BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN"

Transkripsi

1 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal pelanggan dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan motivasi pelanggan dalam melakukan pembelian komoditas teh atau kelapa sawit yang berasal dari pelanggan itu sendiri. Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan komoditas teh atau kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV yang membutuhkan komoditas teh atau kelapa sawit sebagai bahan baku utama dalam kegiatan usaha. Responden berjumlah lima belas orang untuk komoditas teh, dan lima belas orang untuk komoditas kelapa sawit. Responden merupakan pelanggan yang melakukan pembelian atas komoditas teh dan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV sedangkan responden adalah pejabat berwenang PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara dan PT. Perkebunan Nusantara IV yang memiliki informasi terkait dengan pemasaran komoditas teh dan kelapa sawit. Faktor internal \yang dimiliki oleh pelanggan diukur oleh tujuh peubah, yaitu (a) kemampuan pembelian komoditas teh atau kelapa sawit, (b) frekuensi pembelian komoditas teh atau kelapa sawit, (c) modal usaha pelanggan, (d) jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pelanggan, (e) pengalaman usaha pelanggan, (f) fasilitas pemasaran yang dimiliki oleh pelanggan, dan (g) banyaknya kompetitor usaha yang menjadi pesaing pelanggan. Sebaran responden menurut faktor internal akan disajikan pada Tabel 5.

2 Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Internal Faktor Internal Kemampuan Pembelian Frekuensi Pembelian Kategori Teh Kelapa Sawit Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Modal Usaha Rendah Sedang Tinggi Jumlah Tenaga Kerja Rendah Sedang Tinggi Lama Usaha Baru Sedang Lama Jumlah Sarana Sedikit Sedang Banyak Pesaing Usaha Sedikit Sedang Banyak Kemampuan Pembelian Data pada Tabel 5 menunjukkan pelanggan teh yang memiliki kemampuan pembelian tinggi (8-10 ton per bulan) berjumlah tujuh orang pelanggan atau 46.7 persen dari total responden. Responden ini memiliki kemampuan pembelian yang besar karena besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi pembelian. Adanya sumber daya pelanggan yang besar menyebabkan pelanggan mampu untuk membeli komoditas yang ditawarkan oleh perusahaan. Pelanggan komoditas kelapa sawit yang memiliki kemampuan pembelian tinggi ( ton per bulan) berjumlah enam orang pelanggan atau 40 persen dari total responden. Responden ini memiliki kemampuan pembelian yang besar dikarenakan besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi pembelian. Adanya sumber daya pelanggan yang besar menyebabkan pelanggan mampu untuk membeli komoditas yang ditawarkan oleh perusahaan.

3 5.1.2 Frekuensi Pembelian Data pada Tabel 5 menunjukkan responden yang memiliki frekuensi pembelian rendah (1-2 kali per bulan) berjumlah enam orang pelanggan atau 40.0 persen dari total responden. Perbedaan jumlah frekuensi pembelian ini didasarkan atas perbedaan kebutuhan akan komoditas teh bagi setiap pelanggan. Selain itu, perbedaan juga dapat didasarkan atas perbedaan jenis usaha yang digeluti oleh pelanggan. Banyaknya pelanggan yang memiliki frekuensi pembelian rendah, karena kebutuhan pelanggan akan komoditas teh dapat terpenuhi walaupun dengan frekuensi pembelian yang rendah. Sebanyak tujuh orang pelanggan atau 46.7 persen dari total responden melakukan pembelian terhadap komoditas kelapa sawit dengan frekuensi tinggi (6-7 kali setiap bulan). Sebagian besar pelanggan memiliki frekuensi pembelian komoditas kelapa sawit yang tinggi karena pelanggan membutuhkan komoditas dalam jumlah yang besar, dimana dalam setiap transaksi, jumlah yang ditawarkan oleh perusahaan tidak mencukupi permintaan pelanggan, sehingga pelanggan harus mengikuti transaksi berikutnya agar kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi. Frekuensi pembelian komoditas kelapa sawit tersebut berhubungan dengan besarnya kebutuhan pelanggan akan komoditas tersebut. Selain perbedaan kebutuhan, frekuensi membeli juga dipengaruhi ketersediaan sumber daya pelanggan dalam melakukan pembelian komoditas kelapa sawit PT. Perkebunan Nusanatara IV Modal Usaha Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki modal usaha tinggi (Rp ,00 Rp ,00) berjumlah delapan orang pelanggan atau 53.3 persen dari total responden. Banyaknya pelanggan yang memiliki modal usaha tinggi tinggi karena telah memiliki keuntungan dari usaha sebelumnya yang digunakan kembali sebagai modal dalam usaha berikutnya. Sebagian besar pelanggan memiliki banyak keuntungan sehingga modal yang dikeluarkan untuk pembelian berikutnya menjadi tinggi. Pelanggan komoditas kelapa sawit yang memiliki modal usaha tinggi (Rp ,00 Rp ,00) berjumlah delapan orang

4 pelanggan atau 53.3 persen dari total responden. Banyaknya pelanggan yang memiliki modal usaha tinggi tinggi karena telah memiliki keuntungan dari usaha sebelumnya yang digunakan kembali sebagai modal dalam usaha berikutnya. Sebagian besar pelanggan memiliki banyak keuntungan sehingga modal yang dikeluarkan untuk pembelian berikutnya menjadi tinggi. Besarnya modal usaha yang dimiliki pelanggan sangat berhubungan dengan bersarnya ketersediaan modal dan memiliki keragaman berdasarkan besarnya usaha yang dijalankan, bentuk usaha yang dijalankan oleh pelanggan dan lamanya pelanggan tersebut menggeluti bidang dengan komoditas teh atau kelapa sawit. Modal usaha yang dimiliki oleh pelanggam dapat berasal dari berbagai sumber modal seperti bank, pemegang saham, maupun keuntungan yang diperoleh pelanggan pada transaksi sebelumnya Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 5, responden yang memiliki jumlah tenaga kerja rendah (2-12 orang ) berjumlah enam orang pelanggan atau 40.0 persen dari total responden. Perbedaan jumlah tenaga kerja tersebut dibedakan atas tujuan dari dilakukannya pembelian atas komoditas tersebut. Jumlah tenaga kerja dipengaruhi oleh kebutuhan pelanggan agar tujuan dari pelanggan tersebut dapat terpenuhi dengan baik, dan besarnya usaha yang digeluti oleh pelanggan tersebut. Pada pelanggan teh, tenaga kerja yang dimiliki relatif sedikit dibandingkan dengan tenaga kerja yang dimiliki oleh kelapa sawit, karena jenis kegiatan yang dilakukan pelanggan tidak membutuhkan tenaga kerja yang besar. Tenaga kerja yang dimiliki oleh pelanggan adalah orang yang melakukan transaksi pembelian pada PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, dan tenaga kerja lain yang bertugas melakukan penjualan kembali terhadap komoditas teh tersebut. Pelanggan komoditas kelapa sawit yang memiliki jumlah tenaga kerja sedang ( orang) berjumlah tujuh orang pelanggan atau 46.7 persen dari jumlah responden. Perbedaan jumlah tenaga kerja tersebut dibedakan atas tujuan dari dilakukannya pembelian atas komoditas tersebut. Jumlah tenaga kerja dipengaruhi oleh kebutuhan pelanggan agar tujuan dari pelanggan tersebut dapat

5 terpenuhi dengan baik, dan besarnya usaha yang digeluti oleh pelanggan tersebut. Pelanggan komoditas kelapa sawit memiliki jumlah tenaga kerja yang sedang atau cukup besar karena selain melakukan pembelian terhadap komoditas ini, pelanggan juga melakukan usaha mengolah komoditas ini menjadi barang lain. Usaha pengolahan ini membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga tenaga kerja yang dimiliki oleh pelanggan kelapa sawit relatif lebih besar dibandingkan komoditas lain Lama Usaha Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel5, responden yang memiliki lama usaha sedang (10-19 tahun) berjumlah tujuh orang pelanggan atau 46.7 persen dari total responden. Pelanggan komoditas kelapa sawit yang memiliki lama menjalankan usaha tahun berjumlah enam orang pelanggan atau 40.0 persen dari jumlah responden. Perbedaan lama usaha menjalankan kegiatan usaha muncul dari perbedaan eksistensi pelanggan dalam melakukan pembelian komoditas teh atau kelapa sawit. Selain itu, perbedaan juga muncul dari perbedaan seberapa lama pelanggan mulai membutuhkan teh atau kelapa sawit sebagai bahan baku dalam menjalankan usahanya Jumlah Sarana Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 5, responden yang memiliki sedikit jumlah sarana (1-2 unit) berjumlah enam orang pelanggan atau 40.0 persen dari total responden. Pelanggan memiliki sarana yang sedikit, karena pelanggan komoditas teh tidak membutuhkan banyak sarana dalam usaha yang membutuhkan komoditas teh tersebut. Pelanggan meyakini bahwa dengan jumlah sarana yang sedikit, usaha yang dilakukan akan lebih efisien dibandingkan dengan jumlah sarana yang banyak. Pelanggan komoditas kelapa sawit yang memiliki jumlah sarana yang sedang (3-5 unit) berjumlah tujuh orang pelanggan atau 46.7 persen dari total responden. Pelanggan memiliki jumlah sarana sedang, karena usaha yang membutuhkan komoditas kelapa sawit tersebut, memiliki jumlah tenaga kerja

6 yang relatif lebih besar dan usaha yang dijalankan lebih beragam dibandingkan dengan pelanggan yang membutuhkan komoditas teh dalam usahannya Pesaing Usaha Berdasarkan hasil pengolahan data, responden yang menyatakan memiliki sedikit pesaing usaha (10-13 pesaing usaha) adalah sebanyak enam orang pelanggan atau 46.7 persen dari total responden. Jumlah pesaing usaha merupakan banyaknya pelanggan lain yang dianggap menjadi saingan dalam melakukan usaha karena melakukan usaha yang sama dengan pelanggan, akan tetapi sebagian besar pelanggan komoditas teh menyatakan pesaing usaha yang dimiliki oleh pelanggan adalah sedikit. Sebanyak enam orang pelanggan komoditas kelapa sawit atau 40.0 persen menyatakan pesaing usaha dalam jumlah sedang (14-16 pesaing usaha). Jumlah pesaing usaha merupakan banyaknya pelanggan lain yang dianggap menjadi saingan dalam melakukan usaha karena melakukan usaha yang sama dengan pelanggan, sebagian besar pelanggan komoditas kelapa sawit menyatakan pesaing usaha yang dimiliki oleh pelanggan adalah sedang. 5.2 Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berhubungan dengan motivasi pelanggan dalam melakukan pembelian komoditas teh atau kelapa sawit yang berasal dari luar pelanggan atau PT. Perkebunan Nusantara IV, selaku perusahaan penghasil komoditas teh dan kelapa sawit. Faktor internal yang dimiliki oleh pelanggan diukur oleh delapan peubah, yaitu (a) kredibilitas komunikasi pemasaran, (b) sistem pemasaran, (c) permintaan komoditas, (d) kualitas komoditas, (e) biaya pelayanan, (f) sistem antar komoditas, (g) kemanan komoditas, dan (h) moralitas perusahaan. Kedelapan faktor internal tersebut akan dihubungkan dengan motivasi rasional dan emosional yang tersaji dalam Tabel 6.

7 Tabel 6. Faktor Eksternal yang Berhubungan dengan Motivasi Emosional Pelanggan Komoditas Teh Faktor Eksternal Kredibilitas Komunikasi Pemasaran Sistem Pemasaran Permintaan Komoditas Kualitas Komoditas Moralitas Perusahaan Biaya Komoditas Sistem Antar Komoditas Keamanan Komoditas Kategori Teh Kelapa Sawit Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak Dipercaya Dipercaya Sangat Dipercaya Tidak Dipercaya Dipercaya Sangat Dipercaya Kurang Terpenuhi Terpenuhi Sangat Terpenuhi Kurang Sedang Baik Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Kurang Lancar Lancar Sangat Lancar Kurang Terjamin Terjamin Sangat Terjamin Kredibilitas Komunikasi Pemasaran bahwa dari 15 pelanggan komoditas teh yang telah mengisi kuesioner, sembilan orang responden atau 60 persen dari total responden memilih percaya pada kredibilitas komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV dalam memasarkan komoditas teh. Diperoleh hasil bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak enam orang responden atau 40 persen dari total responden memilih percaya pada kredibilitas komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV dalam memasarkan komoditas kelapa sawit. Pelanggan

8 merasa bahwa kredibilitas komunikasi pemasaran yang dipilih merupakan bentuk yang tepat karena menggunakan sistem terpusat dan mempercayai bentuk kredibilitas komunikasi pemasaran yang diterapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV, yakni dengan menggunakan PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara sebagai perantara bagi pelanggan untuk mendapatkan informasi dari PT. Perkebunan Nusantara IV. Pelanggan meyakini dengan adanya PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan dapat diperoleh dengan mudah Sistem Pemasaran bahwa sebanyak sembilan orang responden atau 60 persen memilih sangat percaya kepada bentuk pemasaran yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV. Diperoleh hasil bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak sembilan orang responden atau 60 persen dari total responden memilih percaya pada bentuk pemasaran yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV. Pelanggan mempercayai bentuk pemasaran yang digunakan yaitu menggunakan PT. Kharisma Pemasaran Bersama yang sejak lama telah menjadi tempat PT. Perkebunan Nusantara IV untuk memasarkan komoditasnya. Eksistensi yang telah lama tersebut membuat sebagian besar pelanggan sangat mempercayai bentuk pemasaran yang dipilih oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Permintaan Komoditas Berdasarkan hasil penelitan terhadap komoditas yang akan dipasarkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV, sebanyak dua orang pelanggan atau 13.3 persen dari total responden menyatakan kurang terpenuhinya permintaan terhadap komoditas. Hal ini disebabkan karena perusahaan belum mampu memenuhi jumlah komoditas teh yang diinginkan oleh pelanggan. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh jumlah produksi teh PT. Perkebunan Nusantara IV belum mencukupi permintaan atau adanya gangguan seperti hama yang menyebabkan turunnya jumlah produksi perusahaan. Sebanyak sebelas orang pelanggan atau

9 73.3 persen pelanggan menyatakan terpenuhinya permintaan terhadap komoditas teh. Hal ini disebabkan oleh permintaan dari pelanggan dapat dipenuhi oleh PT. Perkebunan Nusantara IV. Sebanyak sebelas pelanggan atau 73.3 persen dari total responden menyatakan permintaannya dapat dipenuhi oleh PT. Perkebunan Nusantara IV. Pelanggan meyakini bahwa permintaan dapat dipenuhi oleh perusahaan karena PT. Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia, sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan Kualitas Komoditas bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak sepuluh orang pelanggan responden atau 66.7 persen dari total responden menyatakan bahwa kualitas komoditas teh dari PT. Perkebunan Nusantara IV adalah sedang, yakni memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh pelanggan. PT. Perkebunan Nusantara IV dikenal oleh pelanggan karena memliki kualitas teh yang terjaga baik, sehingga tidak ada responden yang menyatakan kualitas teh PT. Perkebunan Nusantara IV kurang atau tidak baik. Diperoleh hasil bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak enam orang pelanggan atau 33.3 persen dari total responden menyatakan kualitas komoditas kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV tergolong baik atau sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan Moralitas Perusahaan bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak delapan orang pelanggan responden atau 53.3 persen dari total responden menyatakan bahwa moralitas dari PT. Perkebunan Nusantara IV adalah sedang, yakni perusahaan memiliki moral yang cukup terhadap komoditas yang dipasarkan. Diperoleh hasil bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak tujuh orang pelanggan komoditas kelapa sawit atau 46.7 persen dari total responden menyatakan moralitas PT. Perkebunan Nusantara IV tergolong baik atau memiliki moral dan tanggung jawab yang penuh terhadap komoditas

10 yang dipasarkannya. Pelanggan meyakini bahwa sebagai perusahaan yang besar, PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki moralitas yang besar pula untuk menjaga nama baik yang dimiliki oleh perusahaan Biaya Pelayanan bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak sepuluh orang pelanggan responden atau 66.7 persen dari total responden menyatakan bahwa biaya yang dikenakan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV adalah sedang, yakni biaya tersebut sesuai dengan komoditas yang diperoleh pelanggan. Pelanggan menyatakan bahwa biaya produksi yang dikenakan oleh perusahaan masih dibatas kewajaran atau sesuai dengan harga teh yang berlaku pada saat itu. Diperoleh hasil bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak tujuh orang pelanggan atau 46.7 persen dari total responden menyatakan bahwa biaya yang dikenakan PT. Perkebunan Nusantara IV kepada pelanggan tergolong tinggi untuk komoditas yang dipasarkan. Pelanggan komoditas kelapa sawit menyatakan bahwa harga yang dipasarkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV tergolong tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain yang juga menawarkan komoditas kelapa sawit, tetapi pelanggan menyatakan bahwa harga yang ditetapkan oleh perusahaan sebanding dengan kualitas yang diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sistem Antar Komoditas bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak sebelas orang pelanggan responden atau 73.3 persen dari total responden menyatakan bahwa sistem antar komoditas yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV adalah lancar, yakni komoditas dapat sampai ke tangan pelanggan dengan lancar. Pelanggan menyatakan bahwa selama melakukan transaksi komoditas teh dengan perusahaan, tidak ada pengiriman yang terhambat. PT. Perkebunan Nusantara IV selalu memberikan antaran komoditas sesuai dengan yang telah disepakati pada saat terjadinya transaksi.

11 Diperoleh hasil bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak delapan pelanggan atau persen dari total responden menyatakan bahwa sistem antar yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IV kepada pelanggan tergolong sangat lancar, yakni tanpa ada masalah yang berarti bagi pelanggan. Walaupun tergolong memiliki biaya komoditas yang cukup besar untuk komoditas kelapa sawit, kelancaran sistem antar komoditas kelapa sawit dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, menjadi salah satu pertimbangan pelanggan dalam memilih PT. Perkebunan Nusantara IV Keamanan Komoditas bahwa dari 15 responden yang telah mengisi kuesioner, sebanyak delapan orang pelanggan atau 53.3 persen dari total responden menyatakan bahwa keamanan komoditas PT. Perkebunan Nusantara IV kepada pelanggan tergolong sangat terjamin, yakni baik kualitas dan volume sangat terjamin keadaannya dan sangat sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya pada saat terjadinya transaksi pembelian. Sebanyak enam orang pelanggan atau 40.0 persen dari total responden menyatakan bahwa keamanan komoditas kelapa sawit PT, Perkebunan Nusantara IV sangat terjamin, yakni baik kualitas dan volume sangat terjamin keadaannya sesuai yang telah disepakati. Hal ini bertujuan agar nama baik perusahaan sebagai salah satu perusahaan besar di Indonesia dapat tetap terjaga.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi, yaitu PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara dan PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ke masa agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau

BAB I PENDAHULUAN. masa ke masa agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari masa ke masa agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran serta dapat

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA DIVESTASI SAHAM DAN MEKANISME PENETAPAN HARGA SAHAM DIVESTASI PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2013

SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2013 RAHASIA SMAK2013D REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2013 Tujuan Survei Dasar Hukum Kerahasiaan Kewajiban : Mendapat gambaran tentang transaksi ekspor-impor antar

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari dunia usaha, banyak industri-industri

BAB l PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari dunia usaha, banyak industri-industri BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul Perusahaan merupakan bagian dari dunia usaha, banyak industri-industri baru yang tumbuh dan berkembang baik dalam bidang jasa maupun manufaktur. Sejalan

Lebih terperinci

Produksi Kopi (kg / ha)

Produksi Kopi (kg / ha) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Aceh Tengah memiliki sumber daya alam yang cukup beragam dan potensial untuk tujuan investasi baik di bidang pertanian maupun perdagangan. Dilihat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 PT. Perkebunan Nusantara IV 4.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1996 tentang penggabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan memiliki tiga tujuan utama yang ingin dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Motivasi 2.1.1.1 Konsep Motivasi Terdapat dua faktor internal yang berhubungan dengan pelanggan dalam melakukan pembelian, kedua faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama perusahaan tersebut, diperlukan suatu sistem informasi yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama perusahaan tersebut, diperlukan suatu sistem informasi yang berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan tekhnologi dan meluasnya arus informasi saat ini, membuat banyak perusahaan milik swasta maupun milik negara bermunculan. Perusahaan tersebut terus tumbuh dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2014

SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2014 RAHASIA SMAK2014M REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2014 Tujuan Survei Dasar Hukum Kerahasiaan Kewajiban : Mendapat gambaran tentang transaksi ekspor-impor antar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat kini telah memiliki kebiasaan untuk meluangkan waktu berkumpul dengan sanak saudara ataupun teman seprofesi di tempat yang menawarkan suasana yang

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1990 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERKEMBANGAN EKONOMI NASIONAL

Lebih terperinci

2013, No.217 8

2013, No.217 8 2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sebagaimana dikemukakan oleh Moh. Pabundu Tika (2005:4), bahwa metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Pada bab ini akan di uraikan tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses analisis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan ini sering disebut sebagai

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar) 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.405, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Tender Sukarela. Penawaran. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5823) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-263/BL/2011 TENTANG PENAWARAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-04/PM/2002 TENTANG PENAWARAN TENDER KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-04/PM/2002 TENTANG PENAWARAN TENDER KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-04/PM/2002 Peraturan Nomor IX.F.1 TENTANG PENAWARAN TENDER KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau badan usaha termasuk di dalamnya BUMN perkebunan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau badan usaha termasuk di dalamnya BUMN perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan atau badan usaha termasuk di dalamnya BUMN perkebunan seperti PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan publik

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.61, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Real Estat. Bank Kustodian. Manajer Investasi. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 5867) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global yang penting dalam menjadi sumber devisa utama bagi sejumlah negara sedang berkembang. Perkebunan kelapa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara atau biasa disebut sebagai PTPN merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kewenangan untuk mengelola perkebunan yang ada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil pengolahan dan analisis data, pengujian hipotesis, analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Peneliti mengelompokkan

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.303, 2016 KEUANGAN OJK. Asuransi. Reasuransi. Penyelenggaraan Usaha. Kelembagaan. Perusahaan Pialang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Wawancara

LAMPIRAN 1. Wawancara L1 LAMPIRAN 1 Wawancara Narasumber : Kathinalya M.S (Pemilik) 1. Bagaimana sejarah Lettuce Shop? Lettuce Shop didirikan atas dasar hobi yang dimiliki oleh saya, saya merasa bahwa saya ingin memiliki usaha

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dewasa ini memicu setiap organisasi bisnis untuk beroperasi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dewasa ini memicu setiap organisasi bisnis untuk beroperasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim BAB VI LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim Usaha bapak Salim merupakan sebuah usaha yang keliling dengan menggunakan sepeda motor dengan sebuah keranjang untuk menampung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana No. 7/30/DPM Jakarta, 25 Juli 2005 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/19/PBI/2005 tanggal 25 Juli

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME IMBAL DAGANG DALAM PENGADAAN ALAT PERALATAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang diinginkan, setiap perusahaan dituntut untuk lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang diinginkan, setiap perusahaan dituntut untuk lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dan mampu mencapai tujuan yang diinginkan, setiap perusahaan dituntut untuk lebih memperhatikan apa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /POJK.04/2016 TENTANG PEDOMAN BAGI MANAJER INVESTASI DAN BANK KUSTODIAN YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME IMBAL DAGANG DALAM PENGADAAN ALAT PERALATAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong perekonomian Sumatera Utara. Menurut data yang diperoleh dari Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM NEGARA MELALUI PENERBITAN DAN PENJUALAN SAHAM BARU PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT BANK NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.772, 2011 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang dihasilkan sesuai dengan karakteristiknya, perlu suatu

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang dihasilkan sesuai dengan karakteristiknya, perlu suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fungsi organisasi yang erat kaitannya dengan keputusan manajemen adalah fungsi akuntansi yang bertanggungjawab mengontrol dan melaporkan kinerja keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di

I. PENDAHULUAN. Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di Indonesia saat ini masih belum menunjukkan adanya tanda-tanda akan berakhir. Akan tetapi berbagai

Lebih terperinci

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan tanaman yang cukup populer di Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah di sepanjang nusantara. Mulai dari ujung barat kepulauan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN HASIL PENYESUAIAN NJOP TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebahagian besar penduduk bangsa Indonesia hidup dari sektor pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil guna meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN

Lebih terperinci

Bagian 12. Seksi 1 Catatan untuk Jadwal Jepang

Bagian 12. Seksi 1 Catatan untuk Jadwal Jepang Bagian 12 Seksi 1 Catatan untuk Jadwal Jepang 1. Untuk maksud-maksud Pasal 16, kategori-kategori berikut yang ditunjukkan pada Kolom 4 di dalam Jadwal Jepang, pada Seksi 2 Bagian ini, wajib berlaku: (a)

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R No.374, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. RUPS. Perusahaan Terbuka. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5644) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris, memiliki kekayaan alam yang sangat beragam, baik kekayaan hayati maupun non hayati, yang apabila dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2017 KEUANGAN OJK. Saham. Perusahaan Terbuka. Pembelian Kembali. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6077) PERATURAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK ABSTRAK Jimmy Email: jimmymannuel@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Service

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /POJK.03/2016 TENTANG PENGEMBANGAN JARINGAN KANTOR PERBANKAN SYARIAH DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA SETELMEN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA. Cara perhitungan Harga Setelmen per unit SBSN adalah sebagai berikut:

PERHITUNGAN HARGA SETELMEN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA. Cara perhitungan Harga Setelmen per unit SBSN adalah sebagai berikut: 16 01, No.36 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.08/01 TENTANG PENERBITAN DAN PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DI PASAR PERDANA DALAM NEGERI DENGAN CARA LELANG PERHITUNGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang menghasilkan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf (2005), pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang tersedia saat ini sangat memudahkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang tersedia saat ini sangat memudahkan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana komunikasi yang tersedia saat ini sangat memudahkan bagi masyarakat dalam berkomunikasi, sehingga menjadikan dunia ini terasa sangat sempit, serta diiringi dengan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang menghasilkan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf (2005), pada tahun

Lebih terperinci

BABI. Pasal 1 BAB II. Pasal2

BABI. Pasal 1 BAB II. Pasal2 PEMBUKAAN Perkembangan ekonomi dalam era Indonesia baru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses reformasi dalam berbagai aspek kehidupan kenegaraan yang ada. Antara lain, ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

Krisis moneter yang melanda lndonesia menyebabkan hancurnya industri

Krisis moneter yang melanda lndonesia menyebabkan hancurnya industri L PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter yang melanda lndonesia menyebabkan hancurnya industri yang tidak berbasis pada bahan baku lokal. Pemerintah telah menggalakkan bidang agroindustri untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para stakeholdernya. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. para stakeholdernya. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang merupakan salah satu bentuk organisasi pastinya memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para stakeholdernya.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /PMK.06 / 2005 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /PMK.06 / 2005 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /PMK.06 / 2005 TENTANG LELANG SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-521/BL/2010 TENTANG TRANSAKSI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG REVITALISASI INDUSTRI PUPUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG REVITALISASI INDUSTRI PUPUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG REVITALISASI INDUSTRI PUPUK PRESIDEN, Dalam rangka revitalisasi industri pupuk serta peningkatan daya saing industri pupuk pada tingkat nasional, regional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua variabel memengaruhi kepuasan pelanggan. Variabel kualitas informasi, desain situs web, kemampuan transaksi, waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan yang semakin tinggi. Persaingan tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan yang semakin tinggi. Persaingan tersebut menjadikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan suatu usaha berbanding lurus dengan persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi. Persaingan tersebut menjadikan perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di hampir semua sektor usaha dewasa ini semakin marak. Dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di hampir semua sektor usaha dewasa ini semakin marak. Dengan makin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan di hampir semua sektor usaha dewasa ini semakin marak. Dengan makin terbukanya kesempatan bagi pemodal asing untuk memasuki wilayah Indonesia, kompetisi

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.796, 2017 KEMTAN. Perizinan Usaha Perkebunan. Perubahan Kedua. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMENTAN/KB.410/6/2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan bagi masyarakatnya dari sektor pertanian. Hasil olahan dari sektor

I. PENDAHULUAN. pangan bagi masyarakatnya dari sektor pertanian. Hasil olahan dari sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara agraris yang dapat mencukupi kebutuhan pangan bagi masyarakatnya dari sektor pertanian. Hasil olahan dari sektor pertanian dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dengan adanya globalisasi bisnis, yang semakin mempermudah transaksi

BAB I PENDAHULUAN. terutama dengan adanya globalisasi bisnis, yang semakin mempermudah transaksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia usaha dalam dekade terakhir semakin meningkat terutama dengan adanya globalisasi bisnis, yang semakin mempermudah transaksi bisnis dan memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kondisi yang sesuai dengan keinginan, dalam jumlah yang tepat, pada waktu

BAB I PENDAHULUAN. dan kondisi yang sesuai dengan keinginan, dalam jumlah yang tepat, pada waktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan sistem distribusi nasional yang terintegrasi guna mampu menjamin ketersediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat secara

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Imbal Dagang adalah kegiatan perdagangan secara timbal balik an

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Imbal Dagang adalah kegiatan perdagangan secara timbal balik an No.262, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5596) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME IMBAL

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1996 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT BANK NEGARA INDONESIA PRESIDEN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-413/BL/2009 TENTANG TRANSAKSI MATERIAL

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 425/BL/2007 TENTANG PEDOMAN BAGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama bekerja. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN. meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama bekerja. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci