AMPLIFIKASI GEN BAR DAN GEN HPT TERKAIT STABILITAS PADI MUTAN SERTA EVALUASI KARAKTER AGRONOMINYA NETRIA WAHYUNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AMPLIFIKASI GEN BAR DAN GEN HPT TERKAIT STABILITAS PADI MUTAN SERTA EVALUASI KARAKTER AGRONOMINYA NETRIA WAHYUNI"

Transkripsi

1 i AMPLIFIKASI GEN BAR DAN GEN HPT TERKAIT STABILITAS PADI MUTAN SERTA EVALUASI KARAKTER AGRONOMINYA NETRIA WAHYUNI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Amplifikasi Gen bar dan Gen hpt Terkait Stabilitas Padi Mutan Serta Evaluasi Karakter Agronominya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Netria Wahyuni NIM G

4 ABSTRAK NETRIA WAHYUNI. Amplifikasi Gen bar dan Gen hpt Terkait Stabilitas Padi Mutan Serta Evaluasi Karakter Agronominya. Dibimbing oleh SURYANI dan TRI JOKO SANTOSO. Sistem transposon Ac/Ds mengandung konstrak sebagai penanda aktivasi dan berfungsi dalam mengembangkan tanaman mutan yang menghasilkan perubahan-perubahan fenotipe. Penelitian ini bertujuan mengamplifikasi gen bar dan gen hpt berkaitan dengan stabilitas padi mutan transposon Ac/Ds dan perubahan fenotipe berdasarkan karakter agronominya. Materi tanaman padi yang digunakan untuk penelitian adalah 6 galur padi IR.64 T2 mutan (total 214 tanaman) dan padi IR.64 sebagai kontrol. Tanaman-tanaman mutan diisolasi DNA-nya dan diamplifikasi PCR dengan menggunakan pasangan primer spesifik untuk gen bar dan hpt. Hasil penelitian menunjukkan ukuran gen bar dan gen hpt masing-masing berukuran ± 700 bp dan ± 600 bp. Perubahan karakter-karakter agronomi pada tanaman padi IR.64 mutan generasi T2 disebabkan adanya insersi elemen transposon yang mengandung 4x enhancer. Kata kunci: IR64, karakter agronomi, Transposon Ac/Ds. ABSTRACT NETRIA WAHYUNI. Amplification of bar Gene and hpt Gene Related to Rice Mutant Stability and The Evaluation of it s Agronomy Character. Supervised by SURYANI and TRI JOKO SANTOSO. Transposon Ac / Ds system containing an activation tagging constructs serves to develop a mutant plant that will produce changes in phenotype. This study aims to amplify the bar and hpt genes related to the stability of the mutant rice transposon Ac/Ds and observe the changes in phenotype based on the agronomy characters. Rice plant materials used for the study were six mutant T2 rice lines IR.64 (total 214 plants) and IR64 wild type rice as a control. The DNA of mutant plants was isolated and then amplified by PCR technique using primers specific for the bar and hpt genes. The results showed that the bar and hpt genes in the rice plant IR.64 mutant T2 with size were ± 700 bp and ± 600 bp. Evaluation of agronomic characters showed there were changes in these characters of mutant rice lines IR64 generation T2 that probably caused by the transposon insertion element containing 4x enhancer. Keywords: Ac / Ds transposon, agronomic traits, IR64.

5 iii AMPLIFIKASI GEN BAR DAN GEN HPT TERKAIT STABILITAS PADI MUTAN SERTA EVALUASI KARAKTER AGRONOMINYA NETRIA WAHYUNI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 iv

7 i Judul Skripsi : Amplifikasi Gen Bar dan Gen Hpt Terkait Stabilitas Padi Mutan serta Evaluasi Karakter Agronominya Nama : Netria Wahyuni NIM : G Disetujui oleh Dr Suryani, SP MSc Pembimbing I Dr Tri Joko Santoso, SP MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir I Made Artika, MAppSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 ii PRAKATA Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari hingga bulan Mei 2014 ini adalah Amplifikasi Gen Bar dan Gen Hpt Terkait Stabilitas Padi Mutan Serta Evaluasi Karakter Agronominya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Suryani, SP MSc dan Bapak Dr Tri Joko Santoso, SP MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan saran. Terima kasih kepada bapak Dr Tri Joko Santoso untuk proyek penelitian dan kesempatan melakukan penelitian sampai selesai di BB Biogen Cimanggu Bogor. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Nur, Ka Mira, Mba Mariana, Ka Ammar, Wulan beserta seluruh staf Konservasi Biologi Molekuler BB-Biogen yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak serta seluruh keluarga dan teman-teman Biokimia 47 untuk segala doa, kasih sayang dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Netria Wahyuni

9 iii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN iv PENDAHULUAN 1 METODE 2 Bahan dan alat 2 Prosedur Penelitian 2 HASIL 4 Tanaman Padi IR.64 Mutan Generasi T2 4 Kuantitas dan Kualitas DNA Genom Padi 5 Amplifikon PCR Gen bar dan Gen hpt 5 PEMBAHASAN 8 Hasil Isolasi DNA Padi 8 Amplikon Gen bar dan Gen hpt 9 Evaluasi Karakter Agronomi 10 SIMPULAN DAN SARAN 11 Simpulan 11 Saran 11 DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 32

10 iv DAFTAR TABEL 1. Galur-galur padi IR.64 mutan generasi T2 dan padi IR.64 tipe liar (kontrol) 2 2. Jumlah tanaman padi IR.64 T2 mutan dan padi IR.64 tipe liar (kontrol) setelah ditanam di bak semai 4 3. Konsentrasi dan kemurnian DNA hasil isolasi dari beberapa tanaman perwakilan galur padi IR64 mutan generasi T Hasil analisis kestabilan beberapa tanaman padi mutan 7 5. Hasil rekapitulasi analisis PCR gen bar dan hpt pada 6 galur padi IR64 mutan generasi T Tinggi tanaman, jumlah malai, panjang malai dan panjang daun bendera padi IR64 T2 mutan 7 7. Bobot 100 butir, jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa padi IR64 T2 mutan 8 DAFTAR GAMBAR 1. Elektroforegram hasil amplifikasi PCR menggunakan primer bar pada tanaman padi IR.64 T2 mutan galur T2.64.B Elektroforegram hasil amplifikasi PCR menggunakan primer hpt pada tanaman padi IR.64 T2 mutan galur T2.64.B Peta T-DNA genom yang digunakan pada transformasi transposon Ac/Ds 9 DAFTAR LAMPIRAN 1. Diagram alur penelitian Konsentrasi dan kemurnian DNA Elektroforegram Sampel Tanaman Padi IR.64 T2 Mutan Hasil Amplifikasi Menggunakan Primer Bar Elektroforegram Sampel Tanaman Padi IR.64 T2 Mutan Hasil Amplifikasi Menggunakan Primer Hpt Hasil analisis kestabilan transposon Ds Motif sekuen primer yang digunakan 31

11 1 PENDAHULUAN Kekayaan genom padi dapat dieksplorasi melalui identifikasi gen-gen penting yang terdapat di dalam genom padi yang berperan dalam menentukan fenotipe, dan mendapatkan informasi mengenai fungsi gen-gen padi sehingga kualitasnya dapat ditingkatkan (Jeoung et al. 2002). Menurut Bouchez dan Hofte (1998) pendekatan yang dilakukan dalam menganalisis fungsi gen ada dua yaitu forward genetics dan reverse genetics. Pendekatan forward genetics dilakukan dengan menganalisis fungsi gen dari tanaman mutan kemudian dilanjutkan ke sekuen gennya, sedangkan pendekatan reverse genetics dilakukan dengan berpedoman pada informasi sekuen gen yang diketahui. Transposon merupakan segmen DNA spesifik yang dapat bertransposisi dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam genom sel dengan cara memotong segmen suatu DNA dan meligasinya (Griffth et al. 1999). Transposon Ac (activator) telah mengalami delesi pada bagian inverted repeat sehingga bersifat tidak mampu berpindah, tetapi menghasilkan enzim transposase (otonom) (Greco et al. 2003). Transposon Ds (dissociation) mengalami delesi pada bagian gen transposase sehingga tidak menghasilkan enzim transposase (non-otonom) dan mampu berpindah (mobile) (Brooker 2005). Transposon Ds akan berpindah posisi dalam genom menuju tempat yang berbeda dan tersisip pada gen-gen fungsional. Sedangkan elemen Ac akan menyandikan enzim untuk mengaktifkan elemen Ds selama bertransposisi. Transposon Ds yang terdapat dalam genom tanaman akan stabil jika tidak disertai dengan transposon Ac (Kolesnik et al. 2004). Kestabilan mutan diketahui dengan mengidentifikasi gen-gen ketahanan terhadap antibiotik higromisin (gen hpt) dan ketahanan terhadap herbisida (gen bar) yang masing-masing berada pada elemen Ac dan elemen Ds. Enzim higromisin fosfotransferase yang dihasilkan gen hpt memiliki peran dalam mendetoksifikasi aminosiklitol antibiotik higromisin B. Gen bar (basta resistant) adalah gen yang membawa ketahanan terhadap fosfinotrisin (PPT), yang merupakan bahan aktif herbisida bialaphos dan basta (Rodriguez & Nottenburg 2002). Posisi mutasi yang berbeda-beda di dalam tanaman padi dapat diperoleh melalui aktivitas perpindahan transposon Ds (Greco et al. 2001). Kestabilan tanaman mutan berdasarkan ada tidaknya elemen Ac dapat diidentifikasi menggunakan teknik PCR dengan mengamplifikasi gen bar yang dibawa oleh elemen Ds dan gen hpt yang dibawa oleh elemen Ac. Tanaman padi IR64 mutan akan stabil dalam kromosom tanaman apabila gen bar menyisip dan teramplifikasi setelah pengecekan melaui PCR sedangkan gen hpt tidak teramplifikasi pada tanaman tersebut. Pengujian tanaman yang menunjukan tidak stabilnya mutan pada tanaman padi mutan (transposon Ds) akan terus mengalami perubahan fenotipe pada tanaman padi sampai generasi selanjutnya dan transposon Ds terus menyisip dan berpindah kekromosom lainnya. Tanaman padi mutan yang stabil akan mengalami perubahan fenotipe yang sama dari generasi ke generasi selanjutnya. Penelitian ini bertujuan mengamplifikasi gen bar dan gen hpt berkaitan dengan stabilitas padi mutan transposon Ac/Ds dan perubahan fenotipe berdasarkan karakter agronominya. Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya galur-galur padi IR.64 mutan generasi T2 yang stabil yang dapat digunakan sebagai sumber tanaman

12 2 untuk mengidentifikasi gen-gen penting di bidang pertanian dapat dimanfaatkan sebagai varietas unggul baru setelah dilakukan pengujian-pengujian lebih lanjut. METODE Bahan dan alat Bahan tanaman yang digunakan untuk penelitian terdiri 6 galur tanaman padi IR.64 mutan generasi T2 dan 1 galur tanaman padi IR 64 tipe liar dengan total tanaman sebanyak 239. Bahan-bahan lain yang digunakan adalah NF water, primer hpt (higromisin fosfotransferase) dan primer bar (basta resistant), 10x Bufer PCR, MgCl2, dntp mix 10 mm, Taq DNA polymerase, gel agarosa, 1x buffer TAE (Tris HCl-asam asetat-edta), loading dye, T 4 DNA polymerase (gel red), DNA hasil PCR, dan marker 1 kb ladder. Peralatan yang digunakan adalah tabung mikro 2 ml, tabung mikro 1.5 ml, pipet mikro 1000p, 200p, 20p, 2p dan multichanel mikropipet, tip, oven, microfuge, neraca analitik, spektrofotometer nanodrop, stirer, vorteks, UV Illuminator ChemiDoc EQ Biorad, perangkat elektroforesis vertikal, ice maker, labu Erlenmeyer, microwave, gelas ukur, gelas piala, baki gel agarosa, plate PCR, kulkas penyimpanan sampel, dan mesin PCR tetrad PTC-225. Prosedur Penelitian Penanaman Padi IR.64 Mutan Generasi T2 Tanaman padi IR.64 mutan generasi T2 yang digunakan sebagai bahan sampel penelitian memiliki kode tanaman untuk masing-masing galur dengan arti sebagai berikut, T2 menyatakan tanaman padi mutan generasi T2, 64 sebagai tanaman padi kultivar IR.64, B2 menyatakan transposon (konstrak B2) dan menyatakan nama galur tanaman padi mutan. Galur-galur tanaman sebanyak 6 galur digunakan sebagai sampel untuk pengujian kestabilan elemen transposon Dc di dalam genom tanaman tersebut, dan digunakan untuk mengetahui pengamatan perubahan karakter agronominya. Total benih tanaman yang digunakan sebanyak 360 bulir padi IR.64 T2 mutan (6 galur padi IR.64 mutan generasi T2) dan 25 bulir (1 galur) padi IR.64 tipe liar yang digunakan sebagai kontrol (Tabel 1). Tabel 1 Galur-galur padi IR.64 mutan generasi T2 dan padi IR.64 tipe liar (kontrol) Kode Tanaman T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B Kontrol Jumlah benih 60 benih 60 benih 60 benih 60 benih 60 benih 60 benih 25 benih

13 3 Isolasi DNA Daun Padi (Doyle & Doyle 1987) Sampel daun dipotong dari tanaman padi sepanjang 10 cm dan dimasukkan ke dalam tabung mikro 2 ml. Sampel daun bersama dengan tabung direndam ke dalam nitrogen cair dan digerus dengan penggerus (sumpit bambu) sampai halus berbentuk serbuk. Hasil gerusan kemudian ditambahkan bufer CTAB sebanyak 1000 µl, dicampur dan kemudian diinkubasi pada suhu 65 o C selama 15 menit pada penangas air (setiap 5 menit tabung dibolak-balik). Setelah itu sampel didinginkan pada suhu ruang, dan kemudian ditambahkan dengan natrium asetat 3M sebanyak 100 µl dan chisam (perbandingan klorofom:isoamil sebanyak 24:1) sebanyak 1 ml. Campuran kemudian dibolak-balik secara perlahan-lahan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 5 menit. Supernatan di ambil dan dipindahkan ke dalam tabung mikro 2 ml yang baru dan kemudian ditambahkan natrium asetat sebanyak 1/10 µl volume supernatan dan isopropanol sebanyak 2/3 µl volume supernatan. Campuran kemudian di bolak-balik secara perlahan-lahan untuk mempresipitasi DNA. Sampel disentrifugasi kembali selama 15 menit dengan kecepatan rpm. Supernatan dibuang perlahan-lahan agar pelet DNA tidak ikut terbuang. Pelet DNA yang terbentuk ditambahkan etanol 70% sebanyak 200 µl dan disentrifugasi pada kecepatan rpm selama 5 menit. Selanjutnya supernatan dibuang dan pelet DNA dikeringkan di oven pada suhu 60 o C sampai kering. Sampel DNA yang diperoleh kemudian dimurnikan dari RNA-nya dengan ditambahkan TE-RNase sebanyak 50 µl dan kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit, setelah itu DNA disimpan pada suhu -20 o C. Analisis Kuantitatif DNA Genom dengan Nanodrop (Thermo Fisher Scientific 2009) Sebanyak 2 μl larutan buffer TE dimasukkan ke dalam lubang ukur sebagai blanko. Setelah itu, lubang ukur dibersihkan dengan mengelap menggunakan kertas tisu. Kemudian, sampel DNA sebanyak 2 μl dimasukkan ke dalam lubang ukur dan diukur konsentrasinya mengikuti prosedur pengukuran dari alat nanodrop tersebut. Hasil pengukuran akan muncul dalam satuan konsentrasi ng/μl. Nilai kemurnian DNA dapat dilihat berdasarkan nilai rasio pembacaan Å260/Å280. Amplifikasi Gen bar dan Gen hpt dengan PCR (Trijatmiko et al. 2011) Amplifikasi dilakukan dengan menggunakan dua pasang primer yang spesifik terhadap sampel yang digunakan yaitu primer untuk gen ketahanan basta (bar) dan gen ketahanan antibiotik higromisin (hpt). Sekuen primer hpt dan bar yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 6. Total volume reaksi PCR di dalam satu tabung adalah 10 μl dengan komposisi 3 μl NF Water, 5 μl KAPA2G, 0.5 μl primer forward (5 um), 0.5 μl primer reverse (5 um), 0.5 μl DMSO, dan 1 μl DNA cetakan. Reaksi amplifikasi dilakukan dengan mesin PCR. Profil PCR yang digunakan adalah pre-denaturasi 94 0 C selama 5 menit, denaturasi 94 0 C selama 30 detik, penempelan primer 67 0 C untuk primer bar dan 60 0 C untuk primer hpt selama 30 detik, dan pemanjangan primer 72 0 C selama 30 detik dengan pengulangan sebanyak 30 siklus.

14 4 Analisis Produk PCR dengan Elektroforesis Gel Agarosa (Sambrook & Russell 2001) Sebanyak 1.2 gram agarosa dicampur dengan 120 ml 1x bufer TAE (konsentrasi gel 1%). Larutan tersebut dipanaskan dalam microwave selama 2 menit. Agarose yang sudah terlarut dimasukkan ke dalam cetakan agar yang sudah diberi cetakan sumur. Setelah gel agarosa padat, gel dimasukkan ke dalam tangki elektroforesis yang berisi 1x bufer TAE. Sebanyak 5 μl produk PCR dicampur dengan 2 μl loading dye kemudian dimasukkan ke dalam sumur gel. Penanda migrasi (marker) 1 kb ladder juga dimasukan ke dalam sumur gel yang lain. Tahap selanjutnya sampel DNA dialiri arus dengan voltase 75 volt selama 40 menit. Hasil elektroforesis gel agarose divisualisasi menggunakan chemidoc gel system. Analisis Kestabilan Transposon Ds Data kemunculan pita-pita DNA hasil PCR menggunakan primer hpt dan bar digunakan untuk menentukan kestabilan transposon Ds di dalam tanaman padi IR64 mutan. Tanaman padi IR64 mutan generasi T2 dikatakan stabil apabila data hasil elektroforegram menunjukan hasil positif untuk primer bar dan negatif untuk primer hpt. Evaluasi Karakter Agronomi Padi Mutan Pengamatan karakter-karakter agronomi padi dilakukan terhadap 6 galur padi IR.64 T2 mutan dan 1 galur IR.64 tipe liar (kontrol). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah malai per tanaman, jumlah biji isi dan hampa per malai, panjang malai, jumlah anakan, panjang daun bendera, bobot 100 butir. Data hasil pengamatan diuji menggunakan analisis ragam dengan software statistik SAS 7 dan uji lanjut duncan. HASIL Tanaman Padi IR.64 Mutan Generasi T2 Galur-galur padi IR64 mutan generasi T2 yang ditanam di rumah kaca menunjukkan bahwa dari sebanyak 60 benih per galur tidak semuanya dapat tumbuh menjadi tanaman. Total tanaman yang tumbuh dari masing-masing galur ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah tanaman padi IR.64 T2 mutan dan padi IR.64 tipe liar (kontrol) setelah ditanam di bak semai Kode Tanaman Tanaman Normal Tanaman Albino Tanaman Mati T2.64.B Tanaman 11 Tanaman 29 Tanaman T2.64.B Tanaman 9 Tanaman 26 Tanaman T2.64.B Tanaman 3 Tanaman 11 Tanaman T2.64.B Tanaman 16 Tanaman 18 Tanaman T2.64.B Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman T2.64.B Tanaman 6 Tanaman 8 Tanaman Kontrol 25 Tanaman - -

15 5 Kuantitas dan Kualitas DNA Genom Padi Hasil pengukuran konsentrasi dan kemurnian DNA pada tanaman padi IR.64 T2 mutan dan tanaman padi IR.64 tipe liar (kontrol) ditunjukkan pada Tabel 3. Data yang ditampilkan merupakan wakil dari setiap galur (satu galur terdiri dari dua tanaman), adapun data secara lengkap disajikan pada bagian lampiran. Galur padi mutan T2.64.B memiliki konsentrasi DNA yang paling rendah (82.4 ng/ul) dan memiliki kemurnian DNA yang rendah (1.8) jika dibandingkan dengan galur tanaman padi IR.64 mutan generasi T2 yang lainnya dan kontrol. Beberapa galur tanaman padi menunjukan nilai kemurnian yang baik pada kisaran yang berarti bebas dari kontaminan protein maupun RNA. DNA hasil isolasi dari enam galur padi IR.64 T2 mutan dan satu galur padi IR.64 tipe liar (kontrol) selanjutnya digunakan sebagai cetakan pada proses amplifikasi PCR untuk mendeteksi keberadaan gen bar dan hpt menggunakan primer spesifik gen. Tabel 3 Konsentrasi dan kemurnian DNA hasil isolasi dari beberapa tanaman perwakilan galur padi IR64 mutan generasi T2 Sampel Konsentrasi A 260/280 T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B IR.64 Kontrol IR.64 Kontrol Amplifikon PCR Gen bar dan Gen hpt Gen bar dan hpt sebagai marka seleksi yang digunakan untuk melihat kestabilan tanaman-tanaman padi IR.64 mutan generasi T2. Kedua gen pada tanaman diamplifikasi dengan menggunakan primer spesifik terhadap keberadaan gen bar dan primer spesifik terhadap gen hpt. Berdasarkan data hasil amplifikasi PCR diketahui bahwa sebagian besar tanaman-tanaman padi IR.64 mutan generasi T2 menunjukkan hasil positif setelah diamplifikasi dengan primer bar yaitu diindikasikan dengan terbentuknya fragmen DNA berukuran ±700 bp. Hasil amplifikasi PCR terhadap gen bar diambil perwakilan pada tanaman-tanaman mutan galur T2.64.B dan ditampilkan pada Gambar 1. Hasil amplifikasi menunjukkan bahwa dari 10 tanaman mutan, 9 diantaranya positif mengandung gen bar sedangkan tanaman negatif terhadap pengujian gen bar yaitu tanaman nomor 13 (T2.64.B ). Sementara itu, hasil amplifikasi PCR dengan primer spesifik bar pada galur-galur yang lain ditampilkan pada lampiran. Hasil amplifikasi DNA padi dengan primer hpt pada padi galur T2.64.B nomor (4-15 dan 18-20) menyatakan hasil adanya gen hpt yang diindikasikan dengan terbentuknya pita DNA hasil amplifikasi berukuran 600 bp

16 6 (Gambar 2). Adapun pada tanaman nomor 16 dan 17 tidak mengandung gen hpt karena tidak terbentuk pita DNA dengan ukuran yang diharapkan. Sementara itu, hasil amplifikasi PCR dengan primer gen hpt pada galur-galur yang lain ditampilkan pada lampiran. Gambar 1 Elektroforegram hasil amplifikasi PCR menggunakan primer bar pada tanaman padi IR.64 T2 mutan galur T2.64.B Marker, plasmid, kontrol (IR64 tipe liar), tanaman padi mutan nomor 4-12 positif gen bar, sampel nomor 13 negatif gen bar Gambar 2 Elektroforegram hasil amplifikasi PCR menggunakan primer hpt pada tanaman padi IR.64 T2 mutan galur T2.64.B Marker, plasmid, kontrol (IR.64 tipe liar), tanaman padi nomor 4-15 dan positif mengandung hpt, tanaman padi nomor 16 dan 17 negatif hpt Stabilitas Transposon Ds pada Tanaman Padi IR.64 Mutan Generasi T2 Hasil analisis kestabilan tanaman-tanaman mutan padi IR.64 mutan generasi T2 disajikan pada Tabel 4. Data yang ditampilkan merupakan perwakilan tanaman dari tiap-tiap galur dan setiap galur diambil perwakilan 2 sampel tanaman. Tanaman-tanaman mutan padi yang telah stabil diindikasikan dengan positif gen bar dan negatif gen hpt. Hal ini menunjukan bahwa pada tanaman-tanaman mutan yang stabil sudah tidak mempunyai elemen transposon Ac (negatif hpt) namun

17 7 masih mengandung elemen transposon Ds (positif bar). Hasil analisis PCR untuk semua tanaman pada 6 galur padi IR.64 mutan generasi T2 dengan jumlah total 214 tanaman menunjukkan bahwa 94 tanaman telah stabil tranposon Ds di dalam genom tanaman (Tabel 5). Tabel 4 Hasil analisis kestabilan beberapa tanaman padi mutan Padi Mutan Gen bar Gen hpt Kestabilan T2.64.B Tidak ada mutan T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil Tabel 5 Hasil rekapitulasi analisis PCR gen bar dan hpt pada 6 galur padi IR64 mutan generasi T2 Nama galur Jumlah tanaman Total Positif bar Positif bar Negatif bar Positif hpt tanaman (stabil) dan hpt dan hpt T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B Jumlah Evaluasi Karakter Agronomi Padi Mutan Hasil analisis menunjukkan bahwa karakter agronomi seperti tinggi tanaman, jumlah malai, panjang malai dan panjang daun bendera, jumlah gabah hampa dan gabah isi, serta bobot 100 butir menunjukkan karakter agronomi pada tanaman padi IR.64 mutan generasi T2 lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi kontrol pada taraf uji beda nyata 5% pengujian lanjutan duncan (Tabel 6 dan Tabel 7). Dari hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat dua galur padi mutan yang mempunyai karakter agronomi tinggi tanaman, jumlah malai, panjang malai, panjang daun bendera berbeda nyata dengan kontrol yaitu galur F dan G (Tabel 6). Hasil analisis karakter komponen hasil tanaman padi IR.64 T2 mutan dibandingkan dengan kontrol disajikan pada Tabel 7. Bobot 100 butir dari semua galur padi mutan berbeda nyata dengan kontrol. Semua galur padi mutan mempunyai bobot 100 butir yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Sementara itu, jumlah gabah isi dan hampa untuk beberapa galur padi mutan berbeda nyata dengan kontrol. Satu galur mutan yaitu mutan G mempunyai jumlah

18 8 gabah yang secara nyata lebih tinggi dari kontrol dan semua galur padi mutan mempunyai jumlah gabah hampa yang lebih tinggi dari kontrol. Tabel 6 Tinggi tanaman, jumlah malai, panjang malai dan panjang daun bendera padi IR64 T2 mutan Panjang Tinggi tanaman Jumlah Malai (cm) Daun Varietas (cm) (n=1) Malai (n=1) (n=5) bendera (cm) (n=5) Kontrol IR.64 (A) b a b 34 c T2.64.B b a b b (B) T2.64.B a a a ab (C) T2.64.B (D) a a ab ab T2.64.B (E) a a a ab T2.64.B (F) a b a ab T2.64.B (G) a b a a Keterangan: a dan b Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama dan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf beda nyata 5% uji Duncan. n menunjukan banyak ulangan perlakuan. Tabel 7 Bobot 100 butir, jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa padi IR64 T2 mutan Jumlah Gabah Varietas Bobot 100 butir (g) Isi (n=5) Hampa (n=5) (n=1) Kontrol IR.64 (A) 2.44 a bc c T2.64.B (B) 2.11 c c ab T2.64.B (C) 2.28 b bc ab T2.64.B (D) 2.29 b bc b T2.64.B (E) 2.23 b c a T2.64.B (F) 2.24 b b ab T2.64.B (G) 2.18 bc a b Keterangan: a,b,c Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama dan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada taraf beda nyata 5% uji Duncan. n menyatakan banyaknya ulangan perlakuan. PEMBAHASAN Hasil Isolasi DNA Padi Isolasi DNA daun padi IR.64 T2 mutan galur T2.64.B2.4.12(1), T2.64.B2.4.12(2), T2.64.B2.4.5(1), T2.64.B2.4.5(2), T2.64.B2.5.3(8) dan T2.64.B2.5.3(2) bertujuan untuk mendapatkan DNA murni. Hasil isolasi DNA tanaman padi selanjutnya diuji menggunakan nanodrop untuk mengetahui kualitas atau kemurnian DNA dan konsentrasi DNA. Uji kuantitas dan kualitas DNA dari 6 galur tanaman padi IR.64 T2 mutan dan tanaman padi IR64 tipe liar (kontrol) menunjukkan bahwa sebagian besar sampel DNA memiliki kemurnian yang baik

19 9 pada kisaran nilai Konsentrasi hasil pengukuran cukup untuk digunakan sebagai cetakan pada tahap amplifikasi dengan teknik PCR. Kontaminasi RNA dan protein yang terdapat di dalam beberapa sampel tidak membutuhkan proses pemurnian atau isolasi ulang. Hal ini dikarenakan RNA dan protein yang terdapat di dalam sampel DNA akan terdegradasi pada saat proses PCR terutama pada tahapan denaturasi. Kontaminan baik RNA maupun protein yang terdapat di dalam sampel DNA konsentrasinya sangat kecil sehingga dapat diabaikan dan tidak berpengaruh terhadap proses amplifikasi PCR (Sambrook et al. 2001). Amplikon Gen bar dan Gen hpt Konfirmasi keberadaan elemen transposon Ac/Ds di dalam tanaman padi dilakukan dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) melalui amplifikasi gen bar dan gen hpt. Dari informasi keberadaan elemen Ac dan Ds dapat digunakan untuk mengetahui stabilitas tanaman padi IR64 mutan generasi T2. Elektroforesis hasil amplifikasi PCR pada sampel DNA padi mutan generasi T2 dilakukan menggunakan gel agarosa 1%. Hasil elektroforesi gel agarose terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Agarosa memiliki resolusi pemisahan lebih rendah dibandingkan dengan pemisahan menggunakan poliakrilamid, kisaran pemisahan lebih besar dan pengujian kualitatif DNA lebih baik (Sambrook et al. 2001). Primer bar digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan elemen transposon Ds sedangkan primer hpt untuk mengidentifikasi keberadaan transposon Ac di dalam tanaman. Hal ini dikarenakan gen bar berada satu fragmen dengan elemen Ds sedangkan gen hpt (hyg) berada satu fragmen dengan elemen Ac (Gambar 3). Hasil analisis PCR menggunakan primer bar pada tanaman IR.64 T2 mutan menunjukkan hasil positif apabila terbentuk amplikon gen bar yang berukuran ± 700 bp sedangkan primer hpt menunjukkan hasil positif apabila terbentuk amplikon dengan ukuran 600 bp. Hasil analisis PCR menunjukkan bahwa elemen transposon Ac dan Ds masih tersisip di dalam genom atau kromosom galur-galur tanaman padi IR.64 T2 mutan. Berdasarkan hasil PCR gen bar dan gen hpt, dapat diketahui sampel tanamantanaman mutan padi yang stabil. Tanaman IR.64 mutan generasi T2 telah stabil trasnposon Ds apabila hasil amplifikasi PCR positif dengan primer bar dan negatif dengan primer hpt. Secara umum, hasil analisis PCR pada 6 galur padi IR64 mutan generasi T2 diperoleh sebanyak 94 dari total 214 tanaman (43,9%) yang telah stabil yang diindikasikan dengan hasil PCR positif pada gen bar saja (Tabel 5). Gambar 3. Peta T-DNA genom yang digunakan pada transformasi transposon Ac/Ds (Trijatmiko et al. 2005)

20 10 Menurut Greco et al (2001) untuk memperoleh tanaman mutan yang diinginkan diperlukan transposon yang stabil, sehingga tidak terjadi perpindahan ke kromosom lain. Kualitas pita-pita hasil elektroforegram yang dihasilkan cukup baik, karena hanya sedikit intensitas fragmen smear (Gambar 1 dan Gambar 2). Fragmen ini muncul karena terpotongnya untaian DNA utuh penyusun kromosom selama ekstraksi DNA. Fragmen DNA terpotong disebabkan kerusakan mekanis karena penggerusan, ataupun aktifitas enzim selama isolasi, konsentrasi DNA yang tinggi, dan penggunaan voltase yang terlalu besar (Jamsari 2007). Evaluasi Karakter Agronomi Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada waktu tanaman memiliki malai dan bulir malai padi berisi padat. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi. Evaluasi karakter tinggi tanaman menunjukkan bahwa semua galur padi mutan mengalami perubahan tinggi tanaman yaitu lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kontrol kecuali untuk galur B (Tabel 6). Evaluasi karakter jumlah malai menunjukkan bahwa empat galur padi mutan mempunyai jumlah malai tidak berbeda nyata dengan kontrol (galur B, C, D dan E), sementara 2 galur lainnya (galur F dan G) mempunyai jumlah malai yang lebih sedikit dibanding kontrol (Tabel 6). Panjang malai, empat galur padi mutan mempunyai malai yang lebih panjang dibandingkan dengan kontrol. Panjang daun bendera 6 galur tanaman padi IR.64 T2 mutan menunjukan hasil yang berbeda nyata pada taraf beda nyata 5% yaitu lebih panjang dibandingkan tanaman padi IR.64 kontrol. Peralihan dari fase vegetatif ke fase generatif tanaman padi ditunjukan dengan tanaman padi yang mulai berbunga. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa umur berbunga padi IR.64 T2 mutan (84 hari) lebih cepat dibandingkan tanaman IR.64 kontrol positif (90 hari). Perbedaan pembungaan tanaman merupakan sifat agronomi yang dipengaruhi faktor genetik dan fisiologi. Sehingga diduga terjadi akumulasi alel-alel dari tetua pada individu (Trijatmiko 2001). Bobot 100 butir padi IR.64 kontrol (2.44 g) lebih besar dibandingkan 6 galur tanaman padi IR.64 T2 mutan. Hasil analisis menunjukkan bobot 100 bulir gabah untuk masing-masing galur (6 galur) padi IR.64 mutan berbeda nyata dengan bobot IR.64 kontrol karena bobot kontrol lebih berat, sedangkan perbandingan terhadap sesama galur mutan menunjukan hasil tidak berbeda nyata pada taraf uji lanjut 5%. Bobot IR.64 T2 mutan dan bobot bulir IR64 kontrol masih lebih kecil dibandingkan bobot bulir padi ideal ( g) (Ma et al. 2006). Tanaman padi ideal memiliki jumlah gabah berkisar antara , dengan gabah isi lebih dari 85 persen (Ma et al. 2006). Hasil analis lanjut pada taraf 5% uji duncen gabah isi menunjukkan jumlah gabah isi terbesar pada galur padi mutan T2.64.B (G) dan berbeda nyata terhadap IR.64 kontrol dan galur mutan lainnya (Tabel7). Hasil pengamatan gabah hampa menunjukkan bahwa padi IR.64 T2 mutan pada galur T2.64.B (E) memiliki jumlah gabah hampa terbanyak serta berbeda nyata terhadap gabah galur T2.64.B , T2.64.B dan IR64 kontrol (Tabel7). Hasil analisis pada panjang daun bendera (Tabel 6) dengan hasil pengukuran terpanjang pada galur mutan G yang berbeda nyata terhadap IR.64 kontrol dan galur mutan B pada taraf uji lanjut 5%. Hasil penelitian Peng et al (2008) menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil padi tipe baru dibutuhkan tetua yang memiliki karakter agronomi seperti tanaman yang tinggi, jumlah gabah per malai dan ukuran malai yang besar. Hasil

21 11 analisis karakter agronomi tanaman padi IR.64 T2 mutan dan IR.64 kontrol telah menunjukan hasil yang sesuai dengan hasil penelitian Peng et al (2008) karena hasil pengujian tinggi tanaman, jumlah gabah per malai dan ukuran malai tanaman padi IR.64 T2 mutan yang lebih besar dibandingkan IR.64 kontrol. Perubahanperubahan karakter agronomi diduga disebabkan oleh adanya insersi elemen transposon yang mengandung 4x enhancer pada segmen-segmen kromosom yang berada dekat dengan gen-gen yang mungkin terkait dengan karakter-karakter agronomi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Gen bar dan gen hpt di dalam tanaman padi IR.64 T2 mutan dapat diamplifikasi menggunakan primer spesifik gen bar dan gen hpt dan menghasilkan amplikon masing-masing berukuran ± 700 bp dan ± 600 bp. Hasil analisis PCR pada 6 galur padi IR64 mutan generasi T2 diperoleh sebanyak 94 dari total 214 tanaman (43,9%) yang telah stabil yang diindikasikan dengan hasil PCR positif pada gen bar saja. Evaluasi karakter-karakter agronomi menunjukkan telah terjadi perubahan karakter-karakter tersebut pada tanaman padi IR64 mutan generasi T2. Perubahan-perubahan tersebut kemungkinan diduga disebabkan oleh adanya insersi elemen transposon yang mengandung 4x enhancer pada segmen-segmen kromosom yang berada dekat dengan gen-gen yang mungkin terkait dengan karakter-karakter agronomi. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi gen-gen yang berhubungan dengan perubahan-perubahan karakter agronomi pada generasi tanaman padi IR64 mutan berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Abdullah B, Tjokrowidjojo S, Kustianto B, Daradjat AA Pembentukan padi varietas unggul tipe baru. Penelitian Pertanian 24(1):1-7. Bouchez D, H Hofte Functional genomic in plants. Plant Physiol. 118: [BPS] Badan Pusat Statistik Berita Resmi Statistik. Jakarta: BPS Brooker R J Analysis and Principle. 2 nd ed. New York (US): McGraw-Hill companies, Inc. Griffith AJF An Introduction to Genetic Analysis. Ed ke-7. New York (US): W.H. Freeman. Greco R, PBF Ouwerkerk, AJC Taal, C Favalli, T Begiristain, P Puigmonech, L Colombo, JHC Hoge, A Pereira Early and multiple Ac transpositions in rice suitable for efficient insertional mutagenesis. Plant Molecular Biology 46:

22 12 Greco R, PBF Ouwerkerk, RJ De Kam, C Sallaud, C Favalli, L Colombo, E Guiderdoni, AH Meijer, JHC Herawati R, Purwoko BS, Dewi IS Keragaman genetik dan karakter agronomi galur haploid padi gogo dengan sifat-sifat tipe baru hasi kultur antera. J Agron Indonesia.37(2): Hoge, A Pereira Transpositional behavior of an Ac/Ds system for reverse genetics in rice. Theory Applied Genetics 108: Jeoung DH, S An, HG Kang, S Moon, J Han, S Park, HS Lee, K An, and G An T-DNA insertional mutagenesis for activation tagging in rice. Plant Physiology 130: Kolesnik T, I Szeverenyi, D Bachman, CS Kumar, S Jiang, R Ramamoorthy, M Cal, ZG Ma, V Sundaresan, S Ramachandran Establishing an efficient Ac/Ds tagging system in rice. The Plant Journal 37: [LITBANG] Balai Penelitian Bahan Pangan Mengenal padi VUTB Fatmawati. J Litbang 12:1-6. Ma J, W Ma, D Ming, S Yang, Q Zhu Characteristics of rice plant with heavy panicle. Agricultural Sciences 5(12): Peng S, GS Khush, P Virk, Q Tang, and Y Zou Progress in ideotype breeding in increase rice yield potential. Field Crop Res 108: Rahmawati S Status perkembangan dan perbaikan genetik padi menggunakan teknik transformasi Agrobacterium. AgroBiogen 2: Rodriguez RC, Nottenburg C Antibiotic resistance genes and their use in genetic transformation especially in plants. [internet]. [diunduh pada 2014 Juni 15]. Tersedia pada Sambrook J, DW Russel Molecular Cloning: A Laboratory Manual. New York (US): Cold-Spring Harbor Laboratory Press. Thermo Fisher Scientific Nanodrop 2000/200c Spectrpphotometer V1.0 User Manual. Wilmington (US): Thermo Fischer Scientific. Trijatmiko KR, GV Arkel, A Karaba, EV Enckevort, A Pereira Activation tagging using En-I and Ac-Ds maize transposon systems in rice. Dalam Comparative Analysis of Drought Resistance Genes in Arabidopsis and Rice. Ph.D. Thesis Wageningen University, Wageningen, The Netherland with Summaries in English, Dutch and Indonesian. p Trijatmiko KR, Olivia N, Slamet-Loedin IH, Kohli A Molecular Analysis of Transgenic Plants. NewYork (US): Springer. Webb KJ, Morris P Methodologies of plant transformation, In: Gatehouse AMR, Hilder VA, Boulter D, editor. Plant Genetic Manipulation for Crop Protection. United Kingdom (GB): CAB International.

23 LAMPIRAN 13

24 14 Lampiran 1 Diagram Alur Penelitian Penanaman benih (IR64 mutan generasi T2 dan IR64 kontrol) Isolasi DNA padi Analisis kuantitatif dan kualitatif DNA Amplifikasi DNA dengan PCR Elektroforesis Identifikasi karakter unggul agronomi Analisis data

25 15 Lampiran 2 Konsentrasi dan Kemurnian DNA Sampel Konsentrasi A 260/280 T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B

26 16 Lanjutan Lampiran 2 Konsentrasi dan Kemurnian... Sampel Konsentrasi A 260/280 T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B

27 17 Lanjutan Lampiran 2 Konsentrasi dan Kemurnian... Sampel Konsentrasi A 260/280 T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B

28 18 Lanjutan Lampiran 2 Konsentrasi dan Kemurnian... Sampel Konsentrasi A 260/280 T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B

29 19 Lanjutan Lampiran 2 Konsentrasi dan Kemurnian... Sampel Konsentrasi A 260/280 T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B T2.64.B

30 20 Lanjutan Lampiran 2 Konsentrasi dan Kemurnian... Sampel Konsentrasi A 260/280 Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol

31 Lampiran 3 Elektroforegram Sampel Tanaman Padi IR.64 T2 Mutan Hasil Amplifikasi Menggunakan Primer Bar 21

32 22 Lanjutan Lampiran 3 Elektroforegram Sampel Tanaman...

33 Lanjutan Lampiran 3 Elektroforegram Sampel Tanaman... 23

34 24 Lampiran 4 Elektroforegram Sampel Tanaman Padi IR.64 T2 Mutan Hasil Amplifikasi Menggunakan Primer Hpt

35 Lanjutan Lampiran 4 Elektroforegram Sampel Tanaman... 25

36 26 Lampiran 5 Hasil Analisis Kestabilan Transposon Ds Padi Mutan Gen bar Gen hpt Kestabilan T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak mutan T2.64.B Tidak mutan T2.64.B Tidak mutan T2.64.B Tidak mutan T2.64.B Tidak mutan T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak mutan T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak mutan T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil

37 27 Lanjutan Lampiran 5 Hasil Analisis Kestabilan... Padi Mutan Gen bar Gen hpt Kestabilan T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak mutan T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil

38 28 Lanjutan Lampiran 5 Hasil Analisis Kestabilan... Padi Mutan Gen bar Gen hpt Kestabilan T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil

39 29 Lanjutan Lampiran 5 Hasil Analisis Kestabilan... Padi Mutan Gen bar Gen hpt Kestabilan T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Tidak stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil T2.64.B Stabil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

Identifikasi Perubahan Karakter Agronomis Padi Transgenik Penanda Aktivasi cv. Asemandi Generasi T 1

Identifikasi Perubahan Karakter Agronomis Padi Transgenik Penanda Aktivasi cv. Asemandi Generasi T 1 Jurnal AgroBiogen 9(3):107-116 Identifikasi Perubahan Karakter Agronomis Padi Transgenik Penanda Aktivasi cv. Asemandi Generasi T 1 Atmitri Sisharmini 1 *, Aniversari Apriana 1, Diah Nurmaliki 2, Tri J.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

DETEKSI GEN hpt DAN bar UNTUK UJI KESTABILAN GEN TRANSPOSON Ac/Ds PADA PADI MUTAN IR64 CLARA SHINTA AYU FITRIYANTI

DETEKSI GEN hpt DAN bar UNTUK UJI KESTABILAN GEN TRANSPOSON Ac/Ds PADA PADI MUTAN IR64 CLARA SHINTA AYU FITRIYANTI DETEKSI GEN hpt DAN bar UNTUK UJI KESTABILAN GEN TRANSPOSON Ac/Ds PADA PADI MUTAN IR64 CLARA SHINTA AYU FITRIYANTI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

ANALISIS MOLEKULER DAN FENOTIPE GALUR PADI TRANSGENIK IR64 GENERASI T 3 YANG MENGANDUNG PENANDA AKTIVASI UNTUK TOLERANSI KEKERINGAN HABIB VIO NANDA

ANALISIS MOLEKULER DAN FENOTIPE GALUR PADI TRANSGENIK IR64 GENERASI T 3 YANG MENGANDUNG PENANDA AKTIVASI UNTUK TOLERANSI KEKERINGAN HABIB VIO NANDA ANALISIS MOLEKULER DAN FENOTIPE GALUR PADI TRANSGENIK IR64 GENERASI T 3 YANG MENGANDUNG PENANDA AKTIVASI UNTUK TOLERANSI KEKERINGAN HABIB VIO NANDA DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

Lebih terperinci

ANALISIS INSERSI T-DNA PEMBAWA TRANSPOSON Ac/Ds PADA T0 DAN AKTIVITAS Ds PADA T1 TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR NIPPONBARE MELINDA REMELIA

ANALISIS INSERSI T-DNA PEMBAWA TRANSPOSON Ac/Ds PADA T0 DAN AKTIVITAS Ds PADA T1 TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR NIPPONBARE MELINDA REMELIA ANALISIS INSERSI T-DNA PEMBAWA TRANSPOSON Ac/Ds PADA T0 DAN AKTIVITAS Ds PADA T1 TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR NIPPONBARE MELINDA REMELIA 030404054Y UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT BEBERAPA MODIFIKASI PERLAKUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI DNA DARI BAHAN HERBARIUM (Several modifications of treatment in extracting DNA from herbarium material) TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penanaman padi dan analisis fisiologi dan marka molekuler. Penanaman padi secara gogo pada tanah masam dilakukan di rumah kaca Cikabayan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan Pada penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian, adalah cacing tanah spesies L. rubellus yang berasal dari peternakan cacing tanah lokal di Sekeloa, Bandung.

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 6 ISOLASITOTAL DNA MANUSIADENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan manusia, dapat dari darah, folikel rambut, mukosa mulut

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Lampiran 1. Data dan analisis karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu 10 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai Februari 2016. Isolasi dan visualisasi RNA Colletrotichum dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! ABSTRACT... Error! KATA PENGANTAR... Error! DAFTAR ISI... i DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... Error! BAB I PENDAHULUAN... Error! 1.1 Latar Belakang... Error! 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Laurencius Sihotang I. Tujuan 1. Mempelajari 2. Mendeteksi DNA yang telah di isolasi dengan teknik spektrofotometrik 2. mengetahui konsentrasi dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Lampiran 1 Bagan alir penelitian LAMPIRAN 17 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Penyemaian benih galur BC 1 F 1 Isolasi DNA galur BC 1 F 1 Uji kualitatif dan kuantitatif DNA Analisis SSR Pemeliharaan tanaman hasil analisis SSR Pengamatan

Lebih terperinci

Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4

Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4 Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4 Toto Hadiarto, Sutrisno, dan Tri J. Santoso Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Tanaman yang sudah

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ixomerc@uny.ac.id ISOLASI DNA PLASMID Plasmid adalah DNA ekstrakromosom yang berbentuk sirkuler dan berukuran kecil (1 200 kb). Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung sejak bulan Januari 2012 - Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Lab. Optik, Lab. Genetika dan Lab. Biologi Molekuler Jurusan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Evaluasi Sifat Daya Tembus Akar dan Identifikasi Mutan Stabil pada Populasi Penanda Aktivasi

Evaluasi Sifat Daya Tembus Akar dan Identifikasi Mutan Stabil pada Populasi Penanda Aktivasi Jurnal AgroBiogen 12(1):21 28 Evaluasi Sifat Daya Tembus Akar dan Identifikasi Mutan Stabil pada Populasi Penanda Aktivasi (Evaluation of Root Penetration Ability and Identification of Stable Mutants in

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR

METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2016. Preparasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Fakultas Teknobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus 2011. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Analisis Genetika, Departemen Silvikultur,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci