BAB V PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI GAYA KEPEMIMPINAN LURAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI GAYA KEPEMIMPINAN LURAH"

Transkripsi

1 BAB V PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI GAYA KEPEMIMPINAN LURAH Gaya Kepemimpinan merupakan suatu cara yang diterapkan pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Menurut Wahjosumidjo (1984) dalam Randhita (2009) gaya kepemimpinan yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah oleh pemimpin dibagi menjadi empat kriteria, yaitu gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya kepemimpinan delegatif. Penerapan gaya kepemimpinan oleh Lurah Tegal Gundil dan Lurah Bantar Jati dilihat dari persepsi pegawai. Persepsi ini diidentifikasi dari pernyataan-pernyataan pegawai mengenai langkah-langkah yang diambil oleh lurah dalam menjalankan organisasi. 5.1 Persepsi Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Lurah Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil dipimpin oleh DS (55 tahun). Beliau telah menjabat di kelurahan tersebut selama empat tahun. Namun beliau telah menjadi lurah selama lima belas tahun. DS merupakan lurah yang dekat dengan bawahannya. Beliau merupakan sosok pemimpin yang disiplin dan mampu menempatkan diri dalam bergaul. Seperti diungkapkan oleh LS (38 tahun): Beliau cukup baik, disiplin, humoris. Kadang-kadang suka duduk disini (ruang pegawai). Kita kalo mau minta tanda tangan tinggal langsung aja. Pak, ini! Nyantai aja. Tidak terlalu tegang. Pandangan mengenai sosok lurah yang pengertian dan mau membantu bawahannya diungkapkan oleh LP (46 tahun): Bapak itu merupakan sosok pemimpin yang baik. Beliau mau ngerti pekerjaan yang dilakukan stafnya. Beliau juga tidak segan membantu staf yang mengalami kesulitan dalam pekerjaannya.

2 Lurah Tegal Gundil selalu menanamkan pada para stafnya untuk saling menghargai. Beliau juga tidak pernah membeda-bedakan bawahan. Menurut lurah, kinerja kelurahan dipengaruhi oleh kinerja semua pegawainya. Hal ini diungkapkan oleh Lurah Tegal Gundil, DS (55 tahun) sebagai berikut: Bahwa dari mulai staf paling rendah sampai paling atas itu tidak ada yang lebih penting, semua penting. Bagaikan suatu tubuh manusia, kalau kepala kita sehat tapi jari terluka, semua akan merasakan sakit. Saya tidak pernah membeda-bedakan siapa yang lebih penting. Itu untuk membuat mereka saling menghargai baik ke atasannya maupun ke bawahannya. Pada pengambilan keputusan atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh Lurah Tegal Gundil dalam menjalankan aktivitas kelurahan, pegawai mempersepsikan bahwa lurah tersebut dominan menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil kuesioner yang disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram Distribusi Persentase Persepsi Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Lurah Tegal Gundil yang Paling Dominan Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang lebih dominan diterapkan oleh Lurah Tegal Gundil dalam menjalankan aktivitas kelurahan adalah gaya kepemimpinan konsultatif, yaitu sebanyak 79 persen. Dua

3 puluh satu persen pegawai menilai Lurah Tegal Gundil cenderung menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan konsultatif dicirikan dimana pengambilan keputusan dilakukan oleh lurah setelah adanya diskusi dengan bawahannya. Segala masukan dan pertimbangan dari bawahan bisa diterima ataupun ditolak oleh lurah. Keputusan akhir tetap berada di tangan lurah. Hal ini diungkapkan oleh AM (50 tahun), yaitu: Pak lurah selalu koordinasi dengan staf walaupun pada akhirnya dia yang memutuskan. Pertimbangan dari pendapat staf. Pandangan yang mengatakan Lurah Tegal Gundil lebih sering menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif ini juga diperkuat oleh pendapat LP. LP mengatakan bahwa pada saat briefing lurah biasanya menjelaskan kondisi dan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi kelurahan. Setelah penjelasan tersebut, lurah meminta pertimbangan-pertimbangan dari pegawai mengenai pemecahan masalahnya. Pada saat briefing berlangsung, Lurah selalu menjelaskan kondisi dan permasalahan yang ada di kelurahan dan tidak jarang meminta pertimbangan pemecahan masalah. (LP,46 tahun) Pendapat mengenai penerapan gaya kepemimpinan konsultatif juga disampaikan oleh US. US mengatakan bahwa dalam memecahkan masalah biasanya lurah meminta saran dan masukan dari kasi sesuai dengan masalah yang dibahas. Hal ini karena kasi telah memiliki spesifikasi tugas masing-masing. Dalam mutusin sesuatu biasanya Pak Lurah minta saran masukan dari kasi sesuai sama masalah yang dibahas. Tiap kasi kan sudah ada tugas pokok masing-masing. (US, 32 tahun) Pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dilontarkan oleh Lurah Tegal Gundil. Beliau mengakui dalam pengambilan keputusan lebih sering menggunakan gaya kepemimpinan konsultatif. Hal tersebut dilakukan agar keputusan yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan bersama.

4 Prinsip kalo keputusan kelurahan itu bukan keputusan pribadi tapi keputusan kelurahan, jadi otomatis harus semua staf minimal mengetahui, bawahan juga minimal memberi saran dan masukan terutama mengenai pertimbangannya. Saya lebih condong memberikan keputusan harus ada koordinasi dengan yang lain karena nanti dampak dari keputusan itu bisa mengikat juga pada staf. (DS, 55 tahun) Alasan dari penerapan gaya konsultatif oleh lurah adalah untuk membuat pegawai merasakan suatu permasalahan sebagai masalah bersama. Hal tersebut dapat memicu pegawai untuk mau terlibat dan berpartisipasi dalam pemecahan masalah. Seperti diungkapkan oleh AY (47 tahun), yaitu: Setiap ada permasalahan yang harus diselesaikan oleh kelurahan, beliau ajak bicara stafnya. Ini kita punya masalah ini. Masalah X. Berarti kan kita harus begini. Diajak mereka merasakan masalah itu. Jadi intinya adalah memberitahukan permasalah yang ada agar seluruh staf merasakan masalah itu baik dampak positif maupun negatifnya. Dengan merasakan dampak positif dan negatif tersebut maka staf merasa terpanggil untuk turut serta mengatasi masalah tersebut Penerapan gaya partisipatif dicirikan dengan pengambilan keputusan atas kesepakatan bersama. Dua puluh satu persen atau tiga orang dari total populasi menyatakan persepsinya bahwa lurah lebih sering menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif. Penerapan gaya kepemimpinan partisipatif ini dikemukakan oleh LS (38 tahun), yaitu: Kalo misalnya kita ga bisa, beliau bijaksana. Ayo kita rembukkan bersama. Kita selesaikan masalahnya. Pecahkan bersama. Selain dengan gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif, Lurah Tegal Gundil juga menerapkan gaya kepemimpinan direktif dan gaya kepemimpinan delegatif. Gaya kepemimpinan direktif dicirikan dengan pengambilan keputusan secara langsung oleh lurah tanpa ada diskusi dengan bawahan. Penerapan ini dilakukan ketika menghadapi sesuatu yang mendadak. Penerapan gaya direktif ini sesuai pernyataan AM (50 tahun), yaitu:

5 Kalo yang langsung biasanya sesuatu yang mendadak. Misalnya Pak lurah lagi rapat dimana dan di tempat lain ada rapat juga. Pak lurah nyuruh: Kamu ikut rapat disana! Saya ikut disini! Pengambilan keputusan langsung tanpa melibatkan pegawai juga dilakukan lurah dalam menangani kasus pertanahan. Penyelesaian kasus tersebut bukan berarti lurah sengaja tidak melibatkan bawahannya. Namun hal ini lebih disebabkan oleh ketidaksanggupan bawahan untuk terlibat. Penyelesaian masalah secara direktif dikemukakan oleh AY dan US: Keputusan yang dilakukan sendiri oleh lurah yaitu keputusan yang dari kasi sampai seklur menyatakan ini diluar jangkauan dan kemampuannya. Karna ujung-ujungnya yang ini ga enak yang itu ga enak. Biasanya masalah sengketa pertanahan. Sebab kalau pertanahan kan masalahnya dengan waris. Itu paling berat. Karena keputusan itu jangan sampe merugikan yang berhak. Jadi kami serahkan, Pak lurah mau diskusi sama lurah lain, camat, atau siapa. (AY, 47 tahun) Untuk hal-hal seperti masalah tanah biasanya lurah berkoordinasi dengan pamong desa atau lurah sebelumnya. (US, 32 tahun). Lurah sendiri menyatakan alasannya dalam menerapkan gaya kepemimpinan direktif, yaitu ketika masalah yang dihadapi mendesak dan keputusan harus segera diambil. Hal ini diungkapkan oleh DS (55 tahun), yaitu: Memang keputusan kadang-kadang lihat juga kondisi dan situasi. Kalau memang itu keputusan harus segera diambil, karena kalo tidak segera diambil akan menimbulkan masalah di kemudian hari, biasanya saya tanpa mengadakan kordinasi langsung saya ambil. Pemberian tugas atau perintah yang dilakukan oleh Lurah Tegal Gundil berbeda sesuai situasi dan kondisi. Kriteria pemberian tugas terbagi menjadi tugas yang sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dan tugas di luar tugas pokok dan fungsi. Lurah menerapkan gaya kepemimpinan delegatif pada penugasan sesuai tupoksi. Pada penerapan gaya tersebut berarti semua langkah dalam pelaksanaan perintah sepenuhnya diserahkan pada kepala seksi bersangkutan. Hal tersebut diungkapkan AY (47 tahun), yaitu:

6 Keputusan yang berkaitan dengan masalah yang rutin yang aturan Perda-nya sudah jelas, maka lurah menyerahkan kepada seksinya masing-masing, tapi ketika hal-hal yang agak rancu lurah biasanya koordinatif. Berbeda kasusnya jika penugasan tidak terkait dengan tugas pokok dan fungsi. Misalnya adalah penugasan pegawai untuk mengikuti pelatihan. Pada kasus tersebut biasanya lurah menerapkan cara direktif atau langsung menunjuk. Lurah tidak akan menanyakan kesanggupan bawahan terlebih dahulu ketika memberikan perintah. Menurut AM, seorang pegawai kelurahan dituntut untuk selalu siap menjalankan perintah lurah. Kalau di kelurahan gini kita harus selalu siap. Ga bisa kita nolak misalnya karena ada acara lain atau apapun. Harus selalu siap. (AM, 50 tahun) Pendapat AM berbeda dengan pendapat AY dan LP. Menurut AY, lurah akan menanyakan dulu kesediaan dari pegawainya sebelum menugaskan pegawai. Hal tersebut diungkapkan AY (47 tahun), yaitu: Misalkan dari Kesbang minta satu personil kelurahan untuk mengikuti diklat perlindungan masyarakat selama satu minggu. Tolong dua hari kemudian setorkan nama dan biodata. Nah, Pak lurah berdasarkan itu, Pak seklur tolong kondisikan! Langsung saya rapat. Ketika nama terpilih, Pak lurah nanya, Pak X gimana? Siap? Sehingga mereka merasa ga terpaksa. Hal ini diperkuat oleh pernyataan LP (46 tahun), yaitu: Dalam pemberian tugas kepada stafnya, DS menanyakan kesanggupan dari staf yang bersangkutan melalui kepala seksi. Berdasarkan wawancara dengan lurah, DS mengatakan bahwa dalam penugasan ia akan cenderung untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi bawahannya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan DS (55 tahun):

7 Misalnya begini, sebenarnya ia (bawahan) sedang memikirkan keluarganya yang sedang sakit dan sebagainya. Kalaupun saya kasih tugas, itu belum tentu bener. Jadi minimal saya bayang-bayang dulu gimana kondisi bawahan itu sekarang. Maksud saya supaya tidak capecape kita tugaskan tapi ga ada hasilnya. (DS, 55 tahun) Terkait masalah kedisiplinan atau pelanggaran, Lurah Tegal Gundil biasanya menegur bawahan yang melakukan pelanggaran. Hal ini pernah dialami oleh AY (47 tahun). Dalam hal prinsip beliau tegas. Contoh, waktu telat setengah jam, tibatiba telepon bunyi, Pa seklur ada dimana? Ini banyak tugas yang harus dibagi! Saya kaget digituin walaupun kalo lagi ngopi bareng baek. Selain teguran, lurah juga melakukan peringatan secara tertulis. Hal ini diungkapkan oleh AM (50 tahun). Kalau ada yang terlambat, selama ini sanksi belum ada. Cuma beliau memberikan teguran secara lisan atau tertulis. Hal tersebut dibenarkan oleh Lurah Tegal Gundil. DS mengaku menerapkan hal tersebut untuk menjaga kedisiplinan bawahannya. Ciri dari penerapan gaya konsultatif selain dalam pengambilan keputusan juga dicirikan dengan adanya penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Lurah Tegal Gundil memberikan teguran pada bawahannya yang melanggar disiplin. Beliau juga memberikan penghargaan pada bawahannya yang dianggap berprestasi. Penerapan itu dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada para bawahannya. Kalau mereka mengalami pelanggaran baik disiplin segala macam, saya tidak pernah menegur di depan umum. Tapi saya panggil di ruangan. Maksudnya tetap mengahargai dia supaya orang lain tidak tau. Sedikitpun kalau staf saya ada kelebihan prestasi, dalam pertemuanpertemuan, dalam apel pagi, saya ucapkan terima kasih. Saya sampaikan bahwa kalian sudah berhasil melaksanakan ini. Saya salah satu lurah yang mungkin tidak pernah marah kalau staf saya ada kesalahan, tapi saya tegur dengan cara itu. (DS, 55 tahun)

8 Komunikasi yang terjalin antara Lurah dengan para kasi dan stafnya sangat baik. Salah seorang pegawai menilai bahwa lurah memiliki sifat ke bapak an dan mau mengayomi stafnya. Hal tersebutlah yang menjadikan pegawai hormat pada lurah. Pernyataan ini diungkapkan leh LP (46 tahun): Bapak DS sangat ramah kepada stafnya. Beliau tidak sungkan untuk ngobrol-ngobrol sama stafnya baik waktu jam kerja atau di luar jam kerja. Suasana akrab juga karena Pak Lurah mempunyai sifat ke bapak an dan mau mengayomi stafnya. Sifat yang seperti inilah yang ngebuat staf suka dan menghormati pak DS. Lurah memberikan kesempatan para pegawai dalam menyampaikan aspirasi dan pendapatnya. Biasanya waktu penyampaian aspirasi dilakukan setiap hari senin dan kamis setelah apel pagi. Saat itu biasanya lurah beserta stafnya melakukan rapat mengenai apa saja kendala yang dihadapi sekaligus mencari solusi. Pada saat briefing berlangsung, lurah selalu menjelaskan kondisi dan permasalahan yang ada di kelurahan dan tidak jarang meminta pertimbangan pemecahan masalah. Hal tersebut seperti yang telah diungkapkan LP sebelumnya. Penjelasan mengenai penerapan gaya kepemimpinan lurah diatas dapat disimpulkan bahwa lurah selalu melakukan konsultasi dalam pengambilan keputusan. Lurah melakukan perintah langsung dan memutuskan langsung apabila menghadapi permasalahan yang mendesak. Lurah menerapkan gaya kepemimpinan delegatif menyangkut tugas rutin atau yang telah sesuai dengan tupoksi. Pendapat mengenai adanya penerapan gaya partisipatif hanyalah akhir dari konsultasi yang telah dilakukan lurah. Apakah hasilnya sesuai dengan keputusan bersama atau mengikuti pertimbangan lurah sendiri. 5.2 Persepsi Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Lurah Bantar Jati Kelurahan Bantar Jati dipimpin oleh NH (56 tahun). NH telah menjabat sebagai lurah sejak tahun Namun kepemimpinan beliau di Kelurahan Bantar Jati baru berjalan selama 6 bulan. Sebelumnya beliau menjabat sebagai lurah di Kelurahan Semplak, Kelurahan Margajaya, dan Kelurahan Kedung Badak. Menurut pegawainya, dalam memimpin Kelurahan Bantar Jati, memang belum

9 banyak yang dilakukan NH. Namun dalam waktu tersebut, hasil penerapan kepemimpinan NH sudah dirasakan oleh pegawainya. Lurah dianggap orang yang memiliki kompetensi dan banyak pengalaman dibidangnya. Hal ini dikarenakan jabatan lurah yang telah beliau lakukan di beberapa kelurahan. Berikut adalah pandangan pegawai mengenai kompetensi lurah dibidang organisasi: Pa lurah ini sudah banyak pengalaman, kan udah pindah-pindah dari kelurahan satu ke kelurahan yang lain, udah senior. (RA,50 tahun) Pendapat mengenai lurah yang sudah banyak pengalaman di bidang organisasi juga disampaikan oleh AB (26 tahun), yaitu: Beliau ini orang organisasi. Salah satu Pendiri PPM, Pemuda Panca Marga. Pernah menjadi sekertaris BAC, Dewan harian 45. Ketuanya kan walikota, beliau sekretarisnya. Beliau juga dulu Menwa. Pada pengambilan keputusan atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh Lurah Bantar Jati dalam menjalankan aktivitas kelurahan, pegawai mempersepsikan bahwa lurah tersebut dominan menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil kuesioner yang disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 Diagram Distribusi Persentase Persepsi Pegawai Mengenai Gaya Kepemimpinan Lurah Bantar Jati yang Paling Dominan

10 Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang dipersepsikan lebih sering diterapkan oleh Lurah Bantar Jati dalam menjalankan aktivitas kelurahan adalah gaya kepemimpinan konsultatif, yaitu sebanyak enam puluh persen. Tiga puluh persen pegawai menilai Lurah Bantar Jati cenderung menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif dan sepuluh persen pegawai yang menyatakan Lurah Bantar Jati cenderung menggunakan gaya kepemimpinan delegatif. Kepemimpinan yang diterapkan Lurah Bantar Jati mempunyai beberapa gaya. Penerapan gaya kepemimpinan ini disesuaikan dengan situasi dan permasalahannya. Pengambilan keputusan terkait penanggulangan pertama pada bencana alam, lurah memutuskan sendiri langkah-langkah yang harus diambil. Pengambilan keputusan sendiri diterapkan juga pada penanganan beberapa masalah yang sifatnya mendadak atau mendesak. Pada beberapa kasus lain, lurah sering mengadakan rapat atau sekedar obrolan untuk meminta pendapat dari para stafnya untuk pemecahan masalah. Seperti pernyataan AB (26 tahun) dibawah ini: Pengambilan keputusan itu tergantung situasi. kita bencana baru sekali. Waktu bencana bawahan disuruh turun semua. Untuk beberapa hal lurah pasti diskusi. Misalnya masalah kegiatan kelurahan, yang sifatnya umum. Biasanya pasti di obrolin. Terutama sama orang yang bersangkutan yang menangani masalahnya. Tapi kalo urgent, kata pak lurah A ya harus A. Kalo penugasan diluar tupoksi, pak lurah langsung tunjuk, disposisi. Itu hak lurah untuk langsung tunjuk. Setelah tunjuk, kalo memang ga bisa, baru bilang. Tapi jarang yg nolak. Pasti dilaksanakan. Situasi atau kondisi lain yang mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan lurah juga didasarkan kemampuan bawahan. Hal ini disampaikan oleh GA (56 tahun) sebagai berikut: Penerapan gaya kepemimpinan NH sebenarnya juga dipengaruhi oleh stafnya. Kadang ada staf yang kurang memahami pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan SDM yang kurang memadai. Lurah itu kadang kala mengambil keputusannya dengan para kasi dibantu seklur. Kadang kala bersama, dan ada kadang kala ngambil keputusan sendiri. Kebanyakan kompromi dulu dengan para kasi.

11 Pendapat lain yang mendukung lurah lebih sering menggunakan gaya kepemimpinan konsultatif disampaikan oleh HS. Beliau dinilai sebagai pemimpin yang mau mendengarkan pendapat dan masukan dari para stafnya. Pernyataan ini diungkapkan oleh HS (53 tahun): Kalau pendapat saya NH demokratis. Apalagi beliau baru. Jadi sering menanyakan kepada kami, pendapat-pendapat. Nanti disaring dulu mana yang terbaik. Lurah Bantar Jati, NH (56 tahun) juga mengutarakan pendapatnya mengenai penerapan kepemimpinannya, yaitu: Pengambilan keputusan tergantung masalahnya. Misalnya masalah yang berkaitan dengan data-data yang ada. Misalnya masalah pertanahan. Masalah pertanahan kan kita butuh orang lama. Jadi saya harus tanya dulu. Berbeda keputusan yang langsung di lapangan. Misalnya ada bencana alam, misalnya kemaren ada banjir di lapangan. Kan kita ga mungkin rapat dulu. Kepemimpinan yang otoriter antara atasan dan bawahan, bisa sebetulnya, tapi ada ngedumelnya. Bisa berpengaruh kepada kesejahteraan batin Pendapat-pendapat yang disampaikan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan gaya kepemipinan yang dilakukan Lurah Bantar Jati sama dengan penerapan gaya kepemimpinan Lurah Tegal Gundil. Lurah Bantar Jati juga dipersepsikan lebih dominan mengambil keputusan setelah berdiskusi dengan bawahannya. Persepsi pegawai mengenai penerapan gaya kepemimpinan partisipatif lebih pada hasil yang diputuskan lurah yaitu ketika keputusan merupakan keputusan bersama. Hal ini sesuai dengan pernyataan RA (50 tahun), yaitu: Kalo keputusan, misalnya disini ada kasi-kasinya. Seperti saya ini kasi sosial. Kalo misalkan mentok ni masalahnya, nah itu pasti komunikasi dulu ke Pak Lurah, harus bagaimana. Biasanya: Bu kalo gini gimana? Oh, Ok, deal ya? Nah itu baru keputusan bersama. Terkait dengan penugasan, kategori tugas di Kelurahan Bantar Jati dibagi menjadi tugas sesuai tugas pokok dan fungsi dan diluar tugas pokok dan fungsi. Tugas yang sesuai tupoksi biasanya langsung diberikan kepada tiap kasi. Langkah

12 dan pelaksanaan diserahkan sepenuhnya kepada Kasi, kecuali jika hasil dianggap kurang bagus oleh lurah, maka lurah langsung menyarankan langkah-langkah yang seharusnya. Sedangkan tugas di luar tupoksi biasanya lurah langsung menunjuk dan memberikan perintah. Hal ini diungkapkan oleh RA (50 tahun): Kalo memberikan tugas: Nih, ini selesaikan! Udah dia lepas. Gimana tekniknya kita yang iniin. Tapi kalo misalkan hasilnya, oh, ini ga bagus, ini harusnya gini-gini, nah itu dari pak lurahnya. Penugasan diluar tupoksi langsung aja. Kan biasanya pejabat itu, walaupun secara lisan, identik dengan peraturan, jadi harus kita ikutin. Pertimbangan lain mengenai penugasan adalah situasi dan kondisi pada saat itu. Seperti yang telah diungkapkan GA bahwa lurah juga memberi tugas dengan melihat kondisi staf. Hal ini diutarakan GA (56 tahun) saat ditanya mengenai penugasan secara langsung oleh lurah, yaitu: Kadang kala bisa menunjuk dulu, kadang kala ngobrol dulu, kamu sanggup ga? Tapi kalo memang tidak ada orang dia juga sering menyuruh. Kadang kala bidang pemerintahan, Aku suka disuruh juga. Ini kan bidangnya tupoksinya bukan saya. Tapi dia merintahkan ke saya. Mungkin dia lebih percaya. Wawasan saya mungkin lebih luas. Karena sudah lama. Saya sudah memegang Kasi Pem, Trantib, terakhir Ekbang. Tiga kasi saya pernah cobain. Pernyataan yang menyatakan lurah melakukan perintah penugasan secara langsung juga diungkapkan oleh HS (53 tahun), yaitu: Misalkan kemaren ada sosialisasi penyakit kaki gajah, kita disuruh ke RW-RW ini. Itu langsung. Kadang juga melihat keadaan karyawan yang agak santai. Lurah Bantar Jati juga seorang yang dianggap mempunyai tanggung jawab yang tinggi. Apabila pada saat itu stafnya tidak dapat atau tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang akan diamanatkan, maka NH akan melakukannya sendiri. Hal ini dinyatakan oleh AB (26 tahun): Bikin surat beliau ngonsep sendiri. Biasanya kalau beliau sudah ngonsep, dikasih ke saya. Nanya beliau. Gimana pak seklur, konsepnya? Udah Pak, OK. Saya ketikin. Balikin lagi ke Bapak. Tapi kalau lagi ga ada saya, ga ada orang, beliau berangkat sendiri ke rental.

13 Terkait cara penugasan, lurah juga mengemukakan pandangannya. yaitu: Penugasan bisa langsung atau engga. Artinya gini. Kalo langsung kan tergantung tupoksinya. Misalkan para kasi ini tupoksinya apa, seklur apa. Kalo sesuai dengan tupoksinya, langsung aja kita tugasin. Kalaupun tupoksinya tetapi dia sedang melakukan tugas lain. Otomatis bisa di ambil alih sendiri bisa juga diserahkan ke yang lain, misalnya seklur. Kalau tugas umum kadang saya melalui seklur. Seklur kan bisa atas nama lurah. (NH, 56 tahun) Penerapan kedisiplinan dari ke dua lurah tersebut memiliki persamaan, yaitu setiap pelanggaran yang dilakukan oleh stafnya akan ditindak lanjuti dengan teguran. Tindakan selanjutnya apabila teguran dianggap tidak berhasil maka tindakan yang diambil adalah peringatan secara tertulis. Hal ini disampaikan oleh RA (50 tahun), yaitu: Biasanya dipanggil. Ditanya, Kenapa? Ada apa? Tanya dulu. Itu secara lisan. Nanti kalau membandel ada teguran. Teguran satu, teguran dua, teguran tiga. Nanti ada lagi tertulis satu, tertulis dua, tertulis tiga. Penerapan kedisiplinan juga diungkapkan oleh AB. AB mengatakan bahwa masalah kedisiplinan dan pembinaan pegawai merupakan tanggung jawab sekertaris kelurahan. Hal ini diungkapkan oleh AB (26 tahun): Pak lurah biasanya ke saya suruhnya. Pak lurah pasti mengkondisikan itu harus diurus oleh seklur. Tapi kasus lain beliau menanyakan secara kekeluargaan, ngobrol. Tidak memberikan sanksi. Di kelurahan kan tidak kayak militer. yaitu: Pernyataan mengenai teguran dan tertulis juga diungkapkan oleh lurah, Sesuai dengan aturan ya kita tegur dulu. Tapi kalau kedisiplinan, kalau sudah teguran satu dua tiga, tertulis satu dua tiga, ya saya tanya, Apa mau kerja terus? Apa mau pindah? Sebenarnya dulu dikatakan oleh pak walikota, untuk urusan-urusan intern silahkanlah seklur sebagai ibunya, saya yang keluar, misalnya hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan masyarakat. (NH, 56 tahun)

14 Komunikasi yang terjalin antara Lurah Bantar Jati dengan stafnya dianggap sangat baik. Lurah Bantar Jati sering melakukan obrolan dengan para stafnya baik pada jam kerja maupun di luar jam kerja, baik mengenai pekerjaan maupun hal-hal di luar pekerjaan. Lurah juga kerap melontarkan candaan atau pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut keluarga staf. Hal ini merupakan salah satu indikator keakraban hubungan antara lurah dan stafnya. Beliau sering melakukan diskusi atau sekedar membicarakan hal-hal tertentu dengan para stafnya. Beliau juga sering mengajak stafnya untuk bermain catur dan bergurau saat istirahat atau setelah jam kerja selesai. Hal ini diungkapkan oleh HS (53 tahun), yaitu: Beliau dari pada diam lebih senang main catur. Enaklah. Di dalam jam kerja obrolan biasanya seputar kedinasan. Diluar jam kerja beliau sering bercanda. Komunikasi yang baik juga terjalin antara Lurah dengan warganya. Salah satu cara yang dilakukan Lurah Bantar Jati untuk meningkatkan hubungan dengan staf dan warganya adalah kebiasaan Ngaliwet, yaitu Ngariung Lintas Warga Enak Tenan. Inti dari acara tersebut adalah mendekatkan dan bertukar pikiran dengan staf atau warga sambil makan bersama. Hal ini diungkapkan oleh AB (26 tahun), yaitu: Pertemuan dengan warga ada. Makanya dia dekat dengan warga. Namanya tu Ngaliwet. Ngariung lintas warga enak tenan. Jadi beliau yang ngundang, beliau yang ngasih uang buat belanja, beliau dateng. Sharing dengan warga. Ngobrol biasa. Dari situlah kegiatan-kegiatan bisa berjalan. Kalau di Kedung Badak beliau rutin. Makanya sampe sekarang warganya masih ada yang suka datang. Menurut NH pemimpin itu dapat berperan sebagai tiga fungsi, yaitu sebagai atasan, sebagai rekan, dan sebagai bapak. Penerapan tiga peran ini disesuaikan dengan kondisinya masing-masing. Penerapan kedisiplinan dalam menjalankan tugas, pemimpin bisa berperan sebagai atasan. Ketika bergaul dengan bawahan beliau dapat berperan sebagai rekan kerja. Pemimpin juga dapat berperan sebagai bapak yang memberikan nasehat ataupun motivasi pada

15 bawahannya. Menurut NH (56 tahun), hubungan yang baik timbul dari komunikasi yang baik. Yang namanya pemimpin sebenarnya ada tiga fungsi. Kapan sebagai atasan, kapan sebagai rekan,kapan sebagai bapak. Kalo misalnya ada staf yang punya masalah di rumah kan kita bisa sebagai rekan atau sebagai bapak. Kalo kaitannya dengan disiplin kita bisa langsung sebagai atasan. 5.3 Ikhtisar Persepsi pegawai mengenai gaya kepemimpinan yang paling dominan diterapkan oleh lurah di dua lokasi kelurahan tersebut sama. Sebagian besar pegawai Kelurahan Tegal Gundil menyatakan bahwa Lurah Tegal Gundil lebih sering menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif dibandingkan dengan penerapan gaya kepemimpinan lain. Sebagian besar pegawai Kelurahan Bantar Jati juga menyatakan bahwa Lurah Bantar Jati lebih sering menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif. Penerapan gaya kepeimpinan konsultatif oleh kedua lurah ditandai dengan adanya komunikasi dua arah, hubungan atasan dan bawahan yang baik, dan pengambilan keputusan oleh lurah yang dilakukan setelah berdiskusi dengan bawahan. Selain penerapan gaya kepemimpinan konsultatif, Lurah Tegal Gundil dan Lurah Bantar Jati menerapkan gaya kepemimpinan direktif pada permasalahan yang mendadak, penanggulangan bencana, dan penugasan diluar tugas pokok dan fungsi. Kedua lurah menerapkan gaya kepemimpinan delegatif pada penugasan sesuai tugas pokok dan fungsi. Kedua Lurah juga menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif pada pelaksanaan tugastugas pegawai yang dirasakan tidak optimal.

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI Penerapan gaya kepemimpinan seorang lurah mempengaruhi efektivitas organisasi kelurahan. Berikut adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. B. Visi Misi Kota Bogor Visi Kota Bogor Kota Jasa yang nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan Amanah.

LAMPIRAN. B. Visi Misi Kota Bogor Visi Kota Bogor Kota Jasa yang nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan Amanah. LAMPIRAN A. Fungsi Organisasi Dengan berpedoman kepada Peraturan Walikota Bogor, No: 53 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja dan uraian tugas jabatan struktur di lingkungan kelurahan

Lebih terperinci

BAB VI EFEKTIVITAS ORGANISASI KELURAHAN

BAB VI EFEKTIVITAS ORGANISASI KELURAHAN BAB VI EFEKTIVITAS ORGANISASI KELURAHAN Efektivitas organisasi merupakan ukuran keberhasilan suatu organisasi. Efektivitas organisasi Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Bantar Jati dianalisis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Pemimpin PUR adalah laki-laki yang berumur 49 tahun yang menjabat sebagai Manager R&D. Latar belakang PUR berasal dari kalangan orang

Lebih terperinci

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER BAB V GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Ada empat jenis gaya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap mengetahui kebenaran yang terjadi di lapangan dan dapat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap mengetahui kebenaran yang terjadi di lapangan dan dapat V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Informan Sumber data primer penelitian ini adalah hasil wawancara mendalam yang dilakukan antara peneliti dan informan. Informan yang dipilih adalah informan yang dianggap

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional)

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional) L 1 LAMPIRAN Transkrip Wawancara A. Pertanyaan Dan Jawaban Dua Direktur Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional) Pertanyaan untuk dua direktur : 1. Bagaimana gaya

Lebih terperinci

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran A. SAJIAN DATA Setiap individu memiliki kebiasaan yang berbeda hal tersebut tidak terlepas pada kebiasaan seorang guru dalam memulai kegiatan belajar mengajar. Pada setiap awal pembelajaran Nubuat sebagai

Lebih terperinci

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah Lampiran a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah 1. Bagaimana cara anda selaku Kepala Sekolah dalam memberikan pelimpahan dan distribusi kewenangan terhadap rekan kerja anda? 2. Bagaimana

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KEY INFORMAN. : Kepala Bagian Humas Direktorat PSKTK-PM. Adalah benar sebagai Narasumber dalam penulisan skripsi yang dilakukan oleh

SURAT PERNYATAAN KEY INFORMAN. : Kepala Bagian Humas Direktorat PSKTK-PM. Adalah benar sebagai Narasumber dalam penulisan skripsi yang dilakukan oleh SURAT PERNYATAAN KEY INFORMAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Isni Nur Aini, M.Psi Jabatan : Kepala Bagian Humas Direktorat PSKTK-PM Perusahaan : Kementerian Sosial RI Adalah benar sebagai

Lebih terperinci

BAB III. Pelaksanaan Magang

BAB III. Pelaksanaan Magang BAB III Pelaksanaan Magang 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai pelaksanaan magang pada Kantor Walikota Administrasi Jakarta Barat selama 2 (dua) bulan yang dimulai dari 1 Maret 2016 s/d 31

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 1 Pedoman Wawancara LAMPIRAN 71 Lampiran 1 Pedoman Wawancara 1. Apakah visi dan misi Kecamatan Tuntang? 2. Apakah sejauh mana Kecamatan Tuntang sudah melakukan pelayanan publik dengan baik? Apakah masih ada yang harus dibenahi?

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB) 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Deskripsi Umum BEM IPB Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB) merupakan salah satu lembaga kemahasiswaan resmi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita

Lebih terperinci

BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER

BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER BAB VII PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER TERHADAP KINERJA NETWORKER 7.1 Kinerja Networker Sebagaimana yang telah dijelaskan pada definisi operasional, kinerja networker PT Singa Langit Jaya

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dukungan dari pegawai yang kompeten dan terampil. maka kemungkinan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dukungan dari pegawai yang kompeten dan terampil. maka kemungkinan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan salah satu aset penting yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan utamanya. Tanpa adanya dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pemerintahan, para aparatur pemerintah/pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pemerintahan, para aparatur pemerintah/pegawai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pemerintahan, para aparatur pemerintah/pegawai menjadi tolak ukur dalam keberhasilan suatu organisasi, baik pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun

Lebih terperinci

: Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama?

: Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama? esponden 1 Hari / tanggal : abu / 9 Oktober 2013 Identitas esponden Nama : Aji Wawancara : Sudah, hususnya saya sebagai karyawan KFC Suzuya Binjai mengusahakan sesama karyawan itu begitu saya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi daerah. Secara hukum,

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran Kuesioner SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Di Tempat Dengan Hormat, Saya mahasiswa Program (S1) program studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, Nama : MHD TAKDIR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data yang peneliti peroleh dari lapangan adalah data hasil dari observasi adan interview atau wawancara. Dalam hal ini peneliti tidak mengalami kendala yang

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat 133 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peran guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa (Studi Deskriptif Analitis di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA BADAN PERWAKILAN DESA Menimbang : a. Bahwa untuk mewujudkan efisiensi

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA : Hj. Cucu Zainabun Yusuf, S.Pd.,M.Pd : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mancak 1. Menurut ibu BK itu apa? Jawab: BK itu tempat untuk mengatasi permasalahan dari siswa-siswi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. Walikota Jakarta Barat selama 2 bulan di mulai pada tanggal 1 Maret sampai

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. Walikota Jakarta Barat selama 2 bulan di mulai pada tanggal 1 Maret sampai BAB III PELAKSANAAN MAGANG 1.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek kerja lapangan atau magang pada kantor Walikota Jakarta Barat selama 2 bulan di mulai pada tanggal 1 Maret sampai 30 April

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan budaya sekolah dan pengelolaan stres

Lebih terperinci

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 94 BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 7.1 Kelembagaan Antar Pemulung Kelembagaan yang terdapat diantara pemulung pada satu lapak ini dapat terlihat

Lebih terperinci

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA No.1095, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh seorang pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh seorang pemimpin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam suatu organisasi baik itu di sebuah perusahaan maupun instansi pemerintahan, peran seorang pemimpin sangat penting artinya. Hal ini dikarenakan seorang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 65 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Peneliti melakukan penelitian di SMP Islam Al Azhaar Kedungwaru Tulungagung untuk mendapatkan data lapangan terkait dengan fokus penelitian. Penulis ketika

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan latar belakang masalah dan analisis yang dilakukan dari hasil interview dan observasi, maka peneliti mengambil garis besar peranan Kaskus dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG HARI KERJA, JAM KERJA DAN APEL PAGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG Menimbang : a. b. c.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBINAAN TENAGA KONTRAK KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. Sumber daya atau penggerak dari suatu organisasi/instansi yang merupakan suatu penegasan kembali

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 28 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN JAM KERJA DAN PENGISIAN DAFTAR HADIR PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I 1. Topik Permasalahan : Tidak mampu menolak ajakan teman 2. Bidang Bimbingan : Pribadi 3. Kompetensi Dasar : Siswa dapat menemukan masalah yang dihadapi dan belajar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : gaya kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, disiplin kerja

ABSTRAK. Kata kunci : gaya kepemimpinan, lingkungan kerja fisik, disiplin kerja Judul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Bali Nama : Sita Auliya Permata NIM : 1315251149 ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara HASIL WAWANCARA DENGAN BENDAHARA PERPARKIRAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA MEDAN (J. LUMBANGAOL) Tanya (T): Jawab (J): Bagaimana cara penetapan target parkir yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Medan? Nanti

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA KEGIATAN OPERASIONAL DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 37/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI KECAMATAN SANGATTA UTARA DAN KECAMATAN SANGATTA SELATAN KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI KECAMATAN SANGATTA UTARA DAN KECAMATAN SANGATTA SELATAN KABUPATEN KUTAI TIMUR ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (1): 16-24 ISSN 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 S1 PIN PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI KECAMATAN SANGATTA

Lebih terperinci

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. berdasarkan PP No. 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja PNS yang

BAB III PENYAJIAN DATA. berdasarkan PP No. 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja PNS yang BAB III PENYAJIAN DATA Penulis melakukan penelitian mengenai Penilaian Prestasi Kerja Pegawai berdasarkan PP No. 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja PNS yang dilaksanakan di Dinas Koperasi dan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedisiplinan merupakan salah satu penentu kemajuan atau kemunduran suatu instansi atau perusahaan. Suatu perusahaan yang didalamnya terdapat karyawan yang mempunyai

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Penerapan Komunikasi Organisasi Pimpinan Di Kantor Camat. Tebingtinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti.

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Penerapan Komunikasi Organisasi Pimpinan Di Kantor Camat. Tebingtinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti. BAB III PENYAJIAN DATA A. Penerapan Komunikasi Organisasi Pimpinan Di Kantor Camat Tebingtinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti. Pada penyajian data yang penulis lakukan merupakan hasil dari lapangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai macam pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh para ahli, Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action to enforce organization

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung Penyelenggaraan pemerintahan lebih ditunjukkan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER Penerapan gaya kepemimpinan leader networker yang terjadi di PT Singa Langit Jaya Kota Bogor diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun suatu instansi. Mereka berperan sebagai pemikir, perencana,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun suatu instansi. Mereka berperan sebagai pemikir, perencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah salah satu tonggak penting dalam suatu perusahaan maupun suatu instansi. Mereka berperan sebagai pemikir, perencana, dan pengendali

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG HARI, JAM KERJA, DAN FAKTOR PENGURANG TUNJANGAN PENAMBAH PENGHASILAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk memakai beberapa sumber informan sebagai responden sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Setelah peneliti melaksanakan penelitian di SMPN 2 Sumbergempol kabupaten Tulungagung, peneliti memperoleh data-data di lapangan melalui wawancara, observasi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2016 2 BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata

Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata Lampiran 1 Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata No Tujuan A. Menemukan gambaran model pembinaan yang selama ini digunakan untuk B. membina sekolah Adiwiyata, yaitu mulai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan (www.tribunnews.com, yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan (www.tribunnews.com, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan (www.tribunnews.com, yang diakses pada tanggal 01 Desember 2015). Bukan hanya sekedar sebagai area makan,

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Menimbang PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG Pengenalan Lingkungan kerja Pada PT (Persero) Angkasa Pura II

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG Pengenalan Lingkungan kerja Pada PT (Persero) Angkasa Pura II BAB III LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG 3.1. Pengenalan Lingkungan Kerja 3.1.1. Pengenalan Lingkungan kerja Pada PT (Persero) Angkasa Pura II Penulis selama magang di PT (Persero) Angkasa Pura II Cabang Utama

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014 Lampiran 2 VERBATIM Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014 Diskripsi Data Penelitian Profil sekolah yang digambarkan di bab IV akan menjadi pijakan atau begron dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat melaksanakan serangkaian kegiatan acara terencana dan terorganisir (Winkel, 2012). Di dalam sekolah siswa mendapatkan pendidikan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 04 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel 45 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Sebelum hasil penelitian ini dijelaskan lebih lanjut terlebih dahulu peneliti akan menjabarkan identitas dari responden. Adapun yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawahan yang berbeda beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN. bawahan yang berbeda beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting karena pemimpin merupakan orang yang akan menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.277, 2012 KEJAKSAAN. Tunjangan. Kinerja. Pegawai. Perubahan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-003/A/J.A/02/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN JAKSA

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 152 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 152 TAHUN 2016 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 152 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG HARI, JAM KERJA, DAN FAKTOR PENGURANG TUNJANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan pariwisata sangat diperhatikan oleh seluruh lapisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan pariwisata sangat diperhatikan oleh seluruh lapisan 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pariwisata sangat diperhatikan oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia karena memberikan peluang usaha bagi siapa saja yang terlibat didalamnya.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai teknik dalam pengumpulan data dan dalam pelaksanaannya akan dilakukan wawancara yang mendalam dan terstruktur guna mendapatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013 KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / 413.032 / 2013 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENYAJIAN DATA BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini, penulis berusaha memaparkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang pernah penulis lakukan di PT. Taspen (Persero) Pekanbaru pada bidang personalia dan umum

Lebih terperinci