KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) RIDHO WALIDAINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) RIDHO WALIDAINI"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) RIDHO WALIDAINI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Karakteristik Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Ridho Walidaini NIM B

4 ABSTRAK RIDHO WALIDAINI. Karakteristik Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae). Dibimbing oleh R. IIS ARIFIANTINI dan DAMIANA R. EKASTUTI Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai parameter morfometri imago ulat sutera liar A. atlas, menemukan korelasi antara parameter morfometri dengan bobot badan, dan menguraikan sistem reproduksi ngengat A. atlas jantan. Cara termudah untuk membedakan ngengat jantan dan betina adalah dari antenanya. Antena ngengat jantan lebih lebar. Terdapat korelasi yang sangat kuat antara panjang badan total dengan bobot badan dalam model persamaan linear Y=0,875X-1,639, dimana Y adalah bobot badan dalam gram dan X adalah panjang badan total dalam cm. Sistem reproduksi A. atlas jantan memiliki kesamaan dengan sistem reproduksi B. mori. Sistem reproduksi A. atlas terdiri atas sepasang testis, sepasang ductus deferent dilengkapindengan ampula ductus deferent, satu glandula spermatophore, satu glandula alba, satu glandula prostatica dan satu penis. Kata kunci: morfometri, Attacus atlas, sistem reproduksi ABSTRACT RIDHO WALIDAINI. Characteristics of Male Wild Silk Worm Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae). Supervised by R. IIS ARIFIANTINI and DAMIANA R. EKASTUTI This study aims to describe various morphometric parameters of male A. atlas moth, to found a correlation between the morphometric parameters and body weight on male moths, and to describe the reproductive system of male A. atlas moth. Male can distinguish from the female by comparing the antennae. The antennae of male is wider. There is a very strong correlation between the total body length and the body weight in linear equation Y = X-1, 639 when Y is the weight in grams and X is the total body length in cm. Reproductive system of male A. atlas moth generally similer to B. mori reproductive system. Male A. atlas moth has reproductive system consists of a pair of testes, a pair of deferent duct with ampula ductus deferent, one spermatophore gland, one alba gland, one prostatica gland and one penis. Keywords: morphometric, Attacus atlas, reproductive system

5 KARAKTERISTIK IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) RIDHO WALIDAINI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi :Karakteristik Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Nama : Ridho Walidaini NIM : B Disetujui oleh Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi Pembimbing I Dr drh Damiana R Ekastuti, MS Pembimbing II Diketahui oleh drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Tanggal Lulus:

8 , _ ~. Skripsi :Karakteristik Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) 1 ama : Ridho Walidaini NIM : B Disetujui oleh Dr drh Damiana R Ekastuti, MS Pembimbing II Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah- Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga tersampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya. Skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada: 1. Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Dr drh Damiana R Ekastuti, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dan motivasi kepada penulis. 2. Dr drh Hera Maheshwari MSc selaku dosen pembimbing akademik atas motivasi, nasihat dan bimbingannya. 3. Teman-teman sepenelitian Eko Prasetyo Nugroho, Muttaqinullah, Muhammad Allex, Ridho Septiadi atas kebersamaan dan semangat diberikan kepada penulis. 4. Seluruh keluarga besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran studi penulis, baik selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Ayah, Ibu, adik-adikku tercinta Ires, Anas, dan Ana beserta segenap keluarga besar penulis atas doa, kasih sayang dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Bogor, Januari 2014 Ridho Walidaini

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 2 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Taksonomi A. atlas 3 Penyebaran A. atlas 3 Siklus Hidup A. atlas 4 Morfologi Imago A. atlas 4 MATERI DAN METODE 5 Waktu dan Tempat Penelitian 5 Materi Penelitian 5 Langkah Kerja 5 Analisis Data 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Ciri Khas Imago Jantan 7 Ukuran Morfometri 7 Korelasi antara Bobot Badan Ngengat Jantan dengan Morfometri 9 Sistem Reproduksi Imago A. atlas Jantan 11 SIMPULAN DAN SARAN 12 Simpulan 12 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 12 RIWAYAT HIDUP 14

11 DAFTAR TABEL 1 Ukuran morfometri ngengat jantan A. atlas 8 2 Korelasi antara bobot badan ngengat jantan dengan morfometri 9 3 Penggolongan korelasi parameter morfometri dengan bobot badan 10 DAFTAR GAMBAR 1 Penyebaran A. atlas 3 2 Siklus hidup A. Atlas dengan pakan daun jarak pagar 4 3 Skema pengukuran morfometri ngengat 6 4 Antena imago A. atlas jantan dan betina 8 5 Sietem reproduksi imago A. atlas jantan dan B. mori 11

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Ngengat dalam sistematika klasifikasi animalia tergolong kelas serangga (insekta). Kelas serangga memiliki ciri umum sebagai berikut: tubuh terbagi menjadi kepala, toraks dan abdomen; memiliki tiga pasang kaki yang muncul di bagian toraks serta mengalami perubahan bentuk tubuh (metamorfosis). Siklus hidupnya bermula dari telur yang dihasilkan ngengat dewasa (imago) menetas menjadi larva, larva terus berganti instar sampai menjadi pupa (kepompong), kemudian keluarlah imago dari pupa (Guntoro 1940). Sutera tidak hanya dihasilkan oleh ulat sutra murbei Bombyx mori yang sejak dulu telah dibudidayakan di China, Jepang, India, dan Eropa. Banyak spesies dari famili Saturniidae juga menghasilkan sutra contohnya Antherea myllita, Attacus atlas dan Cricula trifenerstrata. Mereka dikenal sebagai sutra non murbei atau sutra liar (wild silk). Pengembangan dan produktivitas ulat sutera liar Indonesia produktivitasnya masih rendah sebab masih mengandalkan pengambilan kokon dari alam (Moerdoko 2002). Ulat sutera liar A. atlas merupakan salah satu jenis ulat sutra liar yang banyak ditemukan di Indonesia dan mulai diupayakan pembudidayaannya. Spesies ini dapat ditemukan di hutan tropis dan subtropis sepanjang tahun dan sangat potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil sutera. Menurut Peigler (1989) A. atlas bersifat polivoltin (memiliki beberapa generasi dalam satu tahun) dan bersif at polifagus (dapat memakan berbagai jenis tanaman atau tumbuhan). Spesies ini tersebar dari Sabang sampai Merauke secara alami. Petani seringkali menganggapnya sebagai hama karena larvanya memakan tanaman (Solihin et al. 2010). Sekitar 90 genus tanaman dari 48 famili dapat menjadi inang larva (Peigler 1989). Sedangkan di Pulau Jawa menurut Kalshoven (1981), terdapat 40 jenis tanaman inang yang menjadi makanan larva A. atlas, diantaranya teh (Camellia sinensis), sirsak (Annona muricata), senggugu (Clerodendron serratum Spreng), alpokat (Persea Americana Mil), dadap (Erythrina lithosperma Miq), kunyit (Curcuma domestika), mahoni (Sweetnia mahagoni) dan pada tanaman cengkeh (Zingeber purpereum). Prospek bisnis budidaya ulat sutera liar A. atlas cukup menjanjikan. Permintaan benang sutera A. atlas dari Jepang sangat tinggi sedangkan produksi di Indonesia masih terbatas dan masih mengandalkan tangkapan dari alam sehingga hanya mampu mengeksport 25 kg/bulan. Dari segi ekonomi harga jual kokon A.atlas lebih tinggi dibandingkan dengan kokon B. mori. Harga kokon A. atlas Rp /kg sedangkan harga kokon B. mori hanya Rp /kg. Jika sudah dalam bentuk benang sutra harga dari A. atlas Rp /kg lebih tinggi, sementara benang sutra B. mori hanya Rp /kg (Solihin et al. 2010). Ujicoba dometikasi ulat sutera liar A. atlas di dalam ruangan telah dilakukan oleh Awan (2007) menunjukkan keberhasilan hidup hingga 100%. Namun terdapat beberapa kendala dalam upaya memperoleh bibit diantaranya kemunculan ngengat jantan yang tidak bersamaan dengan

13 2 ngengat betina, umur ngengat jantan lebih pendek dari ngengat betina dan seringkali tidak terjadi perkawinan meskipun indukan telah dicampur dalam satu kandang (Awan 2007; Mulyani 2008). Permasalahan di atas dapat diatasi bila teknologi inseminasi buatan (IB) dapat diterapkan pada spesies A. atlas seperti yang telah dilakukan pada ulat sutera B. mori (Tazima 1978). Namun untuk dapat menerapkan teknik IB tersebut pada A. atlas diperlukan berbagai informasi tentang karakteristik indukan A. atlas jantan dan betina termasuk organ reproduksinya. Penelitian ini menyajikan data dasar yang memberikan informasi mengenai morfometri imago jantan dan memberikan gambaran sistem reproduksinya. Diharapkan penelitian ini berguna untuk penelitian selanjutnya dalam upaya penerapan inseminasi buatan (IB) pada A. atlas. Perumusan Masalah Upaya penyediaan bibit mengalami kesulitan karena kemunculan ngengat jantan mendahului ngengat betina dan umur ngengat jantan yang lebih pendek dari ngengat betina serta seringkali tidak terjadi perkawinan meski indukan jantan dan betina telah dicampur dalam satu kandang. Perlu diupayakan penerapan IB. Untuk mendukung upaya penerapan IB perlu diketahui perbedaan karakteristik ulat sutera liar A. atlas jantan dan betina. Serta diperlukan pemahaman tentang sistem reproduksinya. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan morfometri A. atlas jantan dan organ reproduksinya. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukan penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi dasar agar dapat mengenali imago A. atlas jantan dan organ reproduksinya untuk keperluan selanjutnya.

14 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi A. atlas A. atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna atau holometabola. Menurut Triplehorn dan Johnson (2005), kedudukan taksonomi A. atlas adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Subfilum : Atelocerata Kelas : Insect Subklas : Pterygota Ordo : Lepidoptera Subordo : Ditrysia Superfamili: Bombycoidea Famili : Saturniidae Subfamilia : Saturninae Genus : Attacus (Linnaeus) Spesies : Attacus atlas (Linnaeus) 3 Penyebaran A. atlas A. atlas dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan kupu si rama-rama atau kupu-kupu gajah. Serangga ini tersebar dari Sabang hingga Merauke. Di luar Indonesia serangga ini dapat ditemukan di daerah Simla (India), di ujung daerah timur laut Okinawa (Jepang), seluruh dataran kawasan Asia Tenggara, Taiwan, dan Papua Nugini (Peigler 1989) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 Penyebaran A. atlas (Peigler 1989)

15 4 Siklus Hidup A. atlas Siklus hidup A. atlas yang termasuk serangga holometabola dimulai dari telur. Telur menetas menjadi larva, Larva menjadi pupa, pupa menjadi imago dan imago kembali bertelur (Gullan dan Cranstoon 2000). Mulyani (2008) melaporkan siklus hidup A. atlas pada tanaman sirsak adalah sebagai berikut: fase larva membutuhkan hari (rata-rata ), fase pupa membutuhkan hari (rata-rata ) dan fase imago memerlukan 3-8 hari (rata-rata ). Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali siklus hari (rata-rata ). Fase larva A.atlas terdiri dari 6 tahap instar (Gambar 2). Gambar 2 Siklus hidup A. atlas dengan pakan daun jarak pagar (Desiana 2011) Morfologi Imago A. atlas A. atlas merupakan serangga nokturnal berukuran besar. Masyarakat sering menyebut ngengat A. atlas sebagai kupu-kupu gajah. Tubuh imago ditutupi sisik dengan warna dasar cokelat kemerahan hingga orange (Kalshoven 1981). Tubuh ngengat terbagi tiga yaitu kepala, toraks dan abdomen. Kepala bagian frons kepala sangat cekung dan diselimuti sisik. Bagian atas kepala disebut vertex dan bagian belakang kepala disebut occiput. Pada kepala terdapat mata majemuk yang besar dengan diameter 3-4 mm. Jarak antara mata kira-kira 1/2 hingga 2/3 diameter mata dengan bagian mulutnya kurang berkembang (Peigler 1989). Antena A. atlas bertipe bipectine. Ruas antena pertama yamg menempel pada vertex disebut scape. Ruas kedua yang tidak memiliki rami

16 disebut pedicel. Ruas yang memiliki ramus disebut flagellum. Setiap segmen flagellum memiliki empat rami dan rami terpanjang terdapat pada flagellum tengah dan terpendek pada kedua ujungnya (Peigler 1989). Toraks terbagi menjadi protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian abdomen terdiri dari 10 segmen. Segmen pertama hingga ke delapan dilengkapi oleh spirakel. (Peigler 1989). 5 MATERI DAN METODE W aktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2013 di Laboratorium Metabolisme Bagian Anatomi Fisiologi dan Farmakologi dan Unit Rehabilitasi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Materi Penelitian Bahan-bahan yang digunakan adalah kokon sehat A. atlas yang diambil dari perkebunan teh di Purwakarta. Alat yang digunakan adalah: kandang kasa ukuran 50x50x50 cm 3, neraca digital AND GR-200, seperangkat alat bedah minor, jarum pentul, kaca pembesar, penggaris, jangka sorong, styrofoam, kertas millimeter block, dissection mikroskop. Langkah Kerja 1. Kokon A.atlas diperoleh dari perkebunan teh Purwakarta. 2. Persiapan hewan coba Kokon dari perkebunan teh dimasukkan ke kandang kasa berukuran 50x50x50 cm 3 sampai imago jantan keluar. 3. Prosedur mematikan ngengat Ngengat dimatikan dengan cara dimasukkan ke lemari pendingin (freezer) selama setengah jam. 4. Pengambilan data a. Ngengat yang telah mati ditimbang, dan didokumentasi. Ngengat yang telah mati diletakkan di atas styrofoam yang telah dialasi kertas millimeter block untuk mengukur bentang dan panjang sayap. b. Kemudian panjang dan lebar kepala, torak, abdomen dan antena, diukur dengan jangka sorong (Gambar 3).

17 6 Gambar 3 Skema pengukuran morfometri ngengat: a) bentangan sayap; b) panjang sayap; c) lebar kepala; d) panjang kepala; e) lebar kepala; f) panjang torax; g) lebar abdomen; h) panjang abdomen; dan i) panjang badan total. 5. Pengamatan organ reproduksi a. Ngengat difiksir dengan jarum pentul di atas styrofoam. b. Penyayatan dilakukan di bagian abdomen menggunakan alat bedah minor yaitu scalpel dan gunting dimulai dari anterior ke posterior, bagian abdomen dibuka, kemudian dikuakkan dan difiksir dengan jarum pentul. c. Bagian abdomen dipreparir dan sistem reproduksi diangkat dari abdomen. d. Organ-organ reproduksi diidentifikasi dengan panduan skema sistem reproduksi B. mori (Omura 1938). Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam rataan dan simpangan baku. Korelasi antara bobot badan dan morfometri dianalisis dengan menggunakan program SPSS Sistem reproduksi yang ditemukan diidentifikasi organ-organnya.

18 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Khas Imago Jantan Untuk membedakan ngengat jantan dan ngengat betina adalah dari ukuran antenanya. Antena ngengat jantan terlihat lebih lebar dari pada betina (Gambar 5). Ini merupakan adaptasi morfologi karena ngengat jantan menggunakan antenanya lebih dominan dibandingkan dengan ngengat betina. Ngengat jantan menggunakan antenanya untuk mendeteksi feromon yang dihasilkan oleh ngengat betina. Menurut Passoa (1999) ngengat jantan mampu mendeteksi feromon betina dari jarak sejauh 1 mil (1.6km). Dari sebelas sampel diperoleh informasi bahwa panjang antena jantan berkisar antara 1.80 sampai 2.03 cm dengan rataan cm. Sementara itu, lebar antena pada ngengat jantan berkisar antara 0.92 hingga 1.06 cm dengan rataan cm. Antena betina memiliki panjang cm dan lebar 0.3 cm. Jadi dapat disimpulkan bahwa antena jantan lebih lebar daripada antena betina. Selain itu antena ngengat jantan juga memiliki ramus yang lebih rapat dibandingkan dengan ngengat betina (Gambar 4). A A Gambar 4 Antena imago A. atlas: jantan (A) dan betina (B) B Ukuran Morfometri Morfometri yang diteliti dalam penelitian ini adalah sayap ( bentangan dan panjangnya), kepala, toraks dan abdomen (panjang dan lebar) serta panjang badan total. Bentangan sayap adalah jarak antara ujung kanan dan ujung kiri sayap ketika sayap terbentang maksimum. Bentangan sayap A. atlas jantan berkisar antara cm. Nilai ini serupa dengan laporan Mulyani (2008) yang memperoleh angka kisaran angka yang persis sama ( cm). Dalam penelitiannya Mulyani (2008) menggunakan ngengat A. atlas yang dipelihara dalam ruangan dengan pakan daun kaliki (Ricini communis L.) dan daun jarak pagar (Jatropa curcas L.). Kesamaan nilai bentangan sayap ini menunjukkan bahwa hal tersebut tidak dipengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi semasa larva maupun tempat pemeliharaannya. Ngengat A atlas merupakan ngengat terbesar dalam ordo Lepidoptera sehingga dapat dipahami jika bentangan sayap A. atlas lebih besar daripada ulat sutera lainnya. Ngengat jantan dari Antheraea yamamai (ulat sutera liar jepang) memiliki bentangan sayap hanya cm sedangkan ngengat jantan sutera murbei (B. mori) memiliki bentangan

19 8 sayap 4-5 cm (Kuribayashi 1981). Jadi bentangan sayap ngengat sangat ditentukan oleh faktor genetik. Tabel 1 Ukuran morfometri ngengat jantan A. atlas Parameter Rata-rata + SD Kisaran Sayap Bentangan (cm) Panjang (cm) Kepala Pajang (cm) Lebar (cm) Toraks Pajang (cm) Lebar (cm) Abdomen (cm) Pajang (cm) Lebar (cm) Panjang badan total (cm) Panjang sayap adalah jarak antara ujung anterior sayap depan dengan posterior sayap belakang. Panjang sayap ngengat A. atlas jantan berkisar antara cm. Nilai rata-rata panjang sayap A. atlas jantan adalah cm. Panjang dan lebar kepala ngengat A. atlas rata-rata ( cm) dan cm ( cm). Panjang dan lebar toraks ngengat A. atlas rata-rata adalah cm ( ) dan cm ( cm). Panjang dan lebar abdomen yang diperoleh pada penelitian ini adalah cm ( cm) dan cm ( cm). Panjang dan lebar abdomen hasil penelitian ini lebih pendek dari laporan Mulyani (2008) yang menyatakan bahwa panjang dan lebar abdomen A. atlas jantan adalah cm dan 2-3 cm. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh faktor pakan dan lingkungan. Mulyani melakukan pengukuran ngengat yang dipelihara secara intensif di dalam ruangan dengan pakan daun kaliki (Ricini communis L.) dan daun jarak pagar (Jatropa curcas L.), sedangkan peneliti melakukan pengukuran dari imago yang larvanya berasal dari perkebunan teh. Hal ini dapat diartikan bahwa pakan dan tempat hidup memengaruhi ukuran abdomen. Ukuran abdomen menjadi penting diperhatikan karena merupakan tempat penimbunan cadangan makanan bagi imago. Ulat sutera yang dipelihara intensif dalam ruangan dengan pakan yang cukup serta stasus lingkungan terjaga diduga akan menghasilkan imago yang memiliki cadangan makanan lebih banyak. Semakin lebar abdomen maka cadangan makanan semakin banyak, sehingga umur imago jantan menjadi lebih panjang (Nugroho 2013). Semakin lebar abdomen besar kemungkinan sperma yang terkandung di dalamnya juga semakin besar. Berdasarkan hal tersebut peneliti menduga bahwa lingkungan pemeliharaan yang terkendali suhu dan kelembabannya serta pemberian

20 pakan yang intensif semasa larva akan menghasilkan imago jantan yang menghasilkaan semen yang lebih banyak dan berumur lebih panjang. Panjang badan merupakan jarak antara margin anterior kepala (tidak termasuk antena) dengan titik paling posterior abdomen. Panjang badan ngengat A. atlas jantan berkisar antara cm dengan rata-rata 3.69 cm. Nilai ini sama dengan panjang badan Antheraea yamamai (3.7 cm) tetapi lebih besar dibandingkan dengan panjang badan B. mori hanya 1.6 cm (Kuribayashi 1981). Berdasarkam proporsi perbandingan panjang tubuh, panjang kepala panjang toraks, dan panjang abdomen A. atlas masing-masing merupakan %, % dan 52.21% dari panjang badan total. Sehingga perbandingan antara panjang kepala : panjang toraks : panjang abdomen adalah 13.27: 34.51: Jadi abdomen merupakan bagian terpanjang dari badan ngengat. Panjang abdomen tersebut masih lebih besar dari gabungan panjang kepala dan toraks. Korelasi antara Bobot Badan Ngengat Jantan dengan Morfometri Bobot badan ngengat jantan A. atlas berkisar antara g dengan rataan g. Bobot badan bervariasi bergantung pada asupan pakan selama masa larva. Bobot badan berkorelasi dengan morfometri organ lainnya. Data korelasi antara bobot badan (Y) dengan parameter morfometri (X) disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Korelasi antara bobot badan ngengat jantan dengan morfometri Parameter Persamaan Linear R r 2 SEE Signifikansi Bentang sayap Y=0.178x Panjang sayap Y=0.237x Panjang badan total Y=0.875x Panjang kepala Y=2.337x Panjang torak Y=-0.856x Panjang abdomen Y=0.853x Lebar kepala Y=-6.164x Lebar torak Y=1.531x Lebar abdomen Y=1.613x Morfometri panjang badan total berkorelasi sangat kuat (R=0.875) dengan bobot badan dengan persamaan Y= 0.875X (Tabel 2). Karena korelasinya yang sangat kuat maka persamaan tersebut dapat digunakan untuk menduga nilai bobot badan bila diketahui data panjang badan total ngengat jantan ataupun sebaliknya secara tepat. Misalnya diketahui panjang badan ngengat jantan adalah 3.5 cm maka kita dapat menduga nilai bobot badan dengan mensubsitusikan angka tersebut ke dalam persamaan menjadi Y=0.87(3.5)-1.64 sehingga diperoleh nilai bobot badan (Y) sebesar 1.42 g. Koefisien korelasi (R) merupakan seberapa besar hubungan antara kedua variabel. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Bila nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai 9

21 10 yang semakin mendekati 0 berarti menunjukkan hubungan yang terjadi semakin lemah. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut: = sangat rendah = rendah = sedang = kuat = sangat kuat Berikut penggolongan korelasi parameter morfometri dengan bobot badan berdasarkan klasifikasi Sugiyono (2007). Tabel 3 Penggolongan korelasi parameter morfometri dengan bobot badan Parameter Sangat rendah Sedang Kuat Sangat kuat rendah Bentang sayap v Panjang sayap v Panjang badan total v Panjang kepala v Lebar kepala v Panjang torak v Lebar torak v Panjang abdomen v Lebar abdomen v Koefisien determinasi (r 2 ) merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar variabel morfometri mampu memengaruhi variable bobot badan. Nilai r 2 terbaik dimiliki oleh parameter panjang badan total yakni sebesar Hal ini dapat diartikan bahwa sebesar 73.3 % nilai bobot badan dipengaruhi oleh panjang badan, sedangkan sisanya sebesar 26.7 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Standard Error of the Estimate (SEE) adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y (bobot badan). Dari hasil regresi didapatkan nilai SEE dari panjang tubuh merupakan yang terkecil yakni sebesar Ini berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi bobot badan adalah sebesar 0.18 g (satuan bobot badan). Nilai SEE ini kurang dari standar deviasi bobot badan (0.33) sehingga disimpulkan model regresi ini cukup baik untuk memprediksi nilai bobot badan. Model regresi dikatakan layak bila nilai signifikansi lebih kecil dari Dari Tabel 2 terlihat bahwa hanya ada dua model regresi yang tergolong layak yaitu model regresi yang menggunakan panjang badan total dan panjang abdomen sebagai variabel bebasnya.

22 11 Sistem Reproduksi Imago A. atlas Jantan Pada penelitian ini peneliti juga melakukan pembedahan eksploratif pada imago A. atlas jantan untuk menemukan sistem reproduksinya yang kemudian dibandingkan dengan gambar sistem reproduksi B. mori (Omura 1938) (Gambar 5). t t dd dd add gs ga A gp p B Gambar 5 Sistem reproduksi; (A) imago A. atlas jantan dan (B) skema sistem reproduksi pupa B. mori (Omura 1938) terdiri dari ampula ductus deferent (add), ductus deferent (dd), glandula alba (ga), glandula lacteola (gl), glandula prostatica (gp), glandula pelusida (gpl), glandula spermatophore (gs), penis (p), testis (t). Dari hasil pembedahan peneliti menemukan bahwa secara umum banyak kemiripan antara sistem reproduksi A. atlas dengan B. mori. Sistem reproduksi A. atlas jantan memiliki sepasang testis, sepasang ductus deferent, satu glandula spermatophore, satu glandula alba, satu glandula prostatica dan satu penis. Peneliti tidak dapat menemukan glandula pelusida dan glandula lacteola pada sistem reproduksi A. atlas jantan. Tidak ditemukannya glandula pelusida dan glandula lacteola diduga karena metode yang digunakan peneliti tidak mampu untuk menemukan organ tersebut. Selain itu mungkin saja memang tidak terdapat kedua organ tersebut pada fase imago tapi pada fase pupa, dengan kata lain telah mengalami rudimenter dalam perkembangannya. Untuk itu diperlukan

23 12 penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih mutakhir pada fase imago maupun pupa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Imago A. atlas jantan memiliki antena yang lebih berkembang dibandingkan betina. 2. Panjang badan total ngengat jantan memiliki korelasi sangat kuat dengan bobot dalam model persamaan Y=0,875X-1,639, dimana Y adalah bobot badan dalam gram dan X adalah panjang badan dalam cm. 3. Sistem reproduksi A. atlas jantan memiliki sepasang testis, sepasang ductus deferent dengan ampulanya, satu glandula spermatophore, satu glandula alba, satu glandula prostatica dan satu penis. Saran Dilakukan penelitian lebih lanjut pada pengamatan sistem jaringan histologi pada organ reproduksi jantan baik pada tahap pupa maupun pada tahap imago. DAFTAR PUSTAKA Awan A Domestikasi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) dalam Usaha Meningkatkan Persuteraan Nasional [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Desiana R Domestikasi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas L.) dengan Pakan Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) dan Sirsak (Annona Muricata L.) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gullan PJ, Cranston PS The Insects an Outline of Entomology. Second Edition. London (GB): Blackwell Science. Guntoro S Budidaya Ulat Sutera. Yogyakarta (ID): Kanisius. Kalshoven LGE Pests of Crops in Indonesia. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- Van Hoeve. Kuribayashi S Indoor rearing of the Japanese Oak Silkworm, Antheraea yamamai. JARQ. 15 (2): Moerdoko W Sutera Alam Pengembangan Terakhir dan Prospeknya di Indonesia. Disampaikan Pada Konferensi Internasional Tentang Sutera Alam Yang Dihasilkan Oleh Ulat Sutera Liar. Yogyakarta (ID). Mulyani N Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) dengan Pakan Daun Kaliki (Ricini communis L.) dan Pagar Jarak (Jatropa curcas L.) di Laboratorium [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

24 Nugroho EP Preservasi Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) pada Suhu 50C dalam Rangka Preservasi Semen. Di dalam: Peran Reproduksi Dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma nutfah Hewan di Indonesia. Seminar Nasional Asosiasi Reproduksi Hewan Hewan Indonesia; 2013 November 18-19; Bogor. Bogor (ID): [ARHI Cabang Bogor]. hlm 70. Omura S Studies On The Reproductive System of The Male of Bombyx mori: Post Testicular Organs and Post-Testicular Behaviour of The Spermatozoa. J Faculty of Agricul Hokkaido University. 40 (3): Passoa VA Magnificent wild silk moths. Carolina Biological Supply Company. 62(4): Peigler RS A Revision of The Indo-Australian Genus Attacus. California (US): The Lepidoptera Research Foundation. Sugiyono Metode Penelitian Kualitatif dan RND. Bandung (ID): Alfabeta. Solihin DD, Fuah AM, Ekastuti DR, Siregar HCH, Wiryawan KG, Setyono DJ, Mansjoer SS, Polii BNN Budi Daya Ulat Sutera Alam Attacus atlas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Tazima Y The Silkworm: an Important Laboratory Tool. National Institute of Genetics. Mishima (JP): Kodasha Tokyo Scientific Books. Triplehorn CA, Johnson NF Borror and Delong s Introduction to the Study of Insect. Ed ke 7. Australia (AU): Thompson. 13

25 14 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1989 di Sungai Betung Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Suparman dan Ibu Nuraini A. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 11 Pasar Sungai Betung pada tahun 1996 hingga Pada tahun 2002 hingga 2005 Penulis menjalani pendidikan ke jenjang berikutnya di SMP Negeri 17 Sawahlunto Sijunjung. Pendidikan menengah atas telah Penulis lalui di SMA Negeri 1 Sijunjung pada tahun tahun 2005 hinggga Tahun 2008 Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan Penulis pernah mengikuti kegiatan Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Aquatik Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan UKM Uni Konservasi Fauna.

Preservasi Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

Preservasi Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae) Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Desember 2014 Vol. 19 (3): 174 178 ISSN 0853 4217 Preservasi Imago Jantan Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae) (Preservation Of Male Imago Of

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas

Lebih terperinci

Morfometri Kokon Attacus atlas Hasil Pemeliharaan di Laboratorium. Cocoon Morphometry Attacus atlas has Grown in the Laboratory

Morfometri Kokon Attacus atlas Hasil Pemeliharaan di Laboratorium. Cocoon Morphometry Attacus atlas has Grown in the Laboratory Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2012 Vol. 14 (1) ISSN 1907-1760 Morfometri Kokon Attacus atlas Hasil Pemeliharaan di Laboratorium Cocoon Morphometry Attacus atlas has Grown in the Laboratory Y.C.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU OPTIMAL KOLEKSI DAN EVALUASI KAPASITAS SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DIDIK PRAMONO

PENENTUAN WAKTU OPTIMAL KOLEKSI DAN EVALUASI KAPASITAS SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DIDIK PRAMONO PENENTUAN WAKTU OPTIMAL KOLEKSI DAN EVALUASI KAPASITAS SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DIDIK PRAMONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Floss Floss merupakan bagian kokon yang berfungsi sebagai penyangga atau kerangka kokon. Pada saat akan mengokon, ulat sutera akan mencari tempat lalu menetap di tempat tersebut

Lebih terperinci

Karakteristik Kulit Kokon Segar Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) dari Perkebunan Teh di Daerah Purwakarta

Karakteristik Kulit Kokon Segar Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) dari Perkebunan Teh di Daerah Purwakarta Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2011 Vol. 13 (3) ISSN 1907-1760 Karakteristik Kulit Kokon Segar Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) dari Perkebunan Teh di Daerah Purwakarta The Characteristics of Fresh

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) WINDY ALVIANTI

PERFORMA REPRODUKSI IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) WINDY ALVIANTI PERFORMA REPRODUKSI IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) WINDY ALVIANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO

PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO PROFIL SEMEN IMAGO JANTAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) FIRDAUZI AKBAR WICAKSONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA

Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bakteri yang bersifat sebagai flora normal atau berperan sebagai patogen yang terdapat pada saluran reproduksi imago betina

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) HASIL PENGOKONAN DI LABORATORIUM LAPANG FAKULTAS PETERNAKAN IPB

KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) HASIL PENGOKONAN DI LABORATORIUM LAPANG FAKULTAS PETERNAKAN IPB KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) HASIL PENGOKONAN DI LABORATORIUM LAPANG FAKULTAS PETERNAKAN IPB SKRIPSI NUNIEK SETIORINI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus Atlas) Ulat sutera liar Attacus atlas adalah serangga yang memiliki ukuran tubuh besar dan banyak ditemukan di hutan-hutan tropis dan subtropis seperti

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Blok C Laboratorium Lapang Bagian Produksi Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-Ukuran Kulit Kokon C. trifenestrata Rataan, simpangan baku, koefisien keragaman berbagai ukuran kokon panjang kokon, lingkar bagian medial kokon, lingkar ¼ bagian posterior

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption. ABSTRACT ESWA TRESNAWATI. The Life Cycle and Growth of Graphium agamemnon L. and Graphium doson C&R. Butterflies (Papilionidae: Lepidoptera) Fed by Cempaka (Michelia champaca) and Soursoup (Annona muricata).

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) ASAL PURWAKARTA PADA BERBAGAI JENIS KANDANG PENGAWINAN

PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) ASAL PURWAKARTA PADA BERBAGAI JENIS KANDANG PENGAWINAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) ASAL PURWAKARTA PADA BERBAGAI JENIS KANDANG PENGAWINAN SKRIPSI RADEN RUVITA DESIANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KULIT KOKON SEGAR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) DARI PERKEBUNAN TEH DI DAERAH PURWAKARTA SKRIPSI ARYOKO BASKORO

KARAKTERISTIK KULIT KOKON SEGAR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) DARI PERKEBUNAN TEH DI DAERAH PURWAKARTA SKRIPSI ARYOKO BASKORO KARAKTERISTIK KULIT KOKON SEGAR ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) DARI PERKEBUNAN TEH DI DAERAH PURWAKARTA SKRIPSI ARYOKO BASKORO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGAMATAN KELUARNYA NGENGAT Attacus atlas BERDASARKAN BOBOT KOKON PADA BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN

PENGAMATAN KELUARNYA NGENGAT Attacus atlas BERDASARKAN BOBOT KOKON PADA BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN PENGAMATAN KELUARNYA NGENGAT Attacus atlas BERDASARKAN BOBOT KOKON PADA BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN SKRIPSI FITRI KARTIKA SARI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benua Asia hingga mencapai benua Eropa melalui Jalur Sutera. Para ilmuwan mulai

BAB I PENDAHULUAN. benua Asia hingga mencapai benua Eropa melalui Jalur Sutera. Para ilmuwan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sutera ditemukan di Cina sekitar 2700 sebelum Masehi dan teknologi budidayanya masih sangat dirahasiakan pada masa itu. Perkembangan dan persebarannya dimulai dari benua

Lebih terperinci

PROFIL SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas YANG DIKOLEKSI SETIAP DUA JAM RIZKA AMALIA

PROFIL SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas YANG DIKOLEKSI SETIAP DUA JAM RIZKA AMALIA PROFIL SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas YANG DIKOLEKSI SETIAP DUA JAM RIZKA AMALIA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

PERFORMA ULAT SUTERA LIAR

PERFORMA ULAT SUTERA LIAR PERFORMA ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) INSTAR I-III DENGAN PEMBERIAN PAKAN DAUN SIRSAK (Annona muricata) DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN DAUN KENARI (Canarium cummune L.) SKRIPSI MEGA SULISTYANINGRUM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Metabolisme Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor mulai bulan Oktober sampai dengan Nopember 2011. Tahapan meliputi

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Dari rangkaian penelitian yang dilakukan, nampak bahwa ulat sutera liar Attacus

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Dari rangkaian penelitian yang dilakukan, nampak bahwa ulat sutera liar Attacus BAB VII PEMBAHASAN UMUM 7. 1. Polyvoltin Dari rangkaian penelitian yang dilakukan, nampak bahwa ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) adalah serangga polyvoltin yaitu dapat hidup lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Komplek Kandang C

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Komplek Kandang C HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Lokasi pemeliharaan larva, pengokonan, dan pengamatan kokon adalah Kandang Pemeliharaan Ulat Sutera Liar A. atlas di Kompleks Kandang Blok C. Lokasi

Lebih terperinci

Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) TINJAUAN PUSTAKA Sutera Sutera yang telah diolah menjadi bahan tekstil memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan bahan sandang lainnya. Dari karakteristiknya keistimewaan kain sutera antara

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

L. (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DENGAN PAKAN DAUN KALIKI

L. (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DENGAN PAKAN DAUN KALIKI BIOLOGI Attacus atlas L. (LEPIDOPTERA: SATURNIIDAE) DENGAN PAKAN DAUN KALIKI (Ricinus communis L.) DAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DI LABORATORIUM NANEH MULYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI Oleh: NURFITRI YULIANAH A44103045 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NURFITRI YULIANAH. Tungau pada Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP) Mata Kuliah Kode / SKS Penanggung Jawab : Budidaya Organisme Berguna : 357G4103/ 3 SKS : 1. Prof. Dr. Itji Diana Daud, MS 2. Dr. Sri Nur Aminah Ngatimin, SP, M.Si

Lebih terperinci

DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max Linnaeus) TERHADAP PREFERENSI OVIPOSISI Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

UPAYA INTENSIFIKASI PEMELIHARAAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera : Saturniidae) DESMAWITA KRISTIN BARUS

UPAYA INTENSIFIKASI PEMELIHARAAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera : Saturniidae) DESMAWITA KRISTIN BARUS UPAYA INTENSIFIKASI PEMELIHARAAN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L. (Lepidoptera : Saturniidae) DESMAWITA KRISTIN BARUS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Silabus Matakuliah Entomologi Pertanian - Sem. Ganjil 2017-2018 Page 1 of 12 SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/ sks : HPT616202 / 3 (2-1) Dosen PJ. : Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Ternak unggas yang dapat dikatakan potensial sebagai penghasil telur selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, melihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Filamen Sutera Beberapa atribut yang berperan pada penentuan kualitas filamen sutera diantaranya panjang filamen, bobot filamen, tebal filamen, persentase bobot filamen, dan

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN NERACA KEHIDUPAN KUMBANG LEMBING (Epilachna dodecastigma Wied) RIZKI KURNIA TOHIR E

KAJIAN NERACA KEHIDUPAN KUMBANG LEMBING (Epilachna dodecastigma Wied) RIZKI KURNIA TOHIR E KAJIAN NERACA KEHIDUPAN KUMBANG LEMBING (Epilachna dodecastigma Wied) RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 PROGRAM KONSERVASI BIODIVERSITAS TROPIKA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BABI PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

Attacus atlas SKRIPSI

Attacus atlas SKRIPSI PENGARUH PENYIMPANAN DAN HARI OVIPOSISI TERHADAP WAKTU PENETASAN DAN DAYAA TETAS TELUR Attacus atlas SKRIPSI ANGGISTHIA DEWI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Attacus atlas

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Attacus atlas TINJAUAN PUSTAKA Biologi Attacus atlas Ulat sutera liar Attacus atlas adalah salah satu serangga yang berukuran besar dan banyak ditemukan di wilayah Asia (Peigler, 1989). A. atlas memiliki tahapan metamorfosis

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI

STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) A. Identitas Mata Kuliah 1. Nama mata kuliah : ENTOMOLOGI 2. Kode : PAB 522 3. SKS : 3 4. Status MK : Pilihan 5. Semester : Genap 6. Dosen Pengampu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

KEBUGARAN PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis (HEMIPTERA: MIRIDAE) PADA BERBAGAI VARIETAS INANG PADI, ASAL POPULASI LABORATORIUM DAN LAPANG FITRINNISYA

KEBUGARAN PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis (HEMIPTERA: MIRIDAE) PADA BERBAGAI VARIETAS INANG PADI, ASAL POPULASI LABORATORIUM DAN LAPANG FITRINNISYA KEBUGARAN PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis (HEMIPTERA: MIRIDAE) PADA BERBAGAI VARIETAS INANG PADI, ASAL POPULASI LABORATORIUM DAN LAPANG FITRINNISYA PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ulat Sutera (Bombyx mori L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Ulat Sutera (Bombyx mori L.) TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ulat sutera merupakan serangga yang termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera, yang mencakup semua jenis kupu dan ngengat. Ulat sutera adalah serangga holometabola,

Lebih terperinci

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B04103026 DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian ini melibatkan objek yang diberikan berbagai perlakuan. Objek pada penelitian ini ialah

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5 1. Pada siklus hidup hewan tertentu, terjadi perubahan bentuk tubuh dari embrio sampai dewasa. Perubahan bentuk tubuh ini disebut...

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

Endang Sulismini A

Endang Sulismini A Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi A.atlas

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi A.atlas TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi A.atlas Ngengat A. atlas mempunyai ukuran tubuh yang besar dan merupakan hewan asli Indonesia. Imago aktif di malam hari (nokturnal). Tubuh ditutupi oleh sisik dan bersifat polivoltin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kupu-kupu Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insekta :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN

PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Daerah Penyebaran C. trifenestrata di Indonesia Sumber: Nassig et al. (1996)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Daerah Penyebaran C. trifenestrata di Indonesia Sumber: Nassig et al. (1996) TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Penyebaran Ulat Sutera Emas (C. trifenestrata) Ulat sutera emas C. trifenestrata merupakan salah satu jenis ngengat nokturnal (aktif pada malam hari). C. trifenestrata diklasifikasikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen Jenis Murbei

PEMBAHASAN. Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen Jenis Murbei 10 Persentase Filamen Persentase filamen rata-rata paling besar dihasilkan oleh ulat besar yang diberi pakan M. cathayana sedangkan yang terkecil dihasilkan oleh ulat yang diberi pakan M. alba var. kanva-2.

Lebih terperinci

PENGARUH SERBUK TIGA JENIS REMPAH DAN PENJEMURAN TERHADAP PERKEMBANGAN

PENGARUH SERBUK TIGA JENIS REMPAH DAN PENJEMURAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENGARUH SERBUK TIGA JENIS REMPAH DAN PENJEMURAN TERHADAP PERKEMBANGAN Callosobruchus maculatus (F.) (COLEOPTERA: BRUCHIDAE) PADA BENIH KACANG HIJAU (Phaseolus aureus R.) FARRIZA DIYASTI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

Oleh: Asih Zulnawati. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Dahelmi dan Dr. Resti Rahayu) RINGKASAN

Oleh: Asih Zulnawati. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Dahelmi dan Dr. Resti Rahayu) RINGKASAN PENGARUH TUMBUHAN INANG Citrus aurantifolia dan Citrus hystrix (RUTACEAE) TERHADAP PEMILIHAN PAKAN, PERTUMBUHAN DAN RESPIRASI Papilio memnon Linnaeus, 1758 Oleh: Asih Zulnawati (Di bawah bimbingan Prof.

Lebih terperinci

SKRIPSI RIZMA HAYANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

SKRIPSI RIZMA HAYANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 EFISIENSI KONSUMSI PAKAN DAN LAJU RESPIRASI ULAT SUTERA Bombyx mori L. (LEPIDOPTERA: BOMBICIDAE) YANG DIBERI DAUN MURBEI (Morus sp.) YANG MENGANDUNG VITAMIN B1 (TIAMIN) SKRIPSI RIZMA HAYANI 070805001 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DOMESTIKASI ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas L.) DENGAN PAKAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN SIRSAK (Annona muricata L.

DOMESTIKASI ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas L.) DENGAN PAKAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN SIRSAK (Annona muricata L. DOMESTIKASI ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas L.) DENGAN PAKAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN SIRSAK (Annona muricata L.) RIRI DESIANDA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulat Sutera (Bombyx mori L.) 2.1.1 Klasifikasi Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ulat sutera merupakan serangga yang memiliki keuntungan yang ekonomis bagi manusia karena mampu menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan mulai dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, penelitian dilakukan di Insektarium Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kali Baru mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan di

Lebih terperinci