SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN MATRIKS SELULOSA NATA DE COCO DAN NATRIUM ALGINAT SUGANDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN MATRIKS SELULOSA NATA DE COCO DAN NATRIUM ALGINAT SUGANDI"

Transkripsi

1 SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN MATRIKS SELULOSA NATA DE COCO DAN NATRIUM ALGINAT SUGANDI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Telur Ayam dengan Matriks Selulosa Nata De Coco dan Natrium Alginat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Sugandi NIM G

4 ABSTRAK SUGANDI. Sintesis Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Telur Ayam dengan Matriks Selulosa Nata De Coco dan Natrium Alginat. Dibimbing oleh KIAGUS DAHLAN dan SETIA UTAMI DEWI. Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis hidroksiapatit berpori dari cangkang telur ayam dengan matriks selulosa nata de coco dan Na-alginat. Metode yang digunakan untuk sintesis serbuk HAp adalah presipitasi wise drop, sedangkan untuk sintesis komposit HAp/selulosa dan HAp/alginat digunakan metode cellulose immersion dan phase separation. Produk yang dihasilkan adalah serbuk HAp, komposit HAp/alginat berbentuk scaffold, dan HAp/selulosa berbentuk lembaran. Pencirian menggunakan XRD menghasilkan pola difraksi yang mengindikasikan fasa HAp dengan derajat kristalinitas di atas 80% untuk serbuk HAp dan di atas 50% untuk komposit HAp/selulosa. Pencirian menggunakan FTIR menghasilkan spektra serapan gugus-gugus penyusun senyawa HAp dan senyawa komposit HAp/alginat. Hasil pemindaian menggunakan SEM menunjukkan bahwa komposit HAp/alginat memiliki struktur porositas yang cukup teratur dengan ukuran yang bervariasi mulai dari 93 μm hingga 182 μm. Analisis EDX menghasilkan spektrum kandungan unsur yang terdapat di dalam komposit. Rasio Ca/P berdasarkan persentase massa pada hasil analisis EDX untuk komposit HAp/alginat diperoleh sebesar 1.84 dan 1.86, sedangkan untuk HAp/selulosa diperoleh sebesar 1.43 dan Komposit HAp/alginat memiliki rasio Ca/P lebih besar disebabkan karena pengaruh CaCl 2 yang digunakan sebagai crosslink agent. Kata kunci: hidroksiapatit bepori, komposit, Na-alginat, selulosa nata de coco. ABSTRACT SUGANDI. Synthesis of Porous Hydroxyapatite From Hen Eggshell with Nata De Coco Cellulose and Sodium Alginate Matrix. Supervised by KIAGUS DAHLAN dan SETIA UTAMI DEWI. This research has been done on the synthesis of porous hydroxyapatite from hen eggshells with nata de coco cellulose and Na-alginate matrix. The method used for synthesis of HAp powder is wise drop precipitation, whereas for synthesis of HAp/cellulose and HAp/alginate composites, cellulose immersion and phase separation method were used. The products are HAp powder, scaffold shaped HAp/alginate, and sheet shaped HAp/cellulose composites. XRD characterization results have shown a diffarction pattern that indicated HAp phase with degree of crystallinity more than 80% for HAp powder and more than 50% for composite of HAp/cellulose. FTIR characterization results have shown an absorption spectral clusters of constituent HAp compound and composite of HAp/algiate compound. Scan results using SEM showed that composite of HAp/alginate has porosity structure with enough regularity and size variation start from 93 μm until 182 μm. EDX analysis produced a spectrum of element which present in the composites. The Ca/P ratios based on mass percentage from EDX analysis of HAp/alginate composite are 1.84 and 1.86, while for HAp/cellulose composite are 1.43 and The used of CaCl 2 as corsslink agent were thought to be the factor that increase the Ca/P ratio in HAp/alginate composite. Keywords: porous hydroxyapatite, composite, Na-alginate, nata de coco cellulose.

5 SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN MATRIKS SELULOSA NATA DE COCO DAN NATRIUM ALGINAT SUGANDI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Sintesis Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Telur Ayam dengan Matriks Selulosa Nata De Coco dan Natrium Alginat Nama : Sugandi NIM : G Disetujui oleh Dr. Kiagus Dahlan Pembimbing I Setia Utami Dewi, S.Si., M.Si. Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si. Ketua Departemen Fisika Tanggal Lulus:

8

9 PRAKATA بسمااللهالرحمنالرحيم Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Sintesis Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Telur Ayam dengan Matriks Selulosa Nata De Coco dan Natrium Alginat. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berjalan lancar, sekiranya tidak ada dorongan motivasi pihak lain. Sehingga dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda (alm.) dan Ibunda, adik-adik dan kakak-kakak yang selalu menjadi pengingat dan mengingatkan penulis untuk tetap bersemangat. 2. Bapak Kiagus Dahlan dan Ibu Setia Utami Dewi selaku pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, masukan, dan saran-saran pada penulis selama penenelitian. 3. Bapak Sidikrubadi Pramudito selaku penguji yang telah memberikan motivasi, saran, dan kritiknya. 4. Bapak Tony Sumaryada selaku editor yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 5. Seluruh dosen pengajar dan staff di Departemen Fisika FMIPA IPB atas pelayanannya selama studi. 6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atas dukungannya pada penulis melalui program beasiswa Bidikmisi. 7. Helda Astika Siregar selaku rekan penelitian atas kebersamaannya dalam melangsungkan kegiatan penelitian hingga selesai. 8. Rekan-rekan penelitian biomaterial khususnya dan umumnya seluruh mahasiswa Fisika 46, 47, dan 48 atas kebersamaannya selama studi. 9. Pengurus DKM Nurul Falah atas kesediaannya memberikan tempat tinggal pada penulis. 10. Semua pihak yang belum disebutkan atas dukungannya pada penulis baik moril maupun materil. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang biomaterial. Namun penulis juga menyadari bahwa hasil yang didapatkan masih perlu untuk disempurnakan. Bogor, Juli 2014 Sugandi

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE PENELITIAN 3 Bahan 3 Alat 3 Prosedur Penelitian 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Hasil 5 Kalsinasi Cangkang Telur 5 Sintesis Serbuk Hidroksiapatit 6 Sintesis Hidroksiapatit Berpori dengan Matriks Na-alginat 6 Sintesis Hidroksiapatit Berpori dengan Matriks Selulosa 7 Pembahasan 8 Serbuk Hidroksiapatit 8 Komposit HAp/alginat 12 Komposit HAp/Selulosa 16 SIMPULAN DAN SARAN 19 Simpulan 19 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 32

11 DAFTAR TABEL 1 Data hasil sintesis serbuk HAp 6 2 Parameter kisi HAp dan persentase ketepatannya 9 3 Ukuran kristalin dan derajat kristalinitas sampel HAp 10 4 Puncak serapan dan persentase transmisi spektra FTIR sampel HAp 11 5 Puncak serapan dan persentase transmisi spektrum FTIR Na-alginat 12 6 Puncak serapan dan persentase transmisi spektra FTIR HAp/alginat 14 7 Persentase massa unsur yang terkandung dalam komposit HAp/alginat 16 8 Persentase massa unsur yang terkandung dalam komposit HAp/selulosa 19 DAFTAR GAMBAR 1 Scaffold komposit HAp/alginat 7 2 Lembaran pelikel selulosa nata de coco dan komposit HAp/selulosa 7 3 Pola difraksi XRD sampel HAp 8 4 Spektra FTIR sampel HAp 11 5 Spektrum FTIR Na-alginat 12 6 Spektra FTIR komposit HAp/alginat 13 7 Hasil SEM komposit HAp/alginat 15 8 Pola difraksi XRD pelikel selulosa dan komposit HAp/selulosa 17 9 Hasil SEM komposit HAp/selulosa 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Diagram alir pelaksanaan penelitian 22 2 Bahan dan alat 23 3 Data joint commite on powder diffraction standards (JCPDS) 24 4 Menghitung parameter kisi dengan metode Cohen 25 5 Menentukan luas fasa total dan luas fasa kistalin 27 6 Gambar hasil scaning electron microscope (SEM) 29 7 Spektrum analisis energy disversive x-ray (EDX) 31

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan bidang biomaterial tulang menunjukkan kemajuan yang sangat pesat dalam 30 tahun terakhir seiring dengan kemajuan di bidang teknologi. Pemicu utama perkembangan ini adalah jumlah kecelakaan yang menimbulkan kerusakan tulang setiap tahunnya masih cukup tinggi. Tulang merupakan bagian penopang tubuh yang tersusun atas sel, mineral, dan matriks. 1 Secara alami, tulang memiliki kemampuan untuk mengalami proses remodeling, akan tetapi proses yang berlangsung cukup lama, sehingga pada berbagai kasus klinis sangat diperlukan transplantasi untuk merangsang proses remodeling yang lebih cepat. 2 Rekontruksi jaringan tulang melalui transplantasi dapat ditempuh dengan menggunakan graft tulang yang berasal dari tulang manusia (allograft/autograft) atau tulang hewan (xenograft) dan bahan sintetik lainnya seperti polimer, material logam, komposit, dan biokeramik dengan struktur yang menyerupai jaringan tulang. 3 Material untuk merangsang proses remodeling tulang yang paling populer adalah senyawa kalsium fosfat yang merupakan basis dari hidroksiapatit (HAp; Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ) dan tricalcium phosphate (TCP; Ca 3 (PO 4 ) 2 ). Komposisi kimia senyawa HAp memiliki kaitan yang erat dengan mineral tulang (calcium-deficient carbonated hydroxyapatite) yaitu memiliki rasio Ca/P sebesar Selain itu, HAp merupakan material yang memiliki sifat bioaktif, biokompatibel, dan osteokonduktif, serta mampu berikatan langsung dengan jaringan tulang. 1 Perbedaan utama antara HAp sintetik dengan mineral tulang terdapat pada derajat kristalinitas dan ukuran pori (kekosongan) yang menjadi pengaruh terhadap laju degradasi yang lebih rendah dibandingkan dengan mineral tulang. 4 Ukuran pori makro yang berada dalam rentang 150 μm hingga 300 μm diperlukan untuk merangsang pertumbuhan sel tulang (sel osteoblas), sedangkan ukuran pori mikro diperlukan agar jaringan tulang dapat berinteraksi dengan protein. 5 Hidroksiapatit yang dihasilkan dari suatu proses sintesis dapat berbentuk serbuk dan dapat pula berbentuk foam (matriks berpori). Saat ditransplantasi, HAp berpori memiliki ikatan yang kuat dengan jaringan tulang sehingga dapat mencegah pergeseran dan kehilangan implan yang sudah ditransplantasikan. 6 Selain itu, pori HAp yang dibentuk dapat berfungsi sebagai media pertumbuhan sel osteoblas sehingga dapat mempercepat proses remodeling tulang. 7 Pori-pori dalam HAp dapat dibentuk melalui berbagai metode dan bahan yang digunakan sebagai matriksnya. Metode yang pernah dilakukan diantaranya adalah metode replikasi polimer, gel casting (pembentukan gel), gas scaffolding (pembuatan scaffold dengan menggunakan gas), slip casting, fiber compacting (pemadatan serat), solid free form fabrication (pembentukan padatan bebas), dan freeze casting (pembekuan), sedangkan bahan matriks yang pernah digunakan diantaranya adalah polimer, keramik, logam, dan komposit-komposit lainnya. 6 Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis HAp berpori dari cangkang telur ayam dengan matriks selulosa nata de coco dan natrium alginat. Pemanfaatan cangkang telur ayam pada penelitian ini disebabkan karena cangkang telur ayam mengandung 94% senyawa kalsium karbonat (CaCO 3 ), 1% magnesium karbonat (MgCO 3 ), 1% kalsium fosfat (CaPO 4 ), dan 4% bahan organik. 8 Selain itu, data

14 2 Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan bahwa produksi telur ayam ras di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 1,139,946 ton, sehingga potensi limbah berupa cangkangnya diperkirakan adalah sebesar 113,994.6 ton. 9 Oleh karena itu proses pengolahan limbah cangkang telur harus terus dikembangkan agar memberikan manfaat yang lebih berarti dalam kehidupan. Penggunaan selulosa nata de coco dan Na-alginat sebagai matriks pada sintesis HAp berpori pada penelitian ini karena keduanya adalah polimer alam. selulosa nata de coco merupakan polimer alam yang memiliki struktur dan sifat fisik yang unik serta kemurnian yang lebih tinggi dibandingkan dengan selulosa tanaman lain, 10 sedangkan alginat merupakan salah satu senyawa yang banyak terkandung dalam jenis alga coklat (Phaeophyta) dan memiliki kemampuan untuk membentuk gel dan memiliki gugus karboksilat yang dapat terionisasi menjadi ion negatif dan bereaksi dengan ion-ion kalsium. 11 Metode yang digunakan dalam sintesis komposit HAp/selulosa dan komposit HAp/alginat pada penelitian ini adalah metode cellulose immersion dan metode phase separation. 12 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh matriks selulosa nata de coco dan Na-alginat terhadap pembentukan struktur porositas dan ukuran pori HAp? 2. Bagaimana pengaruh inkubasi dan pembekuan kering terhadap matriks selulosa nata de coco dan Na-alginat pada pembentukan HAp berpori? Tujuan Penelitian 1. Menyintesis HAp berpori dengan prekursor kalsium yang bersumber dari cangkang telur ayam dan prekursor fosfat dari diamonium hidrogen fosfat serta Na-alginat dan selulosa nata de coco sebagai matriksnya. 2. Mengidentifikasi karakter HAp berpori yang disebabkan oleh penggunaan selulosa nata de coco dan Na-alginat sebagai matriks. 3. Menghasilkan biokomposit HAp/alginat dan HAp/selulosa dengan struktur porositas dan ukuran pori yang sesuai dengan keperluan dalam merangsang remodeling tulang. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang medis sebagai material penunjang dalam aplikasi rekayasa jaringan serta bermanfaat bagi bidang-bidang pengembangan material yang berbasis selulosa nata de coco dan Na-alginat. Ruang Lingkup Penelitian Proses sintesis hidroksiapatit berpori dengan matriks selulosa nata de coco dan Na-alginat pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu kalsinasi

15 cangakang telur ayam, pemurnian pelikel selulosa nata de coco, pembuatan serbuk HAp dengan metode presipitasi wise drop, sintesis komposit HAp/alginat dan HAp/selulosa, Pencirian karakter sampel yang dihasilkan menggunakan XRD, FTIR dan SEM-EDX. 3 METODE PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan antara lain cangkang telur ayam, diamonium hydrogen phosphate (NH 4 ) 2 HPO 4, natrium alginat (C 6 H 7 O 6 Na), pelikel selulosa nata de coco, aquades, kalsium klorida (CaCl 2 ), natrium hidroksida (NaOH), dan asam asetat (CH 3 COOH). Alat Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, furnace, crussible, tabung Erlenmeyer, labu takar, selang suntik, corong, kertas saring, magnetic stirrer, multiwell plate 48-well, spatula, Freeze Dryer, X-ray diffractometer (XRD), fourier transform infrared spectrophotometrer (FTIR), dan scanning electron microscope energy disversive x-ray (SEM-EDX). Kalsinasi Cangkang Telur Prosedur Penelitian Preparasi cangkang telur meliputi proses pengumpulan, pembersihan, pengeringan, dan kalsinasi. Proses pembersihan cangkang telur merupakan upaya menghilangkan kotoran-kotoran makro yang menempel pada cangkang dan melepaskan membran bagian dalamnya. Proses kalsianasi dilakukan pada suhu 1000 ºC selama 5 jam dengan laju kenaikan suhu 5 o C/menit. Sintesis Serbuk Hidroksiapatit Serbuk HAp disintesis dengan metode presipitasi wise drop yaitu proses pencampuran larutan prekursor fosfat ke dalam suspensi kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) secara perlahan. 13 Kalsium oksida yang dihasilkan melalui proses kalsinasi cangkang telur ayam dibuat suspensi Ca(OH) 2 dan (NH 4 ) 2 HPO 4 dilarutkan dengan aquades. Perbandingan molaritas antara Ca dan P dibuat sebesar 1,67. Larutan (NH 4 ) 2 HPO 4 diteteskan ke dalam suspensi Ca(OH) 2 dengan laju 1 ml/menit sambil dilakukan stirring (pengadukan) menggunakan pemutar magnet dengan kecepatan 300 rpm hingga larutan (NH 4 ) 2 HPO 4 habis. Setelah larutan (NH 4 ) 2 HPO 4 tercampur seluruhnya, campuran tetap diaduk dengan kecepatan yang sama selama 60 menit kemudian campuran di-aging selama semalam. Endapan yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan alat vakum, kemudian dikeringkan dengan suhu 110 o C selama 3 jam. Proses sintering dilakukan pada suhu 900 o C selama 5 jam dengan laju kenaikan suhu sebesar 5 o C/menit. Proses sintesis serbuk HAp pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga

16 4 kali pengulangan untuk melihat konsistensi hasil yang didapatkan. Serbuk HAp yang dihasilkan kemudian dilakukan pencirian menggunakan XRD dan FTIR. Sintesis Hidroksiapatit Berpori dengan Matriks Na-Alginat Sintesis HAp berpori dengan matriks Na-alginat (HAp/alginat) dilakukan dengan metode phase separation. 4, 12 Tahap awal adalah membuat suspensi 1.40 gram serbuk HAp (70% dari komposit HAp/alginat) dalam 13 ml aquades dan diaduk menggunakan pemutar magnet dengan kecepatan 300 rpm selama 30 menit. Serbuk HAp yang digunakan merupakan hasil sintesis pada tahap sebelumnya. Serbuk Na-alginat sebanyak 0.60 gram (30% dari komposit HAp/alginat) dimasukan ke dalam suspensi HAp. Campuran antara suspensi HAp dan Na-alginat diaduk menggunakan pemutar magnet dengan kecepatan putar 300 rpm hingga tercampur sempurna. Larutan CaCl2 0,03 M sebanyak 2 ml ditambahkan ke dalam campuran HAp/alginat sebagai crosslink agent dan dilakukan pengadukan kembali hingga terbentuk gel. Gel HAp/alginat yang terbentuk kemudian dimasukan ke dalam multiwell plate 48-well dan didiamkan selama satu jam agar terjadi reaksi yang optimal. Proses quenching (Pembekuan) gel HAp/alginat dilakukan di dalam lemari pendingin selama 18 jam, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan beku menggunakan freeze dryer. Komposit HAp/alginat yang dihasilkan kemudian dilakukan pencirian karakter menggunakan FTIR dan SEM. Sintesis Hidroksiapatit Berpori dengan Matriks Selulosa Sintesis HAp berpori dengan matriks selulosa nata de coco (HAp/selulosa) dilakukan dengan metode cellulose immersion, dimana pelikel selulosa nata de coco direndam dalam suspensi HAp. Tahapan yang dilakukan yaitu memurnikan pelikel selulosa nata de coco dan membuat suspensi HAp dalam aquades. Pelikel selulosa nata de coco yang diperoleh dari produk kemasan dimurnikan dengan cara direndam dalam aquades selama 2 hari dengan penggantian aquades setiap 5 jam. Perendaman selanjutnya dilakukan dalam larutan NaOH 1M selama 120 menit, kemudian dinetralkan dengan asam asetat 1M selama 120 menit. Pada tahap perendaman ini menghasilkan produk berupa garam yang terdeposit di dalam pelikel, sehingga untuk menghilangkan garam tersebut pelikel selulosa nata de coco direndam kembali dalam aquades hingga ph netral dan tidak berbau. 14 Serbuk HAp yang dibuat suspensi merupakan hasil sintesis HAp dengan metode wise drop pada tahap sebelumnya. Serbuk HAp sebanyak 1 gram dibuat suspensi dalam aquades sebanyak 30 ml. Suspensi yang telah dibuat kemudian disonikasi sambil diaduk menggunakan pemutar magnet dengan kecepatan 150 rpm selama 30 menit. Pelikel selulosa nata de coco yang telah dimurnikan direndam dalam suspensi sambil dilakukan pengadukan menggunakan pemutar magnet dengan kecepatan 200 rpm selama 20 jam. Setelah mencapai 20 jam perendaman, pelikel diangkat dan diinkubasi untuk menghilangkan kadar airnya dengan suhu inkubator sebesar 50 o C. Komposit HAp/selulosa yang dihasilkan kemudian dilakukan pencirian menggunakan XRD dan SEM.

17 Pencirian Sampel Analisis Fasa (Pencirian Menggunakan XRD) Serbuk HAp dan komposit HAp/selulosa yang dihasilkan pada penelitian ini ditempatkan pada holder logam dan dicirikan pola difraksi sinar-x nya pada rentang 2θ 10 hingga 80 derajat. Pencirian ini dilakukan untuk mengidentifikasi fasa kristal yang terbentuk, menentukan parameter kisi dan ukuran kristal, serta menentukan derajat kristalinitas sampel. Hasil pencirian dicocokkan dengan data yang terdapat pada joint commite on powder diffraction standards (JCPDS). Spesifikasi alat XRD yang digunakan yaitu GBC EMMA N814. Analisis Gugus Fungsi (Pencirian Menggunakan FTIR) Serbuk HAp dan komposit HAp/alginat dicampur dengan KBr kemudian dibuat pellet. Selanjutnya pellet dimasukan ke dalam holder dan dilakukan pencirian menggunakan spektrometer FTIR untuk mengidentifikasi kandungan gugus fungsinya pada rentang bilangan gelombang 450 cm -1 hingga 4000 cm -1. Pencirian ini dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi senyawa yang terkandung di dalam sampel. Puncak serapan gugus fungsi yang teridentifikasi dibandingkan dengan puncak serapan tiap gugus fungsi senyawa pada literatur. Spesifikasi alat FTIR yang digunakan yaitu ABB MB3000. Analisis Morfologi (Pencirian Menggunakan SEM-EDX) Analisis morfologi sampel komposit HAp/alginat dan HAp/selulosa yang dihasilkan pada penelitian ini dilakukan dengan meggunakan scaning electron microscope - energy disversive x-ray (SEM-EDX). Pemindaian dilakukan dengan perbesaran 30x, 50x, 100x, 200x, 500x, 1000x, dan 2000x. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui struktur porositas dan ukuran pori yang terbentuk serta persentase unsur yang terkandung di dalam sampel baik dalam komposit HAp/selulosa maupun HAp/alginat. Spesifikasi alat SEM-EDX yang digunakan yaitu JEOL JED Kalsinasi Cangkang Telur HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Proses kalsinasi cangkang telur ayam merupakan tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini. Hasil yang diperoleh pada tahap ini berupa serbuk putih dengan kandungan senyawa kalsium oksida (CaO). CaO yang dihasilkan adalah produk dari peluruhan CaCO 3 yang merupakan senyawa yang terkandung paling besar di dalam cangkang telur ayam. Peluruhan tersebut terjadi karena proses pembakaran dengan suhu tinggi yang menyebabkan terlepasnya senyawa karbon. Reaksi peluruhan CaCO 3 menjadi CaO karena pembakaran dapat diilustrasikan dalam bentuk persamaan reaksi berikut. 13 CaCO 3(s) CaO (s) + CO 2(g) (1)

18 6 Efisiensi massa terbentuknya serbuk CaO pada proses ini adalah sebesar 53.55% dari jumlah massa cangkang telur ayam yang dikalsinasi. Efisiensi ini dihasilkan karena terurainya senyawa CaCO 3 seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi (1). Selain itu, senyawa MgCO 3 dan CaPO 4 serta bahan-bahan organik lainnya yang terkandung di dalam cangkang telur dalam jumlah kecil juga mengalami penguapan karena proses kalsinasi dengan suhu tinggi. Oleh karena itu, jumlah total pengurangan massa cangkang telur yang dikalsinasi mencapai persen. Pemanfaatan cangkang telur ayam sebagai sumber kalsium dalam sintesis HAp berpori dengan matriks selulosa nata de coco dan Na-alginat pada penelitian ini, selain karena kandungan terbesarnya adalah CaCO 3 juga karena hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa cangkang telur ayam merupakan sumber kalsium paling baik dalam sintesis HAp dibanding dengan sumber kalsium dari cangkang telur itik dan puyuh. 13 Sintesis Serbuk Hidroksiapatit Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berupa serbuk HAp yang disintesis dengan metode presipitasi wise drop. Pada penelitian ini telah dilakukan presipitasi sebanyak tiga pengulangan. Data yang diperoleh untuk masing-masing pengulangan dapat dilihat dalam Tabel 1. Berdasarkan persamaan reaksi yang terjadi antara suspensi Ca(OH) 2 dan larutan (NH 4 ) 2 HPO 4 menghasilkan produk berupa senyawa Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 dalam fasa padatan dan NH 4 OH serta H 2 O dalam fasa cairan. Oleh sebab itu, efisiensi massa rata-rata senyawa HAp yang dihasilkan dari ketiga sampel yang disintesis adalah sebesar 67.95%. Persamaan reaksi pembentukan senyawa HAp, secara kimia diilustrasikan pada persamaan reaksi berikut: 2 10Ca(OH) 2 + 6(NH 4 ) 2 HPO 4(s) + 2H 2 O (aq) Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2(s) + 12 NH 4 OH (aq) + 6H 2 O (aq) (2) Tabel 1 Data hasil sintesis serbuk HAp (a) sintesis ke-1, (b) sintesis ke-2, dan (c) sintesis ke-3 Sampel Massa (gram) CaO (NH 4 ) 2 HPO 4 Massa HAp (gram) Efisiensi massa (%) (a) (b) (c) Rata-rata Sintesis Hidroksiapatit Berpori dengan Matriks Na-Alginat Sintesis komposit HAp/Alginat dilakukan dengan metode phase separation yaitu memanfaatkan perubahan fase sampel untuk membentuk struktur porositas yang diinginkan. Komposit HAp/alginat dibuat dengan perbandingan 70/30 (b/b) sebagaimana zat penyusun tulang manusia yang terdiri atas 65% mineral apatit dan 33% matriksnya (komponen organik) serta 2% unsur pendukung lainnya. 15

19 Pada penelitian ini diperoleh komposit HAp/alginat dengan bentuk scaffold sesuai cetakan (multiwell plate) yang digunakan. Serbuk HAp yang digunakan berperan sebagai filler dengan fungsi memperkuat komposit. Scaffold sampel komposit HAp/alginat yang diperoleh pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1. 7 Gambar 1 Scaffold komposit HAp/alginat Berdasarkan Gambar 1, bentuk cetakan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap bentuk komposit yang dihasilkan, sehingga pemanfaatannya dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan. Pori yang didapatkan merupakan akibat dari proses yang terjadi pada saat pengeringan beku. Gel HAp/alginat yang telah dibekukan kemudian dipertahankan temperaturnya di bawah titik beku dan tekanan dibuat vakum sehingga menyebabkan terjadinya proses sublimasi. Proses sublimasi inilah yang kemudian menyebabkan butiran es di dalam sampel menguap dan meninggalkan bekas berupa pori. Komposit HAp/alginat yang dihasilkan kemudian dilakukan pencirian karakter menggunakan spektrometer FTIR dan SEM-EDX. Pencirian karakter menggunakan FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan gugus fungsi HAp dan Na-alginat, sedangkan pencirian menggunakan SEM-EDX dilakukan untuk melihat ukuran pori dan struktur porositas yang terbentuk serta persentase massa kandungan unsurnya. Sintesis Hidroksiapatit Berpori dengan Matriks Selulosa Proses sintesis HAp berpori dengan matriks selulosa nata de coco pada penelitian ini dilakukan dengan metode cellulose immersion yaitu perendaman pelikel selulosa nata de coco dalam suspensi HAp sambil dilakukan stirring. Tahap awal yang telah dilakukan menghasilkan pelikel selulosa nata de coco dengan ph netral dan tidak berbau. Hasil yang diperoleh pada tahap ini adalah komposit HAp/selulosa yang berbentuk lembaran tipis sebagaimana Gambar 2. Lembaran tipis yang dihasilkan merupakan pelikel selulosa nata de coco yang kadar airnya telah berkurang setelah proses inkubasi. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa kadar air rata-rata yang terkandung di dalam pelikel selulosa nata de coco adalah sebesar persen. 16 (a) (b) Gambar 2 Lembaran sampel yang dihasilkan: (a) pelikel selulosa nata de coco, (b) komposit HAp/selulosa

20 8 Serbuk Hidroksiapatit Pembahasan Serbuk HAp hasil presipitasi wise drop pada penelitian ini dilakukan Pencirian karakter menggunakan XRD untuk mengidentifikasi fasa yang terbentuk, menentukan parameter kisi dan ukuran kristalin serta menentukan derajat kristalinitas sampel. Identifikasi fasa sampel dilakukan dengan membandingkan pola difraksinya dengan database JCPDS nomor tentang calcium phosphate hydroxide. Pola difraksi sinar-x yang mengindikasikan fasa HAp pada database JCPDS ditunjukkan oleh adanya puncak-puncak yang tinggi pada sudut 2θ o, o, o, o, dan o dengan struktur kristal berbentuk heksagonal yang memiliki ukuran parameter kisi a = b = Å dan c = Å. Hasil pencirian terhadap sampel yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa pola difraksi sinar-x yang terbentuk hampir sama dengan pola difraksi sinar-x untuk fasa HAp pada database JCPDS (Lampiran 3). Gambar 3 menunjukkan pola difraksi sinar-x untuk sampel HAp hasil sintesis. 450 (211) (100) (200) (111) (002) (210) (102) (112) (300) (202) (301) (212) (310) (311) (400) (203) (222) (213) (410) (312) (321) (402) (004) (322) (313) (420) (214) (502) (304) (511) (520) (512) (432) (513) (522) (a) Intensitas (cacahan) (100) (101) (200) (111) (002) (210) (102) (112) (211) (300) (202) (301) (212) (310) (311) (400) (203) (222) (312) (213) (321) (410) (402) (004) (322) (313) (420) (214) (502) (304) (511) (520) (512) (432) (513) (522) (b) 400 (211) (100) (101) (200) (111) (002) (210) (102) (112) (300) (202) (301) (212) (310) θ (derajat) (312) (321) (214) (502) (304) Gambar 3 Pola XRD pada HAp yang dihasilkan pada: (a) sintesis ke-1, (b) sintesis ke-2, dan (c) sintesis ke-3 (311) (400) (203) (222) (213) (410) (402) (004) (322) (313) (420) (511) (520) (512) (432) (513) (522) (c)

21 Berdasarkan pola difraksi XRD pada Gambar 3, puncak intensitas difraksi sampel (a), (b), maupun (c) secara keseluruhan merupakan puncak intensitas fasa HAp. Pola difraksi sinar-x pada sampel (b) memiliki intensitas lebih rendah dibanding dengan intensitas Pola difraksi sinar-x pada dua sampel lainnya. Parameter kisi sampel HAp (a), (b), maupun (c) ditentukan berdasarkan metode Cohen untuk struktur kristal heksagonal (Lampiran 3). Hasil perhitungan parameter kisi sampel HAp pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 2. Ukuran kristalin HAp ditentukan berdasarkan persamaan Scherrer yang diilustrasikan pada Persamaan (3) dan dihitung hanya pada bidang (300) yang merupakan salah satu bidang fasa kristal HAp dengan puncak intensitas yang cukup tinggi. 4 Derajat kristalinitas (DK) HAp dihitung dengan membandingkan luas fasa kristalin (A FK ) dengan luas fasa total (A FT ) sebagaimana Persamaan (4). 17 Luas fasa kristalin dan fasa total merupakan perkalian nilai full width half maximum (FWHM) dengan tinggi puncak fasa (height) yang diperoleh dari software powder-x. Luas fasa kristalin diperoleh dengan menghilangkan background pola XRD dan dikurangi background amorf sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran 5. Ukuran kristalin dan derajat kristalinitas HAp yang dihasilkan ditunjukkan pada Tabel 3. Persamaan scherrer untuk menentukan ukuran kristalin : 4 (3) 9 Keterangan : D = ukuran kristalin (nm) λ = panjang gelombang sinar x (0.154 nm) β = FWHM (rad) θ = sudut difraksi (rad) Persamaan menentukan derajat kristalinitas : 17 (4) Keterangan : DK = derajat kristalinitas A FK = luas fasa kristalin (FWHM x Height) A FT = luas fasa total (FWHM x Height) Tabel 2 Parameter kisi HAp dan ketepatan (a) sintesis ke-1, (b) sintesis ke-2, dan (c) sintesis ke-3 Sampel Parameter kisi Ketepatan a = b (Å) c (Å) a = b (%) c (%) (a) (b) (c)

22 10 Tabel 3 Ukuran kristalin dan derajat kristalinitas HAp (a) sintesis ke-1, (b) sintesis ke-2, dan (c) sintesis ke-3 Sampel Ukuran Kristalin (nm) Bidang 300 Derajat Kristalinitas (%) (a) (b) (c) Berdasarkan pola XRD pada Gambar 3 dan hasil perhitungan ukuran kristalin dan derajat kristalinitas pada Tabel 3, maka terdapat korelasi antara intensitas pola difraksi sinar-x dengan ukuran kristalin, yaitu semakin tinggi puncak intensitas pola difraksinya, maka ukuran kristalin pada bidang yang sama juga semakin besar. Begitu pula dengan derajat kristalinitas, semakin tinggi intensitas pola difraksi, maka derajat kristalinitasnya semakin tinggi. Hal ini membuktikan bahwa derajat kristalinitas berbanding lurus dengan puncak intensitas pola difraksi dan ukuran kristalinnya. Sebagaimana dijelaskan pada hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran kristalin, maka semakin tinggi derajat kristalinitas yang dihasilkan. 4 Selain pencirian menggunakan XRD, serbuk HAp juga dilakukan pencirian menggunakan spektrometer FTIR untuk mengidentifikasi gugus fungsinya dengan meninjau serapan radiasi inframerah yang dilewatkan pada sampel. Penyerapan radiasi inframerah oleh sampel menyebabkan perubahan energi pada tingkattangkat vibrasi molekulnya. Dalam senyawa diatomik hanya terjadi satu jenis vibrasi yaitu vibrasi regangan (streching vibration), sedangkan dalam senyawa poliatomik memungkinkan terjadinya vibrasi regangan maupun vibrasi tekuk (bending vibration). Frekuensi radiasi inframerah yang diserap oleh gugus fungsi suatu senyawa dan dikonversi ke dalam energi vibrasinya yaitu berada dalam kisaran cm -1 hingga 100 cm Spektra FTIR yang dihasilkan menunjukkan bahwa gugus fungsi senyawa sampel HAp T1, HAp T2, dan HAp T3 hanya tersusun atas gugus fosfat (-PO 3-4 ) dan gugus hidroksil (-OH - ) yang merupakan gugus-gugus senyawa HAp. Gambar 4 menunjukkan spektra FTIR 3- masing-masing sampel. Puncak serapan gugus PO 4 dan OH - masing-masing sampel terdeteksi pada bilangan gelombang yang sama dengan tingkat penyerapan yang berbeda. Puncak serapan gugus PO 3-4 terdeteksi pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 untuk gugus vibrasi P-O, sedangkan vibrasi P=O terdeteksi pada bilangan gelombang cm -1. puncak serapan gugus OH - terdeteksi pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1. Hasil identifikasi gugus-gugus fungsi pada sampel ini menandakan kesesuaian dengan daerah serapan masing-masing gugus fungsi. Puncak serapan dan persentase transmisi masing-masing gugus fungsi yang teridentifikasi pada sampel HAp ditunjukkan pada Tabel 4.

23 (c) Transmitansi (%) (b) Fosfat hidroksil (a) Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 4 Spektra FTIR sampel HAp yang dihasilkan pada: (a) sintesis ke-1, (b) sintesis ke-2, dan (c) sintesis ke-3 Tabel 4 Puncak serapan dan persentase transmisi spektra FTIR HAp yang dihasilkan (a) sintesis ke-1, (b) sintesis ke-2, dan (c) sintesis ke-3 Sampel (a) (b) (c) Gugus Fosfat Gugus Hidroksil Puncak (cm -1 ) % T Puncak (cm -1 ) % T ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; 52.01; ; ; 44.25; ; ; 62.19; ; ; ; ; ; ; ; 72.67

24 12 Komposit HAp/alginat Komposit HAp/alginat yang dihasilkan pada penelitian ini diidentifikasi gugus fungsi senyawanya menggunakan spektrometer FTIR. Proses identifikasi ini dilakukan untuk melihat perubahan serapan gugus fungsi senyawa HAp dan senyawa Na-alginat. Berdasarkan struktur kimianya, senyawa Na-alginat merupakan salah satu polimer alam dengan gugus R-O-R yang mengandung gugus karboksil (C-O), alkana (C-H), karbonil (C=O), isomer natrium (O-Na), dan gugus hidroksil. 19 Spektra FTIR hasil identifikasi gugus fungsi senyawa Naalginat ditunjukkan pada Gambar 5. Puncak serapan gugus C-O terdeteksi pada bilangan gelombang cm -1, gugus C-H stretching teridentifikasi pada bilangan gelombang cm -1 dan bending teridentifikasi pada bilangan gelombang cm -1, gugus C=O pada bilangan gelombang cm -1, gugus O-Na pada bilangan gelombang cm -1, dan gugus O-H pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1. Puncak serapan dan persentase transmisi masing-masing gugus fungsi yang teridentifikasi pada sampel Na-alginat ditunjukkan pada Tabel Transmitansi (%) C-O O-Na C=O O-H C-H Bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar 5 Spektrum FTIR Na-alginat Tabel 5 Puncak serapan dan persentase transmisi spektrum FTIR Na-alginat Gugus Puncak (cm -1 ) % T C O C=O O Na O H dan dan C H dan dan Spektra FTIR hasil pencirian terhadap komposit HAp/alginat menunjukkan bahwa gugus fungsi senyawa yang teridentifikasi bertambah banyak jumlahnya. Hal ini disebabkan karena terjadinya penggabungan antara gugus fungsi yang terkandung dalam senyawa HAp dengan gugus fungsi yang terkandung di dalam

25 senyawa Na-alginat, sehingga gugus molekul semakin kompleks. Gugus yang teridentifikasi oleh spektrometer FTIR ini meliputi gugus C-O, C-H, C=O, O-Na, O-H, P=O dan P-O. Spektra FTIR komposit HAp/alginat ditunjukkan pada Gambar 6, sedangkan puncak serapan dan persentase transmisi masing-masing gugus fungsi yang teridentifikasi ditunjukkan pada Tabel (c) Transmitansi (%) (b) (a) C-O O-Na C=O O-H C-H P=O P-O Bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar 6 Spektra FTIR komposit HAp/alginat yang dihasilkan pada: (a) sintesis ke-1, (b) sintesis ke-2, dan (c) sintesis ke-3

26 14 Tabel 6 Puncak serapan dan persentase transmisi spektra FTIR HAp/alginat yang dihasilkan pada: (a) sintesis ke-1, (b) sintesis ke-2, dan (c) sintesis ke-3 Gugus Puncak (cm -1 ) % T P=O C O C H C=O O Na O H dan dan P O dan dan (a) (b) dan (c) Gugus Puncak (cm -1 ) % T ( (b) ;(c) ) P=O ; C O ; C H ; C=O ; O Na ; O H dan ; dan ; P O dan ; dan ; Berdasarkan Tabel 6 di atas, Jika ditinjau kembali spektrum FTIR serbuk Na-alginat, maka pada serapan gugus fungsi senyawa komposit HAp/alginat terdapat satu gugus fungsi yang tidak teridentifikasi yaitu gugus vibrasi C-H. Pada sepektra FTIR Na-alginat gugus C-H teridentifikasi pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1. Namun pada Gambar 6 serapan gugus C-H pada bilangan gelombang cm -1 tidak teridentifikasi. Hal ini terjadi karena gugus O-H yang teridentifikasi pada bilangan gelombang cm -1 menyebabkan pelebaran transmisi. 19 Puncak persentase transmisi terletak pada bilangan gelombang cm -1 hingga mencapai lebih dari 90%. Analisis morfologi komposit HAp/alginat dilakukan dengan menggunakan SEM-EDX. Pada penelitian ini, analisis morfologi difokuskan pada identifikasi ukuran pori dan struktur porositas serta persentase massa unsur yang terkandung di dalam komposit. Hasil pemindaian menunjukkan bahwa struktur porositas yang terlihat cukup teratur dengan ukuran pori yang hampir seragam, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7 pada perbesaran 100x dimunculkan beberapa skala ukuran diameter pori yang terbentuk, rentang ukuran diameter pori yang terbentuk adalah antara 93 μm hingga 182 μm. Variasi ukuran diameter pori yang didapatkan tersebut sudah cukup memberikan ruang dan

27 menjadi media pertumbuhan sel osteoblas untuk mempercepat proses remodeling tulang. Namun ukuran pori yang terdapat pada komposit ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumya. Hal ini disebabkan karena rasio massa HAp dan Na-alginat yang digunakan adalah sebesar 70% dan 30%, sedangkan pada penelitian sebelumya adalah 50% dan 50%. Sebagaimana dinyatakan dalam hasil penelitian sebelumnya bahwa semakin banyak jumlah HAp yang digunakan, maka ukuran pori yang dihasilkan semakin kecil (a) (b) (c) Gambar 7 Hasil SEM komposit HAp/alginat pada: (a) Perbesaran 50x, (b) Perbesaran 100x, (c) Perbesaran 500x, dan (d) Perbesaran 1000x Hasil Analisis EDX menunjukkan bahwa komposit HAp/alginat mengandung beberapa unsur dengan persentase massa yang berbeda. Unsur-unsur yang terkandung di dalam komposit HAp/alginat terdiri atas karbon, oksigen, natrium, fosfor, belerang, klorin, dan kalsium. Sebaran unsur yang terkandung di dalam komposit hampir merata di seluruh bagian komposit, sebagaimana hasil analisis di dua daerah menunjukkan bahwa selisih persentase massa yang sangat kecil. Persentase massa unsur didominasi oleh unsur oksigen dengan kadar lebih dari 47 persen. Secara terperinci persentase massa unsur yang terkandung dalam komposit HAp/alginat ditunjukkan pada Tabel 7. Unsur belerang yang terkandung dalam komposit dengan kadar sebesar 3.18% merupakan unsur yang terkandung dalam senyawa Na-alginat. (d)

28 16 Tabel 7 Persentase massa unsur yang terkandung dalam komposit HAp/alginat Unsur HAp/alginat Daerah 1 Daerah 2 C O Na P S Cl Ca Total Berdasarkan persetase massa unsur yang terkandung dalam komposit pada Tabel 7, maka rasio molaritas Ca/P komposit dapat ditentukan berdasarkan perbandingan massa dengan massa relatif unsur, sebagaimana Persamaan (5) berikut : Keterangan : = persentase massa unsur Ca berdasarkan analisis EDX = persentase massa unsur P berdasarkan analisis EDX = massa atom relatif unsur Ca (40.08 gram/mol) = massa atom relatif unsur P (30.97 gram/mol) Berdasarkan Persamaan (5) di atas, rasio molaritas Ca/P komposit dihasilkan sebesar 1.84 dan Hal ini menunjukkan bahwa rasio molaritas Ca/P komposit lebih besar dibandingkan dengan rasio molaritas Ca/P HAp pada tulang yang hanya sebesar Peningkatan rasio molaritas Ca/P pada komposit yang dihasilkan merupakan akibat penggunaan CaCl 2 sebagai crosslink agent, sehingga jumlah Ca yang terkandung dalam komposit bertambah banyak. Komposit HAp/selulosa Seperti halnya serbuk HAp, komposit HAp/selulosa yang dihasilkan pada penelitian ini dilakukan pencirian karakter menggunakan XRD bersamaan dengan pelikel selulosa nata de coco yang telah dimurnikan. Pola difraksi yang terbentuk mencirikan dua karakter material yang berbeda yaitu selulosa dan HAp, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8. Pola difraksi sinar-x yang menunjukkan karakter selulosa nata de coco ditunjukkan oleh adanya puncak pada 2θ di sekitar 14 derajat dan 22 derajat, sedangkan karakter HAp ditunjukkan oleh adanya puncak yang tinggi pada rentang 2θ 31 derajat hingga 34 derajat. Berdasarkan hasil pencirian, pelikel selulosa nata de coco memiliki luas fasa kristalin sebesar 1.57 satuan luas dan luas fasa amorfnya sebesar 0.27 satuan luas, sehingga derajat kristalinitasnya diperoleh sebesar persen. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kristalinitas pelikel selulosa nata de coco cukup tinggi, sebagaimana dinyatakan oleh Farah Nurlidar (2012) dalam karyanya bahwa selulosa mikrobial (selulosa nata de coco) memiliki derajat polimerisasi, derajat kristalinitas dan kekuatan mekanik yang tinggi. 16 Derajat kristalinitas komposit HAp/selulosa (5)

29 berdasarkan pencirian menggunakan XRD dari dua sampel yang dihasilkan pada penelitian ini diperoleh masing-masing sebesar 64.19% dan 54.63% dengan luas fasa kristal masing-masing sebesar 0.77 dan 0.35 satuan luas, sedangkan luas fasa amorfnya masing-masing sebesar 0.43 dan 0.29 satuan luas. Pendepositan HAp ke dalam pelikel selulosa nata de coco pada penelitian ini telah menghasilkan material komposit yang memiliki derajat kristalinitas yang lebih rendah. Hal Ini mengindikasikan bahwa material yang dihasilkan memiliki keunggulan yaitu tingkat degradasinya lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena material yang memiliki derajat kristalinitas yang tinggi mengakibatkan tingkat degradasinya menjadi rendah, sehingga komposit HAp/selulosa yang dihasilkan pada penelitian ini lebih cepat terserap oleh tubuh ketika diimplankan Intensitas (cacahan) θ (derajat) (c) Selulosa HAp (b) (a) Gambar 8 Pola difraksi XRD Pelikel selulosa nata de coco dan komposit HAp/selulosa: (a) Pelikel selulosa nata de coco, (b) komposit HAp/selulosa ke-1, dan (c) komposit HAp selulosa ke-2 Analisis morfologi juga dilakukan pada komposit HAp/selulosa sebagaimana dilakukan pada komposit HAp/alginat. Analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui ukuran pori dan struktur porositasnya serta mengetahui unsurunsur yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pemindaian SEM, Struktur porositas komposit HAp/selulosa yang terbentuk tidak begitu jelas. Hal ini disebabkan karena bentuk komposit yang dihasilkan adalah lembaran, berbeda dengan bentuk komposit HAp/alginat yang berbentuk scaffold. Hasil pemindaian SEM pada HAp/selulosa ditunjukkan pada Gambar 9. Beberapa hasil pemindaian

30 18 yang ada, tidak satupun yang diberikan skala ukuran porinya. Hal ini disebabkan karena sulitnya menentukan parameter batas pori-pori yang terbentuk dalam sampel dengan bentuk lembaran. Pada hasil pemindaian dengan perbesaran 500x terlihat bahwa pada sampel terdapat pori dengan ukuran diperkirakan lebih kecil dari 10 μm. Posisi pori yang terlihat dari hasil pemindaian ditunjukkan oleh garis yang melingkar berwarna merah. (a) (b) (c) (d) Gambar 9 Hasil SEM komposit HAp/selulosa pada: (a) Perbesaran 200x, (b) Perbesaran 500x, (c) Perbesaran 1000x, dan (d) Perbesaran 2000x Berdasarkan hasil Analisis EDX menunjukkan bahwa komposit HAp/selulosa tersusun atas unsur karbon, oksigen, fosfor, dan kalsium dengan sebaran yang cukup merata di seluruh bagiannya, sebagaimana hasil analisis di dua daerah menunjukkan bahwa selisih persentase massa yang sangat kecil. Seperti halnya komposit HAp/alginat, komposit ini juga didominasi kandungan unsurnya oleh oksigen dengan kadar massanya lebih dari 45%. Secara terperinci persentase massa unsur yang terkandung di dalam komposit HAp/selulosa ditunjukkan pada Tabel 8.

31 Tabel 8 Persentase massa unsur yang terkandung dalam komposit HAp/selulosa Unsur HAp/selulosa 00Daerah 1 00Daerah 2 C O P Ca Total Berdasarkan persetase massa unsur yang terkandung dalam komposit pada Tabel 8, maka rasio molaritas Ca/P komposit berdasarkan Persamaan (5) dihasilkan sebesar 1.43 dan Hal ini menunjukkan bahwa rasio molaritas Ca/P komposit lebih kecil dibandingkan dengan rasio molaritas Ca/P HAp pada tulang yang besaranya adalah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa proses sintesis HAp berpori dari cangkang telur ayam dengan matriks selulosa nata de coco dan Na-alginat telah berhasil. Pencirian menggunakan XRD pada serbuk HAp yang dihasilkan menunjukkan bahwa derajat kristalinitasnya cukup tinggi untuk setiap sampel serbuk HAp yaitu di atas 80%. Gugus fungsi senyawa yang teridentifikasi oleh spektrometer FTIR pada serbuk HAp terdiri atas gugus fosfat dan gugus hidroksil yang keduanya merupakan gugus fungsi senyawa HAp. Proses inkubasi pada pengeringan komposit HAp/selulosa menyebabkan komposit yang dihasilkan berbentuk lembaran, sedangkan proses pengeringan beku pada pengeringan komposit HAp/alginat menyebabkan komposit yang dihasilkan sesuai dengan bentuk cetakan yang digunakan. Pencirian menggunakan XRD pada komposit HAp/selulosa menunjukkan bahwa pendepositan HAp ke dalam pelikel selulosa nata de coco menyebabkan derajat kristalinitas komposit lebih rendah yaitu 64.19% dan 54.63%. Hal ini menunjukkan bahwa komposit HAp/selulosa memiliki tingkat degradasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelikel selulosa nata de coco dan serbuk HApnya saja yang masing-masing memiliki derajat kristalinitas di atas 80%. Hasil identifikasi gugus fungsi pada komposit HAp/alginat menunjukkan hampir seluruh gugus fungsi senyawa HAp dan senyawa Na-alginat teridentifikasi. Namun serapan gugus C-H pada bilangan gelombang cm -1 tidak teridentifikasi. Berdasarkan hasil pemindaian menggunakan SEM, komposit HAp/alginat memiliki struktur porositas yang cukup teratur karena memiliki bentuk scaffold dengan ukuran pori yang berada pada rentang 93 μm hingga 182 μm, sedangkan ukuran pori yang terbentuk pada komposit HAp/selulosa diperkirakan lebih kecil

32 20 dari 10 μm dengan struktur porositas yang tidak begitu jelas. Hal ini disebabkan karena bentuk komposit HAp/selulosa yang dihasilkan adalah lembaran. Berdasarkan analisis EDX, rasio Ca/P komposit HAp/alginat diperoleh sebesar 1.84 dan 1.86, sedangkan rasio Ca/P komposit HAp/selulosa diperoleh sebesar 1.43 dan Saran Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan uji degradasi agar diketahui tingkat peyerapan tubuh terhadap sampel komposit HAp/alginat dan HAp/selulosa yang diimplankan. Untuk memperoleh ukuran pori yang lebih besar dapat dilakukan penurunan nilai rasio HAp/alginat. Sedangkan untuk menghasilkan bentuk komposit HAp/selulosa dalam tiga dimensi (scaffold) dapat digunakan metode pengeringan beku, dimana pelikel selulosa nata de coco yang telah direndam dikeringkan melalui proses freeze drying. DAFTAR PUSTAKA 1. Kehoe S Optimisation of Hydroxyapatite (HAp) for Orthopaedic Application via the Chemical Precipitation Technique [thesis]. School of Mechanical and Manufacturing Engineering Dublin City University. 2. Muntamah Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Limbah Cangkang Kerang Darah (Anadara Granosa,Sp) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 3. Arifianto Pengaruh Atmosfer dan Suhu Sintering Terhadap Komposisi Pelet Hidroksiapatit yang Dibuat dari Sintesa Kimia dengan Media Air dan SBF [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 4. Indrani DJ Komposit Hidroksiapatit Kalsinasi Suhu Rendah dengan Alginat Sargassum Duplicatum atau Sargassum Crassifolium sebagai Material Scaffold untuk Pertumbuhan Sel Punca Mesenkimal [disertasi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. 5. Palmero P, Lombardi M, Montanaro L, Tirillo J, Bartuli C, Valente T, Marcassoli P, Cabrini M Development and Mechanical Characterization of Hydroxyapatite Micro/Macro-Porous Scaffolds by an Innovative Gel-Casting Process. J Ceramic Materials 62(3): Pratiwi N Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Scaffold [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 7. Trianita VN Sintesis Hidroksiapatit Berpori dengan Porogen Polivinil Alkohol dan Pati [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 8. Wulandari EC, Murningsih W, Wahyuni HI Deposisi Kalsium dan Phosphor pada Cangkang Telur Ayam Arab dengan Pemberian Berbagai Level Azolla Microphylla. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, hal

33 9. [BPS] Badan Pusat Statistik Produksi Telur Ayam Ras Petelur Menurut Provinsi. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. 10. Lindu M, Puspitasari T, Ismi E Sintesis dan Karakterisasi Selulosa Asetat dari Nata De Coco sebagai Bahan Baku Membran Ultrafiltrasi. J Sains Material Indonesia. 12(1): Kosman R Pemurnian Natrium Alginat dari Sargassum duplicatum j.g. Agardh, Turbinaria decurrens (bory) dan Turbinaria ornata (turner) j. Argardh Asal Perairan Ternate, Maluku Utara. Majalah Farmasi dan Farmakologi.15: Lin HR, Yeh YJ (2004). Porous Alginate/ Hydroxyapatite Composite Scaffolds for Bone Tissue Engineering : Preparation, Characterization, and In Vitro Studies. J Biomed Mater Res Part B:nnApplBiomater 71B : Anggraeni A Metode Singgle Drop pada Pembuatan Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Telur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 14. Windarti T, Astuti Y Pengaruh Konsentrasi Ca 2+ dan (PO 4 ) 3- pada Pembentukan Hidroksiapatit di dalam Matriks Selulosa Bakterial. JSKA. Vol. IX. No Hernawati. Mineral dan Homeostasis (Keseimbangan Ionik dan Tekanan Osmosis)[makalah]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia 16. Nurlidar F Sintesis Komposit Selulosa Bakteri-Sitrat-Kitosan sebagai Matriks Pembentukan Hidroksiapatit [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia. 17. Purnama EF, Nikmatin S, Langenati R Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Derajat Kristalinitas dan Komposisi Hidroksiapatit Dibuat dengan Media Air dan Cairan Tubuh Buatan (Synthetic Body Fluid). J Sains Material Indonesia, edisi khusus Oktober 2006, hal Mudzakir A. Metode Spektoskopi Inframerah untuk Analisis Material [diktat]._http://file.upi.edu/agus_setiabudi/bahan_kuliah_karakterisasi_mat erial/bab_5_infrared_spektroscopy_untuk_padatan.pdf. [diunduh pada 13 April 2014]. 19. Bintarti TW, Izak DR, Adi J Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft Berbasis Hidroksiapatit dan Alginat. Jurnal Fisika dan Terapannya Vol. 1, No. 2, April

34 22 Lampiran 1 LAMPIRAN Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian Mulai Persiapan alat dan bahan Kalsinasi cangkang telur ayam Sintesis serbuk HAp (wise drop) Serbuk HAp Pencirian XRD, FTIR Sintesis HAp/Alginat (phase separation) Sintesis HAp/selulosa (cellulose immersion) HAp berpori matriks alginat HAp berpori matriks selulosa Pencirian FTIR Pencirian XRD Analisis morfologi (SEM-EDX) Analisis data Menyusun laporan Selesai

35 23 Lampiran 2 Bahan dan Alat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Keterangan : (1) Cangkang telur (2) Kalsinasi dan sintering (3) Presipitasi wise drop (4) Proses penyaringan (5) Hasil sintering (6) Serbuk Na-alginat (7) Gel HAp/alginat (8) Pencetakan gel HAp/alginat (9) Scaffold HAp/alginat (10) Pemurnian pelikel selulosa nata de coco (11) Sonikasi dan stirring suspensi HAp (12) Perendaman pelikel selulosa nata de coco (13) Lembaran pelikel selulosa nata de coco dan komposit HAp/selulosa

36 24 Lampiran 3 Data Joint Commite on Powder Diffraction Standards (JCPDS) Hidroksiapatit (Ca 5 (PO 4 ) 3 (OH))

37 25 Lampiran 4 Menghitungan Parameter Kisi dengan Metode Cohen Menentukan parameter kisi heksagonal untuk puncak banyak Jarak antar bidang, d : ( ) (A1) Menurut Bragg : atau (A2) Penggabungan persamaan (1) dan (2) menghasilkan : ( ), atau (A3) Untuk memperoleh parameter kisi menggunakan hubungan, ( ) (A4) Akan diperoleh bentuk : Keterangan : (A5) ; ; Nilai C, B, dan A dapat diperoleh dari 3 persamaan berikut : Σ α sin 2 θ = C Σ α 2 + B Σ αγ + A Σ αδ Σ γ sin 2 θ = C Σ αγ + B Σ γ 2 + A Σ γδ Σ δ sin 2 θ = C Σ αδ + B Σ γδ + A Σ δ 2 Maka nilai parameter kisi a dan c diperoleh: Perhitungan parameter kisi sampel HAp hasil sintesis ke = 14, C + 2, B + 4, A = 02, C + 2, B + 1, A = 04, C + 1, B + 1, A Dalam bentuk matriks Ax = B dituliskan sebagai berikut: (A6) ( ) ( ) ( )

38 26 Menghitung determinan A, A 1 dan A 2 : A = ( ) A 1 = ( ) A 2 = ( ) Nilai C dan B diperoleh : Nilai parameter kisi a dan c diperoleh : ; Perhitungan parameter kisi sampel HAp hasil sintesis ke = 10, C + 1, B + 3, A = 01, C + 2, B + 1, A = 03, C + 1, B + 1, A Determinan A, A 1, dan A 2 : Nilai C dan B diperoleh : Nilai parameter kisi a dan c diperoleh : ; Perhitungan parameter kisi sampel HAp hasil sintesis ke = 15, C + 2, B + 4, A = 02, C + 2, B + 1, A = 04, C + 1, B + 1, A Determinan A, A 1, dan A 2 : Nilai C dan B diperoleh : Nilai parameter kisi a dan c diperoleh : ;

39 27 Lampiran 5 Menentukan Luas Fasa Total dan Luas Fasa Kistalin Contoh pada sampel HAp T1 1. Menentukan puncak fasa total (kristalin dan amorf) dengan menghilangkan Background 2. Fitting puncak fasa total

40 28 3. Menentukan puncak fasa kristalin dengan menghilangkan Background amorf (kurva warna biru) 4. Fitting puncak fasa kristalin

41 29 Lampiran 6 Gambar Hasil Pemindaian Scaning Electron Microscope 1. morfologi komposit HAp/alginat Perbesaran 30x Perbesaran 50x Perbesaran 100x Perbesaran 200x Perbesaran 500x Perbesaran 1000x

42 30 2. Morfologi komposit HAp/selulosa Perbesaran 50x Perbesaran 100x Perbesaran 200x Perbesaran 500x Perbesaran 1000x Perbesaran 2000x

43 31 Lampiran 7 Spektrum Analisis Enegy Disversive X-ray(EDX) 1. Spektrum EDX komposit HAp/alginat 2. Spektrum EDX komposit HAp/selulosa

44 32 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Sugandi yang lahir di Pandeglang pada tanggal 02 April 1992 dari pasangan Saria (alm.) dan Rukmah. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Pada tahun 2004, penulis telah menyelesaikan sekolah dasar di SDN Cening 1 dan melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Cening kemudian lulus pada tahun Pada tahun 2010 penulis telah menyelesaikan sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Mathla ul Anwar Pusat (Almapus) Menes dan pada tahun yang sama penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian Bogor pada Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan program beasiswa Bidikmisi angkatan pertama. Selama studi, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB sebagai anggota Departemen Syiar dan Opini pada tahun , pengurus Badan Pekerja Hubungan Kelembagaan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (MPM-KM) IPB dan bendahara Komisi III Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FMIPA IPB pada tahun Pada tahun penulis diamanatkan sebagai ketua Komisi V DPM FMIPA IPB. Selain itu, selama studi penulis juga aktif sebagai pengurus Dewan Kesejahteraan Mesjid (DKM) Nurul Falah. Pada tahun 2011 dan 2013, penulis berhasil memperoleh dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang gagasan tertulis dan bidang penelitian.

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Kiagus Dahlan, Setia Utami Dewi Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal.

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Darah dengan Proses Hidrotermal Variasi Suhu dan ph Bona Tua 1), Amun Amri 2), dan Zultiniar 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia 2) Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Kiagus Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor E-mail: kiagusd@yahoo.com Abstrak.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL 4.1.1. Difraksi Sinar-X Sampel Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel, menghitung derajat kristalinitas sampel, parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun dari fosfor dan kalsium dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Molekul ini menempati porsi 65% dari

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING Jurnal Biofisika 8 (2): 42-48 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING Hardiyanti, K. Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI

OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI i OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA KALSIUM FOSFAT DENGAN TEKNIK PRESIPITASI SINGLE DROP

SINTESIS SENYAWA KALSIUM FOSFAT DENGAN TEKNIK PRESIPITASI SINGLE DROP Jurnal Biofisika 8 (1): 25-33 SINTESIS SENYAWA KALSIUM FOSFAT DENGAN TEKNIK PRESIPITASI SINGLE DROP I. P. Ramadhani, * S. T. Wahyudi*, S. U. Dewi Bagian Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit TPM 14 Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit Silvia Reni Yenti, Ervina, Ahmad Fadli, dan Idral Amri Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis BCP dan ACP Sintesis BCP dan ACP dilakukan dengan metode yang berbeda, dengan bahan dasar yang sama yaitu CaO dan (NH 4 ) 2 HPO 4. CaO bersumber dari cangkang telur

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 40% kerusakan jaringan keras tubuh karena tulang rapuh, kanker tulang atau kecelakaan banyak terjadi di Indonesia, sisanya karena cacat bawaan sejak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Fakultas

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan jaringan karena penyakit keturunan, luka berat dan kecelakaan menempati posisi kedua penyebab kematian di dunia. Pengobatan konvensional yang umum dilakukan

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik, 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Teknik,, dan Laboratorium Penelitian, Fakultas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH UNESA Journal of Chemistry, Vol. 6, No. 2, May 2017 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patah tulang atau fraktur merupakan keadaan dimana terjadi diskontinuitas pada tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov). pati. Selanjutnya, pemanasan dilanjutkan pada suhu 750 ºC untuk meningkatkan matriks pori yang telah termodifikasi. Struktur pori selanjutnya diamati menggunakan SEM. Perlakuan di atas dilakukan juga pada

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0 TUGAS AKHIR STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0.5 M DIAMONIUM HIDROGEN FOSFAT SEBELUM DAN SESUDAH KALSINASI DAN SINTERING Disusun : AMIN MUSTOFA NIM : D 200 05

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI Nurul Fitria Apriliani 1108 100 026 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI 100801026 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitas cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari alternatif bahan rehabilitas yang baik dan terjangkau,

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH), BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu penelitian akan dilakukan selama 6 (enam) bulan. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pusat Bioamterial dan Bank Jaringan Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biokeramik hidroksiapatit adalah keramik berbasis kalsium fosfat dengan rumus kimia ( ) ( ), yang merupakan paduan dua senyawa garam trikalsium fosfat dan kalsium hidroksida

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING Jurnal Biofisika 8 (1): 42-53 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING N. Selvia,* K. Dahlan, S. U. Dewi. Bagian Biofisika, Departemen

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA

PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA SINTESIS KOMPOSIT BIOMATERIAL (β-ca 3 (PO 4 ) 2 ) (ZrO) BERBASIS CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN METODE BASAH-PENGENDAPAN

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN METODE BASAH-PENGENDAPAN SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN METODE BASAH-PENGENDAPAN SYNTHESIS HYDROXYAPATITE MADE FROM PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) WITH WET PRECIPITATION

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite BAB II TEORI DASAR 1. Hydroxyapatite Apatit adalah istilah umum untuk kristal yang memiliki komposisi M 10 (ZO 4 ) 6 X 2. Unsur-unsur yang menempati M, Z dan X ialah: (Esti Riyani.2005) M = Ca, Sr, Ba,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang Synthesis and Characteritation of Bone Graft from Hydroxyapatite/Collagen/Chitosan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR 1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci