OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI"

Transkripsi

1 i OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 ii

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Observasi Morfologi dan Komposisi Hidroksiapatit yang Terbuat dari Cangkang Telur Ayam Kampung dan Ayam Ras adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Cucu Cahyati G

4 i ABSTRAK CUCU CAHYATI. Observasi Morfologi dan Komposisi Hidroksiapatit yang Terbuat dari Cangkang Telur Ayam Kampung dan Ayam Ras. Dibimbing oleh KIAGUS DAHLAN dan SETIA UTAMI DEWI. Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis hidroksiapatit dengan metode presipitasi wise drop. Hidroksiapatit hasil presipitasi dibuat dengan menggunakan prekursor kalsium yang diperoleh dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras serta sumber fosfat menggunakan (NH 4 ) 2 HPO 4. Hidroksiapatit disintesis dengan variasi pengeringan pada suhu 110 o C selama 5 jam dan tanpa penahanan. Sebelum disintesis menjadi hidroksiapatit, serbuk putih hasil kalsinasi cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dikarakterisasi menggunakan spektrometer Fourier Transform Infrared dan SEM-EDX. Serbuk cangkang telur ayam yang telah dikalsinasi menunjukkan serbuk CaO, namun masih terdapat unsur C sebesar 1.54% dan 0.92%, unsur Mg sebesar 0.42% dan 0.62% serta unsur P dengan persentase 0.26% dan 0.49%. Struktur morfologi hasil kalsinasi cangkang telur ayam membentuk matriks seragam. Besar kandungan unsur kalsium dalam sampel hasil kalsinasi cangkang telur ayam kampung yaitu 64.72% sedangkan kandungan unsur kalsium dari hasil kalsinasi cangkang telur ayam ras sebesar 71.11%. Kandungan gugus fungsi dalam hidroksiapatit yang dihaluskan dikarakterisasi Fourier Transform Infrared, terdeteksi bahwa gugus yang terdapat dalam sampel yaitu OH -, PO 4 3- yang menunjukkan karakteristik hidroksiapatit. Struktur morfologi sampel hidroksiapatit terlihat menunjukkan struktur partikel kecil yang berdekatan dan seragam dengan ukuran partikel yang berbeda-beda, dengan panjang partikel sekitar dan lebar partikel sebesar 0,13-0,16. Sementara komposisi unsur rasio Ca/P dari sampel hidroksiapatit yang diperoleh berkisar hampir mendekati rasio Ca/P sebesar Kata kunci: Cangkang telur ayam, FTIR, hidroksiapatit, SEM-EDX. ABSTRACT CUCU CAHYATI. Observation of Hydroxyapatite Morphology and Composition made of Domestic and Broiler Chicken Eggshells. Supervised by KIAGUS DAHLAN and SETIA UTAMI DEWI. This research showed synthesis of hydroxyapatite by wise drop precipitation method. Hydroxyapatite precipitation results was made of calcium precursors derived from domestic and broiler chicken eggshell and a source of phosphate using (NH 4 ) 2 HPO 4. Hydroxyapatite was synthesized at 110 C for 5 hours and without holding time. Powder of chicken eggshells were characterized using Fourier Transform Infrared spectrometer and SEM-EDX. Chicken eggshell after calcination showed powders of CaO, and elements C of about 1.54% and 0.92%, element Mg about 0.42% and 0.62% and element P about 0.26% and 0.49%. Morphological structure after calcination showed uniform matrix. Content of calcium in the powder of domestic chicken eggshell is 64.72% while broiler chicken eggshell is 71.11%. The content of functional groups in hydroxyapatite characterization by Fourier Transform Infrared have OH - 3-, PO 4 bending which shows the characteristics of hydroxyapatite. Morphological structure of hydroxyapatite samples showed visible adjacent structures and small particles with uniform particle size vary with particle length and width of the particle around 0.34 to 0.39 and 0.13 to While composition ratio Ca/P of hydroxyapatite sample obtained in range of 1.5 to Keywords: Chickens Eggshell, FTIR, hydroxyapatite, SEM-EDX.

5 ii OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 iv Judul Skripsi Nama NRP : Observasi Morfologi dan Komposisi Hidroksiapatit yang Terbuat dari Cangkang Telur Ayam Kampung dan Ayam Ras : Cucu Cahyati : G Disetujui oleh Dr Kiagus Dahlan Pembimbing I Setia Utami Dewi, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Akhiruddin Maddu, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 v PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Observasi Morfologi dan Komposisi Hidroksiapatit yang Terbuat dari Cangkang Telur Ayam Kampung dan Ayam Ras. Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr Kiagus Dahlan selaku dosen pembimbing akademik serta pembimbing pertama tugas akhir dan Ibu Setia Utami Dewi, MSi selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. 2. Ibu Dr Siti Nikmatin, MSi selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis. 3. Kedua orang tua penulis bapak Asikin dan ibu Enti Rostini, Kakak Jalu Hartono, Nining Sri dan Evi Supriati serta seluruh keluarga atas segala doa, motivasi, semangat dan kasih sayangnya yang tidak pernah berhenti kepada penulis. 4. Mba Ais yang selalu memberi dukungan, kritik dan saran. 5. Teman-teman satu penelitian biofisika material khususnya Tiara, Iteh, Dini, Lia, Roro, Mila dan semuanya yang telah membantu dan saling menyemangati. 6. Teman dekat Helda, Jojo, Vivi, Nofitri dan Andari yang sabar menghadapi sikap penulis dan senantiasa memberikan semangat selama ini. 7. Mahasiswa fisika angkatan 45, 46, 47, 48, 49 khususnya angkatan 47 yang selalu bersama dalam suka maupun duka. 8. Teman-teman Jaikers, Imas, Elin, Mba Suke, Mba Wiwid, Teh Sarah, Avil dan semuanya atas kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini. 9. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas doa dan dukungan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Cucu Cahyati

9 vi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Ruang Lingkup 3 Hipotesis Penelitian 4 METODE 4 Bahan dan Alat 4 Tempat dan Waktu 4 Prosedur dan Analisis Data 4 kalsinasi Cangkang Telur Ayam Kampung dan Ayam Ras 5 Sintesis Hidroksiapatit dengan Metode Presipitasi (wise drop) 5 Karakterisasi FTIR Serbuk Hasil Kalsinasi dan Hidroksiapatit dari Cangkang Telur Ayam 5 Karakterisasi SEM-EDX Serbuk Hasil Kalsinasi dan Hidroksiapatit dari Cangkang Telur Ayam 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Hasil Kalsinasi Cangkang Telur Ayam Kampung dan Ayam Ras 6 Hasil Sintesis Hidroksiapatit 9 Karakteristik Sampel Hidroksiapatit Berdasarkan FTIR 11 Morfologi Sampel Hidroksiapatit 16 Komposisi Sampel Hidroksiapatit 18 SIMPULAN DAN SARAN 19 Simpulan 19 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 32

10 vii DAFTAR TABEL 1. Efisiensi kalsinasi cangkang telur ayam kampung pada suhu 1000 o C selama 5 jam 6 2. Efisiensi kalsinasi cangkang telur ayam ras pada suhu 1000 o C selama 5 jam 7 3. Komposisi unsur serbuk CaO cangkang telur ayam kampung dan ayam ras menggunakan EDX 8 4. Efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam Efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan 110 o C tanpa penahanan Efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam Efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan 110 o C tanpa penahanan Data spektra serbuk hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras Data ukuran partikel serbuk hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras Data komposisi unsur serbuk hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras Rasio Molaritas Ca/P 18 DAFTAR GAMBAR 1. Spektra FTIR cangkang telur (a) kalsinasi 900 o C dan (b) kalsinasi 1000 o C penahanan 5 jam Spektra FTIR Sampel hidroksiapatit dengan sumber Ca cangkang telur ayam 2 3. Spektra FTIR hasil kalsinasi 1000 o C selama 5 jam: (a) cangkang telur ayam kampung dan (b) cangkang telur ayam ras 8 4. Karakterisasi SEM sampel serbuk CaO pada suhu 1000 o C dengan penahanan waktu selama 5 jam: (a) cangkang telur ayam kampung, (b) cangkang telur ayam ras 9 5. Spektra FTIR sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan suhu 110 o C (a) selama 5 jam dan (b) tanpa penahanan masing-masing 4x pengulangan 12

11 viii 6. Spektra FTIR pengulangan sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam ras dengan pengeringan suhu 110 o C (a) selama 5 jam dan (b) tanpa penahanan masing-masing 4x pengulangan Morfologi sampel hidroksiapatit ayam kampung tanpa ditahan Morfologi sampel hidroksiapatit ayam kampung ditahan Morfologi sampel hidroksiapatit ayam ras tanpa ditahan Morfologi sampel hidroksiapatit ayam ras ditahan 17 DAFTAR LAMPIRAN 1. Diagram Alir Penelitian Persiapan cangkang telur Sintesis Hidroksiapatit Morfologi serbuk CaO dari cangkang telur ayam kampung menggunakan SEM Morfologi serbuk CaO dari cangkang telur ayam ras menggunakan SEM Morfologi sampel hidroksiapatit ayam kampung tanpa ditahan menggunakan SEM Morfologi sampel hidroksiapatit ayam kampung ditahan menggunakan SEM Morfologi sampel hidroksiapatit ayamras tanpa ditahan menggunakan SEM Morfologi sampel hidroksiapatit ayam ras ditahan menggunakan SEM 31

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kerusakan tulang sangat mengganggu fungsi tubuh manusia karena tulang merupakan komponen yang penting bagi manusia. Sejauh ini pemenuhan akan kebutuhan untuk menangani kerusakan tulang dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan impor. Mineral pengganti tulang yang umum digunakan diantaranya allograft, autograft, dan xenograft. Ketiga material ini biasanya tersedia dalam jumlah terbatas, dengan adanya keterbatasan tersebut maka memicu perkembangan riset dalam bidang material dan sampai saat ini studi biomaterial sintetik terus berkembang. Biomaterial sintetik yang telah berhasil diproduksi oleh negara lain masih memiliki harga yang tinggi. Oleh karena itu perlu dikembangkan produksi biomaterial di tanah air. 1 Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini telah berkembang biomaterial pengganti tulang yang umum digunakan dari limbah-limbah yang ada. Biomaterial pengganti tulang pada umumnya berasal dari senyawa kalsium fosfat diantaranya hidroksiapatit [Ca 10 (PO 4 ) 6 OH 2 ] dan trikalsium fosfat [Ca 3 (PO 4 ) 2 ] karena kedua material ini memiliki komposisi kimia yang mendekati dengan komponen-komponen yang terdapat di dalam tulang. 2 Hidroksiapatit ini telah banyak digunakan untuk salah satu bahan biomaterial dalam implan tulang karena merupakan konstituen anorganik alami tulang dan sangat biokompatibel. Sebuah metode alternatif untuk pembuatan hidroksiapatit dapat diekstraksi dari senyawa kalsium alami dan sintetik. Bahkan, beberapa peneliti telah berhasil mensintesis hidroksiapatit dari bahan biologis seperti kerang, cangkang telur ayam dan cangkang telur itik yang digunakan sebagai pengganti tulang. Kalsium dari cangkang telur ayam telah digunakan sebagai starting material dalam pembuatan kalsium fosfat, karena konstituen utama dari cangkang telur ayam adalah kalsium karbonat (94%), kalsium fosfat (1%), 4% senyawa organik dan 1% magnesium karbonat. 3 Melihat dari kandungan tersebut, maka cangkang telur ayam memiliki peluang besar menjadi dasar untuk pembuatan hidroksiapatit. Sintesis hidroksiapatit dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode kering, basah, dan hidrotermal. Diantara metode ini, teknik metode basah seperti presipitasi merupakan metode yang paling umum digunakan. 4 Pada saat ini, presipitasi lebih banyak digunakan karena metode tersebut paling sederhana dan mudah untuk diaplikasikan di bidang industri, serta dapat menghasilkan hidroksiapatit yang murni. Seperti halnya dalam penelitian sebelumnya, cangkang telur ayam dikalsinasi dengan suhu 900 o C dan 1000 o C serta dikarakterisasi menggunakan spektrometer Fourier Transform Infrared (FTIR). Cangkang telur yang dikalsinasi pada suhu 900 o C dengan penahanan selama 5 jam memperlihatkan gugus pita absorbsi OH - pada bilangan 1638 dan 3441 cm -1 2-, serta gugus pita absorbsi CO 3 pada bilangan gelombang 871 dan 1420 cm -1. Kalsinasi cangkang telur pada suhu 1000 o C dengan penahanan selama 5 jam memperlihatkan pita absorbsi OH - pada bilangan 1638 dan 3444 cm -1 serta

14 2 gugus pita absorbsi CO 3 2- pada bilangan gelombang 874 dan 1420 cm -1. Gambar 1 menunjukkan spektra hasil identifikasi cangkang telur ayam setelah kalsinasi. 5 (a) Transmitansi (%) (b) Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 1 Spektra FTIR cangkang telur (a) kalsinasi 900 o C dan (b) kalsinasi 1000 o C penahanan 5 jam. 5 Hasil identifikasi dengan menggunakan spektrometer FTIR menunjukkan pada suhu 1000 o C dengan penahanan 5 jam memiliki transmitansi gugus CO 3 2- yang lebih tinggi, menandakan rendahnya kandungan CO 3 2-, sehingga dalam sintesa hidroksiapatit digunakan starting material hasil kalsinasi pada suhu 1000 o C dengan penahanan 5 jam. Proses sintesis hidroksiapatit dilakukan setelah kalsinasi selesai dengan menggunakan metode presipitasi single drop. Hidroksiapatit yang disintesis dengan metode single drop mempunyai nilai parameter kisi yang mendekati data JCPDS. Parameter kisi yang dihasilkan dari semua sampel hidroksiapatit mencapai nilai 99% dengan waktu stirring 3 jam dan perlakuan suhu sintering 900 o C, serta memiliki kandungan gugus kompleks hidroksiapatit berupa OH -, PO 4 3-, dan CO 3 2- yang diidentifikasi menggunakan spektrometer FTIR. Munculnya gugus CO 3 2- diindikasikan adanya apatit karbonat tipe-b pada sampel. Spektra FTIR sampel hidroksiapatit dengan sumber Ca cangkang telur ayam ditunjukkan dalam Gambar 2. 6 Transmitansi (%) (a) (b) Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gambar 2 Spektra FTIR sampel hidroksiapatit dengan sumber Ca cangkang telur ayam dengan menggunakan metode (a) single drop dan (b) wise drop. 6

15 Pada penelitian ini telah dikembangkan hidroksiapatit dengan sumber kalsium dari cangkang telur ayam menggunakan metode wise drop. Cangkang telur ayam yang digunakan adalah cangkang telur ayam kampung dan ayam ras yang merupakan limbah buang dari kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan mudah didapatkan di tempat makanan yang ada. Dalam penelitian ini juga ditunjukkan perbedaan atau persamaan hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras, karena pakan ayam kampung memiliki kandungan yang lebih alami dibandingkan dengan pakan ayam ras, sehingga berpengaruh pada morfologi masing-masing cangkang telur ayam tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari morfologi serta komposisi hidroksiapatit dari masing-masing cangkang telur ayam. Hasil sampel hidroksiapatit dikarakterisasi dengan menggunakan spektrometer FTIR untuk mengetahui kandungan gugus kompleks yang terdapat dalam sampel, dan dikarakterisasi dengan Scanning Electron Microscopy-Energy Disverse X-ray (SEM-EDX) untuk mengetahui morfologi dan unsur serbuk hidroksiapatit. 3 Perumusan Masalah 1. Bagaimana kandungan gugus fungsi dalam hidroksiapatit yang terbentuk dari proses presipitasi dengan menggunakan spektrometer FTIR? 2. Bagaimana perbedaan morfologi hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan cangkang telur ayam ras dengan menggunakan SEM-EDX? 3. Bagaimana pengaruh waktu penahanan selama 5 jam pada proses pengeringan terhadap komposisi dan morfologi dari hidroksiapatit yang dihasilkan? Tujuan Penelitian 1. Menyintesis hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dengan metode presipitasi wise drop dan membandingkan dengan cangkang telur ayam ras. 2. Mengidentifikasi kandungan gugus kompleks dalam senyawa hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan cangkang telur ayam ras. 3. Menganalisis pengaruh waktu penahan selama 5 jam pada proses pengeringan terhadap komposisi dan morfologi dari hidroksiapatit yang dihasilkan. 4. Menganalisis struktur morfologi dalam senyawa hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan cangkang telur ayam ras. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini mencakup rekayasa sintesis biomaterial dari cangkang telur ayam dengan perbedaan waktu penahanan selama proses pengeringan, sehingga memiliki nilai tambah sebagai sumber kalsium untuk sintesis senyawa kalsium fosfat. Biomaterial yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai material implan tulang dan gigi.

16 4 Hipotesis Penelitian Cangkang telur ayam kampung mengandung kalsium yang sama dengan cangkang telur ayam ras, sehingga kandungan kalsium tersebut dapat dijadikan sebagai prekursor dalam pembuatan hidroksiapatit yang digunakan untuk implan tulang dan gigi. METODE Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain erlenmeyer, pipet tetes, labu takar, gelas ukur, spatula, neraca digital, crusible, botol sampel, kertas saring, alumunium foil, alat inpus, corong, alat vacuum, furnace, magnetic strirrer, spektrometer FTIR, SEM-EDX. Bahan-bahan yang digunakan adalah cangkang telur ayam kampung, cangkang telur ayam ras, aquades, (NH 4 ) 2 HPO 4. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sampai Februari Preparasi sampel serta sintesis hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan cangkang telur ayam ras dilakukan di Laboratorium Biofisika Material Departemen Fisika FMIPA-IPB. Karakterisasi kandungan gugus fungsi dengan menggunakan spektrometer FTIR dilakukan di Laboratorium Analisis Bahan Departeman Fisika FMIPA-IPB, karakterisasi morfologi dan komposisi unsur menggunakan SEM-EDX dilakukan di Sentra Teknologi Polimer, Puspiptek Serpong. Prosedur dan Analisis Data Kalsinasi Cangkang Telur Ayam Kampung dan Ayam Ras Kalsinasi cangkang telur ayam dimulai dengan tahap pembersihan cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dari kotoran makro dan mikro yang menempel pada cangkang. Cara membersihkan cangkang telur tersebut yaitu pertama cangkang telur dibersihkan dari kotoran makro kemudian direndam di dalam air selama 2 jam dengan tujuan supaya membran yang menempel dapat terkelupas dan mudah dibersihkan. Setelah dibersihkan membrannya, tahap selanjutnya yaitu cangkang telur dikeringkan di dalam suhu ruangan selama 24 jam. Pengeringan cangkang telur juga dapat dilakukan di udara terbuka pada siang hari selama tiga jam. Pengeringan di dalam suhu ruang memerlukan waktu lebih lama dibanding di udara terbuka. Kemudian cangkang yang telah kering ditimbang dan dimasukan ke dalam crusible, dilanjutkan dengan diberi perlakuan panas (kalsinasi) pada suhu 1000 o C selama 5 jam. Kalsinasi dilakukan menggunakan furnace

17 Nebertherm, setelah selesai kalsinasi cangkang telur digerus dan ditimbang kembali. Hasil cangkang telur yang dikalsinasi berupa serbuk berwarna putih. Sintesis Hidroksiapatit dengan Metode Presipitasi Wise Drop Sintesis hidroksiapatit dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode basah yang sering digunakan yaitu presipitasi berupa wise drop. Dalam metode ini diawali dengan melarutkan serbuk cangkang telur ayam kampung dan ras masing-masing 0.5 M dengan aquades 100 ml dalam labu erlenmeyer. Kemudian (NH 4 ) 2 HPO M dilarutkan dengan aquades 100 ml dalam gelas piala. Kedua larutan berada dalam wadah yang terpisah dikocok secara bergantian sehingga kedua larutan dalam masing-masing wadah tercampur dengan aquades secara merata. Metode ini dilakukan dengan meneteskan (NH 4 ) 2 HPO 4 yang telah dilarutkan ke dalam larutan dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras yang telah disediakan diikuti dengan perlakuan stirring selama 90 menit. Setelah kedua larutan tercampur, larutan di stirring kembali selama 60 menit. Kemudian di aging ± 24 jam. Sampel hasil presipitasi disaring dengan menggunakan alat vakum dan kertas saring serta dicuci dengan menggunakan aquades, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan pada suhu 110 o C penahanan selama 5 jam dan tanpa penahanan. Setelah proses pengeringan selesai dilakukan proses sintering pada suhu 900 o C menggunakan furnace vulcan dengan waktu penahanan masingmasing 5 jam. Massa sampel setelah sintering ditimbang dengan menggunakan neraca optik, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan spektrometer FTIR dan SEM-EDX. 5 Karakterisasi FTIR Serbuk Hasil Kalsinasi dan Hidroksiapatit dari Cangkang Telur Ayam Karakterisasi FTIR dilakukan untuk mengetahui kandungan gugus fungsi dalam cangkang telur ayam kampung dan ayam ras yang telah dikalsinasi. Sampel-sampel yang telah dihasilkan dari proses presipitasi kemudian dikarakterisasi juga dengan menggunakan spektrometer FTIR. Karakterisasi FTIR dilakukan untuk mengetahui kandungan gugus kompleks dalam sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras yang telah disintering. Sampel diuji menggunakan spektrometer FTIR ABB MB3000, dua miligram masing-masing sampel dicampur dengan 100 mg KBr, dibuat pelet lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan bilangan gelombang cm -1. Untuk menghilangkan latar belakang absorpsi, pelet KBr selalu disertakan pada setiap pengukuran.

18 Karakterisasi SEM-EDX Hasil Kalsinasi dan Hidroksiapatit dari Cangkang Telur Ayam Sintesis hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dikarakterisasi dengan menggunakan SEM-EDX. Karakterisasi ini dilakukan untuk mengetahui morfologi dan kandungan unsur dari sampel serbuk putih CaO sebelum sintesis dan sampel serbuk hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras. Sampel diletakkan pada plat alumunium yang memiliki dua sisi kemudian dilapisi dengan unsur platina (Pt) selama 60 detik. Proses selanjutnya, sampel yang telah dilapisi platina diamati menggunakan SEM-EDX dengan tegangan 15 kv perbesaran kali. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses awal dalam sintesis hidroksiapatit dapat diperoleh dari metode yang optimum yaitu dengan mengkalsinasi masing-masing cangkang telur ayam kampung dan ayam ras pada suhu 1000 o C selama 5 jam untuk menghasilkan prekursor kalsium berupa serbuk putih. 5 Ketika proses kalsinasi berlangsung terjadi pengurangan massa cangkang telur ayam kampung dan cangkang telur ayam ras. Hal ini menunjukkan bahwa adanya eliminasi komponen-komponen organik dari masing-masing cangkang telur ayam. Secara umum komponen utama dalam cangkang telur ayam adalah kalsium karbonat CaCO 3 sekitar 95%. Sisanya 5% termasuk kalsium fosfat dan magnesium karbonat dan protein larut dan tidak larut. Kalsium karbonat, sebagai komponen utama cangkang, melepaskan karbon dioksida dan membentuk kalsium oksida pada pemanasan (di atas 840 C) yang biasa disebut kalsinasi. Komponen organik lainnya seperti kalsium fosfat dan magnesium karbonat, dengan melting point pada 100 C. Pada suhu 350 C, magnesium karbonat terurai menjadi magnesium oksida dan karbon dioksida. 13 Presentase efisiensi massa CaO dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras hasil kalsinasi hampir sama, rata-rata pengurangan massa cangkang telur ayam kampung selama proses kalsinasi adalah 46.21% sedangkan rata-rata pengurangan massa cangkang telur ayam ras pada proses kalsinasi sebesar 46.74%. Ini berarti efisiensi senyawa kalsium cangkang telur ayam kampung sebesar 53.79% sedangkan efisiensi senyawa kalsium cangkang telur ayam ras yaitu 53.26%. Data perubahan massa untuk 4 kali ulangan ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Efisiensi kalsinasi cangkang telur ayam kampung pada suhu 1000 o C selama 5 jam Ulangan Massa sebelum Massa sesudah Efisiensi kalsinasi (gram) (gram) (%) Rata-rata efisiensi massa (%) ± 0.17

19 Tabel 2 Efisiensi kalsinasi cangkang telur ayam ras pada suhu 1000 o C selama 5 jam Ulangan Massa sebelum Massa sesudah Efisiensi kalsinasi (gram) (gram) (%) Rata-rata efisiensi massa (%) ± 0.04 Dalam proses kalsinasi ini terjadi reaksi pembentukan CaO yang berasal dari senyawa kalsium karbonat dalam cangkang telur ayam berbentuk CaCO 3 dan mengeliminasi komponen organik lainnya. Reaksi pembentukan CaO ini dapat dilihat dalam persamaan di bawah ini : CaCO 3(s) CaO (s) + CO 2(g) (1) Identifikasi FTIR dari cangkang telur ayam kampung yang dikalsinasi suhu 1000 o C selama 5 jam pada Gambar 3a memperlihatkan gugus pita absorbsi OH - pada bilangan 463 cm -1, 1057 cm -1, 1643 cm -1 dan 3464 cm serta CO 3 ditunjukkan gugus pita absorpsi pada bilangan gelombang 1458 cm -1. Selain itu, kalsinasi cangkang telur ayam ras pada suhu 1000 o C dengan penahanan selama 5 jam memperlihatkan pita absorbsi OH - pada bilangan 463 cm -1, 1057 cm -1, dan 3441 cm -1 serta terbentuk pula gugus CO 2-3 pada bilangan gelombang 1450 cm -1 yang ditunjukkan dalam Gambar 3b. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan spektrometer FTIR, masingmasing senyawa kalsium cangkang telur ayam masih mengandung karbonat. Hal ini didukung oleh hasil karakterisasi EDX yang memperlihatkan komposisi unsur dari senyawa kalsium yang diperoleh. Komposisi unsur yang diperoleh dari karakterisasi EDX ditunjukkan pada Tabel 3. Dalam Tabel 3 diperlihatkan bahwa serbuk hasil kalsinasi tidak murni CaO, dikarenakan dalam sampel masih terdapat kandungan unsur C, Mg dan P dalam jumlah yang relatif kecil. Hal ini disebabkan titik leleh dari unsur C memiliki titik leleh yang sangat tinggi yaitu 3552 o C, unsur Mg yaitu 650 o C sedangkan unsur P memiliki titik leleh 44 o C. 19 Unsur-unsur tersebut merupakan hasil dari pemanasan yang kurang sempurna, sehingga akan mempengaruhi pada komposisi unsur Ca dan O yang diperoleh. Persentase komposisi massa kalsium dan oksigen dari cangkang telur ayam ras yang diperoleh hampir mendekati massa berdasarkan teori, besar persentase komposisi kalsium berdasar teori sebesar 71.57% dan unsur oksigen yaitu 28.57%. persentase komposisi unsur CaO dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras yang ditunjukkan Tabel 3, memperlihatkan bahwa besar persentase unsur kalsium dalam sampel CaO cangkang telur ayam kampung yaitu 64.72% sedangkan persentase unsur kalsium dari CaO cangkang telur ayam ras sebesar 71.11%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase unsur kalsium dari CaO cangkang telur ayam kampung lebih sedikit daripada sampel CaO dari cangkang telur ayam ras dikarenakan dalam sampel CaO cangkang telur ayam kampung ini masih memiliki presentase unsur karbonat yang cukup tinggi yaitu 1.54% dan persentase unsur oksigen yang masih tinggi juga yaitu sebesar 33.07% 7

20 8 dibandingkan dengan unsur oksigen dari CaO cangkang telur ayam ras sebesar 26.86%. Hal tersebut terjadi karena pada saat kalsinasi masih ada kandungan kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang belum tereliminasi. (a) (b) Transmitansi (%) Gambar 3 Spektra FTIR hasil kalsinasi 1000 o C selama 5 jam: (a) cangkang telur ayam kampung dan (b) cangkang telur ayam ras Tabel 3 Komposisi unsur serbuk CaO cangkang telur ayam kampung dan ayam ras menggunakan EDX Komposisi (% massa) cangkang telur hasil kalsinasi Unsur Cangkang telur Ayam Kampung Cangkang telur Ayam Ras C O Mg P Ca

21 9 a b Gambar 4 Karakterisasi SEM sampel serbuk cangkang telur hasil kalsinasi pada suhu 1000 o C dengan penahanan waktu selama 5 jam: (a) cangkang telur ayam kampung, (b) cangkang telur ayam ras Analisis morfologi dan komposisi unsur pada serbuk cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dilakukan dengan menggunakan SEM. Gambar 4 menunjukkan morfologi dari permukaan hasil kalsinasi serbuk cangkang telur ayam kampung (a) dan telur ayam ras (b) yang telah dihaluskan. Struktur morfologi dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras membentuk matriks yang seragam, namun masih terdapat partikel-partikel kecil yang menempel. Hal ini menyatakan bahwa kalsinasi cangkang telur pada suhu 1000 C selama 5 jam mengakibatkan kalsium karbonat yang terkandung di dalam cangkang telur berubah menjadi kalsium oksida dengan reaksi seperti Persamaan (1). Hasil Sintesis Hidroksiapatit Prekursor kalsium dan fosfat yang digunakan untuk sintesis hidroksiapatit dilakukan dengan menggunakan metode presipitasi wise drop dengan perbandingan massa konsentrasi sebesar 1.67 pada suhu ruang. Hasil sintering pada suhu 900 o C selama 5 jam menghasilkan serbuk putih yang dinamakan hidroksiapatit. Efisiensi massa hasil sintering dari hidroksiapatit dengan Ca cangkang telur ayam kampung dengan variasi suhu pengeringan 110 o C selama 5 jam (dalam Tabel 5) dan tanpa penahanan (dalam Tabel 6), sedangkan efisiensi massa hasil sintering dari hidroksiapatit dengan Ca cangkang telur ayam ras dengan variasi suhu pengeringan 110 o C selama 5 jam (dalam Tabel 7) serta tanpa penahanan (dalam Tabel 8). Pada Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8 terlihat bahwa massa prekursor yang digunakan dalam sintesis hidroksiapatit lebih besar dari massa yang dihasilkan setelah proses sintering. Sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dengan penahanan pengeringan selama 5 jam memiliki efisiensi massa lebih rendah dibandingkan hidroksiapatit dengan pengeringan tanpa penahanan, tetapi nilai efisiensi massa secara keseluruhan nilai yang diperoleh hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa lama waktu pengeringan mempengaruhi massa sampel hidroksiapatit yang terbentuk. Rata-rata efisiensi massa sampel hidroksiapatit dengan sumber kalsium cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam sebesar 64.57%. Hal ini

22 10 berbeda dengan efisiensi massa dengan sumber kalsium yang sama namun pengeringan 110 o C tanpa penahanan, rata-rata efisiensi massa hidroksiapatit yang dihasilkan lebih besar yaitu 68.33%. Berbeda halnya dengan nilai rata-rata efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras baik dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam maupun tanpa penahanan memiliki nilai yang hampir sama yaitu 66.05% dan 66.15%. Tabel 4 Efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam Ulangan Massa CaO Massa (NH 4 ) 2 HPO 4 Massa hasil Efisiensi (gram) (gram) sintering (gram) massa (%) Rata-rata efisiensi massa (%) Tabel 5 Efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan 110 o C tanpa penahanan Ulangan Massa CaO Massa (NH 4 ) 2 HPO 4 Massa hasil Efisiensi (gram) (gram) sintering (gram) massa (%) Rata-rata efisiensi massa (%) Tabel 6 Efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam Ulangan Massa CaO Massa (NH 4 ) 2 HPO 4 Massa hasil Efisiensi (gram) (gram) sintering (gram) massa (%) Rata-rata efisiensi massa (%) Tabel 7 Efisiensi massa sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan 110 o C tanpa penahanan Ulangan Massa CaO Massa (NH 4 ) 2 HPO 4 Massa hasil Efisiensi (gram) (gram) sintering (gram) massa (%) Rata-rata efisiensi massa (%) 66.15

23 11 Karakteristik Sampel Hidroksiapatit Berdasarkan FTIR Hidroksiapatit yang dihasilkan dianalisis dengan spektrometer FTIR. Spektra yang dihasilkan untuk hidroksiapatit ayam kampung dan ayam ras dapat dilihat dalam Gambar 5 dan Gambar 6. Dari analisis FTIR yang dihasilkan terbukti bahwa sampel yang dihasilkan benar-benar hidroksiapatit. Terlihat pada gambar bahwa hasilnya menunjukkan pita serapan yang hampir sama, namun yang membedakan dari sampel-sampel tersebut yaitu nilai transmitansi, transmitansi dari hidroksiapatit dengan pengeringan 110 o C tanpa penahanan lebih kecil daripada sampel dengan penahanan selama 5 jam. Hal ini membuktikan bahwa baik pengeringan dengan waktu penahanan selama 5 jam dengan tanpa penahanan tidak ada bedanya. Pada pengeringan dengan suhu 100 o C mengakibatkan kedua senyawa kalsium fase amorf sebagian berubah menjadi fase kristal. 8 Seluruh spektra tersebut memperlihat pita serapan gugus OH -, pita serapan k1 gugus PO 3-4, k2 gugus PO 3-4, dan k3 gugus PO 3-4. Gambar 5(a) menunjukkan spektra hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam dan Gambar 5(b) spektra hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan tanpa penahanan. Dari spektra terlihat bahwa gugus fosfat terdeteksi paling dominan, gugus fosfat menandakan terbentuknya hidroksiapatit dalam sebuah presipitat. 14 Terlihat pada gambar bahwa terdapat puncak-puncak pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 yang merupakan karakteristik streching mode gugus fosfat, sedangkan serapan pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 memperlihatkan bending mode gugus fosfat PO 3-4. Pita serapan k3 gugus PO 3-4 pada semua sampel terbentuk bahu (belahan) menandakan mulai terbentuknya kristal pada sampel. Belahan ini semakin jelas terlihat pada pita serapan k4 PO 3-4 yang mempunyai dua puncak. Semakin tinggi derajat belah maka menunjukkan bahwa sampel memiliki derajat kristalinitas yang tinggi, kondisi seperti ini menandakan sampel semakin kristal yang memperkuat terjadinya hidroksiapatit pada pita serapan k3 gugus PO Pada gambar 5 juga muncul gugus OH - pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 yang merupakan karakteristik hidroksiapatit. Gambar 6 menunjukkan spektra FTIR dari gugus-gugus fungsi pada sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan suhu pengeringan 110 o C selama 5 jam (a) dan tanpa penahanan (b). Terlihat pada gambar 6 bahwa terdapat puncak-puncak pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 yang merupakan karakteristik streching mode gugus fosfat, sedangkan serapan pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 memperlihatkan bending mode gugus fosfat PO Pada semua spektra muncul gugus OH - pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 yang merupakan karakteristik hidroksiapatit. Selain gugus fungsi hidroksil, pada sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan ditahan selama 5 jam ulangan kedua dan ulangan keempat yang ditunjukkan dalam Gambar 6(a) muncul gugus OH - yang menunjukkan keadaan H 2 O pada permukaan sampel dengan panjang gelombang berturut-turut yaitu cm -1 dan cm -1 sedangkan pada gambar 6(b) gugus OH - muncul dalam sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan tanpa penahanan ulangan pertama pada bilangan gelombang cm -1 dan pada sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam

24 12 ras dengan pengeringan tanpa penahanan ulangan ketiga gugus OH - terdeteksi pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1. Puncak gugus OH - yang terbentuk sangat lemah, kondisi ini menunjukkan bahwa H 2 O dalam sampel semakin sedikit yang ditandai dengan persen transmitansi gugus OH - yang tinggi. 15 (a) Transmitansi (%) (b) Gambar 5 Spektra FTIR sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan suhu 110 o C (a) selama 5 jam dan (b) tanpa penahanan masing-masing 4x pengulangan

25 13 (a) (b) Transmitansi (%) Gambar 6 Spektra FTIR sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam ras dengan pengeringan suhu 110 o C (a) selama 5 jam dan (b) tanpa penahanan masing-masing 4x pengulangan Pita serapan k3 gugus karbonat pada Gambar 6(a) muncul dalam sampel HA-AR2 pada bilangan gelombang cm -1 dan cm -1 dengan puncak yang lemah. Pita serapan v3 gugus CO 2 3 yang muncul pada kedua peak bentuknya asimetri dan menandakan terjadinya pembentukan kristal pada sampel. 10 Kandungan karbonat dalam sintesis senyawa kalsium fosfat dapat menggantikan dua posisi yaitu OH - dan PO 3-4. Posisi pertama karbonat

26 14 menggantikan OH - membentuk apatit karbonat tipe A, dan posisi kedua menggantikan PO 3-4 membentuk apatit karbonat tipe B. 16 Terjadinya karbonat tipe A lebih sulit dibandingkan dengan pembentukan apatit karbonat tipe B. Hal ini terjadi karena OH - dalam hidroksiapatit membutuhkan energi yang lebih besar untuk lepas dari PO 3-4. Pada bilangan gelombang cm -1 menunjukkan bahwa dalam sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan ditahan selama 5 jam ulangan kedua terbentuk kristal apatit tipe B, sedangkan pada bilangan gelombang cm -1 menunjukkan terbentuknya kristal apatit tipe A. Spektra FTIR untuk sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan tanpa penahanan ulangan pertama yang ditunjukkan pada Gambar 6(b) terbentuk pita serapan kristal apatit tipe B pada bilangan gelombang cm -1 dan kristal apatit tipe-a yang menggantikan OH - yaitu terbentuk pada bilangan gelombang cm -1. Pembentukan kristal apatit tipe A juga terbentuk pada sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan tanpa penahanan ulangan kedua pada bilangan gelombang cm -1. Ion karbonat tersebut merupakan inhibitor pertumbuhan kristal dalam sintesis hidroksiapatit. Puncak yang terbentuk dalam kedua peak ini sangat lemah, hal ini menunjukkan bahwa unsur karbonat yang terbentuk dalam sampel ini sangat sedikit bahkan hampir tidak terlihat. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kemurnian hidroksiapatit yang cukup tinggi, walaupun masih terdapat gugus karbonat sebagai kalsium karbonat dalam jumlah yang sangat kecil. Perbandingan sampel hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dengan pengeringan ditahan selama 5 jam dan tanpa penahanan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada serbuk hidroksiapatit cangkang telur ayam ras terdapat kristal apatit tipe B dan tipe A, sedangkan pada hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung sudah tidak terbentuk gugus karbonat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hasil sampel hidroksiapatit yang diperoleh menunjukkan tingkat kemurnian hidroksiapatit yang tinggi, walaupun dalam sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam ras masih terdapat gugus karbonat sebagai kalsium karbonat dalam jumlah yang sangat kecil.

27 Tabel 8 Data Spektra serbuk hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras Pita absorbsi PO 3-4 (cm -1 Pita absorbsi ) Pita Nama sampel Ulangan CO 2-3 (cm -1 ) absorbsi k1 k3 k4 k3 OH - (cm -1 ) Hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan ditahan 5 jam Hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan tanpa penahanan Hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan ditahan selama 5 jam Hidroksiapatit dari cangkang telur ayam ras dengan pengeringan tanpa penahanan

28 16 Morfologi Sampel Hidroksiapatit Observasi morfologi sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam dan tanpa penahanan dapat dilihat dalam Gambar 7 dan Gambar 8, morfologi sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam ras baik dengan pengeringan 110 o C selama 5 jam maupun tanpa penahanan ditunjukkan pada Gambar 9 dan Gambar 10 dengan masing-masing perbesaran yang digunakan adalah x. Observasi sampel diambil berdasarkan sampel yang didapat dari hasil spektrometer FTIR, hasil observasi sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung dengan pengeringan selama 5 jam dan hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung tanpa penahanan terlihat seperti kelompok partikel kecil yang berdekatan dan seragam. Hal ini menunjukkan bahwa sampel hidroksiapatit telah membentuk ukuran kristal. 17 Ukuran butir partikel pada sampel hidroksiapatit ayam kampung dengan penahanan terlihat lebih besar dibandingkan dengan sampel hidrokispatit ayam kampung tanpa penahanan. Kelompok partikel sampel hidroksiapatit dengan penahanan lebih seragam dan berdekatan dibandingkan tanpa penahanan. Proses sintering akan terjadi pada kondisi perlakuan panas yang lebih lunak. Namun bentuk aglomerat sangat tidak diinginkan karena dapat menimbulkan void (rongga) dalam dense material yang akan dibentuk. Hal ini jelas akan meningkatkan porositas dan dengan demikian menurunkan sifat-sifat mekaniknya. 12 Gambar 7 Morfologi sampel hidroksiapatit ayam kampung tanpa penahanan Gambar 8 Morfologi sampel hidroksiapatit ayam kampung dengan penahanan selama 5 jam

29 17 Gambar 9 Morfologi sampel hidroksiapatit ayam ras tanpa penahanan Gambar 10 Morfologi sampel hidroksiapatit ayam ras dengan penahanan selama 5 jam Morfologi sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam ras dengan pengeringan selama 5 jam dan hidroksiapatit cangkang telur ayam ras tanpa penahanan hampir menyerupai kelompok partikel pada sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung, tetapi ukurannya sedikit lebih kecil. Kelompok partikel sampel hidroksiapatit ayam ras dengan penahanan dan tanpa penahanan berbeda, kelompok partikel hidroksiapatit ayam ras dengan penahanan memiliki partikel lebih tersusun dan lebih rapat daripada kelompok pertikel dari sampel hidroksiapatit ayam ras tanpa penahanan. Dari hasil karakterisasi SEM untuk sampel hidroksiapatit memiliki ukuran celah yang berbeda-beda terlihat dalam Tabel 10, celah antar partikel biasanya dijadikan tempat sirkulasi cairan tubuh dari seluruh lapisan bila digunakan sebagai biomaterial. 18 Ukuran diameter celah hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dengan pengeringan selama 5 jam lebih kecil dibandingkan dengan hidroksiapatit tanpa penahanan. Akan tetapi hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung memiliki ukuran diameter celah antar partikel lebih kecil daripada hidroksiapatit cangkang telur ayam ras.. Lama waktu pengeringan mengakibatkan meningkatnya energi getaran termal, yang kemudian mempercepat difusi atom melalui batas butir dan keseragaman butir setiap sampel. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan menggunakan perbandingan skala didapat rata-rata panjang dan lebar partikel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dengan penahanan dan tanpa penahanan yang ditunjukkan dalam Tabel 9. Tabel 9 Data ukuran partikel serbuk hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras Nama sampel Panjang partikel (µm) Lebar partikel (µm) Diameter celah (µm) Hidroksiapatit ayam kampung ditahan Hidroksiapatit ayam kampung tanpa ditahan Hidroksiapatit ayam ras ditahan Hidroksiapatit ayam ras tanpa ditahan

30 18 Komposisi Sampel Hidroksiapatit Pengukuran komposisi unsur dilakukan bersamaan dengan observasi morfologi dengan menggunakan SEM-EDX. Komposisi unsur hidroksiapatit yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel 10, dalam tabel memperlihatkan bahwa hidroksiapatit yang dihasilkan masih memiliki unsur pengotor yang relatif kecil, diantaranya unsur C, Mg dan O. Kandungan unsur C yang didapat sebesar , sedangkan unsur Mg berkisar , dan unsur O sebesar Unsur-unsur pengotor ini terbentuk dari senyawa kalsium yang masih belum murni ditambah pula unsur-unsur tersebut belum tereliminasi secara sempurna pada saat proses sintering. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya unsurunsur tersebut mempengaruhi banyaknya unsur Ca dan P yang terbentuk dalam sampel. Tabel 10 Data komposisi unsur serbuk hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras Nama sampel Komposisi unsur (% berat) C O Mg P Ca Hidroksiapatit ayam kampung ditahan Hidroksiapatit ayam kampung tanpa ditahan Hidroksiapatit ayam ras ditahan Hidroksiapatit ayam ras tanpa ditahan Tabel 11 Rasio Molaritas Ca/P Nama Sampel Ca/P Hidroksiapatit ayam kampung ditahan 1.60 Hidroksiapatit ayam kampung tanpa ditahan 1.52 Hidroksiapatit ayam ras ditahan 1.51 Hidroksiapatit ayam ras tanpa ditahan 1.62 Rasio Molaritas Ca/P yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 11. Rasio Ca/P pada sampel relatif lebih kecil dari rasio hidroksiapatit 1.67, dikarenakan produksi hidroksiapatit yang diperoleh rasio Ca/P berkisar antara dan kandungan Ca berkisar 34-41% dan fosfat 17-20%. Nilai rasio Ca/P yang didapat dalam sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung tanpa penahanan dan hidroksiapatit cangkang telur ayam ras dengan penahanan lebih kecil yaitu 1.52 dan 1.51, hal ini terjadi karena kandungan Ca pada sampel hidroksiapatit cangkang telur ayam kampung tanpa penahanan dan hidroksiapatit cangkang telur ayam ras dengan penahanan lebih sedikit. 15 Nilai perbandingan kalsium dan fosfat dapat dihitung dengan menggunakan mol Ca dan P dari persentase massa hasil EDX dibagi dengan masing-masing massa atom Ca dan P. Pada sampel berdasar

31 Tabel 3 menunjukkan bahwa starting material yang digunakan sebagai prekursor CaO masih mengandung unsur karbonat, magnesium dan kalsium fosfat, sehingga setelah direaksikan dengan (NH 4 ) 2 HPO 4 masih banyak senyawa karbonat dan senyawa lain yang tidak ikut bereaksi pada saat sintering maka dari itu mempengaruhi jumlah Ca dan P yang dihasilkan pada sampel hidroksiapatit. 19 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Cangkang telur ayam yang kaya kalsium dapat menjadi starting material dalam pembuatan hidroksiapatit. Sintesis hidroksiapatit dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras dengan variasi waktu penahanan selama 5 jam pada saat pengeringan dengan suhu 110 o C telah berhasil dilakukan dengan menggunakan metode presipitasi wise drop. Prekursor kalsium yang diperoleh dari hasil kalsinasi cangkang telur ayam kampung berupa serbuk putih CaO dengan efisiensi rata-rata massa yaitu 53.79%, sedangkan prekursor kalsium hasil kalsinasi cangkang telur ayam ras memiliki efisiensi rata-rata massa sebesar 53.25%. Serbuk putih halus dari hasil sintesis hidroksiapatit yang berasal dari cangkang telur ayam kampung dan ayam ras baik yang pengeringannya ditahan selama 5 jam maupun tidak, memiliki efisiensi rata-rata massa secara berturut-turut yaitu 64.57%, 68.33%, 66.05% dan 66.15%. Sampel hidroksiapatit yang dihasilkan baik dari variasi bahan maupun variasi waktu penahanan pada saat pengeringan sudah terbentuk hidroksiapatit murni. Hasil analisis spektra FTIR pada sampel hidroksiapatit dengan variasi bahan dan variasi waktu penahanan dalam pengeringan menunjukkan bahwa sampel memiliki gugus OH - dan PO Hasil ini menunjukkan tingkat kemurnian hidroksiapatit yang cukup tinggi, walaupun masih terdapat gugus karbonat sebagai kalsium karbonat dalam jumlah yang sangat kecil. Pencirian SEM-EDX dalam sampel hidroksiapatit dengan variasi bahan dan variasi waktu penahanan pada prosese pengeringan memperlihatkan telah terbentuknya hidroksiapatit berupa bongkahan kecil yang tersebar secara seragam dengan ukuran panjang partikel sebesar µm serta lebar partikel yaitu µm. Berdasarkan adanya variasi bahan dan variasi waktu pengeringan tidak berpengaruh signifikan terhadap ukuran partikel dan rasio Ca/p. Besar rasio yang dihasilkan dengan menggunakan EDX yaitu Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan dalam menghasilkan hidroksiapatit yang perbandingan molarnya tepat 1,67, seperti massa prekursor CaO pada pembuatan hidroksiapatit yang berasal dari cangkang telur ayam kampung dan tidak diperlukan penahanan pada proses pengeringan, diperlukan karakterisasi TG-DTA untuk melihat reaksi yang terjadi pada sampel.

32 20 DAFTAR PUSTAKA 1. Utami S. Pembuatan komposit kalsium fosfat kitosan dengan metode sonikasi [thesis]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Dahlan K. Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang. [Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Pankaew P, Hoonnivathana E, Limsuwan P, Naemchanthara K. Suhu effect on calcium phosphate synthesized from chicken eggshells and ammonium phosphate. Journal of Applied Sciences 10(24): Bahrololoom MJ, Javidi M, Javadpour S, Mab J. Characterisation of natural hydroxyapatite extracted from bovine cortical bone ash. Journal of Ceramic Processing Research. Vol. 10, No. 2, pp. 129~ Amrina QH. Sintesa hidroksiapatit dengan memanfaatkan limbah cangkang telur: karakterisasi difraksi sinar-x dan scanning electron microscopy (SEM). [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Putri AAP. Metode single drop pada pembuatan hidroksiapatit berbasis cangkang telur [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Riyani E, Maddu A, Soejoko DS. Karakterisasi senyawa kalsium fosfat karbonat hasil pengaruh penambahan ion F - dan Mg 3+. Jurnal Biofisika 1: Ahmiatri S, Soejoko DS. Pengaruh ion karbonat dalam proses presipitasi senyawa kalsium fosfat. Makara Sains. 6 : Saryati, Sulistioso G.S, Ari H, Supardi, Puji U, Bambang U. Hidroksiapatit berpori dari kulit kerang. Jurnal Sains Materi Indonesia. Akreditasi LIPI No: 3/D/2012. ISSN : Fifia Z. Spektroskopi inframerah, serapan atomik, serapan sinar tampak dan ultraviolet hidroksiapatit dari cangkang telur [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Darmawan D, Yessy W. Sintesis dan karakterisasi komposit hidroksiapatit sebagai graft tulang sintetik. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Vol. 4 No. 2. ISSN Iis S, Myrna A, A.Ali A. Pengembangan Serbuk Hidroksiapatit untuk Aplikasi Medis : Karakterisasi Awal dengan FTIR dan XRD. [Prosiding Pertemuan llmiah lbnu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2002]. Depok : Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Material (P3TM)-BPP Teknologi Solihat R. Hydrothermal synthesis of hydroxyapatite from eggshell: XRD, FTIR and SEM-EDXA characterization [skripsi]. Bogor : Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Bogor Agricultural University Gergely G, Weber F, Lukacs I, Attila L, Toth, Zsolt E, Horvath, Mihaly J, Balazsi C. Preparation and characterization of hydroxyapatite from eggshell. Ceramics International 36 (2010)

33 15. Ahmed S, Ahsan M. Synthesis of Ca-hydroxyapatite bioceramic from egg shell and its characterization. Bangladesh journal of scientific and Industrial research. 43(4), Dahlan K, Utami S, Nurlaila A. Soejoko D. Synthesis and characterization of calcium phosphate/chitosan composites. International Journal of Basic & Applied Sciences (IJBAS-IJENS) Vol: 12 No: Hanumantharaju H. Shivanand K. Prashanth K. Kumar S. Jagadish P. Study on hydroxyapatite coating on biomaterial by plasma spray method. International Journal of Engineering Science and Technology (IJEST). Vol. 4 No.09 September ISSN : Hui P, Meena S, Singh G, Agarawal R, Prakash S. Synthesis oh hydroxyapatite bio-ceramic powder by hydrothermal method. Journal of Minerals & Materials Characterization & Engineering. Vol. 9, No.8, pp [Djamuddin S]. 116 unsur kimia. [Terhubung berkala] unsur kimia.htm// [20 Mei 2014]. 21

34 LAMPIRAN 22

35 23 Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian Mulai Persiapan alat dan bahan Pembersihan cangkang terlur Kalsinasi cangkang telur ayam kampung dan ayam ras (pada suhu 1000 o C selama 5 jam) Serbuk putih Karakterisasi FTIR dan SEM-EDX Sintesis hidroksiapatit (metode wise drop) Pengeringan 110 o C selama 5 jam Pengeringan 110 o C tanpa penahanan Sintering pada suhu 900 o C selama 5 jam Serbuk Karakterisasi FTIR dan SEM-EDX Analisis Penulisan laporan Selesai

36 24 Lampiran 2 Proses Kalsinasi Cangkang Telur (a) (b) (c) (f) (e) (d) (g) Karakterisasi FTIR dan SEM-EDX (h) Keterangan : (a) Perendaman cangkang telur ayam selama 2 jam (b) Pengeringan cangkang telur ayam pada suhu ruang (c) Penimbangan cangkang telur ayam sebelum kalsinasi (d) Kalsinasi 1000 o C selama 5 jam (e) Hasil kalsinasi sebelum digerus (f) Penggerusan hasil kalsinasi (g) Serbuk cangkang telur ayam hasil kalsinasi (h) Karakterisasi FTIR dan SEM-EDX

37 25 Lampiran 3 Sintesis Hidroksiapatit (a) Presipitasi (b) Stirring (c) Aging (f) Sintering (e) hasil penyaringan (d) Penyaringan (g) Penggerusan (h) Serbuk Hidroksiapatit (i) Coating (j) Karakterisasi MENGGUNAKAN spektrometer FTIR dan SEM EDX

38 26 Lampiran 4 Morfologi serbuk CaO dari cangkang telur ayam kampung menggunakan SEM 26 Serbuk CaO Perbesaran 100x Serbuk CaO Perbesaran 200x Serbuk CaO Perbesaran 1000x Serbuk CaO Perbesaran 2500x Serbuk CaO Perbesaran 5000x Serbuk CaO Perbesaran 10000x

39 27 Lampiran 5 Morfologi Serbuk CaO dari cangkang telur ayam ras menggunakan SEM Serbuk CaO Perbesaran 100x Serbuk CaO Perbesaran 200x Serbuk CaO Perbesaran 1000x Serbuk CaO Perbesaran 2500x Serbuk CaO Perbesaran 5000x Serbuk CaO Perbesaran 10000x 27

40 28 Lampiran 6 Morfologi sampel hidroksiapatit ayam kampung tanpa ditahan menggunakan SEM 28 Perbesaran 200x Perbesaran 500x Perbesaran 1000x Perbesaran 2500x Perbesaran 5000x Perbesaran 10000x Perbesaran 30000x

41 29 Lampiran 7 Morfologi sampel hidroksiapatit ayam kampung ditahan menggunakan SEM Perbesaran 200x Perbesaran 500x Perbesaran 1000x Perbesaran 2500x Perbesaran 5000x Perbesaran 10000x Perbesaran 30000x 29

42 30 Lampiran 8 Morfologi sampel hidroksiapatit ayam ras tanpa ditahan menggunakan SEM 30 Perbesaran 200x Perbesaran 500x Perbesaran 1000x Perbesaran 2500x Perbesaran 5000x Perbesaran 10000x Perbesaran 30000x

43 31 Lampiran 9 Morfologi sampel hidroksiapatit ayam ras ditahan menggunakan SEM Perbesaran 200x Perbesaran 500x Perbesaran 1000x Perbesaran 2500x Perbesaran 5000x Perbesaran 10000x Perbesaran 30000x 31

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Kiagus Dahlan, Setia Utami Dewi Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Kiagus Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor E-mail: kiagusd@yahoo.com Abstrak.

Lebih terperinci

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal.

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Darah dengan Proses Hidrotermal Variasi Suhu dan ph Bona Tua 1), Amun Amri 2), dan Zultiniar 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia 2) Dosen

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun dari fosfor dan kalsium dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Molekul ini menempati porsi 65% dari

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING Jurnal Biofisika 8 (2): 42-48 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING Hardiyanti, K. Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL 4.1.1. Difraksi Sinar-X Sampel Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel, menghitung derajat kristalinitas sampel, parameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit TPM 14 Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit Silvia Reni Yenti, Ervina, Ahmad Fadli, dan Idral Amri Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING Jurnal Biofisika 8 (1): 42-53 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING N. Selvia,* K. Dahlan, S. U. Dewi. Bagian Biofisika, Departemen

Lebih terperinci

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA SINTESIS KOMPOSIT BIOMATERIAL (β-ca 3 (PO 4 ) 2 ) (ZrO) BERBASIS CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI 100801026 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS DAN AYAM KAMPUNG RATIH WIDYANING TYAS

STUDI KARAKTERISTIK HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS DAN AYAM KAMPUNG RATIH WIDYANING TYAS STUDI KARAKTERISTIK HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS DAN AYAM KAMPUNG RATIH WIDYANING TYAS DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMAIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitas cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari alternatif bahan rehabilitas yang baik dan terjangkau,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis BCP dan ACP Sintesis BCP dan ACP dilakukan dengan metode yang berbeda, dengan bahan dasar yang sama yaitu CaO dan (NH 4 ) 2 HPO 4. CaO bersumber dari cangkang telur

Lebih terperinci

Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Telur dengan Metode Presipitasi

Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Telur dengan Metode Presipitasi Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Telur dengan Metode Presipitasi Novika Sri Wardani 1, Ahmad Fadli, Irdoni Laboratorium Material & Korosi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biokeramik hidroksiapatit adalah keramik berbasis kalsium fosfat dengan rumus kimia ( ) ( ), yang merupakan paduan dua senyawa garam trikalsium fosfat dan kalsium hidroksida

Lebih terperinci

SINTESIS SENYAWA KALSIUM FOSFAT DENGAN TEKNIK PRESIPITASI SINGLE DROP

SINTESIS SENYAWA KALSIUM FOSFAT DENGAN TEKNIK PRESIPITASI SINGLE DROP Jurnal Biofisika 8 (1): 25-33 SINTESIS SENYAWA KALSIUM FOSFAT DENGAN TEKNIK PRESIPITASI SINGLE DROP I. P. Ramadhani, * S. T. Wahyudi*, S. U. Dewi Bagian Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH UNESA Journal of Chemistry, Vol. 6, No. 2, May 2017 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA

PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang Synthesis and Characteritation of Bone Graft from Hydroxyapatite/Collagen/Chitosan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho dkk., 2007). Selain fungsi mekanis, tulang juga berperan penting dalam aktivitas metabolik (Meneghini

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

Uji Mikrostruktur dengan SEM HASIL DAN PEMBAHASAN Cangkang Telur Hidroksiapatit

Uji Mikrostruktur dengan SEM HASIL DAN PEMBAHASAN Cangkang Telur Hidroksiapatit 3 Uji Mikrostruktur dengan SEM Sampel ditempelkan pada cell holder kemudian disalut emas dalam keadaan vakum selama waktu dan kuat arus tertentu dengan ion coater. Sampel dimasukkan pada tempat sampel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS

IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN MENGGUNAKAN X-RAY FLUORESCENCE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0 TUGAS AKHIR STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0.5 M DIAMONIUM HIDROGEN FOSFAT SEBELUM DAN SESUDAH KALSINASI DAN SINTERING Disusun : AMIN MUSTOFA NIM : D 200 05

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 40% kerusakan jaringan keras tubuh karena tulang rapuh, kanker tulang atau kecelakaan banyak terjadi di Indonesia, sisanya karena cacat bawaan sejak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

PENUMBUHAN KRISTAL APATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN BEBEK PADA KITOSAN DENGAN METODE PRESIPITASI

PENUMBUHAN KRISTAL APATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN BEBEK PADA KITOSAN DENGAN METODE PRESIPITASI PENUMBUHAN KRISTAL APATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN BEBEK PADA KITOSAN DENGAN METODE PRESIPITASI AI NURLAELA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Ageing dan Kecepatan Pengadukan Pada Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Telur dengan Metode Presipitasi

Pengaruh Waktu Ageing dan Kecepatan Pengadukan Pada Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Telur dengan Metode Presipitasi Pengaruh Waktu Ageing dan Kecepatan Pengadukan Pada Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Telur dengan Metode Presipitasi Rio Andika 1, Ahmad Fadli, Irdoni HS Alumni Teknik Kimia Universitas Riau Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik, 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Teknik,, dan Laboratorium Penelitian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi. cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi. cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari alternatif bahan rehabilitasi yang baik,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov). pati. Selanjutnya, pemanasan dilanjutkan pada suhu 750 ºC untuk meningkatkan matriks pori yang telah termodifikasi. Struktur pori selanjutnya diamati menggunakan SEM. Perlakuan di atas dilakukan juga pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN METODE BASAH-PENGENDAPAN

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN METODE BASAH-PENGENDAPAN SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN METODE BASAH-PENGENDAPAN SYNTHESIS HYDROXYAPATITE MADE FROM PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) WITH WET PRECIPITATION

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan rehabilitasi saat ini semakin banyak diperlukan oleh masyarakat. Pada bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk merehabilitasi tulang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda

Lebih terperinci

Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat

Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat TUGAS AKHIR Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat Disusun : AGUS DWI SANTOSO NIM : D200 050 182 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA

KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

WULAN NOVIANA ( )

WULAN NOVIANA ( ) PENGARUH VARIASI WAKTU DAN MASSA SINTESIS APATITE DARI TULANG SAPI MENGGUNAKAN METODE GELOMBANG MIKRO DAYA 900 WATT WULAN NOVIANA (2710100097) DOSEN PEMBIMBING: YULI SETIYORINI ST, M.Phil L/O/G/O Latar

Lebih terperinci

PELAPISAN HIDROKSIAPATIT BERBASIS CANGKANG TELUR PADA LOGAM STAINLESS STEEL 316 DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORETIK CARYONO

PELAPISAN HIDROKSIAPATIT BERBASIS CANGKANG TELUR PADA LOGAM STAINLESS STEEL 316 DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORETIK CARYONO PELAPISAN HIDROKSIAPATIT BERBASIS CANGKANG TELUR PADA LOGAM STAINLESS STEEL 316 DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORETIK CARYONO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI Nurul Fitria Apriliani 1108 100 026 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan 29 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu : preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan April

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

2 I. Wadu dkk., Sintesa dan Penentuan Kadar Kalsium-Fosfat.

2 I. Wadu dkk., Sintesa dan Penentuan Kadar Kalsium-Fosfat. JKPK (JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA), Vol 3, No 1, Tahun 2018 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/jkpk Hal. 1-5 ISSN 2503-4146 ISSN 2503-4154 (online)

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DENGAN POROGEN KITOSAN DAN KARAKTERISASINYA

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DENGAN POROGEN KITOSAN DAN KARAKTERISASINYA SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DENGAN POROGEN KITOSAN DAN KARAKTERISASINYA (SYNTHESIS OF HYDROXYAPATITE POROUS WITH CHITOSAN POROGEN AND ITS CHARACTERIZATION) Sulistioso GS 1, Deswita 1, Armi Wulanawati

Lebih terperinci

1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Tempat dan Waktu Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cangkang Telur 2.2. Mineral Tulang

1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Tempat dan Waktu Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cangkang Telur 2.2. Mineral Tulang 2 diharapkan mampu memberikan kemudahan dan nilai ekonomis bagi masyarakat yang nantinya membutuhkan produk dari biomaterial untuk kesehatan. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013. Pembuatan sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

Lebih terperinci