IV. DESKRIPSI PENELITIAN DAN SKEMA KREDIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. DESKRIPSI PENELITIAN DAN SKEMA KREDIT"

Transkripsi

1 IV. DESKRIPSI PENELITIAN DAN SKEMA KREDIT 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik wilayah Kabupaten Bogor dikelompokkan dalam beberapa aspek yaitu: (1) keadaan geografi dan kependudukan, (2) pertanian, dan (3) deskripsi desa contoh Keadaan Geografi dan Kependudukan Kabupaten Bogor yang ibukotanya terletak di Cibinong secara geografis memiliki 40 kecamatan dengan luas area sekitar km 2. Kabupaten ini berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu: (1) Kota Depok di bagian utara, (2) Kabupaten Lebak di bagian barat, (3) Kabupaten Tangerang di bagian barat daya, (4) Kabupaten Purwakarta di bagian timur, (5) Kabupaten Bekasi di bagian timur laut, (6) Kabupaten Sukabumi di bagian selatan, dan (7) Kabupaten Cianjur di bagian tenggara. Penelitian difokuskan di dua kecamatan yaitu Kecamatan Pamijahan sebagai penerima kredit domba dengan jumlah terbesar dan Kecamatan Cisarua sebagai penerima kredit dengan jumlah terkecil. Kecamatan Pamijahan terletak pada ketinggian dpl dengan curah hujan rata-rata 310 mm. Luas Kecamatan Pamijahan pada tahun 2007 mencapai ha mencakup 15 desa, sementara itu luas wilayah Kecamatan Cisarua hanya mencapai ha yang mencakup 10 desa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2008a). Jumlah penduduk dan besarnya angkatan kerja merupakan salah satu aset pembangunan paling dominan yang dimiliki banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2008a) tercatat bahwa penduduk Kabupaten Bogor

2 45 berjumlah jiwa terdiri atas jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Jumlah ini relatif besar diantara kabupaten/kota di Jawa Barat. Jumlah penduduk di Kecamatan Pamijahan sendiri pada tahun 2007 mencapai jiwa dan jumlah penduduk di Kecamatan Cisarua mencapai jiwa. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk di Kecamatan Pamijahan adalah: (1) orang belum sekolah, (2) orang tidak tamat SD/sederajat, (3) orang tamat SD, (4) orang tamat SLTP, (5) orang tamat SLTA, (6) 688 orang tamat akademi, dan (7) 300 orang tamat universitas. Sementara itu, di Kecamatan Cisarua persen jumlah penduduknya belum sekolah dan persen tidak tamat SD (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2008b) Keadaan Pertanian Mata pencaharian penduduk Kabupaten Bogor berada di sektor: (1) perdagangan orang, (2) industri orang, (3) pertanian orang, dan (4) sektor lain orang. Penduduk di Kecamatan Pamijahan sebagian besar ( orang) bermata pencaharian di sektor pertanian (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2008b). Sementara itu penduduk Kecamatan Cisarua sebagian besar di sektor jasa ( orang) dan sektor pertanian ( orang) (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2004). Sektor pertanian sendiri mencakup beberapa sub sektor yaitu tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Pada sub sektor tanaman pangan produksi tertinggi dicapai pada komoditas padi sawah dan tanaman ubi kayu masing-masing sebesar dan ton.

3 46 Produksi padi sawah tertinggi berada di Kecamatan Pamijahan yaitu ton (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2007). Sumber lain peningkatan gizi masyarakat diperoleh juga dari sub sektor peternakan. Jenis ternak yang dipelihara terdiri dari ternak besar, keci1 dan unggas yang menghasilkan produksi dalam bentuk daging, susu dan telur. Produksi daging total (daging sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, dan itik) tahun 2008 mencapai kg, dengan kontribusi daging domba hanya 2.9 persen setelah daging ayam ras dan sapi. Sementara itu produksi susu dan telur (ayam dan itik) masing-masing sebesar liter dan kg (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2008b). Populasi ternak (tidak termasuk unggas) terbesar di Kabupaten Bogor adalah ternak domba yaitu pada tahun 2008 mencapai ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2008b). Populasi beberapa ternak di Kabupaten Bogor, Kecamatan Pamijahan dan Cisarua dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Populasi Beberapa Ternak di Kabupaten Bogor Tahun 2008 Populasi Tahun 2008 No. Jenis Ternak Kabupaten Bogor Kecamatan Pamijahan Kecamatan Cisarua 1. Sapi potong Sapi perah Kerbau Kambing Domba Ayam ras pedaging Ayam buras Itik Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2008b (ekor) Peningkatan populasi domba yang terjadi di Kecamatan Pamijahan terkait dengan peningkatan jumlah rumahtangga petani yang mengelola usaha ternak

4 47 domba yaitu dari menjadi rumahtangga pada tahun Akibat peningkatan populasi domba ini, terjadi juga peningkatan luas lahan untuk mengusahakan ternak domba yaitu dari 0.64 ha pada tahun 2007 menjadi 0.75 ha pada tahun 2008 (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2008b) Deskripsi Desa Contoh Desa yang ada di Kecamatan Pamijahan seluruhnya berjumlah 15 desa, namun hanya 4 desa yang dipilih dalam penelitian yaitu: (1) Cibitung Kulon, (2) Gunungsari, (3) Gunung Bunder II, dan (4) Cimayang. Hal ini mengingat di desa tersebut masih terdapat kegiatan perguliran kredit domba. Keempat desa yang berada di areal kaki gunung salak tersebut memiliki penduduk dengan kualitas sumberdaya manusia yang tergolong cukup rendah. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk adalah tamat Sekolah Dasar seperti ditunjukkan Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di di Kecamatan Pamijahan Tahun 2007 Beberapa Desa (orang) Desa No Jenjang Pendidikan Gunungsari Gunung Cibitung Cimayang Bunder II Kulon 1 Belum sekolah Tidak tamat SD/sederajat Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi Tamat Universitas Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2008b Mata pencaharian sebagian besar rumahtangga penduduk tahun 2007 berada di sektor pertanian terutama di subsektor tanaman pangan, peternakan dan perikanan baik sebagai petani maupun buruh tani. Komoditas subsektor tanaman

5 48 pangan yang dihasilkan sebagian besar adalah tanaman padi sawah diikuti palawija dan beberapa sayur mayur (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2008b). Pada subsektor peternakan, ternak domba memiliki populasi terbesar diantara ternak lain (tidak termasuk unggas). Secara rinci populasi ternak dan jumlah rumahtangga yang mengusahakannya di empat desa contoh di Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Tabel 8. Populasi Ternak Beberapa Desa di Kecamatan Pamijahan Tahun 2008 (ekor) Desa No Jenis Ternak Gunungsari Gunung Cibitung Cimayang Bunder II Kulon 1 Domba Kambing Kerbau Anjing Kelinci Ayam buras Itik Ayam ras pedaging Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2008b Tabel 9. Jumlah Rumahtangga yang Mengusahakan Ternak di Beberapa Desa di Kecamatan Pamijahan Tahun 2008 (RT) Desa No Komoditas Ternak Gunungsari Gunung Cibitung Cimayang Bunder II Kulon 1. Domba Kambing Kerbau Anjing Kelinci Ayam buras Itik Ayam ras pedaging Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2008b

6 49 Desa Citeko merupakan salah satu desa di Kecamatan Cisarua dengan luas wilayah 461 ha. Batas-batas wilayah desa adalah: (1) di sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibeureum, (2) di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Megamendung, (3) di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cisarua, dan (4) di sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Pangrango. Berdasarkan Data Monografi Desa Citeko (2006), jumlah penduduk Desa Citeko sebanyak orang terdiri atas jiwa perempuan dan laki-laki. Usia sebagian besar penduduk antara 15 sampai 19 tahun seperti yang ditunjukkan Tabel 10. Tabel 10. Data Penduduk Menurut Kelompok Tenaga Kerja di Desa Citeko, Kecamatan Cisarua Tahun 2006 (Orang) Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: Monografi Desa Citeko, 2006 Berdasarkan Data Monografi Desa Citeko (2006), kualitas sumberdaya manusia Desa Citeko masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata tingkat pendidikan sebagian besar penduduknya hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Namun demikian, sarana pendidikan yang tersedia di desa ini sudah cukup memadai yaitu tersedia sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Pondok Pesantren, dan Madrasah. Lahan desa Citeko sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian, dimana lahan tersebut terbagi menjadi lahan sawah seluas 47 ha dan lahan bukan sawah seluas ha. Mayoritas penduduk Desa Citeko adalah petani kebun

7 50 sayuran, dengan produksi sayuran seperti wortel, kubis, kembang kol, sawi putih, tomat, selada dan lainnya. Dengan demikian Desa Citeko merupakan salah satu kawasan sentra produksi sayuran di Kabupaten Bogor dan juga menjadi pemasok sayuran di luar Bogor. Selain sayuran, komoditas tanaman pangan lain yang diusahakan adalah tanaman padi dan jagung. Pada subsektor peternakan, populasi ternak terbesar (tidak termasuk unggas) pada tahun 2007 adalah ternak domba yang mencapai ekor. Jumlah ini mengalami penurunan 4.45 persen dari tahun Sementara itu luas lahan yang digunakan untuk mengusahakan ternak domba dan jumlah rumah tangga yang beternak domba tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya seperti ditunjukkan Tabel 11. Hal ini kemungkinan karena sebagian petani menjual ternaknya ataupun karena kematian ternak. Tabel 11. Jenis Ternak, Luas Penggunaan Lahan dan Jumlah Rumahtangga yang Mengusahakan Ternak di Desa Citeko Tahun Tahun 2006 Tahun 2007 Jenis Ternak Jumlah (ekor) Luas lahan (ha) RTP (orang) Jumlah (ekor) Luas lahan (ha) RTP (orang) Kerbau Kambing Domba Ayam buras Ayam ras pedaging Itik Kelinci Sumber: UPTD Penyuluhan dan Poskeswan Wilayah Ciawi, Deskripsi Responden Karakteristik responden yang diamati adalah karakteristik 133 responden di wilayah Kecamatan Pamijahan dan Cisarua. Responden terdiri dari 75 petani yang sudah pernah menerima kredit domba dan 58 petani yang belum pernah

8 51 menerima kredit domba. Dalam hal ini akan dikaji beberapa hal yaitu: (1) karakteristik umum responden, (2) penguasaan sumberdaya pertanian, (3) produksi, (4) curahan waktu kerja keluarga, (5) pendapatan, dan (6) pengeluaran Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah anak yang bersekolah dan jumlah angkatan kerja keluarga. Secara umum rata-rata umur responden baik suami maupun istri berada dalam usia produktif yang berkisar antara 38 sampai 39 tahun untuk istri dan 45 sampai 47 tahun untuk suami seperti ditunjukkan pada Tabel 12. Rata-rata pendidikan suami dan istri yang diukur berdasarkan lama tahun pendidikan yang dijalani relatif hampir sama masing-masing 4.97 dan 4.32 tahun bagi petani penerima kredit serta 4.50 dan 4.40 tahun bagi petani non kredit. Hal ini menunjukkan bahwa hampir di semua kabupaten, baik suami maupun istrinya berpendidikan setara dengan SD walaupun tidak sampai tamat. Namun hal ini tidak menghasilkan perbedaan yang berarti karena tidak ada yang mengharuskan adanya perbedaan pendidikan antara suami dan istri. Tabel 12. Karakteristik Rumahtangga Petani Berdasarkan Kelompok Petani Uraian Petani Kredit Petani Non Kredit Jumlah responden (orang) Umur suami (tahun) Umur istri (tahun) Pendidikan suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) Angkatan kerja keluarga (orang) Jumlah anak sekolah (orang)

9 52 Tabel 12 juga menyajikan jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan, jumlah angkatan kerja keluarga dan jumlah anak yang masih bersekolah. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan adalah 3.80 dan 3.57 orang masing-masing untuk petani penerima kredit dan non kredit. Jumlah anggota keluarga yang masih sekolah relatif kecil yakni rata-rata 1.47 dengan variasi antara 1.45 bagi petani kredit dan 1.48 orang bagi petani non kredit. Sementara itu, rata-rata jumlah angkatan kerja dalam keluarga masingmasing 3.72 dan 3.60 orang. Angkatan kerja keluarga diukur dengan jumlah anggota keluarga yang berumur sama dengan atau lebih dari 15 tahun. Walaupun kenyataannya di wilayah tersebut rata-rata anak berumur 10 tahun sudah bekerja. Priyanti (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah anggota keluarga cenderung memiliki jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula. Pada penelitian diperoleh juga bahwa jumlah anggota keluarga petani yang mendapatkan kredit lebih tinggi dibandingkan petani yang tidak mendapatkan kredit, sehingga jumlah angkatan kerja pun lebih tinggi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa karakteristik rumahtangga petani penerima kredit tidak jauh berbeda dibandingkan dengan petani non kredit. Karakteristik ini diduga akan memberi pengaruh terhadap aspek lainnya seperti produksi, penggunaan tenaga kerja keluarga, pendapatan dan alokasi pengeluaran Penguasaan Sumberdaya Pertanian Mata pencaharian sebagian besar responden yang diamati adalah sebagai petani dan buruh tani. Petani yang memiliki lahan pertanian sendiri pun kadangkala juga bekerja sebagai buruh tani. Hal ini akibat keterbatasan kepemilikan lahan pertanian yang dikuasai oleh petani. Disisi lain petani pun

10 53 dapat menggarap lahan milik orang lain dengan cara sewa lahan per tahun ataupun memanfaatkannya dengan cuma-cuma. Penguasaan sumberdaya lahan yang dimiliki oleh petani diukur dengan variabel luas areal tanam komoditas yang diusahakan petani dalam satuan meter persegi. Penguasaan lahan pertanian baik berstatus milik sendiri maupun sewa atau garapan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-Rata Penguasaan Lahan Pertanian dan Peternakan per Rumahtangga Petani (m 2 ) Penguasaan Lahan Petani Kredit Petani Non Kredit Milik sendiri 1. Sawah Kebun Kolam Kandang Lainnya 13 0 Sewa/Garapan 1. Sawah Kebun Berdasarkan Tabel 13 diperoleh bahwa pemilikan lahan sawah, kebun, kolam dan lainnya bagi petani yang menerima kredit domba lebih tinggi dibandingkan dengan petani non kredit. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung program kredit domba ditujukan untuk petani yang memiliki aset berupa lahan pertanian, walaupun secara formal tidak ada disebutkan adanya jaminan untuk kredit yang diberikan. Demikian juga halnya dengan kepemilikan lahan kandang, petani penerima kredit domba memiliki lahan kandang yang lebih luas dibandingkan dengan petani yang tidak menerima kredit yaitu masing-masing dan 7.16 m 2. Hal ini secara tidak langsung terkait dengan jumlah ternak domba yang dapat mereka pelihara. Petani yang mengajukan kredit domba

11 54 berasumsi mereka masih mampu memelihara domba melebihi yang mereka miliki saat ini dengan cara menambah jumlah domba dari kredit. Hal ini menunjukkan bahwa program pemerintah sesuai dengan tujuannya yaitu memberi nilai tambah sehingga pendapatan petani pun meningkat. Kandang domba pada umumnya berbentuk kandang panggung, dimana kotoran akan langsung jatuh ke tanah. Kebanyakan kandang berbentuk kandang kelompok atau tidak disekat per satu ekor domba. Biasanya disekat berdasarkan jenis kelamin yaitu betina dikumpulkan jadi satu dan terpisah dengan jantan. Disamping penguasaan terhadap sumberdaya lahan, petani di Kabupaten Bogor juga memiliki sumberdaya lain yaitu ternak domba itu sendiri. Rata-rata kepemilikan ternak domba rumahtangga petani kredit maupun petani non kredit relatif sama yaitu 2.2 ekor domba. Rata-rata kepemilikan ini tidak jauh berbeda dengan rata-rata kepemilikan ternak domba di Majalengka seperti yang dilaporkan Mahendri et al. (2005) dan Diwyanto et al. (2005). Dengan melihat kepemilikan lahan kandang yang cukup besar bagi petani penerima kredit dan jumlah ternak yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan petani non kredit memberi peluang bagi petani kredit untuk memperoleh tambahan berupa kredit domba dari pemerintah. Penguasaan sumberdaya lainnya adalah keterampilan petani dalam usaha pertanian. Keterampilan petani diukur dengan variabel pengalaman petani dalam mengusahakan ternak domba sehari-hari. Secara umum dalam penelitian ini, diperoleh bahwa pengalaman usaha domba petani kredit lebih lama dibandingkan dengan petani non kredit yaitu dan tahun. Dapat dinyatakan bahwa hampir separuh hidupnya petani sudah mengelola usaha ternak domba. Keadaan

12 55 ini terjadi karena usaha pertanian di masyarakat Indonesia memang tidak terlepas dari usaha ternak sebagai tabungan atau usaha sampingan Produksi Usaha domba yang dipelihara di Kabupaten Bogor sebagian besar ditujukan untuk usaha pembibitan. Dengan demikian produksi yang dimaksud disini adalah produksi ternak yang dihasilkan selama dua tahun terakhir dan kemudian dirata-ratakan dalam satu tahun. Produksi ternak dihitung selama dua tahun karena ternak domba tidak bisa berproduksi setiap hari tetapi umumnya tiga kali dalam waktu dua tahun (Johnston, 1983). Produksi, dan mutasi ternak domba selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-Rata Mutasi Ternak Domba Selama Satu Tahun Mutasi Ternak Petani Kredit Petani Non Kredit Jumlah ternak sendiri (ekor) Jumlah kredit ternak/gaduhan (ekor) Produksi (ekor) Seks rasio betina terhadap jantan Kematian ternak (persen) Ternak majir (persen) Penjualan ternak (ekor) Aset domba jantan (ekor) Aset domba betina (ekor) Persentase ternak betina (persen) Produksi ternak domba yang dihasilkan per tahun oleh petani kredit relatif lebih tinggi dibandingkan dengan petani non kredit. Hal ini karena bakalan ternak yang dimiliki oleh petani kredit lebih banyak dengan adanya tambahan kredit domba dari pemerintah maupun tambahan gaduhan dari petani lain. Persentase ternak betina dari total ternak yang dimiliki masing-masing untuk penerima kredit

13 56 dan petani non penerima kredit adalah dan persen. Artinya bahwa jumlah ternak betina yang dimiliki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ternak jantan. Dengan demikian peluang untuk berproduksi akan lebih banyak pada petani penerima kredit domba. Namun, kondisi ini belum tentu memberikan tingkat penerimaan yang lebih besar pada petani penerima kredit karena nilai jual ternak jantan di pasaran cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ternak betina. Pada kondisi normal harga domba dara dapat mencapai 400 hingga 500 ribu rupiah per ekor, sedangkan domba jantan bisa mencapai 600 hingga 700 ribu rupiah per ekor. Tingkat kematian domba yang dimiliki petani penerima kredit lebih tinggi dibandingkan petani non kredit. Hal ini terutama dari ternak kredit akibat stres selama pengangkutan dari tempat membeli ke petani kredit. Walaupun tingkat kematiannya tinggi, namun jumlah penjualan ternak dan sisa ternak tidak terjual (aset ternak) yang dimiliki petani kredit masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan ternak milik petani non kredit. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada peluang untuk berproduksi sehingga keberlanjutan usaha ternak domba dapat dipertahankan. Selain dalam bentuk produksi anak, pemeliharaan ternak domba juga menghasilkan produk lain yaitu berupa kotoran. Kotoran domba baru diangkat dari kandang setiap tiga sampai empat bulan sekali bahkan ada petani yang baru membersihkan kotoran domba enam bulan sekali. Biasanya kotoran tersebut dibawa ke sawah untuk digunakan sendiri bagi petani yang memiliki lahan, tapi bagi yang tidak memiliki lahan, kotoran tersebut dijual. Jumlah ternak domba yang dipelihara dan produksinya akan memberi pengaruh terhadap produksi

14 57 kotoran ternak tersebut. Semakin banyak ternak yang dipelihara semakin banyak produksi kotorannya. Pada penelitian ini, rata-rata produksi kotoran ternak domba kg/tahun pada petani kredit dan kg/tahun pada petani non kredit Curahan Waktu Kerja Keluarga Penggunaan tenaga kerja keluarga dialokasikan untuk usaha on farm, off farm, non farm, usaha ternak selain domba dan usaha perikanan. Usaha on farm dalam penelitian ini adalah usaha produksi tanaman pangan yang dihasilkan dari lahan sendiri maupun lahan garapan seperti tanaman padi, ubi-ubian, dan sayursayuran. Mengingat sebagian besar petani juga menjadi buruh tani maka diklasifikasikan sebagai usaha off farm. Usaha non farm sendiri meliputi usaha dagang, ojek maupun buruh bangunan yang memang sebagian besar menjadi usaha sambilan petani. Penggunaan tenaga kerja keluarga merupakan penggunaan seluruh tenaga anggota keluarga yang bekerja yaitu tenaga kerja laki-laki, perempuan dan anak-anak dengan perhitungan jumlah jam kerja dalam setahun. Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata curahan waktu kerja keluarga untuk usaha domba bagi petani kredit relatif lebih tinggi dibandingkan dengan petani non kredit. Hal ini diduga berkaitan dengan adanya program kredit domba dari pemerintah sehingga ada tambahan jam kerja keluarga yang dicurahkan. Sebaliknya, curahan tenaga kerja keluarga di luar usaha domba bagi petani penerima kredit lebih rendah dibandingkan petani non kredit. Berdasarkan Tabel 15 terlihat juga bahwa curahan waktu kerja keluarga petani kredit, persennya dicurahkan untuk usaha ternak domba. Sementara itu bagi petani non kredit, curahan waktu kerja untuk usaha domba hanya mencapai persen. Hal ini terkait dengan jumlah domba yang dipelihara.

15 58 Untuk usaha di luar usaha domba, curahan waktu kerja terbesar dicurahkan untuk usaha off farm, kemudian non farm dan on farm bagi petani kredit maupun petani non kredit. Tabel 15. Rata-rata Curahan Waktu Kerja Keluarga Petani Penerima dan Non Penerima Kredit Domba (jam/tahun) Curahan TK Keluarga Petani Kredit Petani Non Kredit 1. Usaha ternak domba (24.55%) (22.59%) 2. Usaha ternak selain domba (1.86%) (1.61%) 3. Usaha on farm (14.74%) (6.78%) 4. Usaha off farm (60.00%) (68.89%) 5. Usaha non-farm (23.40%) (22.72%) 6. Total curahan waktu di luar usaha domba (75.45) (77.41) 7. Total curahan waktu kerja (100%) (100%) Teori ekonomi menunjukkan bahwa jumlah jam kerja yang dicurahkan rumahtangga dipengaruhi oleh besarnya upah tenaga kerja yang diterima. Semakin tinggi upah tenaga kerja, akan mendorong rumahtangga untuk bekerja lebih lama, sehingga pendapatannya meningkat. Jumlah jam kerja yang dicurahkan seseorang pada suatu produksi juga dipengaruhi oleh produktivitasnya, sehingga semakin tinggi produktivitas seseorang semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proses produksi (Priyanti, 2007). Berdasarkan perhitungan pendapatan total rumahtangga petani, maka produktivitas total tenaga kerja keluarga dalam setahun memberikan nilai masingmasing sebesar Rp dan Rp per jam bagi petani kredit dan non kredit. Petani non kredit lebih produktif menggunakan waktunya untuk usaha domba dibandingkan dengan petani kredit. Hal ini terlihat dari nilai produktifitas

16 59 petani kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan petani non kredit yaitu masing-masing Rp dan Rp per jam Pendapatan Pendapatan total rumahtangga petani diperoleh dari total pendapatan pada usaha on farm, off farm, non farm, usaha ternak domba dan selain domba serta pendapatan lain seperti dari kiriman anak. Pendapatan masing-masing usaha dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-rata Pendapatan Rumahtangga Petani Penerima dan Non Penerima Kredit Domba (Rp/tahun) Pendapatan Keluarga Petani Kredit Petani Non Kredit 1. Usaha on farm (33.94%) (14.25%) 2. Usaha ternak lain (0.81%) (0.50%) 3. Usaha perikanan (2.60%) (3.55%) 4. Usaha off farm (33.86%) (51.70%) 5. Usaha non farm (25.40%) (25.21%) 6. Pendapatan lain (3.39%) (4.79%) 7. Total pendapatan di (92.32%) (92.36%) luar usaha domba 8. Usaha ternak domba (7.68%) (9.68%) Total pendapatan (100%) (100%) Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa rata-rata pendapatan total rumahtangga penerima kredit relatif lebih besar dibandingkan dengan petani non kredit yaitu masing-masing Rp dan Rp per tahun. Pada petani kredit, hanya 7.68 persen pendapatan diperoleh dari usaha domba, sedangkan pada petani non kredit kontribusi pendapatan usaha domba relatif lebih tinggi yaitu 9.68 persen. Kontribusi ini masih lebih rendah dari hasil pengamatan Karo-Karo et al. (1994) yang mencatat kontribusi domba persilangan di Sumatera

17 60 Utara mencapai 10.2 persen dari total pendapatan. Priyanti et al. (1990) mencatat kontribusi domba sebesar persen dari total pendapatan. Pendapatan usaha lain pada petani penerima kredit dikontribusi terbesar dari usaha on farm, off farm, dan usaha non farm. Sebaliknya pada petani non kredit kontribusi terbesar dari usaha off farm, non farm dan on farm. Pendapatan dari usaha domba sendiri diperoleh dari selisih antara penerimaan dari usaha domba dengan biaya produksi usaha domba. Penerimaan dari usaha domba diperoleh dari penerimaan dari domba dan kotoran domba. Sementara itu, biaya produksi usaha ternak terdiri dari biaya input pakan, bibit, penyusutan kandang, biaya obat-obatan dan cicilan ternak. Rata-rata penerimaan dan biaya produksi usaha ternak domba disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Rata-Rata Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Usaha Domba Petani Penerima dan Non Penerima Kredit Domba (Rp/tahun) Uraian Petani Kredit Petani Non Kredit 1. Penerimaan a. Ternak domba b. Kotoran domba Total biaya produksi (100%) (100%) a. Bibit (6.24%) (34.50%) b. Biaya pakan (52.39%) (56.51%) c. Penyusutan kandang (3.75%) (7.70%) c. Biaya obat-obatan (0.58%) (1.29%) d. Cicilan (37.04%) - 3. Pendapatan Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa biaya produksi total petani penerima kredit relatif lebih besar yaitu Rp per tahun dibandingkan dengan petani non kredit yang hanya mencapai Rp per tahun. Hal ini seiring populasi ternak yang lebih besar dengan adanya tambahan jumlah ternak domba akibat

18 61 program kredit. Biaya produksi terbesar terletak pada komponen biaya pakan yaitu masing-masing dan persen bagi usaha ternak petani kredit dan non kredit domba. Kenyataan di lapangan bahwa pakan domba berupa rumput diperoleh dengan tidak membeli melainkan mencari di persawahan, gunung maupun di pinggir sungai. Namun demikian, seiring dengan peningkatan konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian menyebabkan berkurangnya lahan untuk tanaman rumput sehingga pada akhirnya rumput akan menjadi barang ekonomis. Oleh karena itu dalam penelitian pakan rumput dinilai dengan uang dimana nilainya diperoleh dari rata-rata pengeluaran untuk membayar orang mencari rumput per kilogramnya Pengeluaran Struktur pengeluaran rumahtangga petani terdiri atas pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non pangan. Pengeluaran non pangan sendiri meliputi pengeluaran kebutuhan sehari-hari di luar makan, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan pembayaran listrik. Rata-rata pengeluaran untuk pangan dan non pangan disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-rata Pengeluaran Rumahtangga Petani Penerima dan Non Penerima Kredit Domba (Rp/tahun) Uraian Petani Kredit Petani Non Kredit Konsumsi 1. Pangan (73.52%) (74.30%) 2. Non pangan (26.48%) (25.70%) Total konsumsi (100%) (100%)

19 62 Berdasarkan Tabel 18 diperoleh bahwa pengeluaran rutin terbesar yang harus dibayarkan rumahtangga petani adalah konsumsi untuk pangan yaitu masing-masing bagi petani kredit dan non kredit sebesar Rp dan Rp per tahun dari total pengeluaran. Sebagian besar pengeluaran untuk pangan dibeli dari pasar, hanya sebagian kecil disediakan dari usahataninya. Petani kredit membayarkan rata-rata pengeluaran untuk konsumsi pangan dalam setahun relatif lebih tinggi dibandingkan petani non kredit. Hal ini karena jumlah tanggungan keluarga petani kredit lebih tinggi walaupun jumlah ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan petani non kredit. Namun jika dilihat dari proporsi pengeluaran non pangan, petani kredit memiliki porsi pengeluaran untuk non pangan yang lebih tinggi yaitu persen dari total pengeluarannya. Sebaliknya petani non kredit hanya persen proporsi pengeluaran untuk non pangan. Kemungkinan hal ini karena jumlah pendapatan rumahtangga yang diterima petani penerima kredit lebih tinggi dibandingkan dengan petani non kredit (Tabel 16) Deskripsi Skema Kredit Domba Selama ini subsektor peternakan banyak dibiayai kredit program yang disalurkan oleh bank pelaksana dalam bentuk uang. Namun demikian, seringkali kredit yang diterima tidak digunakan untuk tujuan semula atau hanya sebagian yang digunakan untuk usahanya dan sisanya digunakan untuk konsumsi rumahtangga. Hal ini mendorong Pemerintah untuk memberikan kredit dalam bentuk natura/ternak. Melalui Gerakan Masyarakat Mandiri (GMM), Pemerintah Kabupaten Bogor memberikan kredit domba kepada petani dengan tujuan mempercepat pengembangan dan pemerataan pemilikan ternak khususnya ternak

20 63 domba, serta secara khusus bertujuan untuk meningkatkan populasi dan produksi hasil ternak domba. Selain itu juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani ternak. Kredit ternak domba di Kabupaten Bogor diberikan dengan sistem bergulir artinya petani menerima ternak domba dari pemerintah kemudian mengembalikannya juga dalam bentuk ternak domba untuk digulirkan kembali ke petani lainnya. Demikian seterusnya sehingga ternak pemerintah akan bergulir tiada henti untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bawah pengelolaan administrasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Mekanisme Penyaluran Kredit Domba Mekanisme dan pola perguliran kredit domba didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertanian No 146/Kpts/HK.050/2/1993 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Penyebaran Ternak Pemerintah dan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Peternakan No 50/HK.050/Kpts/1293 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyebaran dan Pengembangan Ternak Pemerintah. Dalam satu paket kredit ditentukan jenis ternak, jumlah, jenis kelamin, umur dan standar teknis lainnya meliputi tinggi, bobot hidup dan lainnya. Pemilihan komoditas, lokasi maupun pasar dari kredit didasarkan pada permohonan petani dan kemampuan pasar dalam pembinaan kelompok pada sistem agribisnis. Lokasi diseleksi berdasarkan tata ruang dan teknis peternakan. Sementara itu, calon penggaduh diseleksi pengetahuan dan kesiapan teknis lapangan, sikap mental dan tingkat kemajuan ekonomi. Paket kredit yang diberikan berjumlah tiga sampai lima ekor dengan perbandingan satu ekor jantan dan sisanya ternak betina. Spesifikasi ternak domba yang diberikan adalah jenis domba Garut yang sudah berumur 8-10 bulan (bobot hidup kg) untuk ternak betina dan bulan

21 64 (bobot hidup kg) untuk ternak jantan. Selain itu juga terdapat substansi tambahan berupa bantuan kandang, bibit rumput ataupun pakan ternak domba. Berdasarkan ketentuan atau dasar hukum tersebut, maka Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor juga menetapkan pedoman khusus perguliran ternak pemerintah di Kabupaten Bogor melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Nomor 524/SK/3043-PROD. Pedoman ini ditujukan untuk menyesuaikan ketentuan pusat tentang pengelolaan ternak dengan kondisi lapangan di daerah Kabupaten Bogor. Dalam pedoman ini beberapa hal yang diputuskan antara lain: (a) lokasi dan peternak penerima kredit ditetapkan dengan Surat Keputusan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, (2) calon penerima hasil perguliran sudah diseleksi dan ditetapkan sehingga calon ini dapat mengontrol penerima kredit ternak pokok sebelumnya, (3) setoran ternak secara administratif tetap dilakukan penerima kredit kepada pemberi kredit, walaupun secara teknis di lapangan setoran dapat langsung diberikan ke calon penerima hasil revolving yang telah ditetapkan pada poin dua. Sistem pengembalian kredit domba didasarkan pada ketentuan pemerintah yaitu petani wajib mengembalikan satu ekor domba jantan dan dua ekor domba betina turunannya untuk setiap satu ekor domba jantan dan betina yang diterima. Waktu pengembalian kredit ditentukan selama dua tahun sejak kredit domba diterima. Ukuran domba yang dikembalikan sebesar domba yang diterima semula untuk disalurkan kembali ke peternak lain (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2006). Tata cara perguliran kredit domba adalah sebagai berikut: (1) Kepala Desa diketahui Camat dan Kepala UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan

22 65 setempat mengusulkan calon penerima kredit ternak kepada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, (2) usulan tersebut disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan kepada Kepala Unit Pelayanan dan Pengembangan (UPP) untuk dilakukan seleksi, (3) hasil seleksi disampaikan Kepala UPP kembali ke Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan untuk diterbitkan Keputusan tentang kelompok penerima kredit, (4) kredit diberikan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan kepada UPP untuk disalurkan ke penerima kredit (Gambar 9). Permohonan tertulis Seleksi Ditolak Diterima Diganti calon lain Pelatihan/ penyuluhan Redistribusi Surat perjanjian + dropping ternak dari dinas melalui UPP Budidaya ternak induk/pejantan Boleh mengajukan kembali Kejadian tidak disengaja/bencana alam Dihapus Setor keturunan Kejadian disengaja/dijual /dipotong Mengganti Lunas Gambar 9. Skema Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor

23 66 Prosedur pemberian kredit dilakukan secara selektif untuk menghindari salah sasaran dan salah penggunaan kredit. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko ketidakmampuan dalam pengembaliannya. Dalam proses seleksi, lembaga pembiayaan formal menerapkan beberapa indikator kelayakan agar peminjam mampu dan mau membayar pinjaman sesuai waktu yang telah disepakati. Tassel (1999) yang mempelajari kontrak pinjaman joint liability (tanggung jawab bersama) sebagai bagian dari mekanisme seleksi, menyatakan bahwa di bawah informasi tidak sempurna, pemberi pinjaman mampu menggunakan joint liability sebagai alat seleksi. Setelah penerima kredit domba ditetapkan, maka setiap anggota wajib mengikuti pelatihan/penyuluhan terutama mengenai usaha yang dijalankannya. Kegiatan ini juga sangat penting untuk meningkatkan kesadaran peternak akan kewajiban atas kredit yang diterimanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani yang menerima kredit tidak diseleksi dengan baik kesiapannya secara teknis di lapangan. Petani yang tidak sedang memelihara domba maupun petani yang tidak memiliki pengetahuan memelihara domba, tetap berkesempatan menerima kredit domba. Disamping itu, kelompok yang dibentuk pada awal pengajuan kredit dalam perjalanannya menjadi tidak utuh seperti semula. Hal ini karena ketika kredit domba sudah diterima, petani yang sudah menjadi anggota kelompok seringkali menolak kredit dan melimpahkannya kepada petani di luar kelompok atau petani sering membagi paket kreditnya dengan petani di luar kelompok. Selain persyaratan aplikasi, terdapat unsur insentif dan sangsi yang diterapkan kepada peternak yang akan mengakses kredit. Insentif merupakan sesuatu hal yang mengikat peminjam untuk bertanggung jawab membayar

24 67 kembali pinjaman tepat waktu. Bentuk insentif yang umum berlaku adalah: (1) peternak dapat meminjam kembali, (2) besar kredit dapat ditambah, (3) insentif pemotongan tingkat bunga kredit, dan (4) insentif berupa souvenir, hadiah dan lainnya. Menurut Braverman dan Guasch (1986), kegagalan kredit program atau kredit bersubsidi salah satunya karena kurangnya insentif diantara institusi. Insentif yang diberlakukan dalam penelitian ini adalah petani mendapat kesempatan memperoleh kembali kredit domba jika usahanya berjalan lancar. Sementara itu, sangsi adalah upaya yang dilakukan lembaga pembiayaan dalam rangka mengurangi potensi menunggak. Jenis sangsi yang diberlakukan lembaga pemberi pinjaman berupa: (1) peringatan, (2) penagihan secara terus menerus, (3) pencabutan kredit, dan (4) hilangnya hak untuk menerima kredit di masa mendatang. Jika kredit telah dicairkan, maka lembaga pemberi kredit sebaiknya melakukan pembinaan dan pengawasan (monitoring) secara tertib. Hal ini penting guna memberi masukan secara dini atas kemungkinan terjadinya kredit macet. Hal senada juga diungkapkan Ssenyonga (2004) bahwa kelemahan kredit program selama ini tidak semata-mata pada konsep dan landasannya, tetapi juga kekurangan perencanaan. Dengan demikian perlu perbaikan jasa penyuluhan dalam rancangan, penyaluran, pengawasan, penyebaran informasi serta cara dan ketepatan sistem penagihan. Dalam penelitian, sangsi yang diberlakukan pemerintah kepada petani yang menunggak kredit adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh kredit domba di masa mendatang. Pada pinjaman dalam bentuk kelompok (group lending), mekanisme monitoring lebih mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan kelompok itu sendiri. Anggota kelompok saling memonitor pelaksanaan usaha satu sama lain

25 68 yang mendapatkan kredit dan jika kewajiban membayar kembali tidak dapat dilakukan maka kewajiban tersebut akan menjadi tanggung jawab kelompok (Stiglitz, 1990). Lebih lanjut Huppi dan Feder (1990) menyatakan bahwa skema pinjaman kelompok sangat berperan dalam keberhasilan pinjaman kredit yaitu: (1) meningkatkan informasi tentang peminjam, (2) tanggung jawab bersama dapat memperbaiki tingkat repayment, dan (3) mengurangi biaya transaksi kredit. Penundaan kredit untuk semua anggota kelompok adalah cara pemaksaan tanggung jawab kelompok yang paling efektif dan biaya murah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok yang dibentuk belum mampu melaksanakan perannya sebagai alat monitoring. Kelompok hanya sebagai formalitas untuk memperoleh kredit domba. Tujuan pengajuan kredit dalam bentuk kelompok adalah diharapkan pengelolaan domba pun secara berkelompok sehingga hasilnya akan lebih terlihat. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa domba dibawa pulang dan dipelihara oleh masing-masing kelompok, sehingga tanggung jawab pun tidak secara kelompok Peluang Mendapatkan Kredit Domba Pada tahun 1997 hingga 2004 jenis ternak yang telah digulirkan pemerintah meliputi ayam buras ekor, sapi potong 97 ekor, sapi perah 4 ekor, kambing Peranakan Etawah (PE) 670 ekor, kelinci ekor, itik ekor, dan ternak domba ekor. Jumlah total populasi tersebut sudah termasuk jantan dan betina baik ternak pokok dari pemerintah maupun ternak revolving (ternak hasil penarikan dari peternak yang mendapat kredit ternak pokok awal). Perguliran ternak tersebar di dua puluh tujuh kecamatan di Kabupaten Bogor seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19.

26 69 Tabel 19. Kredit Beberapa Jenis Ternak dari Pemerintah di Kabupaten Bogor Selama Periode (ekor) Jenis Ternak Tahun Kecamatan Jumlah Jantan Betina Total Ayam buras 1997 Gunungsindur Leuwiliang Cisarua, Leuwiliang Total Sapi potong 1997 Jonggol Rumpin, Cibinong, Cigudeg Jasinga Total Sapi perah 2000 Cisarua Cisarua Total Kambing PE 1997 Pamijahan, Ciampea, Rumpin Bojonggede Total Kelinci 2000 Cijeruk, Megamendung, Cisarua, Caringin, Ciawi 2001 Cisarua, Caringin Total Itik 2002 Cileungsi Cileungsi, Klapanunggal Ciampea Total Domba 1997 Pamijahan, Cibungbulang, Rumpin, Leuwiliang 1998 Pamijahan, Ciawi Pamijahan, Cibungbulang, Cigudeg, Jasinga 2000 Gunung Bunder 1, Cibungbulang, Rumpin, Leuwiliang, Cigudeg, Cijeruk, Caringin 2001 Pamijahan, Jonggol, Cigudeg, Jasinga Pamijahan, Leuwiliang, Jasinga, Parungpanjang, Tenjo 2003 Cariu, Ciseeng, Jasinga, Caringin, Cigudeg, Pamijahan 2004 Pamijahan, Cigudeg, Cisarua, Ciomas Total Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2004 Jumlah kredit ternak terbesar adalah jenis ternak domba dan sebagian besar digulirkan di wilayah Kecamatan Pamijahan. Hingga tahun 2005 jumlah

27 70 peternak yang mendapatkan kredit domba mencapai orang dan secara rinci ditunjukkan pada Tabel 20. Tabel 20. Populasi Peternak Yang Mendapatkan Kredit Domba di Kabupaten Bogor Tahun (Orang) No Kecamatan Desa Jumlah Kelompok Jumlah Peternak 1 Panijahan Cigudeg Cibungbulang Jasinga Leuwiliang Rumpin Jonggol Caringin Tenjo Parungpanjang Ciseeng Cisarua Ciomas Cijeruk Ciawi Cariu Sukajaya Megamendung Total Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2004 Peluang peternak mendapatkan kredit domba kenyataannya di lapangan tidak didasarkan pada seleksi, namun lebih didasarkan pada kedekatan dengan ketua kelompok. Kelompok ternak dibentuk secara mendadak dimana anggota kelompok ditentukan sendiri oleh ketua kelompok. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar petani tidak mengetahui dirinya masuk dalam kelompok tani, sehingga seringkali mereka juga tidak mengetahui adanya kegiatan kelompok. Selain itu, sebagian besar petani juga tidak mengetahui informasi

28 71 mengenai kredit domba, biasanya mereka baru mengetahuinya setelah ternak domba datang ke lokasi, dan kemudian baru berinisiatif mengajukan kredit. Kredit domba yang ditujukan bagi peternak domba sebagai tambahan modal usaha, ternyata tidak terlaksana karena sebagian besar kredit diberikan kepada petani yang tidak memiliki usaha domba. Sementara itu petani yang telah memelihara ternak domba sebagian besar tidak terlalu menginginkan kredit domba tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya jumlah tenaga kerja untuk mencari pakan ternak/rumput. Mereka sudah merasa nyaman dengan jumlah ternak yang dimiliki saat ini. Disamping itu, mereka berpendapat bahwa jumlah dan waktu pengembalian kredit relatif menyulitkan ditambah dengan input domba yang relatif kurang bagus baik dari segi umur maupun jenisnya. Tingkat pengembalian kredit turut menjadi faktor penentu peluang petani mendapatkan kredit. Petani yang anggota kelompoknya memiliki tingkat pengembalian kredit yang rendah cenderung tidak dipercaya lagi untuk disalurkan kredit domba berikutnya, tidak hanya bagi petani yang tidak melunasi kredit tetapi juga berimbas pada seluruh anggota kelompok. Oleh karena itu, seringkali pengembangan usaha domba tidak berlanjut akibat tingkat pengembalian yang rendah sehingga petani di sekitar tidak berkesempatan menerima kredit perguliran.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENYEBARAN, PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN TERNAK MILIK PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. Mengingat

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 204.468 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 134 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18 0-6º47 10 Lintang Selatan dan 106º 23 45-107º 13 30 Bujur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian. V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK Deskripsi statistik rumahtangga petani dilakukan pada peubah-peubah yang digunakan dalam model ekonometrika, sehingga dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rata-rata laju pertumbuhan populasi ternak unggas selama enam tahun dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan peningkatan, diantaranya ternak ayam ras petelur dan pedaging

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sumber produksi daging

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT POLA PENGEMBANGAN DAN MEKANISME PENGELOLAAN TERNAK PEMERINTAH DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. Mengingat NOMOR 11 TAHUN 2010

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 No. 33/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI BANTEN TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang

GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang GAMBARAN UMUM PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum penelitian yang dilihat dari gambaran umum Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor yang merupakan kawasan agropolitan zona satu dilihat dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Purbolinggo sebelum pemekaran kabupaten,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki 15 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kendal, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi kambing Jawarandu yang tinggi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan

Lebih terperinci