KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

Transkripsi

1 KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP Cindy Alvionita* Siti Darodjah Rasad** Nurcholidah Solihati** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 ** Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas semen Domba Lokal pada berbagai umur. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, lima perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari empat ulangan, sedangkan untuk uji antar perlakuan menggunakan uji Duncan. Jumlah Domba Lokal yang digunakan adalah 20 ekor yang telah diklasifikasikan menjadi 5 kelompok yaitu umur < 12 bulan, bulan, bulan, bulan, dan bulan. Parameter yang diamati meliputi pengamatan makroskopis (volume, warna, konsistensi, bau dan ph semen) dan mikroskopis (konsentrasi spermatozoa total, motilitas dan abnormalitas sperma). Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pejantan berpengaruh nyata terhadap motilitas dan abnormalitas sperma tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi spermatozoa total. Motilitas tertinggi di dapat oleh umur bulan sebesar 89,08%, abnormalitas terendah pada umur bulan sebesar 1,02 % dan konsentrasi spermatozoa total tertinggi, umur bulan sebesar 324,50 x 10 juta sel/ml. Kualitas semen yang terbaik diperoleh dari domba dengan umur bulan. Kata kunci : Domba, Umur, Kualitas semen ABSTRACT The aim of the research was to know the effect of age on semen quality of ram. This research was conducted in Animal Reproduction and Artificial Insemination laboratory. The research used completely randomized design with five treatments and each treatment consisted of four replication, while for the test between treatments using Duncan test. The research used semen from twenty heads ram by classifying various of age : <12 months, months, months, months dan months. The parameters observed were macroscopic evaluation (volume, color, consistency, odor and ph) and microscopic evaluation (total sperm concentration, motility and sperm abnormalities). The results of this research showed that the age of ram in fresh semen was significantly effect on motility and sperm abnormality but non significantly effect on sperm concentration. The highest motility is aged months at 89,08%, the lowest abnormalities at the age of months at 1.02%, and the highest concentration of spermatozoa total, aged months at 324,50 x 10 million cells/ml. As a conclution that ram at months old had good semen quality. Keyword: Ram, Age, Semen quality

2 PENDAHULUAN Prospek usaha penggemukan domba sampai saat ini cukup menjanjikan karena laju permintaan akan daging domba terus meningkat. Permintaan pasar yang terus meningkat akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan populasi ternak domba. Salah satu faktor yang mendukung peningkatan populasi ternak adalah manajemen reproduksi. Reproduksi yang baik akan menjamin keberlangsungan ternak tersebut sedangkan reproduksi yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya kegagalan kebuntingan, yang selanjutnya dapat memberikan kerugian dalam hal waktu, tenaga dan biaya. Salah satu penyebab kegagalan reproduksi yaitu kualitas semen pejantan yang kurang baik. Seleksi kesuburan pejantan dapat dilakukan untuk mendapatkan pejantan yang mampu menghasilkan kualitas semen yang baik namun analisis kualitas semen tampaknya sulit dilakukan dilapangan dan tidak praktis. Salah satu cara yang praktis dapat dilakukan adalah melalui seleksi berdasarkan umur, karena umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas semen. Domba mengalami pubertas pada umur 7-8 bulan, pada masa pubertas kualitas semen belum cukup baik karena semakin bertambahnya umur akan meningkatkan ukuran organ reproduksi yaitu testis. Ukuran testis yang semakin besar akan meningkatkan panjang tubuli seminiferi yang merupakan tempat produksi spermatozoa. Pada umur 1-2 tahun proses spermatogenesis akan meningkat sampai mencapai umur optimal dan pada umur tua aktivitas proses spermatogenesis sudah semakin menurun. Informasi mengenai kualitas semen pada Domba Lokal berdasarkan umur sejauh ini belum tersedia, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Kualitas Semen Domba Lokal pada Berbagai Kelompok Umur. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Breeding Station dan Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. 1. Bahan Penelitian Materi yang digunakan pada penelitian adalah domba lokal jantan yang dipelihara di Breeding Station, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran yang berjumlah 20 ekor dengan umur < 12 bulan-72 bulan.

3 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jumlah Domba Lokal yang digunakan adalah 20 ekor yang telah diklasifikasikan menjadi 5 kelompok yaitu P1 = umur < 12 bulan, P2 = bulan, P3 = bulan, P4 = bulan, dan P5 = bulan, masing-masing kelompok terdapat empat ekor sebagai ulangan. Parameter yang diamati meliputi pengamatan makroskopis (volume, warna, konsistensi, bau dan ph semen) dan mikroskopis (konsentrasi spermatozoa total, motilitas dan abnormalitas sperma). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Umur Terhadap Kualitas Semen Domba Lokal Secara Makroskopis Perlakuan Volume (ml) Warna Konsistensi Bau ph P1 0,53 Putih Krem Kental Khas 6,9 P2 0,85 Putih Krem Kental Khas 6,4 P3 0,63 Putih Krem Kental Khas 6,5 P4 0,70 Putih Krem Kental Khas 6,4 P5 0,40 Putih Krem Kental Khas 6,5 Tabel 1. Rataan Kualitas Semen Domba Lokal Secara Makroskopis (1) Volume Semen Volume semen dilihat langsung pada skala tabung penampung segera setelah semen ditampung. Berdasarkan Tabel 2, rataan volume semen masing-masing perlakuan berkisar antara 0,4 0,85 ml. Volume semen pada domba di bawah umur satu tahun atau pada saat pubertas memiliki volume yang rendah, hal ini dikarenakan pejantan-pejantan muda yang tidak berpengalaman umumnya kaku sewaktu pertama kali ditampung semennya. Ereksi dan ejakulasinya lemah sehingga volume semen rendah (Toelihere, 1993). Volume semen pada umur bulan merupakan yang paling rendah, menurut Heriyanta, dkk (2013) aktivitas spermatogenesis semakin tua akan semakin menurun sehingga menghasilkan volume yang rendah.

4 (2) Warna Semen Toelihere (1993) berpendapat bahwa warna semen domba yang normal adalah seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Berdasarkan Tabel 2, umur tidak memberikan pengaruh terhadap warna semen tetapi setiap umur menghasilkan warna semen yang baik yaitu berwarna krem. Menurut Feradis (2007), warna semen dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa, dimana semakin tinggi konsentrasi spermatozoa maka warna semen akan semakin keruh. (3) Konsistensi Konsistensi atau derajat kekentalan dapat dilihat dengan cara menggoyangkan tabung penampung berisi semen segar secara perlahan. Umur tidak memberikan pengaruh terhadap konsistensi semen karena berdasarkan Tabel 2, konsistensi semen pada setiap umur adalah kental. Sama halnya dengan warna, menurut Feradis (2007), konsistensi (kekentalan) semen dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa, dimana semakin tinggi konsentrasi spermatozoa maka konsistensi akan semakin kental. (4) Bau Umur tidak memberikan pengaruh terhadap bau semen. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa setiap kelompok domba memiliki bau amis khas. Hal ini sesuai dengan pendapat Feradis (2010b), semen yang normal umumnya memiliki bau amis khas disertai bau dari hewan itu sendiri. Bau ini di evaluasi dengan cara mencium langsung terhadap semen. Bau busuk bisa terjadi apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi organ atau saluran reproduksi hewan jantan. (5) ph Rataan ph pada setiap perlakuan umur berkisar antara 6,4-6,9. Kisaran ini sesuai dengan kisaran ph normal semen menurut Garner dan Hafez (1987) yaitu antara 6,4-7,8. Menurut Toelihere (1993) spermatozoa sangat aktif dan tahan lama hidup pada ph sekitar 7,0. Sujoko dkk. (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi atau semakin rendah ph semen dari keadaan normal akan menyebabkan spermatozoa lebih cepat mengalami kematian. Variasi ph disebabkan oleh variasi produksi plasma semen oleh kelenjar kelamin aksesoris. Kelenjar kelamin aksesoris bertanggung jawab terhadap kapasitas penyangga semen. Sistem penyangga semen berperan melindungi spermatozoa dari perubahan ph secara tiba-tiba yang dapat merusak daya hidup sel spermatozoa (Evans dan Maxwell, 1987 dalam Sujoko dkk, 2009).

5 2. Pengaruh Umur Terhadap Konsentrasi Spermatozoa Total Domba Lokal Tabel 2. Konsentrasi Spermatozoa Total Masing-masing Perlakuan Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5.(x10 7 sel/ml) Jumlah Rataan 263,50 324,50 269,00 270,25 265,75 Hasil analisis ragam mengenai pengaruh umur terhadap konsentrasi spermatozoa total Domba Lokal menghasilkan bahwa umur tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap konsentrasi spermatozoa total Domba Lokal. Pada umur pubertas, konsentrasi spermatozoa total yang dihasilkan merupakan paling rendah dibandingkan kelompok umur lainnya, hal ini disebabkan saat pubertas, hormonal pada ternak belum optimal, dan hormonal ini juga mempengaruhi terhadap proses spermatogenesis sehingga menghasilkan konsentrasi spermatozoa total. Sedangkan menurut Heriyanta,dkk (2013), konsentrasi spermatozoa dipengaruhi oleh umur pejantan dan kecenderungan untuk meningkat seiring dengan meningkatnya umur sampai 22 bulan. Konsentrasi spermatozoa total umur bulan kembali menurun, hal ini terjadi karena pada umur tua, aktivitas proses spermatogenesis semakin menurun. Menurut Feradis (2007), perbedaan konsentrasi spermatozoa total ini disebabkan oleh pengaruh individual dan kondisi dari hewan percobaan. Rataan konsentrasi spermatozoa total Domba Lokal setiap perlakuan berada pada kisaran yang normal yaitu x10 7. Hasil ini sebanding dengan hasil dari konsentrasi spermatozoa domba pada umumnya yang berkisar antara x10 7 /ml (Hafez, 1987) atau pendapat Toelihere (1993) bahwa konsentrasi spermatozoa domba adalah x10 7.

6 3. Pengaruh Umur Terhadap Motilitas Sperma Domba Lokal Tabel 3. Motilitas Sperma Domba Lokal Masing-Masing Perlakuan Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5.(%) 1 79,60 90,21 90,03 75,63 78, ,79 92,76 91,06 82,92 85, ,99 87,03 83,79 86,81 82, ,13 84,68 91,46 86,41 90,43 Jumlah 313,51 354,68 356,34 331,77 338,02 Rataan 78,38 88,67 89,08 82,94 84,51 Umur < 12 bulan masih tergolong pada umur pubertas, sistem reproduksi pada umur pubertas masih berkembang seperti yang di kemukakan Feradis (2010b) bahwa pada umur pubertas frekuensi pelepasan LH mulai meningkat. Semakin bertambahnya umur akan meningkatkan ukuran organ reproduksi. Menurut Kheradmand, dkk (2006) dalam Nataatmaja dan Arifin (2008) terdapat hubungan sangat tinggi antara jumlah spermatozoa per ejakulat dengan ukuran lingkar skrotum pada domba. Hasil analisis ragam mengenai pengaruh umur terhadap motilitas sperma Domba lokal menghasilkan bahwa umur memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap motilitas sperma Domba Lokal. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan umur terhadap motilitas sperma Domba Lokal dilakukan uji lanjut yaitu dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa rataan motilitas sperma perlakuan P3 dan P2 nyata lebih tinggi dibanding dengan P1 namun tidak berbeda nyata dengan P4 dan P5. Perlakuan P4 dan P5 tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan. Motilitas sperma Domba Lokal setiap perlakuan berada pada motilitas normal, sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez (2000) yang menyimpulkan semen segar domba mempunyai rata-rata motilitas sekitar 60-80%. Menurut Dethan, dkk (2010) yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian disebabkan oleh perbedaan bangsa ternak percobaan, lama penelitian, suhu lingkungan sewaktu penelitian dan status gizi ternak. Motilitas spermatozoa atau daya gerak

7 spermatozoa adalah merupakan salah satu penentu keberhasilan spermatozoa untuk mencapai ovum pada saluran tuba fallopi dan cara yang paling sederhana dalam penilaian sperma untuk inseminasi buatan (Hafez, 1987). 4. Pengaruh Umur Terhadap Abnormalitas Sperma Domba Lokal Tabel 4. Abnormalitas Sperma Domba Lokal Masing-Masing Perlakuan Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5.(%) 1 2,73 1,00 2,00 3,75 7,72 2 3,35 1,53 0,93 1,84 5,66 3 3,60 1,05 1,53 1,42 2,69 4 4,00 0,50 1,00 1,00 2,89 Jumlah 13,68 4,08 5,46 8,01 18,96 Rataan 3,42 1,02 1,37 2,00 4,74 Sperma yang normal memiliki ukuran yang baik pada kepala ataupun ekornya, sedangkan sperma yang abnormal memiliki kerusakan pada kepala dan ekor, atau memiliki kepala atau ekor dengan jumlah ganda pada setiap sperma. Abnormalitas tertinggi diperoleh pada umur bulan kemudian diikuti berturut-turut oleh umur <12 bulan, bulan, bulan dan abnormalitas terendah dihasilkan oleh umur bulan. Hasil analisis ragam mengenai pengaruh umur terhadap abnormalitas sperma Domba lokal menghasilkan bahwa umur memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap abnormalitas sperma Domba Lokal. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa rataan abnormalitas sperma perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tidak berbeda nyata. P5 berbeda nyata lebih tinggi dengan P2, P3 dan P4, namun tidak berbeda nyata dengan P1. Menurut Hafez (1987), pada saat pubertas, sperma masih banyak abnormal sedangkan menurut Riyadhi, dkk (2012), peningkatan umur berpengaruh terhadap tingkat abnormalitas spermatozoa, hal ini disebabkan pejantan dengan umur yang semakin tua akan mengalami degenerasi pada sel-sel tubuh, termasuk pada organ reproduksi. Toelihere (1993) menyatakan bahwa abnormalitas dapat terjadi karena kesalahan pada saat penampungan semen, gangguan patologis, tekanan yang keras, pemanasan yang berlebih, pendinginan yang cepat, kontaminasi dengan air, urin dan bahan antiseptik. Abnormalitas sperma yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan abnormalitas primer. Abnormalitas spermatozoa dibedakan menjadi tiga yaitu primer, sekunder dan tersier.

8 Abnormalitas primer adalah abnormalitas karena kegagalan spermatogenesis dan abnormalitas sekunder terjadi selama spermatozoa melalui epididimis. Kerusakan spermatozoa setelah ejakulasi atau penanganan yang salah pada saat inseminasi buatan disebut abnormalitas tersier. Abnormalitas primer meliputi kepala yang terlampau besar, kepala yang terlampau kecil, kepala pendek melebar, kepala rangkap, ekor ganda, bagian tengah melipat, membengkok dan ekor melingkar, putus atau terbelah (Feradis, 2010b). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh umur terhadap kualitas semen domba lokal dapat disimpulkan bahwa: 1. Umur memberikan pengaruh yang nyata terhadap motilitas dan abnormalitas namun tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi spermatozoa total. 2. Domba Lokal yang berumur bulan menghasilkan kualitas semen terbaik. DAFTAR PUSTAKA Dethan, Agustinus Agung, Kustono, dan Hari Hartadi Kualitas dan Kuantitas Sperma Kambing Bligon Jantan yang Diberikan Pakan rumput Gajah dengan Suplementasi Tepung Darah. Buletin Peternakan. Vol. 34(3): Feradis Karakteristik Sifat Fisik Semen Domba St. Croix. Jumal Petemakan.Vol 4 Nol Februari b. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung. Garner DL and ESE Hafez Spermatozoa and Seminal Plasma. In : Hafez B, ESE Hafez Reproduction in Farm Animals. 7thEd. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia. Hafez, E.S.E Reproduction in Farm Animals. 5th ed. Lea & Febiger, Philadelphia Heriyanta, E., M. Nur Ihsan, dan N. Isnaini Pengaruh Umur Kambing Peranakan Etawah (PE) Terhadap Kualitas Semen Segar. Jurnal Ternak Tropika. Vol. 14, No.2: 1-5, Nataatmaja, Dudung Mulliadi dan Johar Arifin Karakteristik Ukuran Tubuh dan Reproduksi Jantan pada Kelompok Populasi Domba di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Animal Production. Vol. 10 No.3, Riyadhi, Muhammad, R. Iis Arifiantini, dan Bambang Purwantara Korelasi Morfologi Abnormalitas Primer Spermatozoa Terhadap Umur Pada Beberapa Bangsa Sapi Potong. Agroscientiae. Vol. 19, No.2, 2012.

9 Sujoko, Heri, Mohamad Agus Setiadi dan Arief Boediono Seleksi Spermatozoa Domba Garut dengan Metode Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll. Jurnal Veteriner Vol. 10 No. 3 : , Toelihere Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Cetakan keenam. Angkasa. Bandung. Toelihere Inseminasi Buatan pada Ternak. Cetakan keenam. Angkasa. Bandung.