Estimasi Ketidakpastian Pengukuran ph Larutan Bufer Sitrat Menggunakan Elektroda Gelas Dengan Metode Dua Titik Kalibrasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Estimasi Ketidakpastian Pengukuran ph Larutan Bufer Sitrat Menggunakan Elektroda Gelas Dengan Metode Dua Titik Kalibrasi"

Transkripsi

1 Estimasi Ketidakpastian Pengukuran ph Larutan Bufer Sitrat Menggunakan Elektroda Gelas Dengan Metode Dua Titik Kalibrasi Ayu Hindayani Laboratorium Metrologi Kimia (LMK), Pusat Penelitian Metrologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2M-LIPI), Gedung 456, Kawasan PUSPIPTEK, Serpong 15314, Tangerang Selatan, Banten ABSTRAK Pengukuran ph merupakan salah satu pengukuran kuantitatif yang paling sering dilakukan dalam analisis kimia. Berbagai bidang seperti industri, pangan, lingkungan, pertanian serta penelitian dipengaruhi oleh hasil pengukuran ph. Salah satu kualitas hasil pengukuran ph dapat dilihat dari nilai ph yang dilengkapi dengan pernyataan ketidakpastian pengukurannya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penentuan nilai ph larutan bufer sitrat menggunakan elektroda gelas dengan metode dua titik kalibrasi beserta estimasi ketidakpastiannya. Sumber-sumber ketidakpastian pengukuran ph yang berkontribusi diidentifikasi dan dihitung ketidakpastian bakunya untuk menentukan ketidakpastian diperluas. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai ph larutan bufer sitrat 4,91 dengan ketidakpastian diperluas sebesar 0,0246 dengan. Kata kunci:dua titik kalibrasi, ketidakpastian, ph PENDAHULUAN ph didefinisikan sebagai nilai dari -log a H yang melibatkan jumlah ion tunggal dan aktivitas hidrogen 1. Pengukuran ph banyak digunakan pada berbagai bidang, seperti pertanian, pengolahan limbah, proses industri, monitoring lingkungan serta penelitian. Hasil pengukuran ph menjadi salah satu parameter penting yang dapat dijadikan dasar pengambilan suatu keputusan. Oleh sebab itu, hasil pengukuran ph yang benar dan akurat menjadi sangat penting dilakukan. Salah satu kualitas hasil pengukuran ph dapat dilihat dari pernyataan ketidakpastian pengukurannya, karena suatu pengukuran belum dikatakan lengkap tanpa pernyataan ketidakpastiannya 2. Sebenarnya, hasil pengukuran ph merupakan perkiraan dari nilai benar yang tidak diketahui secara pasti karena dipengaruhi banyak hal dalam proses pengukurannya 3. Hal inilah yang berkontribusi dalam estimasi ketidakpastian pengukuran ph. Ketidakpastian pengukuran bukanlah menyatakan keraguan atas hasil pengukuran yang didapatkan, namun menjadi peningkatan kepercayaan seberapa absah hasil pengukuran yang dilakukan. Ketidakpastian merupakan bagian penting dalam pengukuran, karena dalam suatu pengukuran terdapat banyak faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan pengukuran. Ketidakpastian pengukuran dapat berasal dari alat, bahan yang diukur, lingkungan, analis serta sumber lainnya. Berdasarkan VIM (International Vocabulary of Metrology), ketidakpastian adalah suatu parameter non-negatif yang menggambarkan sebaran nilai kuantitatif suatu hasil pengukuran 4. Ketidakpastian juga diartikan sebagai bagian dari setiap nilai yang diukur dan spesifikasi ketidakpastian merupakan bagian dari setiap prosedur analitis 5. Ketidakpastian pengukuran juga merupakan salah satu persyaratan akreditasi ISO/IEC dalam butir 5.4.6, dimana laboratorium kalibrasi atau laboratorium pengujian yang melakukan kalibrasi sendiri harus mempunyai dan menetapkan prosedur untuk mengestimasi ketidakpastian pengukuran untuk semua kalibrasi 6. Ketidakpastian pengukuran ph diestimasi berdasarkan metode yang digunakan. Pada umumnya, pengukuran ph yang biasa dilakukan oleh laboratorium adalah metode potensiometri menggunakan elektroda gelas. Elektroda gelas pada ph 1

2 meter harus dikalibrasi secara rutin menggunakan larutan standar bufer yang tertelusur agar didapatkan hasil pengukuran yang valid dan dapat diakui secara internasional, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Tujuan dilakukan kalibrasi elektroda gelas yaitu melihat linearitas respon elektroda pada nilai ph yang berbeda serta untuk mendeteksi kerusakan pada elektroda dengan melihat slope elektrodanya 7. ph meter dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila memiliki slope antara % dan potensial asimetrik pada ph 7 bernilai maksimal +15 mv 8. Namun hal ini bergantung pada ph meter yang digunakan, karena ph meter memiliki spesifikasinya masing-masing. Larutan standar bufer yang digunakan untuk kalibrasi elektroda gelas harus memiliki kualitas yang baik karena akan mempengaruhi hasil kalibrasi dan juga ketidakpastiannya 9. Berdasarkan jumlah larutan standar bufer yang digunakan, terdapat tida macam jenis kalibrasi, yaitu satu titik (single point), dua titik (two point), dan banyak titik (multi point) 1. Satu titik kalibrasi menggunakan satu buah larutan standar bufer untuk kalibrasi. Pada prosedur kalibrasi ini akan didapatkan hasil yang kurang akurat karena memiliki target ketidakpastian yang besar, yaitu 0,3 dengan k=2 pada 25 C 1. Kalibrasi ini digunakan ketika tidak diperlukan ketidakpastian yang kecil 10 dan untuk menentukan perkiraan sementara nilai ph larutan sampel sebelum dilakukan pengukuran lebih tepat dengan dua titik kalibrasi atau banyak titik 11. Dua titik kalibrasi atau disebut juga bracketing prosedur menggunakan dua buah larutan standar bufer yang mengapit nilai ph larutan sampel yang diukur dengan target ketidakpastian sebesar 0,02-0,03 dengan k=2 pada 25 C 10. Sedangkan kalibrasi banyak titik menggunakan lima buah larutan standar bufer untuk kalibrasi. Metode ini sangat direkomendasikan ketika dibutuhkan ketidakpastian yang kecil, yaitu 0,01-0,03 dengan k=2 pada 25 C 10. Dari ketiga macam jenis kalibrasi, dua titik kalibrasi merupakan prosedur yang paling umum digunakan karena memiliki metode yang lebih sederhana, lebih akurat dibandingkan kalibrasi satu titik dan lebih menguntungkan untuk nilai ph di daerah non-linear, karena larutan standar bufer yang dipilih memiliki nilai ph yang sedekat mungkin dengan nilai ph sampel 10. Pada prosedur ini, ketika elektroda gelas dicelupkan ke dalam larutan standar bufer ke-1, larutan standar bufer ke-2 dan larutan sampel akan didapatkan potensial listrik terukur untuk masing-masing, yaitu, dan. Persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai ph larutan sampel digambarkan pada persamaan (1) 12., * + * +- (1) dimana dan adalah koefisien temperatur untuk larutan bufer standar ph yang dapat dilihat pada Tabel1. Tabel 1. Koefisien temperatur larutan bufer standar ph 1 Molalitas Koefisien Larutan bufer Rumus Molekular (mol/kg) temperatur (K -1 ) Tetraoksalat KH 3 C 4 O 8 2H 2 O 0,05 +0,001 Tartrat KHC 4 H 4 O 6 0,0341 (jenuh) -0,0014 Sitrat KH 2 C 6 H 5 O 7 0,05-0,0022 Ftalat KHC 8 H 4 O 4 0,05 +0,00012 Na Fosfat 2 HPO 4, 0,025-0,0028 KH 2 PO 4 0,025 Boraks Na 2 B 4 O 7 10H 2 O 0,01-0,0082 NaHCO Karbonat 3 0,025-0,0096 Na 2 CO 3 0,025 Kalsium Hidroksida Ca(OH) 2 0,0203-0,033 2

3 Pada umumnya, laboratorium melakukan pengukuran ph pada suhu 25 C (298,15 o K), sehingga persamaan (1) akan menjadi lebih sederhana, yaitu: (2) Dimana (3) Potensial listrik terukur dari larutan bufer standar dan sampel pada penentuan nilai ph dilakukan secara paralel, seri, longterm (pembacaan setiap 15 menit) dan shortterm (pembacaan yang dilakukan sebanyak 10 kali selama 5 menit). Pengukuran secara paralel adalah mengukur potensial listrik pada satu batch larutan uji dengan cara mengukur potensial listrik kemudian mengambil kembali larutan uji yang baru dalam batch yang sama dan diukur potensialnya sebanyak 10 kali pengambilan bahan uji dan pembacaan potensial listrik. Sedangkan pengukuran seri yaitu mengukur potensial listrik sebanyak 10 kali pembacaan untuk satu larutan yang sama (tidak diganti-ganti) 13. Pada saat estimasi ketidakpastian pengukuran ph, hal yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasi semua komponen yang dapat berkontribusi pada saat pengukuran. Berdasarkan Eurachem/Citac Guide CGC 4, estimasti ketidakpastian terdiri dari 4 langkah, yaitu 14 : 1. Spesifikasi kuantitas yang diukur. Meliputi model pengujian, rumus/formula perhitungan atau data percobaan. Dalam hal ini kuantitas yang diukur adalah ph larutan bufer sitrat pada suhu 25 C. 2. Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian. Meliputi sumber-sumber ketidakpastian yang mungkin berkontribusi dalam ketidakpastian. Kemudian sumber-sumber tersebut dievaluasi statistiknya menggunakan tipe A untuk mengevaluasi efek random yang meliputi efek personel (pengulangan penimbangan, pemipetan, pengukuran dengan alat), kinerja alat (presisi hasil pengukuran), kinerja metode. Sedangkan tipe B digunakan untuk mengevaluasi efek random dan bias yang meliputi nilai acuan dari standar (bahan acuan), hasil kalibrasi alat dan variasi suhu ruang yang berasal dari sertifikat 15. Setelah semua sumber ketidakpastian pengukuran ph diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menentukan koefisien sensitifitas dari masing-masing sumber ketidakpastian. Koefisien sensitifitas mengkonversikan semua sumber ketidakpastian ke dalam satuan yang sama dengan satuan besaran ukur. Koefisien sensitifitas juga berperan dalam memberikan skala fungsi pembobot untuk setiap sumber ketidakpastian yang menjelaskan bagaimana taksiran keluaran bervariasi dengan perubahan nilai taksiran masukan. Evaluasi koefisien sensitifitas dilakukan berdasarkan turunan parsial dari persamaan model matematisnya 16. Perhitungan koefisien sensitifitas pada pengukuran ph dengan metode dua titik kalibrasi menggunakan persamaan umum ph x pada persamaan (1), sehingga didapat persamaan berikut untuk masing-masing parameter:,( - (4) (5), * + * +- (6), * + * +- (7) 3

4 , * + * +- (8) (9) 3. Kuantifikasi komponen ketidakpastian.meliputi estimasi ketidakpastian baku setiap komponen terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Estimasi ketidakpastian baku setiap komponen pada pengukuran ph dengan metode dua titik kalibrasi Sumber ketidakpastian Nilai ketidakpastian baku Evaluasi Tipe Sertifikat kalibrasi larutan standar bufer Pengukuran potensial listrik larutan Resolusi pengukuran potensial listrik di ph meter Resolusi pengukuran suhu di ph meter Dimana adalah ketidakpastian diperluas larutan standar bufer, dan adalah faktor cakupan untuk paralel untuk seri, longterm dan shorttem adalah simpangan baku pengukuran adalah resolusi pengukuran potensial listrik adalah resolusi pengukuran suhu (10) (11) B A (13) (14) B B Ketidakpastian baku untuk pengukuran potensial listrik, diperoleh dari ketidakpastian baku pengukuran secara paralel, seri, longterm, shortterm, serta resolusi ph meter yang digambarkan pada persamaan (15). (15) 4. Menghitung ketidakpastian gabungan. Ketidakpastian gabungan bernilai sama dengan akar kuadrat positif dari jumlah masing-masing ketidakpastian baku setiap komponen yang digambarkan pada persamaan (16). (16) Dimana adalah ketidakpastian baku dari masing-masing sumber ketidakpastian, dan adalah koefisien sensitifitas masing-masing sumber ketidakpastian. Setelah itu ketidakpastian diperluas dihitung dengan mengalikan ketidakpastian gabungan dengan faktor cakupan yang terlihat pada persamaan (17). 4 (17)

5 METODE PERCOBAAN Larutan bufer sitrat dalam makalah ini terbuat dari campuran larutan asam sitrat dan larutan natrium hidroksida. Larutan asam sitrat dibuat dengan melarutkan asam sitrat (C 6 H 8 O 7 ) kualitas p.a (Merck) sebanyak 40,032 g dengan air demineral hingga volumenya mencapai 2 L. Kemudian larutan natrium hidroksida dibuat dengan melarutkan natrium hidroksida (NaOH) kualitas p.a (Merck) sebanyak 16,054 g dengan air demineral hingga volumenya mencapai 2 L. Kedua larutan tersebut (asam sitrat dan natrium hidroksida) dicampurkan dalam botol nalgene 10 L dan dilakukan proses homogenisasi selama satu malam. Selanjutnya larutan bufer sitrat diukur potensial listriknya dengan elektroda gelas menggunakan dua titik kalibrasi pada suhu 25 C, kemudian dihitung nilai ph nya menggunakan persamaan (2) serta dilakukan estimasi ketidakpastiannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Larutan bufer sitrat yang telah dibuat diukur potensial listriknya dengan elekroda gelas yang dikalibrasi dengan dua titik kalibrasi menggunakan larutan standar bufer fosfat ( dan ) dan larutan standar bufer ftalat ( dan ). Kedua larutan standar beserta sampel diukur potensial listriknya sebanyak sepuluh (10) kali dan didapatkan hasil pengukuran yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengukuran potensial listrik, dan Potensial bufer Potensial bufer Potensial bufer fosfat ftalat sitrat 1-0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1000-0,0139 0,1528 0,1000 SD 9,7183E-05 SD 4,8305E-05 SD 6,7495E-05 Nilai dihitung dengan persamaan (2) dan (3) seperti berikut: Dimana Maka: 5

6 Dari 10 kali hasil pengukuran, didapatkan nilai ph larutan bufer sitrat adalah 4,91. Kemudian estimasi ketidakpastiannya adalah sebagai berikut: Nilai sertifikat untuk ketidakpastian diperluas larutan standar bufer fosfat adalah dengan, sehingga nilai ketidakpastian bakunya dihitung dengan persamaan (10), yaitu. Kemudian nilai sertifikat untuk ketidakpastian diperluas larutan standar bufer ftalat adalah dengan, sehingga ketidakpastian bakunya dihitung dengan persamaan (10), yaitu. Pengukuran potensial listrik dengan resolusi ph meter yang digunakan 0,0001, sehingga ketidakpastian baku dihitung dengan persamaan (13), yaitu. Pengukuran potensial dilakukan dengan pembacaan paralel, seri, longterm dan shorterm yang diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengukuran potensial listrik larutan bufer standar fosfat Paralel Longterm Shortterm Seri 1-0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0139 SD 9,66E-05 SD 5,68E-05 SD 3,39E-04 SD 9,72E-05-0,0152-0,0148-0,0134-0,0140 3,06E-05 5,68E-05 3,39E-04 9,72E-05 Dari data diatas didapatkan rata-rata nilai potensial listrik adalah Kemudian, nilai ketidakpastian baku menggunakan persamaan (15) yaitu: 6

7 Pengukuran potensial listrik dengan resolusi ph meter yang digunakan 0,0001, sehingga ketidakpastian baku dihitung dengan persamaan (13), yaitu. Pengukuran potensial dilakukan dengan pembacaan paralel, seri, longterm dan shorterm yang diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengukuran potensial listrik larutan bufer standar ftalat Paralel Seri Longterm Shorterm 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1528 0,1515 0,1520 0,1534 0,1528 SD 4,83E-05 SD 1,97E-04 SD 4,4E-04 SD 4,83E-05 (11) 1,53E-05 1,97E-04 4,4E-04 4,83E-05 Dari data diatas didapatkan rata-rata nilai potensial listrik adalah Kemudian, nilai ketidakpastian baku menggunakan persamaan (15) yaitu: Pengukuran potensial listrik larutan bufer sitrat dengan resolusi ph meter yang digunakan 0,0001, sehingga ketidakpastian baku dihitung dengan persamaan (13), yaitu. Pengukuran potensial dilakukan dengan pembacaan paralel, seri, longterm dan shorterm yang diperlihatkan pada Tabel 6. 7

8 Tabel 6. Pengukuran potensial listrik larutan bufer sitrat Paralel Longterm Shorterm Seri 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1000 0,0982 0,0991 0,0998 0,1000 SD 1,08E-04 SD 4,22E-05 SD 1,55E-04 SD 6,75E-05 (11) 3,42E-05 4,22E-05 1,55E-04 6,75E-05 Dari data diatas didapatkan rata-rata nilai potensial listrik adalah Kemudian, nilai ketidakpastian baku menggunakan persamaan (15) yaitu: Salah satu kontribusi ketidakpastian dalam ph meter yang tidak dapat diukur adalah residualliquid junction potential (RLJP). Kontribusi ini disebabkan oleh difusi potensial dalam liquid junction dari elektroda yang tidak sama untuk semua larutan. Residual liquid junction potential sangat penting dalam ketidakpastian pengukuran ph 17, yaitu menghitung perbedaan junction potential antara larutan standar bufer untuk kalibrasi dan larutan sampel. Berdasarkan BIPM dan ISO panduan ketidakpastian pengukuran, residual liquid junction potential sebagai efek sistematis harus dikoreksi dan ketidakpastian koreksi harus dimasukkan dalam perhitungan ketidakpastian. Meskipun sangat sulit (atau tidak mungkin) dikoreksi, karena membutuhkan pengetahuan mengenai komposisi sampel dan geometri liquid junction. Oleh sebab itu IUPAC Recommendations 2002 mengatakan ketidakpastian baku RLJP adalah dengan koefisien sensitifitas 1. Resolusi pengukuran suhu di ph meter yaitu 0,1, sehingga ketidakpastian bakunya dihitung dengan persamaan (14), yaitu. 8

9 Tahap selanjutnya adalah menghitung koefisien sensitifitas untuk masing-masing parameter sesuai persamaan (4-9). a. [ ] [ ] b. c. ( ) 0 d. ( ) 9

10 e. f. Sehingga diperoleh ketidakpastian gabungan pengukuran ph larutan bufer sitrat yang terlihat pada Tabel 7. Sumber Tabel 7. Perhitungan ketidakpastian larutan bufer sitrat dengan dua titik kalibrasi Unit Ketidakpastian Baku Koefisien Sensitivitas (c) Unit Koefisien Sensitivitas V 1/V V 1/V V 1/V E RLJP V 1/V T K 1/K (16) (17) Ketidakpastian relatif Dari hasil perhitungan ketidakpastian diperluas, didapatkan ketidakpastian diperluas untuk larutan bufer sitrat adalah 0,0246 dengan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai ketidakpastian ini sesuai seperti dalam IUPAC recommendation untuk pengukuran ph dengan 2 titik kalibrasi

11 KESIMPULAN Hasil pengukuran ph larutan bufer sitrat menggunakan elektroda gelas dengan dua titik kalibrasi menghasilkan nilai 4,91+0,0246. DAFTAR PUSTAKA 1. R. P. Buck, S. Rondinini, A. K. Covington, F. G. K. Baucke, C. M. A. Brett, M. F. Camões, M. J. T. Milton, T. Mussini, R. Naumann, K. W. Pratt, P. Spitzer, Wilson, G. S. Measurement of ph. Definition, Standards, and Procedures. Pure Appl. Chem. 2002, 74, J. L. Love. Chemical Metrology, Chemistry AndThe Uncertainty Of Chemical Measurements. Accred Qual Assur 2002, 7, G. Meinrath, P. Spitzer. Uncertainties in Determination of ph. Mikrochim. Acta 2000, 135, V. J. Barwick, E. Prichard. Eurachem Guide: Terminology in Analytical Measurement Introduction to VIM R.Degner. Measurement Uncertainty In The ph Measurement Procedure. Anal Bioanal Chem 2002, 374, Panitia Teknis PK Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI ISO/IEC 17025:2008 Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi WHO. The International Pharmacopoeia-Sixth Edition, Determination of ph E. Kardash, I. Kuselman. Calibration of ph meters and glass electrodes at the National Physical Laboratory of Israel. INPL Report I. Ekeltchik, E. Kardash-Strochkova, O, Dreazen, I. Kuselman. Influence Of Buffer Quality On ph Measurement Uncertainty: Prediction And Experimental Evaluation. Accred Qual Assur 2002, 7, F. G. K. Baucke,. New IUPAC Recommendations On The Measurement Of ph Background And Essentials. Anal Bioanal Chem 2002, 374, P. Spitzer, K. W.Pratt. The History and Development of a Rigorous Metrological Basis for ph Measurements. J Solid State Electrochem 2011, 16, Susumu Nakamura, et.al. APMP.QM-P09 ph Measurement Study in APMP. NMIJ-Japan Report Sujarwo. Technical Note 01-EM Metrology in Chemistry Laboratory-LIPI S. L. R. Ellison; Williams, A. Quantifying Uncertainty in Analytical Measurement-Third Edition. EURACHEM/CITAC Guide CG Sumardi; Elishian, a. C. Prinsip Dasar Estimasi Ketidakpastian Pengukuran/Pengujian. Materi Training Ketidakpastian. 16. KAN. Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran G. Schmitz. The Uncertainty of ph. J Chem Educ 1994, 71. Tentang penulis Ayu Hindayani, S.Si. Lahir di Cilegon, tanggal 16 Juli Menyelesaikan pendidikan Sarjana Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Gadjah Mada. Sejak tahun 2014, memulai karir sebagai peneliti di Laboratorium Elektrokimia, metrologi kimia-lipi. Saat ini terlibat dalam penelitian untuk pengembangan metode pengukuran sekunder untuk ph dan daya hantar listrik, pengembangan bahan acuan bersertifikat, serta penyelenggaraan program uji profisiensi. Pernah mengikuti Global Metrology Academy (GMA) Course of Metrology in Chemistry yang diselenggarakan oleh KRISS pada 21 Maret-1 April 2016 di Korea serta workshop uji profisiensi di Bangkok pada Oktober

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA Yohanes Susanto Begitu banyak keputusan-keputusan penting diambil berdasarkan hasil pengujian kimia kuantitatif. Hasil-hasil

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI SERTIFIKAT BAHAN ACUAN LARUTAN BUFER BORAKS UNTUK PENGUKURAN DERAJAT KEASAMAN (ph)

PENENTUAN NILAI SERTIFIKAT BAHAN ACUAN LARUTAN BUFER BORAKS UNTUK PENGUKURAN DERAJAT KEASAMAN (ph) Penentuan Nilai Sertifikat Bahan Acuan Larutan Bufer Boraks untuk Pengukuran Derajat Keasaman (ph) (Nuryatini, Sujarwo dan Ayu Hindayani) PENENTUAN NILAI SERTIFIKAT BAHAN ACUAN LARUTAN BUFER BORAKS UNTUK

Lebih terperinci

KARAKTERISTISASI DAN UJI HOMOGENITAS KANDIDAT BAHAN ACUAN BUFER FTALAT DAN BUFER FOSFAT UNTUK PENGUKURAN DERAJAT KEASAMAN

KARAKTERISTISASI DAN UJI HOMOGENITAS KANDIDAT BAHAN ACUAN BUFER FTALAT DAN BUFER FOSFAT UNTUK PENGUKURAN DERAJAT KEASAMAN JKTI, Vol. 15, No.1, Juni 2013: 9-14 ISSN 0853-2788 Akreditasi No: 345/Akred-LIPIIP2MBII0712011 KARAKTERISTISASI DAN UJI HOMOGENITAS KANDIDAT BAHAN ACUAN BUFER FTALAT DAN BUFER FOSFAT UNTUK PENGUKURAN

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI SERTIFIKAT BAHAN ACUAN LARUTAN BUFER BORAKS UNTUK PENGUKURAN DERAJAT KEASAMAN (ph)

PENENTUAN NILAI SERTIFIKAT BAHAN ACUAN LARUTAN BUFER BORAKS UNTUK PENGUKURAN DERAJAT KEASAMAN (ph) PENENTUAN NILAI SERTIFIKAT BAHAN ACUAN LARUTAN BUFER BORAKS UNTUK PENGUKURAN DERAJAT KEASAMAN (ph) Determination of Certificate Value of Reference Material of Borax Buffer Solvent for Measurement of Acidity

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H + ) menyebabkan kesetimbangan. CH 3 COOH(aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) (9.1) asam lemah

Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H + ) menyebabkan kesetimbangan. CH 3 COOH(aq) CH 3 COO - (aq) + H + (aq) (9.1) asam lemah Larutan bufer* merupakan sistem larutan yang dapat mempertahankan lingkungannya dari pengaruh seperti oleh penambahan sedikit asam/basa kuat, atau oleh pengenceran. Sistem bufer terdiri atas dua komponen,

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN V. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan tanggal 3 Oktober 2011 mengenai pembuatan larutan buffer dan pengujian kestabilannya. Larutan buffer adalah campuran asam/basa lemah dan basa/asam konjugasinya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ketidakpastian Kata ketidakpastian berarti suatu keraguan, dan dengan demikian pengertian ketidak pastian dalam arti yang luas adalah suatu pengukuran dimana validitas

Lebih terperinci

UJI PROFISIENSI EMISI GAS MENGGUNAKAN GAS ANALYZER SESUAI PRINSIP-PRINSIP ISO/IEC DAN ISO 13528

UJI PROFISIENSI EMISI GAS MENGGUNAKAN GAS ANALYZER SESUAI PRINSIP-PRINSIP ISO/IEC DAN ISO 13528 UJI PROFISIENSI EMISI GAS MENGGUNAKAN GAS ANALYZER SESUAI PRINSIP-PRINSIP ISO/IEC 17043 DAN ISO 13528 PROFICIENCY TESTING FOR GAS EMISSIONS USING GAS ANALYZER COMPLY WITH THE PRINCIPLES OF ISO/IEC 17043

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

EVALUASI UNJUK KERJA NERACA MIKRO SEBAGAI IMPLEMENTASI SISTEM MUTU LABORATORIUM PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

EVALUASI UNJUK KERJA NERACA MIKRO SEBAGAI IMPLEMENTASI SISTEM MUTU LABORATORIUM PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI EVALUASI UNJUK KERJA NERACA MIKRO SEBAGAI IMPLEMENTASI SISTEM MUTU LABORATORIUM PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI Syukria Kurniawati, Diah Dwiana Lestiani, Djoko Prakoso Dwi Atmodjo dan Indah

Lebih terperinci

ARTI PENTING KALIBRASI PADA PROSES PENGUKURAN ANALITIK: APLIKASI PADA PENGGUNAAN phmeter DAN SPEKTROFOTOMETER UV-Vis. Iqmal Tahir ABSTRAK

ARTI PENTING KALIBRASI PADA PROSES PENGUKURAN ANALITIK: APLIKASI PADA PENGGUNAAN phmeter DAN SPEKTROFOTOMETER UV-Vis. Iqmal Tahir ABSTRAK ARTI PENTING KALIBRASI PADA PROSES PENGUKURAN ANALITIK: APLIKASI PADA PENGGUNAAN phmeter DAN SPEKTROFOTOMETER UV-Vis Iqmal Tahir Laboratorium Kimia Dasar, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis jaminan mutu pengujian

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metoda analisis dengan menggunakan elektroda yang telah dimodifikasi dengan buah pisang dan buah alpukat untuk menentukan kadar parasetamol.

Lebih terperinci

PENENTUAN TETAPAN SELEKTIVITAS ELEKTRODA SELEKTIF ION SISTEM POTENSIOMETRI DENGAN METODE MPM**) Suyanta a, *

PENENTUAN TETAPAN SELEKTIVITAS ELEKTRODA SELEKTIF ION SISTEM POTENSIOMETRI DENGAN METODE MPM**) Suyanta a, * 1 PENENTUAN TETAPAN SELEKTIVITAS ELEKTRODA SELEKTIF ION SISTEM POTENSIOMETRI DENGAN METODE MPM**) Suyanta a, * Abstract Penentuan tetapan selektivitas elektroda selektif ion dengan menggunakan metode larutan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

13. Gilbert, G. L., (1976), A Buffer solution and its action, J.Chem.Ed, 53, Wiger, G. R., de la Comp, U., (1978), Conjugate acid base

13. Gilbert, G. L., (1976), A Buffer solution and its action, J.Chem.Ed, 53, Wiger, G. R., de la Comp, U., (1978), Conjugate acid base DAFTAR PUSTAKA 1. Whitten, K. W., Davis, R. E., Peck, M. L., Stanley, G. G., (200), General chemistry, Seventh edition, Thomson Brooks/Cole, USA 2. Harris, D. C., (1991), Quantitative chemical analysis,

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran (measurement) adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka (kuantitatif). Adapun yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu aspek penilaian kemajuan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan terbentuk dengan adanya regulasi yang baik pula dalam

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Cara menggunakan ph meter digital

Cara menggunakan ph meter digital Cara menggunakan ph meter digital ph meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur ph (keasaman atau alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur ph zat

Lebih terperinci

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

Metrologi Kimia. Sumardi dan Julia Kantasubrata

Metrologi Kimia. Sumardi dan Julia Kantasubrata Metrologi Kimia Sumardi dan Julia Kantasubrata Pentingnya Infrastruktur Pengukuran Kimia Banyak keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah keamanan, keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

FLOW INJECTION POTENTIOMETRY MENGGUNAKAN MODIFIED GRAPHITE-EPOXY-COBALT ELECTRODE UNTUK ANALISIS FOSFAT SKRIPSI. Oleh. Nila Andriani NIM

FLOW INJECTION POTENTIOMETRY MENGGUNAKAN MODIFIED GRAPHITE-EPOXY-COBALT ELECTRODE UNTUK ANALISIS FOSFAT SKRIPSI. Oleh. Nila Andriani NIM FLOW INJECTION POTENTIOMETRY MENGGUNAKAN MODIFIED GRAPHITE-EPOXY-COBALT ELECTRODE UNTUK ANALISIS FOSFAT SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017 JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN No Judul Kursus Biaya Investasi Tanggal Maret 1 Highly Effective Leadership Rp 4,500,000,- 02 Maret - 03 Maret 2 Teknik Kalibrasi Alat Ukur Dasar Rp 8,850,000,- 06 Maret

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengembangkan metoda analisis menggunaan elektroda pasta karbon untuk penentuan p-nitofenol Secara umum penelitian ini dibagi menjadi

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Konsentrasi (μg/m 3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m 3 )****

Konsentrasi (μg/m 3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m 3 )**** LAMPIRAN 13 Lampiran 1. Data lapangan proses penjerapan dan perhitungan konsentrasi gas ozon. Hari/Tanggal : Rabu, 19 Oktober 2011 Tekanan : -40 kpa Panjang Gelombang : 354,28 nm Data penjerapan gas ozon

Lebih terperinci

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM Syamsul Fatimah, Rahmiati, Yoskasih Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM. Telah dilakukan

Lebih terperinci

FLOW INJECTION POTENTIOMETRY MENGGUNAKAN COBALT WORKING ELECTRODE UNTUK MENDETEKSI FOSFAT SKRIPSI. Oleh. Putri Fajar Rianasari NIM

FLOW INJECTION POTENTIOMETRY MENGGUNAKAN COBALT WORKING ELECTRODE UNTUK MENDETEKSI FOSFAT SKRIPSI. Oleh. Putri Fajar Rianasari NIM FLOW INJECTION POTENTIOMETRY MENGGUNAKAN COBALT WORKING ELECTRODE UNTUK MENDETEKSI FOSFAT SKRIPSI Oleh Putri Fajar Rianasari NIM 081810301016 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan perubahan ph tersebut dikenal sebagai aksi dapar.

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH I BATCH II (ALDS I-2)

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH I BATCH II (ALDS I-2) LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II-2015 Bahan Uji: AIR LIMBAH I BATCH II (ALDS I-2) PARAMETER UJI: Besi, Timbal, Tembaga, dan Daya Hantar Listrik

Lebih terperinci

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011 Standar Nasional Indonesia ICS 13.060.50 Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 3 (APDS V-3)

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 3 (APDS V-3) LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II-2016 BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 3 (APDS V-3) PARAMETER UJI: Zat Padat Terlarut (TDS), Zat Padat Tersuspensi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : T.M. Reza Syahputra Dinno Rilando Hari / Tgl: Kamis / 24 Maret 2016 Tujuan Praktikum: 1. Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dan fungsi

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

KETERTELUSURAN. Surya Ridwanna

KETERTELUSURAN. Surya Ridwanna KETERTELUSURAN Surya Ridwanna BIO DATA 1. NAMA : SURYA RIDWANNA 2. ALAMAT : 0818618438 surya_blk@yahoo.com 1. PENDIDIKAN : AKADEMI ANALIS KESEHATAN BANDUNG 1989 2. POST GRADUATE DIPLOMA IN SCIENCE UNIVERSITY

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017

JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN 2017 JADWAL RCCHEM LEARNING CENTER TAHUN No Judul Kursus Biaya Investasi Tanggal Januari 1 TRAINING PROMO AWAL TAHUN "Implementasi Control Chart Pada Pengujian Februari 1 Pelatihan Tiga Hari : Pemilihan, Revisi

Lebih terperinci

EVALUASI MESIN STANDAR TORSI NASIONAL PUSLIT METROLOGI - LIPI PADA RENTANG UKUR 5 N M 50 N M

EVALUASI MESIN STANDAR TORSI NASIONAL PUSLIT METROLOGI - LIPI PADA RENTANG UKUR 5 N M 50 N M EVALUASI MESIN STANDAR TORSI NASIONAL PUSLIT METROLOGI - LIPI PADA RENTANG UKUR 5 N M 50 N M EVALUATION OF NATIONAL TORQUE STANDARD MACHINE IN THE RESEARCH CENTER FOR METROLOGY IN MEASUREMENT RANGE OF

Lebih terperinci

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUJIAN KADMIUM DALAM PRODUK PERIKANAN MENGGUNAKAN GRAPHITE FURNACE ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUJIAN KADMIUM DALAM PRODUK PERIKANAN MENGGUNAKAN GRAPHITE FURNACE ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUJIAN KADMIUM DALAM PRODUK PERIKANAN MENGGUNAKAN GRAPHITE FURNACE ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY Christine Elishian, Willy Cahya Nugraha, dan Yohanes Susanto Ridwan Pusat

Lebih terperinci

Bandung, 02 Februari Penulis, M.HAM

Bandung, 02 Februari Penulis, M.HAM KATA PENGANTAR Diakui, analisis kimia kini telah beralih dari cara konvensional ke cara instrumentasi. Namun hal ini tidaklah berarti bahwa caracara konvensional telah ditinggalkan sama sekali. Pada dasarnya,

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. sampel. Penentuan kadar optimal disinfektan. Penentuan efektivitas disinfektan. data. Skema 4.1 Rancangan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. sampel. Penentuan kadar optimal disinfektan. Penentuan efektivitas disinfektan. data. Skema 4.1 Rancangan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian sampel Penentuan kadar optimal disinfektan Penentuan efektivitas disinfektan data Skema 4.1 Rancangan Penelitian 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN Bab 1 PENDAHULUAN Produk suatu pemesinan akan mempunyai kualitas geometrik tertentu. Dimana kualitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengendalian mutu dan proses produksi. Mutu yang baik tidak

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI MIKROPIPET BERDASARKAN KONSENSUS

PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI MIKROPIPET BERDASARKAN KONSENSUS Penentuan Nilai Acuan Uji Banding Antar Laboratorium Kalibrasi untuk Kalibrasi Mikropipet (Renanta Hayu dan Zuhdi Ismail) PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 2 (APDS V-2)

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 2 (APDS V-2) LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2016 BAHAN UJI: Air Permukaan V Batch 2 (APDS V-2) PARAMETER UJI: Zat padat terlarut (TDS), Zat padat tersuspensi

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI

PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI Galih Setyawan 1 dan Pratiwi Indah Tri Lestari 2 1,2 Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Sekolah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA Abstrak Khairi Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah Banda Aceh, 23111 Telah dilakukan analisis urea

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ph adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. Unit ph diukur pada skala 0 sampai 14. Istilah ph berasal

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR PERMUKAAN I (APDS I)

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR PERMUKAAN I (APDS I) LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2015 Bahan Uji: AIR PERMUKAAN I (APDS I) PARAMETER UJI: Sulfat, Klorida, Daya Hantar Listrik, dan Derajat Keasaman

Lebih terperinci

LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER

LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER Oleh: Khoirun Nisa ( P1337434116078) SEMESTER 1 REGULER B DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2016/2017 LAPORAN INSTRUMEN

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK BAB V ANALISA DATA 5.1 Perbaikan Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sesudah Proses Akreditasi ISO 17025:2008 5.1.1 Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sebelum Proses Akreditasi Sampel uji diterima oleh Manajer

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan ini digunakan sebagai persyaratan tambahan ISO/IEC

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur (pengukuran). Pengukuran terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal. Hal ini membuktikan bahwa seluruh fase

Lebih terperinci

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG Budi Santoso, S.T. Maulana Putra, S.Si Dian Premana, S.Si GA. MonangLumbanGaol, S.Kom Pusat Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Badan Meteorologi Klimatologi dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan

Lebih terperinci

w w w. b s n. g o. i d

w w w. b s n. g o. i d w w w. b s n. g o. i d Jenis Pelatihan Inhouse Training Sekretariat Pelatihan Standardisasi Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi-BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3 Jl. Jend. Gatot

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan

Lebih terperinci

Bahan Acuan (Reference Material) dalam Metrologi. oleh: Fitri Dara

Bahan Acuan (Reference Material) dalam Metrologi. oleh: Fitri Dara Bahan Acuan (Reference Material) dalam Metrologi oleh: Fitri Dara Pengantar Pada tanggal 20 Mei 1908, di Indonesia telah berdiri sebuah organisasi yaitu Boedi Oetomo yang memiliki tujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 2:

LAPORAN PRAKTIKUM 2: LAPORAN PRAKTIKUM 2: PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA, PENGENCERAN STOK GLUKOSA Oleh : AMIRUL HADI (137008015) SERI RAYANI BANGUN (137008003) Waktu praktikum : Kamis, 17 OKtober 2013 I. TUJUAN PRAKTIKUM

Lebih terperinci

Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga

Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 4 Oktober 2012 Nama Praktikan : Rica Vera Br. Tarigan dan Nunung Sri Mulyani Tujuan Praktikum: Agar Mahasiswa/i

Lebih terperinci

Pupuk SP-36 SNI

Pupuk SP-36 SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk SP-36 ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat

Lebih terperinci

UJI PROFISIENSI LABORATORIUM. Dyah Styarini

UJI PROFISIENSI LABORATORIUM. Dyah Styarini UJI PROFISIENSI LABORATORIUM Dh Strini Pendahuluan Dalam kehidupan modern saat ini kualitas hidup masrakat dunia mendapat perhatian ng serius dalam berbagai aspek kehidupan. Kualitas produk, jasa maupun

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 Menimbang : UU No.2/1981 tentang ML a. bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: Air Limbah (ALDS I)

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: Air Limbah (ALDS I) LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2015 Bahan Uji: Air Limbah (ALDS I) Parameter Uji: Besi, Timbal, Tembaga, dan DHL BMD Laboratory Provider of Proficiency

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 ) - Tungku karbon ( Perkin-Elmer

Lebih terperinci

Pupuk super fosfat tunggal

Pupuk super fosfat tunggal Standar Nasional Indonesia Pupuk super fosfat tunggal ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB 1. Ruang Lingkup UNIVERSITAS GADJAH MADA Halaman : 1 dari 7 PETUNJUK TIMBANGAN (ELEKTRONIK DAN MEKANIK) Instruksi kerja ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan jenis elektronik dan mekanik.

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) A. TUJUAN 1. Mengetahui kondisi optimum parameter operasi alat uji SSA milik STTN- BATAN dalam menganalisis unsur Fe. 2. Menentukan sensitivitas,

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III)

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III) LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II-2015 Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III) PARAMETER UJI: Zat Padat Tersuspensi (TSS), Kebutuhan Oksigen Kimiawi

Lebih terperinci

Peran Laboratorium Uji & Kalibrasi LIPI Sebagai Laboratorium Rujukan Nasional

Peran Laboratorium Uji & Kalibrasi LIPI Sebagai Laboratorium Rujukan Nasional Peran Laboratorium Uji & Kalibrasi LIPI Sebagai Laboratorium Rujukan Nasional Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian - LIPI Disampaikan oleh: Ihsan Supono, Ph.D Fungsi LIPI memiliki fungsi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan sudah banyak menghasilkan berbagai macam teknologi. Berkembangnya ilmu pengetahuan tersebut, membuat masyarakat yang memiliki

Lebih terperinci

Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025

Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 Harsojo/Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 55 Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 Harsojo Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada, Sekip

Lebih terperinci

Ketertelusuran Pengukuran

Ketertelusuran Pengukuran Ketertelusuran Pengukuran Oleh : Nuryatini PENDAHULUAN Ketertelusuran pengukuran dalam analisis kimia kini merupakan masalah yang sangat penting dalam kimia analitik. Sejak tahun 1990 dua organisasi dunia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian studi voltametri siklik asam urat dengan menggunakan elektroda nikel sebagai elektroda kerja ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pengaruh dari parameter yang ada

Lebih terperinci

DERAJAT KEASAMAN (ph)

DERAJAT KEASAMAN (ph) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR DERAJAT KEASAMAN (ph) DISUSUN OLEH FAISAL ARSYAD (13513128) NURUL FIKRI (13513136) JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan

Lebih terperinci

PELATIHAN STANDARDISASI. w w w. b s n. g o. i d. Pemahaman SNI ISO/IEC 17065:2012. Validasi Metode Pengujian Kimia. Pemahaman SNI ISO/IEC 17025:2008

PELATIHAN STANDARDISASI. w w w. b s n. g o. i d. Pemahaman SNI ISO/IEC 17065:2012. Validasi Metode Pengujian Kimia. Pemahaman SNI ISO/IEC 17025:2008 Pemahaman SNI ISO/IEC 17065:2012 Audit Internal Sistem Manajemen Laboratorium (SNI ISO/IEC 17025:2008) Penyusunan Dokumentasi Sistem Manajemen Laboratorium (SNI ISO/IEC 17025:2008) Estimasi Ketidakpastian

Lebih terperinci

STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK

STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK Studi Metode Kalibrasi Higrometer Elektrik (Arfan Sindhu Tistomo) STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK Study on Electrical Hygrometer Calibration Method Arfan Sindhu Tistomo Pusat Penelitian Kalibrasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM Verifikasi Pipet Volumetri 10 ml Disusun oleh : Kelompok 4/E 2 Luthfia Nurul Anwar 116 Muhammad Rizky Prasetyo 116165 Sakina Fidyastuti 116231 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja Manajemen laboratorium by Djadjat Tisnadjaja 1 Praktek berlaboratorium yang benar (GLP) Penggunaan istilah Good Laboratory Practice (GLP) dalam suatu peraturan pertama kalai ditemukan dalam New Zealand

Lebih terperinci