BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB)"

Transkripsi

1 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Deskripsi Umum BEM IPB Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB) merupakan salah satu lembaga kemahasiswaan resmi yang ada di Institut Pertanian Bogor. Lembaga kemahasiswaan merupakan wadah berorganisasi bagi mahasiswa yang tujuannya untuk menyalurkan aspirasi, kreativitas dan motor pergerakan mahasiswa. Selain BEM IPB masih ada lembaga kemahasiswaan yang lain di IPB, di antaranya adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Himpunan Keprofesian (Himpro), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan BEM Fakultas. Jika dianalogikan dengan struktur kepemerintahan Indonesia, maka BEM IPB merupakan pemerintahan pusat yang dipimpin oleh presiden mahasiswa dan wakil presiden mahasiswa. DPM merupakan DPR, BEM fakultas merupakan Pemerintah Daerah tingkat provinsi dan Himpro adalah Pemerintahan Daerah tingkat Kabupaten/Kota. BEM IPB sendiri sebelumnya bernama Senat Mahasiswa, namanya berubah ketika periode reformasi mulai bergulir tepatnya pada tahun Dibandingkan dengan lembaga kemahasiswaan lainnya BEM IPB memiliki bargaining position yang cukup tinggi. Jabatan sebagai presiden mahasiswa begitu prestisius di mata mahasiswa. Periode masa kerja BEM IPB adalah masa menjabat pengurus BEM IPB yaitu selama satu tahun terhitung ketika presiden mahasiswa mulai dilantik. Setiap periode masa kerja, BEM IPB memiliki nama

2 43 kabinet yang berbeda-beda. BEM IPB periode memiliki nama kabinet IPB GEMILANG. Nama tersebut mengandung harapan bahwa program-program yang dibuat dapat memberikan kegemilangan bagi civitas IPB Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan hierarki bertingkat yang mencerminkan tingkatan wewenang pada BEM IPB. Pimpinan tertinggi berada pada presiden mahasiswa yang dibantu oleh wakil presiden mahasiswa. Keduanya dipilih langsung oleh seluruh mahasiswa IPB yang masih aktif. Struktur di bawah presiden mahasiswa adalah sekretaris eksekutif yang menjaga soliditas antar pengurus BEM IPB. Masih dalam tingkatan yang sama, ada sekretaris kabinet yang dibantu oleh dua orang wakil sekretaris serta ada bendahara kabinet. Sekretaris kabinet bertugas menjadi pusat administrasi termasuk masalah korespondensi, kesekretariatan dan dokumentasi. Bendahara kabinet berfungsi sebagai pengelola masuk dan keluarnya keuangan BEM IPB. Tingkatan di bawahnya terdapat sepuluh kementerian yang bertugas mengurusi masalah-masalah yang berkaitan sesuai dengan bidangnya. Sepuluh kementerian tersebut adalah Kementerian Kebijakan Nasional, Kementerian Kebijakan Daerah, Kementerian Kebijakan Kampus, Kementerian Pendidikan, Kementerian Kebijakan Pertanian, Kementerian Pengembangan Sumberdaya Manusia, Kementerian Sosial dan Kemasyarakatan, Kementerian Budaya Olahraga dan Seni, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Komunikasi dan Informasi. Masing-masing kementerian dipimpin oleh seorang Menteri dan dibantu oleh seorang sekretaris menteri. Selain itu masing-masing

3 44 kementerian memiliki staf yang menjadi ujung tombak dan pelaksana program kerja yang dibuat. Staf merupakan struktur terbawah dari hierarki organisasi Visi dan Misi Organisasi Sebagai organisasi yang visioner dan berorientasi pada jangka panjang. BEM IPB menyusun sebuah visi sebagai tujuan umum dari berdirinya BEM IPB. Visi BEM IPB adalah menjadi lembaga kemahasiswaan yang kontributif dan prestatif secara profesional dan berkarakter dalam lingkup internal dan eksternal. Untuk mewujudkan sebuah visi maka BEM IPB menyusun misi-misi yang hendak dijalankan. Terdapat enam misi dari BEM IPB. 1. Membangun komunikasi dan sinergisitas dengan seluruh lembaga kemahasiswaan serta stakeholder lainnya 2. Membangun budaya manajerial dan administrasi yang rapi 3. Memfasilitasi kreativitas civitas akademika IPB 4. Membentuk sumberdaya manusia yang kompeten dan mandiri 5. Meningkatkan kepedulian sosial mahasiswa dan berperan dalam program pemberdayaan masyarakat 6. Menjadikan BEM IPB sebagai motor pergerakan nasional Sumberdaya Organisasi BEM IPB merupakan organisasi kemahasiswaan resmi terbesar di IPB yang melibatkan partisipasi mahasiswa. Struktur dan jumlah pengurus organisasi sepenuhnya ditentukan oleh pimpinan tertinggi BEM IPB. Pada masa kepengurusan tahun jumlah pengurus BEM IPB sebanyak 130 orang.

4 45 Presiden mahasiswa, wakil presiden mahasiswa, sekretaris eksekutif, sekretaris kabinet dan bendahara kabinet dikelompokan ke dalam Badan Pengurus Harian yang berjumlah tujuh orang. Sepuluh orang berstatus sebagai menteri dan sekretaris menteri. Sejumlah mahasiswa sisanya berstatus sebagai staf atau anggota biasa. Jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan yaitu 69 untuk laki-laki dan 61 untuk perempuan. Tabel 1 Perbandingan Jenis Kelamin Anggota BEM IPB Tahun 2009 No. Bagian Laki-laki (orang) Jenis kelamin Perempuan (orang) 1 Badan Pengurus Harian Kementerian Kebijakan Nasional Kementerian Kebijakan Daerah Kementerian Kebijakan Kampus Kementerian Kebijakan Pertanian Kementerian Pendidikan Kementerian Pengembangan SDM Kementerian Budaya, Olahraga dan Seni Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian Sosial dan Kemasyarakatan Kementerian Komunikasi dan Informasi 5 7 Sumber: Laporan Tengah Tahun BEM IPB 2009 Total Selain sumberdaya manusia, setiap tahunnya BEM IPB dipercaya mengelola sumberdaya keuangan yang diterima dari dana DIKTI. Sumberdaya keuangan digunakan untuk memenuhi kebutuhan berjalannya roda organisasi. Jumlah keuangan yang diberikan tiap tahunnya tidak menentu. Sebagai gambaran untuk tahun BEM IPB dipercaya mengelola keuangan sebesar 176 juta

5 46 rupiah. Nilai ini meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya mendapatkan 90 juta. 4.2 Gaya Kepemimpinan BEM IPB Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain. Ada empat gaya kepemimpinan, yaitu direktif, konsultatif, partisipatif dan delegatif. Pada organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB) gaya kepemimpinan yang sering diterapkan oleh pemimpinnya adalah gaya kepemimpinan konsultatif dengan rataan skor 72,96. Kriteria pada gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin menyampaikan ide-ide atau gagasannya agar para pengurus mengetahui dan melaksanakan idenya tersebut, selain itu juga pemimpin memberi tahu fungsi dan peranannya di organisasi agar dapat dipahami oleh para pengurus. Kriteria yang lainnya adalah mempertahankan standar prestasi kerja secara pasti, menjaga hubungan kerja yang ramah serta pemimpin yang memiliki pandangan yang memotivasi kerja pengurusnya. Sementara itu, gaya kepemimpinan yang sangat jarang diterapkan oleh pemimpin BEM IPB adalah gaya kepemimpinan direktif. Ini ditunjukkan dengan rataan skor yang paling kecil, yaitu 36,36 sedangkan gaya kepemimpinan partisipatif skornya tidak jauh berbeda dengan konsultatif yaitu 68,85. Gaya kepemimpinan delegatif mendapatkan skor 49,70. Perbandingan skor untuk masing-masing gaya kepemimpinan dapat dilihat pada Tabel 2.

6 47 Tabel 2 Skor untuk Gaya Kepemimpinan BEM IPB No. Gaya kepemimpinan Skor 1 Direktif 36,36 2 Konsultatif 72,96 3 Partisipatif 68,85 4 Delegatif 49,70 Rata-rata skor 56, Gaya Kepemimpinan Direktif Gaya kepemimpinan direktif merupakan gaya kepemimpinan dimana pemimpin berperilaku tinggi pengarahan dan rendah dukungan. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan pelaksanaannya diawasi ketat oleh pemimpin. Secara keseluruhan gaya kepemimpinan ini mendapatkan skor 36,36. Menurut penilaian para anggota BEM IPB, pemimpin jarang menerapkan gaya kepemimpinan direktif. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa pada kriteria pimpinan saya menghindari hubungan sosial di luar pekerjaan dengan saya memiliki skor 23,64. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar pengurus tidak setuju pimpinan BEM IPB menghindari hubungan sosial di luar pekerjaan dengan dirinya. Pada kriteria pimpinan saya mengambil keputusan yang membuat pekerjaan saya jadi tidak menyenangkan, anggota organisasi mayoritas menjawab tidak setuju dengan nilai skor 23,64. Pemimpin BEM IPB pandai dalam memposisikan diri sebagai pemimpin yang baik sehingga setiap keputusan yang dibuat sebisa mungkin menjadikan pekerjaan anggotanya tetap menyenangkan untuk dilakukan.

7 48 Selain itu, pemimpin BEM IPB dinilai oleh para anggotanya lebih sering memberikan tugas kepada anggotanya sesuai dengan kemampuan anggota yang diberikan tugas tersebut. Nilai skor untuk kategori tersebut sebesar 28,84 yang artinya bahwa anggota BEM IPB tidak setuju jika pemimpinnya tidak menanyakan terlebih dahulu kemampuan bawahannya. Pada kriteria pimpinan saya lebih aktif berbicara ketika berdiskusi mengenai keorganisasian, skornya paling tinggi diantara kriteria lainnya pada gaya kepemimpinan ini yaitu sebesar 60,61. Para anggota BEM IPB menyadari bahwa pemimpin mereka memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik serta pengalaman dan gagasan yang lebih banyak mengenai keorganisasian sehingga ketika berkomunikasi cenderung untuk mendominasi perbincangan. Pada kriteria pimpinan membuat keputusan tanpa berkonsultasi dengan saya skornya adalah 45,45. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengurus merasa tidak pernah dilibatkan dalam hal pengambilan keputusan. Pemimpin BEM IPB lebih sering membuat keputusan pada tingkat top manager, dimana hanya anggota-anggota yang memiliki kedudukan cukup tinggi saja yang ikut dalam pembuatan keputusan kelompok bahkan terkadang hanya diputuskan dalam rapat Badan Pengurus Harian saja. Perbandingan skor pada gaya kepemimpinan direktif bisa dilihat pada Tabel 3.

8 49 Tabel 3 Skor untuk Gaya Kepemimpinan Direktif No Pernyataan Skor 1 Pimpinan saya membuat keputusan tanpa berkonsultasi dengan saya 45,45 2 Pimpinan saya menghindari hubungan sosial di luar pekerjaan dengan saya 3 Pimpinan saya lebih aktif berbicara ketika berdiskusi mengenai keorganisasian 4 Pimpinan saya mengambil keputusan yang membuat pekerjaan saya jadi tidak menyenangkan 5 Pimpinan saya memberikan tugas kepada bawahannya tanpa menanyakan terlebih dahulu kemampuan bawahannya mengenai tugas tersebut 23,64 60,61 23,64 28,48 Rata-rata skor 36, Gaya Kepemimpinan Konsultatif Gaya kepemimpinan konsultatif merupakan gaya yang paling sering diterapkan oleh pemimpin BEM IPB. Skor untuk gaya kepemimpinan konsultatif adalah 72,96. Pemimpin BEM IPB menggunakan pertemuan-pertemuan resmi untuk memberikan pengarahan kepada para anggotanya dan terdapat respons yang positif berupa dukungan dari anggota dengan menjalankan program kerja sesuai dengan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin mereka. Tingginya skor pada gaya kepemimpinan konsultatif ditunjukkan dengan skor pada masing-masing kriteria yang tinggi pula. Skor pada semua kriteria gaya kepemimpinan konsultatif selalu lebih dari pada lima puluh. Hal ini menunjukkan bahwa semua anggota sebagian besar setuju dengan kriteria yang ada. Pemimpin BEM IPB sering menyampaikan ide dan gagasannya di organisasi agar para pengurus tahu dan menjalankan idenya tersebut. Selain itu pemimpin BEM IPB

9 50 juga memberi tahu fungsi dan peranannya dalam organisasi sehingga para pengurus memahami fungsi dan peranan pemimpinnya. Hal ini bisa juga dikaitkan dengan peranan pemimpin dalam hal pembagian tugas dan sumberdaya dalam menyelesaikan program kerja. Pemimpin BEM IPB memiliki standar prestasi kerja yang digunakan untuk menilai kinerja pengurusnya secara kontinyu dan pasti. Penilaian ini dilakukan secara rutin diawal bulan dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh pemimpin BEM IPB. Selain itu, pemimpin BEM IPB dinilai oleh para anggotanya sebagai pemimpin yang selalu menjaga hubungan kerja yang ramah. Hubungan kerja yang dibangun membuat para anggota merasa nyaman untuk menjalankan tugas organisasi yang diberikan. Di samping itu, para anggota setuju bahwa pemimpin BEM IPB memiliki pandangan yang memotivasi kerjanya. Motivasi yang diberikan dorongan dan semangat yang biasanya disampaikan pada pertemuanpertemuan rutin yang diadakan oleh BEM IPB. Skor pada gaya kepemimpinan konsultatif dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Skor untuk Gaya Kepemimpinan Konsultatif No Pernyataan Skor 1 Pimpinan saya menyampaikan ide-ide atau gagasannya di organisasi agar para pengurus mengetahui dan 68,48 melaksanakan idenya tersebut 2 Pimpinan saya memberi tahu fungsi dan peranannya di 66,67 organisasi agar dapat dipahami oleh para pengurus 3 Pimpinan saya mempertahankan standar prestasi kerja secra 69,70 pasti 4 Pimpinan saya menjaga hubungan kerja yang ramah 83,64 5 Pimpinan saya mempunyai pandangan yang memotivasi 76,36 kerja saya Rata-rata skor 72,96

10 Gaya Kepemimpinan Partisipatif Gaya kepemimpinan partisipatif ini diartikan sebagai gaya kepemimpinan yang rendah pengarahan namun tinggi dukungan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara bergantian. Dalam penggunaan gaya ini pemimpin dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Skor untuk gaya kepemimpinan ini sebesar 68,85. Skor tersebut menunjukkan bahwa anggota BEM IPB menyadari bahwa pemimpin mereka juga sering menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif setelah gaya kepemimpinan konsultatif. Anggota BEM IPB memandang bahwa pemimpin mereka sering memberikan petunjuk tentang cara melakukan hubungan yang baik antara rekan sekerja maupun dengan pimpinan. Hal ini ditandai dengan skor yang hanya 60,00. Namun di sisi lain pemimpin BEM IPB selalu mempertimbangkan pendapat pengurus ketika akan mengambil keputusan walaupun belum tentu pada akhirnya pendapat dari pengurus yang dijadikan sebagai keputusan akhir. Skor untuk kriteria tersebut mendapat yang paling besar yaitu 78,18. Selain itu, pemimpin BEM IPB dinilai oleh para anggotanya selalu mengajak para pengurus BEM IPB dalam pemecahan masalah di organisasi. Pemimpin biasanya bertanya kepada para anggota yang bersangkutan dengan masalah yang ada dalam hal pencarian solusi yang ideal sehingga masalah terselesaikan dengan baik. Pada kriteria yang lain di gaya kepemimpinan partisipatif, pemimpin mendapatkan penilaian yang tidak jauh berbeda dengan kriteria yang sudah disebutkan di atas. Para anggota BEM IPB menilai pemimpin mereka sering

11 52 menghormati perasaan dan menghargai martabat mereka. Jarang sekali pemimpin BEM IPB terlihat melecehkan dan merendahkan para anggota BEM IPB. Skor untuk kriteria tersebut sebesar 73,94. Kriteria terakhir pada gaya kepemimpinan partisipatif adalah pimpinan saya menjadikan saya merasa tenang jika berada di dekatnya mendapat skor sebesar 65,45. Hal ini menunjukkan bahwa para anggota menilai pemimpin sering menjadikan mereka merasa tenang jika berada di dekatnya. Perbandingan skor untuk gaya kepemimpinan partisipatif dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Skor untuk Gaya Kepemimpinan Partisipatif No Pernyataan Skor 1 Pimpinan saya memberikan petunjuk tentang cara 60,00 melakukan hubungan yang baik antara rekan sekerja maupun dengan pimpinan 2 Pimpinan saya mempertimbangkan pendapat pengurus 78,18 ketika akan mengambil keputusan 3 Pimpinan saya selalu mengajak pengurus untuk berperan 66,67 serta dalam pemecahan masalah di organisasi 4 Pimpinan saya menghormati perasaan saya dan menghargai 73,94 martabat saya 5 Pimpinan saya menjadikan saya merasa tenang jika berada 65,45 didekatnya Rata-rata skor 68, Gaya Kepemimpinan Delegatif Gaya kepemimpinan delegatif diartikan sebagai gaya kepemimpinan yang rendah dukungan dan rendah pengarahan karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Penilaian dari para anggota untuk gaya kepemimpinan delegatif sebesar 49,70. Hal ini menunjukkan bahwa gaya

12 53 kepemimpinan ini jarang digunakan oleh pemimpin BEM IPB dalam menjalankan tugasnya dibandingkan dengan yang lainnya. Gaya kepemimpinan delegatif sedikit dihindari dalam kepemimpinan BEM IPB karena pemimpin memiliki kapasitas dan juga pengalaman yang lebih sehingga kemampuan untuk mengarahkan para anggotanya cukup besar. Berbagai kriteria pada gaya kepemimpinan delegatif mendapatkan penilaian berbeda dari para anggotanya. Para anggota BEM IPB menilai bahwa pemimpin BEM IPB sering mempercayakan keputusan yang diberikan kepada mereka. Hal ini dibuktikan dengan skor yang cukup tinggi yaitu sebesar 74,54. Pemimpin BEM IPB pun dipandang sering menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan secara bersama-sama. Permasalahan yang sangat kompleks biasanya diselesaikan pada rapat-rapat rutin yang diadakan pada tingkat top manager ataupun pada rapat tingkat kementerian. Selain itu, pemimpin BEM IPB jarang melakukan penugasan langsung kepada pengurus dalam menjalankan pekerjaan organisasi. Pemimpin BEM IPB memanfaatkan hierarki atau struktur organisasi yang ada sehingga penugasan lebih sering dilakukan oleh pimpinan masing-masing kementerian. Kriteria selanjutnya pada gaya kepemimpinan delegatif yaitu pimpinan saya tidak memberikan pengarahan dalam pekerjaan. Kriteria tersebut mendapat skor 27,88 yang artinya bahwa para anggota BEM IPB menganggap bahwa pemimpin mereka jarang melakukan hal tersebut. Para anggota lebih setuju bahwa pemimpin mereka sering memberikan pengarahan baik secara umum maupun personal kepada para anggotanya. Pengarahan dalam pekerjaan dilakukan oleh pemimpin BEM IPB secara kontinyu sampai program kerja tersebut selesai

13 54 dilaksanakan. Pada kriteria yang terakhir, pemimpin BEM IPB dinilai oleh anggotanya sebagai pemimpin yang sudah tegas dalam pengambilan keputusan ataupun hal lain yang berhubungan dengan keorganisasian. Hasil skor pada semua kriteria gaya kepemimpinan delegatif dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Skor untuk Gaya Kepemimpinan Delegatif No Pernyataan Skor 1 Pimpinan saya mempercayai setiap keputusan yang 74,54 diberikan kepada saya 2 Pimpinan saya menentukan kebijakan dan pengambilan 66,67 keputusan secara bersama-sama 3 Pimpinan saya menugaskan langsung kepada pengurus 54,54 dalam menjalankan tugasnya 4 Pimpinan saya tidak pernah memberikan pengarahan 27,88 dalam pekerjaan 5 Pimpinan saya kurang tegas dalam pengambilan keputusan 24,85 Rata-rata skor 49, Pola Komunikasi Organisasi BEM IPB Sebuah organisasi tidak terlepas dari proses komunikasi. Setiap anggota organisasi berperilaku komunikasi berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku komunikasi yang berulang di dalam organisasi diartikan sebagai pola komunikasi organisasi. Organisasi BEM IPB sering menggunakan pola komunikasi dari atas ke bawah. Ini terbukti dengan skor paling tinggi di antara yang lainnya yaitu sebesar 60,60. Pada pola komunikasi ini terjadi arus informasi berupa instruksi, tugas ataupun pengarahan dari pimpinan BEM IPB kepada para staf. Sementara itu komunikasi dari bawah ke atas mendapat skor terkecil yaitu sebesar 35,05. Hal ini menandakan bahwa pola komunikasi tersebut sangat jarang dilakukan oleh pengurus BEM IPB. Pola komunikasi horizontal mendapat skor yang tidak jauh

14 55 berbeda dengan pola komunikasi dari atas ke bawah yaitu sebesar 56,57. Skor tersebut menunjukkan bahwa pola komunikasi horizontal juga merupakan pola komunikasi yang sering digunakan oleh BEM IPB. Pola komunikasi yang terakhir yaitu pola komunikasi diagonal yang mendapat skor sebesar 39,49. Hasil penelitian untuk pola komunikasi organisasi dengan menggunakan skor dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Skor untuk Pola Komunikasi Organisasi BEM IPB No Pola Komunikasi Organisasi Skor 1 Komunikasi dari atas ke bawah 60,60 2 Komunikasi dari bawah ke atas 35,05 3 Komunikasi horizontal 56,57 4 Komunikasi diagonal 39,49 Rata-rata skor 47, Pola Komunikasi dari Atas ke Bawah Komunikasi dari atas ke bawah berasal dari pimpinan tertinggi ditunjukan kepada pimpinan menengah terus mengalir melewati tingkat manajemen untuk kemudian disampaikan kepada bawahan. Makin rendah tingkatan hierarki makin rinci perintah atau instruksi yang dikomunikasikan. Di samping mengomunikasikan perintah, BEM IPB melakukan komunikasi dari atas ke bawah dalam hal penyebaran informasi tentang tujuan organisasi, kebijakan, peraturan, manfaat, hak-hak khusus ataupun umpan balik dari atasan tentang hasil pelaksanaan tugas oleh para staf. Media yang digunakan oleh pimpinan BEM IPB untuk komunikasi ke bawah adalah rapat general, telepon atau sms. Secara umum skor untuk pola komunikasi dari atas ke bawah sebesar 60,60. Skor ini relatif

15 56 besar dibandingkan dengan yang lainnya. Skor ini mengandung arti pengurus organisasi sering melakukan pola ini dalam aktivitas komunikasi organisasi. Interaksi komunikasi dengan bawahan secara tidak langsung atau tidak tatap muka yang merupakan salah satu dari kriteria komunikasi dari atas ke bawah mendapat skor sebesar 68,48. Interaksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan lebih sering dilakukan melalui pertemuan tatap muka. Pertemuan tersebut dijadikan sebagai wadah bagi atasan untuk menyampaikan ide atau instruksi mengenai program kerja kepada bawahannya. Hal ini sejalan dengan kriteria selanjutnya di mana skor untuk kriteria pemberian instruksi tertulis kepada bawahan sangat rendah yaitu sebesar 48,48. Ketika bawahan sedang mengalami kesulitan dalam bekerja pun komunikasi yang dilakukan tidak terlalu sering melalui pengarahan tidak langsung. Penilaian yang dilakukan oleh atasan terhadap kinerja bawahan secara langsung sering dilakukan. Nilai untuk kriteria tersebut sebesar 61,82. Penilaian baik secara langsung ataupun tidak langsung dijadikan sebagai ukuran standar kerja prestasi yang diukur secara pasti oleh atasan. Selain melakukan penilaian, pimpinan di BEM IPB, sering juga melakukan interaksi dengan bawahan mengenai masalah yang tidak berkaitan dengan organisasi. Hal ini ditandai dengan skor yang cukup tinggi sebesar 73,93. Kriteria terakhir membahas mengenai pemberian perintah yang tidak sesuai dengan tugasnya kepada bawahan. Jumlah skor untuk kriteria ini adalah 44,24. Skor tersebut merupakan salah satu yang paling kecil jika dibandingkan dengan yang lain, skor tersebut menunjukkan bahwa hal ini jarang terjadi di BEM IPB. Perintah lebih difokuskan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya sebagai bawahan. Skor untuk

16 57 berbagai kriteria pada pola komunikasi dari atas ke bawah akan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Skor untuk Kriteria ada pola Komunikasi dari Atas ke Bawah BEM IPB No Pernyataan Skor 1 Saya berinteraksi komunikasi tidak langsung atau tidak tatap muka dengan bawahan 68,48 2 Pemberian instruksi tertulis mengenai pekerjaan kepada bawahan 48,48 3 Pemberian pengarahan tidak secara langsung kepada bawahan yang mengalami kesulitan dalam bekerja 66,67 4 Pemberian penilaian langsung terhadap kinerja pengurus 61,82 5 Interaksi komunikasi tentang masalah yang tidak bersangkutan dengan pekerjaan kepada bawahan 73,93 6 Pemberian perintah kepada bawahan yang tidak sesuai dengan tugasnya 44,24 Rata-rata skor 60, Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas Komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan bahwa arus informasi mengalir dari bawahan menuju ke atasan. Komunikasi ke atas pada BEM IPB merupakan proses penyampaian gagasan, ide atau saran dan pandangan bawahan kepada atasan. Bentuk-bentuk komunikasi yang dipakai dalam komunikasi ke atas pada BEM IPB meliputi laporan pelaksanaan pekerjaan, saran-saran, rekomendasi, rencana anggaran, keluhan, permintaan bantuan. Para pejabat di setiap hierarki bertindak sebagai penyaring informasi yang disalurkan ke atas melalui pengintegrasian, pembuatan ikhtisar dan pemadatan informasi yang datang dari bawah. Secara keseluruhan dilihat dari semua kriteria, skor untuk pola komunikasi ini adalah terkecil yaitu 35,05. Jadi dapat dikatakan BEM IPB jarang melakukan pola komunikasi dari bawah ke atas.

17 58 Pada setiap pola komunikasi ada enam kriteria yang menentukan ukuran tinggi rendahnya skor. Kriteria pertama pola komunikasi dari bawah ke atas adalah interaksi langsung atau komunikasi langsung dengan atasan. Skor untuk kriteria tersebut sebesar 37,58. Hal ini menandakan bahwa anggota BEM IPB jarang bertemu dan berkomunikasi langsung dengan pimpinan BEM IPB atau top manager yang terdiri dari Badan Pengurus Harian dan para menteri BEM IPB. Interaksi langsung biasanya dilakukan di Student Centre yang menjadi sekretariat BEM IPB. Interaksi secara langsung biasanya dilakukan dalam bentuk rapat kementerian ataupun rapat kepanitiaan program kerja. Pola komunikasi dari bawah ke atas ditunjukkan pula dengan pembuatan laporan tertulis mengenai pekerjaan kepada atasan. Namun pada kriteria ini skor relatif kecil jika dibandingkan dengan yang lain yaitu hanya 25,45. Hal ini menandakan bahwa pembuatan laporan tertulis jarang dilakukan oleh anggota BEM IPB kepada atasan mereka. Mekanisme yang ada pada organisasi hanya mewajibkan adanya laporan tertulis dari kepala kementerian kepada pimpinan BEM IPB sehingga para anggota kadang tidak banyak dilibatkan dalam pembuatan laporan tertulis. Tabel 9 menunjukkan bahwa anggota juga jarang melaporkan tugas organisasinya secara lisan kepada atasan mereka. Skor untuk kriteria tersebut sebesar 34,55. Pernyataan ide dan atau usul kepada atasan dalam organisasi BEM IPB ternyata sering dilakukan. Hal ini terbukti dengan nilai rataan yang mencapai 45,45. Pernyataan ide atau usul biasanya terkait dengan pengembangan program kerja yang akan atau sedang dilakukan oleh BEM IPB. Selain itu, bawahan juga ternyata selalu meminta pendapat atau bertanya kepada atasan jika menemui kesulitan dalam bekerja. Hal ini terjadi biasanya pada bawahan yang masih belum

18 59 berpengalaman pada pekerjaan organisasi yang bersifat teknis. Bawahan biasanya belum memiliki kapasitas untuk melakukan sesuatu yang mengandung resiko cukup tinggi sehingga membutuhkan pendapat dan saran dari pimpinan. Untuk kriteria ini skornya adalah sebesar 41,82. Di sisi lain, bawahan jarang menyatakan keluhan dan ketidakpuasan kepada atasan mereka. Pernyataan ini terbukti dengan nilai skor untuk rataan tersebut sebesar 25,45. Keluhan tersebut biasanya disampaikan pada saat informal dan disampaikan secara personal kepada atasan dan tanpa diketahui orang lain. Keluhan biasanya seputar ketidakmampuan bawahan dalam mengerjakan tugas organisasi dikarenakan berbagai alasan. Skor untuk kriteria pada pola komunikasi dari bawah ke atas dapat di lihat pada Tabel 9. Tabel 9 Skor untuk Kriteria Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas BEM IPB No Pernyataan Skor 1 Saya berinteraksi atau komunikasi langsung dengan atasan 37,58 2 Saya membuat laporan tertulis mengenai pekerjaan kepada 25,45 atasan 3 Saya membuat laporan secara lisan atau langsung tentang 34,55 pekerjaan kepada atasan 4 Saya membuat pernyataan ide atau usul kepada atasan 45,45 5 Saya bertanya atau meminta pendapat kepada atasan jika 41,82 menemui kesulitan dalam bekerja 6 Saya menyatakan keluhan atau ketidakpuasan dalam 25,45 bekerja kepada atasan Rata-rata skor 35, Pola Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal terjadi antara orang-orang yang menduduki jabatan yang setingkat dalam struktur organisasi. Tujuan komunikasi horizontal yang dilakukan oleh BEM IPB antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian atau kementerian yang memiliki

19 60 hubungan sejajar. Tipe ini menjadi penting ketika masing-masing kementerian atau bagian dalam satu organisasi memiliki ketergantungan yang cukup besar. Pola komunikasi horizontal juga termasuk kedalam kategori sering dilakukan dalam organisasi BEM IPB. Skor untuk pola komunikasi ini adalah 56,57. Interaksi komunikasi langsung dengan rekan kerja setingkat mendapat skor yang paling tinggi untuk pola komunikasi ini. Nilainya mencapai 71,52. Hal ini menandakan seringnya rekan kerja setingkat bertemu. Pertemuan ini biasanya dilakukan pada rapat-rapat kepanitiaan yang pertemuanya bersifat intens. Pada tingkat top manager pertemuan intens dilaksanakan setiap dua minggu sekali sedangkan pada tingkat staf pertemuan tidak bersifat rutin per satuan waktu namun intensitas pertemuan bisa dikatakan sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya koordinasi yang dilakukan sebelum meyiapkan program kerja yang harus dilakukan secara tatap muka. Selain bersifat pengkoordinasian, pertemuan antara rekan kerja setingkat juga biasa saling memberikan saran dan kritik mengenai tugas mereka atau terhadap pribadi mereka. Skor untuk kriteria tersebut sebesar 60,61. Dalam pemenuhan tugas organisasi, seringkali pengurus BEM IPB menemui kesulitan. Meminta bantuan kepada rekan kerja yang berbeda tingkatan jarang dilakukan oleh pengurus BEM IPB. Para anggota BEM IPB lebih nyaman meminta bantuan kepada rekan kerja yang setingkat. Hal ini mungkin dikarenakan rekan kerja setingkat memiliki posisi sama dengan dirinya dan lebih egaliter sehingga nilai lebih bisa memahami kesulitannya. Skor untuk kriteria tersebut sebesar 34,55. Informasi yang didapat dari atasan seringkali diteruskan kepada rekan kerja setingkat. Proses ini menandakan bahwa komunikasi di dalam

20 61 organisai rekan kerja setingkat cukup lancar. Terbukti dengan skor yang cukup tinggi sebesar 63,64. Dalam proses komunikasi yang berjalan di antara rekan kerja setingkat, ditemui adanya pembatasan komunikasi mengenai masalah lain di luar pekerjaan. Dapat diartikan bahwa sebagian besar pengurus BEM IPB membatasi dirinya dalam membahas mengenai informasi di luar pekerjaan dengan rekan kerja setingkat. Skor untuk kriteria ini sebesar 58,18. Interaksi yang intens ternyata membuat pengurus BEM IPB sering menyatakan keluhan antar rekan kerja setingkat. Skor untuk kriteria tersebut sebesar 50,91. Hasil skor utuk semua kriteria pada pola komunikasi horizontal disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Skor untuk Kriteria Pola Komunikasi Horizontal BEM IPB No Pernyataan Skor 1 Interaksi komunikasi langsung atau tatap muka antar rekan 71,52 kerja setingkat 2 Pernyataan saran dan kritik mengenai pekerjaan antar rekan 60,61 kerja setingkat 3 Apabila menemui kesulitan dalam bekerja meminta 34,55 bantuan kepada rekan kerja yang berbeda tingkatan 4 Penerusan informasi yang didapatkan dari atasan kepada 63,64 rekan kerja setingkat 5 Pembatasan komunikasi tentang masalah-masalah lain 58,18 diluar pekerjaan antara rekan kerja setingkat 6 Menyatakan keluhan mengenai pekerjaan kepada rekan 50,91 kerja setingkat Rata-rata skor 56, Pola komuniakasi Diagonal Komunikasi ini melibatkan dua pihak yang tingkatan organisasinya berbeda bagian. Komunikasi ini memiliki beberapa keuntungan di antaranya adalah penyebaran informasi bisa lebih cepat daripada bentuk komunikasi

21 62 tradisional. Selain itu, komunikasi diagonal membantu individu dari berbagai bagian atau kementerian ikut membantu masalah dalam organisasi. Di samping memiliki kelebihan, komunikasi memiliki kekurangan, di antaranya adalah komunikasi ini dapat menganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Selain itu, komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar sulit untuk dikendalikan secara efektif. Pada organisasi BEM IPB niai rataan untuk pola komunikasi diagonal adalah sebesar 39,49. Interaksi langsung yang dilakukan antara kepala kementerian dengan staf yang berbeda kementerian yang dilakukan masuk kategori sering. Skor untuk kriteria tersebut adalah 55,15. Namun di sisi lain, ada keterbatasan interaksi komunikasi antara kepala kementerian dengan staf yang berbeda kementerian karena kepemilikan informasi. Interaksi yang dilakukan biasanya berbentuk komunikasi informal terkait dengan hal-hal yang sedang dilakukan pada masingmasing kementerian. Karena kedudukan yang lebih tinggi, kepala kementerian umumnya memiliki informasi lebih banyak mengenai kemajuan program kerja yang dilakukan semua kementerian. Pola komunikasi diagonal yang terjadi di BEM IPB ternyata jarang terjadi dalam bentuk pengawasan pekerjaan dan sangat jarang terjadi pada pemberian instruksi atau pengarahan dari kepala kementerian kepada staf yang berbeda kementerian. Skor untuk dua kriteria tersebut relatif kecil yaitu hanya 28,48 dan 24,65. Tanggapan yang negatif apabila ada pemberian instruksi dari kepala Kementerian kepada staf yang berbeda Kementerian pun jarang terjadi. Hal ini memperkuat pernyataan di atas bahwa pola komunikasi diagonal jarang terjadi pada BEM IPB. Skor untuk kriteria tersebut sebesar 26,06. Namun di sisi lain,

22 63 pola komunikasi diagonal cukup sering terjadi dibandingkan yang lain ketika kepala kementerian dengan staf yang berbeda kementerian berinteraksi mengenai hal-hal yang tidak berhubungan dengan masalah organisasi. Skor untuk kriteria tersebut mencapai 47,88. Skor selengkapnya untuk kriteria-kriteria pada pola komunikasi diagonal akan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Skor untuk Kriteria Pola Komunikasi Diagonal BEM IPB No Pernyataan Skor 1 Interaksi komunikasi langsung antara kepala kementerian dengan staf yang berbeda Kementerian 55,15 2 Terbatasnya interaksi komunikasi antara kepala Kementerian dengan staf yang berbeda bagian karena 54,55 kepemilikan informasi 3 Pengawasan pekerjaan dari kepala kementerian kepada staf 28,48 yang berbeda bagian atau Kementerian 4 Pemberian instruksi/perintah dan pengarahan dari kepala Kementerian kepada staf yang berbeda Kementerian 24,85 5 Tanggapan yang negatif apabila pemberian instruksi dari kepala Kementerian terhadap staf yang berbeda 26,06 Kementerian 6 Interaksi komunikasi mengenai hal yang tidak bersangkutan antara kepala Kementerian dengan staf yang 47,88 berbeda bagian. Rata-rata skor 39, Modal Sosial BEM IPB Konsep modal sosial disebut sebagai modal yang merujuk pada banyak aspek dari organisasi sosial informal yang terbangun dari sumberdayasumberdaya sosial produktif yang dapat dimanfaatkan untuk satu atau lebih pelaku sosial dalam masyarakat. Para pelaku ini secara individual menginvestasikan modal sosial melalui hubungan pertemanan maupun hubungan yang dibangun dalam persetujuan-persetujuan tertulis. Sumberdaya-sumberdaya sosial yang biasanya berbentuk hubungan sosial yang kuat ini selanjutnya

23 64 terinternalisasi melalui aturan-aturan yang kadang menjadi modal sosial yang sangat kuat dan dapat mendukung usaha manusia dalam bertahan hidup. Para anggota BEM IPB setuju bahwa pada organisasi BEM IPB telah terjadi pembentukan modal sosial. Hal itu ditunjukan dengan skor pada variabel modal sosial yang mencapai 67,22. Untuk menentukan terjadinya pembentukan modal sosial pada penelitian ini telah disajikan empat belas kriteria. Kriteria tersebut dikembangkan dari tiga komponen modal sosial yang ada yaitu kepercayaan, norma sosial dan jaringan sosial. Kepercayaan dalam BEM IPB sebagai bagian dari pembentukan modal sosial dari organisasi ini sudah terbangun dengan baik. Skor untuk komponen kepercayaan sebesar 76,00. Para anggota BEM IPB pun setuju bahwa mereka sudah memiliki jaringan sosial. Hal ini dibuktikan dengan skor sebesar 62,63. Norma sosial berupa aturan yang mengatur aktivitas anggota BEM IPB sudah terbentuk pada organisasi ini. Skor untuk norma sosial adalah sebesar 63,03. Skor selengkapnya untuk modal sosial ditampilkan pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Skor untuk Modal Sosial BEM IPB No. Komponen Modal Sosial Skor 1 Kepercayaan 76,00 2 Jaringan sosial 62,63 3 Norma sosial 63,03 Rata-rata skor 67, Kepercayaan Kepercayaan sebagai komponen modal sosial memiliki lima kriteria. Kepercayaan anggota BEM IPB dalam hal bekerjasama dengan anggota lain mendapat skor 76,00. Kepercayaan tersebut terbangun pada anggota BEM IPB

24 65 karena masing-masing pihak menyadari bahawa setiap anggota BEM IPB merupakan mahasiswa terpilih yang bisa masuk organisasi ini sehingga setiap anggota memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas organisasinya. Selain itu, para anggota BEM IPB pun sangat setuju, mereka percaya bahwa hubungan yang terbangun dalam organisasi akan memudahkan pekerjaan mereka dalam menjalankan tugas organisasi. Skornya adalah 80,61. Skor tersebut merupakan yang paling besar dari pada kriteria yang lain. Kriteria kepercayaan lain yang terbangun adalah kepercayaan anggota BEM IPB dalam menjaga keeratan hubungan dalam berorganisasi. Para anggota percaya karena masing-masing pihak dalam organisasi menjaga hubungan kerja yang ramah sehingga kohesivitas organisasi lebih terjaga. Nilai rataan untuk kriteria tersebut sebesar 72,12. Selain itu, anggota BEM IPB pun setuju bahwa mereka percaya mampu menjaga organisasi akan tetap bertahan. Kepercayaan tersebut tumbuh oleh karena mereka sebisa mungkin melakukan kinerja yang maksimal pada setiap program kerja sehingga BEM IPB tetap menunjukan eksistensinya. Skor untuk kriteria tersebut adalah 70,91. Resiko yang akan ditanggung dalam menjalankan tugas organisasi pun sudah diketahui oleh sebagian besar anggota BEM IPB. Hal itu ditunjukkan dengan skor sebesar 78,18. Diketahuinya resiko yang akan ditanggung oleh anggota BEM IPB maka tugas-tugas yang ada dikerjakan dengan penuh perhatian serta tanggung jawab sehingga hasil yang didapat lebih maksimal. Skor kepercayaan selengkapnya ditampilkan pada Tabel 13.

25 66 Tabel 13 Skor untuk Kriteria Kepercayaan BEM IPB. No. Kriteria kepercayaan Skor 1. Saya yakin mampu bekerjasama dengan pengurus lain di dalam organisasi 78,18 2. Saya percaya bahwa hubungan yang terbangun dalam organisasi ini akan memudahkan pekerjaan saya dan 80,61 anggota organisasi yang lain 3. Saya percaya bahwa saya mampu menjaga keeratan hubungan dalam organisasi 72,12 4. Saya percaya bahwa saya mampu menjaga organisasi akan tetap bertahan 70,91 5. Saya mengetahui resiko yang akan ditanggung ketika memutuskan ikut organisasi 78,18 Rata-rata skor 76, Jaringan Sosial Jaringan sosial merupakan komponen yang tak kalah penting dari pembentukan modal sosial. Ada lima kriteria dari jaringan sosial. Pertama, para anggota BEM IPB menyatakan setuju bahwa mereka mengetahui sebagian besar anggota organisasi. Hal tersebut terjadi karena sering adanya pertemuanpertemuan organisasi baik secara formal maupun informal. Skor untuk kriteria di atas adalah 61,21. Namun ternyata skor lebih kecil ditunjukan pada kriteria kedua saya mengenal dekat sebagian besar anggota BEM IPB yaitu sebesar 58,79. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua anggota BEM IPB yang diketahui merupakan anggota yang dikenal secara dekat oleh anggota yang lain. Di sisi lain, skor tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar anggota BEM IPB setuju bahwa mereka saling mengenal secara dekat. Hal tersebut tidak mengherankan karena selain hubungan kerja dalam organisasi para anggota BEM IPB pun sering berinteraksi satu sama lain dengan status mahasiswanya. Misalkan para anggota

26 67 BEM IPB yang merupakan teman se-fakultas, se-kementerian atau se-rumah kost sehingga mereka nengenal secara dekat. Dalam hal melakukan hubungan kerja antar anggota BEM IPB, para anggota lebih setuju melakukannya secara informal. Suasana informal lebih disukai karena dirasa lebih fleksibel serta tidak kaku. Ke-informal-an tersebut sering tercermin dalam pertemuan-pertemuan rutin tingkat kementerian ataupun pertemuan seluruh anggota. Skor untuk kriteria tersebut adalah 62,42. Aktivitas organisasi di kementerian lain juga cukup diketahui oleh anggota BEM IPB. Hal tersebut didukung oleh nilai rataan sebesar 63,64. Skor tersebut mencirikan bahwa mereka setuju dengan kriteria ketiga tersebut. Adanya rapat general yang melibatkan seluruh anggota BEM IPB dan dilakukan secara rutin setiap bulan menyebabkan anggota BEM IPB mengetahui aktivitas organisasi kementerian lain. Dalam rapat general diinformasikan aktivitas masing-masing kementerian oleh kepala kementeriannya. Hubungan yang terjalin dalam menjalankan tugas organisasi ternyata lebih disukai hubungan yang bersifat pertemanan. Pernyataan tersebut tercermin dengan skor sebesar 64,85 pada kriteria keempat tersebut. Hal tersebut sejalan dengan jenis hubungan informal yang lebih disukai pada BEM IPB. Jaringan sosial sebagai bagian dari komponen sosial juga dapat digambarkan melalui kriteria terakhir yaitu dengan banyaknya jumlah kontak kerja yang dimiliki oleh anggota organisasi. Anggota BEM IPB menyatakan setuju bahwa mereka memiliki jumlah kontak kerja yang mencukupi untuk pemenuhan tugas mereka. Kontak kerja yang dimiliki oleh para anggota BEM IPB biasanya terdiri dari pihak-pihak yang diajak untuk bekerjasama pada program

27 68 kerja yang ada misalkan perusahaan swasta, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan juga LSM. Kontak kerja tersebut tidak hanya didiapatkan sendiri namun bisa saja didapatkan dari anggota BEM IPB yang lain. Skor untuk kriteria ini adalah 64,85. Hasil rataan skor pada variabel modal sosial secara lengkap dapat di lihat pada Tabel 14. Tabel 14 Skor untuk Kriteria Jaringan Sosial BEM IPB No. Kriteria jaringan sosial Skor 1. Hubungan yang terjalin pada saya dalam melakukan fungsi 62,42 sebagai anggota organisasi dengan anggota lain lebih nyaman dilakukan secara informal. 2. Saya mengetahui sebagian besar pengurus organisasi 61,21 3. Saya mengenal dekat sebagian besar pengurus pengurus 58,79 organisasi 4. Saya mengetahui aktivitas organisasi kementerian yang lain 63,64 5. Hubungan pertemanan adalah hal yang mendasari saya 64,85 berinteraksi dalam organisasi ini 6. Saya memiliki banyak jumlah kontak yang dapat dihubungi 64,85 untuk pemenuhan tugas/pekerjaan Rata-rata skor 62, Norma Sosial Para anggota BEM IPB menyatakan setuju pada kriteria organisasi BEM IPB memiliki aturan tertulis yang mengatur aktivias anggotanya. Skornya adalah 64,24. Aturan tertulis pada BEM IPB berbentuk AD/ART, Garis Besar Haluan Organisasi serta aturan tertulis lain ytang dibuat oleh Badan Pengurus Harian BEM IPB terkait dengan kebijakan-kebijakan internal yang akan diambil. Skor lebih kecil diperoleh pada kriteria Organisasi BEM IPB memiliki aturan tidak tertulis untuk mengatur aktivitas anggotanya yaitu sebesar 58,18. Aturan tidak tertulis kurang disosialisasikan oleh pimpinan BEM IPB sehingga anggota BEM IPB lebih mengetahui aturan tertulis dibandingkan aturan tidak tertulis yang ada.

28 69 Pada kriteria Organisasi BEM IPB memiliki nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi untuk mengatur aktivitas anggotanya mendapatkan skor sebesar 66,67. Nilai-nilai tradisional paling diketahui oleh anggota BEM IPB dibanding aturanaturan diatas karena nilai-nilai yang diajarkan tercermin dari sikap dan perilaku para anggota BEM IPB dalam menjalankan tugasnya. Nilai-nilai tersebut meliputi kejujuran, tanggung jawab, peduli, ramah dan lain-lain. Skor selengkapnya untuk kriteria norma sosial ditampilkan pada Tabel 15. Tabel 15 Skor untuk Kriteria Norma Sosial BEM IPB No. Kriteria norma sosial Skor 1 Organisasi yang saya masuki ini memiliki aturan tertulis 64,24 yang mengatur aktivitas anggotanya 2 Organisasi yang saya masuki ini memiliki aturan tidak 58,18 tertulis yang mengatur aktivitas anggotanya 3 Organisasi yang saya masuki ini memiliki nilai-nilai 66,67 tradisional yang dijunjung tinggi untuk mengatur aktivitas anggotanya Rata-rata skor 63, Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Pola Komunikasi Organisasi dengan Pembentukan Modal Sosial BEM IPB Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Pola Komunikasi Organisasi BEM IPB Uji hubungan antara gaya kepemimpinan dengan pola komunikasi organisasi BEM IPB menggunakan rumus Kendall s Tau B menunjukkan bahwa sebagian besar variabel tidak berhubungan nyata. Satu-satunya yang menunjukan hubungan yang signifikan yaitu gaya kepemimpinan delegatif dengan komunikasi dari atas ke bawah (0,255). Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering terjadi

29 70 pola komunikasi dari atas ke bawah pada organisasi BEM IPB maka gaya kepemimpinan delegatif pun sering diterpakan oleh pemimpin BEM IPB. Seringnya pola komunikasi dari atas ke bawah diterapkan menyebabkan aliran informasi, pesan ataupun instruksi dari atasan kepada bawahan BEM IPB. Informasi tersebut berupa tugas yang harus diselesaikan sebagai bentuk pendelegasian wewenang dari pemimpin BEM IPB. Tugas yang harus diselesaikan oleh bawahan BEM IPB tersebut berbentuk pendelegasian dari pimpinan BEM IPB sehingga gaya kepemimpinan delegatif semakin sering diterapkan. Nilai korelasi signifikan Kendall s Tau B antara gaya kepemimpinan denga pola komunikasi organisasi ditampilkan pada Tabel 16. Tabel 16 Nilai Korelasi Signifikan antara Gaya Kepemimpinan dengan Pola Komunikasi Organisasi BEM IPB Direktif Konsultatif Partisipatif Delegatif Komunikasi ke bawah,031 -,020 -,014,255* Komunikasi ke atas,079,041,056,088 Komunikasi horizontal -,016 -,044 -,055,126 Komunikasi diagonal -,011,045,084 -,128 Keterangan: * berhubungan nyata (p<0,05) Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Pembentukan Modal Sosial pada BEM IPB Hasil analisis dengan menggunakan Kendall s Tau B menunjukkan bahwa ada beberapa modal sosial yang berhubungan signifikan dengan gaya kepemimpinan. Kepercayaan memiliki hubungan nyata (p<0,05) dengan gaya kepemimpinan konsultatif. Semakin sering pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang konsultatif, maka akan meningkatkan kepercayaan para anggota BEM IPB. Gaya kepemimpinan konsultatif yang tinggi dukungan dari

30 71 anggota BEM IPB serta tinggi pengarahan dari pemimpin bisa menimbulkan rasa saling percaya di antara anggota BEM IPB. Terdapat hubungan nyata (p<0,05) antara jaringan sosial dengan gaya kepemimpinan delegatif. Dapat diartikan semakin sering diterapkan gaya kepemimpinan delegatif, maka meningkatkan pula jaringan sosial para anggota BEM IPB. Gaya kepemimpinan delegatif yang lebih sering mendelegasikan anggotanya akan membuat anggota lebih bebas karena rendah pengarahan dan memperluas jaringan sosial BEM IPB. Terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) antara norma sosial dengan gaya kepemimpinan konsultatif. Dengan kata lain semakin sering gaya kepemimpinan konsultatif diterapkan oleh pemimpin BEM IPB maka akan meningkatkan norma sosial yang ada. Gaya kepemimpinan konsultatif membutuhkan norma sosial yang mengatur setiap aktivitas anggotanya sehingga para anggotanya tetap memberikan dukungan yang tinggi. Nilai korelasi signifikan antara gaya kepemimpinan dengan pembentukan modal sosial dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Nilai Korelasi Signifikan antara Gaya Kepemimpinan dengan Pembentukan Modal Sosial BEM IPB Kepercayaan Jaringan sosial Norma sosial Direktif -,010 -,190,066 Konsultatif,244* -,066,363** Partisipatif -,049,047,127 Delegatif -,009,235*,190 Keterangan: * berhubungan nyata (p<0,05); ** berhubungan sangat nyata (p<0,01) Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Pembentukan Modal Sosial Hasil uji hubungan dengan menggunakan Kendall s Tau B menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata (p<0,05) antara pola komunikasi horizontal

31 72 dengan kepercayaan. Seringnya pola komunikasi horizontal diterapkan oleh BM IPB, maka akan meningkatkan kepercayaan anggota BEM IPB. Pola komunikasi horizontal merupakan pola komunikasi yang dilakukan dengan rekan setingkat turut menumbuhkan rasa percaya yang tinggi karena pada pola komunikasi ini terdapat rasa egaliter yang tinggi. Perasaan ini membuat para anggota merasa nyaman dalam hal berkomunikasi dan menimbulkan rasa kepercayaan diantara para anggota BEM IPB. Terdapat hubungan nyata (p<0,05) antara jaringan sosial dengan pola komunikasi horizontal. Sering pola komunikasi horizontal diterapkan, maka akan meningkatkan jaringan sosial yang dimiliki BEM IPB. Seringnya komunikasi yang dilakukan antar rekan kerja setingkat memberikan peluang untuk bertukar informasi lebih besar sehingga akan meningkatkan pula jaringan sosial BEM IPB. Terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) antara norma sosial dengan pola komunikasi dari bawah ke atas. Semakin sering pola komunikasi dari atas ke bawah diterapkan, maka akan meningkatkan norma sosial BEM IPB. Pola komunikasi dari bawah ke atas yang dijalankan oleh BEM IPB lebih kompleks dalam hal pelaksanaannya sehingga membutuhkan norma-norma untuk mengatur agar tetap berjalan dengan baik. Nilai uji korelasi signifikan selengkapnya akan ditampilkan pada Tabel 18. Tabel 18 Nilai Korelasi Signifikan antara Pola Komunikasi Organisasi dengan Pembentukan Modal Sosial BEM IPB Kepercayaan Jaringan sosial Norma sosial Komunikasi ke bawah,020,120,083 Komunikasi ke atas,001,078,286** Komunikasi horizontal,220*,233*,045 Komunikasi diagonal,073,032,008 Keterangan: *berhubungan nyata (p<0,05); ** berhubungan sangat nyata (p<0,01)

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TAHUN 2017 BAB I VISI DAN MISI PASAL 1 VISI BERSATU, BERSINERGI, MEMBANGUN PASAL 2 MISI 1. MENINGKATKAN PERAN AKTIF SERTA KESOLIDAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1. Panduan Pertanyaan Pertanyaan ditujukan kepada karyawan dari berbagai jabatan baik general manajer, manajer, senior staff, staff, dan non staff pada Departemen HR Human Resource

Lebih terperinci

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Pemimpin PUR adalah laki-laki yang berumur 49 tahun yang menjabat sebagai Manager R&D. Latar belakang PUR berasal dari kalangan orang

Lebih terperinci

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015 PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015 Tentang TATA KERJA ORGANISASI KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Dewan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. SURAT KETETAPAN No. 003/TAP SI/DPM-H IPB/II/2014

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. SURAT KETETAPAN No. 003/TAP SI/DPM-H IPB/II/2014 SURAT KETETAPAN No. 003/TAP SI/DPM-H IPB/II/2014 Tentang TATA KERJA Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Periode 2013/2014 Mengingat: 1. Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga, Wing barat rektorat lt. 1

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga, Wing barat rektorat lt. 1 AD/ART LK FEM IPB Mukadimah Dengan menyebut nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Mahasiswa sebagai generasi muda dan penerus cita-cita bangsa memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan dharma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan desain penelitian survei, yaitu mengambil contoh dari suatu

Lebih terperinci

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Operasional Variabel... 37 Tabel 3.2 Arti pembobotan dengan Skala Likert... 45 Tabel 3.3 Skala Interval Gaya Kepemimpinan... 46 Tabel 3.4 Skala Interval Motivasi... 46 Tabel 3.5

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif PEMBAHASAN 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif Model kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena model kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan

Lebih terperinci

PANDUAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN (ORMAWA) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

PANDUAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN (ORMAWA) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO PANDUAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN (ORMAWA) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara

Lebih terperinci

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 001 TAHUN 2015

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 001 TAHUN 2015 Mengingat Menimbang PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 001 TAHUN 2015 Tentang PERATURAN DASAR ORGANISASI KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan Rahmat

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran Kuesioner SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Di Tempat Dengan Hormat, Saya mahasiswa Program (S1) program studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, Nama : MHD TAKDIR

Lebih terperinci

TENTANG PENGESAHAN STRUKTUR KABINET KM-ITERA PERIODE

TENTANG PENGESAHAN STRUKTUR KABINET KM-ITERA PERIODE KETETAPAN SENAT KELUARGA MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2015-2016 NOMOR 003 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN STRUKTUR KABINET KM-ITERA PERIODE 2015-2016 Dengan senantiasa mengharapkan rahmat Tuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional)

LAMPIRAN. Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional) L 1 LAMPIRAN Transkrip Wawancara A. Pertanyaan Dan Jawaban Dua Direktur Bapak Rafil sebagai direktur keuangan dan Bapak Bayu sebagai direktur operasional) Pertanyaan untuk dua direktur : 1. Bagaimana gaya

Lebih terperinci

Dyah Pitaloka Haryono SH,MA NIP

Dyah Pitaloka Haryono SH,MA NIP ABSTRAKSI Judul : Audit Kinerja Komunikasi Organisasi Biro Humas Sekretariat Negara RI Nama Peneliti : Endira Paramita Septioningrum NIM : D2C 005 157 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang berperannya

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

MEKANISME KERJA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 MEKANISME KERJA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 BAB I PENDAHULUAN Organisasi merupakan upaya penyatuan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi atau unit usaha baik itu formal ataupun informal, membutuhkan seorang pribadi pemimpin yang dapat memberikan semangat kepada bawahannya untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Hasil Temuan Peneliti Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, disini peneliti memaparkan hasil temuan di lapangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

ANGGARAN DASAR Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ANGGARAN DASAR Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada BAB I KETENTUAN UMUM Nama, Waktu, Tempat kedudukan, dan Lambang Pasal 1 Organisasi ini bernama Badan Eksekutif Mahasiswa

Lebih terperinci

DRAFT PERATURAN KELEMBAGAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM

DRAFT PERATURAN KELEMBAGAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEWAN MAHASISWA Sekretariat : Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126 DRAFT PERATURAN

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Komunikasi Karyawan dalam Rapat Internal. Mingguan di Divisi Marketing Nasmoco Janti Yogyakarta

Bentuk-Bentuk Komunikasi Karyawan dalam Rapat Internal. Mingguan di Divisi Marketing Nasmoco Janti Yogyakarta Bentuk-Bentuk Komunikasi Karyawan dalam Rapat Internal Mingguan di Divisi Marketing Nasmoco Janti Yogyakarta Yetri Oktivani Br Ginting / Ike Devi Sulistyaningtyas PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini menggambarkan tentang Studi Komparatif Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Universitas dan Fakultas dalam Konteks Pendidikan Politik. Adapun kesimpulan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK Andi Julio Email:andi_julio0909@yahoo.com Program StudiManajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Setiap perusahaan memiliki tujuan dan

Lebih terperinci

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah Lampiran a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah 1. Bagaimana cara anda selaku Kepala Sekolah dalam memberikan pelimpahan dan distribusi kewenangan terhadap rekan kerja anda? 2. Bagaimana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.135, 2012 OMBUDSMAN. Pembentukan. Tata Kerja. Perwakilan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG

Lebih terperinci

GRAND DESIGN BEM MATEMATIKA UNJ

GRAND DESIGN BEM MATEMATIKA UNJ GRAND DESIGN BEM MATEMATIKA UNJ 2016-2017 Visi dan Misi Visi: Mewujudkan BEMJ Matematika sebagai sahabat yang religius, bermanfaat, dan kontributif dalam memberikan pelayanan yang baik untuk mahasiswa

Lebih terperinci

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI Jabatan/Eselon : Unit Kerja : NO. KOMPETENSI LEVEL KOMPETENSI STANKOM 1 ANALISIS STRATEGI (AS) Mengidentifikasi,menguraikan, 1. Mempelajari informasi yang didapatkan meghubungkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan seluruh rakyat harus diisi dengan

Lebih terperinci

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 003 TAHUN 2015

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 003 TAHUN 2015 Mengingat Menimbang PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 003 TAHUN 2015 Tentang GARIS BESAR HALUAN KERJA ORGANISASI KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOM I DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 (GBPK OPM FT UM 2016)

GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 (GBPK OPM FT UM 2016) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) FAKULTAS TEKNIK DEWAN MAHASISWA FAKULTAS Jalan Semarang 5 Malang 65145 Telp. (0341) 565-307 Laman www.um.ac.id GARIS-GARIS

Lebih terperinci

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 PEMBUKAAN Mahasiswa memiliki potensi yang merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang harus diarahkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, Terdapat pengaruh langsung persepsi

Lebih terperinci

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN -Pendekatan Perilaku -Pendekatan Situasional Disusun oleh : 1. Danang Ramadhan (135030200111032) 2. Fahad (135030201111180) 3. Rinaldi Hidayat (135030201111011) 4. Yohannes

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2009:10) manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. memengaruhi tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dan dikaitkan dengan kegiatan

BAB II KAJIAN TEORITIS. memengaruhi tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dan dikaitkan dengan kegiatan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Kepemimpinan Pembahasan tentang kepemimpinan secara umum dapat dijelaskan bahwa Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh orang untuk mempengaruhi orang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF. Oleh Kelompok 9 : Gilar Cahyo Pambudi ( ) Deden Ismet ( )

KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF. Oleh Kelompok 9 : Gilar Cahyo Pambudi ( ) Deden Ismet ( ) KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF Oleh Kelompok 9 : Gilar Cahyo Pambudi (125030401111017) Deden Ismet (125030407111010) Fernaldi Anggadha (125030407111013) Ardhi Abdillah (125030400111002) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas

Lebih terperinci

POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO)

POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO) POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO) IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA BIOLOGI INDONESIA (IKAHIMBI) PERIODE 2011-2013 POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO) BADAN PENGURUS PUSAT IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG BADAN-BADAN KHUSUS FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS ANDALAS DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA Menimbang:

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama Organisasi Asosiasi Antropologi Indonesia disingkat AAI selanjutnya disebut AAI. Pasal 2 Makna AAI adalah wadah tunggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan budaya sekolah dan pengelolaan stres

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN PENERAPAN BUDAYA KERJA ORGANISASI. Oleh: Muslikhah Dwihartanti

KOMUNIKASI DAN PENERAPAN BUDAYA KERJA ORGANISASI. Oleh: Muslikhah Dwihartanti KOMUNIKASI DAN PENERAPAN BUDAYA KERJA ORGANISASI Oleh: Muslikhah Dwihartanti Abstrak Lahirnya sebuah organisasi selalu didukung oleh tiga unsur yang saling berhubungan, yaitu manusia, kerjasama, dan tujuan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 GAYA KEPEMIMPINAN DAN KINERJA KARYAWAN PADA PT SUMBER FAJAR INTI ABADI DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 GAYA KEPEMIMPINAN DAN KINERJA KARYAWAN PADA PT SUMBER FAJAR INTI ABADI DI PONTIANAK GAYA KEPEMIMPINAN DAN KINERJA KARYAWAN PADA PT SUMBER FAJAR INTI ABADI DI PONTIANAK Abstraksi Suhendi Email: Zhouhendi@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Penulis membatasi masalah

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN

RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA NOMOR : V TAHUN 2010 TENTANG TATA KERJA ORGANISASI

PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA NOMOR : V TAHUN 2010 TENTANG TATA KERJA ORGANISASI PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA NOMOR : V TAHUN 2010 TENTANG TATA KERJA ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA ------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

g) Melakukan pengawasan (kontroling), dan koordinasi dengan bendahara bidangbem

g) Melakukan pengawasan (kontroling), dan koordinasi dengan bendahara bidangbem 1. TUPOKSI I. Presiden a) Ketua umum BEM bertanggung jawab kepada PD III Bidang Kemahasiswaan & Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) b) Sebagai penangggungjawab organisasi baik secara vertikal, horizontal

Lebih terperinci

V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Evaluasi program pengembangan masyarakat dalam bagian ini berisi tentang gambaran kapasitas kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg yang dapat dilihat pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Faktanya orang tidak bisa hidup sendiri. Sebagian

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

b. bahwa perlunya sebuah aturan perundang-undangan yang jelas yang mengatur susunan dan kedudukan kelembagaan legislatif di masa jabatannya;

b. bahwa perlunya sebuah aturan perundang-undangan yang jelas yang mengatur susunan dan kedudukan kelembagaan legislatif di masa jabatannya; UNDANG-UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN SIDANG UMUM, DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA, BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA, UNIT KEGIATAN MAHASISWA

Lebih terperinci

KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MUSYAWARAH UMUM MAHASISWA FAKULTAS (MUMF) 2015

KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MUSYAWARAH UMUM MAHASISWA FAKULTAS (MUMF) 2015 ANGGARAN RUMAH TANGGA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (ART KM FEB UB) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota KM FEB UB adalah Mahasiswa Aktif S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG 48 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG Berdasarkan data baik masalah maupun potensi yang dimiliki oleh kelompok, maka disusun strategi program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Penyelenggaraan pendidikan pada perguruan tinggi tidaklah semata-mata ditujukan pada upaya menyiapkan mahasiswa menjadi lulusan yang berilmu

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2014 PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2014 PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2014 PENDAHULUAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan seluruh rakyat harus diisi dengan

Lebih terperinci

LEMBAGA DAKWAH KAMPUS UNIT KEGIATAN DAKWAH MAHASISWA

LEMBAGA DAKWAH KAMPUS UNIT KEGIATAN DAKWAH MAHASISWA MEKANISME KERJA ORGANISASI PERIODE 2017 BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Mekanisme kerja organisasi adalah suatu aturan yang memuat pola kerja dan tata tertib organisasi LDK UKDM UPI. 2. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEWAN MAHASISWA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEWAN MAHASISWA ANGGARAN DASAR / ANGGARAN RUMAH TANGGA KELUARGA MAHASISWA PERIODE 2014-2015 MUQODIMAH Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat intelektual dan beriman, dituntut untuk memiliki konsep-konsep ideal dan ide-ide

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015 IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi yang diatur dalam surat

I.PENDAHULUAN. kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi yang diatur dalam surat I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi yang diatur dalam surat keputusan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR Nomor : 12/Kpts/SM.140/J.4.5/IV/2013

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR Nomor : 12/Kpts/SM.140/J.4.5/IV/2013 KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR Nomor : 12/Kpts/SM.140/J.4.5/IV/2013 TENTANG KODE ETIK PROFESI DOSEN DI LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan utama di dalam segala bentuk organisasi. Sehingga perlu mendapatkan perhatian, penanganan

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 17 TAHUN 2010

- 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 17 TAHUN 2010 - 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 17 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I TUJUAN, VISI DAN MISI. Membentuk sumber daya mahasiswa jurusan yang kreatif dan produktif di bidang keteknikan dan bersifat religius.

BAB I TUJUAN, VISI DAN MISI. Membentuk sumber daya mahasiswa jurusan yang kreatif dan produktif di bidang keteknikan dan bersifat religius. BAB I TUJUAN, VISI DAN MISI Tujuan Membentuk sumber daya mahasiswa jurusan yang kreatif dan produktif di bidang keteknikan dan bersifat religius. Visi Mengembangkan sumber daya manusia yang beriman dan

Lebih terperinci

Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada UNDANG-UNDANG KM UGM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN, DAN KOORDINASI BADAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan telah diselesaikannya penyusunan Laporan Pengukuran Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja Aparatur Negara di STPP Medan periode semester

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Nama : ( Boleh tidak diisi ) Mohon Bapak/ Ibu periksa kembali semua jawaban agar jangan sampai ada

IDENTITAS RESPONDEN. Nama : ( Boleh tidak diisi ) Mohon Bapak/ Ibu periksa kembali semua jawaban agar jangan sampai ada IDENTITAS RESPONDEN Nama : ( Boleh tidak diisi ) Umur : tahun Jenis Kelamin : P / L Pendidikan Terakhir : Jabatan di Perusahaan : Departemen/ Bagian/ Fungsi : Lama kerja di perusahaan : tahun Lama menjabat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar misalnya aksi-aksi demonstrasi

Lebih terperinci

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR : 010 /BPM-Kema FPIK/Kep/IX/2011 TENTANG UNDANG-UNDANG KELOMPOK KEGIATAN MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan dalam membuat kebijakan dan melaksanakan usahanya sehingga dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP. Nomor: 003/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Diponegoro

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP. Nomor: 003/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Diponegoro KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP 2017 Nomor: 003/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017 Tentang Pedoman Pokok Organisasi Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Menimbang

Lebih terperinci

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha. ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA PASCASARJANA FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUKADIMAH Sesungguhnya tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH Bahwa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

Bab I LAMBANG ASASI. Pasal 1. Lambang ASASI berupa perpaduan simbol toga dan buku dengan tulisan ASASI di tengahnya, dengan warna hitam putih.

Bab I LAMBANG ASASI. Pasal 1. Lambang ASASI berupa perpaduan simbol toga dan buku dengan tulisan ASASI di tengahnya, dengan warna hitam putih. 1 Bab I LAMBANG ASASI Pasal 1 Lambang ASASI berupa perpaduan simbol toga dan buku dengan tulisan ASASI di tengahnya, dengan warna hitam putih Pasal 2 Anggaran Rumah Tangga ASASI Asosiasi Akademisi Perguruan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. Dari seperangkat manusia di dalam kelompok, pimpinan merupakan unsur

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. Dari seperangkat manusia di dalam kelompok, pimpinan merupakan unsur 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Definisi Kepemimpinan Dari seperangkat manusia di dalam kelompok, pimpinan merupakan unsur terpenting, karena merekalah yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI UU No.4 Tahun 2014 tentang ASN PEMBINAAN KARIR JABATAN DAN JENJANG PANGKAT POLA DASAR KARIR PERPINDAHAN JABATAN POLA KARIR MANAJEMEN KARIR TALENT POOL SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen pegawai merupakan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta budaya kerja yang dianut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru memegang perananan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TATA NILAI, BUDAYA KERJA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA

BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA Setelah melakukan penyebaran kuesioner kepada 52 orang responden karyawan tetap pada

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN

DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika Kelompok merupakan seperangkat konsep yang dapat dipergunakan untuk melukiskan proses-proses kelompok. Konsep dinamika kelompok dipergunakan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pemimpin bukan hanya menduduki jabatan saja, tapi harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pemimpin bukan hanya menduduki jabatan saja, tapi harus dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang pemimpin bukan hanya menduduki jabatan saja, tapi harus dapat membuat karyawan menerima pemimpin tersebut sebagai atasannya antara lain dengan melakukan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER I. PENDAHULUAN 1. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) adalah garis-garis besar sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Lampiran 1 Alat Ukur Iklim Kerja KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menempuh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Kristen Maranatha Bandung, saya membutuhkan beberapa informasi

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci