IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Sebagai hasilnya, Bank Niaga dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya. Di tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari para pesaingnya di pasar domestik dengan menjadi Bank yang pertama menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia. Pencapaian ini dikenal luas sebagai masuknya Indonesia ke dunia perbankan modern. Kepemimpinan Bank dalam penerapan teknologi terkini semakin dikenal di tahun 1991 dengan menjadi yang pertama memberikan nasabahnya layanan perbankan online. Pemerintah Republik Indonesia selama beberapa waktu pernah menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank CIMB Niaga, Tbk saat terjadinya krisis keuangan di akhir tahun 1990-an. Pada bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking. Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama. Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group) dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khazanah memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar

2 23 dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi PT Bank CIMB Niaga, Tbk. Kesepakatan Rencana Penggabungan PT Bank CIMB Niaga, Tbk dan LippoBank telah ditandatangani pada bulan Juni 2008, yang dilanjutkan dengan Permohonan Persetujuan Rencana Penggabungan dari Bank Indonesia dan penerbitan Pemberitahuan Surat Persetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bulan Oktober LippoBank secara resmi bergabung ke dalam PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas. Bergabungnya LippoBank ke dalam PT Bank CIMB Niaga, Tbk merupakan sebuah lompatan besar di sektor perbankan Asia Tenggara. PT Bank CIMB Niaga, Tbk kini menawarkan nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran. Penggabungan ini menjadikan PT Bank CIMB Niaga, Tbk menjadi bank terbesar ke-5 dari sisi aset, pendanaan, kredit dan luasnya jaringan cabang. Adapun visi, misi, nilai perusahaan serta manajeman dan struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran Analisis CAMELS Alat analisis yang digunakan pada penelitian tentang kesehatan bank adalah CAMELS yang terdiri atas faktor Capital (CAR), faktor Assets (NPA), faktor Earnings (ROA, ROE, NIM, BOPO), dan faktor Liquidity (LDR). Sedangkan pada faktor Management and faktor Sensitivity to Market Risk tidak digunakan karena penelitian ini hanya menganalisis berdasarkan laporan keuangan Faktor Capital (Permodalan) Penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal Bank untuk mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur

3 24 risiko dimasa datang. Untuk mengukurnya, dapat menggunakan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequancy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan penyediaan modal minimum (KPMM) ialah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, dan surat berharga tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank, di samping memperoleh danadana dari sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan dan lain-lain % 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 17.03% 15.59% 13.59% 13.24% 8.00% CAR 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% Gambar 3. Grafik Hasil CAR Periode Gambar 3 menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk selama periode terus mengalami penurunan yaitu dari 17,03 persen di tahun 2007, 15,51 persen di tahun 2008, 13,63 persen di tahun 2009 dan 13,63 persen di tahun Walaupun mengalami penurunan terus menerus namun nilai CAR pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk mendapatkan predikat sangat sehat, karena nilai masih berada di atas standar minimum yaitu 8 persen sesuai dengan Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP.

4 25 Pada tahun 2007 tercatat modal bank senilai 11,06 triliun rupiah dan ATMR senilai 64,96 triliun rupiah menghasilkan CAR sebesar 17,03 persen. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 7. Penurunan nilai CAR terjadi di tahun 2008 menjadi 15,51 persen. Penurunan CAR dikarenakan kenaikan modal ATMR lebih besar dibandingkan kenaikan modal bank. Modal bank meningkat menjadi Rp 12,39 triliun rupiah dan ATMR mengalami kenaikan menjadi 79,52 triliun rupiah. Pada tahun 2009, nilai rasio CAR kembali mengalami penurunan nilai menjadi 13,63 persen. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 7. Penurunan CAR pada tahun 2009 disebabkan oleh penurunan total modal inti dan modal pelengkap sebesar 6 persen menjadi 11,63 triliun rupiah. Penurunan total modal terutama disebabkan oleh penurunan modal pelengkap terutama disebabkan oleh penurunan pinjaman subordinasi sebesar 56 persen menjadi 905,7 miliar di tahun Selain itu, penurunan CAR pada tahun 2009 juga disebabkan oleh peningkatan aktiva tertimbang menurut resiko sebesar 8 persen menjadi 85,63 triliun rupiah. Pada tahun 2010, nilai rasio CAR mengalami penurunan menjadi 13,36 persen. Perhitungan CAR dapat dilihat pada Lampiran 7. Penurunan tersebut disebabkan karena ekspansi kredit yang cukup tinggi sebesar 20,8 triliun rupiah, serta diperlakukannya perhitungan resiko operasional sebagai penambah aktiva tertimbang. Tercatat modal meningkat menjadi 15,45 triliun rupiah, sedangkan ATMR meningkat menjadi 116,72 triliun rupiah Trend dan Proyeksi CAR Proyeksi untuk tahun 2011 menunjukkan rasio CAR nilainya akan menurun, sedangkan tahun 2012 nilainya akan meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 4. Rasio CAR yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II sebesar 13,66 persen. Hasil proyeksi menunjukkan persamaan dengan hasil aktual yang diperoleh pada tahun 2011, dimana perolehan CAR menunjukkan penurunan.

5 26 Sehingga untuk tahun berikutnya diperlukan upaya perbaikan pada rasio CAR agar kinerjanya dapat meningkat. Trend Analysis Plot for CAR Quadratic Trend Model Yt = 19,5675-2,6995*t + 0,2725*t**2 CAR Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 1,51228 MAD 0,22100 MSD 0, Tahun Gambar 4. Grafik Trend CAR Periode Faktor Asset Quality (Kualitas Aset) Non Performing Asset (NPA) Pada penilaian faktor kualitas asset yang digunakan adalah rasio NPA. Rasio aktiva produktif bermasalah (NPA) adalah rasio untuk menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif. Gambar 5 menunjukkan NPA pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk selama periode mengalami fluktuasi yaitu sebesar 2,17 persen di tahun 2007, 1,98 persen di tahun 2008, 2,60 persen di tahun 2009, dan 2,02 persen di tahun Walaupun mengalami fluktuasi namun nilai NPA pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada periode mendapatkan predikat sehat, karena nilainya masih berada dibawah batas yang ditetapkan pada Lampiran 2b Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23 /DPNP yaitu 5 persen.

6 % 2.50% 2.60% 2.00% 2.17% 1.98% 2.02% 1.50% NPA 1.00% 0.50% 0.00% Gambar 5. Grafik Hasil NPA Periode Pada tahun 2007 nilai NPA yang diperoleh sebesar 2,17 persen. Persentase ini diperoleh dari aktiva produktif bermasalah senilai Rp 1,81 triliun rupiah terhadap total aktiva produktif yaitu Rp 83,70 triliun rupiah. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada tahun 2008 rasio NPA yang diperoleh mengalami penurunan menjadi 1,98 persen. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 8. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan total aktiva produktif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan aktiva produktif bermasalah. Total aktiva produktif meningkat menjadi 94,55 triliun rupiah. Aktiva produktif bermasalah meningkat menjadi 1,87 triliun rupiah. Peningkatan aktiva produktif bermasalah disebabkan oleh dampak krisis globab yang menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah. Pada tahun 2009 persentase NPA mengalami kenaikan menjadi 2,60 persen. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 8. Aktiva produktif bermasalah meningkat menjadi 2,53 triliun rupiah. Total aktiva produktif mengalami kenaikan menjadi 97,37 triliun. Peningkatan aktiva produktif bermasalah dikarenakan kondisi

7 28 ekonomi Indonesia sedang memperbaiki diri dari ancaman krisis global yang menimpa Indonesia pada tahun Pada tahun 2010 rasio NPA mengalami penurunan menjadi 2,02 persen. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 8. Penurunan pada NPA disebabkan total aktiva produktif mengalami peningkatan menjadi 128,96 triliun rupiah. Aktiva produktif bermasalah meningkat menjadi 2,60 triliun rupiah. Peningkatan Total Aktiva Produktif dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit yang meningkat sebesar 20,8 triliun rupiah dari tahun sebelumnya Trend dan Proyeksi NPA Hasil analisis trend terhadap rasio NPA menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung menurun pada periode Gambar 6 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio NPA. Trend Analysis Plot for NPA Quadratic Trend Model Yt = 1, ,5045*t - 0,0975*t**2 NPA 2,6 2,4 2,2 2,0 1,8 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 9,10750 MAD 0,20100 MSD 0, ,6 1,4 1,2 1, Tahun Gambar 6. Grafik Trend NPA Periode Gambar 6 memperlihatkan proyeksi untuk tahun 2011dan 2012 untuk rasio NPA nilainya akan cenderung menurun. Rasio NPA yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal kuartal I meningkat menjadi 2,27 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada 2010 sebesar 2,02 persen. Berdasarkan hasil tersebut dapat maka terdapat perbedaan hasil proyeksi yang menunjukkan penurunan dengan hasil aktual yang

8 29 meningkat. Perbedaan tersebut dikarenakan pada tahun 2011 Bank CIMB meningkatkan kreditnya sehingga terdapat peningkatan pada jumlah aktiva produktif bermasalah. Pada tahun berikutnya upaya perbaikan dapat dilakukan dengan meningkatkan seleksi pemberian kredit, sehingga jumlah aktiva produktif bermasalah dapat berkurang sehingga resiko bank dalam keadaan bermasalah semakin kecil Faktor Earnings (Rentabilitas) Pada proses perhitungan faktor Earnings (rentabilitas) PT Bank CIMB Niaga, Tbk menggunakan empat rasio, yaitu : 1. Return on Assets (ROA) 2. Return on Equity (ROE) 3. Net Interest Margin (NIM) 4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Jenis-jenis rasio tersebut dicari hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba rugi dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan Return on Assets (ROA) Retun on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Gambar 7 memperlihatkan nilai ROA pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada periode mengalami fluktuasi. Nilai ROA yang diperoleh berturut-turut adalah sebesar 2,40 persen di tahun 2007, 1,10 persen di tahun 2008, 2,06 persen di tahun 2009, dan 2,70 persen di tahun Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai ROA pada tahun 2007, 2009, dan 2010 mendapatkan predikat sehat karena nilainya melebihi batas yang ditetapkan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 1,25 persen. Pada tahun

9 mendapatkan predikat cukup sehat karena nilainya berada dibawah 1,25 persen. 3.00% 2.50% 2.00% 2.40% 2.06% 2.70% 1.50% 1.00% 0.50% 1.10% ROA 0.00% Gambar 7. Grafik Hasil ROA Periode Pada tahun 2007 rasio ROA PT Bank CIMB Niaga, Tbk yang dihasilkan adalah 2,40 persen, dihasilkan dari perbandingan perolehan laba sebelum pajak sebesar 2,08 triliun rupiah dengan rata-rata total aktiva senilai 86,84 triliun rupiah. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada tahun 2008, nilai ROA mengalami penurunan menjadi 1,10 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 9. Penurunan tersebut dikarenakan laba sebelum pajak mengalami penurunan menjadi 1,08 triliun rupiah. Penurunan laba sebelum pajak diakibatkan oleh adanya efek dari krisis global yang melanda indonesia sehingga menyebabkan inflasi dan membuat BI meningkatkan BI rate dari 8,00 persen menjadi 9,25 persen sehingga meningkatkan biaya dana bagi bank. Rata-rata total aktiva mengalami kenaikan menjadi 98,49 triliun rupiah. Akibat adanya penurunan rasio ROA diperlukan adanya upaya meningkat laba yang diperoleh untuk tahun berikutnya agar dapat memenuhi standar sehat menurut Bank Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank CIMB adalah meningkatkan penyaluran kredit sehingga akan dapat meningkatkan laba yang diperoleh ditahun mendatang.

10 31 Pada tahun 2009, rasio ROA PT Bank CIMB Niaga, Tbk mengalami kenaikan menjadi 2,06 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 9. Peningkatan ini disebabkan laba yang diperoleh sebelum pajak mengalami kenaikan menjadi 2,16 triliun rupiah. Peningkatan laba sebelum pajak disebabkan pertumbuhan kredit yang positif serta efisiensi yang dilakukan oleh manajemen bank. Rata-rata total aktiva meningkat menjadi 105,15 triliun rupiah. Rasio ROA mengalami kenaikan menjadi 2,70 persen di tahun Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 9. Peningkatan ini disebabkan laba sebelum pajak meningkat secara signifikan menjadi 3,38 triliun rupiah. Peningkatan laba sebelum pajak disebabkan oleh peningkatan laba operasional sebesar 1,1 triliun rupiah serta didukung dengan penghasilan bunga bersih yang meningkat sebesar 19 persen sebagai akibat pertumbuhan pendapatan bunga dari portofolio kredit yang melebihi peningkatan beban bunga pihak ketiga. Faktor pendukung lainnya adalah menurunnya beban cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar 28 persen dan tidak terdapatnya beban penggabungan usaha di tahun Rata-rata total aktiva meningkat menjadi triliun rupiah Trend dan Proyeksi ROA Hasil analisis trend terhadap rasio ROA menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung meningkat selama periode Gambar 8 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio ROA. Proyeksi untuk dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa rasio ROA cenderung meningkat. Rasio NPA yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II yaitu sebesar 2,96 persen. Hasil proyeksi menunjukkan persamaan dengan hasil aktual yang diperoleh. Rasio ROA yang semakin meningkat mengindikasikan semakin besar laba yang diperoleh, sehingga Bank CIMB sebaiknya mempertahankan kinerjanya saat ini.

11 32 Trend Analysis Plot for ROA Quadratic Trend Model Yt = 4,025-2,239*t + 0,485*t**2 8 7 Variable Actual Fits Forecasts ROA Accuracy Measures MAPE 16,0303 MAD 0,2580 MSD 0, Tahun Gambar 8. Grafik Trend ROA Periode Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Gambar 9 memperlihatkan nilai ROE pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk selama periode mengalami fluktuasi yaitu dari 25,18 persen di tahun 2007, 7,77 persen di tahun 2008, 16,19 persen di tahun 2009, dan 24,18 persen di tahun Pada tahun 2007, 2009, dan 2010 nilai ROE mendapatkan predikat sangat sehat karena nilainya lebih besar dari batas yang ditetapkan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 12,5 persen. Pada tahun 2008 nilai ROE mendapatkan predikat cukup sehat karena nilainya berkisar antara 5 persen - 12,5 persen.

12 % 25.00% 20.00% 25.18% 24.18% 15.00% 10.00% 16.19% ROE 5.00% 0.00% 7.77% Gambar 9. Grafik Hasil ROE Periode Pada tahun 2007 nilai ROE yang diperoleh adalah sebesar 25,18 persen. Nilai ini diperoleh dari perbandingan laba bersih setelah pajak sebesar 1,51 triliun rupiah dengan rata-rata modal inti sebesar 5,99 triliun rupiah. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 10. Nilai ROE mengalami penurunan menjadi 8,08 persen di tahun Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 10. Penurunan ini diakibatkan penurunan laba bersih menjadi 678,1 milliar rupiah. Penurunan laba bersih diakibatkan 3 faktor utama, yaitu dikeluarkannya biaya merger 316 milliar rupiah, kenaikan cadangan penghapusan dalam rangka menunjang prinsip kehati-hatian sebesar 586 milliar rupiah dan kerugian akibat kondisi pasar modal sebesar 28,14 milliar rupiah. Rata-rata modal inti mengalami peningkatan menjadi 8,72 triliun rupiah. Nilai ROE mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 16,72 persen di tahun Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 10. Peningkatan ini disebabkan laba bersih mengalami peningkatan menjadi 1,57 triliun rupiah. Peningkatan laba bersih disebabkan oleh kenaikan penghasilan bunga bersih sebesar 28 persen yang disebabkan oleh kenaikan portfolio kredit dan penurunan biaya dana. Selain itu, investasi dalam surat berharga di tahun 2009 juga memberikan keuntungan sebesar 197,6 miliar rupiah meningkat tajam

13 34 dibandingkan kerugian sebesar 290,6 miliar rupiah pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, rasio ROE kembali mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 24,18 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 10. Peningkatan ini disebabkan laba bersih mengalami peningkatan secara signifikan menjadi 2,54 triliun rupiah. Peningkatan laba bersih disebabkan pajak pendapatan tercatat mengalami penurunan menjadi 24 persen dari 27 persen di tahun Rata-rata modal inti mengalami peningkatan 9,68 triliun rupiah menjadi 10,54 triliun rupiah Trend dan Proyeksi ROE Hasil analisis trend terhadap rasio ROE menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung meningkat. Gambar 10 menunjukkan trend model Grove Curve pada rasio ROE. Trend Analysis Plot for ROE Quadratic Trend Model Yt = 48,725-31,208*t + 6,35*t**2 ROE Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 21,4173 MAD 2,6260 MSD 8, Tahun Gambar 10. Grafik Trend ROE Periode Berdasarkan Gambar 10 hasil yang diperoleh untuk proyeksi dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa rasio ROE akan cenderung meningkat. Rasio ROE yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II yaitu sebesar 27,38 persen. Hasil proyeksi menunjukkan persamaan dengan hasil aktual yang diperoleh. Peningkatan ini membuktikan meningkatnya kinerja bank

14 35 CIMB, oleh karena itu sebaiknya kinerja saat ini harus tetap dipertahankan untuk tahun berikutnya Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. 7.00% 6.00% 6.41% 6.47% 5.00% 5.61% 5.38% 4.00% 3.00% NIM 2.00% 1.00% 0.00% Gambar 11. Grafik Hasil NIM Periode Gambar 11 memperlihatkan bahwa nilai rasio NIM pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada periode mengalami fluktuasi. Nilai diperoleh yaitu sebesar 5,61 persen pada tahun 2007, 5,38 persen pada tahun 2008, 6,41 persen pada tahun 2009, dan 6,47 persen pada tahun Nilai NIM pada periode mendapatkan peringkat sehat karena nilainya berada diatas batas ketentuan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 2 persen. Pada tahun 2007, PT Bank CIMB Niaga, Tbk memiliki rasio NIM sebesar 5,61 persen. Nilai tersebut diperoleh dari perbandingan pendapatan bunga bersih sebesar 5,66 triliun rupiah dengan rata-rata aktiva produktif sebesar 77,57 triliun rupiah. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 11.

15 36 Pada tahun 2008, nilai NIM mengalami penurunan dari menjadi 5,38 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 11. Penurunan ini disebabkan oleh ketatnya likuiditas perbankan Indonesia, sehingga meningkatkan dana bagi bank. Penurunan juga disebabkan rata-rata aktiva produktif peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih meningkat menjadi 4,79 triliun rupiah. Ratarata aktiva produktif meningkat menjadi 8,64 triliun rupiah. Peningkatan rata-rata aktiva produktif disebabkan komponenkomponennya mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, rasio NIM PT Bank CIMB Niaga, Tbk mengalami peningkatan menjadi 6,41 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 11. Peningkatan tersebut disebabkan pendapatan laba bersih yang meningkat menjadi 6,15 triliun rupiah. Kenaikan pendapatan laba bersih disebabkan oleh meningkatnya ratarata posisi kredit dan menurunnya biaya dana. Rata-rata aktiva produktif pun mengalami kenaikan menjadi 95,96 triliun rupiah. Pada tahun 2010, rasio NIM PT Bank CIMB Niaga, Tbk mengalami kenaikan menjadi 6,47 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 11. Penghasilan bunga di tahun 2010 yang melebihi kenaikan pada beban bunga, berdampak pada total penghasilan bunga bersih meningkat sebesar 19 persen menjadi 7,32 triliun rupiah. Rata-rata aktiva produktif mengalami kenaikan menjadi 113,16 triliun rupiah Trend dan Proyeksi NIM Hasil analisis trend terhadap rasio NIM menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung meningkat pada periode Gambar 12 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio NIM. Proyeksi untuk dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2011 dan tahun 2012 menunjukkan bahwa rasio NIM cenderung meningkat. Rasio NIM yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal I yaitu sebesar 1,43 persen dan kuartal II yaitu sebesar 2,86 persen.

16 37 Berdasarkan nilai NIM pada kuartal I dan kuartal II hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan. Sehingga hasil proyeksi sesuai dengan hasil aktual yang diperoleh yaitu peningkatan pada tahun Trend Analysis Plot for NIM Quadratic Trend Model Yt = 5,4275-0,0015*t + 0,0725*t**2 NIM 8,0 7,5 7,0 6,5 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 3,78669 MAD 0,22300 MSD 0, ,0 5,5 5, Tahun Gambar 12. Grafik Trend NIM Periode Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio biaya operasional/pendapatan operasional (BOPO), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efiseinsi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Berdasarkan Gambar 13, memperlihatkan nilai dari Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank CIMB selama periode mengalami fluktuasi yaitu 78,44 persen pada tahun 2007, 78,99 persen pada tahun ,68 persen pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 sebesar 68,56 persen. Nilai BOPO yang diperoleh selama periode mendapatkan predikat sehat karena nilainya berada dibawah batas maksimal yang

17 38 ditetapkan pada Lampiran 2d Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP yaitu 94 persen % 78.00% 76.00% 74.00% 72.00% 78.44% 75.76% 70.00% 68.00% 66.00% 64.00% 62.00% 70.77% 68.56% BOPO Gambar 13. Grafik Hasil BOPO Periode Pada tahun 2007, Rasio BOPO yang diperoleh adalah sebesar 78,44 persen yang diperoleh dari perbandingan jumlah Biaya Operasional yang dikeluarkan sebesar 7,67 triliun rupiah dengan Pendapatan Operasional sebesar 9,78 triliun rupiah. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 12. Nilai BOPO mengalami peningkatan menjadi 78,99 persen di tahun Hal tersebut dikarenakan kenaikan biaya operasional lebih besar dibandingkan kenaikan pendapatan operasional. Beban opersional mengalami kenaikan menjadi 8,50 triliun rupiah. Kenaikan beban operasional disebabkan oleh meningkatnya kerugian atas penurunan surat berharga sebesar 245 miliar rupiah dan kerugian atas penjualan surat berharga sebesar 46 miliar rupiah. Pendapatan operasional mengalami kenaikan menjadi 1,07 triliun rupiah. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada tahun 2009 persentase BOPO turun menjadi 73,68 persen. Penurunan tersebut dikarenakan pendapatan operasional meningkat yang disebabkan adanya kenaikan pada portofolio kredit dan penurunan biaya dana, kenaikan tersebut di dukung oleh pelaksanaan

18 39 program efiesiensi biaya operasional oleh manjemen sehingga beban operasional meningkat tidak terlalu besar. Beban opersional mengalami peningkatan sebesar 8,91 triliun rupiah dari tahun sebelumnya 8,50 triliun rupiah. Total pendapatan operasional mengalami peningkatan sebesar 12,10 triliun rupiah dari tahun sebelumnya triliun rupiah. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada tahun 2010 rasio BOPO PT Bank CIMB Niaga, Tbk mengalami penurunan menjadi 68,56 persen. Penurunan tersebut karena pendapatan operasional peningkatannya lebih besar dibandingkan beban operasional. Beban operasional mengalami peningkatan sebesar 9,47 triliun rupiah yang disebabkan oleh meningkatnya biaya umum dan administrasi sebesar 31 persen menjadi 2,3 triliun rupiah (2009: 1,8 triliun rupiah) dan biaya pegawai sebesar 3 persen menjadi 2,0 triliun rupiah (2009: Rp1,9 triliun rupiah). Pendapatan operasional mengalami peningkatan sebesar 13,81 triliun rupiah. Pendapatan operasional meningkat karena adanya peningkatan pada penghasilan bunga sebesar 10 persen menjadi 12,4 triliun rupiah (2009: 11,3 triliun rupiah) dan penghasilan operasional lainnya meningkat 5 persen menjadi 1,6 triliun rupiah (2009: 1,5 triliun rupiah). Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran Trend dan Proyeksi BOPO Hasil analisis trend terhadap rasio BOPO menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung menurun selama periode Gambar 14 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio BOPO. Proyeksi untuk dua tahun berikutnya yaitu tahun 2011 dan tahun 2012 menunjukkan bahwa rasio BOPO cenderung menurun. Rasio BOPO yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II yaitu sebesar 40,60 persen. Proyeksi menunjukkan hasil yang sama dengan hasil aktual yang diperoleh. Penurunan nilai pada rasio BOPO menunjukkan semakin efisiennya biaya yang dikeluar oleh Bank CIMB.

19 40 Trend Analysis Plot for BOPO Quadratic Trend Model Yt = 82,6275-4,0505*t + 0,1175*t**2 BOPO Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 0, MAD 0, MSD 0, Tahun Gambar 14. Grafik Trend BOPO Periode Faktor Liquidity Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR (Loan to Deposit Ratio) atau rasio kredit terhadap deposit/simpanan digunakan untuk menilai menilai kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebgai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR menunjukkan semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut. Berdasarkan Gambar 15 dapat diketahui bahwa nilai dari LDR pada Bank CIMB selama periode mengalami fluktuasi. Nilai LDR yang diperoleh yaitu sebesar 78,11 persen pada tahun 2007, 86,59 persen pada tahun 2008, 92,82 persen pada tahun 2009, dan 85,12 persen pada tahun Berdasarkan nilai LDR yang diperoleh pada tahun 2007 mendapatkan peringkat sehat karena nilainya berada diantara 75 persen 85 persen. Pada periode mendapatkan peringkat cukup sehat karena nilainya berada diantara 85 persen 100 persen, sesuai dengan Lampiran 2e Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP.

20 % 90.00% 92.82% 85.00% 86.59% 85.12% 80.00% LDR 75.00% 78.11% 70.00% Gambar 15. Grafik Hasil LDR Periode Rasio LDR yang diperoleh PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada tahun 2007 adalah sebesar 78,11 persen. Persentase tersebut diperoleh dari perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan yaitu senilai 58,97 triliun rupiah dengan dana pihak ketiga yaitu senilai 75,50 triliun rupiah. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 13. Nilai LDR mengalami peningkatan menjadi 86,59 persen di tahun Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 13. Peningkatan ini terjadi karena jumlah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga meningkat menjadi 72,77 triliun rupiah. Pertumbuhan kredit meningkat pada segmen retaol banking, business banking, dan corporate banking yang tumbuh masing-masing 21,96 persen, 19,30 persen, dan 29,75 persen. Dana pihak ketiga meningkat menjadi 84,05 triliun rupiah. Komposisi dana pihak ketiga yang meningkat adalah 22 persen dalam bentuk giro, 21 persen dalam bentuk tabungan dan 57 persen dalam bentuk tabungan berjangka. Nilai LDR mengalami peningkatan kembali menjadi 92,82 persen di tahun Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 13. Peningkat nilai LDR disebabkan jumlah kredit meningkat menjadi 80,05 triliun rupiah. Peningkatan kredit terdiri atas kredit rupiah yang

21 42 meningkat sebesar 11 persen menjadi 69,5 triliun dan kredit mata uang asing meningkat sebesar 27 persen menjadi 1,1 miliar dollar. Dana pihak ketiga meningkat menjadi 86,24 triliun rupiah. Komposisi dana pihak ketiga yang meningkat terdiri atas deposit sebesar 46 persen, tabungan sebesar 31 persen, dan giro sebesar 23 persen. Pada tahun 2010, nilai LDR mengalami penurunan menjadi 85,12 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 13. Penurunan ini terjadi karena peningkatan dana pihak ketiga lebih besar dibandingkan peningkatan kredit yang diberikan. Total dana pihak ketiga meningkat menjadi 117,83 triliun rupiah karena adanya peningkatan pada giro, tabungan, dan deposito berjangka. Jumlah kredit yang diberikan meningkat menjadi 100,30 triliun rupiah Trend dan Proyeksi LDR Hasil analisis trend terhadap rasio LDR menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung menurun pada periode Gambar 16 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio LDR. Trend Analysis Plot for LDR Quadratic Trend Model Yt = 58, ,951*t - 4,045*t**2 90 Variable Actual Fits Forecasts LDR Accuracy Measures MAPE 1,33615 MAD 1,16800 MSD 1, Tahun Gambar 16. Grafik Trend NPA Periode Proyeksi untuk dua tahun berikutnya yaitu tahun 2011 dan tahun 2012 menunjukkan bahwa rasio NPA nilainya akan cenderung menurun. Rasio LDR yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II yaitu sebesar 92,94 persen. Nilai aktual yang diperoleh menunjukkan

22 43 adanya peningkatan pada rasio LDR dibandingkan dengan tahun Sehingga pada hasil proyeksi menunjukkan perbedaan dengan hasil aktual. Perbedaan tersebut dikarenakan pada tahun 2011 peningkatan jumlah kredit yang diberikan lebih besar dibandingkan dengan peningkatan dana pihak ketiga. Kredit yang diberikan meningkat menjadi 114,75 triliun rupiah sedangkan modal dana pihak ketiga meningkat menjadi 123,46 triliun rupiah Penilaian Akhir Hasil perhitungan tingkat kesehatan PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada periode dapat dilihat pada tabel rekapitulasi sebagai berikut: Tabel 1. Rekapitulasi faktor-faktor CAMELS pada PT Bank CIMB Niaga,Tbk periode Standar Faktor Komponen Sehat (%) (%) (%) (%) (%) Capital CAR > 8 17,03 15,59 13,59 13,24 Asset NPA < 5 3,01 2,52 3,06 2,52 ROA > 1,25 2,40 1,10 2,06 2,70 ROE > 12,5 25,18 7,77 16,19 24,18 Earnings NIM > 2 5,61 5,38 6,41 6,47 BOPO < 94 78,44 75,76 70,77 68,56 75<Rasio< Liquidity LDR 78,11 86,59 92,82 85,12 85 Sumber : Laporan Keuangan PT Bank CIMB Niaga, Tbk (diolah) Tahap terakhir dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMELS yaitu menentukan tingkat kesehatan bank berdasarkan masing-masing faktor CAMELS yang telah dijabarkan pada komponen-komponen sebelumnya. Dalam perhitungan dari masing-masing komponen pada faktor-faktor CAMELS maka diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil peringkat komposit selama periode pada faktor permodalan, kualitas asset, rentabilitas, dan likuiditas maka dapat disimpulkan bahwa PT Bank CIMB Niaga,Tbk mendapatkan peringkat komposit 2, yang mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan

23 44 mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perkonomian dan industri keuangan. Selain itu, bank dalam kategori ini mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perkonomian dan industri keuangan, namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor /kecil yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin, sehingga dikategorikan "Sehat". Tabel 2. Peringkat Komposit faktor-faktor CAMELS pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk periode Peringkat Komposit Faktor-faktor CAMELS Faktor Faktor Faktor Faktor Tahun Permodalan Kualitas Asset Rentabilitas Likuiditas (Capital) (Asset Quality) (Earnings) (Liquidity) (sehat) 2 (sehat) 2 (sehat) 2 (sehat) (sehat) 2 (sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) (sehat) 2 sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) (sehat) 2 ( sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) Sumber: Laporan keuangan PT Bank CIMB Niaga,Tbk diolah 4.8. Implikasi Manajerial Berdasarkan penelitian ini terlihat kelemahan terdapat pada rasio CAR yang memiliki trend cenderung menurun selama periode Upaya perbaikan dapat dilakukan untuk tahun berikutnya ialah dengan meningkatkan modal bank, yang terdiri atas modal inti, modal pelengkap, dan penyertaan. Peningkatan modal bank nilainya harus lebih besar dibandingkan dengan peningkatan nilai ATMR, sehingga dapat meningkatkan persentase nilai CAR. Kelemahan juga terdapat pada faktor likuiditas (LDR), selama periode , yaitu hasil yang diperoleh menunjukkan persentase LDR mendapatkan predikat cukup sehat. Rasio LDR yang masih kurang baik dapat diperbaiki dengan meningkatkan pengawasan pengelolaan kredit yang diberikan. Kredit yang diberikan kepada debitur jumlahnya harus tetap berada pada kisaran 75 persen - 85 persen dari jumlah dana pihak ketiga, agar sesuai dengan ketentuan sehat menurut Bank Indonesia.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT Bank

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kesehatan dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa kondisi bank dapat terjaga, sehingga hasil dari penilaian kesehatan bank dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN 3.1. Alur Pikir Penelitian Tingkat kesehatan bank merupakan cerminan dari kondisi suatu bank yang dilihat dari laporan keuangan. Bank yang sudah go public wajib menerbitkan laporan

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG KESEHATAN PT BANK CIMB NIAGA, TBK DENGAN METODE CAMELS (Berdasarkan Laporan Keuangan ) Oleh MUFTI SANI H

KAJIAN TENTANG KESEHATAN PT BANK CIMB NIAGA, TBK DENGAN METODE CAMELS (Berdasarkan Laporan Keuangan ) Oleh MUFTI SANI H KAJIAN TENTANG KESEHATAN PT BANK CIMB NIAGA, TBK DENGAN METODE CAMELS (Berdasarkan Laporan Keuangan 2007-2010) Oleh MUFTI SANI H24070065 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap PT. Bank CIMB Niaga, Tbk. dimana bank tersebut melakukan merger dengan PT. Bank Lippo, Tbk. pada tanggal 1 November

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Institusi Perbankan Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian bank diatur dalam Pasal 1 ayat 2. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 24 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967, bank didefinisikan sebagai Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas

Lebih terperinci

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) A. Capital (Permodalan) Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan ang dimiliki bank yang didasarkan pada: 1. Kewajiban

Lebih terperinci

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha PENDAHULUAN Bab 9 PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap 6 faktor, yaitu 1. CAPITAL ( Permodalan ), 2. ASSET QUALITY ( Kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE 2013-2015 Nama : Yacob Berkat NPM : 27212774 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Alur Pikir Penelitian

Lampiran 1. Bagan Alur Pikir Penelitian LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Bagan Alur Pikir Penelitian 48 49 Lampiran 2. Visi, Nilai, dan Struktur Organisasi Perusahaan Visi Perusahaan Visi dari Bank CIMB Niaga, Tbk adalah Menjadi Bank terpercaya di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:8/16/PBI/2006 mengenai Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia. Peraturan ini dikeluarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting di Indonesia. Bank dapat dikatakan sebagai lembaga penggerak perekonomian negara karena banyak kegiatan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS MUNGNIYATI STIE TRISAKTI mungniyati@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN K esehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode 2006-2011 NO Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 I Komponen Modal A. Modal Inti 13,104,120 15,448,235 17,795,610 21,137,919 27,673,231 38,214,079

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lainnya dari pihak

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Lebih terperinci

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk dan PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk SEBELUM DAN SETELAH PRIVATISASI ABSTRAK Sampai saat ini Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data-data keuangan yang dibutuhkan. Data-data keuangan tersebut dapat diperoleh

Lebih terperinci

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Bank Niaga Bank Niaga didirikan pada 26 September 1955, dan saat ini merupakan bank ke-7 terbesar di Indonesia berdasarkan aset serta ke- 2 terbesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel Penelitian Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan bank konvensional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga keuanga yang berfungsi sebagai penyalur dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang kekurangan dana atau membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan regional atau nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini berupa analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati aspek-aspek tertentu dari laporan keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk. Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk. Dian Risnawati 20208369 Pembimbing : 1. Hary W. Achmad Romadhon, Dr. 2. Caecilia Widi Pratiwi,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor ekonomi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 117 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Menurut Hermawan Darmawi (2011) Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank Dalam suatu negara, peranan bank sangat mempengaruhi keadaan di dalam negara tersebut, khususnya dalam segi perekonomian yang dapat berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :www.cimbniaga.com

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :www.cimbniaga.com BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor keuangan subsektor perbankan milik swasta yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA,Tbk. DAN ENTITAS ANAK DAN PT BANK CIMB NIAGA,Tbk DAN ENTITAS ANAK MENGGUNAKAN METODE CAMELS Imaniar email: Imaniar_ainq888@yahoo.com Progam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu: PT Bank Mandiri dan PT Bank Rakyat Indonesia. Analisis

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN 2008-2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis moneter sebagai akibat jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap valuta asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup adalah dengan cara meningkatkan pendapatan melalui kegiatan perekonomian. Peningkatan ini membutuhkan suatu sarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Penilaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK Muniya Alteza Laporan Keuangan Bank Tujuan pembuatan laporan keuangan bank: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva da jenis aktiva yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, peranan perbankan sebagai fungsi intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana dirasakan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal didefinisikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli berbagai instrumen atau sekuritas jangka panjang (Gunawan, 2012). Kehadiran pasar modal ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK Laporan Keuangan Bank Tujuan pembuatan laporan keuangan bank: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva da jenis aktiva yang dimiliki 2. Memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga keuangan khususnya perbankan. Perbankan berperan penting sebagai lembaga intermediasi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. DAFTAR ISI i. II. PENJELASAN ii. III. DAFTAR SINGKATAN iv. IV. DAFTAR ISTILAH v. V. DAFTAR RASIO vi. VI.

DAFTAR ISI. I. DAFTAR ISI i. II. PENJELASAN ii. III. DAFTAR SINGKATAN iv. IV. DAFTAR ISTILAH v. V. DAFTAR RASIO vi. VI. DAFTAR ISI I. DAFTAR ISI i II. PENJELASAN ii III. DAFTAR SINGKATAN iv IV. DAFTAR ISTILAH v V. DAFTAR RASIO vi VI. DAFTAR TABEL viii VII. KONDISI UMUM 1 VIII. DATA 5 i PENJELASAN 1. Data yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (Studi Kasus: Bank UOB Indonesia)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (Studi Kasus: Bank UOB Indonesia) ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (Studi Kasus: Bank UOB Indonesia) Dita Awalia Afriani/ 20208388 Pembimbing : Herry Sussanto, DR. SE., MM. LATAR BELAKANG MASALAH Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT. ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK NAMA : Alien Aprilian NPM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perbankan di Indonesia saat ini memang sangat baik, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko ( kredit, penyertaan, surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN 2013-2015 Nama : Nur Azmi Lubis NPM : 25212450 Jurusan Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan investasi serta bank keuangan senior dan terbesar ke-4 di Amerika merupakan awal dari terjadinya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian Deskriptif Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing variabel yang diteliti. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu sarana yang mempunyai peranan strategis dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai lembaga perantara (financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Bank dapat diartikan sebagai suatu lembaga keuangan yang mempunyai manfaat serta berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam penilaian permodalan yaitu dengan Capital Adequacy Ratio

BAB 5 PENUTUP. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam penilaian permodalan yaitu dengan Capital Adequacy Ratio BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam penilaian permodalan yaitu dengan Capital

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian

DAFTAR ISTILAH. Aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian PENJELASAN. Data yang digunakan dalam buku Data Perbankan Indonesia bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) yang dilaporkan oleh Bank Umum kepada Bank Indonesia, kecuali dinyatakan lain. 2. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan merupakan cerminan dari kinerja perusahaan pada satu periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum

Lebih terperinci

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 08 & 09 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Perbankan a. Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

Analisis Kinerja PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL dan Metode RGEC

Analisis Kinerja PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL dan Metode RGEC Analisis Kinerja PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL dan Metode RGEC Disusun Oleh: Nama: Rahmi Aprisa Putri NPM: 18212459 Jurusan: Manajemen Pembimbingan: Endang Setyaningsih,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Harga saham

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum.

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum. No.6/44/DPNP Jakarta, 22 Oktober 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Rencana Bisnis Bank Umum. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/25/PBI/2004 tanggal 22

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Capital (Modal) permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal terhadap Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Sehingga dengan rumus yang ada maka CAR (Capital

Lebih terperinci