LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Hewan

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Hewan Asisten Koordinator : Rusnia J. Robo Disusun Oleh : Nama : Pungky Monicasari NIM : Kelas : Biologi 4C LABORATORIUM BIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Lingkungan hidup hewan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling hewan dimana ia beraktivitas, berinteraksi, dan beradaptasi. Lingkungan hewan pada dasarnya merupakan totalitas dari beraneka faktor biotik dan abiotik. Faktor lingkungan merupakan sumber rangsangan bagi hewan yang kemudian akan ditanggapi atau direspon oleh hewan tersebut baik oleh individu secara sendiri-sendiri dan akhirnya akan menjadi respon kelompok (Sukarsono,2012). Tumbuhan dan hewan yang berbeda memiliki kebutuhan akan cahaya, air, suhu, dan kelembapan yang berbeda (Reinjtjes, et al,1999 dalam Sugiyarto, et al,2007). Ikan merupakan salah satu organisme akuatik yang rentan terhadap perubahan lingkungan (Rifai, et al,1983 dalam Situmorang, T. S., et al,2013). Salah satu faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi kehidupan hewan adalah suhu. Suhu lingkungan memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada individu hewan. Variasi suhu lingkungan dan dampak yang ditimbulkannya mempunyai peranan potensial dalam menentukan proses kehidupan, penyebaran serta kelimpahan populasi hewan sehingga suhu akan menjadi faktor pembatas bagi kehidupan hewan (Sukarsono,2012). Praktikum yang dilakukan ini berkaitan dengan kisaran preferensi kondisi suhu lingkungan terhadap suatu organisme. Pada praktikum ini, praktikan melakukan percobaan pada ikan koi yang diletakkan pada suatu tempat yang memiliki perlakuan suhu rendah dan perlakuan suhu tinggi, sehingga pada percobaan ini praktikan dapat mengetahui dan menentukan suatu kisaran preferensi ikan koi terhadap suhu lingkungan. Semua hewan adalah makhluk hidup yang bersifat heterotrophic. Sebagai akibatnya, untuk menemukan makanan, binatang mempunyai berbagai strategi untuk mencari makan. Pemenuhan kebutuhan masukan energy tersebut dilakukan oleh hewan dengan melakukan strategi pemilihan makanan dan substitusi (Sukarsono,2012). Pemberian pakan dengan cara memberikan kesempatan kepada hewan untuk memilih pakan yang disukai secara bebas disebut sistem pemberian pakan secara kafetaria atau cafeteria feeding system (Manyamu, et al,2003 dalam Basri, M.,2009). Pada penelitian aspek nutrien hewan budidaya, sistem pemberian pakan secara kafetaria sudah sering digunakan untuk memperoleh informasi selera makan hewan terhadap pakan. Setiap hewan memiliki selera makan berbeda terhadap pakan yang dikonsumsinya (Basri, M.,2009). Praktikum yang dilakukan ini berkaitan dengan kisaran preferensi makanan pada suatu organisme. Pada praktikum ini, praktikan melakukan percobaan pada semut merah yang diletakkan pada suatu tempat

3 dengan empat makanan berbeda diletakkan pada tiap sudut tempat tersebut, sehingga pada percobaan ini praktikan dapat mengetahui dan menentukan suatu kisaran preferensi (kesukaan) semut merah terhadap makanan. Tujuan Untuk mengetahui kisaran preferensi suhu pada ikan koi. Untuk mengetahui kisaran preferensi makanan pada semut merah. Dasar Teori Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebut (Campbell,2004). Kinerja biologi suatu jenis hewan akan selalu paling tinggi pada kisaran optimum atau dalam ekologi dikenal juga sebagai kisaran preferendum bagi hewan untuk faktor lingkungan itu (Sukarono,2012). Makhluk hidup dalam batas tertentu mempunyai kelenturan. Kelenturan ini memungkinkan makhluk itu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Sumarwoto, Otto,2001). Faktor lingkungan merupakan sumber rangsangan bagi hewan yang kemudian akan ditanggapi atau direspon oleh hewan tersebut baik oleh individu secara sendiri-sendiri dan akhirnya akan menjadi respon kelompok. Jika perubahan tersebut tidak menguntungkan bagi hewan, maka respon yang akan diberikan oleh hewan adalah penyesuaian diri hewan dengan perubahan tersebut. Jika penyesuaian diri tersebut berhasil, maka hewan akan bertahan hidup, namun jika tidak kuat hewan akan memberikan respon terhadap perubahan lingkungan tersebut. Respon yang diberikan tersebut berkisar ada tiga bentuk yaitu respon fisiologis (pengaturan metabolisme tubuh), respon perilaku (perpindahan tempat untuk menghindari rangsangan yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya tersebut), respon menghentikan seluruh aktivitas metabolismenya (mati). Parameter yag dapat diidentifikasi untuk mengetahui kondisi preferendum pada hewan tingkat populasi adalah melalui: (1) jumlah individu yang terbanyak, (2) laju produksi telur atau anak tertinggi (Sukarono,2012). Ikan merupakan salah satu organisme akuatik yang rentan terhadap perubahan lingkungan (Rifai, et al,1983 dalam Situmorang, T. S., et al,2013). Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu, karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan. Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya (Kelabora, D. M.,2010). Suhu optimum untuk selera makan ikan

4 adalah 25-27ºC (Djajasewaka dan Djajadireja,1990 dalam Kelabora, D. M.,2010). Suhu optimum seperti ini akan dicapai pada pagi dan sore hari. Meskipun ikan dapat beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian ikan (Wardoyo,1975 dalam Kelabora, D. M.,2010). Pemberian pakan dengan cara memberikan kesempatan kepada hewan untuk memilih pakan yang disukai secara bebas disebut sistem pemberian pakan secara kafetaria atau cafeteria feeding system (Manyamu, et al,2003 dalam Basri, M.,2009). Pada penelitian aspek nutrien hewan budidaya, sistem pemberian pakan secara kafetaria sudah sering digunakan untuk memperoleh informasi selera makan hewan terhadap pakan. Setiap hewan memiliki selera makan berbeda terhadap pakan yang dikonsumsinya (Basri, M.,2009). Pencarian makanan oleh hewan akan sangat memperhatikan pertimbangan pemilihan makanan, penggantian mangsa yang harus dimakan (jika mangsa utama tidak diperoleh), mempertimbangkan lokasi dimana makanan akan diperoleh, strategi pencarian yang optimal yang akan dipilih, strategi pertahanan yang akan dipilih untuk menghindari dari bahaya organisme lain dan organisme yang akan dimakan, serta bagaimana berkompromi dengan hewan lain untuk menemukan makanan sehingga tidak jatuh ke pemangsa atau pemburu yang lain (Sukarsono,2012). Selain itu, kesukaan hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan jumlah pakan yang tersedia. Jika jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pakan yang dibutuhkan, maka perpindahan kesukaan terhadap jenis pakan dapat terjadi (Campbell,2004). Selera hewan terhadap pakan yang disukai mempunyai batas waktu tertentu. Jika hewan terlalu lama mengkonsumsi pakan tertentu, maka selera makan hewan terhadap pakan tersebut menurun meskipun pakan itu sangat disukai (Basri, M.,2009). Semut merupakan serangga ordo Hymenoptera yang jumlah jenis dan populasinya sangat berlimpah (Arsyad, W. St.,2004). Semut merupakan serangga yang hidup kosmopolit (Borror,1992 dalam Arsyad, W. St.,2004). Penyebarannya sangat ditentukan oleh faktor makanan (Noble,1989 dalam Arsyad, W. St.,2004). Umumnya semut omnivor, walaupun memiliki preferensi (tingkat kesukaan) terhadap makanan yang khas pada habitat tropis dengan suplai makanan tersedia sepanjang tahun (Slanky,1987 dalam Arsyad, W. St.,2004). Makanan semut sangat beragam, namun dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu protein dan gula (Mele, P. A. dan Cuc, N. T. T.,2004).

5 METODE PRAKTIKUM Alat dan Bahan Preferensi Suhu Alat (Sumber : Dokumen Pribadi) Box Preferendum Suhu Termometer Batang Sumber : Dokumen pribadi Bahan Stopwatch Ikan Koi Preferensi Makanan Alat Box Preferendum Makanan Stopwatch

6 Bahan Kecap Susu Milo Biskuit Nasi Semut Merah Cara Kerja Preferensi Suhu 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Mengisi air pada box tengah yaitu zona 1, zona 2, dan zona 3 sesuai dengan yang diinginkan.

7 3. Memasukkan ikan koi dalam box tengah yaitu zona 1, zona 2, zona 3 sebanyak 15 ekor. 4. Memasukkan es pada box preferendum suhu serta menambahkan air hingga mencapai suhu yang diinginkan 5. Mengukur suhu dengan termometer batang pada box yang berisi es hingga mencapai suhu 18 C 6. Memasukkan air panas pada box serta mengukur suhu dengan termometer batang hingga mencapai suhu 30 C 7. Menghitung jumlah ikan koi pada zona 1, zona 2, zona 3 tiap 3 selama 9 menit per 3 menit serta mencatat pada lembar kerja praktikum 8. Mengukur suhu menggunakan termometer batang pada zona 1, zona 2, maupun zona 3 pada 9 menit terakhir.

8 Preferensi Makanan 1. Menyiapkan box preferendum makanan 2. Memasukkan kecap pada sudut 1 box preferendum makanan 3. Memasukkan susu milo pada sudut 2 box preferendum makanan 4. Memasukkan biskuit pada sudut 3 box preferendum makanan 5. Memasukkan nasi pada sudut 4 box preferendum makanan 6. Memasukkan semut merah pada bagian tengah box. 7. Mengamati pergerakan semut merah selama 15 menit per lima menit dan menghitung jumlah semut merah pada tiap sudut box yang diberi makanan.

9 PEMBAHASAN Pengaruh suhu yang diberikan pada box preferendum suhu memberikan rangsangan terhadap ikan koi. Perubahan suhu tersebut memberikan keadaan yang tidak menguntungkan bagi ikan koi, akibatnya ikan koi harus menyesuaikan diri (memberikan respon) terhadap perubahan suhu tersebut. Jika perubahan tersebut tidak menguntungkan bagi hewan, maka respon yang akan diberikan oleh hewan adalah penyesuaian diri hewan dengan perubahan tersebut (Sukarsono,2012). Respon tersebut ditunjukkan dengan respon perilaku, yaitu ikan koi melakukan perpindahan tempat untuk menghindari perubahan suhu yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya. Hewan harus mencari dan menemukan lokasi dengan kondisi dan sumberdaya lingkungan yang sesuai untuk mempertahankan hidupnya (Sukarsono,2012). Perpindahan tempat tersebut akan menunjukkan kisaran preferensi suhu dari ikan koi pada lingkungan itu. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa kisaran preferensi suhu ikan koi berada pada zona 1 dengan suhu 26ºC, hal ini dikarenakan jumlah rata-rata ikan koi yang berada zona 1 paling tinggi yaitu 9,6 dibandingkan dengan zona 2 dan 3 yang berturut-turut rata-ratanya yaitu 3,6 dan 1,6. Jumlah individu yang terbanyak dapat menjadi parameter untuk mengetahui kondisi preferendum pada hewan tingkat populasi, seperti populasi ikan koi. Berdasarkan hasil praktikum kisaran preferendum makanan pada semut merah menunjukkan bahwa semut merah memiliki tingkat kesukaan tertinggi yaitu pada nasi. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah semut merah yang menghampiri nasi yang dihitung selama 15 menit per 5 menit memiki angka yang tinggi yaitu 24. Jumlah individu yang terbanyak tersebut dapat dijadikan indikator tingkat kesukaan atau kisaran preferensi makanan pada semut merah. Jumlah semut merah yang menghampiri nasi jauh lebih tinggi jika dibandingkan semut merah yang menghampiri biskuit yang menunjukkan angka 4, semut merah yang menghampiri kecap menunjukkan angka 5, semut merah yang menghampiri susu milo menunjukkan angka 3, dan semut yang tidak menghampiri makanan menunjukkan angka 8. Selera makan yang ditunjukkan oleh semut merah didapatkan informasi bahwa semut merah menyukai makanan berbahan dasar gula, seperti nasi yang mengandung glukosa. Makanan semut sangat beragam, namun dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu protein dan gula (Mele, P. A., dan Cuc, N. T. T.,2004).

10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Suhu mempengaruhi pola sebaran ikan koi dan kisaran preferensi suhu ikan koi yaitu 26ºC yang berada pada zona 1. Kisaran preferensi (kesukaan) makanan semut merah adalah nasi karena semut menyukai makanan berbahan dasar gula. Saran Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh praktikan bahwa percobaan yang dilakukan kurang optimal. Percobaan ini kurang optimal dikarenakan hewan dalam kondisi setres sehingga mempengaruhi hewan tersebut atau bahkan banyak hewan yang mati. Sehingga, sebaiknya percobaan ini dilakukan pada habitat aslinya agar kondisi hewan lebih optimal dan tidak setres yang hal ini nantinya akan lebih mendukung terlaksananya kegiatan praktikum.

11 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, W. St Studi Keanekaragaman Bakteri dalam Saluran Pencernaan Semut Genus Camponotus: Sebuah Analisis Berdasarkan Jenis Makanan Semut. BIOSCIENTIAE. 1(2): Basri, M Selera Makan Anoa Gunung (Babalus quarlesi) Pada Sistem Kafetaria (Studi Prabudidaya Untuk Penangkaran Anoa Di Palu, Sulawesi Tengah). Jurnal Agroland. 16(3): Campbell Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kelabora, D. M Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Berkala Perikanan Terubuk. 38(1): Mele, P. A. dan Cuc, N. T. T Semut Sahabat Petani. Alih Bahasa: Subekti Rahayu. Bogor: World Agroforestry Centre. Situmorang, T. S., Barus T. A., Wahyuningsih H., Studi Komparasi Jenis Makanan Ikan Keperas (Puntius binotatus) Di Sungai Aek Pahu Tombak, Aek Pahu Hutomosu dan Sungai Parbotikan Kecamatan Batang Toru Tapanuli Selatan. Jurnal Perikanan dan Kelautan.18(2): Sugiyarto, Efendi, M., Mahajoeno, E., Sugito, Y., Handayanto, E., Agustine, L Preferensi Berbagai Jenis Makrofauna Tanah Terhadap Sisa Bahan Organik Tanaman pada Intensitas Cahaya Berbeda. BIODIVERSITAS. 7(4): Sukarsono Pengantar Ekologi Hewan. Malang: UMM Press. Sumarwoto, Otto Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan. Starr, C. Taggart, R. Evers, C. Starr, L Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup. Edisi 12. Buku 2. Alih Bahasa: Prasaja Yenny. Jakarta: Salemba Teknika.