Hubungan Consumer Ethnocentrism dan Country of Origin Stereotype dengan Intensi Membeli Mobil Nasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan Consumer Ethnocentrism dan Country of Origin Stereotype dengan Intensi Membeli Mobil Nasional"

Transkripsi

1 Hubungan Consumer Ethnocentrism dan Country of Origin Stereotype dengan Intensi Membeli Mobil Nasional Umar Perkasa Dra. Sri Fatmawati Mashoedi, M.Si Abstrak Ide pengadaan mobil nasional telah banyak, sehingga masalah yang dipertimbangkan adalah mencari segmen konsumen yang memiliki potensi membeli mobil nasional. Mobil nasional adalah mobil produksi Indonesia yang paten dan mereknya dimiliki oleh orang Indonesia. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kuantitatif dari consumer ethnocentrism dan country of origin stereotype pada konsumen Indonesia yang mapan secara ekonomi dan cukup umur untuk membuat keputusan membeli mobil pribadi, lalu dihitung nilai korelasinya dengan intensi membeli mobil nasional. Alat ukur yang dipakai untuk mengukur consumer ethnocentrism diadaptasi dari Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE) yang disusun oleh Shimp dan Sharma (1987), alat ukur country of orgin stereotype diadaptasi dari alat ukur country of origin yang disusun oleh Häubl (1996), sementara alat ukur intensi membeli adalah adaptasi dari skala Purchase Intention yang disusun oleh Pavlou (2003). Data penelitian diolah menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Perhitungan dari hasil pengukuran 106 sampel menunjukkan nilai korelasi yang positif dan signifikan pada level of significance 0.01 di antara consumer ethnocentrism dan intensi membeli mobil nasional (r = 0.456), dan juga di antara country of origin stereotype dan intensi membeli mobil nasional (r = 0.440). Sehingga disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai kedua variabel, maka semakin tinggi pula intensi untuk membeli mobil nasional. Berdasarkan kesimpulan ini, peneliti menyarankan untuk mempertimbangkan kedua variabel ini dalam usaha pemasaran mobil nasional. Kata kunci: consumer ethnocentrism, country of origin stereotype, intensi membeli. Pendahuluan Apa yang dimaksud dengan mobil nasional, dalam pengartian terluasnya, adalah mobil yang dirancang oleh insinyur Indonesia, dipasarkan oleh instansi atau perusahaan milik orang Indonesia, diproduksi oleh pekerja Indonesia, dan dipakai oleh konsumen Indonesia. Pengartian ini menekankan jati diri mobil nasional sebagai sebuah produk yang murni berasal dari negara Indonesia dan dapat dibanggakan oleh masyarakatnya. Sementara implikasi ekonomi dari pengertian ini adalah suksesnya

2 proyek mobil nasional akan memberikan tambahan nilai output dan kemandirian dari pengaruh asing pada sektor industri Indonesia. Jika menengok persaingan di pasar otomotif Indonesia saat ini, mau tidak mau kita akan merasa perlu mempertimbangkan kompetisi di pasar tersebut sebagai salah satu hambatan utama dalam kelancaran proyek MOBNAS. Sehingga berdasarkan permasalahan ini MOBNAS saat ini diperkirakan akan mengalami hambatan dalam penjualannya. Hambatan ini di antaranya dikarenakan oleh banyaknya kompetitor yang sudah ada di pasar otomotif saat ini dan kuatnya posisi beberapa pemain lama dalam market share otomotif Indonesia. Namun dalam menghadapi situasi ini, produsen MOBNAS sebenarnya tidak perlu bersaing secara langsung dengan kompetitorkompetitor lainnya untuk memperebutkan segmen-segmen pasar yang sudah mereka kuasai, tetapi Produsen MOBNAS dapat mengidentifikasi segmen pasar lainnya yang belum dapat diisi oleh para kompetitornya. Salah satu segmen yang belum dapat diisi oleh para competitor mobil nasional adalah segmen penggemar produk dalam negeri (domestik), yaitu segmen konsumen dengan preferensi yang tinggi terhadap produk buatan dalam negeri, jika dibandingkan dengan preferensi mereka terhadap produk buatan asing. Tidak terisinya segmen ini dikarenakan belum adanya mobil yang murni buatan dalam negeri. Berangkat dari ide ini, peneliti merasa perlunya usaha untuk mencari tahu dan membuktikan terlebih dahulu apakah segmen tersebut benar-benar dapat menjadi segmen pasar yang potensial bagi penjualan MOBNAS. Hal ini dapat dilakukan dengan meneliti sifat umum yang ada pada segmen konsumen ini dan melihat hubungannya dengan intensi membeli MOBNAS. Watson dan Wright (1999) melaporkan bahwa konsumen dengan tingkat consumer ethnocentrism yang tinggi cenderung memilih produk buatan dalam negeri ketimbang dengan produk buatan asing. Lebih lanjut, consumer ethnocentrism, menurut mereka dihasilkan oleh rasa cinta dan kepedulian seseorang terhadap Negaranya. Berdasarkan studi literatur terkait dengan consumer ethnocentrism, dapat disimpulkan bahwa consumer ethnocentrism terkait erat dengan intensi membeli produk dalam negeri, yang mana produk MOBNAS adalah salah satunya.

3 Selain itu perlu diteliti juga pengaruh dari Country of Origin Stereotype pada intensi membeli MOBNAS, dikarenakan faktor ini dilaporkan dapat mempengaruhi intensi membeli konsumen mendahului atribut-atribut lainnya dari sebuah produk (Kotabe & Helsen, 2008; Maheswaran, 1994). Sebuah penelitian pada konsumen Indonesia juga melaporkan bahwa negara asal (Country of Origin) sebuah produk lebih dipentingkan oleh konsumen dibandingkan dengan harga dari produk tersebut dan hal ini berlaku baik pada konsumen dengan etnosentrisme tinggi, maupun pada konsumen dengan etnosentrisme yang rendah (Hamin & Elliot, 2006). Atas dasar ini disimpulkan bahwa country of origin stereotype dapat mempengaruhi intensi membeli konsumen Indonesia, tak peduli tingkat consumer ethnocentrism mereka. Hal ini juga berarti country of origin stereotype dapat menjadi faktor yang menghalangi pemasaran MOBNAS pada segmen konsumen penggemar produk dalam negeri. Penelitian ini bermaksud untuk membuktikan adanya hubungan pada Consumer ethnocentrism dan Country of Origin Stereotype dengan intensi membeli (Purchase Intention) Mobil Nasional. Sehingga, Rumusan Masalah yang akan diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara consumer ethnocentrism dan intensi membeli Mobil Nasional? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara country of origin stereotype dan intensi membeli Mobil Nasional Landasan Teori Consumer Ethnocentrism Dalam tulisannya, Shimp dan Sharma (1987. Hal. 280) mendefinisikan Consumer Ethnocentrism sebagai: The belief held by American consumers about appropriateness, indeed morality, of purchasing foreign-made products. Sementara dalam konteks umum (diluar negara atau kelompok tertentu), maka consumer ethnocentrism diartikan sebagai kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen mengenai kepantasan (appropriateness), yang mana dapat merefleksikan pandangan moralitas mereka, dari membeli produk buatan negara/kelompok lain, atau yang juga sering disebut produk asing.

4 Consumer ethnocentrism memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1) berasal dari cinta dan perhatian seseorang terhadap negaranya dan ketakutan akan kehilangan kendali dari keuntungan ekonomi dikarenakan efek berbahaya yang dapat disebabkan oleh barang-barang impor terhadap dirinya dan saudara senegaranya; 2) mengandung intensi atau kemauan untuk tidak membeli produk asing; 3) consumer ethnocentrism mengacu pada prasangka terhadap produk impor/asing dalam tingkat personal, walau dapat juga diasumsikan bahwa secara keseluruhan, tingkat consumer ethnocentrism pada sebuah sistem sosial adalah agregasi dari kecenderungan individual (Sharma dkk, 1995). Konsekuensi dari consumer ethnocentrism termasuk diantaranya adalah: penilaian positif yang berlebihan terhadap produk domestik atau penilaian negatif yang berlebihan dari produk impor, obligasi moral untuk membeli produk domestik, dan preferensi terhadap produk domestik (Sharma dkk, 1995). Consumer ethnocentrism juga dapat didefinisikan sebagai sebuah kognisi atau perspektif konsumen yang cenderung menilai terlalu tinggi produk lokal dan menilai terlalu rendah produk asing dikarenakan mereka menilai kelompoknya lebih baik dari pada yang lain. Dapat disimpulkan juga bahwa konsumen dengan ethnocentrism yang tinggi akan menunjukkan preferensi yang lebih besar terhadap produk-produk buatan lokal dalam keputusan pembelian dimana tersedia alternatif produk buatan dalam negeri (Watson & Wright, 2000). Sebuah jurnal oleh Liu, Murphy, Liu, dan Li (2007) mengatakan bahwa efek dari consumer ethnocentrisme lebih berpengaruh terhadap produk yang high involvement seperti mobil dibandingkan terhadap produk yang low involvement seperti pasta gigi. Selain itu, Han (1990) mencatat bahwa penghasilan tidak secara signifikan berpengaruh pada variasi tingkat ethnocentrism konsumen, sehingga pengaruh dari consumer ethnocentrism dapat dikatakan secara merata berlaku pada semua produk tanpa memperdulikan kelas ekonomi dari konsumennya. Country of Origin Country of Origin (COO) telah didefinisikan secara berbeda-beda pada berbagai literatur dengan masing-masing sudut pandang yang berbeda. Johansson, Douglas, dan Nonaka (1985) mendefinisikan COO sebagai negara dimana kantor pusat dari

5 perusahaan yang melakukan marketing sebuah produk atau merek terletak. Sering kali, COO adalah Negara asal sebuah perusahaan dan hal ini melekat pada merek tertentu. Sejalan dengan hal ini, Saeed (1994) mengutarakan bahwa COO berarti Negara yang mana pabrik dari sebuah merek atau produk diasosiasikan. Lebih lanjut, COO sebuah produk dapat juga diartikan sebagai negara dimana sebuah produk diproduksi atau dirakit yang mana menunjukkan tahap akhir dari proses produksi (Han & Terpstra, 1988; Lee & Schaninger, 1996). Country-of-origin dalam banyak literatur telah dikenal sebagai salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan konsumen saat membeli suatu produk. Hal ini terlihat dari hasil temuan sejumlah penelitian empiris yang menemukan adanya pengaruh dari country of origin sebuah produk terhadap kualitas yang dipersepsikan oleh konsumen pada produk tersebut (Hong & Wyer, 1989, 1990; Johansson & Thorelli, 1985) dan adanya kecenderungan konsumen untuk menggunakan label made in pada produk sebagai pertimbangan di dalam evaluasi mereka (Tse & Gorn. 1993). Berdasarkan sumber ini disimpulkan bahwa Country-of-origin dalam kombinasinya dengan karakteristik pemasaran lain secara signifikan mempengaruhi persepsi yang dimiliki konsumen terhadap produk dari berbagai negara. Berbagai penelitian juga telah membuktikan luasnya pengaruh country of origin. Contohnya seperti pada produkproduk sebuah Negara secara umum (Darling & Wood, 1990; Howard, 1989), pada kategori produk tertentu (Cordell, 1992; Roth & Romeo, 1992), dan pada merek-merek tertentu (Chao, 1993; Han & Terpstra, 1988). Country of origin sebuah produk juga ditemukan memiliki pengaruh terhadap perilaku membeli pada konsumen individu (Lin & Sternquist, 1994) maupun organisasi (Chang & Kim, 1995). Pertimbangan terhadap COO sebuah produk lebih lanjut dilaporkan telah digunakan oleh konsumen sebagai acuan pertama dan utama dalam melakukan evaluasi terhadap produk baru, dengan pertimbangan minim diberikan kepada atribut lain yang terkait dengan produk yang dievaluasi (Maheswaran, 1994). Disamping COO Stereotype juga dikenal konsep Country Image, yaitu fenomena dimana konsumen mengeneralisasikan kepercayaan dan persepsi dari sebuah Negara terhadap produk-produk tertentu yang dihasilkan oleh Negara tersebut (Bilkey & Nes, 1982). Gambaran atau image suatu negara sebagai asal (origin) produk merupakan

6 salah satu isyarat ekstrinsik yang dapat menjadi bagian dari total image produk tersebut. Image ini dikenal secara beragam sebagai fenomena atau efek country-oforigin pada berbagai literatur. Karena itu efek COO juga sering kali dikaitkan dengan kasus di mana negara asal digunakan sebagai isyarat untuk kualitas, atau lebih tepatnya sebagai pengganti untuk atribut kualitas, terutama jika informasi lainnya pada sebuah produk tidak ditemukan (Bilkey & Nes, 1982, Hong & Wyer, 1989). Nagashima (1970) mengatakan bahwa Country image dapat terbentuk dari produk yang merepresentasikan sebuah Negara, latar belakang ekonomi dan politik, dan tradisi yang disimpulkan menjadi sebuah gambaran keseluruhan sebuah Negara di mata konsumen. Selain itu juga dari produk yang dibuat atau dipasarkan oleh sebuah Negara di masa lalu. Intensi Membeli Fandos dan Flavian (2006) mengatakan bahwa intensi membeli (purchase intention) mampu menggambarkan perilaku konsumen pada jangka pendek terkait dengan keputusan di masa yang akan datang. Sehingga, disimpulkan bahwa intensi membeli dapat memperkirakan perilaku konsumen, yang mana juga secara signifikan mencerminkan sikap seseorang. contohnya dengan memperkirakan produk atau merek mana yang akan dibeli dalam kesempatan yang akan datang, kita dapat menarik kesimpulan mengenai preferensi atau penilaian konsumen. Dalam Wu, Yeh, dan Hsiao (2011) disebutkan bahwa intensi membeli mewakili kemungkinan konsumen dalam merencanakan atau bersedia membeli produk dan jasa tertentu dimasa depan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat bahwa peningkatan intensi membeli juga berarti peningkatan dalam kemungkinan individu untuk melakukan pembelian (Schiffman & Kanuk, 2007). Pendapat ini didasari oleh asumsi bahwa faktor utama yang dapat memprediksi perilaku individu adalah intensi individu untuk melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, intensi untuk melakukan sebuah perilaku dapat dianggap penyebab langsung dari perilaku yang sebenarnya dan mengindikasikan seberapa keras kamauan seseorang untuk melakukan sesuatu dan juga seberapa besar upaya yang akan dikerahkan untuk dapat melakukan sesuatu tersebut. Sehingga, secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin kuat intensi

7 seseorang untuk melakukan sesuatu, maka semakin besar pula kemungkinan seseorang tersebut untuk melakukannya di masa depan (Ajzen, 1991). Namun, sikap seseorang terhadap perilaku tersebut ditentukan oleh keyakinannya mengenai manfaat dan resikonya, yang mana keyakinan ini merupakan hasil dari nilai-nilai subyektif dan evaluasi terhadap hasil yang diharapkan dari perilaku tersebut (Fishbein & Ajzen, 1975). Metode Penelitian Hipotesis Penelitian Hipotesis Nul Ho1: tidak ada hubungan yang signifikan antara consumer ethnocentrism dan intensi membeli mobil nasional Ho2: tidak ada hubungan yang signifikan antara country of origin stereotype dan intensi membeli mobil nasional Hipotesis Alternatif Ha1: ada hubungan yang signifikan antara consumer ethnocentrism dan intensi membeli mobil nasional Ha2: ada hubungan yang signifikan antara country of origin stereotype dan intensi membeli mobil nacional Variabel-Variabel Penelitian Consumer Ethnocentrism Definisi konseptual dari variabel ini adalah: Kecenderungan konsumen untuk lebih memilih mengkonsumsi produk yang dibuat oleh negaranya sendiri (domestik) ketimbang produk yang dibuat oleh negara lainnya (asing). Sementara definisi operasionalnya: Skor yang diperoleh dari skala consumer ethnocentrism yang diadaptasi dari Consumer Ethnocentrism Scale (CETSCALE) yang disusun oleh Shimp dan Sharma (1987). Country of Origin (COO) Stereotype

8 Definisi konseptual dari variabel ini adalah: Stereotype konsumen terhadap sebuah negara, yang berdasarkan persepsi umum mereka terhadap negara tersebut dan evaluasi mereka secara umum tentang kualitas suatu kategori produk tertentu yang dibuat di negara tersebut. Sementara definisi operasionalnya: Skor yang diperoleh dari skala country of origin stereotype yang diadaptasi dari skala country of origin yang disusun oleh Häubl (1996). Intensi Membeli Mobil Nasional (MOBNAS) Definisi konseptual dari variabel ini adalah: Keinginan untuk membeli produk MOBNAS yang telah ditawarkan dalam brosur. Sementara definisi operasionalnya: Skor yang diperoleh dari skala intensi membeli MOBNAS setelah diperlihatkan brosur yang menawarkan sebuah produk MOBNAS. Skala intensi membeli yang dipakai adalah yang telah diadaptasi dari skala purchase intention yang dipakai dalam penelitian Salehudin (2012). Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan disain korelasional dikarenakan tujuan utamanya yang adalah menemukan hubungan antara consumer ethnocentrism dan persepsi country of origin dengan intensi membeli, yang mana ketiga variabel ini tidak mengalami manipulasi dalam kemunculannya pada partisipan selama penelitian berlangsung (Graveter & Forzano, 2009). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah mapan secara ekonomi dan cukup umur untuk membuat keputusan membeli produk otomotif. Oleh karena itu penelitian ini mengambil sampel dari para pengunjung dua mall yang ada di kota Depok. karateristik partisipan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) cukup mapan secara ekonomi untuk membeli mobil, 2) cukup umur untuk membeli mobil, 3) Bependidikan minimal D3. penelitian ini berencana menghimpun 120 orang partisipan, yang mana diasumsikan cukup memadai untuk mendapatkan distribusi yang dapat mewakili populasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini disebut dengan non-probability sampling. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah

9 incidental sampling, sehingga dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti meminta kesediaan dari orang-orang yang mudah ditemui dan telah memenuhi kritereria sampel penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Seperti penelitian kuantitif pada umumnya, penelitian ini juga memakai kuesioner sebagai alat pengumpul data. Bentuk kuesioner yang dipakai adalah fixed alternatif questions, dimana pada bentuk ini partisipan hanya dapat menjawab dengan memilih dari beberapa pilihan respon yang telah tersedia. Skala yang dipakai pada ketiga skala dalam penelitian ini menggunakan skala respon dengan tipe Likert. Melalui tujuh pilihan jawaban yang diberikan, respon yang diberikan dapat bervariasi. Alat Ukur Skala Consumer Ethnocentrism yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE) dari Shimp dan Sharma (1987) yang tersusun dalam 17 item yang diformulasi dan divalidasi di amerika. Alat ukur ini terdiri dari hanya terdiri dari item favorable, sehingga jawaban dari setiap item akan meningkatkan skor total. Skala Country of Origin (COO) stereotype yang dipakai dalam penelitian ini diadaptasi dari skala Country of Origin yang disusun oleh Gerald Häubl (1996) untuk digunakan dalam penelitiannya. Skala COO ini dipakai untuk mengukur persepsi secara umum dari responden terhadap sebuah Negara dan evaluasinya pada produk tertentu yang diproduksi pada negara tersebut, yang mana pada pada penelitian Häubl (1996) dan penelitian ini adalah produk otomotif. Dimensi-dimensi yang diukur oleh alat ukur ini adalah persepsi umum dari sebuah negara dan Evaluasi pada produk otomotif yang dibuat di sebuah negara. Persepsi umum dari sebuah negara diukur berdasarkan evaluasi pada sebuah negara secara afektif (emosi dan perasaan) dan kognitif (berbasis fakta). Sementara evaluasi pada produk otomotif yang dibuat di sebuah negara diukur berdasarkan evaluasi pada industri otomotif yang ada pada negara tersebut (Production Process dari produk otomotif) dan pada produk otomotif yang dibuat di negara tersebut (Production Output yang termasuk produk otomotif).

10 Pilihan jawaban pada skala COO menggambarkan pendapat terhadap kesesuaian sebuah sifat/pernyataan dalam menggambarkan objek yang dievaluasi (Negara, Industri, atau Produk). Semakin tinggi skor yang didapatkan maka semakin tinggi persepsi yang dimiliki responden terhadap produk dari sebuah negara. Skala intensi membeli yang dipakai dalam penelitian ini adalah adaptasi dari skala purchase intention yang dikembangkan oleh Pavlou (2003) dan telah dilokalisasi oleh Salehudin (2012). Dalam penelitian tersebut, intensi membeli didefinisikan sebagai kecondongan konsumen untuk membeli suatu produk. Alat ukur ini terdiri dari hanya terdiri dari item favorable, sehingga jawaban dari setiap item akan meningkatkan skor total. Data Partisipan Manfaat data ini adalah agar peneliti mampu mendapatkan gambaran umum dari partisipan yang mengikuti penelitian. Item-item data partisipan yang dipakai pada penelitian ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan kemampuan membeli responden dan kemampuan untuk memahami kuesioner, sehingga item-item tersebut menanyakan jenis kelamin, usia, belanja rumah tangga bulanan/house Hold Expenditure (HHE), pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Tahap Pengolahan Data Perhitungan statistik yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Statitical Package for the Social Sciences (SPSS) 16. Sementara teknik-teknik yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung mean, frekuensi, dan persentase data, sehingga diperoleh gambaran mengenai partisipan penelitian ini. b. Uji Reliabilitas dan Validitas Item Validitas dan reliabilitas item akan kembali diuji agar mengurangi keraguan peneliti terhadap alat ukur dan item-item yang dipakai pada penelitian ini. c. Korelasi Pearson

11 Perhitungan korelasi dalam penelitian ini dilakukan menggunakan Pearson Product Moment dengan perhitungan one tail dan level of significance (l.o.s.) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Demografis Partisipan Penelitian Dari keseluruhan partisipan, persentase untuk jenis kelamin partisipan adalah 56.6% laki-laki dan 43.4% persen perempuan. Berdasarkan rentang usianya, partisipan ditemukan paling banyak berada pada rentang tahun (45.3%) dan diikuti secara berurutan oleh rentang-rentang setelahnya. Pada data HHE ditemukan persebaran partisipan yang cukup merata di antara ketiga rentang HHE, yang mana dipimpin oleh rentang Rp Rp dengan persentase 39.6%. sementara pada data pendidikan dialami ketimpangan dimana jumlah partisipan dengan pendidikan D3/S1 yang mencapai 73.6% sedangkan partisipan berpendidikan S2/S3 hanya mencapai 26.4%. Mayoritas partisipan bekerja sebagai pegawai swasta (41.5%), lalu disusul oleh partisipan yang bekerja sebagai pegawai negeri (23.6%). Sebesar 19.8% partisipan bekerja di bidang wirausaha. Terdapat juga sebesar 15.1% partisipan yang mengisi memiliki pekerjaan selain ketiga pekerjaan diatas, namun umumnya mereka adalah ibu rumah tangga. Gambaran Variabel-variabel Penelitian Pada hasil pengukuran consumer ethnocentrism rata-rata skor yang diperoleh adalah (SD = ), dengan rentang skor yang didapat berkisar di antara Sementara rata-rata skor COO Stereotype yang diperoleh adalah (SD = ), dengan rentang skor yang didapat berkisar di antara Selain itu, dari perhitungan mean kedua dimensi COO stereotype ditemukan bahwa dimensi persepsi umum terhadap sebuah negara memiliki mean yang lebih tinggi (37.44) dibandingkan dengan dimensi evaluasi pada produk yang diproduksi di sebuah negara. Terakhir, ratarata skor intensi membeli MOBNAS yang diperoleh adalah (SD = 5.432) dengan rentang skor yang didapat berkisar di antara Pengujian Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur

12 Alat ukur pada penelitian ini akan dinilai reliabel ketika memiliki koefisien reliabilitas minimal 0.7 berdasarkan pendapat Kaplan dan Sacuzzo (2005) dan ítemitemnya akan dinilai valid ketika pada penghitungan internal consistency memiliki nilai validitas diatas 0.2 (Anastasi & Urbina, 1997). Berdasarkan analisa, skala consumer ethnocentrism mendapatkan koefisien alpha sebesar Validitas untuk item-item pada skala consumer ethnocentrism ditemukan berada pada kisaran hingga sementara pada analisa alat ukur country of origin stereotype, dimensi persepsi umum terhadap negara dan evaluasi pada produk otomotif yang dibuat di sebuah negara masing-masing memiliki koefisien alpha sebesar dan Validitas untuk kedua dimensi itu secara berturut-turut berkisar antara hingga dan hingga Terakhir, skala intensi membeli mendapatkan koefisien alpha sebesar Validitas untuk item-item pada skala consumer ethnocentrism ditemukan berada pada kisaran hingga Berdasarkan uraian di atas maka dijelaskan bahwa ketiga alat ukur memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang memuaskan. Hasil Korelasi utama Untuk menguji hubungan antara consumer ethnocentrism dengan intensi membeli pada produk MOBNAS, peneliti melakukan pengolahan data melalui teknik korelasi pearson dengan perhitungan two tailed. Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan korelasi antara kedua variabel. Tabel 1 Korelasi Consumer Ethnocentrism dan Intensi Membeli Mobil Nasional (MOBNAS) Hubungan antara Consumer Ethnocentrism & Intensi Membeli Mean r p Mobil Nasional (MOBNAS) Consumer Ethnocentrism Intensi Membeli MOBNAS *.000 * Correlation is significant at the 0.01 (2-tailed)

13 Data di atas menunjukkan bahwa korelasi di antara consumer ethnocentrism dan intensi membeli MOBNAS adalah sebesar 0.456, signifikan pada level of significance (l.o.s.) 0.01 (r = 0.456, p = <0.01). ini berarti bahwa kedua variabel tersebut secara signifikan berhubungan positif. Dengan demikian Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Perhitungan korelasi yang sama juga dilakukan antara COO Stereotype dan intensi membeli MOBNAS yang mana ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Korelasi Country of Origin (COO) Stereotype dengan intensi membeli Mobil Nasional (MOBNAS) Hubungan antara Country of Origin (COO) Stereotype & Intensi Membeli Mobil Nasional (MOBNAS) Mean R p COO Stereotype Intensi Membeli MOBNAS *.000 * Correlation is significant at the 0.01 (2-tailed) Tabel diatas menunjukkan bahwa korelasi di antara country of origin dan intensi membeli adalah sebesar 0.440, signifikan pada level of significance (l.o.s.) 0.01 (r =.440, p =.000 <0.01). ini berarti bahwa kedua variabel tersebut secara signifikan berhubungan positif. Dengan demikian Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Hasil Korelasi Tambahan Untuk lebih mengenali mengenai stereotype COO, peneliti melakukan analisa korelasi melalui teknik korelasi Pearson dengan perhitungan two tailed pada satu dimensi COO Stereotype dengan dimensi yang lainnya.

14 Tabel 3 Korelasi antardimensi Country of Origin Stereotype Hubungan antaradimensi Country of Origin (COO) Stereotype Mean R p Dimensi persepsi umum terhadap sebuah negara Dimensi evaluasi umum pada produk otomotif yang dibuat di sebuah negara.809*.000 * Correlation is significant at the 0.01 (2-tailed) Dari tabel 4.8 dapat kita lihat bahwa kedua dimensi, yaitu dimensi persepsi umum terhadap sebuah negara dan dimensi evaluasi secara umum pada produk otomotif yang dibuat di negara tersebut, memiliki nilai korelasi sebesar 0.809, signifikan pada level of significance (l.o.s.) sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua dimensi berkorelasi positif dan signifikan dengan satu sama lain. Peneliti juga melakukan analisa melalui teknik korelasi Pearson dengan perhitungan two tailed pada kedua dimensi COO dan skor intensi membeli MOBNAS. Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan lebih dalam mengenai hubungan antara masing-masing dimensi COO Stereotype dan intensi membeli MOBNAS. Hasil perhitungan ini dapat dijabarkan pada tabel 4. Tabel 4 Korelasi Kedua Dimensi Country of Origin Stereotype dan Intensi Membeli Mobil Nasional (MOBNAS) Intensi Membeli MOBNAS r p Dimensi persepsi umum terhadap sebuah negara 0.412*.000 Dimensi evaluasi umum pada produk otomotif yang dibuat di sebuah negara 0.426*.000 * Correlation is significant at the 0.01 (2-tailed)

15 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kedua dimensi, yaitu dimensi persepsi umum terhadap sebuah negara dan dimensi evaluasi secara umum pada produk otomotif yang dibuat di negara tersebut, berturut-turut memiliki nilai korelasi sebesar dan 0.426, signifikan pada level of significance (l.o.s.) sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua dimensi berkorelasi positif dan signifikan dengan intensi membeli MOBNAS. Selain itu diantara keduanya, dimensi evaluasi secara umum pada produk otomotif yang dibuat di Indonesia adalah yang memiliki korelasi yang paling besar walaupun perbedaannya tidak jauh. KESIMPULAN Hasil pengolahan data yang telah dijelaskan menunjukkan bahwa consumer ethnocentrism dan intensi membeli mobil nasional secara signifikan berhubungan positif. Sehingga, hasil pada penelitian ini adalah Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Hal ini berarti, terdapat hubungan yang signifikan antara Consumer ethnocentrism dan Purchase Intention Mobil Nasional. Oleh karena itu disimpulkan bahwa tingkat consumer ethnocentrism pada responden dapat berbanding lurus atau berbanding terbalik dengan intensi mereka untuk membeli produk Mobil Nasional. Sementara hubungan positif yang ditemukan diantara kedua variabel mengindikasikan adanya nilai yang berbanding lurus pada keduanya. Sementara pada analisa data country of origin stereotype juga menemukan hasil yang serupa, dimana ditemukan country of origin stereotype dan purchase intention secara signifikan berhubungan positif. Sehingga, hasil pada penelitian ini adalah Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Hal ini berarti, terdapat hubungan yang signifikan antara country of origin stereotype dan intensi membeli mobil nasional. Oleh karena itu disimpulkan bahwa tingkat country of origin stereotype pada responden dapat berbanding lurus atau berbanding terbalik dengan intensi mereka untuk membeli produk Mobil Nasional. Sementara hubungan positif yang ditemukan diantara kedua variabel mengindikasikan adanya nilai yang berbanding lurus pada keduanya. Analisa korelasi antar dimensi country of origin stereotype menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan di antara keduanya. Hasil ini menunjukkan bahwa

16 persepsi umum partisipan terhadap negara Republik Indonesia berhubungan positif dengan evaluasi mereka terhadap produk otomotif yang diproduksi di negara tersebut. Sementara dari perhitungan mean kedua dimensi ditemukan bahwa secara rata-rata, persepsi umum partisipan terhadap negara republik indonesia lebih baik jika dibandingkan dengan evaluasi mereka terhadap produk otomotif yang diproduksi di negara tersebut. Selanjutnya, dari hasil analisa korelasi pada kedua dimensi country of origin stereotype dengan intensi membeli mobil nasional ditemukan bahwa kedua dimensi tersebut secara signifikan berkorelasi positif dengan intensi membeli mobil nasional. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kedua dimensi memiliki hubungan yang positif dengan intensi membeli mobil nasional. Sementara berdasarkan hasil perbandingan besarnya nilai korelasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi partisipan terhadap produk otomotif yang diproduksi di negara Republik Indonesia memiliki hubungan positif yang lebih besar dengan intensi membeli mobil nasional jika dibandingkan pada hubungan variabel tersebut dengan persepsi umum partisipan terhadap negeri tersebut. Namun perbedaan nilai korelasi ini dapat dikatakan tidak besar. Diskusi Diskusi Hasil Utama Penelitian Analisa dari data 106 sampel yang terkumpul pada penelitian ini menunjukkan bahwa consumer ethnocentrism dan country of origin stereotype secara signifikan berhubungan positif dengan intensi membeli mobil nasional, sehingga penelitian ini mendukung asumsi peneliti dan berbagai sumber literatur terkait yang mendasari penelitian ini. Menurut Sharma dan Shimp (1995), konsekuensi dari consumer ethnocentrism termasuk diantaranya adalah penilaian positif yang berlebihan terhadap produk, obligasi moral untuk membeli produk domestik, dan preferensi terhadap produk domestik. Hal ini senada dengan kesimpulan dari Watson dan Wright, (2000) terkait consumer ethnocentrism yang mengatakan bahwa konsumen dengan ethnocentrisme yang tinggi akan menunjukkan preferensi yang lebih besar terhadap produk-produk buatan lokal dalam keputusan pembelian dimana tersedia alternatif dalam negeri. Selain itu, Liu dkk

17 (2007) mengatakan bahwa efek dari consumer ethnocentrism lebih berpengaruh terhadap produk yang high involvement seperti mobil dibandingkan terhadap produk yang low involvement seperti pasta gigi. Pengaruh country of origin (COO) dijelaskan oleh Cateora dan Graham (2007) dalam konsep Country of Origin Effect (COE) yang didefinisikan sebagai pengaruh apapun dari informasi COO (yaitu informasi dari Negara mana sebuah produk berasal, contohnya dalam label made in ) terhadap persepsi positif atau negatif pada konsumen terhadap produk. COE juga dinyatakan sebagai sebuah penghalang yang tak berwujud bagi sebuah produk dalam memasuki pasar baru, yang mana penghalang ini berupa stereotype negatif calon konsumen terhadap produk impor (Wang & Lamb, 1983). Johansson dan Thoreli (1985), mendefinisikan stereotip berdasarkan negara asal sebuah produk (country of origin stereotype) sebagai stereotype dan preferensi yang dimiliki orang-orang dalam sebuah Negara (atau kelompok spesifik) terhadap produk dari negara yang lain. COO lebih lanjut dilaporkan telah digunakan oleh konsumen sebagai acuan pertama dan utama dalam melakukan evaluasi terhadap produk baru, dengan pertimbangan minim diberikan kepada atribut lain yang terkait dengan produk yang dievaluasi (Maheswaran, 1994). Selain itu temuan dalam berbagai literatur juga mengusulkan bahwa country of origin secara umum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap evaluasi dari produk mobil (Han, 1989; Han & Terpstra, 1988; Johansson & Nebenzahl, 1987). Dari diskusi diatas dapat disimpulkan bahwa consumer ethnocentrism adalah variabel yang sesuai untuk mengidentifikasi segmen konsumen dengan preferensi terhadap produk buatan dalam negeri ketimbang produk impor/asing dan consumer ethnocentrism juga ditemukan berhubungan positif dengan intensi membeli mobil nasional. Selain itu juga disimpulkan bahwa country of origin stereotype memang memiliki hubungan positif dengan intensi membeli produk yang berasal dari negara Republik Indonesia, yang mana dalam penelitian ini adalah produk mobil nasional. Diskusi Tambahan Ditemukannya hubungan yang positif antara kedua dimensi country of origin stereotype sejalan dengan hasil penelitian Häubl (1996) yang menemukan adanya

18 pengaruh yang signifikan dari persepsi umum konsumen pada sebuah negara terhadap evaluasi mereka pada produk otomotif yang diproduksi di negara tersebut. Sementara perbandingan antara mean dari kedua dimensi menunjukkan bahwa secara rata-rata, persepsi partisipan terhadap negara republik Indonesia lebih baik ketimbang evaluasi mereka terhadap produk otomotif yang diproduksi di negara tersebut. Kedua temuan diatas menjadi penting jika digabungkan dengan hasil temuan pada analisa hubungan kedua dimensi tersebut dengan intensi membeli mobil nasional yang mengatakan bahwa evaluasi partisipan terhadap produk otomotif yang diproduksi di negara Republik Indonesia memiliki hubungan positif yang lebih besar dengan intensi membeli mobil nasional jika dibandingkan oleh hubungan variabel tersebut dengan persepsi umum partisipan terhadap negeri tersebut. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa walau partisipan memiliki pandangan yang lebih baik terhadap negara republik indonesia dibandingkan dengan pandangan mereka yang ditujukan kepada produk otomotif yang diproduksi di negara tersebut. Namun evaluasi mereka terhadap produk otomotif yang diproduksi di negara tersebut memiliki hubungan positif yang lebih besar dengan intensi membeli mobil nasional. Sementara ditemukannya hubungan positif antar kedua dimensi dan juga penemuan Häubl (1996), mendorong peneliti untuk menyimpulkan bahwa pandangan yang lebih baik terhadap negara Republik Indonesia dapat mengakibatkan bertambah baiknya pandagan terhadap produk otomotif yang diproduksi di negara tersebut. SARAN Saran Teoritis dan Metodologis Berdasarkan diskusi penelitian dapat disimpulkan diperlukannya penelitianpenelitian lanjutan terkait dengan hasil penelitian ini. Dua tema yang dapat diusulkan oleh peneliti adalah mengenai interaksi untuk country of origin stereotype dengan berbagai kategori produk dan mengenai hubungan atau pengaruh dari brand image terkait dengan intensi membeli mobil nasional. Terkait secara khusus dengan consumer ethnocentrism, peneliti mengusulkan tema penelitian dinamika hubungan konstruk-konstruk lainnya yang berkorelasi dengan

19 consumer ethnocentrism terkait dengan pembelian produk dalam negeri. Terkait secara khusus dengan country of origin stereotype, peneliti mengusulkan memperluas lingkup penelitian terkait dengan country of origin stereotype melalui penggunaan metodemetode pengukuran lainnya dalam penelitian selanjutnya. Peneliti juga mensarankan adalah mengkaji lebih mendalam mengenai interaksi country of origin stereotype dengan masing-masing kategori produk di negara indonesia. Selain itu, mempertimbangkan tingginya nilai korelasi antara kedua dimensi country of origin pada data pengukuran dalam penelitian ini, peneliti memiliki asumsi bahwa penggunaan salah satu dimensi dapat dinilai sudah cukup mewakili kedua dimensi dalam pengukuran country of origin stereotype. Terkait dengan mobil nasional, pada penelitian selanjutnya mengenai tema ini peneliti menyarankan untuk memberikan definisi yang jelas dari mobil nasional. Hal ini agar para responden memiliki gambaran yang relatif sama mengenai apa itu mobil nasional dan memberikan respon yang sesuai berdasarkan gambaran tersebut. Peneliti juga mengusulkan pengumpulan sampel yang lebih besar pada penelitian consumer ethnocentrism dan country of origin selanjutnya sehingga didapat hasil penelitian dapat digeneralisasikan dengan lebih baik, yang mana mampu mendukung hasil dari penelitian ini. Saran Praktis Dari diskusi diatas dapat disimpulkan bahwa consumer ethnocentrism adalah konstruk yang sesuai untuk mengidentifikasi segmen konsumen dengan preferensi terhadap produk buatan dalam negeri ketimbang produk impor/asing dan consumer ethnocentrism ditemukan memang berhubungan positif dengan intensi membeli mobil nasional. Selain itu juga disimpulkan bahwa country of origin stereotype memang memiliki hubungan positif dengan intensi membeli produk yang berasal dari negara Republik Indonesia, yang mana dalam penelitian ini adalah produk mobil nasional. Berangkat dari kesimpulan diskusi tersebut, peneliti menyarankan penggunaan pendekatan pemasaran yang menarik bagi konsumen yang etnosentris dalam pemasaran mobil nasional pada konsumen indonesia. Peneliti juga menyarankan pemerintah dan para produsen mobil nasional untuk memberikan pertimbangan pada pengaruh country of origin pada penjualan mobil nasional dan terutama pada usaha

20 peningkatan penilaian konsumen indonesia terhadap negaranya dan produk-produk yang dihasilkan di negara tersebut.

21 DAFTAR REFERENSI Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Process, 50, Anastasi, A., Urbina, S. (1997). Psychological testing (7 th ed.). New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Bilkey, W. J., & Nes, E. (1982). Country-of-origin effects on product evaluations. Journal of International Business Studies, Vol. 8, hal Cateora, P.R., & Graham, J. L. (2007). International Marketing, 13th edition. New York: McGraw-Hill. Chang, D.R., & Kim, I-T. (1995). A study on the rating of import sources for industrial products in a newly industrializing country: the case of South Korea. Journal of Business Research, Vol.32, hal Chao, P. (1993). Partitioning country of origin effects: consumer evaluations of a hybrid product. Journal of International Business Studies, Vol. 24 No. 2, hal Cordell, V.V. (1992). Effects of consumer preferences for foreign sourced products. Journal of International Business Studies, Vol. 23 No. 2, hal Darling, J.R., & Wood, V.R. (1990). A longitudinal study comparing perceptions of US and Japanese consumer products in a third neutral country: Finland 1975 to Journal of International Business Studies, Vol. 3, hal Fandos., & Flavian (2006). Intrinsic and extrinsic quality attributes, loyalty and buying intention: an analysis for a PDO product. British food journal, 108(8). Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Addison-Wesley Publishing Company, MA. Gravetter, F., & Forzano, L. (2009). Research methods of the behavioral sciences (3 rd California: Wadsworth Cengage Learning. ed.). Hamin., & Elliott, G. (2006). A less-developed country perspective of consumer ethnocentrism and country of origin effects: Indonesian evidence. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics; 2006; 18, 2. Han, C.M., & Terpstra, V. (1988). Country-of-Origin Effects for Uni-National and Bi-National Products. Journal of International Business Studies, Vol.16, hal

22 Han, C. M. (1990). Testing the Role of Country Image in Consumer Choice Behavior. European Journal of Marketing, Vol. 24, hal Häubl, G. (1996). A cross-national investigation of the effects of country of origin and brand name on the evaluation of a new car. International Marketing Review, Vol. 3, No. 5, hal Hong, S.T., & Wyer, R.S. Jr. (1989). Effects of country-of-origin and product-attribute information on product evaluation: an information processing perspective. Journal of Consumer Research, Vol. 16, hal Hong, S.T., & Wyer, R.S. Jr. (1990). Determinants of product evaluation: effects of the timeinterval between knowledge of a product s country of origin and information about its specific attributes. Journal of Consumer Research, Vol. 17, hal Howard, D.G. (1989). Understanding how American consumers formulate their attitudes about foreign products. Journal of International Consumer Marketing, Vol. 2 No. 2, hal Johansson, J.K., & Thorelli, H.B. (1985). International product positioning. Journal of International Business Studies, Fall 1985, hal Johansson, J.K., Douglas, S.P., & Nonaka, I. (1985). Assessing the impact of country of origin on product evaluations: a new methodological perspective. Journal of Marketing Research, Vol. 22, November, hal Johansson, J.K., & Nebenzahl, I.D. (1987). Country-of-origin, social norms and behavioral intentions. Advances in International Marketing, Vol. 2, hal Kaplan, R., & Sacuzzo, D. (2005). Psychological testing: principles, applications, and issues (6 th ed.). California: Thomsom Wadsworth. Kotabe, M., & Helsen, K. (2007). Global Marketing Management, 4th edition. USA: John Wiley and sons, Inc. Lee, D., & Schaninger, C Country of production/assembly as a new country image construct: a conceptual application to global transplant decision. Advances in International M a r k e t i n g, Vol. 7, hal Lin, L., & Sternquist, B. (1994). Taiwanese consumers perception of product information cues. European journal of marketing, Vol. 28, hal Liu, F., Murphy, J., Liu. J., & Li, X. (2007). English and Chinese? The role of consumer ethnocentrism and country of origin in Chinese attitudes towards store signs. Australasian Marketing Journal, Vol. 14 No. 2, hal

23 Maheswaran, D. (1994). Country of origin as a stereotype: Effects of con-sumer expertise and attribute strength on product evaluations. Journal of Consumer Research, Vol. 21, hal Nagashima, A. (1970). A comparison of Japanese and American attitudes toward foreign products. Journal of marketing, vol. 34, January, hal Pavlou, P. A. (2003). Consumer Acceptance of Electronic Commerce Integrating Trust and Risk with the Technology Acceptance Model. International Journal of Electronic Commerce, 73, Roth, M.S., & Romeo, J.B. (1992). Matching product category and country image perceptions: a framework for managing country-of-origin effects. Journal of International Business Studies, Vol. 23, Fall, hal Salehudin, I. (2012). Perceived purchase risk in the technological goods purchase context: an instrument development and validation. International journal of research in commerce, IT, & Management, Vol. 2. Schaefer, A. (1997). Consumer knowledge and country of origin effects. European Journal of Marketing, Vol. 31, January, hal Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (2009). Consumer Behaviour, 9 th Edition. Prentice Hall, London. Shimp, T. A., & Sharma, S. (1987) Consumer Ethnocentrism: construction and validation of the CETSCALE. Journal of Marketing Research 24(August), hal Sharma, S., Shimp, Terence A., & Shin J. (1995). Consumer ethnocentrism: A test of antecedents and moderators. Journal of the Academy of Marketing Science, 23 (1), Tse, D.K., & Gorn, G.J. (1993). An experiment on the salience of country-of-origin in the era of global brands. Journal of International Marketing, Vol. 1 No. 1, pp Wang, C-K., & Lamb, C.W. (1983). The Impact of Selected Environmental Forces Upon Consumers' Willingness to Buy Foreign Products. Journal of the Academy of Marketing Science, (Winter), hal Watson, J.J., & Wright, K. (1999) Consumer ethnocentrism and attitudes toward domestic and foreign products. European Journal of Marketing, Vol. 34 No. 9/19, pp Wu, Paul. C. S., Yeh, Gary Yeong-Yuh., & Hsiao, Chieh-Ru. (2011). The effect of store images and service quality on bran image and purchase intention for private label brand. Australian Marketing Journal 19:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Persepsi Perilaku konsumen adalah studi proses yang terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau mengatur (disposes) produk, jasa, ide, atau pengalaman

Lebih terperinci

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK GADGET ANALISIS PRODUCT-COUNTRY IMAGES DAN ETNOSENTRISME. Ringkasan Skripsi

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK GADGET ANALISIS PRODUCT-COUNTRY IMAGES DAN ETNOSENTRISME. Ringkasan Skripsi PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK GADGET ANALISIS PRODUCT-COUNTRY IMAGES DAN ETNOSENTRISME Ringkasan Skripsi Disusun oleh: Ferry Setiawan NPM: 10 03 18218 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian 32 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, partisipan penelitian (meliputi karakteristik partisipan, teknik pengambilan sample, dan jumlah partisipan), instrumen

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. David, A.Garvin, Managing Quality, New York: Free Press, 1988

DAFTAR PUSTAKA. David, A.Garvin, Managing Quality, New York: Free Press, 1988 DAFTAR PUSTAKA Balabanis, G., and Diamantopoulos, A. (2011), Gains and Losses from the Misperception of Brand Origin: The Role of Brand Strength and Country-of-Origin Image, Journal of Interna tional Marketing,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era globalisasi perkembangan teknologi informasi semakin pesat, hal ini membawa banyak dampak positif khususnya dalam dunia pemasaran. Kegiatan pemasaran yang dulunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, Indonesia merupakan salah satu pasar otomotif paling potensial di

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, Indonesia merupakan salah satu pasar otomotif paling potensial di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum, Indonesia merupakan salah satu pasar otomotif paling potensial di Asia. Pada perkembangannya, hingga saat ini, ada sekitar 31 merk yang dikelola

Lebih terperinci

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN SEPEDA MOTOR HONDA DI KABUPATEN PURWOREJO

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN SEPEDA MOTOR HONDA DI KABUPATEN PURWOREJO PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN SEPEDA MOTOR HONDA DI KABUPATEN PURWOREJO Henry Cahya Pudyastowo punk_limaperang@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

kesimpulan bahwa Store Brand Price Image positif mempengaruhi Store

kesimpulan bahwa Store Brand Price Image positif mempengaruhi Store BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini menguji Pengaruh pengaruh Store Image Perception, Store Brand Price Image, dan Familiarity terhadap Store Brand Repurchase intention pada konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk tersebut (Infantyasning, 2001). Saat ini, setiap perusahaan yang bersaing di

BAB I PENDAHULUAN. produk tersebut (Infantyasning, 2001). Saat ini, setiap perusahaan yang bersaing di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mudahnya pemasaran dalam era globalisasi akan mengakibatkan banyak produk internasional yang memasuki suatu negara dan mendorong konsumen untuk membeli produk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan untuk menjawab permasalahan penelitian. Beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Persepsi konsumen pada brand origin produk J. Co Donut & Coffee

BAB V PENUTUP. 1. Persepsi konsumen pada brand origin produk J. Co Donut & Coffee BAB V PENUTUP Pada bab lima ini penulis akan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Selanjutnya, penulis membuat implikasi bagi pihak manajerial, merumuskan saran dan memaparkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diketahui bahwa masing-masing dari dua variabel dalam penelitian memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diketahui bahwa masing-masing dari dua variabel dalam penelitian memiliki BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menguji tingkat consumer ethnocentrism dari penggemar Korean wave di Indonesia serta persepsi dari para penggemar Korean wave tersebut terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu sektor industri yang tingkat persaingannya tinggi saat ini yaitu sektor industri teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 47 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), maka dapat ditarik kesimpulan untuk memprediksi perilaku calon konsumen dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Jika melihat hasil pengolahan data yang ada pada bab 4, web banner online store blibli.com cukup baik. Responden menyadari dan mengenali akan kehadiran web

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, berikut kesimpulan yang dapat ditarik serta jawaban dari rumusan masalah: 1. Penilaian persepsi responden terhadap atribut produk

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dalam bab ini akan dijabarkan tentang tinjauan konseptual dan pengembangan hipotesis yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Tinjauan konseptual

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK

PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK Yulisa Gardenia Email : yulisa_gardenia@yahoo.com Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Depok. ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA MELALUI VARIABEL INTERVENING KEPERCAYAAN MEREK ( Studi Kasus Pada JNE Cabang Semarang)

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA MELALUI VARIABEL INTERVENING KEPERCAYAAN MEREK ( Studi Kasus Pada JNE Cabang Semarang) PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PENGGUNAAN JASA MELALUI VARIABEL INTERVENING KEPERCAYAAN MEREK ( Studi Kasus Pada JNE Cabang Semarang) Windy Ramadhani Saputri 1, Apriatni EP 2 & Wahyu Hidayat 3

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai variabel penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data. 3.1. Variabel Penelitian Varibel

Lebih terperinci

Pengaruh Need for Uniqueness terhadap Purchase Intention antara Merek Swedia dan Merek Indonesia

Pengaruh Need for Uniqueness terhadap Purchase Intention antara Merek Swedia dan Merek Indonesia Pengaruh Need for Uniqueness terhadap Purchase Intention antara Merek Swedia dan Merek Indonesia Reisa Rizky Pradipta dan Dwi Widiastri Departemen Manajemen Universitas Indonesia reisarizky@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODLOGI PENELITIAN. berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Jenis penelitian yang

BAB III METODLOGI PENELITIAN. berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Jenis penelitian yang BAB III METODLOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah metodologi deskriptif (descriptive reaserch), yaitu merupakan penelitian terhadap masalahmasalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan riset pemasaran (Malhotra, 2007). Desain penelitian memberikan prosedur untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah (Infantyasning, 2001) (Paswan dan Sharma, 2004) (Lin dan Kao, 2004) (Cateora dan Graham, 1999)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah (Infantyasning, 2001) (Paswan dan Sharma, 2004) (Lin dan Kao, 2004) (Cateora dan Graham, 1999) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mudahnya pemasaran dalam era globalisasi akan mengakibatkan banyak produk internasional yang memasuki suatu negara dan mendorong konsumen untuk membeli produk

Lebih terperinci

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas Psikometri Modul ke: Aplikasi uji Reliabilitas dan Fakultas Psikologi Validitas Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Manual Uji Reliabilitas 2 Kruder-Richardson (K-R 20) =

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP NIAT BELI PRODUK MAKANAN BERMEREK TOKO DI YOGYAKARTA

PENGARUH FAKTOR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP NIAT BELI PRODUK MAKANAN BERMEREK TOKO DI YOGYAKARTA TESIS PENGARUH FAKTOR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP NIAT BELI PRODUK MAKANAN BERMEREK TOKO DI YOGYAKARTA THOMAS BAGUS BUDI PRAKOSO 145002271/PS/MM PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama yang menyatakan sikap berpengaruh positif terhadap minat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha restoran saat ini dinilai sebagai bisnis yang berprospek tinggi. Perkembangan usaha restoran di Kota Bogor telah menimbulkan persaingan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. merupakan faktor yang sangat penting bagi strategi marketing, karena dengan

BAB III METODOLOGI. merupakan faktor yang sangat penting bagi strategi marketing, karena dengan BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Kerangka pikir menggambarkan kerangka utama yang digunakan dalam menganalisis kajian yang dilakukan dalam tulisan ini. Analisis perilaku konsumen merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. DESKRIPSI SUBJEK Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor brand image dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini akan membahas metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini.

BAB III METODE PENELITIAN. ini akan membahas metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini. BAB III METODE PENELITIAN Setiap penelitian ilmiah memerlukan aya metode untuk memperlancar penelitian dalam rangka pencarian data petunjuk mengenai cara atau langkah serta teknik penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Brand image berpengaruh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 34 responden, yang merupakan pengguna produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat ini banyak wirausahawan yang melihat peluang bisnis di bidang kuliner sebagai salah satu bidang usaha yang menjanjikan keuntungan yang cukup

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa kualitas layanan memiliki pengaruh yang

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, masalah yang diteliti secara konseptual dan operasional, penjabaran variabel-variabel yang terkait, dan beberapa hal berkaitan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Bab ini akan menyajikan data data yang telah peneliti dapatkan dari para responden. Data tersebut kemudian diolah dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 8 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan asosiatif. Menurut Modul Metode Penelitian Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Bina Nusantara, metode

Lebih terperinci

Kata kunci: green brand image, green perceived value, green trust, green brand equity

Kata kunci: green brand image, green perceived value, green trust, green brand equity Judul : Pengaruh Green Brand Image dan Green Perceived Value terhadap Green Trust dan Green Brand Equity pada Produk Jamu Sido Muncul Di Kota Denpasar Nama : AA Sg Mas Christiana Naftalia NIM : 1306205146

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 TAM (Technological Acceptance Model) Salah satu unsur penting dalam penerapan sebuah sistem informasi adalah penerimaan terhadap sistem informasi. Bagi sebuah Perusahaan, sistem

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh e-service quality terhadap niat beli ulang pada toko online Brodo, dan dapat ditarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, biasa juga ditambahkan

III. METODE PENELITIAN. penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, biasa juga ditambahkan III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, biasa juga ditambahkan dengan

Lebih terperinci

Studi Empiris Penentu Purchase Intention: Studi Kasus Situs Belanja Lazada

Studi Empiris Penentu Purchase Intention: Studi Kasus Situs Belanja Lazada Studi Empiris Penentu Purchase : Studi Kasus Situs Belanja Lazada Hananiel M. Gunawan Business School, UPH Surabaya Surabaya, Indonesia (hananiel.gunawan@uph.edu) Abstrak Globalisasi telah membawa dampak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH IKLAN NON KOMPARATIF TERHADAP LOYALITAS MEREK YANG DIMEDIASI OLEH ATRIBUT KUALITAS PRODUK (Studi Pada Iklan Luwak White Koffie)

ANALISIS PENGARUH IKLAN NON KOMPARATIF TERHADAP LOYALITAS MEREK YANG DIMEDIASI OLEH ATRIBUT KUALITAS PRODUK (Studi Pada Iklan Luwak White Koffie) ANALISIS PENGARUH IKLAN NON KOMPARATIF TERHADAP LOYALITAS MEREK YANG DIMEDIASI OLEH ATRIBUT KUALITAS PRODUK (Studi Pada Iklan Luwak White Koffie) Ansori Wibowo Magister Manajemen, Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam berbagai hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat

BAB V PENUTUP. Dalam berbagai hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam berbagai hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa : 1. Dilihat dari karakteristik jenis kelamin pada responden laki-laki sebesar

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterasingan konsumen tidak berpengaruh terhadap sikap terhadap keluhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara maju dan berkembang sehingga dunia perdagangan pun menjadi

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara maju dan berkembang sehingga dunia perdagangan pun menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perdagangan bebas telah diberlakukan pada negara-negara maju dan berkembang sehingga dunia perdagangan pun menjadi semakin ramai. Banyak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dan jasa dari negara-negara lain seperti akses informasi, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. produk dan jasa dari negara-negara lain seperti akses informasi, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah-tengah munculnya liberalisasi dan globalisasi, konsumen di seluruh dunia telah diuntungkan dari peningkatan akses ke berbagai macam produk dan jasa dari negara-negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus yang menganalisis tanggapan konsumen

Lebih terperinci

PENGARUH REPUTASI NEGARA ASAL TERHADAP KEPERCAYAAN MEREK PADA PEMBELI PRODUK BLACKBERRY DI PURWOREJO

PENGARUH REPUTASI NEGARA ASAL TERHADAP KEPERCAYAAN MEREK PADA PEMBELI PRODUK BLACKBERRY DI PURWOREJO PENGARUH REPUTASI NEGARA ASAL TERHADAP KEPERCAYAAN MEREK PADA PEMBELI PRODUK BLACKBERRY DI PURWOREJO Ade Primayundie Rizwanti email: primayoendie@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BRAND ORIGIN DAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK SMARTPHONE ANDROID. Disusun Oleh: Paus Peterson Tehang NPM

BRAND ORIGIN DAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK SMARTPHONE ANDROID. Disusun Oleh: Paus Peterson Tehang NPM BRAND ORIGIN DAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK SMARTPHONE ANDROID Disusun Oleh: Paus Peterson Tehang NPM 125001757 Pembimbing : Fandy Tjiptono, SE., M.Com., Ph.D. ABSTRACT This research aims

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1.Brand salience smartphone Xiaomi baik karena brand tidak hanya sekedar diketahui oleh para responden,tetapi lebih dari itu responden dapat mengidentifikasi smartphone

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen Sour Sally. Area penelitian mencakup 5 wilayah di DKI Jakarta yaitu Jakarta Barat, Jakarta Pusat,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Merek memberikan nilai tambah bagi suatu produk ataupun jasa, sehingga nilai total produk yang memiliki merek baik menjadi tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum responden, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai desain penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, metode pengumpulan data, alat ukur yang akan digunakan, serta metode

Lebih terperinci

PENGARUH CONSUMER S PERCEPTIONS DAN ATTITUDE TERHADAP PURCHASE INTENTION PRIVATE LABEL FOOD PRODUCTS PADA GIANT HYPERMARKET DI SURABAYA SKRIPSI S-1

PENGARUH CONSUMER S PERCEPTIONS DAN ATTITUDE TERHADAP PURCHASE INTENTION PRIVATE LABEL FOOD PRODUCTS PADA GIANT HYPERMARKET DI SURABAYA SKRIPSI S-1 PENGARUH CONSUMER S PERCEPTIONS DAN ATTITUDE TERHADAP PURCHASE INTENTION PRIVATE LABEL FOOD PRODUCTS PADA GIANT HYPERMARKET DI SURABAYA SKRIPSI S-1 OLEH : GRACIA TIFANY SUSANTO 3103011151 JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yang diperoleh yaitu: 1. Perceived information quality berpengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2014) mendefinisikan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinandeterminannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN X Bandung ditinjau dari teori planned

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN Oleh: Didik Darmanto Manajemen didix_11maret@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Pengaruh

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor 3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor sebagai perusahaan yang bergerak di bidang katering, juga

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aaker dan Biel Brand Equity and Advertising : Advertising s Role in. Origin. Advences in Consumer Research.34. Melalui www.

DAFTAR PUSTAKA. Aaker dan Biel Brand Equity and Advertising : Advertising s Role in. Origin. Advences in Consumer Research.34. Melalui www. DAFTAR PUSTAKA Aaker dan Biel. 1993. Brand Equity and Advertising : Advertising s Role in Building Strong Brand. Aurier.Philippe.,Fatiha Fort.2007. The Effects of Congruity Between Origin, Brand and Product

Lebih terperinci

Kata Kunci: Persepsi Nilai, Persepsi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Konsumen, Loyalitas Konsumen

Kata Kunci: Persepsi Nilai, Persepsi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Konsumen, Loyalitas Konsumen PENGARUH PERSEPSI NILAI, PERSEPSI KUALITAS DAN CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PADA RUMAH MAKAN INDONESIA DI KOTA TEGAL Oleh: Yuniarti Herwinarni dan Gunistiyo ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian 39 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri atas perumusan masalah, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, alat ukur atau instrumen akan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan yang valid, dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan yang valid, dengan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan yang valid, dengan tujuan dapat ditentukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KESEDIAAN KONSUMEN MEMBAYAR HARGA PREMIUM Margareta Wijaya Setiawan J. Ellyawati

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KESEDIAAN KONSUMEN MEMBAYAR HARGA PREMIUM Margareta Wijaya Setiawan J. Ellyawati PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KESEDIAAN KONSUMEN MEMBAYAR HARGA PREMIUM Margareta Wijaya Setiawan J. Ellyawati Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44,

Lebih terperinci

Cultural Product Branding, Anteseden dan Implikasinya: Studi pada Konteks Batik Indonesia. W. Rofianto

Cultural Product Branding, Anteseden dan Implikasinya: Studi pada Konteks Batik Indonesia. W. Rofianto Cultural Product Branding, Anteseden dan Implikasinya: Studi pada Konteks Batik Indonesia W. Rofianto Latar Belakang Industri fashion memberikan kontribusi sebesar 2% dari Produk Domesitik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan baik secara deskriptif. dalam penelitian ini dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan baik secara deskriptif. dalam penelitian ini dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan baik secara deskriptif maupun statistik dengan anailisis jalur yang memakai analisis regresi berganda dengan memakai program

Lebih terperinci

BAB Latar Belakang

BAB Latar Belakang BAB 1 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi pada saat ini, perkembangan informasi dan teknologi sangatlah maju pesat dan tidak terbatas penyebarannya. Dengan informasi yang sangat mudah di dapat membuat

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 42 4. METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini membahas mengenai responden penelitian, peneliti, tipe dan desain penelitian, alat ukur penelitian, cara pengolahan data, metode pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan, simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Brand image memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perceived

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui pengaruh self-efficacy dan openness terhadap readiness

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran 2.1.1 Arti Pemasaran Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumen dengan etnosentrisme tinggi cenderung memiliki perasaan bersalah apabila mengonsumsi produk dari luar negeri karena berakibat buruk pada perekonomian bangsanya

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka simpulan yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan perhitungan yang telah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, desain

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP TERHADAP IKLAN KOMPARATIF PRODUK SIMCARD GSM DENGAN INTENSI MEMBELI PADA REMAJA-AKHIR

HUBUNGAN SIKAP TERHADAP IKLAN KOMPARATIF PRODUK SIMCARD GSM DENGAN INTENSI MEMBELI PADA REMAJA-AKHIR HUBUNGAN SIKAP TERHADAP IKLAN KOMPARATIF PRODUK SIMCARD GSM DENGAN INTENSI MEMBELI PADA REMAJA-AKHIR (THE CORRELATION BETWEEN ATTITUDE TOWARD COMPARATIVE ADVERTISING OF GSM SIMCARD WITH INTENTION TO BUY

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis perkakas rumah tangga tumbuh seiring dengan berkembangnya industri konstruksi dan properti yang cukup positif di Indonesia. Menurut survei Bank Indonesia (BI)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan ini menjelaskan mengenai penelitian sebelumnya oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan ini menjelaskan mengenai penelitian sebelumnya oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan ini menjelaskan mengenai penelitian sebelumnya oleh sumber-sumber terdahulu dan dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini. 2.1.1 Xuemei

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun isi dari metode penelitian adalah permasalahan, hipotesis, dan variabel yang

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i 34 4. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metode dimulai dengan partisipan penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan

Lebih terperinci

Perilaku Konsumen. Pengantar. Hikmah Ubaidillah, M.IKom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Marketing Communication

Perilaku Konsumen. Pengantar. Hikmah Ubaidillah, M.IKom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Marketing Communication Modul ke: Perilaku Konsumen Pengantar Fakultas Ilmu Komunikasi Hikmah Ubaidillah, M.IKom Program Studi Marketing Communication www.mercubuana.ac.id DEFINISI PERILAKU KONSUMEN Engel, Blackwell dan Miniard

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARGA DENGAN INTENSI MEMBELI PRIVATE LABEL INDOMARET PADA IBU-IBU DI KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARGA DENGAN INTENSI MEMBELI PRIVATE LABEL INDOMARET PADA IBU-IBU DI KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGAL HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARGA DENGAN INTENSI MEMBELI PRIVATE LABEL INDOMARET PADA IBU-IBU DI KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGAL Mohamad Rizal Rifai 1, Harlina Nurtjahjanti 2 * 1,2 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

3. Private label adalah produk yang hanya menanggung nama pengecer. 4. Sub merek sendiri membawa nama pengecer tapi produk yang memiliki posisi yang

3. Private label adalah produk yang hanya menanggung nama pengecer. 4. Sub merek sendiri membawa nama pengecer tapi produk yang memiliki posisi yang BAB 4 SIMPULAN Berdasarkan pada pembahasan pada bab sebelumnya dapat dikatakan bahwa arsitektur merek pengecer merupakan pengembangan dari arsitektur merek yang dikembangkan oleh Esbjerg, et al (2004)

Lebih terperinci

BAB 4. Analisis Data dan Penyajian. korelasional, dimana penelitian yang dilakukan untuk menguji hubungan antara

BAB 4. Analisis Data dan Penyajian. korelasional, dimana penelitian yang dilakukan untuk menguji hubungan antara BAB 4 Analisis Data dan Penyajian 4.1 Penyajian data penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional, dimana penelitian yang dilakukan untuk menguji hubungan

Lebih terperinci