (PE) menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo Lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki bentuk tubuh memanjang, memiliki sungut dengan permukaan tubuh

Lebih terperinci

DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI.

DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI. DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh MUHAMMAD FAHIM RIDHO PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).

Lebih terperinci

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Produksi Ternak Ruminansia Kecil Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi, Bagian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR TIGA GENOTIPE DOMBA PERSILANGAN

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR TIGA GENOTIPE DOMBA PERSILANGAN KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR TIGA GENOTIPE DOMBA PERSILANGAN (Fresh Semen Characteristics of Three Genotypes of Cross Bred Sheep) UMI ADIATI, SUBANDRIYO, B TIESNAMURTI dan SITI AMINAH Balai Penelitian Ternak,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Domba Segera Setelah Koleksi Pemeriksaan karakteristik semen domba segera setelah koleksi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan secara makroskopis

Lebih terperinci

Karakteristik Kulit Kokon Segar Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) dari Perkebunan Teh di Daerah Purwakarta

Karakteristik Kulit Kokon Segar Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) dari Perkebunan Teh di Daerah Purwakarta Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2011 Vol. 13 (3) ISSN 1907-1760 Karakteristik Kulit Kokon Segar Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) dari Perkebunan Teh di Daerah Purwakarta The Characteristics of Fresh

Lebih terperinci

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 10 (1):52-58 ISSN 1410 5020 Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer Quality of Semen Crossbreed Boer Goat M. Hartono Universitas Lampung ABSTRACT The research was

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Komplek Kandang C

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Komplek Kandang C HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Lokasi pemeliharaan larva, pengokonan, dan pengamatan kokon adalah Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Kompleks Kandang Blok C. Lokasi

Lebih terperinci

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP Cindy Alvionita* Siti Darodjah Rasad** Nurcholidah Solihati** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati

Lebih terperinci

Morfometri Kokon Attacus atlas Hasil Pemeliharaan di Laboratorium. Cocoon Morphometry Attacus atlas has Grown in the Laboratory

Morfometri Kokon Attacus atlas Hasil Pemeliharaan di Laboratorium. Cocoon Morphometry Attacus atlas has Grown in the Laboratory Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2012 Vol. 14 (1) ISSN 1907-1760 Morfometri Kokon Attacus atlas Hasil Pemeliharaan di Laboratorium Cocoon Morphometry Attacus atlas has Grown in the Laboratory Y.C.

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Budi Setyono, SPi dan Suswahyuningtyas Balai Benih Ikan Punten Batu email:

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN (The Effects of Scrotal Diameter and Testical Volume in Semen Volume and

Lebih terperinci

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT (Artificial Insemination Application Using Sexed Sperm in West Sumatera) EKAYANTI M. KAIIN, M. GUNAWAN dan BAHARUDDIN TAPPA Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER M Fajar Agustian, M Nur Ihsan dan Nurul Isnaini Bagian Produksi Ternak,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL Adhyatma, M., Nurul Isnaini dan Nuryadi Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH Hanum, A. N., E. T. Setiatin, D. Samsudewa, E. Kurnianto, E. Purbowati, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah 1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Hubungan Bobot Badan dengan Konsentrasi, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah dilaksanakan pada bulan Juli -

Lebih terperinci

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM (DIFFERENCE OF SEMEN VOLUME, CONCENTRATION, AND THE SPERM CELLS

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR Oleh : Nilawati Widjaya Dosen Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya ABSTRACT This study

Lebih terperinci

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B04103026 DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dipelihara dan dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara tradisional. Salah satu bangsa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption. ABSTRACT ESWA TRESNAWATI. The Life Cycle and Growth of Graphium agamemnon L. and Graphium doson C&R. Butterflies (Papilionidae: Lepidoptera) Fed by Cempaka (Michelia champaca) and Soursoup (Annona muricata).

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE PADA PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SPERMATOZOA SAPI LIMOUSIN SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG Rahman Maulana 1), Nurul Isnaini 2 dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP. TUGAS AKHIR - SB 091358 Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP. 1507 100 016 DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP. Kebutuhan pangan (ikan air tawar) semakin meningkat Kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing Peranakan Etawah atau kambing PE merupakan persilangan antara kambing kacang betina asli Indonesia dengan kambing Etawah jantan yang berasal dari daerah Gangga,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11--18 April 2014 di Laboratoium Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah Lampung,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) RIDHO WALIDAINI

KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) RIDHO WALIDAINI KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) RIDHO WALIDAINI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG THE INFLUENCE OF AGE AND SEMEN COLLECTION FREQUENCY ON THE VOLUME

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SEMEN BURUNG PUYUH. (Coturnix-Coturnix Japonica) SKRIPSI

KARAKTERISTIK SEMEN BURUNG PUYUH. (Coturnix-Coturnix Japonica) SKRIPSI KARAKTERISTIK SEMEN BURUNG PUYUH (Coturnix-Coturnix Japonica) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan Diajukan Oleh : Drystiana

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan (UPTD BIB) Tuah Sakato, Payakumbuh. 3.2. Materi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian menggunakan data sekunder di Laboratorium Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung, Jawa Barat. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder produksi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah

Lebih terperinci

Spermatogenesis dan sperma ternak

Spermatogenesis dan sperma ternak J0A09 dari 5. MATERI PRAKTIKUM 3 : Spermatogenesis dan sperma ternak TUJUAN PRAKTIKUM : Mahasiswa dapat menyebutkan tahapan pembentukan spermatozoa dan menjelaskan komposisi semen serta struktur/morfologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

Semen beku Bagian 2: Kerbau

Semen beku Bagian 2: Kerbau Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 2: Kerbau ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang. II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang. Persilangan antara kedua jenis kambing ini telah

Lebih terperinci

PENGAMATAN KELUARNYA NGENGAT Attacus atlas BERDASARKAN BOBOT KOKON PADA BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN

PENGAMATAN KELUARNYA NGENGAT Attacus atlas BERDASARKAN BOBOT KOKON PADA BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN PENGAMATAN KELUARNYA NGENGAT Attacus atlas BERDASARKAN BOBOT KOKON PADA BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN SKRIPSI FITRI KARTIKA SARI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN AMBING TIKUS (Rattus norvegicus) PADA USIA KEBUNTINGAN 13, 17, DAN 21 HARI AKIBAT PENYUNTIKAN bst (bovine Somatotropin)

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN AMBING TIKUS (Rattus norvegicus) PADA USIA KEBUNTINGAN 13, 17, DAN 21 HARI AKIBAT PENYUNTIKAN bst (bovine Somatotropin) PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN AMBING TIKUS (Rattus norvegicus) PADA USIA KEBUNTINGAN 13, 17, DAN 21 HARI AKIBAT PENYUNTIKAN bst (bovine Somatotropin) MEETHA RAMADHANITA PARDEDE SKRIPSI DEPARTEMEN ANATOMI,

Lebih terperinci

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM 1 GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM Takdir Saili 1*, Fatmawati 1, Achmad Selamet Aku 1 1

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI DAN MORFOMETRI SPERMATOZOA ANOA (Bubalus Sp) DENGAN PEWARNAAN WILLIAMS DAN EOSIN-NIGROSIN ADITYA

KAJIAN MORFOLOGI DAN MORFOMETRI SPERMATOZOA ANOA (Bubalus Sp) DENGAN PEWARNAAN WILLIAMS DAN EOSIN-NIGROSIN ADITYA KAJIAN MORFOLOGI DAN MORFOMETRI SPERMATOZOA ANOA (Bubalus Sp) DENGAN PEWARNAAN WILLIAMS DAN EOSIN-NIGROSIN ADITYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 RINGKASAN ADITYA. Kajian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KULIT KOKON SEGAR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) DARI PERKEBUNAN TEH DI DAERAH PURWAKARTA SKRIPSI ARYOKO BASKORO

KARAKTERISTIK KULIT KOKON SEGAR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) DARI PERKEBUNAN TEH DI DAERAH PURWAKARTA SKRIPSI ARYOKO BASKORO KARAKTERISTIK KULIT KOKON SEGAR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) DARI PERKEBUNAN TEH DI DAERAH PURWAKARTA SKRIPSI ARYOKO BASKORO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Semen Domba Pengukuran volume semen domba dilakukan untuk mengetahui jumlah semen yang dihasilkan oleh satu ekor domba dalam satu kali ejakulat. Volume semen domba dipengaruhi

Lebih terperinci

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG (THE QUALITY OF FRESH SEMEN OF SIMMENTAL BULLS COLLECTED WITH DIFFERENT INTERVAL AT THE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Filamen Sutera Beberapa atribut yang berperan pada penentuan kualitas filamen sutera diantaranya panjang filamen, bobot filamen, tebal filamen, persentase bobot filamen, dan

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan 4 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Semen merupakan suatu produk yang berupa cairan yang keluar melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh testis dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan

Lebih terperinci

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian 6 mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-40 o C, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu semen yang berasal dari lima ekor kambing PE umur 2-3 tahun. 3.1.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 12 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan bulan November 2012 di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Bogor. Analisis hormon testosteron

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) ASAL PURWAKARTA PADA BERBAGAI JENIS KANDANG PENGAWINAN

PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) ASAL PURWAKARTA PADA BERBAGAI JENIS KANDANG PENGAWINAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) ASAL PURWAKARTA PADA BERBAGAI JENIS KANDANG PENGAWINAN SKRIPSI RADEN RUVITA DESIANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Karakteristik semen segar yang didapatkan selama penelitian disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik

Lebih terperinci