VI. KESEDIAAN MEMBAYAR SECARA PRA-UPAYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. KESEDIAAN MEMBAYAR SECARA PRA-UPAYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN"

Transkripsi

1 VI. KESEDIAAN MEMBAYAR SECARA PRA-UPAYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 6.1. Analisis Pilihan Sistem Pembayaran Pelayanan Kesehatan Karakteristik Sampel Penelitian Dengan dikembangkannya sistem pembayaran pra-upaya maka masyarakat khususnya yang berobat ke Puskesmas memiliki pilihan terhadap sistem pembayaran pelayanan kesehatan yaitu opsi pembayaran secara praupaya atau pembayaran secara langsung. Analisis pilihan sistem pembayaran ini dilakukan untuk mengetahui peluang dari kedua opsi sistem pembayaran terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Sampel atau responden yang diwawancarai untuk tujuan penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kepala Keluarga atau keluarga yang memiliki kebiasaan atau kecenderungan untuk berobat ke Puskesmas, Pustu dan Polindes sehingga dapat dianggap merupakan pangsa pasar JPKM 2. Bukan merupakan KK atau Keluarga Miskin yang mendapat JPS atau kartu berobat gratis 3. Bukan merupakan KK atau keluarga yang memiliki kebiasaan atau orientasi berobat tidak ke Puskesmas tetapi misalnya ke dokter praktek, paramedis praktek atau sarana pelayanan kesehatan lainnya. Karakteristik sampel penelitian dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu tingkat pendidikan formal, umur dan jenis pekerjaannya. Menurut tingkat pendidikan, dari 175 responden sebagian besar hanya berpendidikan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 75 orang (43%) dan yang paling sedikii adalah tingkat Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 19 orang (11%), seperti pada gambar di bawah.

2 Gambar 7. Tingkat Pendidikan dari 175 Responden Sedangkan distribusi umur responden adalah sebagai berikut Tabel 17. Distribusi Umur Dan 175 Responden Umur (Thn) / Jumlah I Persentare < c > 65 Total Dari Tabel 17 di atas tampak bahwa sebagian besar sampel adalah golongan usia produktif (16-55 tahun) yaitu 152 orang (86,8696) dengan jumlah terbesar golongan umur tahun. Sedangkan untuk range usia sampel adalah yang.terrnuda 18 tahun dan yang tertua berusia 72 tahun. / I ; / 36, ,72 22 i 12, ( 1, j 100 Sumber : Hasil olahan data lapangan, 2002 Selanjutnya bila dilihat dari pekerjaannya, adalah sebagai berikut : Peg.swazta Petani 22% 26% Wr.swast 22% Buruh 9% Pedagang 21 % Gambar 8. Jenis Pekerjaan dari 175 responden

3 Dari Gambar 8 di atas tampak bahwa jenis pekerjaan responden sangat beragam dengan pola distribusi yang hampir merata, sehingga walaupun prosentase terbesar adalah jenis pekerjaan bertani namun jumlahnya tidak terlalu menonjol. Kondisi ini sesuai dengan karakteristik daerah Kediri yang memang memiliki beberapa kekhususan, seperti untuk jenis atau kelompok pekerjaan wiraswasta sebagian besar adalah pengrajin gerabah di desa Banyumulek yaitu sebanyak 22 orang (57,8g0h dari kelompok tersebut) sedangkan untuk kelompok pegawai swasta sebagian besar adalah pegawai pada Yayasan atau Pondok-pondok Pesantren yang ada yaitu sebanyak 25 orang (65,78%) dari kelompok tersebut Deskripsi Variabel Penelitian Variabel tidak bebas pada penelitian ini adalah bentuk pilihan masyarakat terhadap sistem pembayaran pelayanan kesehatan yaitu pilihan ke-i untuk sistem pembayaran secara pra-upaya dan pilihan ke-2 untuk sistem pembayaran secara langsung. Dari 175 sampel ternyata 1 12 orang (64%) memilih sistem pembayaran pra-upaya atau menjadi peserta JPKM dan 63 orang (36%) memilih sistem pembayaran langsung atau out of pocket. Sedangkan untuk variabel bebas terdapat 7 (tujuh) variabel yang terdiri dari 4 (empat) variabel dummy dan 3 (tiga) variabel kontinyu dengan nilai rata-rata, median dan standart deviasi seperti pada Tabel 18 di bawah ini. Tabel 18. Hasil Perhitungan Statistik Variabel-variabel Analisis Pilihan Sistem Pembayaran Pelayanan Kesehatan, 2002 Jumlah Anggota Keluarga (JK) (Org) Jumlah sampel : ,92 ' Sumber : Hasil Olahan Data Lapangan, 2002

4 Dari Tabel 18 di atas, rata-rata pendapatan perkapita perbulan dari responden adalah Rp ,7,- dengan range pendapatan yang cukup besar yaitu dari yang terendah Rp ,- dan yang tertinggi Rp ,- Perhitungan pendapatan ini dilakukan dengan menjumlahkan semua penghasilan perbulan dari KK dan anggota keluarga lainnya yang memang dikontribusikan untuk kebutuhan keluarga dibagi jumlah seluruh anggota keluarga yang ditanggung. Untuk besar keluarga atau jumlah keluarga yang menjadi tanggungan berkisar antara 2-13 orang. Sedangkan gambaran untuk masing-masing variabel dummy yaitu Tingkat Pendidikan (1 : 2 SLTA dan 0 : < SLTA), Anggota keluarga Balita (1: Ada dan 0 : Tidak ada), Persepsi KK tentang tingkat resiko sakit dari anggota keluarga ( 1 : tinggi dan 0 : lainnya) serta variabel Ekspektasi terhadap JPKM (1 : berharap dengan JPKM akan memperoleh pelayanan yang lebih baik dan 0 : tidak berharap) dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini. i 6LTA 57% 2 SLTA 43% TlDAK ADA 48% Gambar 9. Tingkat Pendidikan Gambar 10. Anggota Keluarga Balita Gambar 11. Persepsi tentang Tingkat Resiko Sakit Angg.Keluarga Gambar 12. Ekspektasi terhadap JPKM

5 Hasil Analisis Pilihan Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap perbandingan peluang masing-masing pilihan sistem pembayaran pelayanan kesehatan masyarakat dalam model penelitian ini dilakukan analisis Logistic Regression Model atau fungsi Logit. Hasil analisis fungsi Logit tersebut adalah sebagai berikut : (lampiran 5) I Tabel 19. Koefisien Estimasi Fungsi Logit Pilihan Sistem Pembayaran Pelayanan Kesehatan No 1 1 Pendapatan perkapita perbulan (I) (Rplorglbln) i 0,2718E-05 i 1,271 1 I I I 1 2 / Umur (A) (Tahun) E ,917 i Log (Pl ff 2) I I I T-Ratio I Anggota Keluarga Balita (D2) 2,8959 I j 4,617* / I 6 I Persepsi tentang tingkat resiko sakit (D3) ,668"l I I I 7 1 Ekspektasi terhadap JPKM (D4) 3, ,783* 1 Variabel 3 / Jumlah Anggota Keluarga (JK) (Org) I I I 8 1 Konstanta -0,4801 / -3,103' I I I I I Ket. : *) : nilai t nyata pada a = 0,01 **) : nilai t nyata pada a = 0,10-2, ,736*' Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa perbandingan peluang dari kedua sistem pembayaran terhadap pelayanan kesehaian pada selang kepercayaan 99% dipengaruhi secara nyata oleh variabel-variabel Jumlah Anggota Keluarga (JK), Anggota Keluarga Balita (D2) dan Ekspektasi terhadap JPKM (D4). Variabel Jumlah Anggota Keluarga (JK) berpengaruh nyata secara negati, yang berarti bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan maka cenderung akan memperkecil peluang Kepala Keluarga (responden) untuk memilih sistem pembayaran secara pra-upaya atau memperkecil peluang KK untuk menjadi peserta JPKM. Hal ini secara logika sebenarnya dapat dipahami, mengingat semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung maka akan semakin besar pula

6 pengeluaran untuk kebutuhan rutin sehari - hari atau pengeluaran untuk kebutuhan pokok yang diperlukan terrnasuk kebutuhan - kebutuhan lain yang dianggap lebih penting dan lebih pasti, sehingga pengeluaran untuk suatu ha1 atau kondisi yang dianggap tidak pasti ( uncertainty) seperti pengeluaran untuk kesehatan ( kondisi sehat dan sakit ) cenderung akan rendah. Dalam ha1 alternatif pilihan sistern pembayaran terhadap pelayanan kesehatan yang diterirna, rnaka opsi sistem pembayaran secara langsung ( out of pocket ) dianggap lebih pasti jika dibandingkan dengan opsi sistern pembayaran secara pra-upaya ( JPKM ). Walaupun bila ditelaah lebih jauh dalarn ha1 kepesertaan JPKM sebenarnya jurnlah anggota keluarga (JK) dapat menjadi variabel yang tidak terlalu herpengaruh rnengingat sifat dari kepesertaan JPKM adalah perseorangan (individual) dirnana tidak seluruh anggota keluarga harus menjadi peserta. Sedangkan variabel Anggota keluarga Balita (D2) berpengaruh secara positif terhadap perbandingan peluang pilihan sistern pernbayaran pelayanan kesehatan. Ini berarti bahwa adanya anggota keluarga yang rnasih berusia Balita akan rnernperbesar peluang KK untuk lebih rnemilih sistem pernbayaran praupaya. Hal ini sesuai dengan kondisi seternpat dimana hampir setiap Balita yang ada di wilayah penelitian rnernang sering rnenderita sakit terutarna penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan Diare sehingga KK akan rnenganggap bahwa pernbayaran secara pra-upaya lebih rnurah atau lebih rnenguntungkan karena JPKM tidak rnernbatasi kunjungan per-bulan, sedangkan seorang anak yang rnenderita ISPA atau Diare biasanya akan berobat 2-3 kali dalarn waktu 1-2 minggu ( tiap satu episode penyaki). Bila dilihat dari segi epiderniologis, ha1 ini sesuai dengan hasil survey Morbiditas dan Mortalitas ISPA dan Diare tahun 1995 ymg rnenunjukkan tingginya angka kesakian dan episode dari penyakii ISPA dan Diare pada Balita untuk daerah setempat rnaupun seluruh Kabupaten di

7 Propinsi NTB yaitu bahwa kemungkinan seorang Balita akan menderita penyakit ISPA atau Diare adalah 9-12 kali setahun. Dari 112 KK yang memilih sistem pembayaran pra-upaya, 81 orang KK (72,3%) memang mempunyai anggota keluarga yang masih berusia Balita sebanyak 1-3 orang Balita dalam 1 (satu) keluarga. Dari 81 KK yang memiliki Balita tersebut, 53 orang (65,4%) mengikutkan Balitanya sebagai peserta JPKM. Sedangkan sisanya merupakan keluarga-keluarga dimana hanya Kepala Keluarganya atau orang tuanya yang menjadi peserta JPKM. Bila ditelaah, dari segi terjadinya transfer resiko dalam kelembagaan JPKM maka mengikutkan Balita sebagai peserta JPKM memang menguntungkan, karena rata-rata kunjungan Balita (sampel) ke Puskesmas adalah Idbulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terakhir. Dengan tarif Puskesmas Rp. l.soo/kunjungan dan premi Rp /bln maka terdapat keuntungan sebesar Rp. 5.00/bln bagi setiap Balita yang menjadi peserta JPKM. Variabel Ekspektasi terhadap JPKM (D4) juga berpengaruh secara positif yang berarti bahwa adanya harapan untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik dengan sistem JPKM akan memperbesar peluang KK untuk memilih sistem pembayaran secara pra-upaya (menjadi peserta JPKM). Dari 112 KK yang memilih sistern pernbayaran pra-upaya, 101 KK (90,18%) menyatakan memiliki harapan adanya peningkatan kualitas pelayanan. Mereka beraiasan bahwa saat ini telah tampak adanya pelayanan yang lebih baik bagi peserta JPKM seperti adanya loket yang berbeda dari pasien lainnya sehingga waktu antri menjadi lebih singkat. Dari 101 KK (responden) yang memiliki harapan tersebut, ketika ditanyakan apakah sistem JPKM akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan rnasyarakat bagi seluruh masyarakat, sebagian besar atau 87 KK (86,1%) berpendapat bahwa peningkatan kualitas pelayanan tersebut hanya untuk peserta JPKM.

8 Sedangkan rnereka (11 KK responden) yang tidak berharap untuk rnemperoleh pelayanan yang lebih baik dengan JPKM beralasan bahwa apapun atau bagaimanapun sistem pembayaran yang dipilih tetap tidak akan memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, oleh karena mereka menganggap kualitas pelayanan Puskesmas saat ini sudah maksirnal. Di samping itu, rendahnya prerni JPKM saat ini (Rp /kap/bln) diyakini tidak akan rnampu untuk rneningkatkan kualitas pelayanan kesehatan rnasyarakat. Pada selang kepercayaan 90% di sarnping ketiga variabel di atas, perbandingan peluang pilihan sistem pembayaran juga dipengaruhi secara nyata oleh variabel Persepsi KK tentang resiko sakit dari anggota keluarga (D3). Variabel ini berpengaruh secara positif yang berarti bahwa jika KK rnenganggap bahwa ada diantara anggota keluarga atau rata-rata anggota keluarga memiliki resiko sakit yang tinggi rnaka akan rnemperbesar peluang KK untuk rnemilih sistern pernbayaran secara pra-upaya dari pada sistem pembayaran secara langsung. Dari 79 KK yang rnenganggap resiko sakit anggota keluarganya tinggi, 63 orang (79,7%) rnemilih sistern pembayaran pra-upaya. Dari 63 KK yang rnernilih sistern pernbayaran pra-upaya ini ternyata 51 orang (80,9%) rnernang mengikutkan anggota keluarga yang dianggap beresiko tinggi tersebut sebagai peserta JPKM. Kecenderungan untuk mengikutkan anggota keluarga yang dianggap beresiko tinggi ini rnemang tidak dapat dihindari, sehingga untuk rnengatasi ha1 tersebut Bapel dan PPK sangat rnengutamakan peserta yang berkelornpok. Oleh karena dengan berkelompok selain mernudahkan adrninistrasi dan kegiatan pelayanan juga akan terjadi subsidi silang antara anggota kelornpok yang beresiko tinggi dan tidak. Ketidakpastian dari kondisi kesehatan (sehat atau sakit) rnengandung unsur resiko yang secara ekonorni dapat diperkecil dengan cara altematif bentuk kelernbagaan asuransi yang dapat rnenampung dan mernungkinkan terjadinya

9 pertukaran resiko (Anwar,A.2001). Adanya mekanisme pertukaran resiko mendorong KK yang merasa memiliki resiko tinggi (KK atau anggota keluarga) cenderung berkeinginan untuk mentransfer resiko yang dimiliki ke PPK. Dari 112 KK yang memilih pembayaran pra-upaya beserta keluarganya didapatkan 267 peserta JPKM dimana jumlah kunjungan rata-rata peserta dalam 1 (satu) tahun terakhir berdasarkan golongan umur adalah sebagai berikut : Tabel 20. Frekuensi Rata-rata Kunjungan Peserta JPKM ke Puskesmas Sumber : Hasil olahan data lapangan, 2002 Dari Tabel 20 di atas, jika rata-rata kunjungan peserta (sampel) adalah 1xl3bulan (4xlthn) maka sebenarnya peserta mengalami kerugian sebesar Rp.5001bln (Rp.6.000/thn) atau 50% dari premi yang mereka bayarkan dibandingkan dengan jika mereka memilih sistem pembayaran langsung, akan tetapi nilai kerugian ini menjadi tidak masalah karena mereka mempero!eh jaminan kepastian (menghilangkan faktor resiko) kapanpun atau berapa kalipun mereka sakii selama masa kontrak (1 tahun). Di samping itu, jumlahlbesar premi Rp lkaplbln ini relatii kecil jika dibandingkan dengan jumlah pendapatan perkapita responden, yaitu hanya 0,47% dari rata-rata pendapatan perkapita perbulan responden (tabel 17). Sedangkan jika dilihat dari pendapatan perkapita perbulan yang terendah adalah 1,67% dan yang tertinggi hanya 0,09%. Sementara kelebihan uang premi tidak otomatis menjadi keuntungan bagi PPK karena merupakan biaya risk profit sharing antara PPK dan Bapel serta mencakup biaya-biaya transaksi seperti biaya informasi, biaya negosiasi, biaya

10 kontrak dan biaya operasional. Bila dilihat dari skema perhitungan kapitasi JPKM (Gambar 16), kapitasi yang sebenarnya diterima PPK adalah sebesar Rp. 491,410rglbln yang berarti sepadan dengan frekuensi kunjungan peserta. Sedangkan variabel Pendapatan walaupun memiliki nilai t-ratio cukup tinggi namun masih lebih kecil dari t-tabel (pada selang kepercayaan 80%) sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap peluang pilihan. Hal ini dapat dipahami mengingat rendahnya premi JPKM sehingga relatif terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, JPKM hanya menawarkan satu macam produk paket pelayanan sehingga setiap orang yang ingin menjadi peserta baik dari kalangan menengah ke bawah maupun atas harus memilih paket tersebut Analisis Kesediaan Membayar (WTP) Peserta JPKM Sampel Penelitian Sampel yang digunakan untuk tujuan analisis kesediaan membayar (VVTP) ini adalah responden yang memilih sistem pembayaran pra-upaya (menjadi peserta JPKM) yaitu sebanyak 112 KK (64%) dari total sampel 175 KK. Dari 112 KK sampel dan anggota keluarganya yang menjadi peserta JPKM adalah sebanyak 267 orang dengan distribusi umur dan jenis kelamin sebagai berikut : Tabel 21. Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Peserta JPKM Dari Anggota Keluarga Responden Sumber : Hasil Olahan Data Lapangan, 2002

11 Bila dibandingkan dengan distribusi umur dan proporsi jenis kelamin peserta aktii saat ini (4.883 orang), maka gambaran sampel diatas relatif sama yaitu prosentase peserta terbesar adalah golongan umur tahun dan jumlah peserta perempuan lebih banyak dari pada peserta laki-laki. Dari 267 peserta dari kelompok sampel diatas, prosentase golongan umur tahun adalah 50,9% dan jumlah peserta perempuan mencapai 51,7%. Sedangkan untuk keseluruhan peserta aktif saat ini prosentase golongan umur tahun adalah 45,38% dan jumlah peserta perempuan sebesar 52,06% dari total peserta Hasil Pelaksanaan Contingent Valuation Method (CVM) Hasil pelaksanaan 5 (lima) langkah CVM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pembentukzn Pasar Hipctetik Berdasarkan pernyataan tentang kondisi pelayanan kesehatan saat ini serta perbandingan kondisi pelayanan bila dilakukan peningkatan kualitas pelayanan oleh Puskesmas, maka Responden memperoleh gambaran tentang situasi hipotesis pelayanan kesehatan Perolehan Nilai Penawaran Berdasarkan pertanyaan dan interval nilai yang ditawarkan dalam kuesioner, maka diperoleh pilihan responden terhadap tawaran nilai berupa sejumlah uang yang bersedia dibayarkan (WTP) untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di atas harga (premi) yang berlaku saat ini (lampiran 6). Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh rata-rata nilai tengah WTP sampel adalah Rp ,6 di atas premi. Jika rata-rata ini ditambahkan pada premi JPKM saat ini, maka VVTP sebenarnya adalah Rp ,6/kap/bln atau 2 (dua) kali lebih besar. Bila jumlah ini dikalikan dengan rata-rata anggota

12 keluarga yang ikut JPKM (2,31 orang) maka setiap keluarga akan rnerniliki VVTP untuk premi JPKM adalah Rp ,8/bln. Jurnlah ini ternyata rnasih di bawah WTP rata-rata masyarakat bahkan di bawah WTP keluarga golongan ekonomi rendah berdasarkan hasil SUSENAS Tetapi jika diasumsikan rata-rata anggota keluarga yang ikut JPKM 4 orang, maka VVTP keluarga hasil penelitian Rp ,4/bln, lebih tinggi dari WTP keluarga gol.ekonomi rendah. Sedangkan secara perorangan, WTP hasil penelitian (Rp.2.053,6/org/bln) lebih tinggi dari WTP perorangan keluarga gol.ekonomi rendah tetapi masih lebih kecil dari WTP perorangan dari keluarga gol. ekonorni rnenengah dan tinggi, seperti pada Tabel 22 di bawah ini. Tabel 22. Perbandingan Tingkat WTP Masyarakat Kabupaten Lombok Barat untuk Biaya Kesehatan dari Hasil Penelitian dan SUSENAS tahun 1999 WTP Biaya I(esehat;m (Rp) &d.ekonomi Rumah tangga Rata- Rendah Menengah Tinggi rata WTP keluarga (4 org) hasil SUSENAS WTP keluarga (4 org) hasil Penelitian WTP perorgan hasil SUSENAS WTP perorgan hasil Penelitian 8.214, , , , , , , , , , , , Surnber : Data Hasil SUSENAS,1999 dan Hasil Olahan Data Lapangan, Dugaan Rataan WTP atau Expected WTP (EWTP) Dugaan rataan WTP (EWTP) dihitung dengan menggunakan rumus (1) berdasarkan data distribusi WTP sarnpel seperti pada Tabel 23 di bawah ini. Tabel 23. Distribusi WTP Sarnpel Di Atas Prerni Yang Berlaku No Kelas WTP (Rplorgtbln) Frekuensi Pmtase (Pr) (%) ,OO 10 Jumlah sampel 112 Sumber : Hasil olahan data lapangan, ,93 100

13 Dari data di atas, maka diperoleh dugaan rataan VVTP (EWTP) sampel sebesar Rp. 805,78 /org/ bln di atas premi yang berlaku saat ini WTPAgregat atau Total WTP ( MP) Tabel 24. VVTP Agregat (TWTP) Populasi Peserta JPKM Kelas WTP (Rplorghln) ( Sampel (n)b) ( Populasiv I Jumlahc) (Rphln) ,OO Total 10 n= N=4.883 Ket. : a) Jumlah sampel ( 2,3 % dari populasi anggota - - JPKM) b) Jumlah popu'lasi'peserta JPKM. c) Populasi x titik tengah VVTP WTP > Rp. 2000,OO titik tengah = Rp. 3500,OO ,OO ' ,OO Tabel 24 di atas menunjukkan hasil perhitungan W P Agregat W P ) populasi peserta JPKM dengan menggunakan rumus (2) yaitu sebesar Rp / bin di atas total pengeluaran peserta untuk pembayaran premi perbulan selama ini. VVTP Agregat peserta JPKM di atas premi yang berlaku saat ini atau surplus konsumen ini sebenarnya merupakan potensi pembiayaan yang masih dapat digali untuk pengembangan penyelenggaraan JPKM Kun/a Penawaran Total Menurut Hufschmidt dalam Neti,1999 Kurva penawaran total peserta JPKM dapat digambarkan dari nilai Total VVTP peserta. Kurva penawaran total peserta JPKM di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan data hasil survei kesediaan membayar WP) premi bulanan, di atas premi yang berlaku saat ini dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini. Dimana untuk jasa pelayanan kesehatan masyarakat sebagai salah satu bentuk barang publik maka kurva

14 penawaran total yang diperoleh dari nilai VVTP adalah merupakan pengganti kurva permintaan. Seluruh daerah di bawah kurva permintaan merupakan ukuran surplus konsumen atau manfaat total yang dirasakan konsumen dalam mengkonsumsi jasa pelayanan kesehatan masyarakat. I 1 0 I Jumlah Peserta JPKM Gambar 13. Grafik PenawaranIPermintaan Total untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan berdasarkan Kesediaan Membayar (WTP) Evaluasi Pelaksanaan C VM Menurut Whittington et al. (1993) dalam Neti, A (1999) tingkat keandalan nilai tawaran VVTP dapat ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R*) dari OLS VVTP. Nilai R' untuk data cross section dari survei WTP dengan metode CVM seringkali tidak tinggi seperti penelitian dengan metode lainnya. Pelaksanaan CVM dianggap gaga1 bila nilai R~ hasil analisis kurang dari 0,150. Dari hasil analisis fungsi WTP diperoleh nilai R2 = 0,2330 ( Tabel 28 ). Nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini dapat diyakini kebenarannya atau keandalannya (reliable).

15 6.3. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap WTP Peserta JPKM Karakteristik Sampel Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap VVTP peserta JPKM digunakan sampel KK yang memilih sistem pembayaran pra-upaya sebanyak 112 KK seperti halnya pada metode CVM. Gambaran karakteristik dari 112 sampel dilihat dari pendidikannya tampak pada Gambar 14 di bawah ini. PT 12% SLT A 34% SLTP 15% Gambar 14. Tingkat Pendidikan dari 112 Sampel Dari Gambar 14, dilihat dari tingkat pendidikan tampak bahwa sampel yang memilih JPKM, memiliki karakteristik yang sama dengan total sampel yaitu sebagian besar hanya berpendidikan SD yaitu sebanyak 44 orang (39%) dan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi yaitu 13 orang (12%). Tetapi jika dihitung dari total sampel yang berpendidikan perguruan tinggi yaitu 19 orang maka ternyata sebagian besar 68,4% memilih sistem pembayaran pra-upaya. Sedangkan untuk distribusi umur sampel adalah sebagai berikut : Tabel 25. Distribusi Umur Sampel Sumber : Hasil olahan data lapangan, 2002

16 Dari Tabel 25, jika dilihat dari distribusi umur ternyata sampel juga memiliki karakteristik yang sama dengan keseluruhan sampel yaitu sebagian besar adalah golongan usia produktif (16-55 tahun) yaitu sebanyak 100 orang (89,3%) dengan jumlah terbesar golongan umur tahun. Untuk range umur sampel adalah 19 tahun sampai dengan 72 tahun sehingga dapat dilihat bahwa sampel termuda (18 tahun) ternyata tidak memilih sistem pembayaran pra-upaya sedangkan sampel tertua (72 tahun) memilih sistem ini, dimana 2 responden yang berumur >65 tahun keduanya memilih sistem pembayaran pra-upaya. Selanjutnya untuk jenis pekerjaan sampel adalah sebagai berikut : Peg.swasta Petani 21 X 28% 7% Gambar 15. Jenis Pekerjaan dari 112 Sampel Dari Gambar 15 di atas, ternyata untuk jenis pekerjaan sampell KK yang memilih sistem pembayaran pra-upaya memiliki karakteristik yang berbeda dengan total sampel secara keseluruhan. Jenis pekerjaan terbanyak pada total 175 sampel adalah sebagai Petani yaitu sebesar 26% (gambar 8) sedangkan untuk sampel peserta JPKM, jenis pekerjaan terbanyak adalah wira swasta sebesar 28% dan petani merupakan urutan ketiga yaitu sebesar 21% dari 112 sampel Deskripsi Variabel Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat VVTP peserta JPKM digunakan persamaan regresi dengan nilai tengah WIP sebagai variabel tidak bebas dengan 9 (sembilan) variabel bebas yang terdiri dari 3 (tiga) variabel

17 bebas yang bersifat kontinyu dan 6 (enam) variabel bebas yang bersifat dummy. Hasil perhitungan statistik mengenai rata-rata, median dan standart deviasi dari variabel tidak bebas dan variabel bebas yang kontinyu adalah sebagai berikut : Tabel 26. Hasil Perhitungan Statistik Variabel-variabel Analisis Kesediaan Membayar (WTP) Sampel Penelitian r I Variabel Rata-rata / Niiai tengah WTP (Y) (Rplbln) 1 Pendapatan perkapita (I) (Rplorglbln) Umur (A) (Tahun) I Jumlah keluarga ikut JPKM (KJ) (Org)! Jumiah sampel (n) : 1 12 Sumber : Hasil olahan data lapangan, 2002 Perhitungan nilai tengah VVTP di atas diambil dari nilai tengah masing- masing kelas WTP yang dipilih oleh sampellresponden yang memilih sistem pembayaran pra-upaya, dimana nilai ini merupakan nilai yang bersedia mereka tambahkan pada premi saat ini. Range nilai WTP yang sebenarnya dipilih oleh sampel adalah dari Rp. 0,- (dengan nilai tengah kelas WTP = Rp. 125,-) dan yang tertinggi Rp ,- (dengan nilai tengah kelas WTP = Rp ,-). Untuk variabel pendapatan perkapita perbulan memiliki range yang relatif sangat besar yaitu yang terendah Rp lkaplbln (dengan jumlah anggota keluarga 5 orang) dan yang tertinggi Rp. 1, lkaplbln (dengan jumlah anggota keluarga 3 orang) sehingga bila dilihat dari range besarnya pendapatan keluargdrumah tangga berkisar antara Rp lbln sampai dengan Rp bln. Selanjutnya jika dibandingkan dengan kategori rumah tangga SUSENAS 1999 maka ternyata range pendapatan rumah tangga sampel ini yang terendah berada pada decile ke-5 (golongan ekonomi menengah) dan yang tertinggi berada jauh diatas batas'bawah decile tertinggi (Rp ,-) atau decile ke-i 0 (golongan ekonomi tinggi) , ,5 36,5 2,31 Median Std.Deviasi 875 ' 866, ,5 ) ,l 34 12,l 2 1,62 Untuk variabel umur sampel telah dijelaskan pada bagian karakteristik sampel di atas. Sedangkan untuk variabel jumlah anggota keluarga yang ikut

18 atau menjadi peserta JPKM berkisar dari 1 (satu) oranglkeluarga sampai dengan 8 (delapan) oranglkeluarga dengan range besar keluarga (jumlah anggota keluarga yang ditanggung) antara 2 sampai 13 orang per-keluarga. Dari 1 12 keluarga sampel, jumlah anggota keluarga yang ikut atau menjadi peserta JPKM pada masing-masing keluarga adalah sebagai berikut : / Kel I Total Tabel 27. Jumlah Anggota Keluarga Yang Menjadi Peserta JPKM Dalam Keluarga Jrnl % Anggota Keluarga yang ikut JPKM 1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 8 % 49 43, ,9 9 8,O 10 8, ,3 10 8,9 9 8,O 3 2,7 5 4,4 8 7, ,9 9 8,O 3 2,7 3 2,7 2 1,8 2 1, l,81 211'8 Ol O l 211~ ? CI, ,9 112! , , ,l 9 8,O 10 8,9 3 ( 2,7 Sumber : Hasil olahan data lapangan, 2002 Dari Tabel 27 di atas, tampak bahwa sebagian besar sampel merupzkan keluarga dengan jumlah anggota keluarga 2-3 orang yaitu sebanyak 43,8% dari 112 keluarga sampel dimana sebagian besar dari keluarga tersebut (61,2%) mengikutkan 1 (satu) orang anggota keluarga menjadi peserta JPKM. Sedangkan untuk jumlah anggota keluarga yang menjadi peserta JPKM di masing-masing keluarga persentase yang terbesar adalah 1 (satu) orang per- keluarga yaitu sebanyak 43,8% dari 112 keluarga dan yang terkecil adalah 8 (delapan) orang per-keluarga yaitu sebesar 0,9% atau hanya satu keluarga. Sedangkan untuk 6 (enam) variabel yang bersifat dummy, 4 (empat) variabel telah dijelaskan pada bagian analisis mengenai pilihan sistem pembayaran terhadap pelayanan kesehatan. Sedangkan 2 (dua) variabel dummy lainnya adalah : 1. Variabel Sikap terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas selama ini (D5) yaitu 1 : tidak puas dan 0 : puas.

19 2. Variabel Sikap terhadap cara pembayaran premi saat ini dimana premi dibayarkan di muka untuk satu tahun (D6) yaitu 1 : tidak setuju dan 0 : setuju Hasil Analisis Fungsi VVTP Tabel 28 di bawah ini menunjukkan hasil analisis fungsi VVTP responden yang memilih sistem pembayaran pra-upaya dengan nilai tengah VVTP sebagai variabel tidak bebas. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 - No Tabel 28. Hasil Analisis Fungsi WTP Peserta JPKM Parameter Koef. Estimasi R- squam T-Ratio (1 05 d9 2,299' 1 Pendapatan Perkapita Perbulan (I) 0, ( ~mur (A) / 3 ' Jml.anggota kel. ikut JPKM (KJ) ' ' ,068 / Pendidikan (Dl) 1 0,13 206,72 I 1,278 I I I I / 5 1 Anggota Keluarga Balita (D2) Penepsi ttg resiko sakit (D3) / , / 7 Ekspektasi terhadap JPKM (D4) 0,06 8 Sikap thd pelayanan kesht (05) 0,05-203, Sikap thd. cara pembayaran (D6) / 0,05 / ,277. / 1 10 ( Konstanta 1 O,OO! 957, R' model ( 1 I 1 12 I F (df:9,102) Ket. *) : nilai t nyata pada a = 0,05 **) : nilai t nyata pada a = 0,20 F tabel = 2,72 3, ,80 Pada Tabel 28 di atas tampak bahwa dari 9 (sembilan) variabel bebas dalam fungsi, 4 (empat) variabel berpengaruh secara nyata terhadap besamya WTP peserta JPKM pada selang kepercayaan 95% dan 80%. Variabel Pendapatan perkapita perbulan (1) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan arah positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin besar tingkat VVTP-nya. Dimana bila variabel lain

20 konstan (tetap), maka l(satu) persen peningkatan pendapatan akan meningkatkan WP sebesar 0,23 persen. Dari 2 (dua) analisis yang dilakukan tampak bahwa walaupun pendapatan perkapita perbulan tidak berpengaruh terhadap pilihan sistem pembayaran pelayanan kesehatan tetapi berpengaruh nyata terhadap tingkat WP. Hal ini dapat dipahami mengingat premi saat ini relati terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, tetapi jika premi ditingkatkan yang berarti bertambahnya beban pengeluaran maka dibutuhkan kemampuan membayar yang lebih tinggi agar proporsi pengeluaran untuk premi relati sama. Karena itulah kesediaan membayar (WTP) untuk meningkatkan premi sangat dipengaruhi oleh pendapatan. Variabel Umur (A) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan arah positi yang berarti bahwa dengan bertambahnya umur maka VVTP akan semakin besar dengan elastisitas 0,53 persen yaitu jika umur bertambah 1 persen maka tingkat WTP akan bertambah 0,53 persen. Bila ditelaah, ha1 ini berkaitan dengan kondisi fisik seseorang dimana secara biologis semakin tua seseorang akan semakin beresiko untuk menjadi saki sehingga cenderung akan lebih sering memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. Kondisi ini mendorong keinginan untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan WTP untuk memperoleh ha1 tersebut. Dari data yang ada baik di Puskesmas lokasi penelitian maupun di tingkat Kabupaten penyakit Rematik menduduki urutan ketiga dari 10 (sepuluh) besar penyaki dimana penyaki ini umumnya akan makin terasa seiring menurunnya kondisi fisik karena bertambahnya usia. Disamping itu, penyakii Rematik merupakan penyaki kronis (menahun) dengan tingkat kekambuhan relatii sering sehingga frekuensi kunjungan ke Puskesmas menjadi tinggi. Dari hasil analisa yang dilakukan oleh Lanjouw dkk,2001 terhadap hasil SUSENAS tahun

21 1998 ditemukan adanya kecenderungan bahwa pada keluarga yang lebih kecil (anggota keluarga sediki) mengandung penduduk yang lebih tua dan frekuensi pemanfaatan pelayanan kesehatan yang lebih tinggilsering. Variabel Jumlah anggota keluarga yang ikut JPKM (KJ) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 80% dengan arah negatif yang berarti bahwa semakin banyak atau dengan bertambahnya anggota keluarga yang diikutkan JPKM maka semakin kecil WTP. Dimana kenaikan 1 (satu) persen dari jumlah anggota keluarga yang ikut JPKM akan menurunkan 0,16 persen tingkat WTP. Bagaimanapun juga, walaupun secara perhitungan setiap individu memiliki pendapatan masing-masing (pendapatan perkapita) akan tetapi kenyataan di lapangan Kepala Keluarga (KK) tetap akan menghitcrng jumlah kumulatif premi yang harus dibayar. Sedangkan untuk variabel Sikap terhadap sistenl Pembayaran premi saa: ini (D6) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% secara negatii yang berarti bahwa ketidaksetujuan responden atau peserta JPKM terhadap sistem pembayaran premi saat ini cenderung memperkecil tingkat VVTPnya. Sistem pembayaran premi saat ini yaitu membayar di muka untuk 1 (satu) tahun walaupun lebih efisien dan sebenamya menghilangkan beban pembayaran untuk sebelas bulan berikutnya akan tetapi dianggap memberatkan karena membuat jumlah yang harus dibayarkan pada satu waktu menjadi jauh lebih besar. Hal ini berkaitan pula dengan jumlah anggota yang ikut JPKM yaitu semakin banyak I anggota keluarga yang ikut berarti semakin besar lagi jumlah yang harus dibayarkan sekaligus. Responden yang tidak setuju umumnya rnengusulkan sistem pembayaran 3-6 bulan sekali sehingga bisa mengikutkan lebih banyak anggota keluarga. Sebenarnya, pihak Bapellkolektor menyarankan untuk mengikutkan anggota keluarga secara bertahap atau pada bulan yang betlainan akan tetapi karena

22 ada beberapa aturan tidak tertulis untuk pelayanan tertentu sehingga peserta harus masuk pada saat bersamaan dengan jumlah tertentu. Seperti misalnya untuk pelayanan pertolongan persalinan minimal memasukkan 7 (tujuh) orang peserta yang masih ada hubungan keluarga sedangkan untuk pelayanan suntik KB 3 bulan sekali minimal mengikutkan 4 (empat) orang peserta. Hal ini ditempuh oleh Bapel dan PPK oleh karena biaya 1 (satu) kaii pertolongan persalinan sebenarnya membutuhkan biaya Rp ,- sedangkan untuk suntik KB adalah sebesar Rp. lo.ooo/sekali suntik atau Rp Itahun yang memang jauh lebih besar dari premilkaplbln saat ini.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN. Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Kabupaten dari 7 (tujuh)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN. Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Kabupaten dari 7 (tujuh) V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN 5.1. Kondisi Geografi dan Demografi Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Kabupaten dari 7 (tujuh) Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di bagian

Lebih terperinci

OLEH : ROHMl KHOlRlYATl

OLEH : ROHMl KHOlRlYATl ANALISIS KESEDlAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) SECARA PRA-UPAYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT Dl KABUPATEN LOMBOK BARAT OLEH : ROHMl KHOlRlYATl PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

Keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah terdiri dari. sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), kapital serta ilmu

Keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah terdiri dari. sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), kapital serta ilmu I. PENDAHULUAN 1.l. Latar Belakang Keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah terdiri dari sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), kapital serta ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh gambaran seperti disajikan pada tabel.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh gambaran seperti disajikan pada tabel. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. Karakteristik Responden Gambaran kondisi responden memberikan penjelasan tentang deskripsi responden berkenaan dengan analisis variabel penelitian. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 146 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari data survey baik dan IFLS 2000 dan 2007 serta SUSENAS 2009 dan 2010 dapat disimpulkan bahwa terdapat kemajuan dalam pembangunan kesehatan dari tahun ke

Lebih terperinci

VII. KAJIAN KELEMBAGAAN JPKM

VII. KAJIAN KELEMBAGAAN JPKM VII. KAJIAN KELEMBAGAAN JPKM 7.1. Perkembangan Kelembagaan JPKM Kelembagaan merupakan salah satu faktor penggerak yang merupakan syarat kecukupan di samping Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam dan teknologi

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1. Analisis Kesediaan Membayar Responden Analisis kesediaan membayar dilakukan untuk mengetahui apakah responden bersedia atau tidak membayar daripada paket-paket wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendanaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem kesehatan di berbagai negara. Meskipun masih terdapat pro-kontra, laporan WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

(TQS) yang terdiri dari: fokus pada pelanggan, keterkaitan total, sistem pengukuran, dukungan sistematis dan perbaikan berkesinambungan terhadap

(TQS) yang terdiri dari: fokus pada pelanggan, keterkaitan total, sistem pengukuran, dukungan sistematis dan perbaikan berkesinambungan terhadap BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh total quality service (TQS) yang terdiri dari: fokus pada pelanggan, keterkaitan total, sistem pengukuran, dukungan

Lebih terperinci

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM)

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) TIGA UNSUR UTAMA JPKM BAPIM premi/iuran bimwasdal paket kapitasi PESERTA kontrak anggaran PESERTA BAPEL yankes PPK VISI & MISI JPKM: JPKM salah satu strategi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. parameter yang ditanyakan kepada responden yaitu: lama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. parameter yang ditanyakan kepada responden yaitu: lama BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah akseptor KB suntik yang pernah suntik ulang minimal 2 kali penyuntikan sebanyak 38 orang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay ) II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak

Lebih terperinci

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan oleh perusahaan sebelum adanya upaya dalam proses pengolahan air limbah. Hal ini berarti tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN JPKM

PENYELENGGARAAN JPKM SISTEM KAPITASI DALAM PEMBIAYAAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA Sistem Pembiayaan 1. Fee for service, datang berobat bayar 2. Health insurance, datang berobat yang membayar pihak asuransi (pihak ketiga) Pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 Pasal 28 H dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Tahun 2000 strategi global kesehatan untuk semua dari World Health Organization (WHO) menekankan bahwa kesehatan adalah hak manusia, yang mengandung arti bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengunjung wisata Kraton Ratu Boko di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Ratu Boko. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Uji Ketepatan Klasifikasi Uji ketepatan klasifikasi menunjukkan ketepatan prediksi dari model regresi dalam memprediksi peluang willingness to pay responden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai objek penelitian oleh peneliti adalah konsumen yang sudah menggunakan sepatu Converse. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah dalam penyusunan tugas akhir, dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah dalam penyusunan tugas akhir, dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Untuk mempermudah dalam penyusunan tugas akhir, dibuat suatu alur sistematika. Adapun alur sistematika yang digunakan dalam penyusunan ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mempertimbangkan perlunya reformasi penting dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Asuransi kesehatan

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita,

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

IV. METODELOGI PENELITIAN

IV. METODELOGI PENELITIAN IV. METODELOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional dalam penelitian ini mencakup seluruh definisi yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

Pemerataan akses pelayanan rawat jalan di berbagai wilayah Indonesia Mardiati Nadjib, author

Pemerataan akses pelayanan rawat jalan di berbagai wilayah Indonesia Mardiati Nadjib, author Universitas Indonesia Library >> UI - Disertasi (Membership) Pemerataan akses pelayanan rawat jalan di berbagai wilayah Indonesia Mardiati Nadjib, author Deskripsi Lengkap: http://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=74507&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik dan Sosial Ekonomi Keluarga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik dan Sosial Ekonomi Keluarga BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik dan Sosial Ekonomi Keluarga Karakteristik dan sosial ekonomi keluarga yang ditanyakan pada survey ini meliputi status perkawinan, pekerjaan, status pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian. BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan pembahasan tentang pengaruh biaya sewa tempat terhadap minat nasabah dalam memilih produk gadai emas syariah di BRI Syariah Kantor Cabang Gubeng

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian 5.1.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gratis Di Puskesmas 5.1.1.1.Karakteristik Pasien Jumlah kunjungan baru dan kunjungan ulangan pada pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Bulan Desember Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien

BAB IV HASIL PENELITIAN. Bulan Desember Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien 29 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Distribusi Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta pada Bulan Desember 215. Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien rawat

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016 LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia PRAKATA Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah para pengunjung di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka terletak di Jl. Kebun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

SUBIRMAN FKM UNIVERSITAS MULAWARMAN-SAMARINDA

SUBIRMAN FKM UNIVERSITAS MULAWARMAN-SAMARINDA SUBIRMAN FKM UNIVERSITAS MULAWARMAN-SAMARINDA Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009 : Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalaui perhimpunan dana secara aktif oleh masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI Disusun oleh: WAHYU PURNOMO J 220 050 027 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6. 1 Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan 6. 1. 1 Jenis Kelamin Responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh laki-laki sebanyak 25 orang (62,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembiayaan kesehatan, pada akhir akhir ini banyak dikeluhkan masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin meningkatnya biaya pelayanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel. Sumber : data primer diolah (Lampiran 1)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel. Sumber : data primer diolah (Lampiran 1) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Usia JAK Edu Income Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel Usia JAK Edu Income Pearson Correlation 1 0.202* -0.365** 0.56 Sig. (2-tailed)

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang

I. PENDAHULAN. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang 1 I. PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang memiliki misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM GRINGSING BATANG 5 Anjar Puji Hastuti ABSTRAK World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Pengujian Kuesioner Penelitian Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian ini. Pengujian ini meliputi analisis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang karyawan pada perusahaan Filter PT.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang karyawan pada perusahaan Filter PT. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan hasil jawaban responden kemudian ditabulasi dan dapat ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supamo, 1999:115).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Sebelum hasil penelitian disajikan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Sebelum hasil penelitian disajikan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karateristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai karateristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEANGGOTAAN ASURANSI KESEHATAN DAN KEBIASAAN MEROKOK

HUBUNGAN ANTARA KEANGGOTAAN ASURANSI KESEHATAN DAN KEBIASAAN MEROKOK HUBUNGAN ANTARA KEANGGOTAAN ASURANSI KESEHATAN DAN KEBIASAAN MEROKOK Tesis Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Manajemen Ekonomi Kesehatan Disusun oleh: NANIEK DARWATI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Jumlah karyawan operasional Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas pemadam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tinjuan Non Statistik. Tinjauan Statistik. Uji Serentak. Hipotesis:... Statistik Uji: Daerah penolakan: tolak H 0 jika G > 2, p.

Tinjauan Pustaka. Tinjuan Non Statistik. Tinjauan Statistik. Uji Serentak. Hipotesis:... Statistik Uji: Daerah penolakan: tolak H 0 jika G > 2, p. Tinjauan Pustaka Tinjauan Tinjuan Non Uji Serentak Hipotesis: H 0 : 1 2... p 0 H 1 : paling sedikit ada satu Uji: n 1 n G 2ln n yi ˆ i 1 Daerah penolakan: tolak H 0 jika G > i i n 1 0 dengan i = 1, 2,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan objek wisata Waduk Sermo di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam usaha mewujudkan suatu tingkat kehidupan masyarakat secara optimal. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai

Lebih terperinci

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Profil Responden 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin Dilihat dari jenis kelamin pasien diketahui tidak ada perbedaan jumlah yang besar antara

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: Kesimpulan Rekomendasi Lampiran

Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: Kesimpulan Rekomendasi Lampiran SCP Penasun 2010 1 Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: 1. Karakteristik Responden 2. Perilaku Akses ASS dan Perilaku Menyuntik 3. Perilaku Seksual

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2002 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2002 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2002 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama bekerja. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN. meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama bekerja. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sentra produksi tahu yang terletak di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto 1. Penentuan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR PETUGAS PARKIR TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS ANALYSIS OF PARKING ATTENDANT ABILITY TO PAY AND WILLINGNESS TO PAY FOR PRIMARY HEALTH SEVICES

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BLORA 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BLORA 2015 No. 17/12/33/16/Th.VIII, 29 Desember 2016 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BLORA 2015 Susenas 2015 mencatat penduduk Kabupaten Blora yang mengalami keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir yaitu sebesar 35,62

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpijak dari kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, dimana hal tersebut merupakan indikator bagi pengukuran kesejahteraan manusia. Maka dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1 1 BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar sebanyak 100 orang yang penulis temui

Lebih terperinci

Rumus Perhitungan ATP & WTP

Rumus Perhitungan ATP & WTP Rumus Perhitungan ATP & WTP TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membayar Menurut Mukti (2001) dapat menyimpulkan bahwa untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat dapat dilihat dari dari sisi pengeluaran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Sebanyak 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN. Sebanyak 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Deskripsi Karakteristik Responden Sebanyak 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari 100

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April 2009 sampai Januari 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini PERAN STAKEHOLDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini PRINSIP PENYELENGGARAAN ASKESKIN PROGRAM DISELENGGARAKAN DENGAN PRINSIP NIRLABA DAN DANA AMANAH DISELENGGARAKAN SECARA SERENTAK DI SELURUH

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 53 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab Analisa dan Pembahasan diuraikan terlebih dahulu tentang hasil perolehan data penelitian, selanjutnya dipaparkan hasil uji validitas dan reabilitas, analisa deskriptif

Lebih terperinci

@cr KERAGAAN ANAK-ANAK SIBUK: PRESTASI BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN AMALIA KUSUMANINGRUM

@cr KERAGAAN ANAK-ANAK SIBUK: PRESTASI BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN AMALIA KUSUMANINGRUM ysw4 d @cr KERAGAAN ANAK-ANAK SIBUK: PRESTASI BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN AMALIA KUSUMANINGRUM PROGRAM STUD1 GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0. METODE PENELITIAN Desain Penelitian, Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Penelitian dilakukan pada bulan Agustusi 2012. Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KONSUMEN, DAYA TARIK IKLAN, DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE ANDROID SAMSUNG DI KOTA TANGERANG

PENGARUH MOTIVASI KONSUMEN, DAYA TARIK IKLAN, DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE ANDROID SAMSUNG DI KOTA TANGERANG PENGARUH MOTIVASI KONSUMEN, DAYA TARIK IKLAN, DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE ANDROID SAMSUNG DI KOTA TANGERANG BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ASURANSI KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

ASURANSI KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH ASURANSI KESEHATAN Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pokok Bahasan Pendahuluan Definisi Asuransi Kesehatan Manfaat Asuransi Kesehatan Jenis Asuransi Kesehatan Masalah dalam Aplikasi Asuransi Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci